Anda di halaman 1dari 3

Tugas Bahasa Indonesia - Menganalisis Nilai pada Novel Sejarah (hlm.

72)
( KD 4.3 )

Anggota Kelompok V :
✓ Rahel Azalea Adisma ( 21 / XII IPS 1 ) - Nilai Sosial
✓ Regina Meylisa Permatasari ( 22 / XII IPS 1 ) - Nilai Budaya dan Nilai Sosial
✓ Ricardo Waikaya ( 23 / XII IPS 1 ) - Nilai Moral
✓ Vannessa Mayliana Christiani ( 24 / XII IPS 1 ) - Nilai Estetis

Nilai-Nilai yag Terkandung


No. dalam Novel Sejarah Jawaban
‘ Pangeran Dipenogoro:
Menggagas Ratu Adil ‘
1. Nilai moral A. Nilai ke-1
• Kutipan teks:
" ..... apa dia juga secara langsung sudah
melanggar perjanjian-perjanjian dengan pihak
kompeni? "

• Penjelasan / deskripsi:
Nilai moral yang dapat dipetik dari kutipan di atas
berhubungan dengan rasa tanggung jawab. Tidak
melanggar/mengingkari janji yang sudah disepakati
merupakan salah satu perbuatan bertanggung
jawab yang dapat dilakukan. Sampai saat ini pun,
masih banyak orang yang suka mengumbar janji
dan sering melanggarnya pula. Nilai ini
mengajarkan kita agar selalu mempertimbangkan
segala sesuatu sebelum kita mengucapkan janji.

B. Nilai ke-2:
• Kutipan teks:
....... ,Jan Willem van Rijnst berkata dalam hati, " Al
wie kloekzinnig is, handelt met wetenschap, maar
een zot breidt dwaasheid uit. Deza kakkerlak
verwach zeker een goede positie, zodat hij mogelik
corruptie kan doen " ( yang cerdik bertindak dengan
pengetahuan, tapi yang bebal membeberkan
ketololannya. Kecowak ini pasti berharap
kedudukan yang memungkinkan baginya bisa
melakukan korupsi ).
• Penjelasan / deskripsi:
Nilai moral dalam kutipan di atas adalah orang yang
cerdik akan bertindak menggunakan
pengetahuannya sedangkan orang bebal akan
bertindak ceroboh dengan kebodohan dan cara
piciknya. Nilai ini mengajarkan agar kita dapat
menjadi pribadi yang tinggi akan pengetahuan,
supaya beradab dan bermoral pula kelakuan kita.

2. Nilai budaya • Kutipan teks :


"Bukan cuma kurang cakap, Tuan Van Rijnst," kata
Danurejo, jeraus sangat ucapannya. "Tapi,
sesungguhnya Sri Sultan tidak becus. Makin hari
makin besar jurang kemelut terjadi di lingkungan
kraton. Ya, memang pelanggaran merupakan
pemandangan sehari-hari yang menyepatkan
mata."

• Penjelasan / deskripsi :
Nilai budaya yang terkandung dalam kutipan di atas
adalah kebiasaan masyarakat Jawa untuk tetap
menghormati pemimpinnya yakni dengan tidak asal
menyematkan panggilan atau label. Hal ini terlihat
dari cara Danurejo menyebut “Sri Sultan,” sekalipun
dimata tokoh Danurejo pemimpinnya tidak becus
dan dia membencinya.

3. Nilai sosial A. Nilai ke-1


• Kutipan teks
"Bukan cuma kurang cakap, Tuan Van Rijnst," kata
Danurejo, jeraus sangat ucapannya. "Tapi,
sesungguhnya Sri Sultan tidak becus. Makin hari
makin besar jurang kemelut terjadi di lingkungan
kraton. Ya, memang pelanggaran merupakan
pemandangan sehari-hari yang menyepatkan mata"

• Penjelasan / deskripsi
Kutipan di atas mengandung nilai sosial karena
tokoh Danurejo terlihat memiliki sifat yang suka
memaki, protes dan membicarakan keburukan
orang lain.
B. Nilai ke-2
• Kutipan teks :
Karuan Danurejo pun memasang muka manis atas
kodratnya yang muka-dua. Dia mengira Belanda di
hadapannya menghargainya.

• Penjelasan / deskripsi :
Nilai sosial yang terlihat dari kutipan teks di atas
adalah jangan menjadi orang yang bermuka dua
seperti Danurejo. Jadilah diri sendiri saat harus
berinteraksi dengan orang lain.

4. Nilai estetis • Kutipan teks:


"Hm." Jan Willem van Rijnst menerka-nerka ambisi
Danurejo di balik pernyataan yang kerang-keroh itu.
sambil menatap lurus-lurus ke muka Danurejo,
setelah membagi arah pandangannya kepada
Raden Mas Sunarko yang sangat tolek, Jan Willem
van Rijnst berkata dalam hati, "Al wie kloekzinnig is,
handelt met wetenschap, maar een zot breidt
dwaasheid uit. Deza kakkerlak verwach zeker een
goede positie, zodat hij mogelik corruptie kan doen"
(yang cerdik bertindak dengan pengetahuan, tapi
yang bebal membeberkan ketololannya. ………).

Danurejo tak rumangsa dicerca. Sebab, ketika Jan


Willem van Rijnst berkata begitu di dalam hatinya,
dia melakukan dengan memasang senyum di muka.
……..

• Penjelasan / deskripsi:
Nilai estetis dalam kutipan di atas terkait dengan
teknik penyajian cerita. Teknik yang digunakan
pengarang adalah teknik narasi. Teknik ini berusaha
untuk menciptakan, mengisahkan, atau
menguraikan perbuatan manusia dalam sebuah
peristiwa. Selain teknik penyajian cerita, keindahan
dalam novel sejarah ini juga terlihat dari segi
kebahasaannya. Pemilihan bahasa dan kata-kata
yang menarik menjadi hal positif dalam estetika
novel sejarah ini. Selain itu, terdapat pula bahasa
asing yang sudah dituliskan artinya secara langsung
oleh penulis, sehingga pembaca dapat mengetahui
arti dari kata-kata asing tersebut tanpa harus
bersusah payah mencari tahunya terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai