Saidah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare
Email : saidah-stainpare@yahoo.co.id
Abstract: The issue of corruption can’t be eradicated optimally in a Muslim -majority country where
the issue is poorly understood and realized the danger, according to some traditions as a source of Islamic
law. Therefore, this article seeks to examine critically the prohibition of corruption according to law
tradition. With reference to the hadith of corruption could serve as the basis of law (hujjah) as having a
legitimate level of quality both in terms of sanad and matan tradition. Either textually or contextually,
fill in the content of the hadith narrated by Imam al-Darimiy core of the prohibition to perform acts of
corruption, abuse of authority or mandate either squandered that trust comes from a particular person
or government agencies .
Abstrak: Persoalan korupsi tidak dapat diberantas secara optimal pada sebuah negara yang
berpenduduk mayoritas Islam apabila persoalan ini kurang dipahami dan disadari bahayanya
menurut beberapa hadis sebagai sumber hukum Islam. Oleh karena itu, tulisan ini berupaya
menelaah secara kritis larangan korupsi menurut hadis ahkam. Dengan mengacu pada hadis
tentang larangan korupsi dapat dijadikan sebagai landasan hukum (hujjah) karena memiliki
tingkat kualitas yang sahih baik dari segi sanad maupun matan hadis. Baik secara tekstual
maupun secara kontekstual, isi kandungan hadis yang di riwayatkan oleh Imam al-Darimiy
berintikan adanya larangan untuk melakukan tindakan korupsi, menyalahgunakan wewenang
atau menyia-nyiakan amanah baik amanah itu berasal dari person tertentu maupun lembaga
pemerintahan.
I. PENDAHULUAN
واتقـوا اهلل إن اهلل شـديد العقاب
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam disepakati bahwa hadis Terjemahnya:
“Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terima
Rasulullah saw. berupa ucapan, perbuatan atau
lah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka
ketetapan Rasulullah saw. merupakan sumber
tinggalkanlah; dan bertakwa-lah kepada Allah,
kedua setelah Al-Qur’an.1 Dengan kata lain
sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”.3
bahwa Al-Qur’an merupakan sumber ajaran
Islam yang pertama, sedangkan hadis Nabi saw.
Berdasarkan petunjuk ayat tersebut jelaslah
merupakan sumber ajaran Islam yang kedua2.
bahwa untuk mengetahui petunjuk hukum yang
Hal ini dijelaskan dalam Q.S. al-Hasyr : 7.
benar dalam ajaran Islam, di samping harus
berpegang teguh pada Al-Qur’an juga harus kem
وماآتاكم الرسـول فخـذوه وما هناكم عـنه فانتهـوا bali pada hadis Nabi Saw. Dalam hal ini Nabi
saw. sendiri telah menginformasikan kepada
76 Jurnal Hukum Diktum, Volume 13, Nomor 1, Januari 2015 75 - 87
umatnya bahwa di samping Al-Qur’an masih terutama yang berhubungan dengan masalah
terdapat satu pedoman yang sejenis dengan Al- korupsi7 tidak menutup kemungkinan akan
Qur’an, yakni al-Hadis. Sebagaimana sabdanya menghasilkan pernyataan kualitas hadis yang
mengatakan: bervariatif. Apakah hadis–hadis yang dijadikan
sebagai landasan hukum tersebut berkualitas
أالوإين أوتيت القرآن ومثله (رواه أبو داود وأمحد sahih, hasan ataupun da’if. Oleh karena itu
untuk menggunakan kapasitas sebuah hadis
4
)والرتمذي dalam kualifikasi sahih, hasan atau da’if, tidak
Artinya: bisa tidak kecuali harus melakukan verifikasi
“Ketahuilah, sungguh aku telah diberi Al-Qur’an melalui penelitian, baik terhadap sanad maupun
dan yang menyamainya”. (HR. Abu Dawud, terhadap matan hadis. Dimana proses ini
Ahmad, dan Turmuziy). merupakan upaya untuk memastikan paling
tidak menduga secara kuat bahwa hadis-hadis
Jadi tidak diragukan lagi bahwa yang dimaksud benar-benar berasal dari Nabi saw.
dimaksud dengan “menyamai” atau semisal Al- sehingga secara otentik bisa menjadi hujjah
Qur’an dalam matan hadis di atas adalah hadis bagi penetapan hukum dalam Islam sekaligus
Nabi saw. Mengingat peran hadis yang begitu dapat dipertanggung jawabkan keabsahan atau
penting sebagai sumber hukum Islam setelah validitasnya.
Al-Qur’an, mengharuskan adanya penelitian
yang mendalam sebagai upaya menjaga kualitas B. Rumusan Masalah
kemurnian, keotentikan dan kesahihannya. Berdasarkan latar belakang yang
Sehingga secara legal hadis-hadis yang telah dikemukakan tersebut, maka masalah pokok
terseleksi keotentikannya dapat dipertanggung yang diangkat dalam tulisan ini adalah
jawabkan sebagai hujjah dalam menetapkan bagaimana hakikat dan substansi korupsi itu.
suatu hukum. Langkah penelitian terhadap Masalah pokok tersebut dijabarkan dalam
kualitas hadis menjadi sangat penting, mengingat beberapa sub masalah yaitu:
bahwa latar belakang sejarah penghimpunan 1. Bagaimana tingkat akurasi hadis-hadis
hadis baru terjadi pada akhir tahun 100 H. (awal yang menguraikan tentang korupsi?
akhir abad ke II H.), atas perintah Khalifah Umar 2. Bagaimana pemahaman tekstual dan
Ibn ‘Abd al-Azis yang memerintah sekitar tahun kontekstual hadis korupsi?
717-720 M.5 3. Bagaimana bentuk hukuman bagi para
Dengan melihat jauhnya jarak antara koruptor?
masa kehidupan Nabi saw. dengan masa
perhimpunan hadis-hadis tersebut, tidak
II. PEMBAHASAN
menutup kemungkinan terjadi berbagai
manipulasi, pemalsuan, dan penyimpangan A. Pembahasan Sanad dan Matan Hadis
terhadap matan hadis dan sebagainya. Sehingga tentang Korupsi
menyebabkan kualitas hadis menjadi berbagai 1. Takhrij al-Hadis
macam bentuknya, ada yang dianggap sahih, Kata takhrij sering diartikan sebagai: al-
hasan maupun da’if. Perlu dijelaskan di sini bahwa Istimbat (mengeluarkan dari sumbernya), al-
terjadinya kualitas hadis hasan merupakan Tadrib (latihan atau pembiasaan) dan al-Tawjih
pecahan dari kualitas hadis da’if yang di (pengarah-an).8 Dari penelusuran makna
pergunakan sebelum masanya al-Turmuziy.6 etimologi dari kata takhrij tersebut, maka
Dengan demikian adanya usaha penelitian Mahmud al-Thahhan merumuskan definisi
penelusuran terhadap hadis-hadis yang takhrij itu dengan mengatakan:
dipergunakan untuk menetapkan hukum,
Saidah, Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis) 77
hadis yang memiliki kualitas ”Sahih”. C. Pemahaman Secara Tekstual dan Secara
b. Studi Kritik Matan Kontekstual
Suatu hadis barulah dapat dinyatakan ber 1. Pemahaman Secara Tekstual
kualitas sahih, apabila sanad dan matan hadis Secara tekstual terdapat beberapa kata kunci
tersebut sama-sama berkualitas sahih.17 Jadi (key word) dalam matan hadis yang dijadikan
hadis yang sanadnya sahih tetapi matannya obyek penelitian yaitu kata; غــل غلوال- يغل- .
tidak sahih (da’if) atau sebaliknya, yakni Kata ghululan (ً ) ُغ ُلوالdalam lafadz Muslim, atau
sanadnya da’if, tetapi matannya sahih, maka ghullun (ُل ٌّ )غdalam lafadz Abu Dawud, keduanya
hadis yang demikian tidak dapat di nyatakan dengan huruf ghain berharakat dhammah. Ini
sebagai hadis sahih. mengandung beberapa pengertian, di antaranya
bermakna belenggu besi, atau berasal dari kata
Untuk mengetahui bahwa suatu matan hadis kerja ghalla (َل َّ )غyang berarti melenceng dari
itu berkualitas sahih, minimal matan tersebut kebenaran ) (حاد عن الصوابdan berkhianat )(خان.20
harus memenuhi empat macam tolok ukur, di Ibnul Atsir menerangkan, kata al-ghulul (ول ُ )الْ ُغ ُل,
antaranya: 1) Tidak bertentangan dengan Al- pada asalnya bermakna khianat dalam urusan
Qur’an. 2) Tidak bertentangan dengan hadis harta rampasan perang, atau mencuri sesuatu
mutawwatir. 3) Tidak bertentangan dengan dari harta rampasan perang sebelum dibagi
ijma’ ‘Ulama, dan 4) Tidak bertentangan dengan kan.21 Kemudian, kata ini digunakan untuk setiap
logika yang sejahtera.18 Musthafa al-Siba’iy me per buatan khianat dalam suatu urusan secara
nambahkan bahwa suatu matan hadis dapat di sembunyi-sembunyi.
nilai berkualitas palsu (tidak berasal dari rasul), Jadi orang yang diserahi tanggung jawab
apabila matan hadis tersebut: 1) Memiliki susunan atau amanah untuk melaksanakan tugas, te
gramatika sangat jelek. 2) Maknanya sangat tapi berkesan menyembunyikan sesuatu untuk
bertentangan dengan rasio. 3) Menyalahi Al- diambil hasilnya atau berkhianat dalam arti po
Qur’an yang tegas maksudnya. 4) Menyalahi ke puler terindikasi melakukan korupsi. Dengan
benaran sejarah yang telah terkenal di zaman demikian, Rasulullah saw. dengan tegas me
Nabi. 5) Bersesuaian dengan pendapat orang nyatakan larangan untuk menyalah gunakan
yang meriwayatkannya, sedang orang tersebut wewenang yang diamanahkan hingga dinyata
terkenal sangat fanatik terhadap mazhabnya. 6) kan dua kali dengan menggunakan kata “isim
Mengandung suatu perkara yang seharusnya istifham” (kata untuk bertanya) seperti kata-kata
diberitakan oleh orang banyak, tetapi ternyata : فهال - ا فال , yang menurut pakar Ushul Fiqh
hanya diriwayatkan oleh seorang saja. 7) Mengan mempunyai arti “ al-Nahy” atau larangan
dung berita tentang pemberian pahala yang besar yang bersifat “al-Taubikh” (cercaan atau tegur
untuk perbuatan yang kecil, atau ancaman siksa an).22 Larangan tersebut terlihat pada sikap ke
yang berat terhadap suatu perbuatan yang tidak tidakrelaan Nabi ketika menerima laporan dari
berarti.19 seorang pegawai yang menerima hadiah ketika
Berdasarkan kriteria kesahihan matan yang ia sedang menjalankan tugasnya.
dijadikan tolok ukur sebagaimana kriteria-krite Rasulullah saw. menyampaikan peringatan
ria tersebut di atas, maka dapat disimpulkan atau ancaman kepada orang yang ditugaskan
bahwa matan hadis tentang larangan menerima untuk menangani suatu pekerjaan (urusan), lalu
hadiah bagi para pejabat yang diriwayatkan oleh ia mengambil sesuatu dari hasil pekerjaannya
Imam al-Darimiy adalah matan hadis yang tidak tersebut secara diam-diam tanpa seizin pimpin
bertentangan sama sekali dengan tolok ukur an atau orang yang menugaskannya, di luar
kesahihan matan hadis dan dapat dikategori hak yang telah ditetapkan untuknya, meskipun
kan sebagai matan hadis yang berkualitas sahih hanya sebatang jarum. Maka, apa yang dia ambil
(benar-benar berasal dari Nabi Saw.). dengan cara tidak benar tersebut akan menjadi
Saidah, Korupsi Dalam Perspektif Hadis Ahkam (Studi Kritis Pada Sanad Dan Matan Hadis) 81
belenggu, yang akan dia pikul pada hari Kiamat. bahan di luar imbalan (upah) yang telah di
Yang dia lakukan ini merupakan khianat tetapkan oleh orang yang menugaskannya, dan
(korupsi) terhadap amanah yang diembannya. apa yang diambilnya di luar itu adalah ghulul
Dia akan dimintai pertanggungjawabnya nanti (korupsi).24
pada hari Kiamat. Dalam hadits yang telah diuraikan di atas,
Ketika kata-kata ancaman tersebut didengar Rasulullah saw. menyampaikan secara global
oleh salah seorang dari kaum Anshar, yang orang bentuk pekerjaan atau tugas yang dimaksud.
ini merupakan satu di antara para petugas yang Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
ditunjuk oleh Rasulullah saw., serta merta dia peluang melakukan korupsi (ghulul) itu ada
merasa takut. Dia meminta kepada Rasulullah dalam setiap pekerjaan dan tugas, terutama pe
saw. untuk melepaskan jabatannya. Maka Nabi kerjaan dan tugas yang menghasilkan harta atau
menjelaskan, agar setiap orang yang diberi tugas yang berurusan dengannya. Misalnya, tugas
dengan suatu pekerjaan, hendaknya membawa untuk mengumpulkan zakat harta, yang bisa
hasil dari pekerjaannya secara keseluruhan, se jadi bila petugas tersebut tidak jujur, dia dapat
dikit maupun banyak kepada beliau. Kemudian menyembunyikan sebagian yang telah dikum
mengenai pembagiannya, akan dilakukan sendiri pulkan dari harta zakat tersebut, dan tidak me
oleh Rasulullah saw. Jadi, apa yang diberikan, nyerahkan kepada pimpinan yang menugaskan
berarti boleh mereka ambil. Sedangkan yang nya.
ditahan oleh beliau, maka mereka tidak boleh Terjadinya tindakan korupsi bukan hanya
mengambilnya. pada kalangan yang berpendapatan rendah atau
Dengan demikian, secara tekstual hukum arang miskin karena kenyataan empiris me
bagi orang yang menyalahguna-kan wewenang nunjukkan bahwa banyak kasus-kasus korupsi
atau jabatannya atau terindikasi melakukan ko justru dilakukan pula oleh orang-orang yang
rupsi menurut hadis Imam al-Darimiy adalah secara ekonomis tidak kekuranga. Ini berarti
tidak boleh atau haram. bahwa bukan kemiskinan dan kefakiran yang
menjerumuskan orang kepada perbuatan nista,
2. Pemahaman Secara Kontekstual namun kerakusan merupakan faktor yang sangat
Secara kontekstual, hadits di atas intinya menentukan.25 Kerakusan bisa saja hinggap
berisi larangan berbuat ghulul (korupsi), yaitu pada si miskin dan si kaya. Karena itu kita harus
mengambil harta di luar hak yang telah ditetap melihat semangat tertentu dalam memahami doa
kan, tanpa seizin pimpinan atau orang yang me yang berbunyi:
nugaskan-nya. Seperti ditegaskan dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Buraidah ra., bahwa
Rasulullah saw. bersabda :
اللهم أحيين مسكينا وأمتين مسكينا واحشرين ىف
. زمرة املساكني
َما أَ َخ َذ
َ ( َم ِن ْاسَتـ ْع َم ْلنَا ُه َعلَى َع َم ٍل َفـ َرَزْقـنَا ُه ِرْزقاً ف Kata miskin dalam hadis ini seyogyanya di
23
)َبـ ْع َد َذلِ َك َفـ ُه َو ُغلُو ٌل maknai dengan “tidak rakus”.
Artinya:
“Barangsiapa yang kami tugaskan dengan suatu
D. Pintu-Pintu Korupsi
pekerjaan, lalu kami tetapkan imbalan (gaji) untuk Peluang melakukan korupsi ada di setiap
nya, maka apa yang dia ambil di luar itu adalah tempat, pekerjaan ataupun tugas, terutama yang
harta ghulul (korupsi)”. diistilahkan dengan tempat-tempat “basah”.
Untuk itu, setiap muslim harus selalu berhati-
Imam Asy-Syaukani menjelaskan bahwa hati, manakala mendapatkan tugas-tugas. Berikut
di dalam hadits ini terdapat dalil tidak halalnya adalah di antara pintu-pintu korupsi.
(haram) bagi pekerja (petugas) mengambil tam
82 Jurnal Hukum Diktum, Volume 13, Nomor 1, Januari 2015 75 - 87
1. Saat pengumpulan harta rampasan perang, kaumnya): “Sesungguhnya di antara kalian ada
sebelum harta tersebut dibagikan. Nabi saw. (yang berbuat) ghulul (mengambil harta rampasan
menceritakan : perang secara diam-diam). Maka, hendaklah ada
satu orang dari setiap kabilah bersumpah (berbai’at)
ال لِ َق ْوِم ِه َل َيـتَْبـ ْع ِن َرُج ٌل َ ب ِم ْن الَْنْبِيَا ِء َفـ َق ٌّ ََِغ َزا ن kepadaku,” kemudian ada tangan seseorang me
nempel ke tangannya (berbai’at kepada nabi itu),
بِ ْ ن ِبَا َولَ َّما َيـ َِ َْك بُ ْض َع ا ْم َرأٍَة َوُه َو يُرِي ُد أَ ْن َيـب َ َمل lalu ia (nabi itu) berkata,”Di antara kalian ada
(yang berbuat) ghulul, maka hendaknya kabilah
ِبَا َوَل أَ َح ٌد َبـ َن ُبـيُوتًا َوَْل َيـ ْرفَ ْع ُس ُقوَفـ َها َوَل أَ َح ٌد mu bersumpah (berbai’at) kepadaku,” kemudian
ات َوُه َو َيـنْتَ ِظ ُر وَِل َد َها َفـ َغ َزا ٍ ْاشَتـ َرى َغنَ ًما أَ ْو َخلِ َف ada tangan dari dua atau tiga orang menempel
ke tangannya (berbai’at kepada nabi itu), lalu ia
فَ َدنَا ِم ْن الْ َق ْريَ ِة َص َل َة الْ َع ْص ِر أَ ْو قَرِيبًا ِم ْن َذلِ َك (nabi itu) berkata,”Di antara kalian ada (yang
berbuat) ghulul,” maka mereka datang mem
ور اللَّ ُه َّمٌ ورةٌ َوأَنَا َم ْأ ُم َ لش ْم ِس إِنَّ ِك َم ْأ ُم َّ ِال ل َ َفـ َق bawa emas sebesar kepala sapi, kemudian mereka
ِس ْت َح َّت َفـتَ َح اللَّ ُه َعلَيْ ِه َ َحبُ ِس َها َعلَْيـنَا ف ْ ْاحب
meletakkannya, lalu datanglah api dan melahap
nya. Kemudian Allah menghalalkan harta rampas
َّار لِتَْأ ُكلَ َها َفـل َْم
َ َج َاء ْت َيـ ْع ِن الن َ َج َم َع الْ َغنَائِ َم ف َف an perang bagi kita (karena) Allah melihat kele
mahan kita.”
ُول َفـلْيُبَايِ ْع ِن ِم ْن ُك ِّل ً يك ْم ُغل ُ ِال إ َِّن ف َ تَ ْط َع ْم َها َفـ َق
يك ْم ُ ِال ف َ َت يَ ُد َرُج ٍل بِيَ ِد ِه َفـ َق ْ قَبِيلَ ٍة َرُج ٌل َفـلَ ِزق
2. Ketika pengumpulan zakat maal (harta).
Seseorang yang diberi tugas mengumpul
َي أَ ْو ِ ْ َت يَ ُد َرُجل ْ ُول َفـلْيُبَايِ ْع ِن قَبِيلَتُ َك َفـلَ ِزق ُ الْ ُغل kan zakat maal oleh seorang pemimpin
negeri, jika tidak jujur, sangat mungkin
َج ُاءوا ب َِرأْ ٍس ِمثْ ِل َ ُول ف ُ يك ْم الْ ُغلُ ِال ف َ ثََلثَ ٍة بِيَ ِد ِه َفـ َق ia mengambil sesuatu dari hasil (zakat
َّار
ُ َج َاء ْت الن َ الذ َه ِب َفـ َو َض ُعوَها ف َّ َرأْ ِس َبـ َقرٍة ِم ْن maal) yang telah dikumpulkannya, dan
َ tidak menyerahkannya kepada pemimpin
ُثَّ أَ َح َّل اللَّ ُه لَنَا الْ َغنَائِ َم َرأَى َض ْع َفنَا،فَأَ َكلَْتـ َها yang menugaskannya. Atau dia mengaku
62
َو َع ْج َزنَا فَأَ َحلَّ َها لَنَا yang dia ambil adalah sesuatu yang di
hadiahkan kepadanya. Peristiwa semacam
Artinya: ini pernah terjadi pada masa Rasulullah
“Ada seorang nabi berperang, lalu ia berkata kepada Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau
kaumnya: “Tidak boleh mengikutiku (berperang) memperingatkan dengan keras kepada pe
seorang yang telah menikahi wanita, sementara ia tugas yang mendapat amanah mengum
ingin menggaulinya, dan ia belum melakukannya; pulkan zakat maal tersebut dengan me
tidak pula seseorang yang yang telah membangun ngatakan :
rumah, sementara ia belum memasang atapnya;
tidak pula seseorang yang telah membeli kambing
atau unta betina yang sedang bunting, sementara
ِيك َوأُِّم َك َفـنَ َظ ْر َت أَُيـ ْه َدى
َ أَف ََل َقـ َع ْد َت ِف َبـيْ ِت أَب
ia menunggu peranakannya”. Lalu nabi itu pun لَ َك أَ ْم َل
72
Di antara isi penjelasan beliau menga E. Bahaya Korupsi dan Hukuman bagi Para
takan : Koruptor.
Allah tidak melarang sesuatu melainkan di
(َفـ َوالَّ ِذي َنـ ْف ُس مَُ َّم ٍد بِيَ ِد ِه َل َيـ ُغ ُّل أَ َح ُدُك ْم ِمْنـ َها balik itu terkandung keburukan dan mudharat
َشيْئًا إَِّل َج َاء بِ ِه َيـ ْوَم الْ ِقيَا َم ِة َْي ِملُ ُه َعلَى ُعنُ ِق ِه إ ِْن (bahaya) bagi pelakunya. Begitu pula dengan
perbuatan korupsi (ghulul), tidak luput dari
َكا َن بَ ِعريًا َج َاء بِ ِه لَُه ُرغَا ٌء َوإ ِْن َكانَ ْت َبـ َق َرًة َج َاء keburukan dan mudharat tersebut. Diantaranya
:
)ِبَا لََا ُخ َو ٌار َوإ ِْن َكانَ ْت َشا ًة َج َاء ِبَا َتـْيـ َع ُر 1. Pelaku ghulul (korupsi) akan dibelenggu,
Artinya: atau ia akan membawa hasil korupsinya
“(Maka) Demi (Allah), yang jiwa Muhammad pada hari Kiamat, sebagaimana ditunjukkan
berada di tanganNya. Tidaklah seseorang dari dalam ayat ke-161 surat Ali Imran dan hadits
kalian mengambil (mengkorupsi) sesuatu daripada ‘Adiy bin ‘Amirah Radhiyallahu ‘anhu
nya (harta zakat), melainkan dia akan datang pada di atas. Dan dalam hadits Abu Humaid as
hari Kiamat membawanya di lehernya. Jika (yang Sa’idi ra, Rasulullah saw bersabda :
dia ambil) seekor unta, maka (unta itu) bersuara.
Jika (yang dia ambil) seekor sapi, maka (sapi itu َوالَّ ِذي َنـ ْف ِسي بِيَ ِد ِه َل يَْأ ُخ ُذ أَ َح ٌد ِمنْ ُه َشيْئًا إَِّل
pun) bersuara. Atau jika (yang dia ambil) seekor
kambing, maka (kambing itu pun) mengembik …” َج َاء بِ ِه َيـ ْوَم الْ ِقيَا َم ِة َْي ِملُ ُه َعلَى َرَقـبَتِ ِه إ ِْن َكا َن بَ ِعريًا
3. Hadiah untuk petugas, dengan tanpa لَُه ُرغَا ٌء أَ ْو َبـ َق َرًة لََا ُخ َو ٌار أَ ْو َشا ًة َتـْيـ َع ُر
92
al-Asqalaniy, Syihab al-Din Ahmad bin ‘Ali Ibn ______, Pengantar Ilmu Hadis, Cet.II; Bandung:
Hajar. Tahzib al-Tahdzib, Jilid V, Cet.1; Beirut: Angkasa, 1991.
Dar al-Fikr al-Thaba’ah wa al-Nasyr wa Ma’luf, Louis. Al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam,
al-Tauziy, 1984 M./1404 H.Audah, Abdul Cet. XXXVI; Beirut: Dar al-Masyriq, 1997.
Qadir. al-Tasyri al-Jina’iy al-Islamiy, Juz I, al-Munawwar, Said Aqil Husin. Al-Qur’an;
Cet. II; Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992. Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cet. IV;
Assegaf, Nurcahaya Tandang. Korupsi Haram Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Hukumnya; Esei-Esei Sosial Politik, Cet.I; al-Naysaburi, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyayri.
Yogyakarta: Pustaka Timur, 2004 Shahih Muslim, Juz XII, Jilid VI, Cet. I; Beirut:
al-Bagdadiy, Abu Bakar Ahmad bin ‘Ali al-Khatib. Dar al-Fikr, 1995
Tarikh Bagdad aw Madinah al-Salam, Juz X, al- al-Qardhawi, Yusuf. Kayfa Nataamalu Ma’a al-
Madinah al-Munawwarah: al-Maktabah al- Sunnat al-Nabawiyah, Cet. I; Kairo: Maktabah
Salafiyyah, t.th. Wahbah, 1996.
al-Bukhariy, Abu ‘Abdullah Muhammad bin Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadits,
Ismail bin Ibrahim ibn al-Mughirah. Shahih Cet. II; Bandung: PT Al-ma’arif,1991.
al-Bukhariy, Juz VII, Cet.I; Beirut: Dar al-Fikr, As-Siba’iy, Musthafa. As-Sunnah wa Makanatuha
1401 H./1981 M. Fi al-Tasyri’al-Islamiy, Kairo: al-Darul
al-Daramiy, Abdullah bin ‘Abd al-Rahman bin Qaumiyyah, t.th.
al-Fadil bin Bahram ibn ‘Abd al-Samad al- al-Sijistaniy, Abu Dawud Sulayman Ibn al-Asy’as
Tamimiy al-Samarqandiy Sunan al-Darimiy, Sunan Abu Dawud, Juz IV, Beirut:Dar al-Fikr,
Dar al-Fikr: al-Taba’ah wa al-Nasyr wa al- t.th.
Tawziy, t.th. al-Suyutiy, Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman bin Abi
Departemen Agama RI., Al-Qur’an Dan Terjemah Bakr. Tabaqat al-Huffaz, Beirut: Dar al-Kutub
nya, Edisi Revisi, Surabaya: Pen.Mahkota, al-‘Ilmiyah, 1403 H./1983 M.
1989. al-Syaukani, Muhammad bin Ali. Nailul Awthar,
al-Hadi, Abu Muhammad ‘Abd al-Muhdi bin Juz IV, Cet. I; Damaskus: Dar al-Khayr, 1996.
‘Abd al-Qadir bin ‘Abd. Turuq Takhrij Hadis ______, Irsyad al-Fuhul ila Tahqiq al-Haq min ‘Ilm
Rasulullah Saw., di terjemahkan oleh H.S. al-Ushul, Cet. II; Beirut: Dar al-Fikr, 1990.
Agil Husain Munawwar dan H. Ahmad Syuhbah, Muhammad Abu. Fi Rihab al-Sunnah,
Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadis, Cet. I; Kairo: Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah, 1969.
Semarang:Dina Utama, 1994. al-Tahhan, Mahmud. Usul al-Takhrij wa Dirasat
Ibn al-Salah, Abu ‘Amir ‘Usman bin ‘Abd al- al-Asanid, Halb: Matba’at al-‘Arabiyyah, 1398
Rahman ‘Ulum al-Hadis, al-Madinat al- H./1979 M.
Munaw warah: al-Maktabah al-Ilmiyyah, Wensinck, Arnold John. Concordance et Indices de
1972 M. La Tradition Musulmane, diterjemahkan oleh
Ibn Taymiyah, Taqiy al-Din Ahmad Ibn ‘Abd al- Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqiy dengan
Halim Majmu’ Fatawa Li Ibn Taymiyah, Juz I, judul, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis
T.t.: Matabi’ Dar al-Arabiyyah, 1398 H. al-Nabawiy, Juz IV, Leiden: E.J.Brill, 1943.
Ibnu al-Atsir, Nihayah fi Gharibil Hadits, Jilid III, al-Zahabiy, Abu ‘Abd Allah Muhammad bin
Cet. II; Kairo: Dar al-Hadis, 1982. Ahmad bin ‘Usman Siyar A’lam al-Nubala’,
Ismail, M. Syuhudi. Cara Praktis Mencari Hadis, Cet.ke-VII; Beirut: Mu’assasat al-Risalah,
Jakarta: Bulan Bintang, 1991. 1410 H./1990 M.
______, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis; Telaah
Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu
Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.