Anda di halaman 1dari 3

1.

Uji Apung Paru


A. Tujuan Pemeriksaan

Uji Apung Paru adalah uji yang dilakukan untuk menentukan ada atau
tidaknya pembunuhan bayi setelah dilahirkan atau tidak lama setelah dilahirkan.
Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique) dengan
tidak menyentuh paru-paru untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak
pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. 1

B. Alat-alat yang digunakan


a. Pinset atau klem
b. Skalpel
c. Benang
d. Forcep
e. Ember besar berisi air1

C. Teknik Uji Apung Paru :


a. Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah
dijepit dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal
sehingga tampak palatum mole.
b. Dengan skalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang
perbatasannya dengan palatum durum.
c. Faring, laring, esofagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang
belakang. Esofagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago
krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada
manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain
tidak mengalir ke luar melalui trakea,bukan untuk mencegah
masuknya udara ke dalam paru.
d. Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep
atau pinset bedah dan skalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.
e. Kemudian esofagus diikat di atas diafragma dan dipotong di atas
ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam
lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan
hasil yang meragukan.
f. Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh lalu
dimasukkan ke dalam ember besar berisi air dan dilihat apakah
mengapung atau tenggelam.
g. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan
kembali ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
h. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan
dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
i. Potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air,
dan diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam. Hingga tahap ini,
paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena
kemungkinan adanya gas pembusukan.
j. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara 2 karton dan
ditekan (dengan arah tekanan yang tegak lurus, jangan bergeser) untuk
mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan
intersitisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan diamati
apakah masih mengapung atau tenggelam.
k. Bila masih mengapung beran paru tersebut berisi udara residu yang
tidak akan keluar. Kadang-kadang dengan penekanan, dinding alveoli
pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah juga dan
udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.
l. Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil
paru mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (partial
respiration) yang dapat bersifat buatan (pernapasan buatan ataupun
alamiah (vagitus uterinus atau vagitus vaginalis, yaitu bayi sudah
bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina). 1

Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi
dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih
berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini,
pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir
mati atau lahir hidup. Hasil uji apung paru positif berarti pasti lahir hidup.

Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat
dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan. Biasanya paru dengan
perangai makroskopik lahir mati akan memberikan hasil uji apung paru negatif.1

1. Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., dkk., 1997, Ilmu


Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 163-165.

Anda mungkin juga menyukai