Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RESENSI

‫االعجاز التربوي فى القران الكريم‬

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Gasal


Mata Kuliah Studi Al-Qur’an
Dosen Pengampu :Dr. H. Muh. Syaifudin, M.A

DI SUSUN OLEH :

SUATMADI
NIM : 20200011163

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2021

1
A. IDENTITAS BUKU
Judul Buku : ‫االعجازالتربويفىالقرانالكريم‬
Penulis : Dr. Musthafa Rajab
Penerbit :
Tahun terbit : 2006
Jumlah Halaman : 189 halaman
ISBN : 9957-466-2
Tentang Penulis : Dr. Mustafa Ragab, Profesor Dasar-dasar Pendidikan
danmantan Dekan Sekolah Tinggi Pendidikan di
Sohag Alamat: Mesir -Sohag-Sekolah Tinggi
Pendidikan. Pengajar mata kuliah (teks pendidikan
dari Al-Qur'an dan Sunnah) untuk mahasiswa
magister Fakultas Syariah Universitas Yarmouk pada
tahun 2009
E-mail: mostafaragab@yahoo.com

B. PENGANTAR
Berangkat dari paradigma umum, bahwa al-Qur’an merupakan
bacaan sempurna yang telah dipilih Allah dengan nama yang sangat tepat,
karena tidak ada satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima
ribu tahun lalu yang dapat menandingi al-Qur’an al-Karim sebagai bacaan
yang paling sempurna dan lagi mulia.
Secara logika, al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah dalam bahasa
Arab, tentu saja, sangat mudah dipahami oleh orang Arab sendiri. Namun
dalam kenyataannya, tidak ada seorangpun yang dapat menandingi al-
Qur’an tersebut, baik dari segi gaya bahasanya maupun sastranya.
Jangankan untuk membuat seumpama al-Qur’an, menandingi untuk
membuat satu ayatpun mereka ternyata tidak mampu.Padahal ketika itu,
mereka memiliki kemampuan bahasa dan sastra yang sangat baik.Di
samping itu, mereka juga telah mempunyai peradaban yang tinggi.
Pada dasarnya, dalam kandungan yang ada dalam al-Qur’an itu
sangat banyak keajaiban-keajaiban yang tidak bisa dipikirkan oleh akal
manusia dan tidak bisa membuat seumpama dengan al-Qur’an, walaupun
banyak orang yang ahli dan mengerti terhadap seluk-beluk bahasa
alQur’an tentu tidak bisa bisa menuliskan satu ayatpun semisalkan al-
Qur’an berarti ada apa sesuatu dibalik al-Qur’an itu. Mungkin inilah yang
dinamakan dengan mukjizat al-Qur’an
Dalam resensi ini, penulis mencoba mengkaji tentang
‫االعجازالتربويفىالقرانالكريم‬,” yang terkandung di dalamnya. Permasalahan ini
terasa penting untuk dibahas dalam rangka memahami ilmu al-Qur’an
secara komperehensif. Untuk mencari bahan yang relevan dengan masalah
ini, maka penulis menggunakan kajian perpustakaan (library research)

2
dalam rangka mendapat sumber primer dan skunder kemudian data
tersebut dianalisis

C. TENTANG BUKU INI


Buku ini terdiri dari 189 halaman dan 11 bab yang menjelaskan
keistimewaan al-Qur’an
1. ‫الرتبية القرانية مفهومها ومساهتا‬
Pendidikan Alquran, konsep dan karakteristiknya ;Al-Qur’an Al-Karim
menjadi sumber teori pendidikan. Pertama Studi tentang teori pendidikan
berasal dari filsafat.Kedua Studi tentang teori pendidikan berasal dari
fenomena social.Ketiga Studi tentang teori pendidikan berasal dari
individu.Keempat Studi tentang teori pendidikan berasal dari kisah kisah
dalam Al-Qur’an
2. ‫القران الكرمي مصدا للفكر للرتبؤي‬
Alquran adalah sumber pemikiran edukatif ;Tujuan Umum Kisah-
kisah dalam Al-Qur’an
a. Menguatkan akidah dan Iman
b. Membuka kondisi jiwa manusia
c. Mengarahkan perilaku manusia
3. ‫التفسري املوضوعي وحاجة البحث الرتبوي اليه‬
Tafsir Maudhu’i dan perlunya penelitian pendidikan ;Setelah
Rasulullah wafat, orang-orang Islam perlu untuk berijtihad dalam
menafsirkan Al-Qur’an untuk untuk mengetahui maksud, makna
dari ayat-ayat Al-Qur’an. Kemudian para Shohabat berijtihad untuk
melakukan tafsir Al-Qur’an , faktor-faktor yang mendorong untuk
melakukan kegiatan tafsir ini antara lain:
a. Meluasnya kekuasaan Daulah Islamiyah
1) Para Sahabat berpencar di berbagai negara yang di taklukkan
oleh kaum muslimin dan mengajarkan pemeluk baru Islam
terhadap agama baru yang dipeluknya
2) Bertambahnya kebutuhan kaum muslimin terhadap
pembelajaran dari hari ke hari
b. Berkurangnya jumlah para Sahabat dari hari ke hari baik itu
karena wafat, atau karena syahid dalam peperangan. Disinilah
pentingnya memindahkan riwayat tafsir ayat Al-Qur’an kepada
generasi berikutnya

3
4. ‫مناذج الرتبوية يف قصة ابن نوح عليه السالم‬
Model pedagogis dalam kisah putra Nabi Nuh AS ;
Tujuan pendidikan dalam kisah putera Nabi Nuh As
Dalam QS Hud ayat 36-47 menceritakan bahwa Nabi Nuh As telah
berdakwah kepada kaumnya untuk menyembah Allah saja selama 950
tahun, tidak ada yang beriman dari kaumnya itu melainkan hanya sedikit
sekali, dan kebanyakan dari mereka mengingkari ajakan Nabi Nuh, mereka
tetap saja menyembah berhala. Pada suatu hari, Allah mendatangkan
banjir yang begitu besar yang menenggelamkan semua umat Nabi Nuh As,
kecuali orang-orang beriman yang naik ke kapal Nabi Nuh. Saat itu Nabi
Nuh juga mengajak anaknya untuk ikut bersama naik ke kapanya, namun
anaknya menolak dan ia lebih memilih naik ke atas gunung, hingga
akhirnya putera Nabi Nuh pun ikut tenggelam di dalam banjir karena
keingkaran dan kedurhakaannya.
Tujuan pendidikan dalam kisah ini adalah :
1. Tujuan pengetahuan atau tujuan kognitif
Melalui kisah ini, siswa dapat mengetahui bahwa kisah tersebut dapat
diambil suatu pelajaran, nasihat bagi orang-orang beriman, dan
menjelaskan bahwa mengEsakan Allah adalah inti dari risalah
kenabian.
a. Siswa mengetahui kepribadian Nabi Nuh As
b. Siswa dapat menyebutkan mu’jizat yang diberikan Allah kepada
Nabi Nuh As
c. Siswa dapat membaca ayat dalam kisah tersebut dengan bacaan
yang benar
d. Siswa dapat menjelaskan sebab do’a Nabi Nuh terhadap kaumnya
e. Siswa dapat menganalisis sebab Nabi Nuh membuat kapal
f. Siswa dapat menyimpulkan apa yang terjadi di akhir cerita
g. Siswa dapat membedakan antara sifat-sifat orang mukmin dan
sifat-sifat orang kafir.
h. Siswa dapat mengambil pelajaran dari cerita tersebut
i. Siswa dapat menyampaikan pendapatnya dalam cerita tersebut
j. Siswa mengetahui bahwa janji Allah itu benar
k. Siswa mengetahui bahwa kesombongan dan kedurhakaan itu akan
berakhir dengan kerugian
l. Siswa dapat mengetahui pentingnya Nabi dan Rasul dalam
menunjukkan hidayah kepada jalan yang benar, memberikan berita
gembira bagi orang-orang yang beriman, dan memebrikan ancaman
bagi orang orang yang ingkar.
m. Siswa mengetahui bahwa kebenaran akan mengalahkan kebatilan
2. Tujuan Afektif
a. Menumbuhkan perasaan memuliakan perbuatan Nabi Nuh As
b. Merasakan kesedihan Nabi Nuh ketika di hina oleh kaumnya
c. Menerima perintah untuk berbuat kebaikan dan larangan berbat
kemungkaran

4
d. Mengagumi kesabaran Nabi Nuh dalam menghadapi kaumnya
e. Menanamkan rasa cinta kepada saudara seagama
f. Melakukan perbuatan baik
g. Meninggalkan perbuatan buruk
h. Saling membantu dalam kebaikan
i. Menanakan rasa syukur kepada Allah

3. Tujuan Keterampilan/psikomotorik
a. Mampu meniru kesungguhan Nabi Nuh dalam berdakwah kepada
kaumnya mengajak ke jalan yang benar
b. Mampu menjelaskan tujuan umum dari kisah Nabi Nuh As
c. Mampu menulis ayat-ayat yang menyebutkan kisah-kisah Nabi
Nuh As

4. Nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari kisah Nabi Nuh ini
adalah :
a. Pengaruh ibu lebih kuat dari pengaruh ayah
b. Saudara yang hakiki adalah saudara dalam agama Islam, bukan
berdasarkan garis keturunan
c. Mengarahkan untuk taatkepada Allah dan meng Esa kan-Nya
d. Bersabar atas hinaan manusia
e. Pengaruh lingkungan membentuk kepribadian manusia
f. Melaksanakan perintah Allah
5. ‫قصة بقرة بين اسرائيل‬
Model pedagogis dalam Kisah seekor sapi Bani Israil; QS. Al-Baqarah 67-73
menceritakan sebagai berikut : Di zaman Bani Israil hidup seorang hartawan
yang kekayaannya berlimpah. Namun, ia tak satupun memiliki anak yang
mewarisi harta tersebut, banyak kerabat yang menginginkan warisan.
Sang hartawan ditemukan tewas di depan rumah penduduk. Kerabat sang
hartawanlah yang pertama kali menemukan mayatnya di pagi hari. Maka
gemparlah seluruh desa atas kematian sang hartawan, mereka bertanya tanya
siapa gerangan yang membunuhnya?
Asumsi-asumsi pun bermunculan. Ada yang bilang, sang kerabat yang
menemukanlah yang membunuhnya. Yang lain mengatakan si pemilik rumah
yang di depannya ditemukan mayat si hartawanlah pelakunya.
Di tengah keributan tersebut, datang seorang salih yang cerdas. Ia pun
menengahi warga. Mengapa kalian berkelahi, bukankah diantara kita ada
Musa Rasul Allah? Mereka pun segera berbondong bondong menemui Nabi
Musa As.

5
Mendengar kisah dari penduduk desa, Nabi Musa segera memanjatkan
doa. Ia memohon wahyu dari Allah agar menunjukkan rahasia di balik
kematian sang hartawan. Maka, Allah pun memerintahkan Musa agar
menyuruh umatnya menyembelih seekor sapi. 
“Hai Musa, apakah kau ingin menjadikan kami bahan ejekan?” ujar mereka
Nabi Musa pun dengan sabar menjawab, “Aku berlindung dari Allah agar aku
tak termasuk orang-orang yang bodoh. Aku berlindung kepada Allah untuk
tidak mengatakan sesuatu yang bukan firman-Nya,” ujar Musa. Namun, tetap
saja Bani Israil enggan menaati perintah Musa. Mereka bermalas-malasan
menyembelih seekor sapi. Pasalnya, sapi merupakan binatang yang dihormati
oleh mereka. 

Saat Musa menanyakan perihal sapi tersebut, mereka pun terlihat amat
malas. Mereka justru mencari-cari pertanyaan yang dapat menunda mereka
menyembelih sapi. “Beri kami spesifikasi, berapa usia sapi itu?” ujar mereka.
Nabi Musa pun menjawab, “Tidak muda, tidak pula tua, melainkan
pertengahan saja. Kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepada kalian,”
perintah Musa.
Lagi-lagi, mereka tak juga menjalankan perintah itu. Setiap kali Musa
menanyakannya, mereka menanyakan spesifikasi sapi yang akan disembelih.
“Apa warna sapi itu?” tanya mereka. Dengan sabar, Musa pun menjawab,
“Warnanya kuning tua, setiap kali orang memandangnya maka akan senang
melihatnya,” jawab nabiyullah. 
Bukan mencari, keesokan hari justru mereka bertanya kembali. “Beri
tahu kami bagaimana kondisi sapi itu sehingga kami dapat mencarinya,” kata
mereka. Kesabaran Musa begitu diuji, beliau pun menjawab dengan rincian
yang banyak. “Sapi itu tak pernah digunakan untuk membajak sawah atau
memberi air bagi tanaman. Sapi itu pun sangat bersih, tidak memiliki cacat,”
ujar Musa.
Semakin banyak bertanya, mereka justru semakin sulit
mendapatkan sapi itu. Andai mereka menurut saat perintah pertama,
mereka bebas memilih sapi manapun. 
Namun, sifat membangkang justru membuat mereka semakin
sulit. Setelah banyak pertanyaan, mereka justru harus mendapatkan

6
sapi yang sempurna. Rupanya mereka menyadari kebodohan mereka
itu. Akhirnya, mereka pun mencukupkan pertanyaan dan mulai mencari
jenis sapi yang elok itu. “Sekarang kamu menerangkan sapi itu dengan
lengkap,” kata mereka.
Setelah kesulitan yang sangat mencari sapi tersebut, akhirnya
mereka pun mendapatkannya. Hampir saja mereka menyerah karena
nyaris tak ada sapi yang sesempurna itu. Sapi itu pun didapatkan
dengan harga yang sangat mahal. Sapi tersebut merupakan milik
seorang yatim yang usianya masih belia. Sapi tersebut merupakan satu-
satunya warisan sang ayah. Atas wasiat sang ayah, sapi itu tak
diizinkan bekerja dan hanya dirawat sedemikian rupa. Kulitnya juga
berwarna kuning tua yang sangat elok. Seluruh kriteria yang Nabi Musa
sebutkan ada pada sapi tersebut.

Sapi itu pun didatangkan ke hadapan Nabi Musa. Setelah


disembelih, nabiyullah Musa mengambil sebagian anggota tubuh sapi,
kemudian memukulkannya pada jenazah tersebut. Dengan izin Allah,
mayat si hartawan hidup kembali. Nabi Musa pun segera bertanya
kepada si mayat hidup. “Siapakah yang telah membunuhmu?” Sang
hartawan pun menunjuk salah serang kerabatnya. “Dia!” ujarnya.
Setelah itu, si hartawan kembali menjadi mayat dengan izin Allah.
 Ternyata, sang pembunuh merupakan kerabat yang selalu
menginginkan warisan sang hartawan. Dia pula yang berpura-pura
menemukan mayat sang hartawan yang dia bunuh dan diletakkan di
depan salah satu rumah penduduk desa. Namun, meski telah terang
fakta, si kerabat tetap saja menyangkal bahwa ia yang membunuhnya.
“Demi Allah, bukan aku yang membunuhnya,” ujarnya tanpa takut
menyebut asma Allah sebagai penjamin kesaksiannya. Itulah memang
watak Bani Israil.
Tujuan pendidikan dari kisah itu :
1. Tujuan kognitif atau pengetahuan
a. Siswa mengetahui akibat dari sifat tamak
b. Menunjukkan bahwa Allah menjaga harta anak yatim
c. Menunjukkan pahala kebaikan berbakti kepada kedua orang tua

7
d. Menunjukkan sifat umum dari Bani Israil
e. Memberikan contoh kekuasaan Allah
2. Tujuan afektif
a. Menamkan rasa cinta kepada anak yatim
b. Menanamkan sikap berbakti kepada orang tua
c. Menanamkan nilai-nilai musyawarah dalam pengambilan
keputusan
d. Tolong menolong dalam menjaga harta anak yatim
3. Tujuan psikomotorik
a. Mendeskripsikan karakteristik sapi betina
b. Terlalu banyak berdebat tidak aakan bermanfaat
c. Menulis dengan gaya bahasa yang singkat tentang kisah sapi
betina pada masa Bani Israil
Nilai-nilai Pendidikan dalam kisah tersebut :
1. Nilai Positif
a. Percaya kepada Allah bahwa Allah akan menyelesaikan setiap
kesulitan
b. Keteguhan ayah dalam menjaga anaknya
c. Allah menjaga harta anak yatim
d. Taat kepada orang tua kunci dari segala kebaikan
e. Iman terhadap kekuasaan Allah
f. Hari kebangkitan itu nyata, tiada keraguan lagi.
2. Nilai Negatif
a. Harta adalah fitnah atau ujian bagi pemiliknya
b. Celaka bagi orang yang mengingkari perintah Allah
c. Berdebat adalah sifat Bani Israil

6. ‫قصة اصحاب اجلنة‬


Model pedagogis dalam Kisah ashabul jannah;
7. ‫قصة مؤمن انطاكية‬
Model pedagosis dalam Kisah orang mukmin anthokiyah;
8. ‫قصة اصحاب اجلنة يف سورة القلم‬
Model pedagogis dalam Kisah ashabul jannah pada surat ‘Qalam”;

8
9. ‫قصة اصحاب االخدود‬
Model pedagogis dalam Kisah ashabul ukhdud;
10. ‫قصة قوم سبأ‬
Model pedagogis dalam Kisah Kaum Saba’;
11. ‫قصة داوود‬
Model pedagogis dalam Kisah Nabi Daud AS;
12. ‫قصة سليمان‬
Model pedagogis dalam Kisah Nabi Sulaiman AS;
13. ‫مناذج من االعجاز الرتبوي للقران‬
Model keajaiban pendidikan al-Qur’an;

D. ULASAN PENULIS TENTANG BUKU INI


Hadirnya buku ini merupakan nilai positif di dunia pendidikan,
melalui buku ini pembaca dapat mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan
yang sudah termaktub di dalam Al-Qur’an. Buku ini juga menunjukkan
betapa pentingnya pendidikan dalam agama Islam, banyak ayat-ayat Al-
Qur’an yang secara implisit mendorong manusia untuk belajar.
Hikmah di balik kisah-kisah yang dicantumkan dalam buku ini penuh
dengan nilai pendidikan dan dapat menjadi pedoman bagi setiap praktisi
pendidikan baik itu tentang pelajaran kehidupan, metode pembelajaran
dalam proses pendidikan, sehingga timbul motivasi yang kuat untuk
berpikir positif kepada Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai