Anda di halaman 1dari 5

MODEL PRAKTIK DAN

MANAJEMEN KEBIDANAN

"Kualitas menejemen pelayanan Kesehatan"

DOSEN PENGAMPU:
IDA HAYATI, S.ST, M.KES

Disusun Oleh :

SITI RAHMAH
1904058

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN 2020/2021
1. Bagaimana cara agar pelayanan kebidanan itu dapat berkualitas ?

JAWAB
Untuk mendukung peningkatan keterampilan bidan dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas, Departemen kesehatan telah
menyusun berbagai pedoman dan standar asuhan kebidanan sehingga
dapat digunakan sebagai acuan. Seiring dengan itu pula pemerintah dan
berbagai pihak di Indonesia terus mengembangkan pendidikan
kebidanan yang berhubungan dengan perkembangan pelayanan
kebidanan baik pendidikan formal maupun non formal.

Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina


hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang
diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga
ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif
dan melakukan konseling yang baik kepada klien.

Dengan menerapkan prinsip dari pada pencapaian kualitas


pelayanan itu sendiri yaitu:
a. Realibity ( Kehandalan ),
b. Assurance ( Asuransi ),
c. Tangibles ( Wujud kasat mata ),
d. Responsiveness ( Daya tanggap ),
e. Empathy ( Empati )

2
2. Sebutkan dan jelaskan indikatornya jika pelayanan kebidanan yang
anda jelaskan di poin satu itu berkualitas ?

JAWAB
Sebagai tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai
mitra masyarakat, khususnya keluarga sebagai unit terkecilnya, yang
berarti bidan memiliki posisi strategis untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan,
terpadu, dan paripurna), yang mencakup upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai terwujudnya
paradigma sehat.
Dan seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang
professional dan handal memberikan pelayanan yang berkualitas
karena konsep kerjanya berhubungan dengan nyawa manusia,
disamping harus professional dalam pelayanan, professional
berkomunikasi dan juga bidan juga sabar (telaten) agar pasien
merasa aman dan nyaman di saat melakukan pelayanan kehamilan,
persalinan, masa nifas, keluarga berencana dan lain sebagainya.

Jadi indikator dari pencapaian kualitas pelayanan pada poin


satu yang dimana saya sebutkan dari pada prinsip pencapaian
kualitas tersebut yaitu:
a. Realibity ( kehandalan ), pada poin ini seorang bidan hendaklah
memiliki kemampuan atau kehandalan dalam bidangnya
menyediakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat sesuai
prosedur serta dapat mencapai kepuasan dari pada pasien atau
klien.

b. Assurance ( Asuransi ), dimana bidan dapat memberikan


jaminan dari kualitas pelayanannya, sehingga dapat membuat
klien merasa yakin bahwa bidan tersebut dapat menangani

3
problem sesuai dengan prosedur, dapat dipercaya dan memiliki
tanggung jawab.

c. Tangibles ( berwujud ), mencakup aspek pelayanan sehingga


wujud atau bentuk bentuk fisik pelayanan yang kasat mata seperti
gedung, ruangan, fasilitas dan peralatan, komunikasi material, dan
penampilan pegawai ( seragam ) menjadi acuan yang dapat
membuat pelayanan mencapai kualitasnya.

d. Responsiveness ( daya tanggap ), bidan dapat memahami


keluhan klien , mendengarkan klien, kesediaan untuk membantu
klien dan mampu menyediakan pelayanan setiap saat, seperti
jumpa pertama pada klien dengan memberikan senyuman hangat,
dan lain sebagainya.

e. Empathy ( empati ), bidan memiliki rasa empati terhadap klien


dan dapat mengutamakan kepentingan klien menjadi alasan
tercapainya kepuasan klien sehingga meningkatkan kualitas dari
pelayanan.

4
3. Jelaskan Upaya yang harus dilakukan oleh seorang bidan untuk
meningkatkan kualitas pelayanannya, sebutkan
metodenya?

JAWAB
Upaya untuk meningkatkan kualitas dapat dilakukan dengan Menganalisa
terhadap aspek aspek kualitas yang terdiri dari:
a. Reliability, analisis ini dilakukan untuk mengetahui bahwa apakah
suatu pelayanan itu berbelit-belit ataukah tidak, apakah pelayanan
itu efektif ataukah tidak, dan apakah pelayanan yang diberikan itu
optimal ataukah belum.

b. Crediability, menurut Zulian Yamit, dimensi ini lebih ditekankan


kepada disiplin kerja pegawai, apakah pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya cukup disiplin ataukah tidak, tepat
waktu atau tidak, terkontrol ataukah kurang terkontrol, pegawai itu
cukup profesional dalam melaksanakan pekerjaannya ataukah
tidak. Sehingga dapat diketahui apakah sumber daya manusianya
perlu ditingkatkan ataukah tidak, dengan demikian akan diketahui
pula bahwa penempatannya harus lebih tepat.

c. Tangibles, dengan analisis ini maka akan diketahui segala fasilitas


yang berhubungan dengan pelayanan, apakah fasilitasnya perlu
ditambah ataukah tidak.

d. Responsiveness, analisis ini untuk mengetahui seberapa besar


tanggung jawab yang ada dalam setiap pegawai dalam
melaksanakan tugasnya, dengan demikian akan diketahui mana
pegawai yang lamban dan mana pegawai yang cekatan.

Anda mungkin juga menyukai