Anda di halaman 1dari 13

KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HADIS AHKAM

(Studi Kritis pada Sanad dan Matan Hadis)

Saidah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare
Email : saidah-stainpare@yahoo.co.id

Abstract: The issue of corruption can’t be eradicated optimally in a Muslim -majority country where
the issue is poorly understood and realized the danger, according to some traditions as a source of Islamic
law. Therefore, this article seeks to examine critically the prohibition of corruption according to law
tradition. With reference to the hadith of corruption could serve as the basis of law (hujjah) as having a
legitimate level of quality both in terms of sanad and matan tradition. Either textually or contextually,
fill in the content of the hadith narrated by Imam al-Darimiy core of the prohibition to perform acts of
corruption, abuse of authority or mandate either squandered that trust comes from a particular person
or government agencies .

Abstrak: Persoalan korupsi tidak dapat diberantas secara optimal pada sebuah negara yang
berpenduduk mayoritas Islam apabila persoalan ini kurang dipahami dan disadari bahayanya
menurut beberapa hadis sebagai sumber hukum Islam. Oleh karena itu, tulisan ini berupaya
menelaah secara kritis larangan korupsi menurut hadis ahkam. Dengan mengacu pada hadis
tentang larangan korupsi dapat dijadikan sebagai landasan hukum (hujjah) karena memiliki
tingkat kualitas yang sahih baik dari segi sanad maupun matan hadis. Baik secara tekstual
maupun secara kontekstual, isi kandungan hadis yang di riwayatkan oleh Imam al-Darimiy
berintikan  adanya larangan untuk melakukan tindakan korupsi, menyalahgunakan wewenang
atau menyia-nyiakan amanah baik amanah itu berasal dari person tertentu maupun lembaga
pemerintahan.

Kata Kunci : Korupsi, Hadis Hukum, Kualitas Hadis

I. PENDAHULUAN
‫واتقـوا اهلل إن اهلل شـديد العقاب‬
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam disepakati bahwa hadis Terjemahnya:
“Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terima­
Rasulullah saw. berupa ucapan, perbuatan atau
lah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka
ketetapan Rasulullah saw. merupakan sumber
tinggalkanlah; dan bertakwa-lah kepada Allah,
kedua setelah Al-Qur’an.1 Dengan kata lain
sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”.3
bahwa Al-Qur’an merupakan sumber ajaran
Islam yang pertama, sedangkan hadis Nabi saw.
Berdasarkan petunjuk ayat tersebut jelaslah
merupakan sumber ajaran Islam yang kedua2.
bahwa untuk mengetahui petunjuk hukum yang
Hal ini dijelaskan dalam Q.S. al-Hasyr : 7.
benar dalam ajaran Islam, di samping harus
berpegang teguh pada Al-Qur’an juga harus kem­
‫وماآتاكم الرسـول فخـذوه وما هناكم عـنه فانتهـوا‬ bali pada hadis Nabi Saw. Dalam hal ini Nabi 
saw. sendiri telah menginformasikan kepada
76 Jurnal Hukum Diktum, Volume 13, Nomor 1, Januari 2015 75 - 87

umatnya bahwa di samping Al-Qur’an masih terutama yang berhubungan dengan masalah
terdapat satu pedoman yang sejenis dengan Al- korupsi7 tidak menutup kemungkinan akan
Qur’an, yakni al-Hadis. Sebagaimana sabdanya menghasilkan pernyataan kualitas hadis yang
mengatakan: bervariatif. Apakah hadis–hadis yang dijadikan
sebagai landasan hukum  tersebut berkualitas
‫أالوإين أوتيت القرآن ومثله (رواه أبو داود وأمحد‬ sahih, hasan ataupun da’if. Oleh karena itu
untuk menggunakan kapasitas sebuah hadis
4
)‫والرتمذي‬ dalam kualifikasi sahih, hasan atau da’if, tidak
Artinya: bisa tidak kecuali harus melakukan verifikasi
“Ketahuilah, sungguh aku telah diberi Al-Qur’an melalui penelitian, baik terhadap sanad maupun
dan yang menyamainya”. (HR. Abu Dawud, terhadap matan hadis. Dimana proses ini
Ahmad, dan Turmuziy). merupakan upaya untuk memastikan paling
tidak menduga secara kuat bahwa hadis-hadis
Jadi tidak diragukan lagi bahwa yang dimaksud benar-benar berasal dari Nabi saw.
dimaksud dengan “menyamai” atau semisal Al- sehingga secara otentik bisa menjadi hujjah
Qur’an dalam matan hadis di atas adalah hadis bagi penetapan hukum dalam Islam sekaligus
Nabi saw. Mengingat peran hadis yang begitu dapat dipertanggung jawabkan keabsahan atau
penting sebagai sumber hukum Islam setelah validitasnya.
Al-Qur’an, mengharuskan adanya penelitian
yang mendalam sebagai upaya menjaga kualitas B. Rumusan Masalah
kemurnian, keotentikan dan kesahihannya. Berdasarkan latar belakang yang
Sehingga secara legal hadis-hadis yang telah dikemukakan tersebut, maka masalah pokok
terseleksi keotentikannya dapat dipertanggung yang diangkat dalam tulisan ini adalah
jawabkan sebagai hujjah dalam menetapkan bagaimana hakikat dan substansi korupsi itu.
suatu hukum. Langkah penelitian terhadap Masalah pokok tersebut dijabarkan dalam
kualitas hadis menjadi sangat penting, mengingat beberapa sub masalah yaitu:
bahwa latar belakang sejarah penghimpunan 1. Bagaimana tingkat akurasi hadis-hadis
hadis baru terjadi pada akhir tahun 100 H. (awal yang menguraikan tentang korupsi?
akhir abad ke II H.), atas perintah Khalifah Umar 2. Bagaimana pemahaman tekstual dan
Ibn ‘Abd al-Azis yang memerintah sekitar tahun kontekstual hadis korupsi?
717-720 M.5 3. Bagaimana bentuk hukuman bagi para
Dengan melihat jauhnya jarak antara koruptor?
masa kehidupan Nabi saw. dengan masa
perhimpunan hadis-hadis tersebut, tidak
II. PEMBAHASAN
menutup kemungkinan terjadi berbagai
manipulasi, pemalsuan, dan penyimpangan A. Pembahasan Sanad dan Matan Hadis
terhadap matan hadis dan sebagainya. Sehingga tentang Korupsi
menyebabkan kualitas hadis menjadi berbagai 1. Takhrij al-Hadis
macam bentuknya, ada yang dianggap sahih, Kata takhrij sering diartikan sebagai: al-
hasan maupun da’if. Perlu dijelaskan di sini bahwa Istimbat (mengeluarkan dari sumbernya), al-
terjadinya kualitas hadis hasan merupakan Tadrib (latihan atau pembiasaan) dan al-Tawjih
pecahan dari kualitas hadis da’if yang di (pengarah-an).8 Dari penelusuran makna
pergunakan sebelum masanya al-Turmuziy.6 etimologi dari kata takhrij tersebut, maka
Dengan demikian adanya usaha penelitian Mahmud al-Thahhan merumuskan definisi
penelusuran terhadap hadis-hadis yang takhrij itu dengan mengatakan:
dipergunakan untuk menetapkan hukum,
Saidah, Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis) 77

disusun oleh Arnold John Wensinck (w.1939 M.)


‫التخريج هو الداللة على موضوع احلديث ىف‬ dan J.P. Mensing.
‫مصادره األصلية اليت أخرجته بأسانيده مث بيان‬ Jika ditempuh melalui metode lafadz dari
ber­ bagai riwayat yang terkait dengan matan
. ‫مرتبته عند احلاجة‬ hadis tentang korupsi ditemukan di dalamnya
bebe­ rapa kata kunci, seperti :  – ‫ا ستعمل عامال‬
Artinya:
“Al-Takhrij adalah petunjuk jalan ke tempat letak
  ‫غـــــل‬,  sedangkan jika di tempuh dengan metode
hadis pada sumber-sumber yang orisinil takhrijnya tematik, maka berbagai riwayat hadis yang dicari
berikut sanadnya kemudian dijelaskan martabat ditemukan pada topik :  ‫استعمل عا مال ( على الصدقة‬
hadis itu jika diperlukan” ‫ ) – با ب فى العامل اذا اصا ب فى عمله شيــــــــــا‬,12 dan
setelah  ditelusuri ternyata data yang diper­
Dari definisi terminologi tersebut dapat di­ oleh menunjukkan bahwa hadis–hadis tentang
tarik sebuah makna bahwa takhrij adalah pene­ larang­ an melakukan tindakan korupsi dimuat
lusuran atau pencarian hadis pada berbagai dalam beberapa kitab hadis. Adapun kitab hadis
kitab hadis sebagai sumber asli dari hadis, dimaksud berikut jumlah periwayatnya, masing-
yang di dalamnya dikemukakan secara lengkap masing terdapat pada :
matan dan sanad hadis yang bersangkutan. 1) Muslim dalam Shahih-nya dalam kitab al-
Untuk kepentingan penelitian, maka akan dijelas­ Imarah, bab Tahrim Hadaya al-‘Ummal.
kan hingga kualitas hadis yang dijadikan obyek 2) Abu Dawud dalam Sunan-nya dalam kitab
penelitian. al-Aqdhiyah, bab Fi Hadaya al-‘Ummal.
Dari pengertian ini dapat dipahami juga 3) al-Bukhariy dalam Shahih-nya dalam kitab
bahwa kegiatan takhrij al-hadis diartikulasikan al-Aiman wa al-Nuzur, bab III.
dalam dua hal yaitu; Pertama, usaha untuk me­ 4) al-Darimiy dalam Sunan-nya, memuat dua
nemukan suatu hadis dari sumber aslinya dengan riwayat, yaitu terdapat dalam kitab “al-
mengeluarkan matan dan sanadnya. Kedua, Zakat” bab 30, dan dalam kitab “al-Sair” bab
usaha untuk mencari penilaian kualitas suatu 52.
hadis ketika diperlukan apakah suatu hadis itu
shahih atau daif atau bukan sama sekali dari Dengan demikian hadis-hadis tentang
hadis Rasulullah saw. dan lain sebagainya9. larang­an melakukan tindakan korupsi yang ber­
Adapun metode takhrij al-hadis  yang diper­ hasil dikumpulkan sesuai petunjuk kedua kamus
gunakan dalam menelusuri  hadis-hadis tentang hadis (al-Mu’jam dan Miftah) tersebut di atas
korupsi adalah terdapat dua macam metode, hanya ditemukan sekitar 5 riwayat dalam 4 kitab
yakni : (1) Metode takhrij melalui lafadz-lafadz hadis. Meskipun demikian, tulisan ini hanya
yang terdapat dalam hadis  (takhrij al-hadis bi al- mengkaji kualitas hadis yang diriwayatkan oleh
alfaz), yaitu adanya upaya pencarian hadis pada Imam al-Darimiy.
kitab-kitab hadis dengan cara menulusuri matan
2. Susunan Sanad dan Matan Hadis dalam HR.
hadis yang bersangkutan.10 (2) Metode takhrij
al-Darimiy Tentang Larangan Korupsi
melalui tema hadis (tematik) atau takhrij al-hadis
Hadis Riwayat Imam al-Darimiy Dalam Kitab
bi al-mawdu’, yakni upaya pencarian hadis pada
al-Zakat dan Kitab al-Sair:
kitab-kitab hadis berdasarkan topik masalah yang
dibahas dalam sejumlah matan hadis.11
Untuk penggunaan metode yang pertama, ، ‫أخربنا احلكم بن نافع أخربنا شعيب عن الزهري‬
penulis merujuk pada kamus hadis al-Mu’jam al- ‫أخربىن عروة ابن الزبري عن أىب محيد الساعدى‬
Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawiy dan untuk
metode yang kedua penulis merujuk kepada ‫أنه أخربه أن النىب صلى اهلل عليه وسلم استعمل‬
kitab: Miftah Kunuz al-Sunnah, yang keduanya
78 Jurnal Hukum Diktum, Volume 13, Nomor 1, Januari 2015 75 - 87

datang lalu berkata, ini hasil untuk kamu dan ini


‫عامال على الصدقة فجاءه العامل حني فرغ من‬ aku diberi hadiah, mengapa ia tidak duduk-duduk
‫عمله فقال يا رسول اهلل هذا الذى لكم وهذا‬ saja di rumah bapak atau ibunya untuk mengetahui
apakah diberi hadiah atau tidak. Demi Allah yang
‫أهدي ىل فقال النىب صلى اهلل عليه وسلم فهال‬ jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya.
Tiada seorang yang menyembunyikan sesuatu
‫قعـدت ىف بيت أبيك وأمك فنظرت أ يهدى لك‬ untuk diambil hasilnya (korupsi), melainkan ia
akan menghadap di hari kiamat nanti memikul
‫أم ال مث قال النىب صلى اهلل عليه وسلم عشية‬ di atas lehernya, jika berupa onta akan bersuara,
‫بعد الصالة على املنرب فتشهد فحمد اهلل وأثىن‬ jika berupa lembu akan menguak dan jika berupa
kambing akan mengembik. Maka sungguh aku telah
‫ فما بال العامل‬-‫عليه مبا هو أهله مث قال أما بعد‬ menyampaikan; Abu Humaid berkata: Kemudian
Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya,
‫نستعمله فيأتينا فيقول هذا من عملكم وهذا‬ hingga aku dapat melihat putih kedua ketiaknya.”
‫أهدي ىل فهال قعد ىف بيت أبيه وأمه فينظر أ‬ Berkata pula Abu Humaid, sungguh hadis
‫ والذى نفس حممد بيده ال يغل‬، ‫أم ال‬ ‫يهدى له‬ itu aku telah mendengarnya bersama Zaid ibn
Sabit dari Nabi Saw.
‫أحدكم منها شيئا إال جاء به يوم القيامة حيمله‬
‫ وإن‬،‫ إن كان بعريا جاء به له رغاء‬، ‫على عنقه‬ ‫أخربنا أبواليمان احلكم بن نا فع حدثنا شعيب‬
‫ وإن كانت شاة‬، ‫كانت بقرة جاء هبا هلا خوار‬ ‫عن الزهري حدثىن عروة بن الزبري عن أيب محيد‬
‫ قال أبو محيد مث رفع‬، ‫تيعر فقد بلغت‬ ‫ هبا‬ ‫جاء‬ ‫األنصارى مث الساعدى أنه أخربه أن النيب صلى‬
‫النىب صلى اهلل عليه وسلم يديه حىت لننظر إىل‬ ‫اهلل عليه وسلم استعمل عامال على الصدقة‬
‫عفرة إبطيه قا ل أبو محيد وقد مسع ذالك معى‬ ‫فجاءه العامل حني فرغ من عمله فقال يا رسول‬
‫من رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم ز يد بن‬ ‫اهلل هذا الذى لكم و أهدي ىل فقال النىب صلى‬
‫ثابت فسلوه‬
31 ‫اهلل عليه وسلم فهال قعد ت ىف بيت أبيك وأمك‬
Artinya: ‫فنظرت أ يهدى لك أم ال مث قام النىب صلى‬
“Al-Hakam bin Nafi’ memberitahukan kepada
kami, Syuaib memberitahukan kepada kami dari
‫اهلل عليه وسلم عشية بعد الصالة على املنرب‬
al-Zuhry, Urwah bin al-Zubair memberitahukan ‫فتشهد و أثىن على اهلل مبا هو أهله مث قال أما‬
kepada kami dari Abi Humaid al-Saidiy, dia telah
memberitakannya, sesungguhnya Rasulullah Saw. ‫ ما بال العامل نستعمله فيأتينا فيقول هذا‬ ‫بعد‬
mengangkat seorang amil (pegawai) untuk mene­
rima sedekah/zakat. Kemudian setelah selesai dari ‫ فهال قعد ىف بيت‬ ‫من عملكم وهذا أهدي ىل‬
pekerjaannya dia datang kepada Rasulullah Saw. ‫ و الذى‬، ‫أبيه وأمه فينظر هل يهدى له أم ال‬
dan berkata: Ini untukmu dan yang ini hadiah
yang diberikan orang kepadaku. Maka Rasulullah ‫نفسى بيده ال يغل أحدكم منها شيئا إال جاء به‬
Saw. bersabda kepadanya: Mengapakah anda
tidak duduk saja di rumah bapak atau ibumu ‫يوم القيامة حيمله على عنقه إن كان بعريا جاء‬
untuk melihat apakah diberi hadiah atau tidak.
Kemudian sesudah shalat Rasulullah Saw. berdiri
‫به له رغاء وإن كانت بقرة جاء هبا هلا خوار وإن‬
setelah tasyahud dan memuji Allah selayaknya lalu ‫كانت شاة جاء هبا تيعر فقد بلغت قال أبو‬
bersabda: Amma ba’du, mengapakah seorang ‘amil
yang diserahi mengurus pekerjaannya, kemudian ia ‫محيد مث رفع رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬
Saidah, Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis) 79

Untuk mempermudah proses kegiatan pe­


‫يديه حىت أنا لننظر إىل عفرة إبطيه قال أبو محيد‬ ninjauan terhadap sanad-sanad hadis tentang
‫وقد مسع ذاك معى من النىب صلى اهلل عليه وسلم‬ larangan korupsi dari HR al-Darimiy maka
dapat dipahami bahwa seluruh sanad (nama pe­
41
.‫زيد بن ثا بت فسلو ه‬ riwayat) dan lafal-lafal penerima riwayat (sigat
al-Tahammul), seperti lafal: Haddasaniy, haddasana
Artinya;
“Abu al-Yaman Al-Hakam bin Nafi’ memberi­
(sana), akhbaraniy, akhbarana (ana), ‘an, dan anna,
tahukan kepada kami, Syuaib memberitahukan adalah tanda penghubung antara periwayat
kepada kami dari al-Zuhry, Urwah bin al-Zubair yang satu dengan periwayat yang lain . Dalam
memberitahukan kepada kami dari Abi Humaid al- sanad hadis tersebut tampak adanya seorang
Anshary kemudian al-Saidiy, dia telah memberita­ sahabat yang berfungsi sebagai periwayat
kan, sesungguhnya Rasulullah Saw. mengangkat tingkat pertama, yakni Abu Humaid al-Sa’idiy.
seorang amil (pegawai) untuk menertima sedekah/ Pada tingkat kedua, ketiga, keempat dan pada
zakat. Kemudian setelah selesai dari pekerjaannya tingkat ke lima masing-masing terdapat satu
dia datang kepada Rasulullah Saw. dan berkata: orang periwayat. Itu berarti apabila dilihat dari
Ini untukmu dan yang ini hadiah yang diberikan segi banyak dan sedikitnya sanad atau rawiy,
orang kepadaku. Maka Rasulullah Saw. bersabda hadis tentang larangan korupsi adalah termasuk
kepadanya: Mengapakah anda tidak duduk saja di
klasi­fikasi hadis ahad. 15 Akan tetapi hadis ini ter­
rumah bapak atau ibumu untuk melihat apakah
masuk dalam katagori hadis ahad yang garib.61
diberi hadiah atau tidak. Kemudian sesudah shalat
Kegariban ini sesungguhnya hanya terletak pada
Rasulullah Saw. berdiri setelah tasyahud dan me­
muji Allah selayaknya lalu bersabda: Amma ba’du,
sanad (rawi) saja, bukan terletak pada matan
mengapakah seorang ‘amil yang diserahi mengurus hadis, sebab tidak ditemukan adanya lafal yang
pekerjaannya, kemudian ia datang lalu berkata, sulit atau tidak populer atau tidak dimuat
ini hasil untuk kamu dan ini aku diberi hadiah, dalam sanad-sanad yang lain. Dan yang dimak­
mengapa ia tidak duduk-duduk saja di rumah sudkan dengan penyendirian (ifrad) rawi di sini
bapak atau ibunya untuk mengetahui apakah ialah karena tidak adanya orang lain yang me­
diberi hadiah atau tidak. Demi Allah yang jiwa riwayatkan selain rawiy itu sendiri, di mana
Muhammad berada dalam genggaman-Nya. penyendirian itu dapat terjadi pada tingkat
Tiada seorang yang menyembunyi-kan sesuatu tabi’iy, tabi’it tabi’iy atau dapat juga terjadi pada
untuk diambil hasilnya (korupsi), melainkan ia seluruh rawi-rawi pada tiap-tiap tabaqat, kecuali
akan menghadap di hari kiamat nanti memikul pada tingkat sahabat.
di atas lehernya, jika berupa onta akan bersuara,
a. Studi Kritik Sanad
jika berupa lembu akan menguak dan jika berupa
Sanad yang tampak pada hadis dari HR
kambing akan mengembik. Maka sungguh aku
Imam al-Darimiy, apabila dicermati secara
telah menyampaikan; Abu Humaid berkata:
Kemudian Rasulullah Saw. mengangkat kedua
seksama maka seluruh nama-nama yang
tangannya, hingga aku dapat melihat putih kedua temaktub dalam rentetan sanad memiliki
ketiaknya.” integritas pribadi yang terpuji, tidak me­
ngandung syaz dan ‘illat (mengandung ke­
B. Kualitas Hadis tentang Larangan Korupsi janggalan dan kecacatan), karena seluruh
1. Studi Kritik Sanad dan Matan periwayatnya dapat diandalkan kejujuran
Dalam bab ini, penelitian sanad dilakukan dan kekuatan hafalannya (siqat) kemudian
terhadap hadis yang berasal dari periwayat sanad satu dengan yang lain pun bersam­
terakhir (Mukharrij al-Hadis) dari jalur Imam al- bungan (muttasil). Dengan demikian dapat
Darimiy bersama periwayat-periwayat di atas­ di simpulkan bahwa hadis riwayat al-
nya seperti : Abu al-Yaman, Syu’aib, al-Zuhriy, Darimiy yang tengah di teliti saat iniadalah
‘Urwah dan Abu Humaid al-Saidiy. telah memenuhi syarat-syarat sebagai sanad
80 Jurnal Hukum Diktum, Volume 13, Nomor 1, Januari 2015 75 - 87

hadis yang memiliki kualitas ”Sahih”. C. Pemahaman Secara Tekstual dan Secara
b. Studi Kritik Matan Kontekstual
Suatu hadis barulah dapat dinyatakan ber­ 1. Pemahaman Secara Tekstual
kualitas sahih, apabila sanad dan matan hadis Secara tekstual terdapat beberapa kata kunci
tersebut sama-sama berkualitas sahih.17 Jadi (key word) dalam matan hadis yang dijadikan
hadis yang sanadnya sahih tetapi matannya obyek penelitian yaitu kata;‫ غــل‬  ‫ غلوال‬-‫ يغل‬-  .
tidak sahih (da’if) atau sebaliknya, yakni Kata ghululan (ً‫ ) ُغ ُلوال‬dalam lafadz Muslim, atau
sanadnya da’if, tetapi matannya sahih, maka ghullun (‫ُل‬ ٌّ ‫ )غ‬dalam lafadz Abu Dawud, keduanya
hadis yang demikian tidak dapat di nyatakan dengan huruf ghain berharakat dhammah. Ini
sebagai hadis sahih. mengandung beberapa pengertian, di antaranya
bermakna belenggu besi, atau berasal dari kata
Untuk mengetahui bahwa suatu matan hadis kerja ghalla (‫َل‬ َّ ‫ )غ‬yang berarti melenceng dari
itu berkualitas sahih, minimal matan ter­sebut kebenaran )‫ (حاد عن الصواب‬dan berkhianat )‫(خان‬.20
harus memenuhi empat macam tolok ukur, di Ibnul Atsir menerangkan, kata al-ghulul (‫ول‬ ُ ‫)الْ ُغ ُل‬,
antaranya: 1) Tidak bertentangan dengan Al- pada asalnya bermakna khianat dalam urusan
Qur’an. 2) Tidak bertentangan dengan hadis harta rampasan perang, atau mencuri sesuatu
mutawwatir. 3) Tidak bertentangan dengan dari harta rampasan perang sebelum dibagi­
ijma’ ‘Ulama, dan 4) Tidak bertentangan dengan kan.21 Kemudian, kata ini digunakan untuk setiap
logika yang sejahtera.18 Musthafa al-Siba’iy me­ per­ buatan khianat dalam suatu urusan secara
nambahkan bahwa suatu matan hadis dapat di­ sembunyi-sembunyi.
nilai berkualitas palsu (tidak berasal dari rasul), Jadi orang yang diserahi tanggung jawab
apabila matan hadis tersebut: 1) Memiliki susunan atau amanah untuk melaksanakan tugas, te­
gramatika sangat jelek. 2) Maknanya sangat tapi berkesan menyembunyikan sesuatu untuk
ber­tentangan dengan rasio. 3) Menyalahi Al- diambil hasilnya atau berkhianat dalam arti po­
Qur’an yang tegas maksudnya. 4) Menyalahi ke­ puler terindikasi melakukan korupsi. Dengan
benaran sejarah yang telah terkenal di zaman demikian, Rasulullah saw. dengan tegas me­
Nabi. 5) Bersesuaian dengan pendapat orang nyatakan larangan untuk menyalah gunakan
yang meriwayatkannya, sedang orang tersebut wewenang yang diamanahkan hingga dinyata­
terkenal sangat fanatik terhadap mazhabnya. 6) kan dua kali dengan menggunakan kata “isim
Mengandung suatu perkara yang seharusnya istifham” (kata untuk bertanya) seperti kata-kata
diberitakan oleh orang banyak, tetapi ternyata : ‫ فهال‬  -   ‫ا فال‬  , yang menurut pakar Ushul Fiqh
hanya diriwayatkan oleh seorang saja. 7) Mengan­ mempunyai arti “ al-Nahy” atau larangan
dung berita tentang pemberian pahala yang besar yang bersifat “al-Taubikh” (cercaan atau tegur­
untuk perbuatan yang kecil, atau ancaman siksa an).22 Larangan tersebut terlihat pada sikap ke­
yang berat terhadap suatu perbuatan yang tidak tidakrelaan Nabi ketika menerima laporan dari
berarti.19 seorang pegawai yang menerima hadiah ketika
Berdasarkan kriteria kesahihan matan yang ia sedang menjalankan tugasnya.
dijadikan tolok ukur sebagaimana kriteria-krite­ Rasulullah saw. menyampaikan peringatan
ria tersebut di atas, maka dapat disimpulkan atau ancaman kepada orang yang ditugaskan
bahwa matan hadis tentang larangan menerima untuk menangani suatu pekerjaan (urusan), lalu
hadiah bagi para pejabat yang diriwayatkan oleh ia mengambil sesuatu dari hasil pekerjaannya
Imam al-Darimiy adalah matan hadis yang tidak tersebut secara diam-diam tanpa seizin pimpin­
bertentangan sama sekali dengan tolok ukur an atau orang yang menugaskannya, di luar
kesahihan matan hadis dan dapat dikategori­ hak yang telah ditetapkan untuknya, meskipun
kan sebagai matan hadis yang berkualitas sahih hanya sebatang jarum. Maka, apa yang dia ambil
(benar-benar berasal dari Nabi Saw.). dengan cara tidak benar tersebut akan menjadi
Saidah, Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis) 81

belenggu, yang akan dia pikul pada hari Kiamat. bahan di luar imbalan (upah) yang telah di­
Yang dia lakukan ini merupakan khianat tetapkan oleh orang yang menugaskannya, dan
(korupsi) terhadap amanah yang diembannya. apa yang diambilnya di luar itu adalah ghulul
Dia akan dimintai pertanggungjawabnya nanti (korupsi).24
pada hari Kiamat. Dalam hadits yang telah diuraikan di atas,
Ketika kata-kata ancaman tersebut didengar Rasulullah saw. menyampaikan secara global
oleh salah seorang dari kaum Anshar, yang orang bentuk pekerjaan atau tugas yang dimaksud.
ini merupakan satu di antara para petugas yang Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
ditunjuk oleh Rasulullah saw., serta merta dia pe­luang melakukan korupsi (ghulul) itu ada
merasa takut. Dia meminta kepada Rasulullah dalam setiap pekerjaan dan tugas, terutama pe­
saw. untuk melepaskan jabatannya. Maka Nabi kerjaan dan tugas yang menghasilkan harta atau
menjelaskan, agar setiap orang yang diberi tugas yang berurusan dengannya. Misalnya, tugas
dengan suatu pekerjaan, hendaknya mem­bawa untuk mengumpulkan zakat harta, yang bisa
hasil dari pekerjaannya secara keseluruhan, se­ jadi bila petugas tersebut tidak jujur, dia dapat
dikit maupun banyak kepada beliau. Kemudian menyembunyikan sebagian yang telah dikum­
mengenai pembagiannya, akan dilakukan sendiri pulkan dari harta zakat tersebut, dan tidak me­
oleh Rasulullah saw. Jadi, apa yang diberikan, nyerahkan kepada pimpinan yang menugas­kan­
berarti boleh mereka ambil. Sedangkan yang nya.
ditahan oleh beliau, maka mereka tidak boleh Terjadinya tindakan korupsi bukan hanya
mengambilnya. pada kalangan yang berpendapatan rendah atau
Dengan demikian, secara tekstual hukum arang miskin karena kenyataan empiris me­
bagi orang yang menyalahguna-kan wewenang nunjukkan bahwa banyak kasus-kasus korupsi
atau jabatannya atau terindikasi melakukan ko­ justru dilakukan pula oleh orang-orang yang
rupsi menurut hadis Imam al-Darimiy adalah secara ekonomis tidak kekuranga. Ini berarti
tidak boleh atau haram. bahwa bukan kemiskinan dan kefakiran yang
menjerumuskan orang kepada perbuatan nista,
2. Pemahaman Secara Kontekstual namun kerakusan merupakan faktor yang sangat
Secara kontekstual, hadits di atas intinya menentukan.25 Kerakusan bisa saja hinggap
berisi larangan berbuat ghulul (korupsi), yaitu pada si miskin dan si kaya. Karena itu kita harus
mengambil harta di luar hak yang telah ditetap­ melihat semangat tertentu dalam memahami doa
kan, tanpa seizin pimpinan atau orang yang me­ yang berbunyi:
nugaskan-nya. Seperti ditegaskan dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Buraidah ra., bahwa
Rasulullah saw. bersabda :
‫اللهم أحيين مسكينا وأمتين مسكينا واحشرين ىف‬
. ‫زمرة املساكني‬
‫َما أَ َخ َذ‬
َ ‫( َم ِن ْاسَتـ ْع َم ْلنَا ُه َعلَى َع َم ٍل َفـ َرَزْقـنَا ُه ِرْزقاً ف‬ Kata miskin dalam hadis ini seyogyanya di­
23
)‫َبـ ْع َد َذلِ َك َفـ ُه َو ُغلُو ٌل‬ maknai dengan “tidak rakus”.
Artinya:
“Barangsiapa yang kami tugaskan dengan suatu
D. Pintu-Pintu Korupsi
pekerjaan, lalu kami tetapkan imbalan (gaji) untuk­ Peluang melakukan korupsi ada di setiap
nya, maka apa yang dia ambil di luar itu adalah tempat, pekerjaan ataupun tugas, terutama yang
harta ghulul (korupsi)”. diistilahkan dengan tempat-tempat “basah”.
Untuk itu, setiap muslim harus selalu berhati-
Imam Asy-Syaukani menjelaskan bahwa hati, manakala mendapatkan tugas-tugas. Berikut
di dalam hadits ini terdapat dalil tidak halalnya adalah di antara pintu-pintu korupsi.
(haram) bagi pekerja (petugas) mengambil tam­
82 Jurnal Hukum Diktum, Volume 13, Nomor 1, Januari 2015 75 - 87

1. Saat pengumpulan harta rampasan perang, kaumnya): “Sesungguhnya di antara kalian ada
sebelum harta tersebut dibagikan. Nabi saw. (yang berbuat) ghulul (mengambil harta rampasan
menceritakan : perang secara diam-diam). Maka, hendaklah ada
satu orang dari setiap kabilah bersumpah (berbai’at)
‫ال لِ َق ْوِم ِه َل َيـتَْبـ ْع ِن َرُج ٌل‬ َ ‫ب ِم ْن الَْنْبِيَا ِء َفـ َق‬ ٌّ َِ‫َغ َزا ن‬ kepadaku,” kemudian ada tangan seseorang me­
nempel ke tangannya (berbai’at kepada nabi itu),
‫ب‬ِ ْ ‫ن ِبَا َولَ َّما َيـ‬ َِ ْ‫َك بُ ْض َع ا ْم َرأٍَة َوُه َو يُرِي ُد أَ ْن َيـب‬ َ ‫َمل‬ lalu ia (nabi itu) berkata,”Di antara kalian ada
(yang berbuat) ghulul, maka hendaknya kabilah­
‫ِبَا َوَل أَ َح ٌد َبـ َن ُبـيُوتًا َوَْل َيـ ْرفَ ْع ُس ُقوَفـ َها َوَل أَ َح ٌد‬ mu bersumpah (berbai’at) kepadaku,” kemudian
‫ات َوُه َو َيـنْتَ ِظ ُر وَِل َد َها َفـ َغ َزا‬ ٍ ‫ْاشَتـ َرى َغنَ ًما أَ ْو َخلِ َف‬ ada tangan dari dua atau tiga orang menempel
ke tangannya (berbai’at kepada nabi itu), lalu ia
‫فَ َدنَا ِم ْن الْ َق ْريَ ِة َص َل َة الْ َع ْص ِر أَ ْو قَرِيبًا ِم ْن َذلِ َك‬ (nabi itu) berkata,”Di antara kalian ada (yang
berbuat) ghulul,” maka mereka datang mem­
‫ور اللَّ ُه َّم‬ٌ ‫ورةٌ َوأَنَا َم ْأ ُم‬ َ ‫لش ْم ِس إِنَّ ِك َم ْأ ُم‬ َّ ِ‫ال ل‬ َ ‫َفـ َق‬ bawa emas sebesar kepala sapi, kemudian mereka

‫ِس ْت َح َّت َفـتَ َح اللَّ ُه َعلَيْ ِه‬ َ ‫َحب‬ُ ‫ِس َها َعلَْيـنَا ف‬ ْ ‫ْاحب‬
meletakkannya, lalu datanglah api dan melahap­
nya. Kemudian Allah menghalalkan harta rampas­
‫َّار لِتَْأ ُكلَ َها َفـل َْم‬
َ ‫َج َاء ْت َيـ ْع ِن الن‬ َ ‫َج َم َع الْ َغنَائِ َم ف‬ َ‫ف‬ an perang bagi kita (karena) Allah melihat kele­
mahan kita.”
‫ُول َفـلْيُبَايِ ْع ِن ِم ْن ُك ِّل‬ ً ‫يك ْم ُغل‬ ُ ِ‫ال إ َِّن ف‬ َ ‫تَ ْط َع ْم َها َفـ َق‬
‫يك ْم‬ ُ ِ‫ال ف‬ َ ‫َت يَ ُد َرُج ٍل بِيَ ِد ِه َفـ َق‬ ْ ‫قَبِيلَ ٍة َرُج ٌل َفـلَ ِزق‬
2. Ketika pengumpulan zakat maal (harta).
Seseorang yang diberi tugas mengum­pul­
‫َي أَ ْو‬ ِ ْ ‫َت يَ ُد َرُجل‬ ْ ‫ُول َفـلْيُبَايِ ْع ِن قَبِيلَتُ َك َفـلَ ِزق‬ ُ ‫الْ ُغل‬ kan zakat maal oleh seorang pemimpin
negeri, jika tidak jujur, sangat mungkin
‫َج ُاءوا ب َِرأْ ٍس ِمثْ ِل‬ َ ‫ُول ف‬ ُ ‫يك ْم الْ ُغل‬ُ ِ‫ال ف‬ َ ‫ثََلثَ ٍة بِيَ ِد ِه َفـ َق‬ ia mengambil sesuatu dari hasil (zakat
‫َّار‬
ُ ‫َج َاء ْت الن‬ َ ‫الذ َه ِب َفـ َو َض ُعوَها ف‬ َّ ‫َرأْ ِس َبـ َقرٍة ِم ْن‬ maal) yang telah dikumpulkannya, dan
َ tidak menyerahkannya kepada pemimpin
‫ ُثَّ أَ َح َّل اللَّ ُه لَنَا الْ َغنَائِ َم َرأَى َض ْع َفنَا‬،‫فَأَ َكلَْتـ َها‬ yang menugaskannya. Atau dia mengaku
62
‫َو َع ْج َزنَا فَأَ َحلَّ َها لَنَا‬ yang dia ambil adalah sesuatu yang di­
hadiahkan kepadanya. Peristiwa semacam
Artinya: ini pernah terjadi pada masa Rasulullah
“Ada seorang nabi berperang, lalu ia berkata kepada Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau
kaumnya: “Tidak boleh mengikutiku (berperang) memperingatkan dengan keras kepada pe­
seorang yang telah menikahi wanita, sementara ia tugas yang mendapat amanah mengum­
ingin menggaulinya, dan ia belum melakukannya; pulkan zakat maal tersebut dengan me­
tidak pula seseorang yang yang telah membangun ngatakan :
rumah, sementara ia belum memasang atapnya;
tidak pula seseorang yang telah membeli kambing
atau unta betina yang sedang bunting, sementara
‫ِيك َوأُِّم َك َفـنَ َظ ْر َت أَُيـ ْه َدى‬
َ ‫أَف ََل َقـ َع ْد َت ِف َبـيْ ِت أَب‬
ia menunggu peranakannya”. Lalu nabi itu pun ‫لَ َك أَ ْم َل‬
72

berperang dan ketika sudah dekat negeri (yang


Artinya:
akan diperangi) tiba atau hampir tiba shalat Ashar,
«Tidakkah kamu duduk saja di rumah bapak-ibumu,
ia berkata kepada matahari: “Sesungguhnya kamu
lalu lihatlah, apakah kamu akan diberi hadiah (oleh
diperintah, dan aku pun diperintah. Ya Allah,
orang lain) atau tidak?»
tahanlah matahari ini untuk kami,” maka ter­
tahanlah matahari itu hingga Allah membukakan
kemenangan bagi-nya. Lalu ia mengumpulkan Kemudian pada malam harinya selepas
harta rampasan perang. Kemudian datang api shalat Isya’ Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
untuk melahapnya, tetapi api tersebut tidak dapat berceramah (untuk memperingatkan per­
melahapnya. Dia (nabi itu) pun berseru (kepada buatan ghulul kepada khalayak).
Saidah, Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis) 83

Di antara isi penjelasan beliau menga­ E. Bahaya Korupsi dan Hukuman bagi Para
takan : Koruptor.
Allah tidak melarang sesuatu melainkan di
‫(َفـ َوالَّ ِذي َنـ ْف ُس مَُ َّم ٍد بِيَ ِد ِه َل َيـ ُغ ُّل أَ َح ُدُك ْم ِمْنـ َها‬ balik itu terkandung keburukan dan mudharat

‫َشيْئًا إَِّل َج َاء بِ ِه َيـ ْوَم الْ ِقيَا َم ِة َْي ِملُ ُه َعلَى ُعنُ ِق ِه إ ِْن‬ (bahaya) bagi pelakunya. Begitu pula dengan
per­buatan korupsi (ghulul), tidak luput dari
‫َكا َن بَ ِعريًا َج َاء بِ ِه لَُه ُرغَا ٌء َوإ ِْن َكانَ ْت َبـ َق َرًة َج َاء‬ keburukan dan mudharat tersebut. Diantaranya
:
)‫ِبَا لََا ُخ َو ٌار َوإ ِْن َكانَ ْت َشا ًة َج َاء ِبَا َتـْيـ َع ُر‬ 1. Pelaku ghulul (korupsi) akan dibelenggu,
Artinya: atau ia akan membawa hasil korupsinya
“(Maka) Demi (Allah), yang jiwa Muhammad pada hari Kiamat, sebagaimana ditunjukkan
berada di tanganNya. Tidaklah seseorang dari dalam ayat ke-161 surat Ali Imran dan hadits
kalian mengambil (mengkorupsi) sesuatu daripada­ ‘Adiy bin ‘Amirah Radhiyallahu ‘anhu
nya (harta zakat), melainkan dia akan datang pada di atas. Dan dalam hadits Abu Humaid as
hari Kiamat membawanya di lehernya. Jika (yang Sa’idi ra, Rasulullah saw bersabda :
dia ambil) seekor unta, maka (unta itu) bersuara.
Jika (yang dia ambil) seekor sapi, maka (sapi itu ‫َوالَّ ِذي َنـ ْف ِسي بِيَ ِد ِه َل يَْأ ُخ ُذ أَ َح ٌد ِمنْ ُه َشيْئًا إَِّل‬
pun) bersuara. Atau jika (yang dia ambil) seekor
kambing, maka (kambing itu pun) mengembik …” ‫َج َاء بِ ِه َيـ ْوَم الْ ِقيَا َم ِة َْي ِملُ ُه َعلَى َرَقـبَتِ ِه إ ِْن َكا َن بَ ِعريًا‬
3. Hadiah untuk petugas, dengan tanpa ‫لَُه ُرغَا ٌء أَ ْو َبـ َق َرًة لََا ُخ َو ٌار أَ ْو َشا ًة َتـْيـ َع ُر‬
92

sepengetahuan dan izin pemimpin atau Artinya:


yang menugaskannya. Dalam hal ini, «Demi (Allah), yang jiwaku berada di tanganNya.
Rasulullah saw. pernah bersabda: Tidaklah seseorang mengambil sesuatu daripada­
nya (harta zakat), melainkan dia akan datang pada
28
‫ال ُغلُو ٌل‬
ِ ‫َه َدايَا الْ ُع َّم‬ hari Kiamat membawanya di lehernya. Jjika (yang
dia ambil) seekor unta, maka (unta itu) bersuara.
Artinya: Jika (yang dia ambil) seekor sapi, maka (sapi itu
“Hadiah untuk para petugas adalah ghulul”. pun) bersuara. Atau jika (yang dia ambil) seekor
kambing, maka (kambing itu pun) bersuara …”
4. Setiap tugas apapun, terutama yang ber­ 2. Perbuatan korupsi menjadi penyebab ke­hi­
urusan dengan harta, seperti seorang yang naan dan siksa api neraka pada hari Kiamat.
mendapat amanah memegang perben­da­ha­ Dalam hadits Ubadah bin ash Shamit bahwa
raan negara, penjaga baitul maal atau yang Rasulullah saw. bersabda:
lainnya, terdapat peluang bagi seseorang
yang berniat buruk untuk melakukan ghulul ‫ُول َع ٌار َعلَى أَ ْهلِ ِه َيـ ْوَم الْ ِقيَا َم ِة َو َشنَ ٌار‬ َّ ‫فَإ‬
َ ‫ِن الْ ُغل‬
(korupsi), padahal dia sudah memperoleh
upah yang telah ditetapkan untuknya. Telah
‫َونَ ٌار‬
disebutkan dalam hadits yang telah lalu, Artinya:
yaitu sabda Rasulullah saw., yang artinya : “…(karena) sesungguhnya ghulul (korupsi) itu
Barangsiapa yang kami tugaskan dengan adalah kehinaan, aib dan api neraka bagi pelaku­
suatu pekerjaan, lalu kami tetapkan imbalan nya”.
(gaji) untuknya, maka apa yang dia ambil di
luar itu adalah harta ghulul (korupsi). 3. Orang yang mati dalam keadaan membawa
harta ghulul (korupsi), ia tidak mendapat
jaminan atau terhalang masuk surga. Hal itu
dapat dipahami dari sabda Nabi SAW.
84 Jurnal Hukum Diktum, Volume 13, Nomor 1, Januari 2015 75 - 87

makanlah yang baik-baik dari yang Kami rizkikan


‫ال َس َد َوُه َو بَرِي ٌء ِم ْن ثََل ٍث‬
َْ ‫وح‬ ُ ‫الر‬
ُّ ‫َار َق‬ َ ‫َم ْن ف‬ kepada kamu,” kemudian beliau (Rasulullah)
َّ ‫ُول َو‬
‫الديْ ِن‬ ِ ‫النَّ َة ِم ْن الْ ِك ْبِ َوالْ ُغل‬
َْ ‫َد َخ َل‬ Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan sese­
orang yang lama bersafar, berpakaian kusut dan
Artinya: berdebu. Dia menengadahkan tangannya ke
“Barangsiapa berpisah ruh dari jasadnya (mati) langit (seraya berdo’a): “Ya Rabb…, ya Rabb…,”
dalam keadaan terbebas dari tiga perkara, maka ia tetapi makanannya haram, minumannya haram,
(dijamin) masuk surga. Yaitu kesombongan, ghulul pakaiannya haram dan dirinya dipenuhi dengan
(korupsi) dan hutang”. sesuatu yang haram. Maka, bagaimana do’anya
akan dikabulkan?”
4. Allah tidak menerima shadaqah seseorang
dari harta ghulul (korupsi), sebagaimana Ada hal menarik dari hadis yang dikemu­
dalam sabda Nabi SAW. kakan di atas bahwasanya hukuman bagi ko­
ruptor hanya berkutat pada kecaman dari sisi
ٍ ‫َل ُتـ ْقبَ ُل َص َلةٌ بِ َغ ْيِ ُط ُهوٍر َوَل َص َدقَ ٌة ِم ْن ُغل‬
‫ُول‬ moralitas dan sisi ukhrawi bahkan tidak ada
sama sekali menyentuh sisi realitas dan duniawi.
Artinya: Dari sini dipahami bahwa penentuan hukuman
“Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci, dan bagi koruptor ditentukan oleh hasil ijtihad dari
shadaqah tidak diterima dari harta ghulul (korupsi)”. para ulama, penguasa atau pemerintah.
Mengingat dampak kerugian yang ditim­
5. Harta hasil korupsi adalah haram, sehingga bulkan oleh tindakan korupsi, maka sangat
ia menjadi salah satu penyebab yang dapat logis bila hukuman pelaku korupsi sangat berat.
menghalangi terkabulnya do’a, sebagai­ Para juris Islam telah membagi tindak pidana
mana dipahami dari sabda Nabi SAW: Islam dalam tiga kelompok yaitu tindak pidana
hudud, tindak pidana pembunuhan dan tindak
‫َّاس إ َِّن اللَّ َه َطيِّ ٌب َل َيـ ْقبَ ُل إَِّل َطيِّبًا َوإ َِّن‬ ُ ‫أَُّيـ َها الن‬ pidana ta’zir yang hukumannya diserahkan

َ ِ‫ني ِبَا أَ َم َر بِ ِه الْ ُم ْر َسل‬ َ ِ‫اللَّ َه أَ َم َر الْ ُم ْؤِمن‬


kepada pihak hakim atau penguasa menurut ke­­
‫ال يَا‬ َ ‫ني َفـ َق‬ maslahatan yang semestinya dan dapat lebih
ًِ ‫ات َوا ْع َملُوا َص‬
‫الا‬ َّ ‫الر ُس ُل ُكلُوا ِم ْن‬
ِ َ‫الطيِّب‬ ُّ ‫أَُّيـ َها‬ ringan, sama maupun lebih berat dari hukuman

َ ‫َال يَا أَُّيـ َها الَّ ِذ‬


hudud bergantung kepada kasus dan mudharat­
‫ين آ َمنُوا‬ َ ‫يم َوق‬ ٌ ِ‫إِنِّ ِبَا َتـ ْع َملُو َن َعل‬ nya. Tindak pidana korupsi termasuk dalam
ُ ‫الرُج َل يُ ِط‬
‫يل‬ َّ ‫ات َما َرَزْقـنَ ُاك ْم ُثَّ ذ ََك َر‬ ِ َ‫ُكلُوا ِم ْن َطيِّب‬ kategori tindak pidana ta’zir meskipun secara
umum ada kesamaan dengan pencurian yang
‫الس َما ِء يَا َر ِّب‬ َّ ‫الس َف َر أَ ْش َع َث أَ ْغَبـ َر يَُ ُّد يَ َديْ ِه إ َِل‬َّ hukuman hududnya adalah potong tangan dengan
memenuhi kriteria dan ketentuan yang berlaku.
‫يَا َر ِّب َوَم ْط َع ُم ُه َح َرا ٌم َوَم ْش َربُُه َح َرا ٌم َوَملْبَ ُس ُه َح َرا ٌم‬ Oleh karena itu, penentuan saksi hukuman ta’zir
‫اب لِ َذلِك‬ ُ ‫ِال َرا ِم فَأَ َّن يُ ْستَ َج‬َْ ‫َوُغ ِذ َي ب‬ korupsi, baik jenis, bentuk dan beratnya diper­
cayakan dan diserahkan sepenuhnya kepada
Artinya: orang yang memiliki hak prerogatif yaitu hakim
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik,
atau pemerintah -dalam negara Republik Indo­
tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya
nesia yang diberi kepercayaan dan tanggung
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman
jawab untuk memberantas dan menghakimi para
dengan apa yang Allah perintahkan kepada para
rasul. Allah berfirman,”Wahai para rasul, makan­ koruptor adalah KPK (Komisi Pemberantasan
lah dari yang baik-baik dan kerjakanlah amal Korupsi)- yang harus tetap mengacu kepada
shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui maqashidus syariah sehingga dapat memberi efek
apa yang kalian kerjakan”. Dia (Allah) juga ber­ jera bagi pelakunya dan pelajaran bagi orang
firman: “Wahai orang-orang yang beriman, lain untuk tidak melakukannya.
Saidah, Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis) 85

Sebagai illustrasi hukuman korupsi, pene­ Dengan demikian, perbuatan korupsi di


rapan hukuman ta’zir dalam sejarah peradilan dalam ajaran agama Islam dianggap perbuatan
Islam sebagaimana dikemukakan oleh Abdul yang amat tercela dan pelakunya akan menda­
Qadir Audah dalam magnum opusnya (Tasyri al- patkan hukuman yang setimpal sesuai yang
Jina’I al-Islami) dibagi menjadi dua bentuk yaitu: ditetapkan oleh penegak hukum dan boleh jadi
Ta’zir ala al-Maashi (terhadap perbuatan maksiat) pemerintah atau penegak hukum setempat yang
dan Ta’zir ala al-Maslahat al-Ammah (terhadap pe­ memiliki hak prerogatif menetapkan bahwa pe­
langgaran kepentingan umum)30. laku korupsi itu harus dihukum mati.
Menurut Abdul Qadir Audah, Abdul Aziz
Amir dan Ahmad Fathi Bahnasi dari pakar pidana
Islam terdapat beberapa bentuk hukum­an ta’zir III. PENUTUP
sesuai dengan implementasi sejarah Islam yang A. Kesimpulan
dapat dikenakan pada pelaku pidana ta’zir sesuai Dari uraian yang telah dikemukakan, maka
peringkatnya, situasi dan kondisi dan tidak ber­ dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
laku secara baku termasuk korupsi yaitu sebagai 1. Mengingat peran hadis yang begitu penting
berikut: pertama, hukuman peringatan, ancaman, sebagai sumber hukum Islam setelah Al-
teguran, celaan, dempratan, deraan atau pu­ Qur’an, mengharuskan adanya langkah
kulan. Rasulullah saw.pernah menghukum Abu pe­ne­litian yang mendalam sebagai upaya
Dzar dengan dampratan sebagai ta’zir gara-gara untuk menjaga kualitas kemurnian, keoten­
menghina ibu sahabatnya dan disuruh men­ tikan dan kesahihannya. Sehingga dapat di
cium kakinya. Kedua, hukuman penjara, baik pertanggung jawabkan sebagai dasar pe­
bersifat sementara (penahanan) seperti Nabi saw. netapan hukum dalam Islam.
pernah menahan seorang yang pernah men­jadi
2. Hadis riwayat Imam al-Darimiy yang di­
tersangka pencurian unta maupun pen­jara yang
jadi­
kan sebagai landasan hukum tentang
bersifat tetap terhadap seorang yang berulang
larangan melakukan tindakan korupsi apa­
kali melakukan tindak pidana ta’zir. Ketiga,
bila dilihat dari sisi kualitas sanad mau­
hukum penyaliban sebagaimana yang dilakukan
pun matannya adalah berkualitas sahih,
Rasulullah saw. terhadap pelaku tindak keonaran
walaupun masuk dalam katagori hadis ahad
dan pembangkangan (hirabah) yaitu Abu Nab.
sehingga dengan demikian keabsahan­ nya
Keempat, hukuman mati bagi provokator, mata-
se­bagai landasan hukum  Islam (hujjah)
mata, penyebar fitnah, kejahatan dan penyim­
dapat diterima.
pangan seksual serta perbuatan makar. Nabi
3. Secara tekstual maupun  secara kontekstual,
bersabda: “Barang siapa yang merusak persa­tuanmu
isi kandungan hadis yang di riwayatkan
yang berada di bawah satu pemimpin dan berusaha
oleh Imam al-Darimiy berintikan  adanya
memecah-belahmu, maka bunuhlah dia. Kelima,
larangan untuk melakukan tindakan ko­
hukuman peng­ asingan atau pembuangan se­
rupsi, menyalahguna-kan wewenang atau
perti yang dilakukan oleh Umar bin Khattab
menyia-nyiakan amanah baik amanah itu
hadap Nasr bin Hajjaj. Keenam, hukuman
ter­
berasal dari person tertentu maupun lem­
publikasi Daftar Orang-Orang Tercela (DOT)
baga pemerintahan.
seperti terhadap pelaku kejahatan kesaksian
4. Sanksi atau hukuman bagi para koruptor
palsu, kejahatan bisnis dan sebagainya. Ketujuh,
bukan hanya sanksi berdimensi ukhrawi
hukuman pencopotan dari jabatan, apabila se­­
orang pejabat terbukti menyelewengkan seperti doa tak terkabulkan dan masuk
amanah jabatannya seperti dikemukakan oleh neraka, akan tetapi ada juga sanksi duniawi
Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah. yang boleh jadi sanksi tersebut mengarah
Kedelapan, hukuman penyitaan harta dan sanksi pada pencopotan jabatan, pencemaran repu­­
berupa denda finansial. tasi dan pemberhentian hak hidup.
86 Jurnal Hukum Diktum, Volume 13, Nomor 1, Januari 2015 75 - 87

B. Implikasi H. Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis ( Cet. I;


Semarang:Dina Utama, 1994), h. 122.
Implikasi dari pembahasan ini adalah untuk 12
Arnold John Wensinck, Concordance et Indices de La
memberikan pressure bagi siapa pun yang men­ Tradition Musulmane, diterjemahkan oleh Muhammad
Fu’ad ‘Abd al-Baqiy dengan judul, al-Mu’jam al-Mufahras li
coba untuk “mendekati” korupsi. Anti korupsi
Alfaz al-Hadis al-Nabawiy, Juz IV ( Leiden: E.J.Brill, 1943), h.
memang harus diupayakan oleh segenap elemen 377.
masyarakat dan bangsa, karena suka atau tidak 13
‘Abd Allah bin ‘Abd al-Rahman bin al-Fadil bin
Bahram ibn ‘Abd al-Samad al-Tamimiy al-Samarqandiy al-
suka, tidak menutup kemungkinan ada maling Daramiy, Sunan al-Darimiy (Dar al-Fikr: al-Taba’ah wa al-
teriak maling, ada koruptor ikut berteriak dalam Nasyr wa al-Tawziy, t.th.), h. 232
gerakan anti korupsi sehingga semua elemen
14
Ibid. 394.
15
Yang di maksud hadis ahad menurut istilah adalah
masyarakat saling mengawasi dan saling meng­ hadis yang diriwayatkan oleh orang seorang atau dua
ingatkan mengenai masalah korupsi. orang atau lebih, akan tetapi belum cukup syarat padanya
Bercermin dari menjamurnya kasus korupsi untuk dimasukkan sebagai yang mutawwatir. M. Syuhudi
Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Cet.II; Bandung: Angkasa,
khususnya di Indonesia, maka diperlukan pema­ 1991), h. 141.
haman keagamaan yang mendalam, character 16
Menurut istilah Fatchur Rahman yang dimaksud
dengan hadis garib ialah :
building dan reorientasi pendidikan baik dalam
skala formal maupun non formal. Pendidikan ‫بروايته شخص ىف أي موضع وقع تـفرد به من السند‬ ‫ما انفرد‬
harus berlandaskan pada filsafat pendidikan, “Hadis yang dalam sanadnya terdapat seorang
tak hanya mencerdaskan otak, tetapi juga me­ yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja
penyendirian dalam sanad itu terjadi”.Fatchur Rahman,
muliakan watak. Dengan model pendidikan
Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Cet. II; Bandung: PT Al-
seperti ini, generasi penerus pasti terhindar dari ma’arif,1991), h. 77.
bahaya laten korupsi. 17
Salah al-Din bin Ahmad al-Adlabiy, Manhaj al-Naqd
al-Matn ( Beiru: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1403 H./1983
M.),h.254.
Catatan Akhir : 18
M.Syuhudi Ismail, Pengantar Ilm Hadis, op.cit.,
1
Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah (Kairo: h.178.
Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah, 1969), h. 9. Yusuf al- 19
Musthafa As-Siba’iy, As-Sunnah wa Makanatuha Fi al-
Qardhawi, Kayfa Nataamalu Ma’a al-Sunnat al-Nabawiyah Tasyri’al-Islamiy (Kairo: al-Darul Qaumiyyah, t.th.), h. 369
(Cet. I; Kairo: Maktabah Wahbah, 1996), h. 6. 20
Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, (Cet.
2
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis; XXXVI; Beirut: Dar al-Masyriq, 1997), h. 557.
Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah 21
Ibnu al-Atsir, Nihayah fi Gharibil Hadits, Jilid III (Cet.
(Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h. 86-85. II; Kairo: Dar al-Hadis, 1982), h. 380.
3
Departemen Agama RI., Alquran Dan Terjemahnya, 22
Muhammad bin Ali al-Syaukani, Irsyad al-Fuhul ila
Edisi Revisi (Surabaya: Pen.Mahkota, 1989), h. 916. Tahqiq al-Haq min ‘Ilm al-Ushul (Cet. II; Beirut: Dar al-Fikr,
4
Abu Dawud Sulayman Ibn al-Asy’as al-Sijistaniy, 1990), h. 156.
Sunan Abu Dawud, Juz IV ( Beirut:Dar al-Fikr, t.th.), h. 328 23
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, op.cit., h. 341.
5
Ahmad Amin , Islam Dari Masa Ke Masa (Cet. I; 24
Muhammad bin Ali al-Syaukani, Nailul Awthar, Juz
Bandung: CV. Rasyda, 1987), h. 104. IV (Cet. I; Beirut: Dar al-Khayr, 1996), h. 233.
6
Taqiy al-Din Ahmad Ibn ‘Abd al-Halim Ibn Taymiyah, 25
Nurcahaya Tandang Assegaf, Korupsi Haram Hukum­
Majmu’ Fatawa Li Ibn Taymiyah, Juz I (T.t.: Matabi’ Dar al- nya; Esei-Esei Sosial Politik (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka
Arabiyyah, 1398 H.), h. 252 Timur, 2004), h. Viii.
7
Ada segelintir orang kemungkinan sudah jemu 26
Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, op.cit., h. 432.
dengan pembicaraan korupsi, tetapi bagaimana pun, saat 27
Imam Muslim, Shahih Muslim, loc. cit.
korupsi dibiarkan menguasai sendi kehidupan kita, maka 28
Sudah ditakhrij hadisnya
kita telah membiarkan kemungkaran terjadi di sekeliling 29
Hadis ini sudah ditakhrij sebelumnya.
kita. Dengan kata lain, kita telah ambil bagian dalam 30
Abdul Qadir Audah, al-Tasyri al-Jina’iy al-Islamiy, Juz
pelegalan kemungkaran. I (Cet. II; Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 135.
8
Mahmud al-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasat al-
Asanid (Halb: Matba’at al-‘Arabiyyah, 1398 H./1979 M.), h. 9
9
Said Aqil Husin al-Munawwar, Alquran; Membangun DAFTAR PUSTAKA
Tradisi Kesalehan Hakiki (Cet. IV; Jakarta: Ciputat Press,
2005), h. 140. al-Adlabiy, Salah al-Din bin Ahmad, Manhaj al-
10
M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis ( Naqd al-Matn, Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah,
Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 17 1403 H./1983 M.
11
Abu Muhammad ‘Abd al-Muhdi bin ‘Abd al-Qadir
bin ‘Abd al-Hadi, Turuq Takhrij Hadis Rasulullah Saw., Amin, Ahmad. Islam Dari Masa Ke Masa, Cet. I;
di terjemahkan oleh H.S. Agil Husain Munawwar dan Bandung: CV. Rasyda, 1987.
Saidah, Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis) 87

al-Asqalaniy, Syihab al-Din Ahmad bin ‘Ali Ibn ______, Pengantar Ilmu Hadis, Cet.II; Bandung:
Hajar. Tahzib al-Tahdzib, Jilid V, Cet.1; Beirut: Angkasa, 1991.
Dar al-Fikr al-Thaba’ah wa al-Nasyr wa Ma’luf, Louis. Al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam,
al-Tauziy, 1984 M./1404 H.Audah, Abdul Cet. XXXVI; Beirut: Dar al-Masyriq, 1997.
Qadir. al-Tasyri al-Jina’iy al-Islamiy, Juz I, al-Munawwar, Said Aqil Husin. Al-Qur’an;
Cet. II; Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992. Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cet. IV;
Assegaf, Nurcahaya Tandang. Korupsi Haram Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Hukumnya; Esei-Esei Sosial Politik, Cet.I; al-Naysaburi, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyayri.
Yogyakarta: Pustaka Timur, 2004 Shahih Muslim, Juz XII, Jilid VI, Cet. I; Beirut:
al-Bagdadiy, Abu Bakar Ahmad bin ‘Ali al-Khatib. Dar al-Fikr, 1995
Tarikh Bagdad aw Madinah al-Salam, Juz X, al- al-Qardhawi, Yusuf. Kayfa Nataamalu Ma’a al-
Madinah al-Munawwarah: al-Maktabah al- Sunnat al-Nabawiyah, Cet. I; Kairo: Maktabah
Salafiyyah, t.th. Wahbah, 1996.
al-Bukhariy, Abu ‘Abdullah Muhammad bin Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadits,
Ismail bin Ibrahim ibn al-Mughirah. Shahih Cet. II; Bandung: PT Al-ma’arif,1991.
al-Bukhariy, Juz VII, Cet.I; Beirut: Dar al-Fikr, As-Siba’iy, Musthafa. As-Sunnah wa Makanatuha
1401 H./1981 M. Fi al-Tasyri’al-Islamiy, Kairo: al-Darul
al-Daramiy, Abdullah bin ‘Abd al-Rahman bin Qaumiyyah, t.th.
al-Fadil bin Bahram ibn ‘Abd al-Samad al- al-Sijistaniy, Abu Dawud Sulayman Ibn al-Asy’as
Tamimiy al-Samarqandiy Sunan al-Darimiy, Sunan Abu Dawud, Juz IV, Beirut:Dar al-Fikr,
Dar al-Fikr: al-Taba’ah wa al-Nasyr wa al- t.th.
Tawziy, t.th. al-Suyutiy, Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman bin Abi
Departemen Agama RI., Al-Qur’an Dan Terjemah­ Bakr. Tabaqat al-Huffaz, Beirut: Dar al-Kutub
nya, Edisi Revisi, Surabaya: Pen.Mahkota, al-‘Ilmiyah, 1403 H./1983 M.
1989. al-Syaukani, Muhammad bin Ali. Nailul Awthar,
al-Hadi, Abu Muhammad ‘Abd al-Muhdi bin Juz IV, Cet. I; Damaskus: Dar al-Khayr, 1996.
‘Abd al-Qadir bin ‘Abd. Turuq Takhrij Hadis ______, Irsyad al-Fuhul ila Tahqiq al-Haq min ‘Ilm
Rasulullah Saw., di terjemahkan oleh H.S. al-Ushul, Cet. II; Beirut: Dar al-Fikr, 1990.
Agil Husain Munawwar dan H. Ahmad Syuhbah, Muhammad Abu. Fi Rihab al-Sunnah,
Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis, Cet. I; Kairo: Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah, 1969.
Semarang:Dina Utama, 1994. al-Tahhan, Mahmud. Usul al-Takhrij wa Dirasat
Ibn al-Salah, Abu ‘Amir ‘Usman bin ‘Abd al- al-Asanid, Halb: Matba’at al-‘Arabiyyah, 1398
Rahman ‘Ulum al-Hadis, al-Madinat al- H./1979 M.
Munaw­ warah: al-Maktabah al-Ilmiyyah, Wensinck, Arnold John. Concordance et Indices de
1972 M. La Tradition Musulmane, diterjemahkan oleh
Ibn Taymiyah, Taqiy al-Din Ahmad Ibn ‘Abd al- Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqiy dengan
Halim Majmu’ Fatawa Li Ibn Taymiyah, Juz I, judul, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis
T.t.: Matabi’ Dar al-Arabiyyah, 1398 H. al-Nabawiy, Juz IV, Leiden: E.J.Brill, 1943.
Ibnu al-Atsir, Nihayah fi Gharibil Hadits, Jilid III, al-Zahabiy, Abu ‘Abd Allah Muhammad bin
Cet. II; Kairo: Dar al-Hadis, 1982. Ahmad bin ‘Usman Siyar A’lam al-Nubala’,
Ismail, M. Syuhudi. Cara Praktis Mencari Hadis, Cet.ke-VII; Beirut: Mu’assasat al-Risalah,
Jakarta: Bulan Bintang, 1991. 1410 H./1990 M.
______, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis; Telaah
Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu
Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.

Anda mungkin juga menyukai