Anda di halaman 1dari 8

LIHAT KE HALAMAN ASLI

sultan rahajaan
(https://www.kompasiana.com/sultanrahajaan/5a9c088c5e1373137136d082/pengaruh-budaya-
terhadap-layanan-bimbingan-konseling )

FOLLOW

Pengaruh Budaya terhadap Layanan Bimbingan Konseling

4 Maret 2018 21:54 |Diperbarui: 4 Maret 2018 22:34

Setiap manusia pasti pernah menghadapi masalah. karena hidup ini adalah pilihan dan pilihannya yah
harus hidup, dan kalau tidak mau memilih mending tidak usah hidup. Jika tidak mau mendapat masalah
lantas nagaimana kita bisa mengetahui apa itu kehidupan. Semua manusia pasti berkenalan dengan
masalah, konflik ataupun kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri.

Hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan diri seseorang. akan tetapi jangan biarkan orang lain
melihat sesuatu dari dirimu kecuali kebahgiaan, dan jangan pula biarkan orang lain melihat sesuatu dari
dirimu kecuali senyuman.

Dalam konseling, hubungan atau pertalian antara konselor dengan klien memegang peranan penting
bagi keberhasilan konseling. Hubungan konselin berbeda dengan hubungan dalam situasi lain, dimana
dalam konseling terjadi pertemuan antara konselor dengan klien melalui serangkaian interview. Konselin
dilakukan dengan berbagai teori maupun pendekatan. Misalnya, berupa pribadi, realiti, analisis, ataupun
transaksional. Pendekatan dipilih berdasrkan karakteristik klien ataupun masalah yang dihadapi.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, maupun dimiliki bersama oleh kelompok orang, yang
diwarisakn dari generasi ke generasi. Lebih jelas lagi bahwa budaya adalah bagian lingkungan yang
dibuat oleh manusia. Selanjutnya manusia menjadi pelaku dari budaya itu sendiri. Fenomena budaya
sendiri ada dimana mana, bahkan hampir seluruh dimensi perilaku manusia itu merupakan dimensi
budaya.
Tidak sedikit akibat yang dimunculkan ketika manusia memperlakukan lingkungan berdasarkan persepsi
yang berbeda. Dari gejala ini muncul berbagai macam usaha yang dilakukan manusia untuk
mempertahankan lingkungan budayanya.

Keinginan dari sifat mempertahankan lingkungan budaya masing-masing, ini dapat dilihat baik dalam
satuan perilaku manusia selaku individu maupun melalui komunitas. Tidak jarang terjadi konflik ketika
perilaku itu berinteraksi dengan perilaku lain yang dilatarbelakangi oleh sisten berfikir, budaya, dan nilai
yang berbeda satu sama lain.

Konseling adalah suatu profesi yang tidak netral, yang murni bersifat teknis, dan konseling mengandung
nilai-nilai yang bisa mengatur pola pikir maupun kehidupan seseorang. Layanan konseling juga biasa
disebut layanan psikologis, yang mengandung arti bahwa teknik bantuan kemanusiaan itu didasari
terutama pada asas-asas psikologi. Pelaksanaan konselingjuga mengandung banyak segi yang
menyangkut siswa, klien, selaku pihak utama, dan juga konselor beserta latar belakang keduanya. Segi-
segi itu tidak semata-mata bersifat psikologis, tetapi juga sosiologis dan budaya.

Ketika orang-orang yang berasal dari beragam budaya berhubungan antara satu dengan yang lain,
mereka memulainya dengan persepsi-persepsi yang berbeda tentang hakekat manusia, apa
kebutuhannya, bagaimana orang mencapai keberhasilan, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.
Oleh karena itu sebagai seorang konselor diharuskan peka akan nilai-nilai dirinya dan nilai-nilai klienya,
dan bahwa keduanya mungkin berbeda.

Hal terpenting yang harus diingat dan diperhatikan oleh konselor adalah adanya perbedaan gaya belajar,
tujuan karier, dan keseluruhan filsafat hidup yang dapat muncul. Keberhasilan konseling sangat
bergantung pada seberapa jauh konselor memperhatikan bekerjanya nilai tersebut dalam penerapan
teknik-tekniknya dalam menghadapi klien yang berbeda budaya antara satu dan lainnya.

Dari sini seorang konselor harus bisa mengembangkan potensi seorang klien agar bisa saling menghargai
anatar budaya. Karena budaya yang ada di Indonesia sangatlah banyak. Karena ideologi negara kita
adalah pancasila dan semboyan kita adalah "BHINEKA TUNGGAL IKA" yang mana artinya adalah
walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Karena sebenarnya perbedaanlah yang mempersatukan kita.
Penyesuaian diri berasal dari kata adaptasi dalam biologi yang berarti usahaindividu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia hidup. Dalam psikologiini dikenal dengan kata
adjustment (penyesuaian diri), selama hidupnya manusia selalu dituntut untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.[1]

Calhoun dan Acocella (1990: 13) menyatakan penyesuaian diri adalah interaksi individu yang kontinyu
dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup.[2]

Satmoko (Ghufron dan Risnawita, 2010) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi seseorang
yang secara kontinyu dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dunianya.[3]

Menurut Schneiders (dalam Kusdiyati dkk,2011) penyesuaian diri ( adjustment) adalah suatu proses
dimana individu berusaha keras untuk mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri, ketegangan,
frustasi, dan konflik, tujuannya untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan
lingkungan dimana dia tinggal dengan tuntutan di dalam dirinya.[4]

Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam
konflik, kesulitan dan frustrasi-frustrasi secara efisien (Sunarto dan Hartono, 1994).[5]

Runyon dan Haber (1984:10) menjelaskan bahwa penyesuaian diri merupakan proses yang terus
berlangsung dalam kehidupan individu situasi dalam kehidupan selalu berubah, individu mengubah
tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.[6]

Runyon dan Haber (1984:10) menjelaskan bahwa penyesuaian diri merupakan proses yang terus
berlangsung dalam kehidupan individu situasi dalam kehidupan selalu berubah, individu mengubah
tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.[7]

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan interaksi
yang terjadi secara terus – menerus terhadap diri sendiri, orang lain, dan seseorang tersebut mampu
untuk menyeimbangkan tuntutan dari dalam dirinya dan tempat seseorang tersebut berinteraksi,
sehingga terjadi kesesuaian antara dirinya dan sekitarnya.[8]

2. Aspek dari Penyesuaian Diri

Runyon & Haber (siswanto, 2007) menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu
memiliki empat aspek sebagai berikut:

· Persepsi terhadap realitas.

· Gambaran diri yang positif.


· Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik.

· Hubungan interpersonal yang baik.[9]

Sementara itu, karakteristik penyesuaian diri yang baik menurut Desmita (2010) dapat dilihat dari empat
aspek kepribadian yang meliputi:

· Kematangan emosional

· Kematangan intelektul

· Kematangan sosial

· Tanggungjawab.[10]

Menurut Alberlt & Emmons dalam Pramadi (1996) ada empat aspek dalam penyesuaian diri, yaitu:

1) Aspek self knowledge dan self insight.

2) Aspek self objectifity dan self acceptance.

3) Aspek self development dan self control.

4) Aspek satisfaction.[11]

3. Faktor yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi oleh Penyesuaian Diri

1. Faktor yang Mempengaruhi oleh Penyesuaian Diri

Dari sebelas jurnal yang saya pelajari, ditemukan hubungan variabel yang mempengaruhi penyesuaian
diri, antara lain :

Perilaku Kognitif, dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahmi dalam jurnal yang berjudul :
PENGARUH PENDEKATAN PERILAKU KOGNITIF TERHADAP TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI KELAS
VII SMP NEGERI 29 MAKASSAR.

Komunikasi Interpersonal, dalam penelitian yang dilakukan oleh Marta Ratih Kusumaningsih & Olievia
Prabandini Mulyana dalam jurnal yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA REMAJA.

Penanganan Konselor, dalam penelitian yang dilakukan oleh Lutvia Nika Novia R & Elisabeth Christiana,
S. Pd., M. Pd dalam jurnal yang berjudul : PENANGANAN KONSELOR TERHADAP MASALAH PENYESUAIAN
DIRI SISWA SMA NEGERI 3 TUBAN.
Dukungan Sosial, dalam penelitian yang dilakukan oleh Sofy Ariany Hasan & Muryantinah Mulyo
Handayani, M.Psych (Ed & Dev) dalam jurnal yang berjudul : Hubungan antara Dukungan Sosial Teman
Sebaya dengan Penyesuaian Diri Siswa Tunarungu di Sekolah Inklusi.

Dukungan Sosial, dalam penelitian yang dilakukan oleh Fani Kumalasari & Latifah Nur Ahyani dalam
jurnal yang berjudul : Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti
Asuhan.

Perceraian Orang Tua, dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri Rosalia Ningrum dalam jurnal yang
berjudul : PERCERAIAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA.

2. Faktor yang Dipengaruhi oleh Penyesuaian Diri

Dari sebelas jurnal yang saya pelajari, ditemukan hubungan variabel yang dipengaruhi oleh penyesuaian
diri, antara lain :

Lingkungan Sekolah, dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulisworo Kusdiyati, Lilim Halimah &
Faissaluddin dalam jurnal yang berjudul : PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH PADA
SISWAKELAS XI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG.

Perceraian Orang Tua, dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri Rosalia Ningrum dalam jurnal yang
berjudul : PERCERAIAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA.

Prestasi Belajar, dalam penelitian yang dilakukan oleh Laily Safurah & Sri Supriyantini dalam jurnal yang
berjudul : Hubungan Antara Penyesuaian Diri Anak di Sekolah dengan Prestasi Belajar.

Penanganan Konselor Terhadap Masalah Penyesuaian Diri Siswa

Salah satu penanganan konselor terhadap masalah penyesuaian diri siswa yaitu dengan menggunakan
konseling Gestalt. Dalam pandangan Gestalt tentang hakikat manusia bahwa manusia memiliki
kesanggupan untuk memikul tanggung jawab yang hidup sebagai pribadi yang terpadu, selaras, dan
tidak terpecah belah secara keseluruhan.

Menurut Corey ( 2010:121), dalam terapi Gestalt konflik tentang urusan- urusan yang tidak terselesaikan
mencakup perasaan- persaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit
hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan dan sebagainya, termasuk masalah afektif.
Siswa meninggalkan jam pelajaran B.Inggris ,Matematika dan Akuntansi karena mereka merasa malas
mengikuti jam pelajaran B.Inggris, untuk jam pelajaran Matematika mereka tidak suka dengan cara guru
menerangkan dan untuk mata pelajaran akuntansi mereka merasa terbebani dan malas mengerjakan
tugas yang begitu banyak. Dan saat mereka sulit untuk memahami ke tiga mata pelajaran tersebut ,
teman- temannya pun enggan untuk dimintai tolong untk menjelaskan kembali bagian materi yang
kurang dimengerti, mereka merasa diabaikan oleh teman- temannya yang memiliki kemampuan
menguasai mata pelajaran tersebut. Hal tersebut menjadikan mereka semakin tidak peduli dengan
kegiatan belajar dikelas dan dan memilih untuk meninggalkan kelas untuk pergi kekantin. Hal tersebut
menjadikan mereka merasa di tolak, tidak bisa berbuat apa-apa , putus asa,pasrah,tidak mau berusaha
untuk mengerjakan tugas,sehingga tidak bias menyesuaikan diri di sekolah. Padahal tuntutan disekolah
siswa mampu beradaptasi di lingkungan sekolah baik di kelas pada saat jam pelajaran atau peraturan-
peraturan sekolah secara umum (Corey,2010 : 126).[12]

DAFTAR PUSTAKA

Kusdiyati, Sulisworo & Lilim Halimah, Faisaluddin, PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH PADA
SISWAKELAS XI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG, Jurnal Humanitas, 3(2). Bandung : Universitas Islam
Bandung. 2011.

Rahmi, Siti, PENGARUH PENDEKATAN PERILAKU KOGNITIF TERHADAP TINGKAT PENYESUAIAN DIRI
SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 29 MAKASSAR, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1(1).
Kalimantan Timur : Universitas Borneo Tarakan. 2015.

Ratih Kusumaningsih, Marta & Olievia Prabandini Mulyana, HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA REMAJA, Jurnal Psikologi, 2(1). Surabaya :
Universitas Surabaya.

Kumalasari, Fani & Latifah Nur Ahyani, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri
Remaja Di Panti Asuhan, Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1). Jawa Tengah : Universitas Muria Kudus.2012.

Rosalia Ningru, Putri, PERCERAIAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA, Jurnal Psikologi, 1(1).
Samarinda : Universitas Mulawarman. 2013.

Nika Novia R, Lutvia & Elisabeth Christiana, S. Pd., M. Pd, PENANGANAN KONSELOR TERHADAP
MASALAH PENYESUAIAN DIRI SISWA SMA NEGERI 3 TUBAN, Jurnal Bimbingan Konseling, 5(1). Surabaya :
Universitas Negeri Surabaya.

[1] Sulisworo kusdiyati & Lilim Halimah, Faisaluddin, PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH PADA
SISWAKELAS XI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG, Jurnal Humanitas, 3(2), hal.181. Bandung : Universitas
Islam Bandung. 2011.

[2] Siti Rahmi, PENGARUH PENDEKATAN PERILAKU KOGNITIF TERHADAP

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI KELAS VII


SMP NEGERI 29 MAKASSAR, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1(1), hal.29. Kalimantan Timur :
Universitas Borneo Tarakan. 2015.

[3] Marta Ratih Kusumaningsih & Olievia Prabandini Mulyana, HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI

PADA SISWA REMAJA, Jurnal Psikologi, 2(1), hal.2. Surabaya : Universitas Surabaya.

[4] Sulisworo Kusdiyati & Lilim Halimah, Faisaluddin, PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH PADA
SISWAKELAS XI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG, Jurnal Humanitas, 3(2), hal.181. Bandung : Universitas
Islam Bandung. 2011.

[5] Fani Kumalasari & Latifah Nur Ahyani, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan

Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan, Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1), hal.23. Jawa Tengah : Universitas
Muria Kudus.2012.

[6] Putri Rosalia Ningru, PERCERAIAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA, Jurnal Psikologi,
1(1), hal.4. Samarinda : Universitas Mulawarman. 2013.

[7] Siti Rahmi, PENGARUH PENDEKATAN PERILAKU KOGNITIF TERHADAP

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI KELAS VII

SMP NEGERI 29 MAKASSAR, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1(1), hal.29. Kalimantan Timur :
Universitas Borneo Tarakan. 2015.

[8] Lutvia Nika Novia R & Elisabeth Christiana, PENANGANAN KONSELOR TERHADAP MASALAH
PENYESUAIAN DIRI SISWA SMA NEGERI 3 TUBAN, Jurnal Bimbingan Konseling, 5(1), hal.11. Surabaya :
Universitas Negeri Surabaya.

[9] Siti Rahmi, PENGARUH PENDEKATAN PERILAKU KOGNITIF TERHADAP

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA DI KELAS VII

SMP NEGERI 29 MAKASSAR, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1(1), hal.29. Kalimantan Timur :
Universitas Borneo Tarakan. 2015.

[10] Marta Ratih Kusumaningsih & Olievia Prabandini Mulyana, HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI

PADA SISWA REMAJA, Jurnal Psikologi, 2(1), hal.2. Surabaya : Universitas Surabaya.

[11] Fani Kumalasari & Latifah Nur Ahyani, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan

Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan, Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1), hal.23. Jawa Tengah : Universitas
Muria Kudus.2012.
[12] Lutvia Nika Novia R & Elisabeth Christiana, S. Pd., M. Pd, PENANGANAN KONSELOR TERHADAP
MASALAH PENYESUAIAN DIRI SISWA SMA NEGERI 3 TUBAN, Jurnal Bimbingan Konseling, 5(1), hal.13-14.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

[13] Lutvia Nika Novia R & Elisabeth Christiana, S. Pd., M. Pd, PENANGANAN KONSELOR TERHADAP
MASALAH PENYESUAIAN DIRI SISWA SMA NEGERI 3 TUBAN, Jurnal Bimbingan Konseling, 5(1), hal.11-12.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai