Anda di halaman 1dari 28

Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

STRESS DAN ADAPTASI

PENDAHULUAN
Stress adaptasi merupakan kondisi seseorang atau mahluk hidup dalam rentang
sehat dan sakit, atau kondisi yang sejahtera dan tidak sejahtera. Kondisi seperti ini akan
terjadi oleh semua orang atau mahluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa
terjadi karena adanya kebutuhan hidup yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Oleh karena itu bagaimana seseorang agar dalam kondisi yang stabil atau
beradaptasi maka perlu diketahui adanya konsep sehat, sakit, stress dan adaptasi.

KONSEP SEHAT – SAKIT


Sehat – Sakit adalah keadaan penyesuaian terhadap situasi yang timbul dari
manifestasi keberhasilan dan kegagalan manusia dalam pertahanan dan keseimbangan,
yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

INTERNAL EKSTERNAL

MANUSIA

SEHAT SAKIT
ADAPTASI (GAGAL)
(BERHASIL)

Definisi Sehat :
1. UU Pokok Kesehatan No. 9/1960
Sehat adalah kesehatan badan, rohani, mental, sosial bukan keadaan dari penyakit
cacat atau kelemahan.
2. World Health Organisation (WHO)
Sehat adalah sempurna baik fisik, mental, sosial bukan hanya terhindar dari sakit
atau cacat.
3. Komisi Kesehatan USA
Sehat adalah keadaaan seimbang dalam tubuh kita secara optimal fisik, mental,
spiritual dan sosial.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Definisi Sakit :
Sakit adalah reaksi manusia atau tubuh dari stress melebihi kemampuan adaptasi
(Francis)
Sakit adalah interaksi yang tidak sesuai antara faktor lingkungan (Harvey).
Sakit adalah gangguan tumbuh kembang dan fungsi penyesuaian organisme tubuh
(Angel)

SEHAT – SAKIT adalah merupakan RENTANG.

SEHAT SAKIT

Rentang sehat – sakit adalah merupakan skala ukur hipotesis yang relatif, artinya
bahwa kondisi kesehatan seseorang sangat bervariasi, tergantung dari keunikan
individu, gaya hidup, latar belakang, ketangguhan, dan lain-lain.

Rentang sehat – sakit juga sangat dinamis artinya bahwa dari waktu ke waktu
dapat bergeser kondisinya. Pergeserannya tergantung dari proses adaptasi seseorang
pada saat itu.

Rentang sehat – sakit adalah titik optimal dari rentang sehat sakit dari kondisi
seseorang yang sehat.

Rentang sehat – sakit adalah meliputi sakit secara fisik – biologis, sosial,
psikologis, spiritual.

Sehat – sakit dilihat dari pengetahuan klien dikelompokan menjadi : kelompok


sehat merasa dirinya sehat, kelompok sehat merasa sakit, kelompok sakit merasa sehat
dan kelompok sakit merasa sakit. Dari pernyataan diatas terlihat bahwa lingkup
paradigma kesehatan yang baru adalah tepat dimana orientasinya adalah bukan hanya
individu yang sakit tetapi lebih banyak terhadap pada individu yang sehat.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

MODEL FENOMENA SEHAT – SAKIT

Faktor Predisposisi

Faktor Pencetus (stressor)

Penilaian I pd stressor

Penilaian II (gali koping)

Mekanisme koping

Cemas
Konstruktif
Permasalahan Destruktif Bermusuhan

Konsep diri

Respon Penyimpangan respon


Penyesuaian adaptasi

Aktualisasi Konsep diri Bingung Harga diri Depersonalisasi


Diri

HIERARKHI SOSIAL
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Biosphere

Society

Public Health
Community

Group

Nursing
Family

Individual

System Organ

Organ
Medic

Tissue

Cell

KONSEP STRESS – ADAPTASI

Definisi Stress :
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

1. Stress adalah reaksi indivudi terhadap situasi yang menekan dirinya sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan .
2. Stress adalah respon non spesifik tubuh terhadap tuntutan yang harus dilakukan
oleh tubuh.

Definisi Stressor :
Stressor adalah semua faktor yang menimbulkan stress sehingga mengganggu
keseimbangan tubuh.

Macam-macam stressor :
1. Biologis / fisiologis : Panas, dingin, nyeri, infeksi mikroorganisme, trauma fisik,
kesulitan eliminasi, kekurangan makan dll.
2. Psikologis : Tersinggung, kehilangan, takut, krisis, kecemasan, dll.
3. Sosial : Isoslasi, miskin, kaya, perubahan, tempat tinggal dll.

Faktor yang mempengaruhi tanggapan terhadap stress


1. Respon terhadap stressor tergantung pada :
a. Ciri – ciri seseorang yaitu kepribadiannya dan pengalaman hidupnya
terhadap penyelesaian masalah.
b. Hakekat stressor itu sendiri, hakekat stressor bagi individu, lingkup
stressor, lamanya stressor, jumlah stressor.
2. Kuatnya stressor artinya ringan beratnya stressor yang menimpa seseorang,
semakin berat stressor makin besar pula respon terhadap stressor.

Lingkup Stressor
Lingkup stressor bisa terjadi terbatas, medium atau luas, contohnya luka di
tangan, kemudian dijahit hal ini stressornya adalah terbatas. Kemudian seandainya luka
terjadi infeksi maka terjadi stressornya adalah medium. Sedangkan contoh stressor luas
adalah proses kehamilan.

Lamanya stressor
Lamanya stressor bias terjadi pendek, median dan panjang, contohnya adalah
luka tersayat pisau stressor pendek, patah iga atau patah tulang lainnya adalah stressor
median dan terjadi paralysis stressor panjang. Jadi semakin lama semakin tinggi
responnya.

Definisi Adaptasi
Adaptasi adalah Proses dimana tubuh atau individu yang utuh mengadakan
perubahan untuk mengatasi stress
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Bentuk-bentuk Adapatasi
1. Mekanisme homeostatis yaitu merupakan proses adaptasi fisiologis dan
psikologis terhadap perubahan lingkungan internal.
2. Mekanisme homeostatis yang terjadi pada semu aspek atau dimensi dalam
kelurga atau kelompok dan masyarakat.
3. Adaptasi terjadi bila stressor dari luar atau dalam yang mengganggu
keseimbangan adaptasi untuk mempertahankan fungsi optimal.
4. Adaptasi reflek yaitu pergerakan yang otomatis untuk melindungi tubuh.

Homeostatis
Homeostatis adalah kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan,
(Claude Benard)

Homeostatis berasal dari kata Yunani yaitu homeos : sama dan statis : tetap.
Dalam homeostatis tubuh berusaha memelihara keadaan equilibrium dimana tubuh
mempertahankan kondisi seimbang jika ada pengaruh stressor untuk adaptasi.

Skema Equlibrium

adaptasi stressor

Mempertahankan Keseimbangan

1. Homeostatis fisiologis : contoh, suhu tubuh, tekanan darah, nadi, gula darah,
dipertahankan dalam batas normal, sehingga dalam rentang sehat yang optimal
setiap individu berbeda.
2. Keseimbangan lingkungan : fisik dan social, misalnya iklim dingin- panas,
memodifikasi lingkungan
3. Keseimbangan psikososial : keseimbangan hubungan dengan orang lain
misalnya mampu mengeluarkan emosi dengan cara sport, hobby, meditasi latihan
fisik lain.

Mekanisme Keseimbangan
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

STRESSOR STRESSOR

INDIVIDU
TINGKAT I

ALARM

PERJUANGAN PELARIAN

TINGKAT II MENOLAK ADAPTASI

TINGKAT III KEHABISAN

General Adaptasion Syndrom ( GAS )

Reaksi alarm Resistensi Recovery/sembuh

Kehabisan tenaga
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

- Hipotalamus N -Stabilisasi -↑Respon fisiologis


- Pituitary -Tk Hormon ↓ N -↓Tingkat tenaga
posterior
- ↑ ADH → ↑Reab -Aktifitas saraf -Adaptasi fisiologi
↓ urin simpatik -Mati/meninggal
- Pituitary -Beradaptasi thdp
anterior stressor
- ACTH Kortek
adrenal
-↑ Kortison
-↑Glukoneogesis
-↑Katabolis lemak
-↑Urin Keluar
-↑Eksresi potasium

Nervous Simpatik Sistim Medula Adrenal meningkatkan oral intake sehingga akan
menyebabkan :

1. Meningkatkan epinefrin sehingga meningkatkan heart rate, gula darah, dan


kewasdaan meningkat.
2. Meningkatkan non epenefrin sehingga meningkatkan aliran darah ke otak dan
arteri.

Tiga tahapan GAS

Tingkat I Tingkat II Tingkat III


Tubuh Resistensi Mengikuti manisfestasi
menunjukkan menunjukan bahwa gejala yg terus menerus
perubahan akibat gejala stressor terus thd stressor yg sama,
timbul stress pada diawasi dg adaptasi, tubuh menyesuaikan
waktu yang sama terjadinya tingkat diatas tenaga adaptasi.
kewaspadaan. Habis bila tubuh gagal
mengadakan
penyesuaian

Local Adaptasion Syndrome ( LAS )


LAS bisa terjadi pada : Reaksi radang dan reaksi imunologik yaitu reaksi antigen
antibody.
Terjadi karena untuk membunuh stressor, karena adanya perubahan sel, pemulihan
jaringan dan mencegah penyebaran.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Reaksi tubuh terhadap stressor

Lobus limbic Hipotalamus


Cortek cerebri

Pusat persarafan simpatik ACTH


Medula adrenal

Epinefrin ↑ norepinefrin Pituitary


ADH ↑ anterior
→ darah

↑ Tekanan arteri
↑ Heart rate ACTH
↑ Aktifasi otot
↑ Glukosa darah
Anti neurisis ↑ Glikolisis di otot Kortek
↑ Reabsorpsi air ↑ Aktifasi mental adrenal
↑ Reabsorpsi garam
↓ Urin Gluko kortikoid ↑ Mineralo
(kortison) cortocoid
( aldosteron)

↑Glukogenesis
↑Reabs. Air
↑Protein liver
↑Mobilisasi lemak ↑Reabs garam
membran lisosom ↑ Exresi
stabilitas potasium

Volume darah ↑

Mekanisme Adaptasi secara psikologik

Mekanisme pertahan secara psikologis biasa disebut koping mekanisme atau defens
mekanisme atau mekanisme pertahanan, artinya secara tidak sadar ego mempertahankan
keseimbangan secara psikologis.

Macam-macan Mekanisme pertahanan Jiwa


1. Represi yaitu menekan keinginan, pikiran yang tidak menyenangkan kealam
sadar dengan tidak sadar.
2. Supresi yaitu menekan secara sadar pikiran, perasaan tidak menyenangkan
kealam tidak sadar.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

3. Reaksi formasi yaitu tingkah laku berlawanan dengan perasaan.


4. Kompensasi yaitu tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan lain.
Contoh : Badan pendek jadi lawak
5. Rasionalisasi yaitu berusaha berperilaku yang rasional untuk menutupi
kelemahan.
6. Subtitusi yaitu mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan benda yang aneh
tapi dapat diterima.
Contoh : Tidak punya anak, memelihara kucing.
7. Restitusi yaitu mengurangi rasa bersalah dengan tindakan penggantian.
Contoh : Koruptor, memberikan sumbangan social.
8. Displacement yaitu pindahkan persaan emosional dari obyek sebenarnya.
Contoh : Marah pada teman , membanting pintu.
9. Proyeksi yaitu proyeksikan kenginan, perasaan pada orang lain untuk
mengingkari.
Contoh : Gagal ujian, guru disalahkan.
10. Simbolisasi yaitu menggunakan obyek lain untuk memiliki ide atau emosi yang
menyakitkan.
Contoh : Marah, mengekspreikan dengan melukis.
11. Regresi yaitu ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam
pikiran perasaan dan tingkah laku.
Contoh : Tingkah laku nenek/kakek
12. Denail yaitu mengingkari pikiran, keinginan, faktor-faktor kesediahan yang
tidak dapat ditoleransi.
13. Sublimasi yaitu memindahkan energi mental yang tidak dapat diterima atau
disukai masyarakat.
Contoh : Pecandu narkoba supaya diterima mengikuti pengajian.
14. Konvensi yaitu pemindahan konflik mental ke fisik.
Contoh : Cemas menghadapi ujian, gemetar, diare, meningkatnya BAK.
15. Fantasi yaitu harapan-harapan, keinginan dibayangkan seolah-olah terpenuhi.
16. Un Doing yaitu kebalikan dari reaksi formasi.
17. Isolasi yaitu perasaan yang berhubungan dengan pikiran ingatan, pengalaman
tetapi tidak mengalami kembali emosi yang menyertai.
Contoh : Menonton peristiwa perang masa lalu.
18. Introyeksi yaitu ambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadikan
bagian dari kepribadianya.
Contoh : Suami meninggal kemudian meniru kepribadian suami kepribadian istri
hilang.

Strategi koping untuk menghadapi stress.


1. Bicara dengan orang yang dapat memberi ketenangan.
2. Menganggap semua masalah terselesaikan.
3. Ekspresikan perasaan secara kuat.
4. Mendiskusikannya.
5. Mengalihkan ke perkerjaan yang positif
6. Intropeksi diri
7. Menggunakan obyek pengganti yang positif.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

8. Terjemahkan keluhan fisik.

Adaptasi menentukan respon yang aktif untuk individu, keluarga, kelompok secara
keseluruhan. Dengan adaptasi yang baik individu, keluarga dan kelompok akan
mencapai kesehatan yang optimal.

MATERI DISKUSI

KASUS I

Ny. D, 55 th, menderita penyakit kronis Diabetes Militus ( DM ), kondisinya saat ini
kadar gula darahnya terkontrol. Suami NY, kondisinya sehat akan tetapi sudah tidak
memperhatikan istrinya. NY. D dan suami tinggal bersama anak pertamanya sehingga
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

perawatan ditanggung oleh anak pertamanya tersebut. Anak pertamanya baru pindah
rumah, mempunyai 2 anak yang masih balita.

Pernyataan yang didiskusikan :


1. Manajemen stress yang harus dilakukan oleh keluarga tersebut diatas.
2. Mekanisme pertahanan yang paling tepat pada keluarga tersebut diatas
3. Asuhan keperawatan pada keluarga tersebut diatas

KASUS II

TN. A, 50 th menderita penyakit jantung, kondisinya dirawat sakit yang sudah


menggunakan alat – alat canggih, untuk biaya bagi klien tidak menjadi masalah, akan
tetapi klien selalu marah-marah, sedangkan perawat – perawat dirumah sakit tersebut
sangat baik pelayananya.

Pernyataan yang harus didiskusikan :


1. Stressor apa yang menyebabkan klien marah-marah
2. Mekanisme pertahanan apa yang digunakan oleh klien
3. Asuhan keperawatan yang tepat buat klien adalah…..

DAFTAR PUSTAKA

1. Kozier Erb Oliveri, Fundamental of Nursing, fourt edition, Boston College,


Massachusetts, 1995.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

2. Abraham Charles, Shanly Eamon, Psikologi Sosial Untuk Perawat, EGC


Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1997.

3. Stuart Wiscarz Gail and Sundeen J. Sandra, Buku saku Keperawatan Jiwa,
EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

4. Kumpulan kuliah Perawatan Kesehatan Mental – Psikiatri, PSIK – UNDIP


tahun 2001

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Pendahuluan
Komunikasi terapeutik adalah komponen yang penting dalam menjalin hubungan
perawat klien yang terapeutik. Seorang perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
sudah pasti harus menggunakan komunikasi yang terapeutik. Untuk dapat menerapkan
komunikasi terapeutik yang baik tentunya harus berlatih ketrampilan komunikasi.
Sebelum membahas tentang komunikasi terapeutik, terlebih dahulu mengetahui
hubungan seperti apa yang akan diciptakan dengan komunikasi terapeutik.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Hubungan Terapeutik Perawat – Klien


Hubungan terapeutik perawat klien adalah merupakan pengalaman timbal balik dan
pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan ini perawat menggunakan
diri dan tehnik-tehnik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien tertentu untuk
meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku klien.

Tujuan Hubungan Terapeutik Perawat – Klien


Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri peningkatan penghormatan terhadap diri perawat.
2. Rasa identitas personal yang jelas peningkatan integritas diri.
3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling
tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan personal yang realistis.

Untuk mencapai tujuan ini berbagai aspek pengalaman hidup klien perlu digali
selama berlangsungnya hubungan. Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengekspresikan persepsi, pikiran dan perasaannya serta menghubungkan hal tersebut
untuk mengamati dan melaporkan tindakan. Area konflik dan kecemasan
diklarifikasikan. Juga penting bagi perawat untuk mengidentifikasi dan memaksimalkan
kekuatan ego klien dan memberikan dukungan untuk bersosialisasi serta menjalin ikatan
dengan keluarga. Masalah komunikasi diperbaiki dan pola perilaku maladaptive
dimodifikasi sejalan dengan klien menguji cobakan pola perilaku baru dan mekanisme
koping yang lebih adaptif.

Penggunaan Diri Secara Terapeutik


Perangkat pembantu utama yang dapat digunakan oleh perawat dalam praktik
adalah dirinya. Jadi analisis diri merupakan suatu aspek penting untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang terapeutik. Kualitas personal tertentu yang
dibutuhkan oleh seorang perawat yang berkeinginan untuk menjadikan terapeutik
termasuk yang berikut ini :

Kesadaran Diri
Banyak pendapat mengatakan bahwa perawat perlu menjawab pertanyaan “ siapa
diri saya “. Perawat harus dapat mengkaji perasaan , reaksi dan perilaku secara pribadi
maupun sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima
perbedaan dan keunikan klien. Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu
ditingkatkan agar penggunaaan diri secara terapeutik dapat lebih efektif. Johari Window
menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang sebagaimana dapat
dilihat pada bagan dibawah ini.

1 2
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Diketahui oleh diri sendiri Hanya diketahui oleh orang


lain ( buta )
3 4
Hanya diketahui oleh diri sendiri ( Tidak diketahui oleh siapapun
rahasia ) ( tertutup )

Kuadran kesatu adalah kuadran yang terjadi dari perilaku, pikiran dan perasaan
yang diketahui oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran kedua sering disebut
kuadran buta karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran ketiga disebut rahasia
karena hanya diketahui oleh individu. Kuadran keempat adalah bagian yang tidak
diketahui oleh siapaun.
Ada tiga prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu :
1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain
2. Jika kuadran satu paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau
kesadaran dirinya buruk.
3. Kuadran satu paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri
tinggi.

Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui :


1. Mempelajari diri sendiri
Proses eksplorasi diri sendiri, termasuk pikiran, perasaan, perilaku. Termasuk
pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal, kebutuhan pribadi.
2. Belajar dari orang lain
Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik akan meningkatkan pengetahuan
tentang diri sendiri. Aspek yang negatif memberi kesadaran bagi individu akan
selalu berkembang setiap menerima umpan balik.
3. Membuka diri
Keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian yang sehat. Untuk ini harus
ada teman intim yang dapat dipercaya untuk tempat menceritakan hal yang
merupakan rahasia.

Klarifikasi Nilai
Walaupun hubungan perawat-klien merupakan hubungan timbal balik tetapi
kebutuhan klien diutamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa
aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dan
keamanannya. Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat
menyadari dan mengklarifikasi agar dapat mempengaruhi keberhasilan hubungan
perawat – klien.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Dengan menyadari system nilai yang dimiliki perawat, misalnya kepercayaan,


seksual, ikatan keluarga, perawat akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan
dengan system nilai yang dimiliki.

Eksplorasi Perasaan
Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar
dapat menggunakan dirinya secara terapeutik. Jika perawat terbuka pada perasaanya
maka mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana responnya pada klien dan
bagaimana penampilannya pada klien, perawat harus sadar responnya dan mengontrol
penampilannya.

Kemampuan Menjadi Model


Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat atau
hubungan interpersonal yang terganggu akan memepengaruhi hubungan dengan klien.
Perawat mungkin menolak dan mengatakan dapat memisahkan hubungan profesional
dan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin pada asuhan keperawatan karena
memakai dirinya secara terapeutik dalam menolong klien. Perawat yang efektif adalah
yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi dan tidak didominasi oleh
konflik, distres serta memperhatikan perkembangan dan adaptasi yang sehat. Perawat
diharapkan bertanggung jawab atas perilakunya, sadar akan kelemahan dan
kekurangannya.

Motivasi Altruistic
Perawat sebagai alat terapeutik tentunya harus mempunyai dorongan yang kuat
untuk menolong klien secara tulus dan iklas. Dalam pemikirannya hanya memikirkan
orang lain atau klien.

Rasa Tanggung Jawab dan Etik


Praktek asuhan keperawatan dipengaruhi oleh hukum terutama dipengaruhi oleh
hukum yang mengatur hak klien dan kualitas asuhan. Perawat harus memperhatikan
aspek legal yang diperlakukan, karena pengetahuan tentang hukum meningkatkan
kebebasan baik bagi perawat maupun klien. Oleh karena itu penilaian keperawatan
profesional memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam kontek asuhan keperawatan,
konsekuensi yang mungkin terjadi akibat tindakan seseorang dan alternatif yang
mungkin dilakukan.

Setelah melihat beberapa aspek yang harus dikembangkan dalam hubungan


perawat – klien adalah empaty yang ditandai oleh :
1. Trust . Klein ada dalam posisi yang rentan dan perawat harus memberi
kepercayaan hubungan dengan kemampuan perawatan yang professional.
2. Respek. Bersungguh-sungguh dalam memberikan tindakan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu dan nilai yang dianut.
3. Intimacy. Sudah menjadi kelaziman bahwa praktek keperawatan adalah
menciptakan hubungan intim baik fisik, emosional dan psikologi.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

4. Power. Dalam hubungan perawat klien yang terapeutik adalah mempunyai


autoritas, pengetahuan, jaringan informasi.

Bagan pengembangan empati dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

PERAWAT KLIEN

1. Menerima keadaan 1. Mendapatkan


klien keberadaan perawat
2. Terbuka dan 2. Langsung dapat
responsive ditemui
3. Terpusat 3. Reward diri sendiri
4. Reward diri sendiri

1. Keinginnan timbal balik diketahui


2. Memberi tanda dan isyarat
3. Tidak mengulang pengalaman
lalu klien
4. Pengalaman klien secara
keseluruan
5. Ikatan perasaan
6. Empati sebagai dasar hubungan

Fase Hubungan Terapeutik Perawat Klien


Fase hubungan perawat –klien ada 4 (empat) yaitu :
1. Fase Prainteraksi
Prainteraksi mulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan
kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat
dipertanggungjawabkan
Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri dan
tambah pengalamannya agar efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Ia
seharusnya mempunyai hubungan konstruktif dengan orang lain dan berpegang pada
kenyataan dalam menolong klien. Pemakaian diri secara terapeutik artinya
memaksimalkan pemakaian kekuatan dan meminimalkan pengaruh kelemahan diri
dalam memberi asuhan keperawatan pada klien. Tugas tambahan pada fase ini
adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.

2. Fase Perkenalan atau Orientasi


Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Fase ini mulai dari perkenalan pertama dengan klien. Hal utama yang perlu
dikaji adalah klien benar-benar minta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat-klien. Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah
membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan
perumusan kontrak dengan klien. Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan
jelas pada klein sehingga kerja sama perawat klien dapat optimal.
Diharapkan peran serta klien secara penuh dalam kontrak, namun pada
kondisi tertentu, misalnya klien gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak
dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak realita klien meningkat.
Perawat sering megalami kecemasan dalam memulai hubungan dengan
klien, khususnya klien baru. Tugas perawat adalah mengekspolrasi pikiran,
perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan
bersama klien. Daftar fase perkenalan dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel Daftar Identifikasi Fase Perkenalan

1. Nama individu (perawat dan klein)


2. Peran perawat dan klien
3. Tanggung jawab perawat dan klien
4. Harapan perawat dan klien
5. Tujuan hubungan
6. Tempat pertemuan
7. Waktu pertemuan
8. Situasi terminasi
9. Kerahasiaan

3. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasi sterssor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungakan persepsi,
pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi
kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan
menghubungkan mekanisme koping yanbg konstruktif. Perubahan perilaku
maladaptive menjadi adaptif adalah fase ini.

4. Terminasi
Terminasi adalah fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terpeutik.
Rasa dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat
optimal. Perawat dan klien akan merasa kehilangan pada fase ini. Terminasi dapat
terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas unit tertentu atau klien pulang
Adapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan
marah, sedih, penolakan perlu dieksplorasi dan diekspresikan. Fase terminasi harus
diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan.

Proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam


membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam
menghadapi terminasi dapat beraneka cara. Klien mungkin mengingkari perpisahan
atau mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah
dan bermusuhan dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara yang dangkal.
Terminasi yang mendalam dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai
penolakan atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan harapan
perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.

Komunikasi Terapeutik
Teori Komunikasi sangat sesuai dengan praktek keperawatan karena :

1. Komunikasi adalah cara untuk membina hubungan yang terpeutik. Dalam


komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran
2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain, berarti
keberhasilan intervensi perawatan tergantung pada komunikasi, karena proses
keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan
yang optimal.
3. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat-klien yang terpeutik tidak
mungkin terjadi tanpa komunikasi. Dalam membina hubungan terapeutik dengan
klien, perawat perlu mengetahui proses komunikasi dan keterampilan
berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan masalahnya. Elemen yang
harus ada pada proses komunikasi adalah : ide, encoded, transmite massage, receive
massage, decoded dan feed back. Semua perilaku encoded dan decoded adalah
komunikasi yang akan memberi efek pada tingah laku. Pesan yang disampaikan
dapat secara verbal. Proses komunikasi dapat dlihat pada bagan di bawah ini.

IDE ⇐ FEED BACK⇐

ENCODED
DECODED

TRANSMIT RECEIVER
MASSAGE MASSAGE
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Bagan : Proses Komunikasi

Perawat dapat mengkaji atau melakukan intervensi dari komunikasi non verbal atara
lain :

1. Vokal meliputi nada, kualitas, keras, lembut, kecepatan yang semua


menggambarkan suasana emosi.
2. Gerakan meliputi reflek, posture, ekspresi, gerakan yang berulang atau
gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi dapat diartikan suasana hati.
3. Jarak dalam komunikasi juga dapat menggambarkan bentuk komunikasi.
Jarak akrab antara 0 sampai 45 centimeter, jarak personal antara 45 sampai 120
centimeter, jarak konsultasi antara 120 sampai 360 centimeter dan jarak umum lebih
dari 360 centimeter.
4. Sentuhan dikatakan sangat penting, namaun perlu dipertimbangkan aspek
budaya dan kebiasaan.

Fungsi Komunikasi

Fungsi Komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan adalah :


1. Membina hubungan. Perawat adalah penghubung klien dengan pelayanan
kesehatan.
2. Menetapkan kontrak. Melalui komunikasi perawat dan klien membuat
kontrak. Kontrak terdiri dari tiga aspek yaitu kesepakatan untuk berinteraksi,
bertukar informasi, memberi dan menerima terapi.
3. Menetapkan Komunikasi perawat dan klien yang efektif. Kerjasama antar
perawat yang baik antara perawat yang baik antara perawat dan klien.
Keuntungannya adalah informasi lebih lengkap dan akurat, kerjasama lebih
meningkat, mengurangi perasaan curiga dan bermusuhan, stress klien menurunya
kepuasaan klien meningkat.

Dari tiga fungsi yang telah diuraikan maka asuhan keperawatan tidak dapat
dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah asuhan keperawatan harus dilakukan
dengan menggunakan komunikasi. Setelah itu perawat perlu mengetahui sikap yang
harus diperhatikan dalam komunikasi.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Sikap Komunikasi
Perawat hadir secara utuh baik fisik maupun psikologis pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup mengetahui tehnik komunikasi dan isi komunikasi,
tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi. (Egan )
mengindentifikasi lima sikap dalam menghadirkan diri secara fisik yaitu :
1. Berhadapan, artinya sikap saya untuk anda.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk kearah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau tangan merupakan
sikap terbuka dalam berkomunikasi.
5. Tetap rileks, yaitu tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketenangan dan
relaksasi dalam mencari respon pada klien.

Tehnik Komunikasi
Perawat harus terampil dalam menganalisa semua pesan yang disampaikan klien baik
verbal maupun non verbal. Untuk itu perawat perlu mendengar secara aktif,
menganalisa pernyataan klien, menyimpulkan arti pesan dan memberi umpan balik.
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan
berbagai tehnik komunikasi terapeutik sebagai berikut :

1. Mendengar ( listening )
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat
harus menjadi pendengar.
2. Pertanyaan terbuka ( broad opening)
Memberi kesempatan untuk memilih, contoh : “apa yang sedang saudara pikirkan?”
3. Mengulang ( restating)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien dan memberi indkasi perawat
mengikuti pembicara klien.
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu, tidak
lengkap, loncat saat mengemukan informasi. Contoh : “ Dapatkah anda jelaskan
kembali tentang ……. “

5. Refleksi
a. Refleksi isi, ini memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan penegrtian perawat.
b. Reflkesi perasaan, membveri respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaan. Gunanya untuk
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

mengetahui dan menerima ide serta perasaan, mengoreksi, memberi keterangan


ide lebih jelas. Kerugian mengulang terlalu sering pernyataan dan dapat
menimbulkan marah, iritasi dan frustasi.
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting, serta
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan
berfokus pada realitas.
7. Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan
cara ini perawat dapat membinta balik dan memberi informasi.
8. Identifikasi tema
Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan.
Gunanya untuk meningkatkan pengeritan dan mengeksplorasi masalah yang
penting.
9. Diam
Diam adalah termasuk cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan
pertanyaan. Tujuannya memberi kesempatan berpikir dan memotivasi untuk bicara.
Pada klien menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
10. Informasi
Memberi informasi dan fakta untuk memberikan pendidikan kesehatan.
11. Humor
Pengeluaran energi melalui menikmati ketidaksempurnaan. Hal ini dapat
meningkatkan penghayatan dengan secara sadar mempersepsikan topik ; dapat
mengatasi pradoksikal, berlawanan, memberi pilihan baru ; merupakan bentuk
sublimasi yang paling dapat diterima secara sosial.

Dimensi Hubungan
Ketrampilan atau kualitas tertentu harus dicapai oleh perawat untuk memulai
dan meneruskan hubungan yang terapeutik. Keterampilan tersebut menggabungkan
perilaku verbal dan non verbal serta sikap dan perasaan di balik komunikasi perawat.
Keterampilan ini dapat dibagi menjadi dimensi responsive dan dimensi tindakan.

1. Dimensi Responsif
Dalam dimensi ini termasuk kesejatian, hormat, pengertian empati dan konkrit. Hal
tersebut penting dalam fase orientasi dari hubungan untuk membina rasa percaya
dan komunikasi yang terbuka. Dan selalu bermanfaat sepanjang fase kerja dan fase
terminasi serta memungkinkan klien untuk mencapai sesuatu penghayatan dan
kesadaran diri.

2. Dimensi yang berorientasi pada tindakan


Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegeraan, pengungkapan diri perawat, katarsis
emosional dan bermain peran. Dimensi ini harus diimplementasikan dalam konteks
kehangatan, penerimaan, pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsive.
Dimensi ini memberikan kemajuan hubungan terapeutik dengan mengidentifikasi
hambatan terhadap pertumbuhan klien dan tanpa hanya memperhitungkan
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

kebutuhan akan pengertian atau penghayatan internal, tetapi juga terhadap tindakan
dan perubahan perilaku eksternal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut.

Tabel Karakteristik Dimensi Komunikasi

DIMENSI KARAKTERISTIK
Dimensi Responsif
Kesejatian Tersirat bahwa perawat adalah sesorang yang terbuka yang
serasi, autentik dan transparan
Hormat Menunjukkan bahwa pasien diperlakukan sebagai orang yang
berharga yang diterima tanpa syarat
Pengertian Empatik Memandang dunia klien dari sisi internal klein dengan kepekaan
terhadap perasaan klien saat ini dan kemampuan verbal untuk
mengkomunikasikan pengertian tersebut.
Konkrit Melibatkan penggunaan istilah khusus dari pada istilah yang
abstrak dalam membahas perasaan, pengalaman dan perilaku
klien.
Dimensi Tindakan
konfrontasi Pengekspresian oleh perawat tantang perbedaan perilaku klien
tentang memperluas kesadaran diri klien.
Kesegeraan Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan
digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan
interpersonal lainnya.
Pengungkapan diri Tampak ketika perawat memberikan informasi tentang diri, ide,
Perawat nilai perasaan dan sikap sendiri untuk memfasilitasi kerjasama
proses belajar, katarsis atau dukungan klien.
Katarsis emosional Klien didorong untuk membicarakan tentang hal-hal yang sangat
mengganggu untuk mendapatkan efek terapeutik.
Bermain peran Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan
penghayatan klien kedalam hubungan antar manusia dan
memperdalam kemampuannya untuk melibatkan situasi dari
sudut pandang lain, juga memperkenankan klien untuk
mencobakan perilaku baru dalam lingkungan yang aman.

Kebuntuan Hubungan Terapeutik Perawat Klien


1. Resistensi
a. Supresi dan represi informasi terkait
b. Intensifikasi gejala
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

c. Devaluasi dan pandangan keputusasaan tentang masa depan


d. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya
kesembuhan yang bersifat sementara.
e. Hambatan intelektual, yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia
tidak mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu untuk memikirkan
masalahnya, saat ia tidak menepati janji untuk pertemuan atau tiba terlambat
untuk suatu sesi, lupa, diam, atau mengantuk.
f. Perilaku amuk atau tidak rasional
g. Pembicaraan yang bersifat permukaan.
h. Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman
dirinya dengan menggunakan istilah yang tepat namun tetap berperilaku
maladaptif atau menggunakan mekanisme pertahanan intelektual tanpa diikuti
penghayatan.
i. Muak terhadap normalitas, yang terlihat ketika klien telah mempunyai
penghayatan tetapi menolak memikul tanggung jawab untuk berubah dengan
alasan bahwa normalitas adalah hal yang penting.
j. Reaksi transferens.

2. Kontertransferens
a. Ketidakmampuan untuk berempati terhadap klien dalam area masalah
tertentu.
b. Menekankan perasaan selama atau sesudah sesi
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang
terlambat, atau melampaui waktu yang telah ditetapkan.
d. Mengantuk selama sesi
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidakinginan klien untuk
berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau afeksi klien.
g. Berdebat dengan klian atau kecenderungan untuk memakas klien
sebelum ia siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal yang tidak
berhubungan tujuan keperawatan yang telah diindetifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal atau sosial.
j. Melamunkan atau terlalu memikirkan klien
k. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan pada klien
l. Perasaan ansietas, gelisah atau perasaan bersalah terhadap klien.
m. Kecenderungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu
aspek atau cara memandang pada informasi yang diberikan klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

Pelanggaran Batasan
Terakhir, tetapi merupakan hambatan terapeutik yang sangat penting. Hal ini
terjadi jika perawat melampaui batasan hubungan yang terapeutik dan membina
hubungan sosial ekonomi atau personal dan klien. Sebagai ketetapan umum, kapanpun
perawat harus melakukan atau memikirkan sesuatu yang khusus, berbeda atau tidak
biasa terhadap klien, sering kali melibatkan pelangaran batasan.

Bentuk Pelangaran Batas


1. Klien mengajak perawat makan siang atau makan malam di luar
2. Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial
3. Perawat menghadiri pesta atas undangan klien
4. Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada klien
5. Klien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya seperti anaknya untuk
tujuan hubungan sosial
6. Perawat menerima hadiah dari bisnis klien
7. Perawat menyetujui untuk menemui klien untuk tindak penanggulangan di luar
tatanan yang biasanya dilakukan tanpa suatu pembenaran terapeutik
8. Perawat menghadiri acara-acara sosial klien
9. Klein memberi perawat hadiah yang mahal
10. Perawat secara rutin memeluk atau memegang klien
11. Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien

Hubungan Komunikasi Antar Profesi Lain yang tidak Harmonis


Kebuntuan hubungan juga dapat disebakan oleh hubungan dan komunikasi antar
profesi lain yang tidak harmonis. Sehingga hubungan terapeutik perawat-klien tidak
terjalin. Menurut Mc. Closly dan Grak (1994) penyebab kebutnuan tersebut adalah :
1. Pola hubungan interpersonal dan dukungan sosial yang tidak baik
2. Pola komunikasi yang tidak baik
3. Konflik yang sering terjadi antar perawat dan dokter
4. Komunikasi verbal yang tidak efektif/verbal abuse
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Keperawatan Jiwa Komunitas FIK-UI, Kumpulan Makalah Kiat


Komunikasi Terapeutik, FIK – UI, Jakarta, 1998.

2. Albertha Assotiation of Registerd Nurse, Profesional Boundaries : A


Discussion Paper On Expectation for Nurse – Klien Relationship, Edmonton,
1998.

3. Mc.Closkey Joane and Grak K.Helen, Current Issu in Nursing, Fourt Edition,
Mosby, 1999.

4. Rawlin, William, Beck, Mental Healt Psichiatric Nursing A Holistic Life


Cycle Aproach, Thied Edition, 1993.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

CURICULUM VITAE

1. Nama : Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

2. Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 16 Juli 1976

3. Alamat : Jl. Klentengsari Rt 02 Rw 03 Pedalangan


Banyumanik Semarang

4. Pekerjaan : 1.Dosen
2.Staf Akademik

5. Riwayat Pendidikan : 1. Akper Depkes Jakarta , th 1998


2. Program Studi Ilmu Keperawatan FK-
UGM th 2001
3. Program Pendidikan Ners FK UGM th
2002

6. Riwayat Pekerjaan : 1. Akademi


Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran, th
2001.

2. Program Studi Ilmu Keperawatan FK


UNDIP 2003 sampai sekarang.
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

MATERI PENYEGARAN

PERAWAT RUMAH SAKIT

TANGGAL : 18 dan 19 MARET 2004

TOPIK :

1. STRESS ADAPTASI

2. KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Disampaikan Oleh :

Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep.

NIP. : 132 300 431

Anda mungkin juga menyukai