Anda di halaman 1dari 15

Communication Studies-School of Humanities

Representasi Kecantikan Wanita Dalam Drama Seri Korea Oh My Venus


(Analisis Semiotika Tentang Kecantikan Wanita Dalam Drama Seri Korea Oh My Venus)

Maya Luckytasari1, Anathasia Citra2

1
Program Studi Ilmu Komunikasi, President University, Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka,
Cikarang Baru, Tlp:+62 82213248230, Email : retashu.maii@yahoo.com
2
Program Studi Ilmu Komunikasi, President University, Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka,
Cikarang Baru, Tlp:+62 81511200650, Email : missthisipresuniv@gmail.com

Abstract
Many women's beauty is featured in various media either in dramas, movies, music videos, or magazines. For
the Korean people, beauty not only for physical needs but also have a function that becomes a necessity in
social life. Body size is also highly regarded as the ideal value of a beautiful concept in Korea. Even today beauty
has become one of the favored tourist destinations by South Korea. The research entitled "Representation of
Women's Beauty in Korean Drama Series Oh My Venus" analyzes the depiction of beautiful women in the
drama using Roland Barthes's semiotics theory. This research is interesting to investigate because it further
wants to know the concept of beauty that tried to be formed by this drama although the focus of this drama is
not about fashion. From the analysis results obtained the conclusion of this drama represents a beautiful
woman is a woman with S-line body shape with Vline face (face tapered with a V-shaped chin) as a standard of
physical beauty. Besides beauty is always associated with happiness, truth, kindness, positive nature and
emphasized primarily on the face.

Keywords : representation, semiotics, korean drama

Abstrak
Kecantikan wanita banyak ditampilkan dalam berbagai media baik dalam drama, film, musik video,
ataupun majalah. Bagi masyarakat Korea, cantik tidak hanya untuk kebutuhan fisik saja tetapi cantik juga
memiliki fungsi yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan sosial. Ukuran tubuh juga sangat diperhatikan
sebagai nilai ideal sebuah konsep cantik di Korea. Bahkan saat ini kecantikan sudah menjadi salah satu tujuan
wisata yang diunggulkan oleh Korea Selatan. Penelitian berjudul “Representasi Kecantikan Wanita dalam
Drama Seri Korea Oh My Venus” ini menganalisa penggambaran wanita cantik dalam drama tersebut dengan
menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena secara lebih lanjut
ingin mengetahui konsep kecantikan yang berusaha dibentuk oleh drama ini meskipun fokus drama ini bukan
lah tentang fashion atau mode. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan drama ini merepresentasikan wanita
cantik adalah wanita dengan bentuk tubuh S-line dengan wajah Vline (wajah tirus yang memiliki dagu
berbentuk V) sebagai standar kecantikan fisik. Selain itu kecantikan selalu dikaitkan dengan kebahagiaan,
kebenaran, kebaikan, sifat positif dan utamanya ditekankan pada wajah.

Kata kunci : representasi, semiotik, drama korea

Page | 1
1. Pendahuluan
Salah satu budaya yang sedang berkembang di era globalisasi ini adalah budaya pop Korea
atau yang sering kita dengar dengan istilah Hallyu atau Korean Wave. Hallyu atau Korean Wave
(Gelombang Korea) merupakan istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea Selatan
secara global di berbagai negara di dunia. Istilah yang kini merujuk pada popularitas hiburan dan
budaya Korea di Asia dan daerah lain di dunia, muncul pada pertengahan 1990 an setelah Korea
mengadakan hubungan diplomatik dengan Tiongkok pada tahun 1992, kemudian drama TV Korea
serta musik popnya yang mendapatkan popularitas di antara komunitas berbahasa Cina. Penyebaran
Korean Wave tidak lepas dari peranan media massa, salah satunya melalui drama-drama korea atau
yang biasa kita disebut dengan K-Drama. Salah satu drama TV Korea yang sukses adalah What Is
Love? yang ditayangkan oleh CCTV tahun 1997 mendapatkan rating penonton sebesar 4,2% atau
sekitar lebih dari 150 juta pemirsa di Tiongkok. Kesuksesan besar di luar negeri seperti What is Love?
(MBC) dan Winter Sonata (KBS) di Tiongkok dan Jepang, memainkan peran penting dalam
mendorong minat terhadap drama TV Korea di seluruh Asia maupun di luar Asia. Film-film hits ini
diikuti oleh drama lain seperti Dae Jang Geum (MBC), sebuah serial TV epik yang bercerita tentang
koki yatim piatu beralih menjadi tabib wanita pertama untuk Raja. Ditayangkan pertama kali antara
tahun 2003/2004 dan menjadi salah satu drama dengan rating tertinggi di Korea sebelum akhirnya
diekspor ke 87 negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara uni Islam seperti Iran yang terdiri
dari 80% penonton. Drama disebar dengan tujuan untuk memperlihatkan budaya tradisional Korea
seperti hidangan istana Korea, busana tradisional, dan pengetahuan tentang ramuan obat-obatan.
Kesuksesan besar drama-drama TV Korea terus berlanjut di tahun 2010, seperti Big Thing (SBS, 2010),
Giant (SBS, 2010), Secret Garden (SBS, 2011), Love Rain (KBS, 2012) dan That Winter, The Wind Blows
(SBS, 2013). Dari semua drama ini, Love Rain diekspor ke Jepang dan meraih 9 juta penonton. That
Winter, the Wind Blows diekspor ke sejumlah siaran tv lokal di Amerika Utara dan juga di sepuluh
negara Asia termasuk Tiongkok dan Jepang (dikutip dari id.korean-culture.org).
Drama telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia sebagai salah satu bentuk
media hiburan yang dapat memenuhi imajinasi penonton serta berkaitan erat dengan berbagai aspek
kehidupan. Pembuatannya pun mengandung berbagai maksud yang ingin disampaikan. Informasi
yang tersaji dalam sebuah drama dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat. Banyak
aspek yang disajikan dalam sebuah drama, misalnya alur cerita, karakter tokoh atau pemain, kostum,
ilustrasi musik, dan setting. Gambar hidup yang ditampilkan di drama memberi dampak yang
berbeda dari untaian kata-kata dalam sebuah buku, yang berasal dari kisah nyata atau
fiktif/imajinatif.
Oh My Venus merupakan drama seri komedi romantis dimana inti dari cerita sebenarnya
adalah bagaimana masing-masing tokohnya mengobati luka masa lalu mereka masing-masing. Tokoh
utama perempuan, Kang Joo Eun (diperankan oleh Shin Min Ah), semasa SMA adalah murid
perempuan berparas cantik, bertubuh proposional dan disukai semua laki-laki dilingkungan tempat
tinggalnya Daegu, karena itulah dia dijuluki Daegu Venus, dan berpacaran dengan seorang atlet
renang nasional. Setelah 15 tahun, Kang Joo Eun telah sukses menjadi pengacara. Dia mengira bahwa
dengan menjadi pengacara pikirannya akan tenang dan merasa terjamin, ternyata kenyataannya
tidak seperti itu. Selain itu dia bukan lah “Daegu Venus” seperti 15 tahun lalu. Tubuhnya tidak seideal
dulu karena lebih gemuk dan berpipi chubby. Hubungan dengan kekasih nya, Im Woo Shik, akhirnya
berakhir karena kekasihnya menjalin hubungan dengan teman masa kuliahnya, Oh Soo Jin, yang
kemudian menjadi wakil direktur ditempat Kang Joo Eun bekerja. Sampai akhirnya dia bertemu
dengan Kim Young Ho, seorang pelatih yang membantunya menurunkan berat badannya, yang juga
memiliki trauma masa kecil karena harus menjalani operasi tulang. Selama proses penurunan berat
badan, mereka saling mengobati luka hati masing-masing dan akhirnya mampu saling melengkapi
dan mengisi kekosongan yang selama ini tidak pernah bisa terisi. Drama Oh My Venus mendapat
rating yang stabil. Di awal siaran, drama ini memperoleh rating 7,4% dan ditutup dengan 7,5%
(asianwiki.com).
Venus merujuk pada sosok dewi dalam mitologi Romawi yang mewakili cinta dan kecantikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, venus memiliki arti dewi cinta dan kecantikan, lambang

Page | 2
daya cipta yang menopang segala kehidupan bagi bangsa Romawi. Kecantikan wanita banyak
ditampilkan dalam berbagai media baik dalam drama, film, musik video, ataupun majalah. Dikutip
dari sebuah artikel online (wolipop.detik.com, 2017), standar kecantikan dari berbagai negara pun
berbeda-beda. Sebagai salah satu contohnya standar kecantikan di India, terlihat sehat dan bertubuh
curvy sangat penting demi menunjukkan bahwa mereka hidup bahagia. Berbeda dengan Korea
Selatan, mata bundar yang besar dan kulit putih dianggap sebagai standar kecantikan disana.
Menurut Park (2007) ada beberapa istilah-istilah kecantikan yang beredar di masyarakat Korea. Hal
ini disebabkan karena faktor simbol yang dianggap sebagai nilai keindahan atau kecantikan yang ada
pada bagian-bagian tubuh seorang perempuan, yaitu kata eoljjang (wajah rupawan), momjjang
(badan yang bagus), saengeol (wajah yang cantik tanpa make-up), dongan (wajah yang terlihat awet
muda atau yang sering kita kenal dengan baby face, longdari (kaki jenjang), jjukjjuk ppangppang
(tinggi langsing dan gemulai), S-line (tubuh bentuk jam pasir), Vline (wajah tirus yang memiliki dagu
berbentuk V).
Bagi masyarakat Korea, cantik tidak hanya untuk kebutuhan fisik saja tetapi cantik juga
memiliki fungsi yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan sosial. Ukuran tubuh juga sangat
diperhatikan sebagai nilai ideal sebuah konsep cantik di Korea. Bagi masyarakat Korea perempuan
gemuk dianggap sebagai perempuan yang tidak sehat dan tidak cantik serta tidak menarik karena
mereka terlihat seperti perempuan malas yang jarang bergerak. Oleh karena itu banyak perempuan
Korea yang berusaha untuk bertransformasi menjadi lebih langsing entah melalui program diet atau
sedot lemak (Park : 2007). Bahkan saat ini kecantikan sudah menjadi salah satu tujuan wisata yang
diunggulkan oleh Korea Selatan (kompas.com, 2017). Wisata kecantikan yang dimaksud adalah
mendapatkan pelayanan kecantikan dan kesehatan seperti medical check up sampai operasi plastik
yang popular di Korea Selatan. Beberapa drama dan film korea pun menyajikan konsep kecantikan
yang diperoleh melalui operasi plastik, seperti film 200 Ponds Beauty dan Birth of A Beauty yang
menceritakan tentang wanita yang memiliki kelebihan berat badan yang akhirnya melakukan operasi
plastik agar menjadi cantik.
Penelitian berjudul “Representasi Kecantikan Wanita dalam Drama Seri Korea Oh My Venus”
ini menganalisa penggambaran wanita cantik dalam drama tersebut dengan menggunakan teori
semiotika Roland Barthes. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena secara lebih lanjut ingin
mengetahui konsep kecantikan yang berusaha dibentuk oleh drama ini meskipun fokus drama ini
bukan lah tentang fashion atau mode. Selain itu drama ini tidak menyajikan cerita seperti drama lain
yang serupa yang menggambarkan kecantikan yang identik dengan operasi plastik yang populer di
Korea Selatan. Drama korea Oh My Venus ini merupakan drama seri berjumlah 16 episode yang di
dalam nya terdapat tokoh-tokoh dan beragam permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian ini
akan dipilih beberapa episode yang merepresentasikan kecantikan wanita untuk dianalisa adegan
visualnya.

2. Tinjauan Pustaka
Semiotika
Istilah Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda. Tanda disini
didefinisikan sebagai suatu dasar konvensional sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap
mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda
(Sobur, 2001). Para pakar mempunyai pengertian masing-masing dalam menjelaskan semiotika. John
Fiske (2007) berpandangan bahwa semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda itu bekerja.
Sedangkan Preminger (dalam Sobur, 2007) menyebutkan semiotika merupakan ilmu tentang tanda-
tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan
tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Peirce (dalam Sobur, 2006) berpendapat bahwa
dasar semiotika konsep tentang tanda tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh
tanda-tanda, melainkan dunia sendiri pun, sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya terdiri
atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan

Page | 3
realitas. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengan
cara berfungsinya, hubungan dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka
yang menggunakannya.
Menurut Ferdinand de Saussure, semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda sebagai bagian
dari kehidupan sosial. Prinsipnya, semiotika menyandarkan diri pada aturan main atau kode sosial
yang berlaku di masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara kolektif. Menurut John
Fiske (2004) dalam bukunya “Cultural and Communication Studies”, terdapat tiga bidang studi utama
dalam semiotika yaitu :
1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda itu dalam
menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang
menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian
yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode
dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk
mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada
penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.
Dalam kajian semiotika, terdapat dua pendekatan yang memiliki penekanan yang berbeda.
Pendekatan semiotika signifikasi Saussure mengemukakan prinsip yang mengatakan bahwa Bahasa
itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier
(penanda) dan signified (petanda). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dan
sebuah ide atau petanda (signified) (Sobur, 2006).
Sedangkan pendekatan kedua mengenai semiotika komunikasi yang diungkapkan oleh Pierce
pada intinya mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara sebuah tanda, objek, dan
makna. Semiotik Pierce ini terdiri atas tiga elemen yang saling berhubungan, yaitu tanda (sign), objek
(object), interpretan (interpretant) (Littlejohn, 1996).
Semiotika juga merupakan proses untuk menginterpretasikan kode dan pesan yang
direpresentasikan oleh media agar penonton dapat memahami makna yang tersimpan dalam sebuah
teks. Teks menurut Roland Barthes memiliki arti yang luas. Teks tidak hanya berkaitan dengan aspek
linguistik saja. Semiotik dapat meneliti teks dimana tanda-tanda terkodifikasi dalam sebuah sistem.
Dengan demikian semiotik dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan, fashion,
fiksi, puisi dan drama.

Semiotika Roland Barthes


Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Teori semiotika Barthes dikembangkan
dari teori penanda-pertanda yang dicetuskan Ferdinand de Saussure (Sobur, 2004). Saussure tertarik
pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna,
tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna
yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut
dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,
interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi
(makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural
dan personal). Disinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes, meskipun Barthes tetap menggunakan
istilah signifier-signified yang diusung Saussure.
Barthes mendefinisikan mitos dengan merujuk kepada teori tingkatan kedua sistem tanda.
Mitos ditemukan pada tingkatan kedua tanda atau pada level konotasi. Barthes membuat perbedaan
antara denotasi dan konotasi. Denotasi digambarkan sebagai makna harfiah, sedangkan konotasi
adalah makna parasitis dimana tanda historis berubah menjadi tanda atau “mitos” yang
dinaturalkan. Terdapat kemungkinan untuk membaca tingkatan penandaan, baik yang muncul
dipermukaan maupun yang ada dibalik tanda (Christandi, 2013).

Page | 4
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai
mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan
yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,
petanda dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem
pemakmaan tataran kedua. Didalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
Pada signifikasi tahap kedua, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah cerita yang
digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau
alam. Menurut Barthes, mitos merupakan cara berfikir dari suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara
untuk mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu. Dengan mitos kita dapat menemukan
ideology dalam teks dengan jalan meneliti konotasi - konotasi yang terdapat di dalam mitos itu
sendiri (Sobur, 2006).
Mitos dari Roland Barthes mempunyai makna berbeda dengan mitos dalam arti umum
(mitos takhayul). Mitos dari Roland Barthes memaparkan fakta. Bagi Roland Barthes mitos adalah
bahasa; le mythe est une parole. Konsep parole yang diperluas oleh Roland Barthes dapat berbentuk
verbal (lisan atau tulisan) atau non verbal; n’importe quelle matiere peut etre dotee arbitrairement
de signification (materi apapun dapat dimaknai secara arbitrer). Mitos merupakan perkembangan
dari konotasi, konotasi yang menetap pada suatu komunitas berakhir menjadi mitos. Pemaknaan
tersebut terbentuk oleh kekuatan mayoritas yang member konotasi tertentu kepada suatu hal secara
tetap sehingga lama kelamaan menjadi mitos (makna yang membudaya). Roland Barthes
membuktikannya dengan melakukan pembongkaran (demontage semiologique) (Barthes, 2006).
Tanda denotatif terdiri dari penanda dan petanda. Akan tetapi pada saat yang bersamaan,
tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Jadi dalam konsep Roland Barthes tanda konotatif
tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya ada perbedaan antara konotasi dan denotasi dalam
pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Roland Barthes. Di dalam
semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan signifikasi tingkat pertama,
sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi lebih diasosiasikan dengan
ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini,
Roland Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi.
Roland Barthes lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat
alamiah.

1. Signifier 2. Signified
(penanda) (petanda)
3. Denotative sign (tanda denotatif)

4. Connotative Signifier (penanda 5. Connotative Signified (petanda


konotatif) konotatif)
6. Connotative Sign (tanda konotatif)

Representasi
Representasi berasal dari bahasa Inggris, representation yang berarti perwakilan, gambaran, atau
penggambaran. Secara sederhana, representasi dapat diartikan sebagai gambaran mengenai suatu
hal yang terdapat dalam kehidupan yang digambarkan melalui suatu media. Representasi menurut
Chris Barker (dalam Vera, 2014:7) adalah konstruksi sosial yang mengharuskan kita mengeskplorasi
pembentukan makna tekstual dan menghendaki penyelidikan tentang cara dihasilkannya makna
pada beragam konteks. Representasi merupakan aktivitas membentuk ilmu pengetahuan yang
dimungkinkan kapasitas otak untuk dilakukan oleh semua manusia. Lebih jelasnya representasi

Page | 5
adalah sebagai penggunaan tanda (gambar, bunyi, dan lain-lain) untuk menghubungkan,
menggambarkan, memotret, atau mereproduksi sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan, atau
dirasakan dalam bentuk fisik tertentu (Danesi, 2011:20). Konsep representasi digunakan untuk
menggambarkan ekspresi hubungan antara teks dengan realitas. Representasi merupakan proses
dimana para anggota sebuah budaya menggunakan bahasa untuk memproduksi makna. Bahasa
dalam hal ini didefinisikan secara lebih luas, yaitu sebagai sistem apapun yang menggunakan tanda-
tanda. Tanda disini dapat berupa verbal maupun non verbal.

Definisi Cantik
Cantik merupakan salah satu unsur dari sebuah keindahan. Keindahan terbagi menjadi dua
yaitu subyektif dan objektif, keindahan subyektif ialah keindahan yang ada pada mata yang
memandang dan keindahan objektif menempatkan keindahan pada benda yang dilihat (Darsono
2007: 1-7). Dalam hal ini, Darsono melihat bahwa kecantikan yang ada dalam perempuan Korea
termasuk ke dalam kategori keindahan subyektif, karena keindahan hanya terlihat sejauh mata
memandang. Cantik tentu saja merupakan impian bagi semua perempuan di seluruh dunia. Akan
tetapi makna cantik di tiap daerah berbeda-beda bagaimana seseorang menilai makna cantik. Hal ini
dipertegas Munandar (2000:35) mengenai konsep nilai dalam sebuah susunan masyarakat yang
mengungkapkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut
segala sesuatu yang baik atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan. Oleh karena itu konsep
cantik terhadap seseorang dapat dinilai berbeda pada setiap daerah tergantung bagaimana
sekelompok orang yang ada dalam suatu sistem itu memandangnya dan menyepakati bersama.
Menurut Synnot, (1993:164) kecantikan selalu dikaitkan dengan kebahagiaan, kebenaran, kebaikan,
sifat positif dan utamanya ditekankan pada wajah. Sedangkan menurut Melliana (2006 :4) kecantikan
tidak bisa dilepaskan dengan keindahan fisik atau tubuh. Bentuk tubuh yang ideal adalah langsing,
tidak kelebihan lemak pada bagian-bagian tubuh atau proporsional, perut datar dengan payudara
kencang, pinggang berlekuk, dan pantat sintal. Hal ini juga dipertegas oleh Abdullah (2006) bahwa
kecantikan sesungguhnya merupakan bagian dari sistem budaya yang direpresentasikan melalui
simbol. Oleh karena itulah simbol-simbol yang ada pada bagian tubuh memiliki nilai, sehingga nilai itu
dianggap indah atau cantik. Pandangan cantik tidak hanya difokuskan pada bagian wajah saja,
melainkan juga terpusat pada seluruh bagian-bagian tubuh perempuan.
Menurut Park (2007) ada beberapa istilah-istilah kecantikan yang beredar di masyarakat
Korea. Hal ini disebabkan karena faktor simbol yang dianggap sebagai nilai keindahan atau
kecantikan yang ada pada bagian-bagian tubuh seorang perempuan, yaitu kata eoljjang (wajah
rupawan), momjjang (badan yang bagus), saengeol (wajah yang cantik tanpa make-up), dongan
(wajah yang terlihat awet muda atau yang sering kita kenal dengan baby face, longdari (kaki jenjang),
jjukjjuk ppangppang (tinggi langsing dan gemulai), S-line (tubuh bentuk jam pasir), Vline (wajah tirus
yang memiliki dagu berbentuk V). Bagi masyarakat Korea, cantik tidak hanya untuk kebutuhan fisik
saja tetapi cantik juga memiliki fungsi yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan sosial. Lim (2004:
179-180) menyatakan bahwa perempuan cantik memiliki kemungkinan besar untuk mendapatkan
suami dengan tingkat ekonomi yang mapan dan berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang baik.
Perubahan bentuk pada penampilan perempuan akan menjadi investasi untuk kehidupan mereka di
masa yang akan datang. Ukuran tubuh juga sangat diperhatikan sebagai nilai ideal sebuah konsep
cantik di Korea. Bagi masyarakat Korea perempuan gemuk dianggap sebagai perempuan yang tidak
sehat dan tidak cantik serta tidak menarik karena mereka terlihat seperti perempuan malas yang
jarang bergerak. Oleh karena itu banyak perempuan Korea yang berusaha untuk bertransformasi
menjadi lebih langsing entah melalui program diet atau sedot lemak (Park: 2007).

3. Metodologi
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Kata deskriptif berasal dari bahasa inggris descriptive
yang berarti bersifat menggambarkan atau melukiskan sesuatu hal. Menggambarkan atau

Page | 6
melukiskan dalam hal ini dapat dalam arti sebenarnya (harfiah), yaitu berupa gambar-gambar atau
foto-foto yang didapat dari data lapangan atau peneliti menjelaskan hasil penelitian dengan gambar-
gambar dan dapat pula berarti menjelaskannya dengan kata-kata. Keduanya dalam laporan
penelitian dapat digunakan agar saling melengkapi. Analisis drama ini dilakukan dengan meninjau
dan mengamati alur cerita, narasi dialog, karakter dan latar.
Dalam penelitian ini sumber data yang dijadikan bahan referensi adalah :
a. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik
pengambilan data yang berupa unduhan dari penggunaan instrumen pengukuran yang khusus
dirancang sesuai dengan tujuannya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
drama seri korea Oh My Venus yang diproduksi oleh stasiun TV KBS yang tayang pada tanggal 16
November 2015 – 05 Januari 2016 sebanyak 16 episode. Dalam penelitian ini data diperoleh
langsung melalui cara observasi terhadap objek penelitian drama seri dalam bentuk video yang
sudah diunduh (download) dari internet.
b. Data Sekunder
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data
dokumentasi, arsip-arsip, serta buku-buku ilmiah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
dokumen-dokumen skripsi terdahulu, dan sumber-sumber lainnya, seperti website resmi dan
internet guna mendukung penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung objek yang akan diteliti dalam hal
ini adalah drama seri korea Oh My Venus. Dalam pengamatan ini, drama tersebut akan dianalisis
dengan metode analisis semiotik Roland Barthes.
b. Dokumentasi
Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder berupa dokumen atau
arsip skripsi-skripsi terdahulu, dan website resmi serta situs-situs internet yang mendukung
penelitian.
c. Riset kepustakaan (Library Research)
Library Research, yaitu penelitian kepustakaan, dimana didalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data dari literature dan mempelajari buku-buku penunjuk teknis serta teori-teori
yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian ini.
Penelitian ini membahas isu representasi kecantikan wanita melalui analisis visual dan analisis
tekstual yang adegan-adegannya dipilih pada episode tertentu saja. Di setiap adegan, akan dijelaskan
mengenai makna-makna yang terdapat didalamnya dengan menggunakan pendekatan semiotika
Barthes.

4. Pembahasan
Analisis Data
Penelitian ini membahas isu representasi kecantikan wanita melalui analisis visual dan analisis
tekstual yang adegan-adegannya dipilih pada episode tertentu saja. Ketika berbicara tentang cantik
tentunya tidak bisa dilepaskan dari keindahan fisik atau tubuh. Sebuah riset yang dilakukan oleh
salah satu lembaga pemasaran membuktikan bahwa lebih dari 40% hasil riset mendefinisikan
kecantikan sebagai tampilan fisik (Kompas.com, 2017). Karena itu, dalam analisis visual dipilih scene
yang merepresentasikan kecantikan melalui tampilan fisik atau tubuh wanita.
1. Kecantikan Tubuh
Di episode 1 menceritakan tentang perubahan Kang Joo Eun dari seorang wanita yang
memiliki berat dan tinggi badan ideal menjadi wanita yang bertubuh gemuk dan berpipi chubby.
Pada adegan dibawah ini menampilkan ukuran berat badan dan tinggi badan seorang siswi yang
dianggap memiliki berat dan tubuh ideal.

Page | 7
Table 1.1
Scene Denotasi Konotasi
Episode 1
00:01:55

Ukuran berat badan yang


Berat badan 48.6 kg harus dimiliki seorang
wanita

00:01:56

Tinggi badan 170 cm Tinggi badan yang harus


dimiliki seorang wanita

00:01:57

Seorang wanita dengan Wanita yang memiliki


berat badan 48.6 kg dan berat serta tinggi badan
tinggi 170 cm. yang ideal

Berat badan 48.6 kg dan tinggi badan 170 cm merupakan berat dan tinggi badan yang harus dimiliki
seorang wanita yang menginginkan bentuk tubuh yang ideal.
Semua siswi saat itu merasa iri dengan bentuk tubuh Kang Joo Eun yang dianggap ideal. Hal
ini terlihat dalam dialog sebagai berikut :
Guru : 48 kilograms .. at 170 centimeters! Chest size, 36? Are you out of your mind, Kang
Joo Eun?
Siswi : are you really human?
Siswi : what the hell did she grow up eating?
Siswi : it’s probably because she doesn’t eating.
Guru : Shut up!
Siswi : These are measurements that a kid should have!
Siswi : Life is so unfair, so what’s the point of studying?
Dari adegan dan dialog diatas dapat terlihat bagaimana drama ini menggambarkan bahwa berat
badan ideal bagi seorang wanita adalah 48.5 kg dan tinggi badan 170 cm.

Page | 8
Seperti yang disebutkan oleh Melliana (2006:4) bahwa kecantikan tidak bisa dilepaskan
dengan keindahan fisik atau tubuh. Bentuk tubuh yang ideal adalah langsing, tidak kelebihan lemak
pada bagian-bagian tubuh atau proporsional, perut datar dengan payudara kencang, pinggang
berlekuk, dan pantat sintal. Pandangan cantik tidak hanya difokuskan pada bagian wajah saja,
melainkan juga terpusat pada seluruh bagian-bagian tubuh perempuan.
Tabel 1.2
Scene Denotasi Konotasi
Episode 1 ( 00:09:52 – 00:09:54)

Seorang wanita berambut Bentuk tubuh ideal


panjang dengan tubuh seorang wanita
langsing, perut datar
dengan payudara kencang,
pinggang berlekuk, dan
pantat sintal.

Wanita cantik adalah wanita dengan bentuk tubuh ideal yaitu tubuh langsing, perut datar dengan
payudara kencang, pinggang berlekuk, dan pantat sintal.

Dari adegan diatas dapat terlihat bagaimana drama ini menggambarkan bahwa wanita cantik
adalah wanita dengan bentuk tubuh yang ideal adalah langsing, tidak kelebihan lemak pada bagian-
bagian tubuh atau proporsional, perut datar dengan payudara kencang, pinggang berlekuk, dan
pantat sintal.
Menurut Park (2007) ada beberapa istilah-istilah kecantikan yang beredar di masyarakat
Korea. Hal ini disebabkan karena faktor simbol yang dianggap sebagai nilai keindahan atau
kecantikan yang ada pada bagian-bagian tubuh seorang perempuan, yaitu kata eoljjang (wajah
rupawan), momjjang (badan yang bagus), saengeol (wajah yang cantik tanpa make-up), dongan
Page | 9
(wajah yang terlihat awet muda atau yang sering kita kenal dengan baby face, longdari (kaki jenjang),
jjukjjuk ppangppang (tinggi langsing dan gemulai), S-line (tubuh bentuk jam pasir), Vline (wajah tirus
yang memiliki dagu berbentuk V).
Sebagian dari istilah kecantikan karena faktor simbol yang dianggap sebagai nilai keindahan
atau kecantikan yang ada pada bagian-bagian tubuh seorang perempuan pun ditunjukan dalam
beberapa adegan dalam drama Oh My Venus ini dan adegan tersebut memfokuskan kepada bentuk
wajah. Berikut ini beberapa cuplikan adegan yang merepresentasikannya.
Tabel 1.3
Scene Denotasi Konotasi
Episode 1
Wajah seorang wanita Nilai kecantikan seorang
tanpa riasan (saengeol) wanita

Episode 1
Wajah seorang wanita Nilai kecantikan seorang
yang terlihat awet muda wanita
atau baby face (dongan)

Episode 2
Seorang wanita dengan Nilai kecantikan seorang
wajah tirus yang memiliki wanita
dagu berbentuk v (Vline)

Episode 12
Seorang wanita dengan Nilai kecantikan seorang
wajah rupawan (eoljjang) wanita

Kecantikan seorang tidak bisa dilepaskan dengan keindahan fisik atau tubuh, tidak terkecuali
wajah.

Berdasarkan pembahasan diatas, dalam drama ini kecantikan wanita direpresentasikan melalui
kecantikan tubuh dimana seorang wanita dikatakan cantik apabila dia memiliki berat tubuh dan
tinggi yang ideal. Selain itu ukuran tubuh juga sangat diperhatikan sebagai nilai ideal sebuah konsep
cantik. Wanita cantik adalah wanita dengan bentuk tubuh yang ideal adalah langsing, tidak kelebihan
lemak pada bagian-bagian tubuh atau proporsional, perut datar dengan payudara kencang, pinggang

Page | 10
berlekuk, dan pantat sintal. Istilah kecantikan karena faktor simbol yang dianggap sebagai nilai
keindahan atau kecantikan yang ada pada bagian-bagian tubuh seorang perempuan pun ditunjukan
dalam drama ini dan berfokus pada bentuk wajah yang dinilai sebagai nilai kecantikan bagi seorang
wanita.

2. Penampilan
Tabel 1.4
Scene Denotasi Konotasi
Episode 1 Dua orang wanita yang Perbandingan
00:10:00 sama-sama menggunakan penampilan antara tubuh
pakaian berwarna hitam ideal dan tubuh gemuk
yang sedang berada
didalam ruangan kantor,
seorang dengan tubuh
langsing dan seorang
lainnya bertubuh gemuk

00:21:30 Dua orang wanita yang Perbandingan


sama-sama menggunakan penampilan antara tubuh
pakaian berwarna hitam ideal dan tubuh gemuk
yang sedang berada
didalam toilet, seorang
dengan tubuh langsing dan
seorang lainnya bertubuh
gemuk
Pakaian menunjang penampilan pemakainya. Pakaian wanita (feminin) tidak dibuat dengan ukuran
besar.

Penampilan wanita dalam drama ini juga dilihat dari segi pakaiannya. Cara berpakaian antara
dua wanita dalam adegan diatas sangat berbeda. Secara denotasi, seorang wanita bertubuh gemuk,
tidak memakai baju feminin melainkan setelan kemeja dan celana bahan dan selalu menggunakan
kacamata dengan lensa yang besar. Sedangkan wanita yang bertubuh langsing memakai baju
feminin. Secara konotasi, drama ini mengatakan bahwa pakaian wanita tidak pernah dibuat dengan
ukuran besar. Karena wanita akan terlihat lebih cantik ketika dirinya memiliki tubuh langsing dengan
pakaian yang feminin.

3. Sifat/Karakter
Tabel 1.5
Scene Denotasi Konotasi
Episode 1

Seorang wanita yang Optimis dalam menjalani


memiliki keyakinan yang hidup
Episode 3 teguh

Page | 11
Tidak mudah menyerah

Untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan, keyakinan yang teguh untuk selalu optimis dalam
menjalani hidup dan tidak mudah menyerah apabila menghadapi kesulitan sangat diperlukan.

Adegan diatas menceritakan tokoh Kang Joo Eun memiliki sifat yang optimis bahwa jika dia
berpikir dia bisa melakukan sesuatu maka dia pasti bisa melakukannya. Karakter ini terlihat saat dia
berjuang untuk menjadi seorang pengacara dan saat dia harus berlatih untuk menurunkan berat
badannya. Meskipun tubuhnya sudah gemetar dan kesakitan karena latihan yang dilakukannya, dia
tetap melakukannya karena percaya bahwa dia harus melakukan sampai batas terbaiknya.
Secara denotasi, drama ini menggambarkan sifat wanita yang optimis dalam melakukan
sesuatu, ketika kita percaya bahwa kita bisa melakukannya maka kita bisa melakukannya. Secara
konotasi, drama ini ingin menanamkan kepada penonton bahwa untuk mendapatkan hasil yang kita
inginkan, kita harus rela melakukan apapun.

4. Gaya Hidup
Yang terakhir representasi kecantikan dalam drama ini ditunjukkan melalui gaya hidup. Bagi
wanita, terlihat cantik merupakan tuntutan yang harus dipenuhi, walaupun untuk menjadi cantik dan
mendapatkan bentuk tubuh yang ideal memerlukan upaya yang keras bahkan terkadang harus rela
merasakan kesakitan. Seperti pernyataan Lim (2004: 179-180) bahwa perempuan cantik memiliki
kemungkinan besar untuk mendapatkan suami dengan tingkat ekonomi yang mapan dan
berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang baik. Perubahan bentuk pada penampilan perempuan
akan menjadi investasi untuk kehidupan mereka di masa yang akan datang. Demi mendapatkan
bentuk tubuh yang ideal banyak cara yang dilakukan mulai dari diet, sedot lemak hingga operasi
plastik. Riset International Society of Aesthetic Plastic Surgery tahun 2012 menunjukkan bahwa
tingkat operasi plastik tertinggi dilakukan di Korea Selatan.
Korea Selatan merupakan negara dengan jumlah klien operasi plastik terbesar. Berdasarkan
survei pada tahun 2009, sekitar satu dari lima wanita di Seoul telah mengalami beberapa
jenis operasi plastik. Menurut laporan itu, lebih dari 360.000 prosedur operasi plastik
dilakukan pada tahun 2010 dengan jenis operasi seperti sedot lemak, operasi hidung dan
blepharoplasty, atau operasi kelopak mata ganda. Lebih dari 44.000 operasi kelopak mata
ganda dilakukan pada tahun 2010 (dikutip dari http://health.detik.com, 2012)(dikutip dalam
Meldina Ariani, 2015).
Dalam drama ini representasi kecantikan melalui gaya hidup ditunjukkan melalui gaya hidup sehat
yang harus dijalani tokoh Kang Joo Eun dalam upayanya mengembalikan bentuk tubuhnya seperti
dulu. Kang Joo Eun harus memperbaiki pola makan dan pola hidupnya dengan makan makanan sehat
dan olahraga teratur.
Tabel 1.6
Scene Denotasi Konotasi

Page | 12
Episode 5
Sayuran, buah-buahan Pola makan sehat
dan yogurt

Episode 16
Seorang laki-laki dan Pola hidup sehat
perempuan sedang
berolahraga

Untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal, seorang wanita harus memiliki pola makan yang sehat dan
pola hidup sehat.
Selain itu representasi kecantikan melalui gaya hidup juga ditunjukkan dalam beberapa dialog
sebagai berikut :

Kim Young Ho : Is your body only single use? Are you going to use it only one day and throw
it away? Since it’s something you’ll use for a lifetime, wouldn’t it better if it
were healthy and fine? (Episode 7)

Kim Young Ho : Don’t be sick. That’s the prettiest thing for me. Being healthy is the sexiest.
(Episode 8)

Secara denotasi, drama ini menggambarkan bahwa untuk memperoleh bentuk tubuh ideal, dapat
diperoleh dengan menjalani gaya hidup sehat yakni mengkonsumsi makanan sehat dan olahraga
teratur. Secara konotasi, drama ini ingin menanamkan kepada penontonnya bagaimana gaya hidup
sehat yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal.

5. Simpulan
Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana representasi kecantikan wanita dalam drama
Oh My Venus. Kecantikan tidak hanya dilihat dari fisik saja namun didukung dengan sifat serta gaya
hidup yang dijalani. Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
5.1 Makna Denotasi :
1. Kecantikan wanita direpresentasikan melalui kecantikan tubuh
Wanita cantik adalah wanita dengan bentuk tubuh ideal yaitu tubuh langsing, perut datar
dengan payudara kencang, pinggang berlekuk, dan pantat sintal. Kecantikan seorang wanita
tidak bisa dilepaskan dengan keindahan fisik atau tubuh, tidak terkecuali wajah.
2. Penampilan
Pakaian menunjang penampilan pemakainya. Drama ini merepresentasikan wanita akan
terlihat lebih cantik ketika dirinya memiliki tubuh langsing dengan pakaian yang feminin.

Page | 13
3. Sifat/karakter
Untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan, keyakinan yang teguh untuk selalu optimis
dalam menjalani hidup dan tidak mudah menyerah apabila menghadapi kesulitan sangat
diperlukan. Hal tersebut pun berlaku untuk seorang wanita yang memiliki keinginan untuk
terlihat cantik, dia harus selalu optimis dan tidak mudah menyerah.
4. Gaya hidup
Untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal, seorang wanita harus memiliki pola makan yang
sehat dan pola hidup sehat.

5.2 Secara konotasi, drama ini merepresentasikan wanita cantik adalah wanita dengan bentuk
tubuh S-line dengan wajah Vline (wajah tirus yang memiliki dagu berbentuk V) sebagai standar
kecantikan fisik.

5.3 Mitos
Bagi masyarakat Korea, cantik tidak hanya untuk kebutuhan fisik saja tetapi cantik juga memiliki
fungsi yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan sosial. Ukuran tubuh sangat diperhatikan
sebagai nilai ideal sebuah konsep cantik di Korea. Bagi masyarakat Korea perempuan gemuk
dianggap sebagai perempuan yang tidak sehat dan tidak cantik serta tidak menarik karena
mereka terlihat seperti perempuan malas yang jarang bergerak. Selain itu kecantikan selalu
dikaitkan dengan kebahagiaan, kebenaran, kebaikan, sifat positif dan utamanya ditekankan pada
wajah.

Page | 14
Daftar Pustaka
Abdulah, I. (2006). Studi Tubuh Nalar dan Masyarakat: Perspektif Antropologi. Yogyakarta: TiciPress.
Ariani, M. (2015). Representasi Kecantikan Wanita Dalam Film “200 Ponds Beauty” Karya Kim Young Hwa.
eJournal lmu Komunikasi, 3 (4) : 320-332.
Christandi, D. (2013). Representasi Perempuan Dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes).
Danesi, M. (2011). Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Dharsono. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Fiske, J. (2004). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. Yogyakarta:
Jalasutra.
Fiske, J. (2007). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. Yogyakarta:
Jalasutra.
Lim, I.-S. (2004). Social and Cultural Environtment of Dietinng : Focusing on College Women’s Experiences of
Discrimination Related to Physical Appearance and Their Acceptance of Body Image Promoted by
Mass Media. Korean Journal of Sociology, 38:2: 179-180.
LittleJohn, S. (1996). Theories of Human Communication – Fifth Edition. Terjemahan edisi Indonesia 1 (Chapter
1-9), dan edisi Indonesia 2 (Chapter 10-16). Jakarta: Salemba Humanika.
Melliana S, A. (2006). Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta: LKIS.
Munandar, M. S. (2000). Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika Aditama.
Park, S.-U. (2007). Beauty Will Save You : The Myth and Ritual of Dieting in Korean Society. Korea Journal
Summer, Vol. 47 No. 2.
Sobur, A. (2001). Analisis Teks Media. Bandung: P.T Rosdakarya.
Sobur, A. (2004). Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sobur, A. (2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Synnott, A. (1993). Tubuh Sosial: Simbolisme, Diri dan Masyarakat. Jogjakarta: Jalasutra.
Vera, N. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Internet :
http://asianwiki.com/Oh_My_Venus (diakses pada 13 Maret 2018)
http://id.korean-culture.org/id/144/korea/46 (diakses pada 29 Oktober 2017)
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/06/14/135648020/apa.definisi.perempuan.cantik
https://wolipop.detik.com/read/2017/04/25/120357/3483045/234/asia-hingga-eropa-perbedaan-standar-
kecantikan-di-10-negara

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai