PENDAHULUAN
Stress adaptasi merupakan kondisi seseorang atau mahluk hidup dalam rentang
sehat dan sakit, atau kondisi yang sejahtera dan tidak sejahtera. Kondisi seperti ini akan
terjadi oleh semua orang atau mahluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa
terjadi karena adanya kebutuhan hidup yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Oleh karena itu bagaimana seseorang agar dalam kondisi yang stabil atau
beradaptasi maka perlu diketahui adanya konsep sehat, sakit, stress dan adaptasi.
INTERNAL EKSTERNAL
MANUSIA
SEHAT SAKIT
ADAPTASI (GAGAL)
(BERHASIL)
Definisi Sehat :
1. UU Pokok Kesehatan No. 9/1960
Sehat adalah kesehatan badan, rohani, mental, sosial bukan keadaan dari penyakit
cacat atau kelemahan.
2. World Health Organisation (WHO)
Sehat adalah sempurna baik fisik, mental, sosial bukan hanya terhindar dari sakit
atau cacat.
3. Komisi Kesehatan USA
Sehat adalah keadaaan seimbang dalam tubuh kita secara optimal fisik, mental,
spiritual dan sosial.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Definisi Sakit :
Sakit adalah reaksi manusia atau tubuh dari stress melebihi kemampuan adaptasi
(Francis)
Sakit adalah interaksi yang tidak sesuai antara faktor lingkungan (Harvey).
Sakit adalah gangguan tumbuh kembang dan fungsi penyesuaian organisme tubuh
(Angel)
SEHAT SAKIT
Rentang sehat – sakit adalah merupakan skala ukur hipotesis yang relatif, artinya
bahwa kondisi kesehatan seseorang sangat bervariasi, tergantung dari keunikan
individu, gaya hidup, latar belakang, ketangguhan, dan lain-lain.
Rentang sehat – sakit juga sangat dinamis artinya bahwa dari waktu ke waktu
dapat bergeser kondisinya. Pergeserannya tergantung dari proses adaptasi seseorang
pada saat itu.
Rentang sehat – sakit adalah titik optimal dari rentang sehat sakit dari kondisi
seseorang yang sehat.
Rentang sehat – sakit adalah meliputi sakit secara fisik – biologis, sosial,
psikologis, spiritual.
Faktor Predisposisi
Penilaian I pd stressor
Mekanisme koping
Cemas
Konstruktif
Permasalahan Destruktif Bermusuhan
Konsep diri
HIERARKHI SOSIAL
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Biosphere
Society
Public Health
Community
Group
Nursing
Family
Individual
System Organ
Organ
Medic
Tissue
Cell
Definisi Stress :
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
1. Stress adalah reaksi indivudi terhadap situasi yang menekan dirinya sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan .
2. Stress adalah respon non spesifik tubuh terhadap tuntutan yang harus dilakukan
oleh tubuh.
Definisi Stressor :
Stressor adalah semua faktor yang menimbulkan stress sehingga mengganggu
keseimbangan tubuh.
Macam-macam stressor :
1. Biologis / fisiologis : Panas, dingin, nyeri, infeksi mikroorganisme, trauma fisik,
kesulitan eliminasi, kekurangan makan dll.
2. Psikologis : Tersinggung, kehilangan, takut, krisis, kecemasan, dll.
3. Sosial : Isoslasi, miskin, kaya, perubahan, tempat tinggal dll.
Lingkup Stressor
Lingkup stressor bisa terjadi terbatas, medium atau luas, contohnya luka di
tangan, kemudian dijahit hal ini stressornya adalah terbatas. Kemudian seandainya luka
terjadi infeksi maka terjadi stressornya adalah medium. Sedangkan contoh stressor luas
adalah proses kehamilan.
Lamanya stressor
Lamanya stressor bias terjadi pendek, median dan panjang, contohnya adalah
luka tersayat pisau stressor pendek, patah iga atau patah tulang lainnya adalah stressor
median dan terjadi paralysis stressor panjang. Jadi semakin lama semakin tinggi
responnya.
Definisi Adaptasi
Adaptasi adalah Proses dimana tubuh atau individu yang utuh mengadakan
perubahan untuk mengatasi stress
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Bentuk-bentuk Adapatasi
1. Mekanisme homeostatis yaitu merupakan proses adaptasi fisiologis dan
psikologis terhadap perubahan lingkungan internal.
2. Mekanisme homeostatis yang terjadi pada semu aspek atau dimensi dalam
kelurga atau kelompok dan masyarakat.
3. Adaptasi terjadi bila stressor dari luar atau dalam yang mengganggu
keseimbangan adaptasi untuk mempertahankan fungsi optimal.
4. Adaptasi reflek yaitu pergerakan yang otomatis untuk melindungi tubuh.
Homeostatis
Homeostatis adalah kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan,
(Claude Benard)
Homeostatis berasal dari kata Yunani yaitu homeos : sama dan statis : tetap.
Dalam homeostatis tubuh berusaha memelihara keadaan equilibrium dimana tubuh
mempertahankan kondisi seimbang jika ada pengaruh stressor untuk adaptasi.
Skema Equlibrium
adaptasi stressor
Mempertahankan Keseimbangan
1. Homeostatis fisiologis : contoh, suhu tubuh, tekanan darah, nadi, gula darah,
dipertahankan dalam batas normal, sehingga dalam rentang sehat yang optimal
setiap individu berbeda.
2. Keseimbangan lingkungan : fisik dan social, misalnya iklim dingin- panas,
memodifikasi lingkungan
3. Keseimbangan psikososial : keseimbangan hubungan dengan orang lain
misalnya mampu mengeluarkan emosi dengan cara sport, hobby, meditasi latihan
fisik lain.
Mekanisme Keseimbangan
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
STRESSOR STRESSOR
INDIVIDU
TINGKAT I
ALARM
PERJUANGAN PELARIAN
Kehabisan tenaga
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Nervous Simpatik Sistim Medula Adrenal meningkatkan oral intake sehingga akan
menyebabkan :
↑ Tekanan arteri
↑ Heart rate ACTH
↑ Aktifasi otot
↑ Glukosa darah
Anti neurisis ↑ Glikolisis di otot Kortek
↑ Reabsorpsi air ↑ Aktifasi mental adrenal
↑ Reabsorpsi garam
↓ Urin Gluko kortikoid ↑ Mineralo
(kortison) cortocoid
( aldosteron)
↑Glukogenesis
↑Reabs. Air
↑Protein liver
↑Mobilisasi lemak ↑Reabs garam
membran lisosom ↑ Exresi
stabilitas potasium
Volume darah ↑
Mekanisme pertahan secara psikologis biasa disebut koping mekanisme atau defens
mekanisme atau mekanisme pertahanan, artinya secara tidak sadar ego mempertahankan
keseimbangan secara psikologis.
Adaptasi menentukan respon yang aktif untuk individu, keluarga, kelompok secara
keseluruhan. Dengan adaptasi yang baik individu, keluarga dan kelompok akan
mencapai kesehatan yang optimal.
MATERI DISKUSI
KASUS I
Ny. D, 55 th, menderita penyakit kronis Diabetes Militus ( DM ), kondisinya saat ini
kadar gula darahnya terkontrol. Suami NY, kondisinya sehat akan tetapi sudah tidak
memperhatikan istrinya. NY. D dan suami tinggal bersama anak pertamanya sehingga
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
perawatan ditanggung oleh anak pertamanya tersebut. Anak pertamanya baru pindah
rumah, mempunyai 2 anak yang masih balita.
KASUS II
DAFTAR PUSTAKA
3. Stuart Wiscarz Gail and Sundeen J. Sandra, Buku saku Keperawatan Jiwa,
EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Pendahuluan
Komunikasi terapeutik adalah komponen yang penting dalam menjalin hubungan
perawat klien yang terapeutik. Seorang perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
sudah pasti harus menggunakan komunikasi yang terapeutik. Untuk dapat menerapkan
komunikasi terapeutik yang baik tentunya harus berlatih ketrampilan komunikasi.
Sebelum membahas tentang komunikasi terapeutik, terlebih dahulu mengetahui
hubungan seperti apa yang akan diciptakan dengan komunikasi terapeutik.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Untuk mencapai tujuan ini berbagai aspek pengalaman hidup klien perlu digali
selama berlangsungnya hubungan. Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengekspresikan persepsi, pikiran dan perasaannya serta menghubungkan hal tersebut
untuk mengamati dan melaporkan tindakan. Area konflik dan kecemasan
diklarifikasikan. Juga penting bagi perawat untuk mengidentifikasi dan memaksimalkan
kekuatan ego klien dan memberikan dukungan untuk bersosialisasi serta menjalin ikatan
dengan keluarga. Masalah komunikasi diperbaiki dan pola perilaku maladaptive
dimodifikasi sejalan dengan klien menguji cobakan pola perilaku baru dan mekanisme
koping yang lebih adaptif.
Kesadaran Diri
Banyak pendapat mengatakan bahwa perawat perlu menjawab pertanyaan “ siapa
diri saya “. Perawat harus dapat mengkaji perasaan , reaksi dan perilaku secara pribadi
maupun sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima
perbedaan dan keunikan klien. Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu
ditingkatkan agar penggunaaan diri secara terapeutik dapat lebih efektif. Johari Window
menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang sebagaimana dapat
dilihat pada bagan dibawah ini.
1 2
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Kuadran kesatu adalah kuadran yang terjadi dari perilaku, pikiran dan perasaan
yang diketahui oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran kedua sering disebut
kuadran buta karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran ketiga disebut rahasia
karena hanya diketahui oleh individu. Kuadran keempat adalah bagian yang tidak
diketahui oleh siapaun.
Ada tiga prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu :
1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain
2. Jika kuadran satu paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau
kesadaran dirinya buruk.
3. Kuadran satu paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri
tinggi.
Klarifikasi Nilai
Walaupun hubungan perawat-klien merupakan hubungan timbal balik tetapi
kebutuhan klien diutamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa
aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dan
keamanannya. Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat
menyadari dan mengklarifikasi agar dapat mempengaruhi keberhasilan hubungan
perawat – klien.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Eksplorasi Perasaan
Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar
dapat menggunakan dirinya secara terapeutik. Jika perawat terbuka pada perasaanya
maka mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana responnya pada klien dan
bagaimana penampilannya pada klien, perawat harus sadar responnya dan mengontrol
penampilannya.
Motivasi Altruistic
Perawat sebagai alat terapeutik tentunya harus mempunyai dorongan yang kuat
untuk menolong klien secara tulus dan iklas. Dalam pemikirannya hanya memikirkan
orang lain atau klien.
PERAWAT KLIEN
Fase ini mulai dari perkenalan pertama dengan klien. Hal utama yang perlu
dikaji adalah klien benar-benar minta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat-klien. Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah
membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan
perumusan kontrak dengan klien. Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan
jelas pada klein sehingga kerja sama perawat klien dapat optimal.
Diharapkan peran serta klien secara penuh dalam kontrak, namun pada
kondisi tertentu, misalnya klien gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak
dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak realita klien meningkat.
Perawat sering megalami kecemasan dalam memulai hubungan dengan
klien, khususnya klien baru. Tugas perawat adalah mengekspolrasi pikiran,
perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan
bersama klien. Daftar fase perkenalan dapat dilihat pada table di bawah ini.
3. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasi sterssor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungakan persepsi,
pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi
kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan
menghubungkan mekanisme koping yanbg konstruktif. Perubahan perilaku
maladaptive menjadi adaptif adalah fase ini.
4. Terminasi
Terminasi adalah fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terpeutik.
Rasa dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat
optimal. Perawat dan klien akan merasa kehilangan pada fase ini. Terminasi dapat
terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas unit tertentu atau klien pulang
Adapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan
marah, sedih, penolakan perlu dieksplorasi dan diekspresikan. Fase terminasi harus
diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan.
Komunikasi Terapeutik
Teori Komunikasi sangat sesuai dengan praktek keperawatan karena :
ENCODED
DECODED
TRANSMIT RECEIVER
MASSAGE MASSAGE
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Perawat dapat mengkaji atau melakukan intervensi dari komunikasi non verbal atara
lain :
Fungsi Komunikasi
Dari tiga fungsi yang telah diuraikan maka asuhan keperawatan tidak dapat
dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah asuhan keperawatan harus dilakukan
dengan menggunakan komunikasi. Setelah itu perawat perlu mengetahui sikap yang
harus diperhatikan dalam komunikasi.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Sikap Komunikasi
Perawat hadir secara utuh baik fisik maupun psikologis pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup mengetahui tehnik komunikasi dan isi komunikasi,
tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi. (Egan )
mengindentifikasi lima sikap dalam menghadirkan diri secara fisik yaitu :
1. Berhadapan, artinya sikap saya untuk anda.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk kearah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau tangan merupakan
sikap terbuka dalam berkomunikasi.
5. Tetap rileks, yaitu tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketenangan dan
relaksasi dalam mencari respon pada klien.
Tehnik Komunikasi
Perawat harus terampil dalam menganalisa semua pesan yang disampaikan klien baik
verbal maupun non verbal. Untuk itu perawat perlu mendengar secara aktif,
menganalisa pernyataan klien, menyimpulkan arti pesan dan memberi umpan balik.
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan
berbagai tehnik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1. Mendengar ( listening )
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat
harus menjadi pendengar.
2. Pertanyaan terbuka ( broad opening)
Memberi kesempatan untuk memilih, contoh : “apa yang sedang saudara pikirkan?”
3. Mengulang ( restating)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien dan memberi indkasi perawat
mengikuti pembicara klien.
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu, tidak
lengkap, loncat saat mengemukan informasi. Contoh : “ Dapatkah anda jelaskan
kembali tentang ……. “
5. Refleksi
a. Refleksi isi, ini memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan penegrtian perawat.
b. Reflkesi perasaan, membveri respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaan. Gunanya untuk
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Dimensi Hubungan
Ketrampilan atau kualitas tertentu harus dicapai oleh perawat untuk memulai
dan meneruskan hubungan yang terapeutik. Keterampilan tersebut menggabungkan
perilaku verbal dan non verbal serta sikap dan perasaan di balik komunikasi perawat.
Keterampilan ini dapat dibagi menjadi dimensi responsive dan dimensi tindakan.
1. Dimensi Responsif
Dalam dimensi ini termasuk kesejatian, hormat, pengertian empati dan konkrit. Hal
tersebut penting dalam fase orientasi dari hubungan untuk membina rasa percaya
dan komunikasi yang terbuka. Dan selalu bermanfaat sepanjang fase kerja dan fase
terminasi serta memungkinkan klien untuk mencapai sesuatu penghayatan dan
kesadaran diri.
kebutuhan akan pengertian atau penghayatan internal, tetapi juga terhadap tindakan
dan perubahan perilaku eksternal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut.
DIMENSI KARAKTERISTIK
Dimensi Responsif
Kesejatian Tersirat bahwa perawat adalah sesorang yang terbuka yang
serasi, autentik dan transparan
Hormat Menunjukkan bahwa pasien diperlakukan sebagai orang yang
berharga yang diterima tanpa syarat
Pengertian Empatik Memandang dunia klien dari sisi internal klein dengan kepekaan
terhadap perasaan klien saat ini dan kemampuan verbal untuk
mengkomunikasikan pengertian tersebut.
Konkrit Melibatkan penggunaan istilah khusus dari pada istilah yang
abstrak dalam membahas perasaan, pengalaman dan perilaku
klien.
Dimensi Tindakan
konfrontasi Pengekspresian oleh perawat tantang perbedaan perilaku klien
tentang memperluas kesadaran diri klien.
Kesegeraan Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan
digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan
interpersonal lainnya.
Pengungkapan diri Tampak ketika perawat memberikan informasi tentang diri, ide,
Perawat nilai perasaan dan sikap sendiri untuk memfasilitasi kerjasama
proses belajar, katarsis atau dukungan klien.
Katarsis emosional Klien didorong untuk membicarakan tentang hal-hal yang sangat
mengganggu untuk mendapatkan efek terapeutik.
Bermain peran Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan
penghayatan klien kedalam hubungan antar manusia dan
memperdalam kemampuannya untuk melibatkan situasi dari
sudut pandang lain, juga memperkenankan klien untuk
mencobakan perilaku baru dalam lingkungan yang aman.
2. Kontertransferens
a. Ketidakmampuan untuk berempati terhadap klien dalam area masalah
tertentu.
b. Menekankan perasaan selama atau sesudah sesi
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang
terlambat, atau melampaui waktu yang telah ditetapkan.
d. Mengantuk selama sesi
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidakinginan klien untuk
berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau afeksi klien.
g. Berdebat dengan klian atau kecenderungan untuk memakas klien
sebelum ia siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal yang tidak
berhubungan tujuan keperawatan yang telah diindetifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal atau sosial.
j. Melamunkan atau terlalu memikirkan klien
k. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan pada klien
l. Perasaan ansietas, gelisah atau perasaan bersalah terhadap klien.
m. Kecenderungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu
aspek atau cara memandang pada informasi yang diberikan klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.
Pelanggaran Batasan
Terakhir, tetapi merupakan hambatan terapeutik yang sangat penting. Hal ini
terjadi jika perawat melampaui batasan hubungan yang terapeutik dan membina
hubungan sosial ekonomi atau personal dan klien. Sebagai ketetapan umum, kapanpun
perawat harus melakukan atau memikirkan sesuatu yang khusus, berbeda atau tidak
biasa terhadap klien, sering kali melibatkan pelangaran batasan.
DAFTAR PUSTAKA
3. Mc.Closkey Joane and Grak K.Helen, Current Issu in Nursing, Fourt Edition,
Mosby, 1999.
CURICULUM VITAE
4. Pekerjaan : 1.Dosen
2.Staf Akademik
MATERI PENYEGARAN
TOPIK :
1. STRESS ADAPTASI
2. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Disampaikan Oleh :