Anda di halaman 1dari 6

ISSN 2442-7659

Kelainan Bawaan
Celah bibir dan langit-langit Neural Tube Defect
Birth Defects Indonesia
Talipes Abdominal Wall Defect Atresia Ani

Proporsi
Penyebab Lainnya Kelainan Bawaan

Kematian Bayi
392.000 303.000
World Birth Defects Day 3 Maret
Sepsis
Tahun 2015 401.000 Faktor penyebab Talipes Equinovarus Orofacial Cleft Neural Tube Defect

Kelahiran Prematur
947.000
Faktor Genetik
Normal
Asksia & Trauma Sumber : WHO (data penyebab kematian bayi
637.000 tahun 2000 - 2015) Status Gizi Ibu Abdominal Wall Defect Atresia Ani Hypospadias/Epispadias

Bumil Kekurangan Asam Folat


Bayi 0 - 6 Hari % Bayi 7 - 28 Hari % Normal Hypospadias Epispadias

Kembar Siam Microcephaly


A
Gangguan/Kelainan Pernafasan 35,9
Penyebab Sepsis 20,5 Bumil Kelebihan Vit A

Kematian Bayi Pajanan Lingkungan


Kelainan Bawaan 18,1
Normal

Prematuritas/BBLR 32,4
Pneumonia 15,4
Bumil mengkonsumsi alkohol
Sindrom Gawat Pernapasan 12,8
Sepsis 12 Riskesdas Prematuritas 12,8
Kuning 2,6
2,6
Hipotermi6,3
Kelainan Pendarahan & Kuning 5,6
Postmatur 2,8
2007 Cedera Lahir 2,6
Tetanus 2,6
Desiensi Nutrisi 2,6
Akses Fasilitas Kesehatan

Kelainan Bawaan 1,4 Sindrom Kematian Bayi Mendadak 2,5


Prevalensi Bayi dengan Kelainan
Bawaan per 1000 Kelahiran Hidup
Prevalensi Bayi dengan Kelainan Bawaan Persentase Jenis Kelainan Bawaan di Asia Tenggara
per 1000 Kelahiran Hidup pada Survei Sentinel Kelainan Bawaan (tahun 1980 - 2001)
di Asia Tenggara (Tahun 1980 - 2001) September 2014 - Maret 2018
Filipina 52,9
Singapura 54,2

Talipes Equinovarus Brunei Darussalam 54,7


21,9 Vietnam 55,1
Orofacial Cleft 20,4 Malaysia 56
Myanmar 58,5
Neural Tube Defect 18,4
Indonesia 59,3
Abdominal Wall Defect 16,14 Thailand 59,9

Atresia Ani 9,7 Kamboja 64,5


Laos 67,5
Hypospadias/Epispadias 4,8

Kelainan
Global Report on Birth Defects,
March of Dimes Birth Defects Foundation, 2006
Kembar Siam 4,2
Microcephaly 2,3 Persentase Jenis Kelainan Bawaan pada Survei Sentinel Kelainan Bawaan
Sumber : Laporan Surveilans Kelainan Bawaan September 2014 - Maret 2018
Talipes Equinovarus 21,9
Global Report on Birth Defects,
March of Dimes Birth Defects Foundation, 2006 Orofacial Cleft 20,4
Neural Tube Defect 18,4

Bawaan
Tidak semua kelainan bawaan dapat dicegah, tetapi wanita dapat mengurangi resiko Abdominal Wall Defect 16,14
Atresia Ani 9,7
tersebut dengan menerapkan gaya hidup sehat sebelum masa kehamilan. Hypospadias/Epispadias 4,8
Kembar Siam 4,2
Kementerian Kesehatan RI

2018
ISSN 2442-7659 Microcephaly 2,3
Pusat Data dan Informasi Sumber : Laporan Surveilans Kelainan Bawaan
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Lantai 6 Blok C
Jakarta Selatan
Situasi Global Definisi dan Klasifikasi
Menurut WHO lebih dari 8 juta bayi di seluruh dunia setiap tahunnya lahir dengan kelainan bawaan.
Menurut WHO, kelainan bawaan adalah kelainan struktural atau fungsional, termasuk gangguan
Di Amerika Serikat hampir 120.000 bayi lahir dengan kelainan bawaan setiap tahun. Kelainan bawaan
metabolik, yang ditemukan sejak lahir.
merupakan salah satu penyebab utama dari kematian bayi. Data WHO menyebutkan bahwa
dari 2,68 juta kematian bayi, 11,3% disebabkan oleh kelainan bawaan.
Menurut ICD-10, kelainan bawaan diklasikasikan menjadi 11 kelompok, yaitu kelainan bawaan
Gambar 1. Proporsi Penyebab Kematian Bayi di Dunia Tahun 2015 pada:
1. Sistem saraf;
2. Organ mata, telinga, wajah, dan leher;
Lainnya Kelainan Bawaan 3. Sistem peredaran darah;
392.000 303.000 4. Sistem pernapasan;
5. Celah bibir dan celah langit-langit;
6. Sistem pencernaan;
Sepsis 7. Organ reproduksi;
401.000 8. Saluran kemih;
Kelahiran Prematur 9. Sistem otot dan rangka;
947.000 10. Kelainan bawaan lainnya; dan
11. Kelainan yang disebabkan oleh kromosom yang abnormal.

Asksia & Trauma Kelainan bawaan dapat diidentikasi pada sebelum kelahiran, saat lahir, maupun di kemudian hari
637.000 setelah bayi lahir. Kelainan bawaan dapat mempengaruhi bentuk organ, fungsi organ, maupun
keduanya. Kelainan bawaan pada bayi bervariasi dari tingkat ringan hingga berat. Kesehatan dan
kemampuan bertahan bayi dengan kelainan bawaan bergantung pada bagian organ tubuh yang
mengalami kelainan.
Sumber : WHO (data penyebab kematian bayi di dunia tahun 2000 - 2015)
Penyebab
Di Indonesia, hasil Riskesdas tahun 2007 menjelaskan kelainan bawaan menjadi salah satu penyebab
kematian bayi. Pada bayi usia 0-6 hari, kematian bayi yang disebabkan oleh kelainan bawaan sebesar
1,4%, sedangkan pada usia 7-28 hari, menjadi meningkat persentasenya menjadi 18,1%. Kelainan bawaan dapat terjadi dalam setiap fase kehamilan. Umumnya kelainan terjadi pada fase
trimester pertama kehamilan di saat proses pembentukan organ tubuh. Selain itu, ada pula kelainan
Gambar 2. Penyebab Kematian Bayi 0 - 6 Hari dan 7 - 28 Hari, Riskesdas 2007
yang terjadi di trimester selanjutnya karena pada masa tersebut jaringan dan organ masih terus tumbuh
dan berkembang.

Bayi 0 - 6 Hari % Bayi 7 - 28 Hari % Sekitar 50% kelainan bawaan tidak diketahui penyebabnya, namun ada beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi, yaitu:

Gangguan/Kelainan Pernafasan 35,9


Sepsis 20,5 1. Faktor genetik
Gen merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelainan bawaan. Bayi dalam kandungan
mungkin mewarisi gen yang memiliki kelainan (anomali) ataupun terjadi mutasi genetik pada saat
Kelainan Bawaan 18,1 perkembangan janin. Orangtua yang memiliki ikatan saudara (pernikahan sedarah) dapat
Prematuritas/BBLR 32,4 meningkatkan terjadinya kelainan bawaan dan dua kali lipat meningkatkan risiko kematian
Pneumonia 15,4
neonatal dan anak, gangguan intelektual, disabilitas mental dan kelainan lainnya.
Sindrom Gawat Pernapasan 12,8
Sepsis 12 Prematuritas 12,8 2. Faktor sosial ekonomi dan demogra
Kuning 2,6
Hipotermi 6,3
2,6 Kemiskinan merupakan faktor risiko yang penting. Diperkirakan 94% kelainan bawaan terjadi
Cedera Lahir 2,6
Kelainan Pendarahan & Kuning 5,6 Tetanus 2,6 di negara berkembang dengan prevalensi malnutrisi yang cukup tinggi dan paparan terhadap
Postmatur 2,8 Desiensi Nutrisi 2,6 zat/faktor yang menambah risiko terjadinya gangguan janin, terutama infeksi dan alkohol.
Kelainan Bawaan 1,4 Sindrom Kematian Bayi Mendadak 2,5

Sumber : Riskesdas, 2007 Usia ibu saat hamil juga berpengaruh. Semakin bertambahnya usia, semakin tinggi risiko
terjadinya kelainan pada kromosom seperti Sindrom Down.

1 2
3. Faktor lingkungan Gambar 3. Prevalensi Bayi dengan Kelainan Bawaan per 1000 Kelahiran Hidup
Pajanan pada ibu hamil seperti pestisida, obat, alkohol, tembakau, timbal, merkuri dan bahan di Asia Tenggara (Tahun 1980 - 2001)
psikoaktif lainnya, zat kimia tertentu, rokok, dan radiasi dapat meningkatkan risiko bayi mengalami
kelainan bawaan. Bekerja maupun tinggal di daerah pertambangan atau daerah pembuangan Filipina 52,9
limbah juga meningkatkan risiko terjadi kelainan bawaan. Singapura 54,2
4. Infeksi Brunei Darussalam 54,7
Infeksi Silis dan Rubella pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab kelainan bawaan, Vietnam 55,1
umumnya terjadi di negara berkembang. Infeksi virus Zika yang baru-baru ini terjadi menyebabkan Malaysia 56
peningkatan bayi lahir dengan mikrosefali (ukuran kepala yang lebih kecil dibandingkan dengan
anak-anak seusia). Myanmar 58,5
Indonesia 59,3
5. Status gizi Thailand 59,9
Kurangnya konsumsi iodium dan asam folat pada ibu hamil meningkatkan risiko bayi dengan
neural tube defect sedangkan konsumsi vitamin A yang berlebihan dapat mempengaruhi Kamboja 64,5
perkembangan janin. Obesitas serta Diabetes mellitus juga berhubungan dengan beberapa Laos 67,5
kelainan bawaan.
Sumber : Global Report on Birth Defects, March of Dimes Birth Defects Foundation, 2006
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih risiko di atas belum tentu akan melahirkan bayi dengan kelainan
bawaan. Ada pula ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan bawaan tanpa adanya risiko seperti Kelainan bawaan dan kelahiran prematur merupakan penyebab penting kematian, penyakit kronis dan
disebutkan di atas. Hal yang utama adalah selalu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan (dokter disabilitas pada anak. Pada tahun 2010, World Health Assembly meluncurkan resolusi yang
kandungan atau bidan) selama kehamilan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelainan menganjurkan pelaksanaan upaya pencegahan primer dan tatalaksana anak dengan kelainan
bawaan. bawaan melalui:
1. Penyusunan dan pemantapan registrasi dan sistem surveilans;
Deteksi 2. Peningkatan keahlian dan kapasitas;
3. Pemantapan penelitian dan kajian tentang penyebab, diagnosis dan upaya pencegahan;
Deteksi dini terhadap kelainan bawaan dapat dilakukan saat sebelum kehamilan, saat masa kehamilan 4. Peningkatan upaya kerjasama internasional.
dan ketika bayi lahir.
Kementerian Kesehatan telah melakukan surveilans sentinel kelainan bawaan di rumah sakit sejak
1. Deteksi pada masa sebelum kehamilan
September 2014. Rumah sakit yang diikutsertakan dalam surveilans ini hingga saat ini adalah sebanyak
Pada masa ini dilakukan deteksi melalui riwayat kesehatan keluarga, apakah ada risiko penyakit
28 rumah sakit di 18 provinsi.
tertentu dalam keluarga atau apakah salah satu dari orangtua merupakan pembawa (carrier)
terhadap penyakit tertentu. Deteksi ini penting dilakukan di daerah yang banyak kejadian Gambar 4 . Rumah Sakit Pelaksana Surveilans Kelainan Bawaan
perkawinan antar-keluarga.

2. Deteksi pada masa kehamilan


Kondisi kesehatan ibu hamil menjadi salah satu risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kelainan
Aceh
bawaan, seperti usia ibu hamil, perilaku konsumsi alkohol, perilaku merokok, dan lainnya. USG
dapat mendeteksi kelainan struktur organ dan Sindrom Down pada trimester pertama dan kelainan Sumut
organ yang lebih berat tingkat keparahannya pada trimester berikutnya. Kaltim Sulut
Riau
Sumbar Sulteng
3. Deteksi pada saat kelahiran
Sumsel
Beberapa kelainan bawaan seperti Anensefali, Celah bibir, dan Talipes/Club foot dapat dideteksi DKI Jakarta Papua
secara langsung. Sedangkan kelainan bawaan lain seperti gangguan pendengaran dan kelainan Sulsel
Jateng
Banten DIY
Situasi Nasional Jabar
Jatim Bali
Keterangan= NTB
= 1 Rumah Sakit
Menurut Global Report on Birth Defects yang dirilis oleh March of Dimes Birth Defects Foundation pada
tahun 2006, prevalensi bayi dengan kelainan bawaan di Indonesia adalah 59,3 per 1.000 kelahiran
hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia masih termasuk negara
dengan prevalensi bayi dengan kelainan bawaan yang cukup tinggi.

3 4
Tabel 1 . Daftar Rumah Sakit Pelaksana Surveilans Kelainan Bawaan Tabel 2. Daftar 16 Jenis Kelainan Bawaan Prioritas Surveilans Kelainan Bawaan

Aceh RSUD dr. Zainoel Abidin Jateng RSUP dr. Kariadi Kelainan Bawaan Kode ICD - 10
Sumut RSUP H Adam Malik RSUD Kabupaten Brebes 1. Anencephaly QOO
RSUD dr. Pirngadi Jatim RSUD dr. Soetomo 2. Encephalocele Q01
Sumbar RSUP dr. M Djamil RSUD dr. Saiful Anwar 3. Microcephaly Q02
RSUD Pariaman Kaltim RSUD Kota Balikpapan 4. Spina bida Q05
Riau RSUD Kota Dumai Bali RSUP Sanglah 5. Congenital Cataract/Katarak bawaan Q12
Sumsel RSUP dr. Mohammad Hoesin DIY RSUP dr. Sardjito
6. Cleft palate/Celah langit-langit Q35
DKI Jakarta RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo RSUD Wates
7. Cleft lip/Celah bibir Q36
RSAB Harapan Kita NTB RSUD Prov. Nusa Tenggara Barat
8. Cleft lip and palate/Celah bibir dan langit-langit Q37
RSIA Budi Kemuliaan RSUD Patut Patuh Patju
9. Atresia ani Q42
RSIA Bunda Sulut RSUP Prof. dr. RD Kandou
10. Hypospadias Q54
RS Hermina Jatinegara Sulteng RSUD Undata
11. Epispadias Q64
Banten RSUD dr. Adjidarmo Lebak Sulsel RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo
12. Talipes equinovarus/Kaki pengkor Q66
Jabar RSUP dr. Hasan Sadikin Papua RSUD Jayapura
13. Omphalocele Q79.2
Tujuan umum dari surveilans kelainan bawaan adalah menurunkan angka kejadian kelainan bawaan 14. Gastroschizis Q79.3
yang kemudian dapat menurunkan angka kesakitan, kelainan (disabilitas), dan kematian bayi dan
anak yang disebabkan karena kelainan bawaan melalui kegiatan surveilans. 15. Extremitas reduction Q79.8

Tujuan khusus surveilans kelainan bawaan di Indonesia adalah: 16. Conjucted twin/kembar siam Q89.4
1. Mendapatkan data dasar mengenai kejadian kelainan bawaan;
2. Mengidentikasi populasi yang at increased risk terhadap kelainan bawaan;
3. Monitor tren prevalensi kelainan bawaan; Kriteria inklusi sasaran surveilans ini adalah:
4. Mengidentikasi adanya kluster kelainan bawaan di populasi; 1. Lahir dengan salah satu atau lebih kelainan bawaan yang disurveilans;
5. Mengetahui faktor risiko terhadap terjadinya kelainan bawaan; 2. Umur saat didiagnosis ≤7 hari;
6. Mengestimasi kebutuhan pelayanan terhadap kelainan bawaan; 3. Luaran dari kehamilan dapat berupa lahir hidup maupun lahir mati;
7. Menentukan program atau intervensi yang tepat untuk menurunkan prevalensi kelainan bawaan dan 4. Umur Gestasi ≥ 20 minggu atau berat lahir ≥500 gram.
kematian perinatal;
8. Memberikan dasar untuk penelitian epidemiologi dan program pencegahan. Pencatatan surveilans dilakukan dengan menggunakan formulir khusus pencatatan surveilans bawaan,
sedangkan sistem pelaporan melalui Indonesia Registry Web Portal, Registri Penyakit Indonesia
Kasus kelainan bawaan yang dilakukan surveilans dipilih dengan berdasarkan kriteria berikut: (www.ina-registry.org).
1. Mempunyai dampak besar terhadap kesehatan masyarakat;
2. Mudah dikenali pada saat/segera setelah lahir; Hasil surveilans menunjukkan, pada periode September 2014 – Maret 2018 terdapat 1.085 bayi
3. Dapat dicegah dengan upaya pencegahan primer; dengan kelainan bawaan yang dilaporkan dan terdapat 956 kasus kelainan bawaan yang sesuai
4. Diagnosis serta terapi dininya sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan penderitanya. dengan kriteria inklusi. Delapan jenis kelainan bawaan terbanyak yang dilaporkan pada periode
September 2014 – Maret 2018 berturut-turut adalah adalah Talipes/kaki pengkor dan Orofacial cleft
Dalam surveilans ini disepakati 16 jenis kelainan bawaan yang mempunyai potensi yang dapat defect/kelainan celah bibir dan langit-langit, Neural tube defect, Abdominal wall defect, Atresia ani,
dicegah, dapat dideteksi dalam tujuh hari pertama kelahiran, dan/atau yang dapat terlihat dan Hypospadias, Epispadias, kembar siam, dan mikrosefali.
didiagnosis secara visual, mudah dikenali tanpa bantuan alat penunjang.

5 6
Gambar 5. Jenis Kelainan Bawaan dalam Surveilans Kelainan Bawaan Secara umum, pencegahan tersebut meliputi :
1. Peningkatan gizi wanita sepanjang usia reproduksi dengan memastikan terpenuhinya kebutuhan
Talipes Equinovarus Orofacial Cleft Neural Tube Defect
vitamin dan mineral (khususnya asam folat dan iodium).
Bagi wanita yang berencana untuk hamil, sebaiknya rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah
(TTD) yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap harinya, maksimal sebulan sebelum
kehamilan dan dilanjutkan selama masa kehamilan. Asam folat dapat diperoleh dari makanan
Normal seperti kacang-kacangan dan alpukat serta suplemen asam folat.

2. Pencegahan atau pembatasan konsumsi substansi berbahaya, khususnya alkohol,


Abdominal Wall Defect Atresia Ani Hypospadias/Epispadias
rokok/tembakau dan zat adiktif lainnya.
Ibu hamil sebaiknya menghindari mengkonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang. Tidak
ada batasan aman alkohol untuk dikonsumsi ibu hamil. Rokok sangat berbahaya bagi ibu hamil,
bahkan asap rokok dapat meningkatkan risiko kesehatan selama kehamilan.
Normal Hypospadias Epispadias

3. Pengelolaan Diabetes Mellitus melalui konseling, pengendalian berat badan, diet dan pemberian
Kembar Siam Microcephaly insulin bila diperlukan.
Wanita yang merencanakan kehamilan harus menjaga berat badan agar tetap ideal. Wanita
dengan berat badan berlebih dan obesitas berisiko lebih besar mengalami komplikasi saat
kehamilan. Diet gizi seimbang, olahraga teratur, dan kontrol gula darah khususnya pada penderita
diabetes dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil dan tentunya mengurangi risiko terjadinya
Normal
kelainan pada janin.

4. Pencegahan paparan bagi ibu hamil terhadap zat-zat berbahaya, misalnya logam berat, pestisida,
Gambar 6. Persentase Jenis Kelainan Bawaan pada Survei Sentinel Kelainan Bawaan obat-obat tertentu.
September 2014 - Maret 2018 Beberapa jenis infeksi dapat berbahaya bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Untuk mencegah
pajanan infeksi, sebaiknya ibu hamil menerapkan hal-hal berikut: menghindari mengunjungi
Talipes Equinovarus 21,9 daerah berisiko infeksi virus Zika, Cacar air, dan Rubella, cuci tangan dengan sabun, tidak
mengkonsumsi makanan mentah, dan menghindari memelihara hewan yang berisiko seperti
Orofacial Cleft 20,4
kucing (toxoplasma).
Neural Tube Defect 18,4
Abdominal Wall Defect 16,14 5. Peningkatan cakupan vaksinasi, terutama untuk Virus Rubella untuk anak dan perempuan dewasa
(paling lambat tiga bulan sebelum hamil).
Atresia Ani 9,7
Beberapa penyakit dapat dicegah dengan vaksinasi. Wanita yang merencanakan kehamilan juga
Hypospadias/Epispadias 4,8 sebaiknya mempertimbangkan vaksinasi untuk mencegah infeksi dari beberapa penyakit seperti
Kembar Siam 4,2 Rubella.
Microcephaly 2,3
Beberapa tes dilakukan sebagai deteksi dini kemungkinan adanya infeksi pada tubuh seperti
Sumber : Laporan Surveilans Kelainan Bawaan Rubella, Cacar air, Silis, dan dilakukan pengobatan jika memang sudah terinfeksi.

6. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil, petugas kesehatan, dan pihak-pihak yang
Upaya Pencegahan terlibat dalam upaya pencegahan kelainan bawaan.
Ibu hamil sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan setelah mengetahui dirinya
Tidak semua kelainan bawaan dapat dicegah. Upaya pencegahan dapat dilakukan sejak masa remaja, hamil. Kunjungan antenatal dilakukan rutin setiap bulan atau minimal empat kali selama
pranikah dan prakonsepsi, antenatal (masa kehamilan), dan pasca persalinan atau masa neonatal kehamilan untuk memantau perkembangan janin dan sebagai deteksi dini jika terjadi kelainan
(bayi usia 0-28 hari). pada organ dan infeksi lainnya.

Petugas kesehatan perlu menjelaskan setiap pilihan tindakan dengan rinci agar bila pasangan
mempunyai faktor keturunan/risiko kelainan bawaan dapat memahami masalah yang akan
dihadapi dan mempersiapkan diri untuk menjalani pilihan dengan sebaik mungkin.

7 8
Upaya pencegahan kelainan bawaan melibatkan berbagai sektor terkait di luar kesehatan, misalnya
perindustrian, pertanian, sosial, komunikasi dan informasi, agama, pendidikan dan budaya. Membuat Perencanaan
Keterlibatan institusi internasional dan perserikatan bangsa-bangsa, lembaga donor, dan pihak swasta Kesehatan Sebelum dan Selama Kehamilan
sangat diperlukan dalam upaya pencegahan kelainan bawaan.

Upaya Pengobatan
Dalam melakukan tatalaksana kelainan bawaan tersebut diperlukan kerjasama yang mantap antar-
1 2
disiplin ilmu terkait. Banyak jenis kelainan bawaan secara struktur organ dapat diperbaiki dengan cara
Perencanaan Kehamilan Hindari Pajanan Berbahaya
operasi/bedah pediatrik. Untuk kelainan bawaan secara fungsi organ seperti Thalassemia, kelainan sel
sabit, dan Hipotiroid sudah bisa dilakukan pengobatan sejak dini. Namun di negara berkembang,
kedua jenis terapi tersebut tidak selalu mudah dilakukan karena berbagai kendala. Demikian juga Tidak merokok
Jagalah kesehatan
halnya dengan perawatan kelainan bawaan di berbagai tingkat pelayanan. Peran orangtua dan sebelum hamil
keluarga dalam perawatan bayi dengan kelainan bawaan sangat besar. Perawatan khusus, termasuk
Tidak mengkonsumsi
upaya rehabilitatif, mungkin diperlukan dalam jangka waktu panjang, bahkan mungkin seumur hidup. alkohol
Konsumsi TTD
yang mengandung Berhati-hatilah dengan
Sumber : 400 mikrogram pajanan berbahaya
asam folat setiap hari di lingkungan kerja
dan di rumah
March of Dimes. 2006. Global Report On Birth Defects. New York: White Plains
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2015.
Pedoman Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis Rumah Sakit (Hospital - Based). Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
WHO. 2016. Fact Sheet : Congenital Anomalies.

3 4
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs370/en/ (akses 12 Maret 2018)
CDC. 2017. Facts about Birth Defects. https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/facts.html
(akses 12 Maret 2018)
WHO. 2018. World Birth Defects Day. http://www.who.int/life-course/news/events/world-birth-
Menerapkan Pola Hidup Sehat Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan
defects-day-2018/en/ (akses 12 Maret 2018)
WHO. Congenital Anomalies. http://www.who.int/topics/congenital_anomalies/en/ (akses 12 Diet gizi seimbang,
Maret 2018) dengan menyertakan
konsumsi buah, sayuran, Periksa kesehatan
March of Dimes. Birth Defects and Other Health Conditions. kacang-kacangan, secara rutin
https://www.marchofdimes.org/complications/birth-defects-and-health-conditions.aspx (akses susu dan protein rendah lemak.
12 Maret 2018) Diskusikan semua obat,
Lakukan aktivitas sik
http://www.worldbirthdefectsday.org/ (akses 12 Maret 2018) baik obat dengan resep
maupun obat bebas
Laporan Surveilans Kelainan Bawaan periode September 2014 – Maret 2018 Menjaga kondisi
http://www.icd10data.com/ICD10CM/Codes/Q00-Q99 (akses 16 April 2018) kesehatan tertentu seperti Bicarakan tentang
menjaga kadar gula bagi riwayat kesehatan keluarga
penderita diabetes

Sumber : https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/prevention.html

TIM REDAKSI :
Penanggung Jawab : Didik Budijanto Kontributor : Balitbangkes
Redaktur : Rudy Kurniawan 1. M. Karyana
Penyunting : Nuning Kurniasih 2. Retna Mustika Indah
Penulis : Eka Satriani Sakti Dit. Kesehatan Keluarga
9 Desainer Grafis/Layouter : Dian Mulya 1. Nida Rohmawati
2. Maria Sondang MS

Anda mungkin juga menyukai