Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“STRUMA NODUSA NON TOXIC”

1. Pengertian Struma

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang
dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid
dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan.

2. Etiologi Struma

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan


faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
a) Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang
kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah
pegunungan.
b) Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
c) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).
d) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).

3. Patofisiologi Struma
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke
dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH
kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin
(T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat
mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat
sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tyroid.

4. WOC Struma

Dampak gangguan sistem terhadap KDM pada pre operasi

Defisiensi yodium
Kelainan metabolik kongenital yang mengandung hormon tyroid
Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia/obat-obatan

Pengurangan tyroditiroksin dan tetratiroksikosis
Mencegah inhibisi umpan balik TSH yang normal

Peningkatan massa thyroid

Penekanan pada tyroid Hyperplasia kelenjar thyroid (Struma)
pembuluh darah 
 Perubahan status kesehatan klien
 Involusi kelenjar
Merangsang hipothalamus
Klien selalu bertanya tentang 

penyakitnya dan perosedur Benjolan pada kelenjar
Peningkatan kerja saraf
Simpatis pembedahan 
 Gangguan
Gangguan body image
body image

Nyeri
Nyeri Informasi yang diberikan
Tidak akurat
 Penekanan pada
Kurang pengetahuan esofagus
Berkurangnya aliran di sekitar
leher  
Intake tidak adekuat
 Stressor meningkat
Suplai O2 ke jaringan  
berkurang Anxietas Pemenuhan nutrisi
Anxietas

Iskemia

Kelemahan fisik
 Kurang motivasi Defisit perawatan
Cepat lelah perawatan diri diri
Dampak gangguan sistem terhadap KDM pada post operasi

Struma

Strumectomi
Resiko cedera pada (Tindakan pembedahan) Cedera pita suara
trakhea  
 Terputusnya kontinuitas Gangguan fungsi suara
Kemungkinan terjadinya Jaringan 
pendarahan  Gangguan
 Pelepasan neurotransmitter komunikasi verbal
Resiko terjadi obstruksi mediator kimia (bradikinin,
 serotonin, prostaglandin dan
Resiko tinggi
Resiko tinggi terhadap
terhadap histamin)
bersihan jalan
bersihan jalan nafasnafas
tidak 
tidak efektif
efektif Merangsang ujung-ujung
saraf tepi

Dihantarkan ke hipothalamius
dan korteks cerebri

Nyeri
Nyeri

Manipulasi pada tindakan strumectomi subtotal



Resiko peningkatan pengeluaran hormon tiroid

Resiko krisis tiroid

Resiko terjadinya mixedema

Kemunduran proses metabolik

Resiko terjadinya
tetani/cedera
5. Manifestasi Klinis Struma

Pada penyakit struma tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar ini
membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan
area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus
tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.\

6. Pemeriksaan Diagnostik Struma

1) USG

Dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi. Di samping itu, pemeriksaan ini dapat membedakan
antara padat maupun kistik dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat
membedakan dengan pasti ganas atau jinak.  serta dapat dimanfaatkan untuk
penuntun dalam tindakan biopsy aspirasi jarum halus.

2) Scanning tiroid (pemeriksaan sidik tiroid)

untuk menentukan fungsi tiroid.  Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah


teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid.
Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara
fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditan

3) Radiologi

Thorax : adanya deviasi trakea

4) Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle


Aspiration/FNA)

 Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara
pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis suspek maligna ataupun
benigna.
7. Penatalaksanaan Struma

A. Medikamentosa
 Pengobatan ditujukan untuk : 1. Mengurangi besarnya kelenjar gondok; 2.
Mengoreksi adanya keadaan hipotiroidisme, kalau memang ada.
 Solusio lugol 5 tetes/hari dalam 1/2 gelas air bersama dengan iodium 10 –
15 mg/hari diberikan beberapa minggu sampai kelenjar tiroid kembali
normal.
 Selanjutnya penderita dianjurkan menggunakan garam dapur beriodium.
 Struma sporadik diobati dengan ekstrak tiroid 50 – 150 mg/hari atau
tiroksin 150 –300 mg/hari.
 Bila ada persangkaan keganasan segera rujuk ke rumah sakit.
B. Pembedahan
Tindakan pembedahan dikerjakan dengan alasan; adanya nodule atau
benjolan tunggal di salah satu bagian anatomis kelenjar tersebut yang
dikhawatirkan bisa berkembang menjadi ganas. Adanya multi nodul – banyak
benjolan - yang berat, penekanan terhadap saluran nafas dan dengan alasan
estetik atau penampilan diri seseorang yang mengalami pembesaran di bagian
leher depan itu. Tentu operasi dikerjakan setelah syarat-syaratnya terpenuhi
termasuk hasil pemeriksaan lab yang menunjukkan fungsi kelenjar thyroid ini
yang sebisa mungkin tidak sedang mengalami gangguan (hyper atau
hipothyroid). Untuk menurunkan kadar hormone thyroksin dapat diberikan
obat-obatan yang bisa menekan thyroid agar tidak memproduksi hormone yang
berlebihan.
Pembedahan kelenjar thyroid disebut thyroidectomi. Pada
pelaksanaannya ada yang mengangkat sebagian kelenjar (hemithyroidectomi,
subtotal thyroidectomi, isthmolobectomi), keseluruhan (total thyroidectomi)
atau bisa juga radikal thyroidectomi pada kasus kanker. Pemilihan itu
tergantung dari kasus atau kelainan yang dijumpai. Pada perkembangan saat
ini, untuk kasus tertentu, pengangkatan nodule thyroid bisa dikerjakan dengan
minimal invasive surgery. Pengaturan hormon tubuh jika thyroid diangkat total
dapat digantikan dengan obat yang berfungsi seperti hormone tiroksin yang
mesti teratur diminum sepanjang hidup.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengumpulan data
1. Anamnese
Dari anamnese diperoleh:
1) Identifikasi klien.
2) Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada
umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunyapernafasan karena
penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali,
tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksutkan barangkali ada anggota keluarga yang menderitan sama
dengan klien saat ini.
6) Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik
sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis
dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
2) Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka
operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta
terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
3) Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih seak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi,
atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
4) Sistim Neurologi
Pada pejmeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri ajkandipaspatkan
ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
5) Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung
akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi
yang hilang.

Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan penunjang
 Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
 Kadar T3, T4
 Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
 Darah rutin
 Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara –10s/d
+15
 Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).
2) Pemeriksaan radiologis
 Dilakukan foto thorak posterior anterior
 Foto polos leher antero posterior dan laterl dengan metode soft tissu technig .
 Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.

Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan pada pre operasi
yang lazim terjadi pada struma pre operasi :
1) Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.
2) Gangguan body image
berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan.
4) Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik.
2. Perencanaan tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah
1) Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.
Tujuan : mengatasi nyeri klien.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri klien 1. Mengetahui tingkat
nyeri klien dan sebagai dasar
untuk menentu-kan rencana
2. Anjurkan klien untuk tindakan selanjutnya.
makanan lunak. 2. Mengurangi resiko
3. Menganjurkan klien supaya nyeri saat menelan.
makan sedikit-sedikit tapi sering. 3. Dengan makan
sedikit-sedikit tidak akan
memperberat rasa sakit saat
4. Kolaborasi dengan tim medis menelan.
dalam pemberian analgetik.
4. Analgetik dapat
menekan pusat nyeri sehingga
impuls nyeri tidak diteruskan ke
otak

2) Gangguan body image


berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.
Tujuan : Klien mengerti tentang adanya perubahan bentuk tubuh dan
mau menerima keadaannya serta mengembangkan
mekanisme pemecahan masalah dan beradaptasi dengan
baik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusi dengan klien bagaimana 1. Sebagai informasi
proses penyakitnya pengaruhnya. tambahan untuk memulai proses
metode pemecahan masalah.
2. Kaji kesulitan yang dialami klien 2. Perasaan klien
terhadap kondisi fisiknya
merupakan hal yang nyata dimana
perawat harus bisa meyakinkan
klien bahwa dengan kemajuan
teknologi masalah klien bisa
3. Berikan suport pada klien dalam diatasi.
melakukan pengobatan dan beri 3. Klien tidak
pengertian. menganggap peruba-han yang
dialaminya sebagai suatu masalah
yang cukup berat.
3) Gangguan pemenuhan
nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan.
Tujuan : Pasien mengatakan berat badannya stabil dan bebas dari
tanda-tanda malnutrisi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor intake tiap hari 1. Nutrisi merupakan kebutuhan
yang harus tetap terpenuhi setiap
hari untuk mencegah terjadinya
malnut-risi.
2. Anjuran klien untuk makan 2. Suplemen makanan tersebut
makanan yang tinggi kalori akan mempertahankan jumlah
dan kaya akan gizi. kalori dan protein dalam tubuh tetap
dalam keadaan stabil.
3. Kontrol faktor lingkungan 3. Lingkungan yang buruk akan
seperti bau yang tidak sedap memperburuk keadaan mual dan
dan hindari makanan yang menyebabkan muntah, efektifitas
pedas dan berminyak. diet merupakan hal yang individual
untuk dapat mengatasi adanya mual.
4) Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuannya
dan dapat mendemonstrasikan teknik perawatan diri.

INTERVENSI RASIONAL
1. Bantuan klien dalam 1. Membantu dalam
melaku-kan perawatan diri. mempertahankan personal hygiene
2. Anjuran keluarga klien klien.
untk berpartisipasi dalam 2. Klien tidak merasa terbebani
perawa-tan diri klien. dalam melakukan perawatan diri.
3. Anjuran klien untuk
melaku-kan perawatan diri 3. Mempersiapkan diri klien untuk
secara bertahap. tidak tergantung pada orang lain
4. Bantu klien untuk karena adnya kelemahan fisik.
melaku-kan perawatan diri 4. Mempermudah klien dalam
secara bertahap. melakukan perawatan diri.
5. HE kepada klien dan
keluarganya tentang penting- 5. Klien dan keluarganya bisa
nya kebersihan. termotifasi untuk tetap menjaga
personal hygiene klien.

5) Anxietas berhubungan
dengan interpretasi yang salah dan prosedur pembedahan
Tujuan : Klien dapapt mengungkapkan bahwa kecemasannya sudah
berkurang atau sudah tidak cemas lagi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan 1. Sebagai dasar dalam melakukan
klien. intervensi selanjutnya.
2. Dukungan perawat akan
2. Berikan dorongan membawa klien untuk mengenal
kepada klien untuk sedini mungkin perasaannya dan
mengekspresikan membagi kepada orang lain untuk
perasaannya. mengurangi gangguan perasaannya.
3. Penyelesaian singkat dan benar
akan menghilangkan persepsi yang
3. Berikan penjelasan salah tentang penyakitnya.
singkat tentang penyakitnya 4. Suport positif dapat membantu
dan prosedur klien untuk melakukan koping untuk
pembedahannya. mengatasi masalah.
4. Beri support positif 5. Pendekatan spritual membantu
kepada klien. klien untuk tetap tabah dalam
menghadapi penyakitnya.
5. Anjurkan kepada klien
untuk selalu melakukan
pendekatan spritual.

3. Diagnosa keperawatan post operasi (Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan


Keperawatan, 2001).
1) Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan
laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan,
rangsangan pada sistem saraf pusat.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah
terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.
4. Perencanaan Keperawatan / Intervensi
1) Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme
laringeal.
Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dengan mencegah aspirasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau frekuensi pernafasan, 1. Pernafasan secara normal ka-
kedalaman dan kerja perna- dang-kadang cepat, tetapi ber-
fasan kembangnya distres pada perna-
fasan merupakan indikasi kom-
presi trakea karena edema atau
perdarahan
2. Auskultasi suara nafas, catat 2. Ronchi merupakan indikasi
adanya suara ronchi adanya obstruksi.spasme lari-
ngeal yang membutuhkan
evaluasi dan intervensi yang
cepat
3. Kaji adanya dispnea, stridor, 3. Indikator obstruksi trakea/spasme
dan sianosis. Perhatikan laring yang membutuhkan
kualitas suara evaluasi dan intervensi segera
4. Waspadakan pasien untuk 4. Menurunkan kemungkinan
menghindari ikatan pada tegangan pada daerah luka karena
leher, menyokog kepala pembedahan
dengan bantal
5. Bantu dalam perubahan 5. Mempertahankan kebersihan
posisi, latihan nafas dalam jalan nafas dan evaluasi. Namun
dan atau batuk efektif sesuai batuk tidak dianjurkan dan dapat
indikasi menimbulkan nyeri yang berat,
tetapi hal itu perlu untuk
membersihkan jalan nafas
6. Lakukan pengisapan lendir 6. Edema atau nyeri dapat
pada mulut dan trakea sesuai mengganggu kemampuan pasien
indikasi, catat warna dan untuk mengeluarkan dan
karakteristik sputum membersihkan jalan nafas sendiri
7. Lakukan penilaian ulang 7. Jika terjadi perdarahan, balutan
terhadap balutan secara bagian anterior mungkin akan
teratur, terutama pada bagian tampak kering karena darah
posterior tertampung/terkumpul pada
daerah yang tergantung
8. Selidiki kesulitan menelan, 8. Merupakan indikasi edema/per-
penumpukan sekresi oral darahan yang membeku pada
jaringan sekitar daerah operasi
9. Pertahankan alat trakeosnomi 9. Terkenanya jalan nafas dapat
di dekat pasien menciptakan suasana yang
mengancam kehidupan yang
memerlukan tindakan yang
darurat
10. Pembedahan tulang 10. Mungkin sangat diperlukan untuk
penyambungan/perbaikan pem-
buluh darah yang mengalami
perdarahan yang terus menerus

2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita


suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
Tujuan : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
dipahami
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji fungsi bicara secara periodik 1. Suara serak dan sakit tenggorok
akibat edema jaringan atau
kerusakan karena pembedahan
pada saraf laringeal yang berakhir
dalam beberapa hari kerusakan
saraf menetap dapat terjadi
kelumpuhan pita suara atau
penekanan pada trakea
2. Pertahankan komunikasi yang 2. Menurunkan kebutuhan beres-
sederhana, beri pertanyaan yang pon, mengurangi bicara
hanya memerlukan jawaban ya
atau tidak
3. Memberikan metode komunikasi 3. Memfasilitasi ekspresi yang
alternatif yang sesuai, seperti dibutuhkan
papan tulis, kertas tulis/papan
gambar

4. Antisipasi kebutuhan sebaik 4. Menurunnya ansietas dan


mungkin. Kunjungan pasien kebutuhan pasien untuk
secara teratur berkomunikasi.
5. Beritahu pasien untuk terus 5. Mencegah pasien bicara yang
menerus membatasi bicara dan dipaksakan untuk menciptakan
jawablah bel panggilan dengan kebutuhan yang diketahui/me-
segera merlukan bantuan
6. Pertahankan lingkungan yang 6. Meningkatkan kemampuan men-
tenang dengarkan komunikasi perlahan
dan menurunkan kerasnya suara
yang harus diucapkan pasien
untuk dapat didengarkan

3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses


pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.
Tujuan : Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi
terpenuhi/terkontrol.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital dan catat 1. Manipulasi kelenjar selama
adanya peningkatan suhu tubuh, pembedahan dapat mengakibat-
takikardi (140 – 200/menit), kan peningkatan pengeluaran
disrtrimia, syanosis, sakit waktu hormon yang menyebabkan krisis
bernafas (pembengkakan paru) tyroid
2. Evaluasi refleksi secara periodik. 2. Hypolkasemia dengan tetani
Observasi adanya peka rangsang, (biasanya sementara) dapat ter-
misalnya gerakan tersentak, jadi 1 – 7 hari pasca operasi dan
adanya kejang, prestesia merupakan indikasi hypopara-
tiroid yang dapat terjadi sebagai
akibat dari trauma yang tidak
disengaja pada pengangkatan
parsial atau total kelenjar
paratiroid selama pembedahan
3. Pertahankan penghalang tempat 3. Menurunkan kemungkinan
tidur/diberi bantalan, tmpat tidur adanya trauma jika terjadi kejang
pada posisi yang rendah
4. Memantau kadar kalsium dalam 4. Kalsium kurang dari 7,5/100 ml
serum secara umum membutuhkan
terapi pengganti
5. (Kolaborasi) Berikan pengobatan 5. Memperbaiki kekurangan kal-
sesuai indikasi (kalsium/glukonat, sium yang biasanya sementara
laktat) tetapi mungkin juga menjadi
permanen

4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan


bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan kemampuan
mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai
situasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri 1. Bermanfaat dalam mengevaluasi
baik verbal maupun non verbal, nyeri, menentukan pilihan in-
catat lokasi, intensitas (skala 0 – tervensi, menentukan efektivitas
10) dan lamanya terapi
2. Letakkan pasien dalam posisi 2. Mencegah hiperekstensi leher
semi fowler dan sokong kepala/ dan melindungi integritas garis
leher dengan bantal pasir/bantal jahitan
kecil
3. Pertahankan leher/kepala dalam 3. Mencegah stress pada garis
posisi netral dan sokong selama jahitan dan menurunkan tegangan
perubahan posisi. Instruksikan otot
pasien menggunakan tangannya
untuk menyokong leher selama
pergerakan dan untuk
menghindari hiperekstensi leher
4. Letakkan bel dan barang yang 4. Membatasi ketegangan, nyeri
sering digunakan dalam otot pada daerah operasi
jangkauan yang mudah
5. Berikan minuman yang sejuk/ 5. Menurunkan nyeri tenggorok
makanan yang lunak ditoleransi tetapi makanan lunak ditoleransi
jika pasien mengalami kesulitan jika pasien mengalami kesulitan
menelan menelan
6. Anjurkan pasien untuk 6. Membantu untuk memfokuskan
menggunakan teknik relaksasi, kembali perhatian dan membantu
seperti imajinasi, musik yang pasien untuk mengatasi nyeri/rasa
lembut, relaksasi progresif tidak nyaman secara lebih efektif
7. (Kolaborasi) Beri obat analgetik 7. Beri obat analgetik dan/atau
dan/atau analgetik spres analgetik spres tenggorok sesuai
tenggorok sesuai kebutuhannya kebutuhannya
8. Berikan es jika ada indikasi 8. Menurunnya edema jaringan dan
menurunkan persepsi terhadap
nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne, 2001, Buku ajar  Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
Volume 1. Jakarta : EGC.
Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya., Dalam : Suyono,
Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.,FKUI., Jakarta

Guyton, Arthur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Editor, Irawati. S, Edisi : 9, EGC ;
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai