Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

OPERASI BINER

DI SUSUN OLEH:
HUSNI TAMRIN HRP
8176172059

KELAS : DIKMATB-3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
            Kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari teman-teman dan bimbingan
dari dosen mata kuliah Struktur Aljabar dalam penyusunan CBR ini, sehingga CBR ini dapat
terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
         Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dalam hal
penyusunan, serta kekeliruan baik dari segi penulisan, pengutipan, dan lain-lain. Oleh karena
itu, penyusun  mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penyusun juga
berharap bahwa makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi calon guru
khususnya rekan mahasiswa yang program mata kuliah ini.

Medan,  Mei 2018

                                                                                                 Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Identitas Buku ....................................................................................................... 2
B. Ringkasan Buku .................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11
B. Saran ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan abstrak (abstract
algebra). Sistem aljabar (algebra system) terdiri dari suatu himpunan obyek, satu atau lebih operasi
pada himpunan bersama dengan hukum tertentu yang dipenuhi oleh operasi dalam hal ini adalah
Operasi Biner. Salah satu alasan yang paling penting untuk mempelajari system tersebut adalah untuk
menyatukan sifat-sifat pada topik-topik yang berbeda dalam matematika.
Grup merupakan salah satu struktur aljabar dengan satu himpunan yang dilengkapi
satu operasi biner yang memenuhi aksioma asosiatif, terdapat elemen identitas dan setiap
elemennya memiliki invers terhadap operasi biner tersebut. Jika berlaku sifat komutatif pada
suatu grup, maka grup tersebut dinamakan grup Abel (grup komutatif). Berdasarkan
banyaknya elemen di dalamnya, grup dibagi menjadi grup tak berhingga dan grup berhingga.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan Critical Book Report ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas Critical Book Report mata kuliah struktur aljabar 1.
2. Untuk mempelajari materi struktur aljabar 1 dan memahami konsepnya.
3. Mengkritisi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku.

C. Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan Critical Book Report ini adalah :
1. Menambah wawasan mengenai materi struktur aljabar 1.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku
3. Memperoleh pengetahuan bagaimana mengkritisi sebuah buku.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Buku
Buku Pertama
Judul Buku : Struktur Aljabar 1
Pengarang : Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd
Penerbit : LARISPA Indonesia
Tahun Terbit : 2017 (Cetakan Keenam)
Tempat Terbit : Medan
Tebal Buku : ix + 187 Halaman
ISBN :-

Buku Kedua
Judul Buku : Aljabar Abstrak
Pengarang : Fadli Mas’oed
Penerbit : UKI Toraja Press
Tahun Terbit : 2013
Tempat Terbit : Jl. Nusantara No.12 Makale
Tebal Buku : 197 Halaman
ISBN : 978-602-18328-3-7

Buku Ketiga
Judul Buku : Aljabar Abstrak
Pengarang : Enos Lolang, S.Si., M.Pd.
Penerbit : UKI Toraja Press
Tahun Terbit : 2013
Tempat Terbit : Jl. Nusantara No.12 Makale
Tebal Buku : 197 Halaman
ISBN : 978-602-18328-3-7

Buku Keempat
Judul Buku : Aljabar Abstrak Suatu Pengantar
Pengarang : Saib Suwilo, Tulus, Syam Rosli Lubis

2
Penerbit : USU
Tahun Terbit : 1997
Tempat Terbit : Medan
Tebal Buku : 222 Halaman
ISBN :-

B. Ringkasan Buku
Buku 1
Misalkan S adalah suatu himpunan sembarang yang tak kosong, maka operasi biner *
pada himpunan S adalah suatu relasi yang memasangkan setiap pasangan berurut (a,b) ∈ S
x S ke c ∈ S.
Misalkan f suatu operasi biner pada S (a,b) ∈ S x S dengn f (a,b) = c maka ditulis a * b = c
(baca “a operasi b = c”). Tanda operasi kadang-kadang ditulis dengan tanda *, +, ×, ●, ○, dan
sebagainya.

Contoh 1:
Operasi penjumlahan biasa (+) dan perkalian biasa (x) pada himpunan bilangan Real (R)
merupakan operasi biner.

Contoh 2:
M2 (R) = himpunan matriks ordo 2 x 2 dengan entri-entri bilangan Real, dengan operasi
penjumlahan dan perkalian matriks merupakan operasi biner.

Contoh 3:
R* : himpunan bilangan Real kecuali 0
Dengan operasi penjumlahan biasa bukan merupakan operasi biner karena jika kita ambil 2
dan -2 ∈ R* maka hasil penjumlahan yaitu 2 + (-2) = 0 ∉ R*

Contoh 4 :
M (R) : Himpunan semua matriks dengan entri-entri bilangan Real
Dengan operasi penjumlahan matriks bukan merupakan operasi biner karena A + B tidak
terdefinisi untuk matriks yang berbeda ordonya.

Contoh 5:
S suatu himpunan tak kosong, didefinisikan suatu operasi biner pada S sebagai berikut:

3
x∗y =x , ∀ x , y ∈ S
Jika S terhingga, misalnnya S= {m,n,o,p} maka operasi tersebut dapat disajikan pada tabel
Cayley berikut:

Tabel 2.1.
Menunjukkan Tabel Cayley pada himpunan S
* m n o p
m m m m m
n n n n n
o o o o o
p p p p p

Tabel diatas dinamakan daftar Cayley yang akan sering digunakan untuk selanjutnya.

Definisi A-2:
Suatu operasi biner pada himpunan S dikatakan komutatif jika dan hanya jika berlaku:
a * b = b * a, ∀a,b ∈ S
Suatu unsur e ∈ S dikatakan sebagai unsur identitas atau unsur netral realtif terhadap operasi
biner * di S, jika berlaku aturan
e * a = a * e = a, ∀a ∈ S
Suatu unsur y ∈ S dikatakan sebagai unsur Kebalikan dari unsur dari x∈ S relatif terhadap
operas biner * atas S jika dan hanya jika:
x * y = y * x = e, e adalah unsur identitas dari S

Definisi A-3:
Suatu operasi biner pada himpunan S dikatakan assosiatif jika dan hanya jika berlaku:
a * (b*c) = (a*b) * c, ∀a,b,c ∈ S.
Unsur identitas pada R relatif terhadap operasi × adlah 1, karena untuk semua x∈R.
1 × a = a ×1 = a
1
Untuk setiap a ≠ 0 di R, unsur Kebalikan dari a relatif terhadapoperasi × adalah ∈R,
a
karena
1 1
× a=a × =1
a a
Perlu dicatat bahwa unsur 0 ∈ R, tidak mempunyai unsur kebalikan relatif terhadap operasi ×
di R.

4
Buku 2
1. Operasi artinya suatu tindakan atau proses menghubungkan dua buah objek atau
himpunan dengan ketentuan tertentu. Sedangkan Biner artinya dua bagian, dua benda
atau basis dua.
2. Operasi Biner adalah proses menghubungkan atau memetakan sebuah himpunan ke
himpunan itu sendiri menggunakan operator biner. Operator biner yang dimaksud berupa
penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x) atau pembagian (/).
3. Operasi biner dilambangkan dengan “ * , ○, ●, dll.”
Jadi, dalam operasi biner diketahui sebuah himpunan S tak kosong yang kemudian
diberikan operasi biner dengan melakukan pemetaan dari S x S ke S. Berdasarkan hasil
pemetaan ini nantinya bisa diketahui apakah pada S berlaku operasi biner atau tidak
dengan melihat beberapa syarat/sifat tertentu.

Contoh 1:
Operasi penjumlahan biasa (+) dan perkalian biasa (x) pada himpunan bilangan Real (R)
merupakan operasi biner.

Contoh 2:
M2 (R) = himpunan matriks ordo 2 x 2 dengan entri-entri bilangan Real, dengan operasi
penjumlahan dan perkalian matriksmerupakan operasi biner.

Contoh 3:
R* : himpunan bilangan Real kecuali 0
Dengan operasi penjumlahan biasa buka merupakanoperasi biner karena jika kita ambil 2 dan
-2 ∈ R* maka hasil penjumlahan yaitu 2 + (-2) = 0 ∉ R*

Contoh 4 :
M (R) : Himpunan semua matriks dengan entri-entri bilangan Real
Dengan operasi penjumlahan matriks bukan merupakan operasi biner karena A + B tidak
terdefinisi untuk matriks yang berbeda ordonya.

Contoh 5:

5
S suatu himpunan tak kosong, didefinisikan suatu operasi biner pada S sebagai berikut:
x∗y =x , ∀ x , y ∈ S
Jika S terhingga, misalnnya S= {m,n,o,p} maka operasi tersebut dapat disajikan pada tabel
Cayley berikut:

Tabel 2.1.
Menunjukkan Tabel Cayley pada himpunan S

* m n o p

m m m m m

n n n n n

o o o o o

p p p p p

Tabel diatas dinamakan daftar Cayley yang akan sering digunakan untuk selanjutnya.

Sifat-sifat Operasi Biner


Dikatakan operasi pada S (himpunan tak kosong) disebut operasi biner jika:
1. Bersifat tertutup
Apabila a,b S, maka berlaku a b S.
2. Bersifat komutatif
Apabila a,b S, maka berlaku a b b a.
3. Bersifat asosiatif
Apabila a, b, c S, maka berlaku (a b) c a (bc).
4. Memiliki elemen identitas
Apabila e S a S, maka berlaku a e e a a.
a. Identitas kiri:
Jika terdapat 𝑒1 sedeikian hingga e1 ° a = a, untuk setiap a.
b. Identitas kiri:
Jika terdapat 𝑒2 sedeikian hingga a ° e2 = a, untuk setiap a.
5. Memiliki invers
Apabila a S, b = a-1 S, maka berlaku a ° a-1 = a-1 ° a = e.
Dimana e adalah elemen identitas untuk operasi ° a−1 disebut invers dari elemen a

6
6. Bersifat distributif
Apabila a, b, c maka berlaku a (bc) a b a c
a) Operasi perkalian bersifat distributif terhadap operasi penjumlahan
𝑎 × (𝑏 + 𝑐) = (a × b) + (a × c)
𝑎𝑡𝑎𝑢
(𝑏 + 𝑐) × 𝑎 = (b × a) + (c × a)
b) Operasi penjumlahan tidak bersifat distributif terhadap operasi perkalian
𝑎 + (𝑏 × 𝑐) ≠ (a + b) × (a + c)

Buku 3
Definisi Operasi Biner.
Operasi Biner pada himpunan tak kosong A adalah pemetaan f dari A x A ke A itu
sendiri.
Dalam matematika, terdapat suatu kesepakatan untuk mengasumsikan bahwa jika
suatu definisi formal ditetapkan, maka definisi tersebut secara otomatis bersifat
bikondisional. Definisi tersebut disepakati sebagai pernyataan jika dan hanya jika tanpa harus
dituliskan secara eksplisit. Definisi 2.18 di atas dipahami sebagai definisi yang menyatakan
bahwa f adalah suatu operasi biner pada suatu himpunan tak kosong A, jika dan hanya jika f
adalah pemetaan dari A x A ke A.
Operasi biner sudah didefinisikan dengan jelas, tetapi sebagian makna konsep
mungkin tidak tercakup di dalamnya. Misalnya f adalah pemetaan dari A x A ke A, maka
f(x,y) yang didefinisikan untuk setiap pasangan berurut (x,y) dari elemen-elemen A dan peta
f(x,y) adalah unik. Biasanya hasil operasi biner dinyatakan dalam x + y dan x y. Notasi yang
sama dapat dituliskan dengan x * y untuk menyatakan f(x,y). Jadi x*y menyatakan hasil dari
suatu operasi biner * pada himpunan A, sama seperti f(x,y) menyatakan sebarang nilai
pemetaan dari A x A ke A.

Contoh
Dua contoh operasi biner pada Z yaitu pemetaan dari Z x Z ke
yang didefinisikan sebagai berikut:
x*y = x + y 1, untuk (x,y) ∈Z x Z .
x*y = 1 + xy, untuk (x,y)∈Z x Z .

Definisi Komutatif, Assosiatif.

7
Jika * adalah suatu operasi biner pada himpunan A yang tak kosong, maka * disebut

komutatif jika x*y = y*x untuk semua x dan y di A. Jika x*(y*z) = (x*y)*z untuk semua x,y,z

di A, maka operasi biner tersebut dikatakan assosiatif.

Contoh
Operasi biner * yang didefinisikan di Z sebagai berikut:
x*y = x + y – 1
adalah operasi yang komutatif, karena
x*y = x + y – 1 = y + x – 1 = y *x.
Operasi * juga bersifat assosiatif karena
x* (y * z) = x * (y + x – 1)
1. = x + (y + x – 1) – 1
=x+y+z–2
dan
(x* y) * z = (x+ y - 1) * z
2. (x+ y 1) + z – 1
3. x + y + z – 2
Jadi, dalam hal ini operasi biner * tidak assosiatif pada .
Komutatif dan assosiatif merupakan sifat dari operasi biner itu sendiri. Sebaliknya, komutatif
dan assosiatif dapat juga melekat pada sifat himpunan yang dioperasikan, dan sekaligus juga
melakat pada operasi binernya.

Definisi Tertutup
Misalkan * adalah operasi biner pada suatu himpunan tak kosong A, dan misalkan B
A. Jika x * y merupakan elemen B untuk semua x B dan y B, maka B dikatakan tertutup
terhadap operasi *. Dalam hal khusus dimana B = A dalam Definisi 2.20, maka sifat tertutup
akan berlaku secara otomatis, karena hasil x * y adalah elemen A sesuai dengan definisi
operasi biner di A.

Contoh
Misalkan operasi biner * didefinisikan pada , yaitu x*y = |x| + |y|, (x,y) ∈x

Himpunan B yang merupakan himpunan bilangan bulat negatif, tidak tertutup terhadap
operasi * karena x = -1 B dan y = -2 B, tetapi

8
x*y = (-1) * (-2) =|-1| + |-2| = 3 ∉ B

Definisi Elemen Identitas


Misalkan * adalah operasi biner pada suatu himpunan tak kosong A. Suatu elemen e
di dalam A disebut elemen identitas terhadap operasi biner * jika e memiliki sifat sedemikian
sehingga
e*x=x*e=x
untuk semua x ∈A.

Contoh
Elemen 1 merupakan identitas untuk operasi biner * yang dinyatakan dengan
x* y = x + y – 1, (x,y) x
karena
x* 1 = x + 1 – 1 = 1 * x = 1 + x – 1 = x

Definisi Invers Kanan, Invers Kiri, Invers


Misalkan e adalah elemen identitas untuk operasi biner * pada himpunan A, dan
misalkan a A. Jika terdapat suatu elemen b A sedemikian sehingga a * b = e, maka b disebut
invers kanan dari a terhadap operasi yang bersangkutan. Demikian juga, jika b * a = e,maka
b disebut invers kiri dari a. Jika a * b = e dan b * a = e maka b disebut invers dari a,dan a
disebut elemen terbalikkan pada himpunan A. Suatu invers pada elemen terbalikkan sering
disebut suatu invers dua sisi untuk menyatakan bahwa invers kiri dan invers kanan
menghasilkan elemen identitas untuk operasi biner yang bersangkutan.
Contoh
Setiap elemen x memiliki invers dua sisi (-x + 2) dengan operasi biner * yang didefinisikan
x* y = x + y – 1, (x,y) ∈ x
karena
x* (-x + 2) = x – x + 2 – 1 = (-x + 2) * x = -x + 2 + x – 1 = 1 = e

Buku 4
Definisi A-1
Misalkan S adalah suatu himpunan sembarang yang tak kosong, maka operasi biner *
pada himpunan S adalah suatu relasi yang memasangkan setiap pasangan berurut (a,b) ∈ S
x S ke c ∈ S.

9
Misalkan f suatu operasi biner pada S (a,b) ∈ S x S dengn f (a,b) = c maka ditulis a * b = c (baca “a
operasi b = c”). Tanda operasi kadang-kadang ditulis dengan tanda *, +, ×, ●, ○, dan sebagainya.

Definisi A-2:
Suatu operasi biner pada himpunan S dikatakan komutatif jika dan hanya jika berlaku:
a * b = b * a, ∀a,b ∈ S
Suatu unsur e ∈ S dikatakan sebagai unsur identitas atau unsur netral realtif terhadap operasi
biner * di S, jika berlaku aturan
e * a = a * e = a, ∀a ∈ S
Suatu unsur y ∈ S dikatakan sebagai unsur Kebalikan dari unsur dari x∈ S relatif terhadap
operas biner * atas S jika dan hanya jika:
x * y = y * x = e, e adalah unsur identitas dari S

Definisi A-3:
Suatu operasi biner pada himpunan S dikatakan assosiatif jika dan hanya jika berlaku:
a * (b*c) = (a*b) * c, ∀a,b,c ∈ S.
Unsur identitas pada R relatif terhadap operasi × adlah 1, karena untuk semua x∈R.
1 × a = a ×1 = a
1
Untuk setiap a ≠ 0 di R, unsur Kebalikan dari a relatif terhadapoperasi × adalah ∈R,
a
karena
1 1
× a=a × =1
a a
Perlu dicatat bahwa unsur 0 ∈ R, tidak mempunyai unsur kebalikan relatif terhadap operasi ×
di R.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelebihan Dan Kekurangan Buku
Buku 1
1. Kelebihan
a) Penggunaan Equation tertata rapi
b) Format Penulisan rapi
c) Penggunaan contoh yang bervariasi, sehingga memudahkan untuk dipahami
d) Menggunakan teorema, sehingga menguatkan definisi
e) Buku mempunyai daftar gambar dan daftar tabel
f) Pada teorema terdapat pembuktian yang diserahkan kepada pembaca yang bisa
melatih pembaca

2. Kekurangan
a) Tiap bab tidak mempunyai peta konsep
b) Penyelesaian tiap soal terlalu singkat
c) Terdapat pembuktian teorema terlalu singkat
d) Buku belum ISBN

Buku 2
1. Kelebihan
a) Tulisan perhalaman tidak terlalu padat, sehingga enak dilihat
b) Buku perbab memiliki peta konsep
c) Penjabaran definisi yang mudah dipahami
d) Terdapat contoh dan soal pada setiap subbab
e) Buku mempunyai daftar gambar dan daftar tabel
f) Sudah ISBN

2. Kekurangan
a) Tidak mencantumkan teorema
b) Contoh yang ada kurang bervariasi
c) Format sub-bab kurang beraturan

11
Buku 3
1. Kelebihan
a) Melalui buku ini, pada mulanya pembaca diajak untuk dapat memahami konsepnya
terlebih dahulu terhadap himpunan, simetri dan teori grup. Sehingga dapat
menciptakan keinganan pelajar untuk berimajinasi lalu bereksperimen dan
memberikan penalaran.
b) Menampilkan contoh yang berfariasi
c) Rapi dalam penulisan simbol-simbol dan equation
d) Sudah memiliki ISBN
e) Pada bab akhir miliki rangkuman materi dan soal-soal latihan

2. Kekurangan
a) Terdapat equation pada setiap matrik yang berantakan
b) Cover buku kurang menarik
c) Tiap bab tidak mempunyai peta konsep

Buku 4
1. Kelebihan
a) Penggunaan Equation tertata rapi
b) Format Penulisan rapi
c) Penggunaan contoh yang bervariasi, sehingga memudahkan untuk dipahami
d) Menggunakan teorema, sehingga menguatkan definisi
e) Penyelesaian tiap soal testrukur
f) Pada teorema terdapat pembuktian yang diserahkan kepada pembaca yang bisa
melatih pembaca

2. Kekurangan
a) Tiap bab tidak mempunyai peta konsep
b) Buku tidak mempunyai daftar gambar dan daftar tabel
c) Buku belum ISBN

12
B. Saran
Dalam CBR ini saya memiliki harapan agar pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun, karena saya sadar dalam penulisan CBR ini banyak kekurangan. Harapan
penulis adalah agar saat mempelajari tentang strukutr aljabar tidak hanya berpegang pada satu
buku pembahasan saja namun perlu beberapa buku sebagai referensi agar bila ditemukan
kekurangan pada satu buku bisa ditemukan pada referensi buku yang lain

13
DAFTAR PUSTAKA

Lolang, Enos. 2013. Aljabar Abstrak. Makale: UKI Toraja Press


Mas’oed, Fadli. 2013. Struktur Aljabar. Jakarta Barat: Akademia.
Saragaih, Sahat. 2012. Struktur Alajabar 1. Medan: LARISPA Indonesia.
Suwilo, Saib, dkk. 1997. Aljabar Abstrak Suatu Pengantar. Medan: USU.

14

Anda mungkin juga menyukai