Anda di halaman 1dari 49

LAHAN BERTRANSIS &

LAHAN KRITIS

oleh :
Widiastuti
Referensi :
 Otto Soemarwoto (1994), Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan, Penerbit Djambatan Jakarta
 Otto Soemarwoto (2005), Menyinergikan Pembangunan
dan Lingkungan, telaah kritis Bengawan Lingkungan, PD
Anindya Yogyakarta
 Heinz Frick (2006), Seri Eko Arsitektur 2 : Arsitektur
Ekologis, Penerbit KanisiusYogyakarta
 Heinz Frick (2007), Seri Eko Arsitektur 1 : Dasar – dasar
Arsitektur Ekologis, Penerbit KanisiusYogyakarta
TANAH DAN LAHAN
TANAH / SOIL:
- permukaan bumi atau lapisan bumi yg di atas sekali
- tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga, terdiri
dari lebar, panjang, dan dalam, merupakan bagian paling
atas dari kulit bumi

LAHAN / LAND :
- tanah tempat kegiatan atau usaha dilakukan
- merupakan lingkungan fisis (relief/topografi, iklim, tanah,
dan air) dan biotik (hewan, tumbuhan, dan manusia) yang
berkaitan dengan daya dukungnya thd perikehidupan dan
kesejahteraan hidup manusia.
Yuanyang Rice Terraces
LAHAN BERTRANSIS
PENGERTIAN

 Lahan dengan topografi yang berbeda –


beda atau juga bisa disebut tanah dengan
kemiringan tertentu
LAHAN BERTRANSIS
KARAKTERISTIK
Kemiringan Lereng Topografi
1 Kurang dari 3% Datar
2 3 - 15% Berombak
3 15 - 30% Bergelombang
4 30 - 50% Berbukit
5 50 - 80% Curam
6 80 - 100% Sangat Curam
7 100 - 150% Terjal
8 150% - ke atas Sangat Terjal
LAHAN BERTRANSIS
KARAKTERISTIK
Luas lahan yang efektif dibangun berdasarkan
topografi adalah:
 Kemiringan 2% -15% lahan efektif di bangunan
sebanyak 67,5%
 Kemiringan 15% -25% lahan efektif di bangunan
sebanyak 37,5%
 Kemiringan 25% -35% lahan efektif di bangunan
sebanyak 7,5%.
 Kemiringan lebih dari 35% tidak efektif untuk
dibangun
Kelebihan
 Memungkinkan estetika bangunan menjadi
natural dengan landscape yang sudah
tersedia.
 Orientasi lahan bertransis biasanya keluar.
 Lahan bertransis memiliki kesan 3D, sehingga
pengolahan pada lahan menjadi seminimal
mungkin untuk mendapatkan view yang
menarik.
 Daya tarik terdapat pada lahan tersebut
 Lahan bertransis memiliki daya tarik visual dan
dinamis
Kekurangan
 Bidang miring pada lahan bertransis perlu di
rencanakan (site grading)
 Bangunan pada lahan bertransis tidak cocok memakai
pola cluster
 Penempatan bangunannya harus sejajar dengan garis
transis
 Massa bangunan pada lahan bertransis tidak boleh
lebar
 Akses untuk ke bangunan harus menyusuri garis
kontur
 Pengolahan site harus seminimal mungkin
 Pada lahan yang memiliki kemiringan 25%
Syarat Perancangan Bangunan
 Penyesuaian bangunan dengan mengikuti kontur
tanah yang tersedia
 Gunakan split level untuk menambah dayatarik pada
bangunan
 Pemilihan material yang cukup kuat secara konstruksi
 Analisis kondisi iklim, topografi, social budaya pada
site dan lingkungan sekitarnya sebelum merancang
bangunan
 Perhatikan jalur buangan air dan sumber air pada site,
untuk menjadi pertimbangan dalam membuat sistem
drainase
• Gunakan metode cut & fill jika pembangunan
pada site tidak memungkinkan untuk
mengikuti kontur ataupun menginginkan split
level yang lebih landai
• Perhatikan pola sirkulasi manusia, kendaraan,
maupun udara agar dapat selaras dengan
bentuk bangunan serta tanah tempatnya
membangun.
• Perhatikan aksebilitas pada bangunan
• Pencapaian pada bangunan dapat dilakukan
dengan mendirikan tangga agar
mempermudah akses pengguna ke dalam
bangunan dari ruang luar.
LAHAN BERTRANSIS
KRITERIA PERANCANGAN
Topografi atau bentuk muka tanah
mempengaruhi rancangan dalam 3 hal yaitu :
 Mempengaruhi iklim dan cuaca
 Mempengaruhi bidang muka tanah untuk
keperluan konstruksi
 Menggambarkan karakter kawasan
LAHAN BERTRANSIS
KRITERIA PERANCANGAN
Pemanfaatan lahan bertransis :
 Pengolahan bentuk lahan
Untuk menyiasati bentuk lahan yang mempunyai
kemiringan yang berbeda – beda diperlukan
adanya suatu pengolahan bentuk lahan yang
biasa disebut Grading
 Membagun di lerengan
LAHAN BERTRANSIS
KRITERIA PERANCANGAN
Membangun di Lerengan
LAHAN BERTRANSIS
KRITERIA PERANCANGAN
Membangun di Lerengan
Split – level & Terraced House / sengkedan :
 Split - level
- topografi tanah merupakan lerengan landai (< 10 %)
- memiliki dua lantai dibagian bawah dan di bagian atas
lerengan, biasanya dengan beda tinggi setengah
tingkat rumah / setengah lantai
TANAH BERTANSIS
KRITERIA PERANCANGAN
Membangun di Lerengan
Split – level & Terraced House / sengkedan :
 Terraced house / sengkedan
- topografi tanah merupakan lerengan agak terjal (>10 %)
- memiliki susunan tingkat rumah sesuai garis kontur,
dengan beda tinggi selalu satu tingkat rumah
LAHAN BERTRANSIS
Cut & Fill
LAHAN BERTRANSIS
KRITERIA PERANCANGAN
Membangun di Lerengan

Pertimbangan dan penilaian alternatif dari


segi :
 Fungsi / Penggunaan
(kebutuhan ruang, keamanan, kesehataan, ekonomi, dll)
 Struktur
(struktur, konstruksi, material)
LAHAN BERTRANSIS
KRITERIA PERANCANGAN
Membangun di Lerengan
LAHAN BERTRANSIS
KRITERIA PERANCANGAN
Membangun di Lerengan
Perletakan massa bangunan mengikuti kontur lahan
Terrace Agriculture - Inca
The Longji or Dragon’s Backbone rice terraces
Ikaria - Greek
Sayan Terrace
Rongjiang - Guizhou
Rongjiang - Guizhou
PENGERTIAN
 Lahan yg mengalami erosi secara parah dan menuju
ke ketandusan
 Lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai
pengatur media, pengatur tata air, unsur produksi
pertanian, maupun unsur perlindungan alam dan
lingkungannya
 Lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa
sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi
secara baik sesuai dengan peruntukkannya sebagai
media produksi maupun sebagai media tata air
 Lahan yang mengalami proses kerusakan fisik, kimia
dan biologi karena tidak sesuai penggunaan dan
kemampuannya, yang akhirnya membahayakan
fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian,
pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dan
daerah lingkungan pengaruhnya
Faktor- Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan
kritis, antara lain sebagai berikut:
 Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah
bayangan hujan.
 Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah
pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.
 Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di
daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah
yang miring. Masswasting adalah gerakan masa
tanah menuruni lereng.
 Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan
aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis
dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah
yang miring, atau bahkan di dataran rendah.
• Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan
pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri) misalnya plastic.
Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga
sangat mengganggu kelestaian kesuburan tanah.
• Pembekuan air, biasanya terjadi daerah kutub atau
pegunungan yang sangat tinggi.
• Pencemaran, zat pencemar seperti pestisida dan limbah
pabrik yang masuk ke lahan pertanian baik melalui aliran
sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian baik
melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan
pertanian menjadi kritis.Beberapa jenis pestisida dapat
bertahan beberapa tahun di dalam tanah sehingga sangat
mengganggu kesuburan lahan pertanian.
KARAKTERISTIK
Penyebab :
- Perambahan hutan
- Penebangan liar (illegal logging)
- Kebakaran hutan
- Pemanfaatan sumberdaya yg tidak berazaskan
kelestarian
- Penataan zonasi kawasan belum berjalan
- Pola pengelolaan lahan
- Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan)
KARAKTERISTIK
Jenisnya :
 Potensial Kritis
 Semi Kritis
 Kritis
 Sangat Kritis
KARAKTERISTIK
Parameter (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1997) :
 Kondisi penutupan vegetasi
 Tingkat torehan/kerapatan drainase
 Penggunaan lahan
 Kedalaman tanah
KARAKTERISTIK
Untuk permukiman, suatu dapat dikatakan lahan
potensial atau sebaliknya lahan kritis, dari kriteria :
 Daya dukung lahan
Kemampuan menahan beban dlm ton/m3
 Fluktuasi air baik
Memiliki kedalam air tanah sedang
 Kandungan lempung cukup
Berpengaruh terhadap kembang kerut tanah
 Topografi
KARAKTERISTIK
SEBARAN :
 Lahan Kritis di Kawasan Pantai
akibat pengikisan / abrasi
 Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah
akibat genangan air, sedimentasi
 Lahan Ktis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan
akibat erosi, kebakaran
KRITERIA PERANCANGAN
Penerapan Prinsip Ekologis pada Lahan Kritis
a. Penerapan Konsepsi Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development)
b. Rehabilitasi Lahan Kritis di Lahan Lindung
1. Pengukuhan kawasan lindung
2. Rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan lindung
guna mengembalikan dan meningkatkan fungsi lindung
3. Pengendalian kawasan lindung
4. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan kawasan lindung
5. Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan
6. Pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan
kawasan lindung
KRITERIA PERANCANGAN
Penerapan Prinsip Ekologis pada Lahan Kritis
c. Rehabilitasi Lahan Kritis di Lahan Budidaya
1. Aspek Sosial Ekonomi
2. Aspek Ekologi
3. Aspek Estetika
1. Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan,
peternakan, dan usaha lainnya.
2. Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit.
3. Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan.
4. Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan.
5. Perlu adanya usaha ke arah Program kali bersih (Prokasih).
6. Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS).
7. Pengembangan keanekaragaman hayati.
8. Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada
terjadinya lahan kritis.
9. Menghilangkan unsur-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian,
misalnya plastik. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan.
10. Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk
hijau secara tepat dan terus-menerus.
11. Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang disebut
Azola.
12. Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemaran yang
ada pada lahan pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat pencemar dan dapat
dimanfaatkan untuk makanan ikan. Namun, dalam hal ini kita harus hati-hati
karena eceng gondok sangat mudah berkembang sehingga dapat menggangu
lahan pertanian.
Membangun di Daerah Rawa - rawa

Lahan rawa –
rawa, lahan yang
terkena pasang
surut atau yang
sering banjir
biasanya tidak
merupakan lahan
subur, dan jika
dibangun rumah
ditempat tersebut
tidak akan
mengurangi hasil
panen

Anda mungkin juga menyukai