Anda di halaman 1dari 32

Liturgi I (Penciptaan)

Penciptaan yang dilakukan Allah adalah sungguh luar biasa. Ia menjadikan dari yang tidak ada menjadi
ada. Itu semua berawal dari Firman yang abadi. Bagaimanakan proses penciptaan yang dilakukan oleh
Allah?

Liturgi II (Penciptaan Manusia)

Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang paling berharga yang diciptakan oleh Allah. Allah
menjadikan manusia menurut gambar dan rupaNya. Ia menjadikan manusia agar dapat menguasai bumi
dan segala sesuatunya. Marilah kita dengarkan penuturan Alkitab tentang penciptaan manusia.

Liturgi III (Kejatuhan ke dalam dosa)

Manusia tidak puas dengan apa yang ada padanya. Perintah Allah untuk tidak memakan buah ditengah-
tengah taman ternyata telah dilanggar, hal ini membuat manusia jauh dari hadapan Allah.
Bagaimanakah peristiwa itu bisa terjadi?

Liturgi IV (Kejahatan Manusia)

Perbuatan dosa yang mengakibatkan manusia jauh serta diusir dari taman Eden, ternyata tidak
membuat manusia bertobat. Peristiwa keberlangsungan manusia dalam kehidupannya di bumi ini juga
tidak terlepas dari dosa. Bagaimana pandangan Allah tentang dosa manusia yang semakin merajalela?

Liturgi V (Janji Keselamatan)

Allah tidak mampu melihat manusia terus hidup di dalam dosa. Berasal dari hatiNya, Ia tergerak oleh
belas kasihan yang dalam kepada manusia. Allah ingin menusia hidup dan beroleh keselamatan.
Bagaimanakah janji Allah itu terhadap manusia?

Liturgi VI (Kelahiran Yesus)

Janji keselamatan yang Allah telah berikan, kini disempurnakan. Bumi yang masih di diami oleh
kegelapan segera melihat terang. Siapakah Raja Keselamatan yang dijanjikan oleh Allah itu? Marilah kita
mendengarkan penuturan Alkitab.

Liturgi VII (Kemuliaan)

Allah telah mengenapkan janjiNya. Seorang Raja yang akan memerintah telah lahir. pemerintahanNya
tidak akan pernah berkesudahan. Mari kita lantunkan kembali nyanyian para Malaikat beserta para bala
tentara surga yang menyatakan kemuliaan Allah.
Naskah Drama Natal Anak: "Mencari Karung Santa"
Oleh: Purnawan Kristanto

Sinopsis:
Drama ini bersifat interaktif. Penonton akan dilibatkan untuk melakukan aktivitas tertentu. Misalnya
menempelkan gambar pada tempat yang cocok, menyanyi bersama, menghitung bersama dll.

Menjelang bulan Desember, Bu Santa Claus menyiapkan hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak di
seluruh dunia. Pak Santa sedang tidak ada di rumah karena sedang memperbaiki kereta saljunya. Bu
Santa memasukkan semua hadiahnya ke dalam karung.

Sementara itu di sebuah pegunungan, tidak jauh dari rumah Santa Claus, hiduplah lima raksasa.
Kelima raksasa itu bernama Raksasa Egois, Raksasa Iri Hati, Raksasa Kebencian, Raksasa Kemarahan
dan Raksasa Pemberontak. Mereka sedang mengadakan rapat. Semua raksasa tidak senang pada
pekerjaan Santa karena membuat anak-anak di seluruh dunia berkelakuan baik. Akibatnya, mereka
tidak dapat menggoda anak-anak supaya berbuat jahat. Dalam rapat itu diputuskan akan mencuri
karung hadiah Santa Claus.

Bu Santa pun harus mencari karung itu. Di tengah jalan, dia bertemu dengan Dora, Diego dan Bud.
Santa menceritakan masalah yang dia hadapi. Mereka bergabung dengan perjalanan Bu Santa.

Dalam perjalanan itu mereka menemui berbagai hambatan dari Kelima Raksasa. Supaya
mendapatkan karung tersebut, Bu Santa dan kawan-kawan harus bisa melewati semua tantangan.
Untuk itu mereka harus meminta tolong penonton.

Berkat kekompakan dan kerjasama akhirnya bu Santa berhasil menemukan kembali karungnya yang
hilang.  Dia segera membagi-bagikan isi karung kepada penonton.

Tokoh-tokoh:

1.      Bu Santa  
2.      Dora
3.      Bud
4.      Diego
5.      Raksasa Egois
6.      Raksasa Iri Hati
7.      Raksasa Kebencian 
8.      Raksasa Kemarahan
9.      Raksasa Pemberontak
10.  Pencerita

 Alat:

-          Pakaian Bu Santa
-          Karung Santa Klaus
-          Mainan untuk dibagikan
-          Boneka Monyet
-          Kostum Dora
-          Kostum Diego
-          Kertas Plano untuk Peta
-          Spidol besar

Babak I: Rapat Para Raksasa

Pencerita:
Adik-adik, siapa yang mengenal Santa Klaus? Wah, rupanya banyak yang mengenalnya.  Kalau kalian
mengenal, coba buktikan seperti apa Santa Klaus itu? Siapa yang tahu ciri-cirinya? Badannya kurus
atau gendut? Di wajahnya ada apanya? (janggut. Warna putih). Apa warna pakaiannya? (Merah).
Kalau tertawa bunyinya sangat khas. Siapa yang bisa menirukan kalau Santa Klaus tertawa?
(Ho...ho...ho). Santa punya karung besar. Isinya apa? (Mainan). Mainan itu diberikan kepada anak-
anak yang selama setahun berperilaku baik. Jika anak itu rajin belajar, tidak membandel, suka
menolong temannya, tidak pernah bertengkar dan sebagainya, maka Santa Klaus akan memberikan
hadiah kepadanya.

Konon menurut dongeng, Santa Klaus ini muncul pada malam Natal. Dia mengendarai kereta salju,
yang ditarik oleh rusa-rusa kutub.  Keretanya itu dihiasi dengan lonceng-lonceng kecil atau
kerincingan. Kalau berjalan, kerincingan itu berbunyi. Bagaimana bunyinya? Ketika kereta Santa 
sampai di depan rumah yang ada anak-anak di dalamnya, Santa menghentikan keretanya. Dia lalu
membuka karungnya, mengambil hadiah di dalamnya, lalu diam-diam meletakkan hadiah itu di dalam
rumah anak itu. Esok paginya, ketika anak-anak bangun pagi dan siap-siap pergi ke gereja, mereka
mendapati ada hadiah di rumahnya. Mereka membuka hadiah itu dengan hati yang gembira. Pada hari
Natal itu, anak-anak pergi ke gereja dengan hati yang riang gembira. Semua orang merasakan
kegembiraan hari Natal.

Tapi.....oh...ternyata tidak semua orang bergembira. Lihat siapa tuh yang ada di sana! [Raksasa Iri
Hati masuk panggung] Lihatlah wajahnya yang cemberut. Dia terlihat kesal sekali. Dia kelihatan
sedang merasa marah. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuatnya marah? Kita tanya
padanya, yuk!

Hei,  siapakah Mas/Mbak ini? Apakah saya boleh tahu nama Mas/Mbak?

1.    Raksasa (R) Iri Hati : Namaku Raksasa Iri Hati.


2.    Pencerita : Saya lihat Anda gelisah sekali. Mondar-mandir ke sana kemari. Ada
apa sih?
3.    R. Iri Hati : Iya nih....saya sedang sebel sekali...sebel...sebel....sebel banget.
4.    Pencerita : Lho, sebel sama siapa?
5.    R. Iri Hati : Saya sedang sebel sama Santa Klaus.
6.    Pencerita : Lho sebabnya apa?
7.    R. Iri Hati : Begini ceritanya . . . Namaku 'kan Raksasa Iri Hati. Sesuai dengan
namaku, maka tugasku adalah membuat anak-anak di dunia ini
menjadi iri hati pada temannya. Saya akan membisiki anak-anak
supaya iri pada orang lain. Kalau temannya mendapat nilai bagus
dalam ulangan, maka saya bisiki anak itu supaya iri dan benci pada
temannya. Kalau ada temannya yang menjadi juara menyanyi, saya
bisiki anak itu supaya tidak suka pada keberhasilan teman-
temannya itu. . . .
8.    Pencerita : Lho terus apa hubungannya dengan Santa Klaus
9.    R. Iri Hati : Tunggu dulu, dong. . . . saya 'kan belum selesai cerita. Tapi gara-
gara Santa Klaus ini, aku menjadi kesulitan membujuk anak-anak
supaya iri pada temannya. Soalnya tuh begini. Santa Klaus 'kan
hanya mau memberikan hadiah pada anak-anak yang baik budinya.
Karena itu, anak-anak sekarang pada mau berkelakuan baik.
Mereka nggak mau lagi aku bujuk supaya iri pada temannya.
Jadinya, aku gagal menjalankan tugasku....sebel-sebel
10.  Pencerita : Oooo begitu to ceritanya? Kaciiiaaaan deh Elo [Raksasa Egois
masuk]
11.  R. Iri Hati : Eh. . . . kamu Raksasa Egois. Mukamu kok mendung begitu, seperti
aku. Ada apa?
12.  R. Egois : Sama seperti kamu. Aku juga sedang dongkol tuh sama Santa
Klaus.
13.  R. Iri Hati : Lho apa sebabnya? Apakah kamu dimarahi oleh Santa Klaus.
14.  R. Egois : Namaku 'kan Raksasa Egois. Sama seperti namaku, maka tugasku
adalah membujuk anak-anak supaya egois. Kalau ada anak punya
makanan, maka aku bisikin ke telinganya supaya nggak mau
berbagi makanan dengan temannya. Kalau ada anak yang punya
sepeda, lalu ada temannya yang pingin membonceng, aku bilang
padanya, "Apa kamu nggak kecapekan mengayuh sepeda. Dia enak
membonceng di belakang. Lha kamu, harus ngos-
ngosan mengonthel sepeda di depan. Jangan kamu bolehkan dia
membonceng." Tapi gara-gara Santa Klaus itu tuh, banyak anak-
anak yang emoh aku ajak supaya egois. Mereka tidak mau
mementingkan diri sendiri lagi.
15.  R. Iri Hati : Lho, emangnya apa yang dilakukan Santa Klaus sehingga membuat
anak-anak tidak mementingkan diri sendiri lagi?
16.  R. Egois : Santa Klaus 'kan suka membagi-bagi hadiah pada anak-anak.
Padahal dia 'kan tidak pernah mendapat apa-apa dari anak-anak.
Meski begitu, Santa Klaus tetap saja membagikan anak-anak. Anak-
anak rupanya ingin meniru Santa Klaus. Jika teman-temannya
membutuhkan bantuan, maka anak-anak itu akan memberikan
pertolongan.
17.  R. Iri Hati : Oh begitu ceritanya....rupanya kita senasib. [Raksasa Kebencian, 
Raksasa Kemarahan, Raksasa Pemberontak masuk panggung.
Mereka kelihatan sedang berbincang serius]
18.  R. Kebencian : Kita harus mengambil tindakan sekarang. Perbuatan Santa Klaus ini
tidak boleh dibiarkan merajalela. Gara-gara dia nih, aku sekarang
sering gagal mengajak anak-anak untuk saling membenci. Namaku
'kan Raksasa Kebencian. Tugasku adalah membuat anak-anak
supaya saling membenci. Tapi karena ulah Santa Klaus itu, aku
tidak dapat mengajak anak-anak untuk membenci.
19.  R.Kemarahan : Betul. Kita harus mengambil tindakan. Aku si raksasa Kemarahan,
benar-benar marah saat ini. Anak-anak sekarang tidak mudah
marah lagi. Mereka sekarang ini sabaaaar banget. Meskipun disakiti,
diejek atau dicurangi, mereka tidak cepat marah.  Ini gara-gara
Santa Klaus itu. Santa itu senang sekali tertawa. Kalau tertawa,
bunyinya 'ho....ho...ho...ho'. Anak-anak suka menirukan tawa Santa
itu. Karena suka tertawa, mereka tidak gampang marah.
20.  R.Pemberontak : Ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Namaku raksasa
Pemberontak. Tugasku membujuk anak-anak supaya memberontak
pada orang yang lebih tua. Aku mengajak mereka membantah
nasihat orang tua. Aku membujuk mereka supaya tidak patuh pada
perintah guru. Aku membisiki mereka supaya menentang ketua
kelas. Tapi karena kerjaan Santa itu pula, anak-anak sekarang
menjadi penurut. Mereka patuh pada nasihat dan ajaran yang baik.
21.  R. Kebencian : Ayo kita mengadakan rapat!
22.  R.Kemarahan : Ayo kita berkumpul! [Kelima raksasa berkumpul]
23.  R.Pemberontak : Teman-teman, kita harus memberi pelajaran pada Santa Klaus
24.  R. Iri Hati : Caranya bagaimana?
25.  R. Egois : Sebentar lagi hari Natal. Kita harus mencegah Santa Klaus
membagi-bagi hadiah kepada anak-anak.
26.  R. Iri Hati : Mengapa begitu?
27.  R. Egois : Supaya anak-anak mudah kita bujuk lagi. Kalau pada hari Natal
Santa tidak membagi-bagikan hadiah, maka anak-anak menjadi
kecewa pada Santa. Nah, pada saat itu kita mudah membujuk anak-
anak supaya jadi pengikut kita.
28.  R.Kemarahan : Setuju. Ayo kita gagalkan pembagian hadiah pada Natal ini! Biar
anak-anak pada gigit jari . . .  hi . . . hi . . . hi
29.  R.Pemberontak : Tapi caranya bagaimana?
30.  R. Iri Hati : Bagaimana kalau kita culik Santa Klaus? Kita mengikat Santa Klaus
dan menyembunyikan di gua kita.
31.  R. Egois : Aku nggak setuju!
32.  R. Iri Hati : Lho, mengapa?
33.  R. Egois : Habis si Santa itu gendut. Kalau kita menculik dia, siapa yang kuat
menggendongnya, hayo? Belum lagi kalau dia minta makan. Siapa
yang mau menyediakan makannya?
34.  R. Iri Hati : Eh, iya...iya
35.  R. Kebencian : Aku punya usul. Bagaimana kalau kita curi saja rusa-rusa Santa
Klaus. Dengan begitu, tidak ada yang bisa menarik kereta salju
Santa.
36.  R.Kemarahan : Aku nggak setuju. Soalnya rusa-rusa itu suka berisik. Bagaimana
kalau pas kita mengambilnya, tiba-tiba rusa-rusa itu mengeluarkan
suara gaduh? Pak Santa dan Bu Santa bisa terbangun, tuh
37.  R.Pemberontak : Aku punya usul. Bagaimana kalau kita curi saja Karung hadiahnya.
Dengan begitu, Santa tidak dapat pergi pada malam Natal karena
tidak ada hadiah yang akan dibagikan.
38.  R. Kebencian : Aku setuju. Bagaimana yang lainnya? Setuju (Raksasa lainnya
mengangguk setuju)
39.  R.Kemarahan : Oke, kalau begitu kita harus menyusun rencana. Rencananya
begini . . . .  (Semua raksasa berunding sambil berbisik).  Sudah
paham semua? Kalau begitu, kita laksanakan malam ini juga. Ayo
kita curi Karung hadiah Santa Klaus!!

[Semua raksasa keluar dari Panggung]

Babak II: Karung Dicuri

Pencerita: 
Demikianlah, kelima raksasa itu akan melaksanakan rencananya untuk mencuri Karung Santa Klaus.
Sekarang mari kita lihat rumah pak Santa Klaus. Di rumah itu, pak Santa sudah menyiapkan hadiah-
hadiah untuk anak-anak sedunia.  Tapi dia harus memperbaiki kereta saljunya. Tahun lalu, kereta itu
rusak karena tergelincir dan menabrak pohon. Pak Santatidak bisa memperbaikinya sendiri. Dia harus
membawa kereta itu ke bengkel. Karena itu, dia minta tolong isterinya, yaitu bu Santa, untuk
memasukkan hadiah-hadiah ke dalam karung.  Lihatlah bu Santa sedang memasukkan hadiah ke
dalam Karung.
[Bu Santa masuk, sambil membawa Karung Santa. Dia memasukkan beberapa buah hadiah ke dalam
Karung]

40.  Bu Santa : [menyapa penonton] Halo, teman-teman, apa kabar. Apakah ada yang
sudah kenal dengan aku. Kalau pakai pakaian seperti ini, kira-kira
namaku siapa, hayo? Ya, benar. . . . namaku bu Santa. Lho, apa
hubungannya dengan Santa Klaus? Aku adalah isterinya pak Santa
Klaus. Maka orang-orang memanggilku bu Santa.
Sebentar lagi Natal akan tiba. Itu artinya pak Santa Klaus harus
bertugas lagi. Dia harus membagikan hadiah-hadiah  kepada anak-
anak di seluruh dunia. Tapi, pak Santa sedang kerepotan nih.
Keretanya rusak. Pak Santa harus membawa kereta itu ke bengkel
untuk diperbaiki. Itu sebabnya, pak Santa meminta tolong bu Santa
untuk memasukkan hadiah-hadiah ini ke dalam karung.
Aku sih senang-senang saja melakukan ini.  Aku membayangkan anak-
anak akan tersenyum bahagia karena mendapat hadiah dari pak Santa.
Ada anak yang berteriak kegirangan, 'Asyik, aku mendapat buku
gambar baru. Aku jadi bisa menggambar pesawat, mobil dan kapal.'
Kemudian anak yang lain juga berseru dengan gembira, 'Hore....aku
mendapat tas baru. Tasku yang lama sudah bolong. Aku sekarang tidak
kuatir buku-bukuku akan jatuh.' Terus ada anak yang melompat-
lompat senang, 'Puji Tuhan, aku mendapat sepatu baru. Sepatuku yang
lama sudah rusak. Sekarang aku bisa berolahraga lagi.'
Duh senangnya, membayangkan wajah anak-anak yang kegirangan.
Tapi ngomong-ngomong, aku sekarang merasa lelah. Aku merasa
mengantuk sekali [menguap]. Pak Santa pulangnya masih lama nggak
ya? Aku sudah pingin tidur, nih. Rasanya ngantuk banget. Aku mau
tidur sebentar aja deh. Karungnya aku simpan di sini saja. Nanti pak
pak Santa pulang, aku pasti sudah bangun tidur.
[Bu Santa tidur lelap sekali. Kelima raksasa masuk dengan mengendap-endap. Bu Santa tidak tahu
kalau ada pencuri masuk rumahnya. Setelah mencari kesana-kemari, kelima raksasa itu berhasil
menemukan Karung hadiah Santa. Mereka segera melarikan Karung itu. Tapi ada salah satu Raksasa
Iri Hati tanpa sengaja menjatuhkan sapu tangannya]

41.  Bu Santa : [Tiba-tiba terbangun dengan kaget] Aku tadi bermimpi buruk sekali. Apa
yang akan terjadi ya? Apakah pak Santa mendapatkan masalah?
Semoga saja dia tidak apa-apa. Pak Santa sebentar lagi pulang.
Sebaiknya aku simpan dulu Karung hadiah itu, lalu aku siapkan teh
hangat untuk pak Santa. Tapi, lho dimana Karung hadiah itu, ya?
Perasaan aku tadi meletakkannya di sini. Tapi sekarang kok tidak ada,
ya? Aduh, bagaimana nih, kalau karung itu tidak ditemukan? Bisa-bisa
pak Santa tidak bisa membagikan hadiah pada malam Natal itu. Wah
gawat, dimana nih Karung itu! [mencari-cari dengan kebingungan. Tiba-
tiba dia menemukan selembar sapu tangan yang terjatuh] Lho, apa ini?
Sepertinya, saputangan ini bukan milkku. Juga bukan kepunyaan pak
Santa. Punya siapa, ya? [meneliti saputangan. Menemukan inisial nama
di pojok saputangan] Oh di sini tertulis nama pemiliknya: "Raksasa Iri
Hati". Berarti sapu tangan ini milik "Raksasa Iri Hati." Tapi kenapa ada di
sini? Siapa yang membawanya ke sini? Kalau begitu, aku akan
mengembalikan sapu tangan ini ke Raksasa Iri Hati. Sekalian saja
bertanya kepadanya, apakah dia tahu dimana Karung itu berada. [Bu
Santa pergi mencari Karung]

Babak III: Raksasa Bergembira

Pencerita: 
Aduh, kasihan bu Santa. Dia kehilangan Karung hadiah itu. Padahal karung itu berisi hadiah-hadiah.
Bagaimana, nih. Ya, terpaksa deh, bu Santa mencari karung itu. Padahal dia tidak tahu dimana
karung itu berada. Satu-satunya petunjuk yang dia miliki adalah sapu tangan yang tertinggal. Moga-
moga saja, bu Santa dapat menemukan karung itu.
[Kelima raksasa masuk panggung sambil membawa karung. Mereka tampak gembira karena berhasil
mencuru karung Santa]

42.  R. Kemarahan : Berhasil, berhasil, berhasil. Kita berhasil mencuri Karung Santa.
43.  R. Iri Hati : Ya, itu berkat idemua yang jenius. Kita tadi mengendap-endap
masuk ke dalam rumah Santa Klaus.
44.  R. Egois : Kebetulan yang ada di rumah hanya ada bu Santa.
45.  R. Pemberontak : Kebetulan juga, bu Santa sedang tertindur nyenyak sekali.
Sepertinya, dia capek banget setelah bekerja keras.
46.  R. Kebencian : Kebetulan juga, bu Santa lupa mengunci pintu rumahnya, sehingga
kita bisa masuk ke dalam rumahnya.
47.  R.Kemarahan : Kebetulan juga, Karung ini tidak disimpan di tempat yang tidak kita
tahu. Jadi kita bisa langsung mengambilnya hi . . .hi . . .hi
48.  R. Pemberontak : Sekarang kantong itu ada di sini. Bayangkan, betapa kagetnya Pak
Santa dan bu Santa ketika tahu bahwa Karungs sudah hilang.
49.  R. Iri Hati : Bayangkan juga wajah anak-anak di seluruh dunia yang kecewa
karena Natal tahun ini tidak mendapat hadiah dari Santa. Mereka
akan kecewa sekali.
50.  R. Egois : Dan kita akan mudah mempengaruhi mereka untuk berkelakuan
jahat.
51.  R. Kemarahan : Oke . . . kita boleh senang karena berhasil mencuri Karung Santa,
tapi kita tidak boleh enak-enakan. Bu Santa pasti akan mencari
karung ini. Karena itu, kita harus menjaga karung ini supaya tidak
diambil lagi.
52.  R. Pemberontak : Setuju. Kita harus menjaganya secara bergiliran. Hei, Raksasa Iri
Hati, mau nggak kalau kamu yang mendapat giliran pertama?
53.  R. Iri Hati : Aku mau.
54.  R. Pemberontak : Oke. Kalau begitu, ayo kita bawa karung ini ke dalam gua kita.

Babak IV: Bu Santa Bertemu Dora

Pencerita: 
Lihatlah, karung itu disembunyikan para raksasa! Mereka terlihat senang karena berhasil mengganggu
pekerjaan pak Santa dan bu Santa.  Kira-kira, apakah bu Santa bisa menemukan karung itu, nggak
ya? Yuk kita lihat bu Santa! [Dora, Diego dan Bud masuk]
Eh, siapa tuh yang ada di sana? Kelihatannya kita sudah pernah lihat mereka. Tapi dimana ya?
Kenalan dengan mereka, yuk! Halo, [menyapa Dora, Diego dan Bud]. . . kayaknya aku pernah melihat
kalian. Boleh kenalan, nggak!

55.  Dora : Halo, teman-teman . . .  namaku Dora. Kalian sudah kenal aku 'kan. Itu lho,
yang sering tampil di acara TV itu. Aku punya dua teman, nih. Mereka mau
memperkenalkan diri.
56.  Bud : Halo teman-teman . . .  namaku Bud. Aku teman Dora. Aku yang selalu
menemani Dora kalau dia sedang berjalan-jalan.
57.  Diego : Kalau aku, namaku Diego. Aku juga teman Dora dan Bud ini. Kami sering
berjalan-jalan bersama. Sekarang ini, kami mau jalan-jalan di Salatiga ini. 
Kira-kira ada makanan yang enak, nggak ya? Apa sih makanan yang enak di
sini?
58.  Dora : Iya, nih . . .  ngomong-ngomong soal makanan, aku kok jadi lapar ya.  Kita
istirahat dulu, yuk. Kita makan dulu. Kalau sudah kenyang, nanti kita
berjalan lagi [Dora, Diego dan Bud duduk. Bu Santa masuk. Ketiga orang
tadi tidak jadi makan. Bu Santa kelihatan bingung]
59.  Dora : Maaf, . . . kalau tidak salah, Ibu ini yang bernama bu Santa. Benar 'kan?
60.  B. Santa : Memang benar. Saya bu Santa. Kamu ini siapa? Dan siapa kedua temanmu
itu?
61.  Dora : Nama saya Dora.
62.  Diego : Saya Diego
63.  Bud : Saya Bud
64.  B. Santa : Apakah kalian yang sering bermain di TV itu?
65.  Dora : Benar, bu. Itu kami. Tapi ngomong-ngomong, saya lihat tadi ibu agak
kebingungan. Ada apa sih?
66.  B. Santa : Benar, Dora. Saya sedang mencari karung pak Santa yang hilang.
67.  Diego : Kok bisa hilang? Bagaimana ceritanya?
68.  B. Santa : Waktu itu, saya baru saja selesai memasukkan hadiah ke dalam karung. Lalu
saya tinggal tidur sebentar. Eh, waktu bangun, sudah tidak ada. Saya sudah
mencari kesana-kesini, tapi hanya menemukan sapu tangan ini.
69.  Dora : Oh, begitu ceritanya. Eh, Diego bagaimana kalau kita tolong bu Santa
menemukan karungnya. Setuju? [Diego mengangguk] Kamu, Bud? Setuju?
[Bud mengangguk setuju]
70.  B. Santa : Kalian memang anak-anak yang baik. Saya mengucapkan terimakasih
sebelumnya. Tapi kita akan mencari kemana? Saya hanya punya sapu
tangan ini sebagai petunjuk.
71.  Diego : [mengamati sapu tangan] Di sini tertulis nama "Raksasa Iri Hati". Hei,
Bud . . . tahukah kamu dimana rumah raksasa Iri Hati?
72.  Bud : Kita tanya saja pada peta.  Dora, ambil peta di ranselmu.
73.  Dora : Menurut petunjuk di peta ini, raksasa Iri Hati tinggal di gunung Kejahatan.
[berbicara kepada penonton] Teman-teman, tolong dong, ditunjukkan jalan
menuju gunung Kejahatan [Dora, Bud dan Diego meminta tolong penonton
untuk menunjukkan jalan yang harus dilalui]
74.  B. Santa : Terimakasih. Sekarang kita sudah tahu jalan ke gunung Kejahatan. Ayo kita
berangkat ke sana!

Babak V: Bertarung dengan Raksasa

Pencerita: 
Bu Santa, Dora, Bud dan Diego segera berjalan menuju gunung Kejahatan. Mereka berjalan mendaki
gunung itu, sambil menyanyi naik-naik ke puncak gunung. Kita sama-sama menyanyi yuk [mengajak
menyanyi "naik-naik ke puncak gunung"]
[Bu Santa, Dora, Bud dan Diego keluar panggung]
Kita tinggalkan bu Santa dan teman-temannya. Sekarang ayo kita tengok ke gunung Kejahatan. Lihat
ada apa di sana? [Raksasa Iri Hati masuk] Siapa itu? Oh, rupanya ada Raksasa Iri Hati. Sedang apa di
sana? Hei, raksasa Iri Hati? Sedang apa kau di situ?

75.  R. Iri Hati : Aku di sini bertugas menjaga karung Santa. Kami baru saja mencuri
karung ini dari rumah bu Santa.
76.  Pencerita : Mengapa kamu mencuri karung itu? Mencuri itu tidak baik, lho!
77.  R. Iri Hati : Karung ini berisi hadiah untuk anak-anak. Kalau pak Santa kehilangan
karung ini, maka dia tidak bisa membagikan hadiah kepada anak-anak 
pada malam Natal nanti. Lalu, anak-anak menjadi kecewa. Mereka
akan ngambek, merengek, menangis, bahkan ada yang menjadi nakal.
Kalau sudah begitu, anak-anak itu akan kujadikan pengikutku.
78.  Pencerita : Idiiih, itu 'kan rencana jahat.
79.  R. Iri Hati : Kami memang makhluk jahat ha...ha....ha. . . .Eh lihat tuh, siapa yang
datang? [bu Santa dkk masuk panggung]
80.  B. Santa : Apakah kamu yang bernama Raksasa Iri Hati?
81.  R. Iri Hati : Betul. Ada perlu apa dengan saya?
82.  B. Santa : Apakah saputangan ini milikmu? Saya tadi menemukan saputangan ini
di rumah saya. Entah bagaimana saputangan ini bisa ada di sana.
83.  R. Iri Hati : Sapu tangan ini memang milik saya.
84.  B. Santa : Waktu menemukan sapu tangan ini, saya sedang mencari-cari karung
pak Santa. Oh, ya sekalian mau tanya, apakah kamu tahu dimana
karung itu berada?
85.  R. Iri Hati : Ha...ha...ha.... Walaupun dicari kemana-mana, karung itu nggak bakal
ditemukan. Lha wong, kami curi, kok.
86.  B. Santa : Ooooo....jadi karung dicuri, to? Pantesan aku cari kemana-mana tidak
ketemu. Sekarang kembalikan karung itu. Soalnya, anak-anak di
seluruh dunia menantikan hadiah itu.
87.  R. Iri Hati : Enak saja . . . Nggak bisa, dong!
88.  B. Santa : Mengapa kamu mencuri karung kami?
89.  R. Iri Hati : Soalnya, aku iri melihat pak Santa yang disukai oleh anak-anak.  Kalau
dia datang, semua anak-anak senang menyambutnya. Gambarnya
dipasang dimana-mana. Di majalah ada, di TV ada, di buku ada,
bahkan di toko-toko ada juga gambar Santa Klaus. Tapi aku sendiri,
tidak ada yang suka padaku. Orang-orang selalu lari kalau melihat
aku.  Mengapa sih, pak Santa punya banyak teman? Mengapa dia
disukai banyak?
90.  B. Santa : Itu karena pak Santa selalu membuat orang lain merasa senang.
Apakah kamu pernah melihat pak Santa membuat jengkel orang lain?
Tidak pernah bukan? Ingat nggak, Tuhan Yesus pernah berkata,
'Perlakukanlah orang lain seperti kalian ingin diperlakukan oleh
mereka. '
91.  Dora : Maksudnya, kalau kamu lebih dulu membuat orang lain senang, maka
orang-orang akan senang berteman dengan kamu. 
92.  Diego : Kalau kamu berbuat baik pada teman-temanmu, maka teman-
temanmu akan berbuat baik kepadamu.
93.  Bud : Kalau kamu selalu ramah dan tersenyum kepada orang lain, maka
orang lain akan ramah dan tersenyum kepadamu.
94.  R. Iri Hati : Oh, begitu, ya. Oke deh kalau begitu aku akan membuat orang lain
merasa senang.  Aku pergi dulu, ya!
95.  Diego : Eh, tunggu dulu . . . Dimana karung itu berada?
96.  R. Iri Hati : Tanya saja pada Raksasa Egois . . . Daaaaaa [Pergi]
97.  Dora : Wah, bagaimana sih Raksasa Iri Hati, tuh. Kita 'kan nggak tahu dimana
Raksasa Egois berada.
98.  Bud : Kita panggil saja namanya . . .
99.  Diego : Teman-teman, bantu kami, ya . . . Yuuuk kita bersama-sama
memanggil raksasa Egois [Mengajak penonton memanggil nama
raksasa Egois. Raksasa Egois muncul]
100.   R. Egois : Siapa yang memanggil namaku?
101.   B. Santa : Kami yang memanggilmu . . .
102.   R. Egois : Oh . . . rupanya bu Santa dan teman-temannya.
103.   B. Santa : Lho, kamu kok sudah kenal dengan aku?
104.   R. Egois : Iya, dong . . . soalnya aku 'kan pernah masuk rumah bu Santa, untuk
mencuri karung pak Santa hi . . . hi . . .hi
105.   B. Santa : Mengapa kamu mencuri karung kami?
106.   R. Egois : Soalnya aku heran pada pak Santa. Mengapa setiap tahun dia selalu
memberikan hadiah pada anak-anak? Padahal pak Santa 'kan tidak
pernah mendapat apa-apa dari anak-anak? Aku tidak habis pikir,
mengapa dia mau bersusah payah menyediakan hadiah, kemudian
pada malam yang dingin dia berkeliling untuk membagikan hadiah itu.
Menurutku itu terasa aneh!
107.   B. Santa : Itu yang namanya pengorbanan. Pak Santa meniru pengorbanan yang
dilakukan oleh Tuhan Yesus.
108.   Dora : Ya, Yesus mau mengorbankan diri-Nya. Dia disalib di Gologota, supaya
kita bisa diselamatkan.
109.   Diego : Kalau kita mau selamat, kita cukup menerima hadiah dari Tuhan
Yesus.
110.   R. Egois : Jadi, aku tidak harus memberi apa-apa kepada Yesus untuk menerima
keselamatan?
111.   B. Santa : Tidak perlu. . . Kamu cukup menerima hadiah dari Tuhan Yesus, yaitu
hadiah keselamatan. Itu saja. Nah, karena pak Santa sudah menerima
hadiah keselamatan dari Tuhan Yesus, maka pak Santa ingin
mengucapkan terimakasih kepada Tuhan. Caranya, pak Sannta
membagikan hadiah-hadiah pada anak-anak.
112.       R. Egois : Oh, begitu to? Apakah aku boleh minta hadiah dari Tuhan Yesus?
113.       Dora : Boleh saja. Hadiah ini diberikan kepada semua orang, kok.
114.       R. Egois : Bagaimana cara mintanya?
115.       Diego : Lipat tangan, tutup mata, lalu berdoa pada Tuhan Yesus
116.       R. Egois : Bagaimana cara melipat tangan?
117.       Dora : Teman-teman, si raksasa Egois, teman kita ini ingin diajari cara
melipat tangan. Kita bantu yuk!
[Dora mengeluarkan  puzzle sederhana. Dora mengajak satu atau dua penonton untuk menyusun
kepingan-kepingan itu sehingga menjadi gambar tangan yang sedang melipat untuk berdoa.]
118.       R. Egois : Oooooo sekarang saya sudah tahu. Oke deh kalau begitu aku
pergi dulu ya. Aku kan berdoa.
119.       Diego : Eh, tunggu dulu . . . Dimana karung itu berada?
120.       R. Egois : Tanya saja pada Raksasa Pemberontak . . . Daaaaaa [Pergi]
121.       Dora : Wah, bagaimana sih Raksasa Egois, tuh. Kita 'kan nggak tahu
dimana Raksasa Pemberontak berada.
122.       Bud : Kita panggil saja namanya . . .
123.       Diego : Teman-teman, bantu kami, ya . . . Yuuuk kita bersama-sama
memanggil raksasa Raksasa Pemberontak [Mengajak penonton
memanggil nama raksasa Pemebontak. Raksasa Pemberontak]
124.   R. Pemberontak : Siapa yang memanggil namaku?
125.   B. Santa : Kami yang memanggilmu . . .
126.   R. Pemberontak : Oh . . . rupanya bu Santa dan teman-temannya.
127.   B. Santa : Kembalikanlah karung pak Santa, yang kamu curi.
128.   R. Pemberontak : Enak saja. Nggak bisa dong. Soalnya, kalau karung itu ku
kembalikan, anak-anak tidak lagi memberontak pada orangtua.
Mereka jadi patuh pada orang yang lebih tua. Kalau disuruh guru
belajar di rumah, mereka mau belajar di rumah. Kalau disuruh
Bapaknya menyiram tanaman, mereka mau menyiram tanaman.
Kalau diminta membanntu Ibu di dapur, mereka mau membantu.
129.   Dora : Itu bukan karena hadiahnya, yang menjadikan mereka jadi
patuh.
130.   R. Pemberontak : Terus, karena apa, dong?
131.   Diego : Karena anak-anak itu mencontoh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus itu
patuh pada perintah Bapa-Nya. Apa saja yang diperintahkan oleh
Bapa-Nya, Tuhan Yesus mau mematuhi-Nya. Bahkan ketika
diperintahkan untuk mati di kayu salib, Tuhan Yesus tidak
membantah perintah Bapa-Nya. Dia rela mati di kayu salib.
132.   Bud : Tapi, tiga hari kemudian, ia bangkit kembali. Begitu 'kan Diego
133.   Diego : Iya, Bud. Tuhan Yesus memang mati, tapi hidup lagi. Sekarang,
Dia ada di sorga.
134.   Dora : Nah, sebagai murid Tuhan Yesus, kita juga harus meniru
ketaatan Tuhan Yesus. Kita harus patuh pada perintah Tuhan dan
taat pada perintah baik orangtua. Begitu ceritanya.
135.   R. Pemberontak : Oooo . . . begitu ceritanya. Kok kalian bisa tahu banyak, sih?
136.   Diego : Iya, dong . . . . kami 'kan membaca Alkitab. Di dalam Alkitab 
itu, kita bisa membaca cerita tentang Tuhan Yesus. Selain itu,
ada juga cerita lainnya yang asyik. Contohnya, ada cerita orang
yang dimakan ikan, ada keledai yang bisa ngomong seperti
manusia, orang mati yang hidup kembali, air bisa menjadi
anggur, orang yang digigit ular tapi tidak mati. Pokoknya
ceritanya asyik-asyik banget. Baca saja sendiri, kalau tidak
percaya.
137.   R. Pemberontak : Tapi aku tidak punya Alkitab. . . .
138.   Dora : [Kepada penonton] Teman-teman, raksasa Pemberontak ini tidak
punya Alkitab. Bagaimana kalau kalau kita beri Alkitab. Setuju?
Kalau begitu, bantu saya menemukan Alkitab ya?

[Dora mengajak penonton menemukan Alkitab di dalam gambar]

139.       R. Pemberontak : Terimakasih, ya . . . Asyik sekarang aku bisa membaca cerita


yang seru-seru. Aku pergi dulu ya. Aku mau membaca Alkitab
ini.
140.       Diego : Eh, tunggu dulu . . . Dimana karung itu berada?
141.       R. Egois : Tanya saja pada Raksasa Kebencian dan Raksasa
Kemarahan . . . Daaaaaa [Pergi]
142.       Diego : Teman-teman, bantu kami, ya . . . Yuuuk kita bersama-sama
memanggil raksasa Raksasa Kebencian dan Raksasa Kemarahan
[Mengajak penonton memanggil nama Raksasa Kebencian dan
Raksasa Kemarahan. Mereka masuk panggung sambil membawa
karung]
143.   R. Kemarahan dan R. : Siapa yang memanggil nama kami
Kebencian
144.   B. Santa : Kami yang memanggilmu . . . kembalikanlah karung pak Santa
145.   R. Kemarahan : Nggak usah, ya. . . .karung ini akan tetap kami simpan. Soalnya,
jika malam Natal nanti pak Santa tidak membagikan hadiah,
maka anak-anak akan kecewa. Mereka akan ngambek,
menangis, merengek-rengek setelah itu marah pada Santa
Klaus.  Maka, anak-anak itu akan menjadi pengikutku. Mereka
akan jadi anak buah raksasa Kemarahan ini.
146.   R. Kebencian : Ya . . .ya . . .ya . . . karena batal mendapat hadiah, maka anak-
anak menjadi kecewa. Mereka akan membenci pak Santa . . . hi .
. hi...hi.... lalu mereka akan menjadi pengikutku. Mereka akan
menjadi anak buak raksasa Kebencian ini.
147.   B. Santa : Pikiranmu itu keliru.  Asal kamu tahu saja, ya . . . anak-anak
Kristen itu tidak mudah marah. Dia juga tidak gampang
membenci orang lain.
148.   R. Kemarahan : Lho, kok bisa begitu? Mereka 'kan batal mendapat hadiah?
149.   Dora : Soalnya, Tuhan Yesus mengajarkan supaya anak-anak Kristen itu
mengasihi Tuhan dan sesama.
150.   Diego : Bahkan kepada musuh pun kami juga harus mengasihi. Meski
musuh kami menyakiti kami, namun kami tidak akan membenci
dia. Kami harus tetap mengasihi dia.
151.   R. Kebencian : Jadi walaupun kami tetap menyimpan karung ini, dan pak Santa
gagal membagikan hadiah, anak-anak itu tidak akan menjadi
marah dan benci.
152.   B Santa : Kalau anak-anak itu benar-benar menjadi murid Tuhan Yesus,
maka mereka tidak akan menjadi marah dan benci.
153.   R. Kemarahan : [Berkata kepada raksasa Kebencian] Jadi, tak ada gunanya dong,
kita menyimpan karung ini.
154.   R. Kebencian : Iya . . . lagipula, aku juga selalu merasa takut jika menyimpan
karung ini terus-terusan. Aku selalu takut ketahuan. Aku takut
ditangkap polisi.
155.   R. Kemarahan : Bagaimana kalau kita kembalikan saja karung ini.
156.   R. Kebencian : Setuju. Kita kembalikan saja deh. [berkata kepada bu Santa] Bu
Santa, kami memang yang mencuri karung itu. Saya pikir,
dengan mencuri karung itu, maka anak-anak di dunia ini akan
menjadi jahat. Ternyata perkiraan kami keliru.
157.   R. Kemarahan : Kami minta maaf untuk kesalahan kami. Maukah bu Santa
memaafkan kami.
158.   Bu Santa : Tentu saja. Saya akan mengampuni dan memaafkan kesalahan
kalian. Tuhan Yesus pernah mengajarkan "Doa Bapa Kami.' Salah
satunya berbunyi demikian "Ampunilah kami akan kesalahan
kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah
kepada kami." Tapi perbuatan itu jangan diulangi lagi, ya?
159.   R. Kebencian  & : Ya . . . [Sambil menyerahkan karung kepada bu Santa. Tiba-tiba
Kemarahan HP bu Santa berdering]
160.   Bu Santa : Sebentar . . . sebentar HP-ku berbunyi [melihat layar HP, untuk
mengetahui siapa yang menelepon] Oh, rupanya pak Santa yang
menelepon. Halo . . . iya nih . . . Aku sekarang ada di Salatiga.
Saya bersama Dora, Diego dan Bud sedang mencari
karung . . . .  panjang ceritanya, Pa . . .  nanti saja kalau sudah
di rumah aku ceritakan. . . . Hmmm . . .  iya . . . sekarang saya
ada di Salatiga . . .[Bu Santa mendengarkan suara penelepon.
Setelah itu menutup HP-nya] Teman-teman, pak Santa tadi
berkata, karena kita sudah ada di Salatiga, maka disuruh
membagikan hadiah kepada anak-anak di Panti Asuhan ini.
Ayo . . . bantu aku bagi-bagi hadiah
[Bu Santa membuka karung dan membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak]

Puisi-Puisi Natal

Asalkan Yesus Bersama Kita


Tidak apa-apa Papa
Bila Natal kali ini aku memakai baju yang lama
Aku akan tetap lebih gemerlap daripada pohon terang itu
Karena sukacita berpendar dihatiku

Tidak apa-apa Mama


Sepatuku yang lama masih indah dipandang
Bintang pengharapan menuntunku tetap
Membawaku percaya dengan hati mantap

Tidak ada kue lezat dan kado berpita


Sungguh tidak mengapa Papa Mama tercinta
Asalkan Yesus bersama kita
O alangkah indahnya hidup kita

Natal Yang Teduh


natal telah menjadi puisi alam raya
hiruk-pikuk pekik sorak hura-hura
apalagi cuma gegap gempita iklan
agaknya sudah tidak diperlukan

mohon jangan gaduh


sang bayi penebus bumi
masih tertidur nyenak
dalam dekapan bunda terkasih
semua ilalang, seisi kandang
adalah segala yang teduh
dalam syukur dan simpuh

ya, natal itu puisi alam raya


karena itu jangan gaduh
bumi kita telah ditebus
perlu istirahat dan tidur

ia sudah amat lelah


bekerja keras menata nasib
beri kesempatan ia bermimpi
biarkan ia merindu dan mencinta
merdeka dari segala tetek bengek
yang makin menjauhkan bumi kita
dari sang keabadian sendiri

Hakikat Natal
lonceng-lonceng dan genta-genta
berdentang-dentang pada hari natal
lagu-lagu natal yang sudah kita kenal
o, betapa indah seru nafiri dari langit
"damai sejahtera di bumi, di antara
  manusia yang berkenan kepadaNya!"

umpama pada hari natal


lonceng genta di semua gereja
tiada henti melagukan tembang sama
"damai sejahtera di bumi, di antara
  manusia yang berkenan kepadaNya!"
mungkin kita lalu putus asa dan terluka
sebab damai di bumi sudah langka
hasrat berkuasa manusia makin riuh
buah-buahnya, o,  mengerikan
sang tembang kedamaian
menjadi lagu olok-olok

"damai sejahtera di bumi, di antara


  manusia yang berkenan kepadaNya!"
hohohuhuhaha, olok-olok jalan terus
tapi tembang damai bergulir terus
dentang gemanya semakin lantang
siapa berkenan kepadaNya berderap
siapa berkehendak baik berpadu
dengan butir-butir waktu
dengan pernik-pernik ruang
sebab  hakikat sang natal
adalah tawaran cintakasih
dari pusat-pusat keabadian
bagi kita semua

Cahaya yang Tinggal Tetap


Ucapan-ucapan dan lagu-lagu Natal sudah berakhir
Kegembiraan perayaan Natal sudah berlalu
dengan para malaikat naik ke Surga,
Orang-orang majus kembali ke Timur.

Tetapi terang yang pernah bersinar di sebuah palungan


Masih menerangi dunia dari kejauhan,
Dan hati yang taat masih mendengarkan nyanyian para malaikat
Dan orang bijak masih mengikuti sebuah bintang

Ellis Rowsey
Maukah Engkau?
“Maukah engkau menggendong bayi ini?”
Maria yang lembut mungkin berkata begitu
Kepada gembala-gembala yang sedang berlutut
Di sisi tempat tidur bayi yang kudus.

“Maukah engkau menggendong bayi ini?”


Dia mungkin berkata begitu kepada orang-orang tua
Kepada orang-orang majus yang mempersembahkan
Emas, kemenyan, dan mur kepada-Nya.

“Maukah engkau menggendong bayi ini?”


Ia mungkin berkata begitu kepada kita
“Menyimpan semangat dan berkat Natal
Jauh di lubuk hatimu?”

Lonceng Natal
Aku mendengar lonceng berdentang pada hari Natal
Lagu-lagu Natal yang sudah dikenal,
Betapa nyaring dan merdunya kata-kata yang terdengar lagi
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!

Aku berpikir, seandainya pada hari Natal,


semua lonceng yang tergantung di menara gereja
Memainkan lagu tanpa hentinya
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!

Dan dalam keputusasaan aku menundukkan kepala;


“Tidak ada damai di bumi,” kataku;
“Karena kebencian ada di mana-mana, dan mengejek lagu
tentang
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!”

Tetapi suara lonceng yang berdentang bergema semakin kuat:


“Tuhan tidak mati atau tertidur!
Yang jahat akan jatuh, yang benar akan menang,
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!”

Lonceng terus berbunyi, berdentang,


Bumi berputar dari malam hingga pagi,
Suara, lonceng, nyanyian agung, terdengar merdu,
Damai sejahtera di bumi,
Di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!

Malam Yang Sunyi


Sst,
Bayi itu tidur
Dalam buaian ibu-Nya yang penuh kasih.
Malam sunyi,
Dan hewan ternak dalam kandang mendekam
Diam menyembah tanpa suara

Sst,
Dunia tertidur
Dalam mimpi bayi Yesus yang penuh kasih ini.
Hati kita tenang
Dan pikiran kita yang bercabang
Segera tenang dalam penyembahan yang tiada batasnya

Tidurlah, Nak, tidurlah


Tidur dalam kekudusan-Mu.
Tidurlah, bumi, tidurlah
Dalam perlindungan Tuhan

Puisi Malam Natal
Makanlah Rumputmu
Memang kerbau berotak dungu
Hanya bisa melenguh dan merumput
Setelah kenyang langsung mendengkur
Terjaga hanya ketika mendengar domba-domba mengembik

Hah!
Mengapa pula kau meributkan domba-domba itu?
Bukankah kalian dipelihara oleh tuan yang sama?
Bukankah kalian diberi makan rumput yang sama?

Dasar kerbau berotak dungu


Mentang-mentang berbadan besar bertanduk tajam
Seenaknya saja mengaku raja
Raja berotak dungu

Hei Domba!
Jangan mengembik terlalu berisik
Nanti kerbau berotak dungu marah
Ah, dasar kerbau dan domba sama-sama berotak dungu
Tuanmu sudah memberi masing-masing gembala
Jadi, makanlah rumputmu saja

Risau Hati Anak


Papa,
Mengapa memasang pohon terang di rumah kita?
Mengapa kita pakaikan kapas bak salju?
Mengapa Papa berpakaian bak Sinterklas?
Mengapa kita tidak bikin kandang?
Mengapa kita tidak buatkan palungan?
Mengapa kita tidak hadirkan domba?

Kata Papa,
Sang Juru Selamat lahir bukan di pohon terang
Apalagi berhias salju
Pun tanpa kehadiran Sinterklas
Lalu, Natal siapa yang kita rayakan?
Sang Waktu

Tak ada waktu pada-Nya


Karena Ia tak berwaktu
Namun Ia yang tak berwaktu,
telah membatasi diri-Nya oleh waktu

Dalam kesunyian malam itu,


waktu-Nya mulai dihitung
Ketika tangisan-Nya yang pertama menggema
Mendetakkan waktu-Nya yang pertama di bumi.

Oh, Sang penentu waktu yang tak berwaktu


Mengapa Engkau membiarkan diri-Mu di atur oleh waktu?
Mengapa Engkau merelakan diri-Mu dibatasi oleh waktu?
Mengapa Engkau menghadirkan diri-Mu ke dalam waktu?

Malam itu, dalam lenguhan hewan yang tak mengenal waktu


Engkau datang untuk memberi waktu yang baru bagi dunia
Engkau datang untuk menawarkan waktu sebagai anugerah
Engkau datang untuk mengatakan waktunya tidak lama lagi

Sebab dunia yang terbatas oleh waktu akan segera berakhir di dalam waktu
Engkau datang untuk mengatakan, waktuku adalah saat ini
Engkau datang untuk mengatakan kepadaku,

waktu-ku hanya sementara di sini


Engkau datang untuk mengatakan,
Berdamailah dengan Aku Sang Waktu yang sejati
Agar aku dapat bersama-Mu tanpa waktu.

Roos Lusy

Hatimu, bilik terindah bagi-Ku


Aku hendak turun untuk melihat-lihat
Bagaimana kehidupan manusia yang Ku ciptakan
Sebab telah lama Ku dengar kabar tentang mereka
Kabar yang sungguh memilukan hati-Ku

Aku telah merancangkan dari mulanya


Bahwa mereka akan hidup di hadapan-Ku
Bersama dengan-Ku selamanya
Bahwa jika mereka bersama-Ku
Mereka tidak akan pernah mengalami kekurangan

Aku sedih, ketika waktu itu


Di rumah yang begitu indah dan mewah
Yang Kuberikan sebagai hadiah pertama-Ku
Aku mendapati mereka telanjang
Telanjang di tengah-tengah segala kelimpahan harta
yang telah Ku sediakan, hanya bagi mereka

Mengapa? Apakah semua itu tidak cukup?


Malam itu, setelah ribuan tahun terlewatkan
Aku datang, datang kembali mengunjungimu
Aku mendapati engkau terlalu sibuk,
Sibuk dengan dirimu sendiri
Hingga kehadiran-Ku tak engkau pedulikan
Tak ada tempat di rumahmu bagi-Ku

Di mana? Di mana tempat yang hangat yang bisa Aku tempati


Tuk menghangatkan tubuh mungil-Ku yang kedinginan?
Tak ada! Tidak ada satu pun bilik yang kosong di rumahmu
Hanya kandang hewanmu yang tersisa untuk-Ku
Namun tidak mengapa
karena itu pun sudah cukup bagi-Ku waktu itu

Seandainya saat ini engkau telah menyadari


Bahwa Aku telah datang kembali untukmu
Tolong, bukalah bilik hatimu,
agar Aku dapat masuk dan tinggal di sana
Dan menjadikannya bilik terindah bagi-Ku dan bagimu.

DAMAI
Damai....?
Ingat pertama kali berjumpa di Eden, betapa indahnya
Kehadiranmu di sisi manusia, sangat menyejukkan
Sebab semuanya hanyalah engkau dan mengenai engkau
Tiada yang kurang saat itu
Hanya kesempurnaan saja adanya

Pengkhianatan ..., mengapa? Mengapa hal itu harus terjadi?


Mengapa engkau dikhianati oleh manusia yang engkau kasihi?
Terbuang, terjual, terasingkan, dijauhkan
hanya karena tawaran, sebuah kehormatan yang kosong!

Namun sejak saat itu dan seterusnya


Engkau telah menjadi kerinduan yang tak berujung
Sejak di Eden, engkau terus di cari
Entah ke mana pergimu ...
Meski segala cara telah di tempuh
Segala taktik telah di coba
Namun engkau tak pernah lagi menjawab

Perang, pembunuhan, pertikaian, perselisihan ...


Gaduh ... buntu ... tamat ....!!!
Inikah akhirnya? Tanpa kedamaian?
Masih adakah harapan?
Masih hidupkah engkau?

Malam itu, sejak kesenyapan yang terjadi di Eden


Sayup-sayup terdengar lagi nyanyian yang telah lama hilang
“... damai di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”
Engkaukah itu? Engkaukah yang telah kembali?

Ya, itu adalah engkau


dengan ciri yang melekat pada dirimu
Meski aroma kotoran hewan memenuhi rongga dadamu
Namun engkau tetap tenang dalam hangatnya palunganmu
Engkau datang kembali dalam rupa seorang bayi mungil
Dengan rautan wajah penuh kehangatan

Damai ...
Damai di bumi ...
Dan Engkau kembali
Tuk berdamai dengan manusia.
LITURGI  I.

1.    Pada mulanya gelap semuanya, sunyi senyaplah samudera. 


Allah bersabda: terang bercahya; hari pertama di dunia.

2.     Pada mulanya belum ada langit; atas dan bawah tercampurlah. 


Allah bersabda: bentangan pun jadi; hari kedua di dunia.

3.     Pada mulanya belum ada tanah yang menumbuhkan tanamannya. 


Allah bersabda: terciptalah darat; hari ketiga di dunia.

4.     Pada mulanya belum ada surya, bulan dan bintang dan masanya. 
Allah bersabda membuat semua; hari keempat di dunia.

5.    Pada mulanya belum ada ikan, burung bersayap belum pernah. 


Allah bersabda: segala tercipta; hari kelima di dunia.

6.    Pada mulanya belum ada hewan yang menemani manusia. 


Allah bersabda menjadikan insan; hari keenam di dunia.

7.    Pada mulanya semua terjadi: langit dan bumi dan isinya. 


Allah Pencipta telah memberkati hari ketujuh di dunia.

LITURGI II : KEJATUHAN MANUSIA KEDALAM DOSA

Bapa & Anak masuk panggung. Sambil berjalan di panggung.

ANAK                        : Bapa, sungguh indah alam semesta ini .siapakah yang menciptakan ini?

BAPA : Pencipta dunia ini adalah Tuhan, Allah Sang Pencipta, Khalik langit dan bumi.
ANAK : Apakah Tuhan itu sudah ada sebelum dunia dijadikan?

BAPA : Benar, Tuhan adalah kekal. Ia sudah ada sebelum semua ada…..

ANAK : Lalu dimana di tempatkanNya manusia yang pertama sekali Dia ciptakan?

BAPA : Pada mulanya Ia menempatkan manusia pertama itu di taman Eden, sebuah taman yang indah
dan semuanya yang mereka butuhkan ada disana.

ANAK : Lalu mengapa kita sekarang harus mencari apa yang kita butuhkan  bapa?

BAPA : Marilah kita bercerita sambil berjalan jalan di taman ini  (meninggalkan panggung)

NARATOR

(Diiringi music orchestra)

Sebelum dunia ada, Dia telah ada. Sebelum bumi dan segala isinya jadi, Dia sudah ada. Pada Mulanya
ada Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah….

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Ia menciptakan alam semesta beserta isinya  selama
enam hari. Ia menciptakan langit dan bumi. Ia menciptakan tumbuh-tumbuhan. Ia menciptakan segala
binatang di darat, laut dan udara. Dan Ia menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan. Dan sungguh
semua yang Ia ciptakan baik dan sempurna.

(Menjelang Narator selesai, adam dan hawa masuk)

ADAM

Hawa, Lihatlah, taman ini begitu indah. Dan semua tumbuhan dan buah-buahan di sini boleh kita
makan, kecuali…..

HAWA

Yang satu ini…(menunjuk sebuah pohon dan buah2an di dekat mereka)

ADAM

Betul sekali… Kamu tunggu di sini ya, aku akan mencari buah-buahan yang segar untuk kamu
makan. (Adam meninggalkan panggung, ular masuk)

ULAR

Hai Hawa, wah kelihatannya kamu lapar. Kenapa kamu tidak makan buah ini saja? Lihatlah, buahnya
tampak bagus dan rasanya pasti sangat nikmat.

HAWA

Tetapi Adam bilang, Tuhan melarang kami makan buah ini


ULAR

Ha ha ha… pasti Adam salah dengar…Ini namanya pohon Pengetahuan Baik dan Jahat, kalau makan ini
kalian akan menjadi seperti Tuhan. Tuhan itu baik, masak sih Ia melarang kalian makan buah yang begitu
ajaib ini. O..tidak mungkin, tidak mungkin….

HAWA

Ah, masak sih…

ULAR

Coba saja….

HAWA

(masih ragu-ragu, garuk-garuk kepala, bingung) Tapi…

ULAR

Ayo, coba saja. Kalau nggak dicoba pasti nggak akan tahu bagaimana rasanya..

HAWA

Ah, iya deh. Nyobain satu saja. (memetik buah dan memakannya) hm…nikmat sekali…(adam pun
datang) Sayang, cobalah buah ini, enak sekali. (Tanpa pikir panjang, adam memakannya)

Setelah Adam memakan buah (Bunyi Guntur dan gemuruh)

ADAM

(Voice Over, berteriak dan panic )

Ya Tuhan! Hawa, Kita telah melanggar perintah Tuhan! Bagaimana ini….(lalu bersembunyi)

LITURGI IV : KELAHIRAN JURU SELAMAT

Dialog diambil langsung dari Injil Lukas 1:39-56; Lukas 2:1-20 dan Matius 2:1-12.


PEMERAN:
Peran utama: Yusuf, Maria, Elisabet, Malaikat, beberapa
gembala, Herodes, dan tiga orang Majus,
KELAHIRAN YESUS KRISTUS

ADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus

[[Musik pengiring instrumental mengalunkan lagu (O Come, O Come


Emmanuel). Narator mulai membacakan naskahnya di belakang panggung.]]

NARATOR: Dalam bulan keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke


sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan
yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud,
nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria,
ia berkata:

Maria muncul di panggung, berjalan perlahan-lahan,

MALAIKAT: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."

NARATOR: Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam


hatinya. Apakah arti salam itu?

MALAIKAT: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di


hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai
Dia, Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah
yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya
tahta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum
keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan
berkesudahan."

MARIA:         "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"

MALAIKAT: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi
akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu
disebut Kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu
itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari
tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul
itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."

MARIA: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut


perkataanmu itu."

[[Musik terus mengalun sampai pemeran Malaikat meninggalkan panggung.


Beberapa saat kemudian Maria juga meninggalkan panggung.]]

                                                                                                        
ADEGAN 2: Maria dan Elisabet

Elisabet memasuki panggung. Musik instumental (Bring a Torch) mengalun pelan


dan Narator mulai membacakan naskahnya.

NARATOR: Berapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan


ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk kerumah Zakaria dan memberi salam
kepada Elisabet. Dan ketika
Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam
rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru
dengan suara nyaring.

[[Maria memasuki panggung dengan membawa bungkusan bekal, Elisabet menyambut Maria
dengan  memegangi  perutnya, lalu mencium pipi Maria.]]

ELISABET: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah


buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang
mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada
telingaku, anak yang di rahimku melonjak kegirangan. Dan
berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan
kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

[[Mereka berdua sangat bahagia sambil bergandengan tangan Maria dan


Elizabet meninggalkan panggung. Musik semakin pelan dan berhenti.]]

ADEGAN 3: Nyanyian dan Pujian Maria

[[Setting panggung tetap sama, musik  ()  mengiringi


Maria muncul ke panggung lagi (spot light ditujukan ke Maria).
Dengan tangan yang dilipat di depan dada dan kepala sedikit
menengadah ke atas Maria membacakan pujiannya.]]

MARIA:"Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,


sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesunguhnya, mulai dari sekarang
segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena yang Maha Kuasa telah melakukan perbuatan-
perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang
yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-
beraikan
orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa
dari takhtanya, dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik
kepada orang yang lapar; dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong
Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmatNya,
seperti dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham danketurunannya untuk selama-
lamanya."

NARATOR: Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan


Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

ADEGAN 4: Kelahiran Yesus

[[Diiringin dengan musik instrumental lagu (Joy to the World)


Masuklah beberapa prajurit yang seakan-akan sedang membaca
pengumuman dari raja Herodes. Sementara itu Narator membacakan
naskahnya.]]

NARATOR: Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah,


menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah
pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi
wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan
diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi
dari kota Nasaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama
Betlehem - karena ia berasal dari keluarga keturunan Daud
- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria tunangannya yang
sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi
Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki,
anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan
dibaringkannya dalam palungan karena tidak ada tempat bagi mereka
di rumah penginapan.

[[Lalu prajurit pergi dan masuklah Maria dan Yusuf berjalan perlahan-
lahan mengitari panggung dan terlihat lelah karena Maria sedang
mengandung. Yusuf sesekali berhenti menuju ke sebuah pintu (Jika
memungkinkan panggung dihiasi dengan beberapa pintu rumah untuk bisa
diketuk oleh Yusuf) dan mengetuk rumah penginapan, namun pemilik
penginapan menolak mereka. Hal ini bisa dilakukan 2 kali sampai
pemilik penginapan yang ke dua menunjukkan kandangnya. Musik
pengiring "Malam Kudus" (O Holy Night) mengalun lembut. Spot light
diarahkan kepada Maria dan Yusuf. Di salah satu sudut panggung telah
dihias dekorasi kandang yang telah tersedia palungan dan boneka bayi
yang dibungkus lampin. Setelah Yusuf dan Maria memandangi bayi lalu
Maria menggendong bayi Yesus dan masuk ke belakang panggung]]
ADEGAN 5: Gembala-gembala

[[Adegan ke 5 disambut dengan iringan perlahan lagu (Hark the Herald


Angels Sing). Para gembala muncul di panggung dengan membawa domba-
domba dan duduk berkeliling seakan-akan ada api unggun di tengah-
tengah mereka,]]

NARATOR:  Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga


kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah
seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemulian Tuhan
bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata
malaikat itu kepada mereka:

[[Pemeran malaikat memasuki panggung. Spot light pertama ditujukan


kepada para gembala, lalu kepada malaikat.]]

MALAIKAT: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu


kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud. Dan inilah
tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus
dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."

NARATOR: Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu


sejumlah bala tentara sorga yang memuji Allah katanya:

[[Ada beberapa malaikat menari-nari dan bernyanyi memuji Tuhan,


diiringi musik instrumental (Hark The Herald Angels Sing).]]

BALA TENTARA SORGA: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai
sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya."

NARATOR: Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke


Sorga, gembala itu berkata seorang kepada yang lain:

GEMBALA: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di


sana seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."

[[Lalu gembala-gembala itu bergegas membawa domba-dombanya menuju


ke belakang panggung. Maria dan Yusuf kemudian muncul di panggung
yang telah dibuat suasana kandang lagi, di mana di hadapan Maria
bayi Yesus terbaring di palungan dibungkus kain lampin. Kemudian
disusul gembala-gembala yang datang untuk menyembah Yesus.]]
NARATOR: Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf
dan Bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan Ketika
mereka melihat-Nya mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan
kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya
heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada
mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara di dalam hatinya
dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil
memuji Allah karena sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat,
semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

[[Setelah narator selesai membacakan naskahnya, para gembala


meninggalkan panggung, spot light dimatikan. Maria dan Yusuf juga
meninggalkan panggung.]]

ADEGAN 6: Orang-orang Majus dari Timur

[[Suasana panggung dihias dengan kursi kerajaan, dimana ada Raja


Herodes duduk dengan didampingi oleh para prajurit dan ahli
Taurat yang membawa gulungan-gulungan kitab Perjanjian Lama.
Musik lagu (O Come All ye Faithful) mengiringi Narator membaca.]]

NARATOR: Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman


raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
dan bertanya-tanya:

[[Lalu tiga orang Majus muncul ke panggung dan memberi hormat kepada
raja Herodes.]]

ORANG MAJUS: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan? Kami
telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk
menyembah Dia."

NARATOR:  Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta


seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli
Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di
mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya:

AHLI TAURAT:  "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikian ada tertulis


[[Membuka gulungan Kitab]] dalam kitab nabi: "Dan engkau Betlehem,
tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara
mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit
seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
NARATOR:  Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang Majus itu dan
dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu
nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya:

[[Herodes berdiri seakan-akan berbisik-bisik dengan orang-orang


Majus.]]

HERODES: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu


dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku
supaya akupun datang menyembah Dia."

[[Musik instrumental diganti dengan (Silent Night, Holy Night) mulai


berkumandang dengan diikuti pembacaan dari Narator.]]

NARATOR: Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan


lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului
mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana anak itu
berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah
mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak
itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun
membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan
kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.

(semua pemeran naik ke panggung dan menyanyikan “ s’lamat s’lamat datang Yesus Tuhanku! Jauh dari
sorga tinggi kunjunganMu. S’lamat datang Tuhanku kedalam dunia, damai yang Kau bawa tiada
taranya , salam salam”

SELESAI

LITURGI V : KEMULIAAN

Allah Telah menggenapkan janjiNya. Seorang raja yang akan memerintah telah lahir.  PemerintahanNya
tidak akan pernah berkesudahan. Mari kita lantunkan kembali nyanyian para malaikat beserta para bala
tentara surga yang menyatakan kemuliaan Allah.

1.      Lukas 2:13-14

Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara soga yang
memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi
diantara manusia yang berkenan kepada-Nya”.

2.      Mazmur 117:1-2

Pujilan TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasihNya hebat atas
kita. Dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!
3.      Mazmur 118:1-2

Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. Biarlah
Israel berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!”

4.      Mazmur 118:3-4

Biarlah kaum Harun berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!” Biarlah orang yang
takut akan TUHAN berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!”

5.      Mazmur 145:1-2

Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji nama-Mu untuk
seterusnya  dan selamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu
untuk seterusnya dan selamanya.

6.      Mazmur 145:3-4

Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga. Angkatan demi angkatan akan
memegahkan pekerjaan-pekerjaanMu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu.

7.      Mazmur 145:5-6

Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan.
Kekuatan perbuatan-perbuatan-Mu yang dahsyat akan diumumkan mereka, dan kebesaran-Mu hendak
kuceritakan.

8.      Mazmur 145:7-8

Peringatan kepada besarnya kebijakan-Mu akan dimasyhurkan mereka, dan tentang keadilanMu mereka
bersorak-sorai. TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya.

9.      Mazmur 145:9-11

TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikanNya. Segala yang
Kujadikan itu akan bersyukur kepadaMu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji
Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaanMu, dan akan membicarakan keperkasaanMu.

10.  Mazmur 150:6

Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!


Liturgi III

1. (Matahari) : Sungguh Mahakuasa dan Mahamulianya, Allah. Ia menciptakan aku, matahari,


dengan sinar matahari. Allah yang Mahakuasa, hanya kepadaNyalah aku tunduk, menyembah
Dia yang mahakuasa, Dialah Matahari yang tidak akan pernah padam, Matahari yang kekal
dengan kehangatan sinar mataharinya, yaitu kasihNya yang tidak berkesudahan. Terpujilah
TUHAN, Allah semesta alam. Terpujilah Engkau TUHAN.

2. (Bintang): Sungguh Mahakuasa dan Mahamulianya TUHAN. Allah yang menciptakan aku,
bintang. Ia memberikan aku cahaya untuk menerangi kegelapan malam hari dan bertaburan di
langit yang biru dan tinggi. Dialah Bintang yang sesungguhnya, yang kekal. Melalui aku, TUHAN
menyatakan keindahan ciptaan yang dikerjakan oleh tangan-Nya dan menerangi setiap sisi gelap
manusia dan ciptaan lainnya. Aku sujud dan tunduk kepadaMu, ya TUHAN, Allah semesta alam.
Terpujilah Engkau TUHAN

3. (Bumi): Sungguh Mahakuasa dan Mahamulianya TUHAN, Allah yang telah menjadikan diriku,
bumi dan langi. Dengan FirmanNya, Ia telah mencipta. Aku telah dicipta dengan begitu indah
dengan berbagai lapisan-lapisan yang memberikan kenyaman bagi makhluk ciptaan yang ada di
dalamku. Sungguh aku sangat tunduk dan sujud menyembah Engkau Ya, TUHAN, Allah semsesta
alam. Terpujilah Engkau ya TUHAN

4. (Air): Sungguh Mahakuasa dan Mahamulianya TUHAN, Allah pencipta langit dan bumi. Pada
awalnya bumi masih kosong dan belum berbentuk, dan Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air. Dengan Firman-Nya ia telah mengaturku sedemikian rupa. Dengan Firman-Nya
yang penuh kuasa, aku telah dibentuk menjadi ciptaan yang begitu indah, sehingga terciptalah
samudra dan lautan dan terbentuklah daratan. Aku sujud dan tunduk kepadaMu, Ya TUHAN,
Allah Semesta Alam yang adalah Air kehidupan yang sesungguhnya. Terpujilah Engkau TUHAN.

5. (Angin): Sungguh Mahakuasa dan Mahamulianya TUHAN, Allah pencipta segala sesuatu yang
dahulunya tidak ada kini menjadi ada. Dengan Firmannya aku dibentuk memberi kesejukan
kepada ciptaan yang telah diciptakan. Aku yang adalah angin dapat memberikan kesejukan dan
dapat untuk merobohkan, tetapi aku tunduk dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah
Pencipta. Dialah Allah yang memberikan kesejukan yang abadi. Terpujilah Engkau TUHAN.
6. (Pohon): Sungguh, Mahakuasa dan Mahamulianya TUHAN, Allah Pencipta yang begitu
hebat. Dengan FirmanNya, Ia telah menjadikan, dan semuanya indah. Ia menciptakan aku,
pohon. Aku dapat merasakan sejuknya embun di pagi hari, hangatnya sinar mentari, dan
indahnya bintang malam hari. Semuanya itu telah memberikan semua kebutuhanku. Aku sujud
dan menyembahMu ya TUHAN yang penuh dengan keagungan dan Kuasa ada padaMu.
Terpujilah Engkau ya TUHAN.

7. (Manusia, Laki-laki): Sungguh, Mahakuasa dan Mahamulianya TUHAN, Allah Pencipta yang
begitu hebat. Dengan FirmanNya, ia menciptakan dari debu dan tanah dan menghembuskan
nafas kehidupan kepadaku. Ia menciptakan aku segambar dan serupa dengan Dia. Dia memberi
kuasa kepadaku atas semua ciptaan lainnya untuk memelihara dan melestarikannya. Sungguh,
aku memuji keagunganMu TUHAN, Sungguh Ajaibnya KuasaMu TUHAN. Terpujilah Engkau ya
TUHAN.

8. (Manusia, Perempuan): Sungguh, Mahakuasa dan Mahamulianya TUHAN, Allah Pencipta yang
begitu kuasa. Dengan FirmanNYa, ia telah menciptakan aku dari tulang rusuk laki-laki. Dia telah
menciptakan aku begitu indah sesuai dengan firmanNya. Aku sujud dan menyembahMu ya
TUHAN yang penuh dengan kemuliaan dan kuasa. Terpujilah Engkau ya TUHAN.

Liturgi XI   

1. Manusia saat ini sudah kehilangan hakekatnya dan kehilangan kesempurnaan dari ciptaan
lainnya.

2. Oleh karena dosa, manusia menjadi lain dari yang seharusnya; menjadi seperti produk yang
gagal fungsi, makhluk ciptaan yang hampir sama dengan Allah dan segambar dan serupa dengan
Allah, kini menjadi manusa menjadi insan yang kerdil

3. Manusia yang memiliki kuasa atau mandat melestarikan dan memelihara ciptaan, kini menjadi
panakhluk yang menyeramkan. Demi pemenuhan hasrat duniawi dan kerakusannya tega
menguras sumber daya alam, tanpa peduli datangnya kerusakan atau kehancuran. Bumi
menjadi rusak, air banyak tercemar, pohon banyak ditebang, semua ciptaan telah menjerit
kesakitan.
4. Manusia diciptakan sebagai makhluk mulia, tetapi oleh karena dosa, manusia menjadi makhluk
yang frustasi karena keadaan, takhluk akan godaan-godaan yang terbelenggu oleh
kelemahannya sendiri.

5. Manusia yang seharusnya bebas, menjadi terikat. Seharusnya raja menjadi budak, yang
seharusnya saling mengasihi dan mencintai, kini menjadi bagaikan serigala antar sesamanya.

6. Manusia yang mulanya adalah pewaris kemuliaan Allah, kini menjadi makhluk yang tidak
memiliki harapan dan masa depan.

7. Sekarang sudah banyak anak-anak telah menjerit, menangis menahan sakitnya hidup yang
mereka alami. Banyak sekarang anak-anak sudah dijadikan budak, anak-anak dijadikan sebagai
mesin pencetak uang, bahkan ada anak-anak yang dijadikan menjadi budak hawa nafsu manusia
yang telah kehilangan kemuliaan Allah. Penjualan anak-anak pun semakin banyak, anak-anak
korban ketidakadilan, korban perang, anak-anak yang kehilangan orangtuanya.

Liturgi XII

1. Firman TUHAN melalui Nabi Yesaya: ”bangsa yang berjalan di lembah kegelapan akan melihat
satu cahaya yang begitu besar”. Kiranya Cahaya itulah kirimkan kepada hatikami ya TUHAN,
kiranya cahaya itu menyinari kegelapan hati manusia yang hatinya dipenuhi oleh kegelapan
firmanMu. Sehingga dengan Cahaya yang besar itu, yaitu Sinar Surya yang abadi, dapat
menyinari hatikami, sehingga FirmanMu dapat kami lihat dan kami ketahui, dan kami menyesali
segala dosa kami

2. Yesaya Juga mengatakan: ”TUHAN sendiri akan memberikan satu tanda bagi kita, melalui anak
dara yang akan melahirkan Anak dan namanya akan disebut Immanuel”. Immanuel, TUHAN
beserta kita. Kiranya TUHAN jugalah beserta dengan saudara-saudara kami, semua anak-anak
yang belum dapat merasakan sukacita seperti pada malam ini, kiranya mereka beroleh sukacita
dengan tangan TUHAN sendiri melalui hamba yang dihunjukNya menyatakan kebaikan TUHAN
dan membebaskan semua anak-anak dari semua yang menghimpit mereka.
3. TUHAN menyatakan kasih-Nya melalui Firman yang disampaikan oleh para nabi, yang
memberitakan kabar sukacita, dimana akan lahirnya seorang penyelamat yaitu Mesias.
Membawa kemerdekaan dan kelepasan bagi umat TUHAN yang menderita, Raja yang adil dan
sangat bijaksana, Raja membawa sukacita yang kekal. Hamba TUHAN yang setia dan taat. Ia
akan menata kembali bumi dan ciptaan yang telah rusak oleh karena dosa dan keinginan jahat
manusia.

4. TUHAN sendirilah akan menyatakan Kemahakuasaan dan KemuliaanNya di bumi ini.


Menyatakan Kasih-Nya yang membawa kepada keselamatan. Raja Damai, pengharapan akan
selalu tertuju kepada-Nya.

Anda mungkin juga menyukai