Anda di halaman 1dari 204

Pedoman

Perencanaan
dan
Pengoperasian
Fasilitas
Parkir

Penerbit : Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota


Oirektorat Jenderal Perhubungan Darat
ii

Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir


Hale. cipta dillndungi Undang-undang
© 1998. Dit BSUAK
Ditert>itkan untuk pertama kali oleh :
Direktorat Bina Slstem Latu Lintas dan Angkutan Kota
Direktorat Jenderal Perhubungan Daral
Jakarta
Cetakan pettama : Maret 1998
ISBN: 979-95401-1-9

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopl, atau memperbanyak


sebagian atau selun.ih isi buku ini tanpa izin lertulis dari penerblt.

Dicetak oleh :
111

Team Penyusun

Penyusun yang ikut be rpartisipasi dalam menulis bukv ini adatah :


lskandar Abubakar,
Elly A. Sinaga,
Budiarso,
Tertib Sinulingga,
Tjokorde Gd Agung,
Naek Sembiring.
Nico Djajasinga,
Betsy Hallah Surti.
Rasman Ginting,
Ahmad Yani,
Carolin Nurida,
Edy Sutiono.
Photo: Tri Supono
\'

PENGANTAR

Buk.u 1n1 disusun untuk dijadikan pedoman untuk


merencanakan dan mengoperasikan fasilitas parkir bagi para
pengelola perparkiran baik dari sisi pemerintahan, maupun dari sisi
pengelola perparkiran ataupun bagi pengembang dalam
merencanakan fasilitas parl<lr untuk bangunan at.au kawasan yang
dikembangkannya.
Pengelola perparkiran brasanya dikelola sendiri o¾eh
Pemerintah Daera.h Tingkat II yang dilaksanakan oleh Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD} Perparkiran. UPTD ini secara
teknis berdasarkan Peraturan Pemerintah No 22 tahun 199.0 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
kepada Daerah Trngkat I dan Daarah Tingkat II, dibina oleh Dinas
Lalu Limas dan Angkutan Jalan Tingkat II.
Pedoman ini berisi dasar-dasar kebijaksanaan yang dapat
dijadikan acuan dalam pengendalian dan pengelolaan perparkiran.
pedoman desain parkir dipinggir jalan, di taman paoor dan digedung
parkir serta ditutup dengan dua bab yang menyangkut Pembinaan
dan pengawasan perparkiran dan pengendaJian perparklran. Selain
itu juga dilengkapi dengan dua lampiran contoh Peraturan daerah
mengenai perparkiran dan mobil derek.
Acuan utama yang digunakan untuk perumusan buku ini
disunting darl Modul Pendidikan dan Latihan Manajemen Perparkiran
yang dipersiapkan oleh Pusat Pencfidikan dan Lalihan Perhubungan
Darat. yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Ke-putusan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor. 72/Hk.105/
DJRD/96Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fas-il'rtas Park.ir
dan dilengkapi dengan berbagai pustaka dalam dan luar negeri baik
yang secara khusus membahas masalah parkir ataupun secara
umum membahas rekayasa dan manajemen lalu lintas.
VII

DAFTAR ISi

Pengantar V

Daftar lsi vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
Umum 2
Penyelenggaraan Parkir 3
Satuan Ruang Parkir 6

BAB2 KEBIJAKSANAAN PARKIR 13


Dasar kebijaksanaan Parkir 14
Pengendalian Parkir 25
Evatuas, Pelaksanaan Kebijaksanaan Parkir 31

BAB3 SURVAI PARKIR 37


Umum 38
Survai lnventarisasi Parkir 38
Survai kebutuhan Parktr 42

BAB4 STANDAR KEBUTUHAN PARKJR 55


Umum 56
Jenis Peruntukan Parkir 56
Standar Kebutuhan Parkir 56

BABS DESAIN PARKIR DIPINGGIR JALAN 63


Umum 64
Penentuan Sudut Parkir 84
Larangan Parkir 72
Disain Rambu dan Marka 75

BAB6 DESAIN TAMAN PARKIR 83


Umum 84
Kriteria Taman Park1r 84
Pola Parkir Mobil Penumpang 84
Jalur S1rkulas1. Gang dan Modul 91
Kriteria Tata Letak parkir 95
Parkir Mobil Bus 98
Parklr Mobil Barang 100

BAB 7 DISAIN GEDUNG PARKIR 103


Umum 104
Kriteria Gedung Parkir 104
viii

Aspek Disain 106


Parkir Automatis 114

BABS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PARKIR 129


Organisasi UPTD Perparkiran 130
Pengaturan Parkir 133
Pengawasan Parkir 140

BAB9 PENGENOALIAN PARKIR 145


Umum 146
Prinsip Pengandalian Parkir 146
Gugus Kendali Mutu 147
Pengendalian Pendapatan UPTD Pan<ir 150
Pengendalian Petugas Parkir 161
Bimbingan dan Penyuluhan Parkir 163

LAMPIRAN 165
lampiran 1 Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat Ii, No. 1 167
Tahun 1988 Tentang Penyelenggaraan Dan
Pengelolaan Tempat Parkir Di Kabupaten
Daerah Tingkat Ii Malang
Lampiran 2 Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah 177
Tingkat II Semarang Nomor : 551 .2/69 Tahun
1985 Tentang Pengoperasian Unit Mobil
Derek Dalam Rangka Pelaksanaan Peraturan
Daerah Tanggal 28 September 1971 Tentang
ljin Pemakaian Sementara Jalan-Jalan Umurn,
Lapangan-Lapangan Dan Tanah Lapangan
Lain Yang Dikuasai Oleh Pemerintah
Kotamadya Daerah Tingkat Ii Semarang Yang
Tetah Diubah Dan Di1ambah Terakhir Dengan
Peraturan Daerah No. 4 Tahun 1981
Daftar lstilah 183
lndeks 186
Daftar Pustaka 187
lX

DAFTAR GAMBAR

Gambar 11 Oimensi Kendaraan Standar untuk Mobil


7
Penumpang
Gambar 1 2 Saluan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil
9
Penumpang (dalam cm)
Gambar1 3 Saluan ruang parkir untul< penderita cacat
dan ambulance 10
Gambar 1.4 Saluan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truk
(dalam satuan cm) 11
Gambar 1 5 Saluan Ruang Parkir (SRP) untuk Sepeda
Motor (dalam cm) 12
Gambar 2. 1 Konsep model penlaku pemarkir 15
Gambar2.2 Harga sewa tanah dikaitkan dengan 1arak
dari pusat kola. 12
Gambar2.3 Hubungan antara volume lalu lintas termasuk
kegiatan parl<.ir dengan jarak dari CBD. 20
Gambar 2.4 Kaitan antara tanp dengan pendapatan
pennintaan parktr 21
Gambar 2.5. Usu/an pembagian zona parl<.ir untuk OKI 22
Jakarta
Gambar 2.6. Hubungan besamya permmtaan dan
penawaran parkir dengan tarip parkir 24
Gambar 2. 7. Dampak keblJBksanaan parl<ir terhadap
permintaan parkir. dari gambar terlihat bahwa
pengguna ruang J)<Jrkir akan beralih
kekswasan yang semakin jauh dari pusat 25
kota
Gambar 2.8 Pembatasan waktu parklr 27
Gambar 2.9. Contoh karcis parl<ir yang diterapkan di 27
Bandara Soekamo Hatta, yang menggunakan
pita magnetik untuk m&ncatat waktu
kendaraan masuk keruang parl<Jr, sehingga
kalau keluar <Japal diketahui berapa besar
tarip yang akan dikenakan terhadap pemarl<1r
Gambar210 Contoh pengendallan pintu mas11k damn 28
keluar pada kawasanlgedung parkir
Gambar 211 Meterparl<,r 29
Gambar 2. 12. Contoh pembatasan parkir berdasarkan 30
waktu dengan menggunakan rambu
Gambar2 13. Siklus penerapan kebijaksanaan park,r 32
Gamba, 3 1 Pembagian daerah surva, parkir 39
Gambar3.2 Perincian dari bfok 40
Gambar3.3. Contoh formulir inventansasi park,r 41
X

Gambar3.4. Akumulasi parkir 42


Gambar 3.5. Formulir wawancara parklr 44
Gambar3.6. Garis kebutuhan parkir. 45
Gambar 3. 7. Histogram lamanya/durasi parkir 46
Gambar3.8. o;agram batang maksud perjalanan pemarkir 47
Gambar3.9. Diag.ram lingkaran maksud perjalanan 47
pemarkir
Gambar 3. 10. Contoh kartu-pos inventansasi kebutuhan 48
parldr
Gamber 3. 11. Kordon suNai parkir disuatu kawasan
perbelanjaan 50
Gambar 3. 12. Contoh formulir suNai pengamatan parkir
kendaraan 53
Gambar 3. 13. Distribus/ frekuensi lamanya kendaraan 54
parkir
Gambar5. 1. Ruang Parkir pada Badan Jalan 66
Gambar5.2. Tata cara parkir para/el 67
Gambar5.3. Tata cara parkir ditanjakan 67
Gambar5.4. Tata cara parkir diturunan 68
Gambar5.5. Tata cara parkir membentuk sudut 30 derajat 68
Gambar5. 6. Tata cara parkir membentuk sudul 45 derajat 69
Gambar5. 7 Tata cara parkir membentuk sudut 60 derajat 69
Gambar5.8 Tata cara parkir tegal< Jurus 70
Gambar5.9 Tata cara parkir sudut ditanjakan 71
Gambar 5. 10. Tata cara parkir sudut di turunan 71
Gambar 5. 11. Tata cara parkir dekat penyeberangan
pejalan kaki 72
Gambar 5. 12. Tata cara parkir dekat tikungan 72
Gambar 5. 13. Tata cara parkir dekat jembatan 73
Gambar 5. 14. Tata cara parl<ir dekat rel kereta api 73
Gambar 5. 15. Conteh lain tata cara parkir dekat rel kereta 74
api
Gambar 5. 16. Tata cara park.ir menjefang persimpangan 74
Gambar 5. 17. Tata cara parkir didel<aJ. akses bangunan 75
Gambar 5. 18. Tata cara parkir dekat hydrant 75
Gambar 5.19. Dimensi rambu Jarangan parkir 76
Gamba, 5. 20. Papan tambahan yang digunakan untuk
melengkapi rambu park.ir 77
Gambar5.21 Rambu Petunjuk Parkir 78
Gambar 5. 22. Marka larangan berhenti 79
Gambar 5. 23. Marka larangan parkir di dekat
penyeberangan pejalan kaki. 80
Gambar 5.24. Marka untuk. parkir para/el 81
Gambar 5.25. Marka untuk parkir sudut 82
Gambar 5.26 Marka simbol untuk menunjukkan tempat
parkir bag, penderita cacat 82
xi

Gambar6.1. Pola pari<Jr tegak Jurus 85


Gambar6.2. Pola parktr sudut 85
Gambar6.3. Parkir legal< Jurus yang berhadapan 86
Gambar6.4. Parkir sudut yang berhadapan 87
Gambar6.5. Taman parkir tegak lurus dengan 2 gang 87
Gambar6.6. Taman parkir sudut dengan 2 gang type A 87
Gambar6. 7, Taman parkir sudut dengan 2 gang type B 88
Gambar6.8. Taman parkir sudut dengan 2 gang type C 89
Gambar 6.9. Pola Parkir Satu Sisi 89
Gambar 6. 10. Pola Parkir Dua Sisi 89
Gambar 6. 11. Pola Parkir Satu Sisi 90
Gambar 6. 12. Pola Parkir Dua Sisi 90
Gambar 6. 12. Pola Parkir Dua Sisi 91
Gambar 6. 13. Ukuran pelataran parl<ir tegak lurus 92
Gambar 6. 14. Ukuran pelataran parl<ir sudut 94
Gambar 6. 15. Pintu Masuk dan Keluar Terpisah 94
Gambar 6. 16. Pintu Masuk dan Keluar Menjadi Satu 94
Gambar 6. 17. Tata letak pelataran parl<ir, pintu terpisah 96
Gambar 6. 18. Tata letak pelataran parl<ir pintu terpisah 96
Gambar 6. 19. Tata /etak pelataran parkir pintu tunggal 97
Gambar 6.20. Tata letak pelataran parl<ir dengan 2 pintu 97
Gambar 6.21. Dimensi bus 98
Gambar 6.22. Untasan mobil yang perlu mendapat
perhatian pada desain tempat park,r 99
Gambar 6.23. Si.rkulasi ditempat parkir mobil barang 101
Gambar6.24 Fasllitas untuk parkir sepeda 102
Gambar 7. 1. Berbagai bentuk gedung parkir bertingkat 105
Gambar 7.2. Hubungan antara besamya tanjakan dengan
panjang ramp 107
Gambar7.3. Tanjakan peraJihan untuk menghindari
benturan antara anjuran kendaraan dengan
lantai pada awa/ atau akhir ramp. 108
Gambar7.4 Dimensi ramp helikal 108
Gambar7.5. Penahan roda, pada gambar kiri ditunjukkan
penahan roda pada parkir sudut. 109
Gambar7.6 Kailan antara sudut parkir dengan jarak
muka penahan roda ke dinding, jarak akan
/ebih pan1ang kalau kendaraan masuk
keruang parkir mundur. 110
Gambar 7 7. Pola sirl<ulasi digedung·parkir ramp menerus 111
Gambar 7 8. Pola sirl<ulaSI digedung parl<ir ramp menerus
berlawanan 111
Gambar 7 9 Pola sirl<ulaSI d1gedung parkir Jantai stager 112

Gamber 7 10, Pola sirkulas1 d1gedung parkir lanta, stager 112


t,ga susun
'Iii

Gambar 7. 11 . Pola SJrkulas, digedung park,r lantat miring 113


Gambar 7. 12. Contoh tower parking system 115
Gambar 7. 13. Contoh elevator parkmg system 116
Gambar 7. 14. T,pe mstalasi pada tower parking dan
elevator parking 117
Gambar 7. 15. Tipe untuk kendaraan masuk pada tower
parkmg. 117
Gambar 7. 16. 8 lipe dasar untuk tower parking system 118
Gambar7. 17 Tipe untuk kendaraan masuk pada elevator
parking system 119
Gambar 7.18 4 tipe dasar elevator parkmg s,stem 120
Gambar 719. Be berapa tipe dasar dan UD type convey
r
parking 121
Gambar 7.20. 3 Tipe dasar dari Box type convey parking 122
Gambar 7.21 4 Tipe dasar dan Sliding type squares
parking
Gambar 7 22. Contoh multi storied parkmg system yang
dikembangkan 124
Gambar 7 23. Beberapa tipe dasar multi storied parking 125
Gambar 7. 24. Papan informasi elektronik 126
Gamber 7.25. Struktur sistem informasi parkir 127
Gambar 7 26. Sistem pencegahan parkir ilegal 127
Gambar8. 1 Organisasl UPTD Perparkiran yang 131
sederhana
GambarB.2 Dampak kendaraan parkir temadap Jebar
efektip jalan 135
Gambar8.3. Dampak kendaraan yang parkir terhadap
kapasitas persimpangan 135
GambarB.4. Kendaraan yang diderek pada dari depan
pada gambar atas dan pada roda belakang
pada gambar bawah. 142
GambarB.5. Pemasangan kunci roda yang dipasang pada
roda depan 143
Gambar9.1. Proses pelaksanaan Gugus Kendali Mutu 148
Gambar 9.2. Rata-rata dan kisaran pendapatan parlor
dalam kurun waktu tertentu 156
Gambar9 3. Contoh peta kendalt 159
Gambar9 4, Data yang kefuar dari batas limit yang
ditetapkan 159
Gambar9 5. Data yang keluar dari batas limit yang
d,tetapkan 160
Gambar9 6. Data yang menun1ukkan kecenderungan
meningkat terus atau menurun rerus 160
Gambar 9 7 Ge1a1a penodiSJtas data 161
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 1 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan 8

Tabel 1.2 Penentuan Saluan Ruang Parkir (SRP) 8


Tabel 2.1. lnstrumen kebiJaksanaan parkir 17
Tabel 2.2. Aspek yang dinila, dalam analisis sebelum
dan sesudah
34
Tabel 2 3. Lembar Data Latar Belakang Untuk Jalan
Utama Area IRL
35
Tabet 4 . 1 Kebutuhan SRP di pusat perdagangan 57
Tabel 4 2 Kebutuhan SRP di pusat perkantoran 57
Tabet 4.3. Kebutuhan SRP d1 pasar swalayan 57
Tabet 4.4 Kebutuhan SRP di pasar 58
Tabel 4.5 Kebutuhan SRP d1sekolah/perguruan tinggi 58
Tabel4.6 Kebutuhan SRP tempat rekreasi 58
Tabet 4.7 Kebutuhan SRP hotel/tempat penginapan 59
Tabel 4.8 Kebutuhan SRP rumah sakit. 59
Tabel 4 9. Kebutuhan SRP bloskop/gedung pertunjukan 59
Tabel 4 10 Kebutuhan SRP getanggang olahraga 60
Tabel 4 11 Ukuran Kebutuhan Ruang Park.Jr 60
Tabel 5 1 Lebar Minimum Jalan Lokal Primer Satu Arah
Untuk Parkir Pada Sadan Jalan
65
Tabel 5.2 Lebar Mrnimum Jalan Lokal Sekunder Satu 65
Arah Untuk Parl<ir Pada Badan Jatan
Tabel 5.3 Lebar Minimum Jalan Kolektor Satu Arah 66
Untuk Parkir Pada Sadan Jalan
Tabel 5.4 Ukuran Rambu Larangan Parkir 76
Tabel 5.5 Ukuran Rambu Petunjuk Tempat Parkir 78
Tabel 6 1 Lebar Jalur Gang 78
Tabel 8 1 Pengendalian yang harus dilakukan pada 136
berbagai klas1fikasi jalan
XIV

Tabel 91 . Pendapatan asli daerah dari retribusi daerah. 151


1996
Tabel 9.2. nngkat penggunaan parkir 153
Tabel 9.3 Taksiran pendapatan parkir 154
Tabel 9.4. Jumlah kendaraan parkirrata-rata 155
label 9.5. Taksiran pendapatan parkir 155
Tabel 9 6 Manfaat peta kendali 157
Tabel 9 7. Koefisien kendali 158
2

UM UM
Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan
diakhiri ditempat parkir. oleh karena ltu, ruang parkir tersebar
ditempat asal pef]alanan bisa di garasi mobil, hataman ataupun tepi
jalan dan ditujuan perjalanan, dipelataran parkir, gedung parkir
ataupun ditepi jalan. Karena konsantrasi tujuan perjalanan lebih
tinggi dari pada ditempat asal perjalanan, maka biasanya menjadi
permasalahan ditujuan perjalanan. Namun sebelum lebih jauh kita
harus mengetahui lebih dahulu definisi parkir dan stop/berhenti,
parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara, sedang berhenti adalah keadaaan tidak bergerak suatu
kendaraan untuk sementara dengan pengemudi tidak meninggalkan
kendaraannya.
Adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyara.kat, baik. perubahan dalam demografi. ekonomi maupun
soslal mempunyai implikasi tertentu kepada sektor parkir.
Perubahan~perubahan tersebut mempunyai akibat tertentu kepada
kebijaksanaan yang telah ada: yang mengharuskan para pengambil
keputusan untuk selalu mengantisipasi adanya perubahan-
perubahan tersebut
Dalam mengatas1 masatah transportasi ada beraneka ragam
instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah. lnstrumen yang
umum dikenal adalah : peraturan, perizinan lokasi parkir dan
pengendalian harga/tarif parkir.
Yang menjadi masalah dalam penggunaan instrumen-
lnstrumen tersebut adalah apakah penggunaan sesuatu instrumen
merupakan pemecahan yang efektif dari masalah yang dihadapi?.
Dan apakah dampak-dampak yang cfitimbulkan oleh kebijaksanaan
yang dlambil?. Kadang-kadang untuk pemecahan masalah yang
dihadapi tidak digunakan hanya satu instrumen, tetapi kombinasi dari
beberapa instrumen yang tersedia.
Pola tata guna lahan merupakan salah satu hal yang panting
untuk diperhatikan dalam menyusun suatu tarif parkir. Semakin
mendekati pusat kota, maka harga lahan juga naik. Dengan
demikian harga fasilitas parkir dapat lebih tinggi di pusat kota
dibanding dengan di pinggiran kota.
Kebijaksanaan parkir dengan pembatasan biaya mampu
mendistribusikan volume lalu lintas. Jalan-jalan di sekrtar CBD
dlbebani volume lalu lintas yang besar dapat dialihkan ke pinggiran
kota dengan menerapkan kebijaksanaan yang telah diuraikan di
atas.
Pan<ir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan
dan menginginkan kendaraannya parkir ditempat. dimana tempat
tersebut mudah untuk dicapai. Kemudahan yang diinginkan tersebut
salah satunya adalah parkir di badan jalan.
Untuk itu pola parkir yang ada di badan jalan adalah pola
parkir paralel dan menyudut Akan tetapi tidak selalu parkir di badan
jalan diizinkan, karena kondisi arus lalu lintas yang tidak
memungkinkan.
Dengan demikian untuk mendisain suatu area parkir di badan
jalan ada 2 (dua) pilihan yakni, pola parkir parale1 dan menyudut.
Hanya kita memilih mana yang terbaik untuk direkomendasikan pada
suatu badan jalan.
Oasar pengaturan mengenal parkir adaJah Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor : KM 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir
untuk Umum dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 4
Tahun 1994 tentang Tata Cara Parkir Kendaraan Bermotor di Jalan
telah diatur fasilitas parkir untuk umum dan tata cara parkir di jalan,
dengan Keputusan Dirjen Darat No. 272/HK.105/DRJD/96.

PENYELENGGARAAN PARKIR
Penyediaan tempat-tempat parkir di pinggir jalan pada lokasi
jalan tertentu baik di baoan jalan maupun dengan menggunakan
sebagian dari perkerasan jalan. mengakibatkan, turunnya kapasttas
jalan, terhambatnya arus lalu lintas dan penggunaan jalan
menjadi tidak efektif
Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya pemilikan
kendaraan menambah permintaan akan ruang jalan untuk kegiatan
lalu lintas. Fasilitas parkir untuk umum juga dapat berfungsi sebagai
salah satu atat pengendali lalu lintas. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka pada kawasan-kawasan terteritu dapat disediakan
fasilitas parkir untuk umum yang diusahakan sebagai suatu kegiatan
usaha yang berdiri sendiri dengan memungut bayaran. Fasilitas
parl<lr untuk umum seperti ini antara lain dapat berupa gedung pari<ir
dan taman parkir. Tidak termasuk dalam pengertian ini adalah
fasilitas parkir yang merupakan penunjang dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pokok dart gedung perkantoran.
pertokoan dan lain sebagainya.
Sasaran penyelenggaraan parkir
Perparkiran merupakan bagian yang penting dalam
manajemen lalu lintas dikawasan perkotaan. Kebijaksanaan
perparkiran harus dilakukan secara konsrsten, sehingga seluruh
aspek dart kebijaksanaan tersebut diarahkan pada tujuan yang
sama.
Sasaran utama dari kebijaksanaan parkir sebagai bagian dari
kebijaksanaan transportasi adalah sebagai berikut :
a. untuk mengendalikan iumlah kendaraan yang masuk kesuatu
kawasan.
b meningkatkan pendapatan asli daerah yang dikumpulkan melalui
retribusi parkir.
c. rneningkatkan fungsi j alan sehingga sesuai dengan peranannya,
d meningkatkan kelancaran dan keselamatan lalu lintas
e mendukung tlndakan pernbatasan lalu lintas lainnya.
Sasaran tersebut diatas dilakukan secara tersendiri tapi
cenderung untuk saling melengkapi.
Kewenangan penyelenggaraan parkir
Pasal 11 ayat 2 Undang~undang No 14 Tahun 1992
menyebutkan bahwa fasilitas parkir untuk umum dapat
diselenggarakan oleh Pemerintah, badan hukum Indonesia, atau
warga negara Indo nesia. Mengingat keterbatasan biaya
pembangunan dan untuk rneningkatkan peran serta masyarakat
daJam penyediaan fasilitas parkir untuk umum maka usaha ini
terbuka bagi warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia
Dalam KM Memer1 Pertlubungan No.66 Tahun 1993 pasal 7
ayat 2 dljelaskan bahwa izm penyelenggaraan fasilitas parkir untuk
umum diberikan oleh Bupati / Wallkotamadya Kepala Daerah
Tingkat II untuk wilayah Kabupaten / Kotamadya Oaerah Tingkat 11,
oleh Gubemur / Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Riau untuk wilayah
Kotamadya Administratif Batam dan oleh Gubemur / Kepala Daerah
Khusus lbukota Jakarta untuk Daerah Khusus lbukota Jakarta.
Penyelenggaraan fasilitas parkir umum meliputi pembangunan.
pengoperaslan dan pemeliharaan Penyelenggaraan tasJlitas parkir
untuk umum, dapal memungut biaya terhadap penggunaan fasill1as
parkir yang diusahakannya.
Berbeda dengan k.etentuan yang berfaku sebelum ini didalam
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 tentang Retribusi,
retribusi parkir hanya dapat dilakukan dipinggir jalan dan pada
tempat khusus parkir yang dimllikl atau dfkelola oteh pemerintah
daerah se<fangkan bagi pelataran/gedung parkir yang dimiliki atau
dikelola oleh swasta retribusi parkir tidak dapat dipungu1 oleh
Pemerintah Daerah.
Fasilitas parklr untuk uml.RTI

Fasilitas parkir t.mtuk umum di luar badan jafan dapat berupa


taman parkir dan atau gedung parl<ir. Yang dimaksud dengan di luar
badan jalan antara lain pada kawasan-kawasan tertentu seperti
pusat-pusat perbelanjaan. bisnis maupun perkantoran yang
menyediakan fasilitas parklr untuk umum.
Penetapan lokasi fasllltas parl<ir
Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh
Menteri. Penetapan lok.asi dan pembangunan fasmtas parkir untuk
umum, clilakukan dengan memperhatikan :
a. rencana umum tata ruaog daerah;
b. keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
c. kelestanan lingkungan,
d. kemudahan bagi pengguna jasa.
Keberadaan f asilitas parkir untuk umum berupa gedung pafkir
atau taman parkir harus menunjang keselamatan dan kelancaran lalu
llntas, sehingga penetapan lokasinya terutama menyangkut akses
keluar masuk fasilitas parkir harus dirancang agar tidak mengganggu
ketancaran lalu lintas.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan lokasi,
pembangunan dan persyaratan teknis fasmtas parkir untuk umum
diatur dengan Keputusan Menteri.
Penyetenggara parl<ir
Penyelenggaraan fasilitas par1<1r untuk umum menurut
peraturan perundangan yang bertaku dilakukan oleh :
a. pemerintah;
b. ba~an hukum Indonesia;
c. warga negara Indonesia.
Penyelenggaraan fasilitas paoor yang dilaksanakan oleh
Badan hukum atau warga negara Indonesia, harus dengan izin. lzin
diberlkan oleh Pemerintah Daerah. Ketentuan lni dimaksudkan agar
fasilitas parkir untuk umum yang disediakan memenuhi persyaratan
keselamatan dan menjamin kelancaran lalu lintas.
Penyelenggara f asilitas parkir untuk umurn dapat memungut
biaya terhadap penggunaan f asilitas yang diusahakan. Besamya
biaya ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Biaya sebagaiman.a
dimaksud dalam ketentuan ini adalah untuk penggunaan fasilit:as
parkir di luar badan jalan.
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan fasilitas pari<ir
dapat mengusahakannya sendiri dengan membentuk UPTD ataupun
dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Sekarang di beberapa kota
besar untuk penyelenggaraan parkir dikawasan-kawasan yang
dimiliki oleh pengembang sering diserahkan kepada pengelola parkrr
profesional seperti Secure Parking.
Penyelenggara fasilitas parkir, waJib menjaga ke1ertiban,
keamanan. kelancaran lalu lintas dan kelestarian Hngkungan.
Aspek Pembinaan
Pembinaan d1 bidang lalu lintas jalan khususnya mengenai
parkir meliputi aspek-aspek sebagai berikut ;
• pengaturan,
• pengendalian dan
• pengawasan
yang ditujukan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban,
kelancaran lalu lintas. Disamping itu, dalam melakukan pembinaan
penyelenggaraan parkir juga harus diperhatil<an aspek kepentingan
wnum atau masyarakat pemakai jalan, kelestarian lingkungan, tata
ruang, perk.embangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan
intemasional serta koordinasi antar wewenang pembinaan lalu lintas
jalan di tingkat pusat dan daerah serta antar instansl, sektor dan
unsur terkait lainnya.
Dalam rangka pembinaan penyelenggaraan parkir
sebagaimana tersebut diatas, diper1ukan penetapan aturan-aturan
umum yang bersifat seragam dan berfaku secara nasional serta
dengan mengingat ketentuan--ketentuan lalu lintas yang berlaku
secara intemasional.
Disamping itu, untuk dapat lebih meningkatkan daya guna
dan hasil guna dalam penggunaan dan pemanfaatan jalan, diperlu-
kan pula adanya ketentuan--ketentuan bagi Pemerintah dalam
melaksanakan kegiatan--kegiatan perencanaan. pengaturan,
pengawasan dan pengendalian lalu lintas dan juga dalam
melaksanakan kegiatan--keg1atan perencanaan. pengadaan,
pemasangan, dan pemeliharaan fasilitas pertengkapan jalan di
seluruh jaringan jalan primer dan sekunder yang ada di tanah air baik
yang merupakan Jalan Nasional. JaJan Propinsi, Jalan Kabupaten.
Jalan Kotamadya, maupun Jalan Desa.
Untuk kepentingan baik pemerintah maupun masyarakat, maka
dalam peraturan pemerintah m1 diatur ketentuan-ketentuan
mengenai prasarana lalu lintas dan angkutan jalan yang mefipuli
antara lain kelas-kelas jalan, jaringan lintas angkutan barang,
terminal penumpang dan barang fasilitas pejalan kaki, fasilitas
penyeberangan orang, fasilitas parkir. rambu-rambu, marka jalan,
alat pemberi isyarat lalu lintas. dan lain sebagainya dimana
kesemuanya itu merupakan unsur penting dalam menyelenggarakan
lalu lintas dan angkutan jalan yang berdaya guna dan berhas.il guna
serta dalam rangka memberikan perlindungan keselamatan,
keamanan. k.emudahan serta kenyamanan bagi para pemakai jalan.
7

SATUAN RUANG PARKIR (SRP)


Dasar Pertimbangan Satuan Ruang Parkir ($RP)
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa satuan ruang
parkir (SRP) digunakan untuk mengukur kebuttJhan ruang parkir.
Tetapi untuk menentukan satuan ruaAg parkir tidak terlepas dari
pertimbangan-pertimbangan seperti halnya satuan-satuan lain.
Demlkian juga halnya untuk menentukan satuan ruang parkir
(SRP} didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan hal sebagai
berikut ini :
Dimensl kendaraan standar untuk mobll penumpang.

a = jarak gandar h = tinggi total


b = depan tergantung (fron overhang) B = lebar total
c = belakang tergantung (rear overhang) L = panjang total
d = lebar jejak

Gambar 1. 1. Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang


Ruang bebas kendaraan parklr
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral
dan longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan
pada saat posisi pintu kendaraan dlbuka, yang diukur dari ujung
paling luar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya.
Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara
pintu kendaraan dan kendaraan yang park.Ir di sampingnya pada
saat penumpang turun dari kendaraan. Ruang bebas arah
memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari
benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang
(aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak
bebas arah longitudinal sebesar 30 cm.
Lebar bukaan pintu kendaraan
Ukuran lebar bukaan pmtu merupakan fungsi karakteristik
pemakai kendaraan yang memanfaatkan f asilitas parkir.
Sebagai contoh. lebar bukaan pintu kendaraan karyawan
kantor akan berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan
pengunJung pusat keg1atan perbelanjaan. Dalam hat ini, karakteristik
pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih
menjadi tiga seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1 1. Lebar Bukaan P1ntu Kendaraan

0 intu depan/ belakang


• Karyawan/pekerJa kantor
terbuka tahap awal 55
• Tamu/pengunjung pusal
cm.
Keglatan perkantoran, peid&-
gangan. pemerintahan,
Unrvers1tas

Pmtu depan/belakang • Pengunjung tempat II


terbuka penuh 75 cm
OJ-ahraga, pusat h1buran/
Rekreas,, hotel, pusat per-
dagangan eceran/swalayan,
Rumah saklt, bioskop

Pmtu depan terbuka • Orangcaeal Ill


~uh dan ditambah
untuk pergerakan kurst
roda

Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)


Berdasarkan Tabel 1.1, penentuan satuan ruang parkir (SRP)
dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan penentuan SRP
untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan.
seperti pada Tabet 1.2
Tabel 1.2 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)
==-,..,--:--.-,~=-:,=

~~---!.'~\

1 a Mobil penumpang 1.1'\lllk golongan I 2.30x 5,00

b Mobil penumpang untuk golongan II 2.50 • 5.00


c Mobll penumpang unluk golongan Ill 3,00x S,00
2.. 8us.1ruk 3 ,40X 12.50
3 ~ m o to, 0,7Sx 2.00
I)

Seperti yang dluraikan pada tabel di atas, yakni menunjukkan


satuan ruang parkir untuk masing-masing jenis kendaraan.
Satuan ruang parkir pada Tabel 1.2 di atas untuk masing-
masing jenis kendaraan tela'h dianallsis sedemikian rupa dan dengan
beberapa pendekatan.
Analisis-analisis yang telah dilakukan secara matematis
tertladap masing-masing jenis kendaraan dapat dilihat pada uraian
sebagai berikut ini :
Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang
Saluan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobfl Penumpang
ditunjukkan dalam gambar berikut :

Bp .. 1
a, 1
.....
:. _ _.B..___.,l_•a"'+,.,.~~-1
------ ------

L SRP L

a2

Keterangan
B = lebar total ~endaraan Bp = Lebar SRP
L = panjang lotal Lp = Panjang SRP
O = lebar bukaan pintu arah longitudinal
a1 , a2 = j arak bebas
R = iarak bebas arah lateral

Gambar 1.2 Satuan Ruang Pari<ir (SRPJ untuk Mobil Penumpang


(dalamcm)

Gol I : B 170 = a1 =10 Bp = 230 = B + 0 + R


0=55 L =
470 Lp =500 = L + a1 + a2
R=S a2 = 20
Gol 11 8 = 170 a1 = 10 Bp =250 = B + 0 + R
O= 75 L =
470 Lp =500 =L + a 1 + a2
R=S a2 20=
Io

Gol Ill : B = 170 a1 = 10 Bp = 300 = B + 0 + R


0 = 80 L = 470 Lp = 500 = L + a 1 + a2
R = 50 a2 = 20
Satuan ruang parkir untuk penderita cacat khususnya bagi
mereka yang menggunakan kursi roda harus mendapat perhatian
khusus karena diperlukan ruang bebas yang lebih lebar untuk
memudahkan gerakan penderita cacat keluar dan masuk kendaraan.
Untuk itu digunakan SRP dengan lebar 3.6 meter, minimal 3.2 m
sedang untuk ambulance dapat disediakan SRP dengan lebar 3.0 m,
minimal 2.6 m. Penempatannya ditakukan sedemikian sehingga
mempunyai akses yang baik ketempat kegiatan. Gambar berikut
menunjukkan ruang parkir bagi penderita cacat disebelah ruang
parkir yang normal.

SRP untuk pemal(al SRP lKllu)(


Standar SRP. 2-3 m kurS4 roda. 3.6 m ambulance. 3.0 m
I• •l+-•-- - - - -- -11•,Ml•i--- ---------•I
Gambar 1.3. Satuan ruang parkir untul< penderita cacat dan
ambulance

satuan Ruang Parklr untuk Bus/Truk


Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil bus atau truk,
besamya dipengaruhi oteh besamya kendaraan yang akan partc.ir,
apakah ukuran keen, sedang ataupun besar. Konsep yang dijadikan
acuan untuk menetapkan SRP mobil barang ataupun bus
ditunjukkan dalam gambar berikut :
11

Bp

L
D D SRP
bus/truk
L

□ □
a2

Gambar 1.4 Saluan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truk (dalam


satuan cm)
Dimensi gambar adalah sebagai berikut :
Bus/ B = 170 a1 = 10 Bp =
300 = B + 0 + R
Truk kecil O= 80 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R 30= =
a2 20

Bus/ B =
200 a1 = 20 Bp = 320 =B + 0 +R
Truk sedang 0=80 =
L 800 Lp = 500 = L + a1 + a2
R =40 a2= 20

Busl B =250 =
a1 30 Bp = 380 =B + 0 + R
Truk besar 0 80= L = 1200 Lp = 1250 =L + a1 + a2
R = 50 a2 =20

Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor


Saluan Ruang Parkir (SRP) untuk sepeda motor ditunjukkan
dalam gambar berikut :
12

I
I .___S_Rp__,

Gambar 1.5 Satuan Ruang Parl<ir (SRP) untuk Sepeda Motor


(dalam cm)
~ rE fQJ ~ J@J lS>@J IM1 rAJ ~HNJ
[f@J~~~~
1-t

DASAR KEBIJAKSANAAN PARKIR


Bila permintaan terhadap parl<ir meningkat dan tidak mungkin
untuk memenuhinya atau bila parkir yang dilakukan dipinggir jalan
mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran lalu hntas ataupun
untuk membatasi arus lalu lintas menuju suatu kawasan tertentu
maka sudah pertu untuk mempertimbangkan penerapan suatu
kebijaksanaan parkir untuk mengendallkannya.
Katau kita membicarakan tentang kebijaksanaan dibidang
parkir, maka kita akan membicarakan tentang pemilihan tujuan-
tujuan yang ing,n dicapa, dibidang parkir, cara-cara yang mana yang
digunakan untuk mencapai lujuan tersebut, satu organisasi/
lembaga/instansi yang terlibat dalam pengambilan keputusan
maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang
bersangkutan.
Pengertian Kebijaksanaan
Apakah yang dimaksud dengan kebijaksanaan (policy) itu?
Untuk memahami pengertian kebijaksanaan tersebut, berikut ini
diberikan beberapa perumusan tentang kebijaksanaan.
Kebijaksanaan (policy) pada umumnya menunjukkan kepada
prinsip-prinsip yang mengatur kegiatan yang diarahkan kepada
pencapaian suatu tujuan tertentu. Oengan demikjan setiap studi
tentang kebijaksanaan seharusnya menyangkut tiga hal pokok yaitu :
a. apa yang kita inginkan (tujuan)
b. bagaimana mencapai tujuan tersebut (sarana/cara)
c. siapa kita ini (jenis organisasi atau kelompok yang bersangkutan)
Kebijaksanaan (public policy) juga dapal dirumuskan sebagai
~suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau
oleh kelompok (politisi) dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-
cara untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut pihak
yang membuat kebijaksanaan mempunyai kekuasaan untuk
melaksanakannya~.
Dalam rumusan ini kebijaksanaan secara umum ataupun
khususnya kebijaksanaan parkir menyangkut 4 (empat) unsur pokok,
yaitu:
a. p-emilihan dan penetapan tujuan
b. pengambilan keputusan:
c. cara-cara untuk mencapai tujuan;
d. organisasinembaga yang melaksanakan, yang mempunyai
kekuasaan untuk menetapkan kebijaksanaan parkir
l:i

Ruang Lingkup Kebijaksanaan Parkir


Salah satu unsur pokok dan kebijaksanaan adalah penentuan
tujuan. Dan penentuan tujuan ini bukan merupakan hal yang mudah.
Karena kita berhadapan dengan berbagai golongan masyarakat
yang kepentingannya berbeda-beda, bahkan dapat saling
bertentangan.
Kita mengenal adanya berbagai katagori tujuan. Ada tuJuan
umum. ada pula tujuan khusus. Ada tujuan jangka panjang, dan ada
pula tujuan jangka pendek Kita juga mengenaJ adanya tujuan
nasional, tujuan sektoral dan tujuan yang bersifat regional.
Disamping itu kita mengenal adanya tujuan antara dan tujuan akhir
(intermediate and final objectives). Dengan demikian kita mengenal
adanya semacam hirarki dalam tujuan yang ingin dicapai.
Gambar berikut menunjukkan konsep Model perilaku
pemari<ir, dimana penetapan kebijaksanaan parkir merupakan salah
satu instrumen yang mempengaruhi penlaku pemarkir dalam
menentukan pilihan mereka, apakah parkir ditempat yang ditunjuk
ataupun ditempat paridr ilegal.


KE&IAKSANAAN
PAR.KlR

j ~

PRILAKU
PEMARKJR

- -
- TINGKAT
PELAYANAN DAN
PENYEDIAAN
RUANG PARJ<IR

4 I
-
' ~
PEMERJNTAH PB.JHAN TEMPAT PENGEMBANG
DAERAH PAR.KIR

' ■ A •

♦ f
JUMLAH JUMLAH
PEMARKIR PEMARKJR

I I

Sumber : Teknomo (1997)


Gambar 2. 1. Konsep model pen1aku pemarkir
16

Pemahaman Sistem Dalam Kebijaksanaan


Kalau kita memandang pola parkir sebagai suatu sistem,
dimana unsur-unsur prasarana, sarana dan pemakai merupakan
unsur-unsumya. Sebagai suatu srstem, unsur-unsumya mempunyai
kaitan satu sama lain. yang berarti bahwa adanya perubahan pada
satu unsur akan berpengaruh terhadap unsur yang lain. Misalnya :
pada angkutan jaJan raya, adanya pembangunan jalan baru akan
membawa perubahan kepada unjuk kerja dari keseluruhan sistem.
Adanya penambahan ruas-ruas jalan memungkinkan penambahan
lokasi-lokasi parkir. yang berarti adanya peluang-peluang bagi
penambahan lokasi parkir.
Disamping rtu kalau kita memandang dalam kaitan lebih luas,
dari sudut perekonomian secara keseluruhan, transportasi hanyalah
merupakan suatu sub s~stem. lni berarti bahwa perubahan pada sub
sistem transportasi akan berpengaruh kepada sub sistem yang lain.
Sebaliknya perubahan pada sektor ekonomi yang lain sebagai suatu
sub sistem akan membawa perubahan/pengaruh terhadap sub
sistem transportasi.
Dengan dasar pemahaman sistem tersebut, maka dalam
setiap pengambilan keputusan dibidang parkir perlu
mempertimbangkan :
• pengaruh kebijaksanaan terhadap pencapaian sasaran yang
ingin dicapai
• dampak atau pengaruh dari kebijaksanaan terhadap manajemen
lalu lintas
• dampak atau pengaruh dari kebijaksanaan terhadap sektor-
sektor ekonoml yang lain
• dampak kebijaksanaan terhadap masyarakat
Dengan pandangan seperti itu, diharapkan bahwa
kebijaksanaan parkir yang dirancang akan mencapai sasaran, dan
memperkecil pengaruh yang negatif yang mungkin timbul.
lnstrumen Kebljaksanaan Parl<ir
Walaupun pemerintah tidak menguasai seluruh sistem
transportasi yang ada, tetapi pemerintah sebagai pengatur dan
pembina dalam penyetenggaraan transportasi mempunyai
k.ewenangan untuk mengatur dan mengendalikan pengadaan dan
penyelenggaraan transportasi. Dalam rangka mengatur.
mengendalikan dan membina sektor transportasi. pemerintah dapat
menggunakan berbagai instrumen kebijaksanaan.
Ada berbagai instrumen kebijaksanaan yang tersedia bagi
pemerintah, yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
17

penyelenggaraan parkir. atau memecahkan masalah parkir. dalam


rangka mencapai tujuan-tujuan yang ditnginkan. lnstrumen-instrumen
kebijaksanaan di b1dang pan<ir ditunjukkan dalam tabel berikul ·
Tabel 2.1 lnstrumen kebijaksanaan parkir

Kebijaksanaan • Peningkatan tarip • Pajak terhadap


tarip parkir penyediaan ruang
• Penggunaan
parkir
meter parkir
• Struktur tarip untuk
• lzin penggunaan
mempengaruhi minat
pemarkir lama untuk
parkir
Kebijaksanaan • Melarang parkir • Membekukan
pembatasan pembangunan tempat
• Melarang parkir
parkir baru
dengan
pengecuahan • Mengurangi ruang
kepada penghunl parklr yang ada
• Relokasi tempat • Mengendalikan parkir
parkir dimasa mendatang
• Variasi waktu buka
ruang parklr
• Relokasi tempat parkir

Masalah yang timbul dalam penggunaan instrumen-instrumen


tersebut adalah instrumen yang mana yang harus digunakan untuk
mencapai suatu tujuan. Pemilihan instrumen yang akan digunakan
tergantung masalah apa yang dihadapi, tujuan apa yang ingin
d1capal, dampak-dampal< apa yang mungkin timbul dan sebagainya.
Datam penerapan berbaga, instrumen, kadang-kadang
d1jumpai bahwa untuk pemecahan suatu masalah atau untuk
mencapai suatu tujuan, tidak cukup hanya diterapkan sa1u
,nstrumen: Untuk mencapai suatu tujuan mungkin per1u diterapkan
beberapa instrumen kebijaksanaan sekaligus.
Pengaturan pembatasan parkir
Kita mengenal adanya berbaga1 peraturan dan kelentuan-
ketentuan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka
pengendalian dan penyelenggaraan parkir Peraturan-peraturan
I~

yang ada menyangkut · peraturan tentang sarana, prasarana,


pengemudi. lalu lintas dan operasi parkir untuk semua pola parkir.
Pengendallan Hargaffarif Parkir
Penetapan harga/tartt parkir oleh pemerintah dianggap
sebagai metoda yang btsa digunakan dalam pengendalian
pelayanan parkir. Penetapan harga dapal diber1akukan secara
um um, atau dapat juga dibertakukan untuk jenis pelayanan tertentu.
Misalnya untuk mendorong agar orang-orang ingin pindah ke suatu
wilayah pemukiman dari lokasi parl<ir, pemerintah dapal menetapkan
tarif yang lebih rendah untuk wilayah pelayanan tersebul
Pemerintah juga dapat menetapkan tarif diskriminatif untuk
pelayanan yang sama. misalnya untuk kelompok mahasiswa. pelajar
dan orang--orang cacat. Pemerintah juga dapat mengizinkan
beroperasinya parkir dengan pelayanan yang lebih baik dengan tarif
lebih tjnggi misalnya, parkir di Gedung, par1<ir di tepi jalan dan lain
sebagainya.

KEBIJAKSANAAN TARIP PARKIR


Pertimbangan yang perlu diambil oleh pemerintah daerah dan
retribusi parkir ini adalah bagaimana menetapkan tarip parkir yang
p aling tepat, tidak terialu murah ataupun terfalu mahal. Dengan
menggunakan pendekatan ekonomi dapat ditetapkan tarip paoor
yang paling optimal. sehingga retrlbusi par1dr ini dapat dlgunakan
sebagai alat untuk mendapatk.an pendapatan asli daerah tetapi juga
sebagai alat untuk mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi.
Didalam penjelasan pasal 6 huruf c Peraturan Pemerimah
No. 20 Tahun 1997 tentang Retribusi dikatakan bahwa tarip retribusi
parkir ditepi jalan umum yang rawan kemacetan dapat dltetapkan
lebih tinggi dari pada di1epi jalan umum yang kurang rawan
kemacetan dengan sasaran mengendalikan kelancaran lalu lintas.
Oengan demikian dapat diterapkan tarip menurut zona, dimana zona
pusat kota dapat diterapkan tarip parkir yang lebih mahal ketimtxing
dizona pingglran kota
Selain i1u juga dijelaskan bahwa dalam penetapan tarif
retribusi i asa umum pada dasamya disesuaikan dengan peraturan
perundangan yang betaku mengenai jenis-jenis retribusi yang
bemubungan dengan kepentingan nasional dan memperhatikan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri dalam Negeri dan atau
Menteri Teknis terkait. dalam hal ini Keputusan Menteri Perhubungan
No. 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir untuk Umum dan
Keputusan Menteri Pemubungan No. 4 Tahun 1994 tentang Tata
Cara Par1<.ir Kendaraan Bermotor di Jalan.
.. 19

Satuan biaya untuk f asilitas penyelenggaraan parkir dapat


dihitung berdasarkan penggunaan fasilitas parkir per jam, per hari
atau perja-njian penggunaan dalam jangka waklu tertentu.
Besa mya biaya penyelenggaraan fasmtas parkir untuk umum
dan pemungutan biaya terhadap penggunaan fasilitas parkir
ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang bersangkutan.
Harga dan Tata Guna Lahan Perkotaan
Telah umum diketahui bahwa lahan yang terdapat di pusat
kota adalah lebih mahal dibanding dengan lahan yang terdapat di
luar pusat kola. Hanya orang yang sangat kaya yang mampu tinggal
di pusat kota_Untuk sebagian besar orang, tinggal pada tempat yang
berdekatan dengan pusat kota akan ditentukan oleh kemampuannya
untuk membeli lahan perumahan.
Alasan utama mengapa nilai lahan menjadi tinggi di daerah-
daerah pusat•pusat kota, adalah karena lokasi-lokasi di pusat kota
mempunyai suatu tingkat aksesibifitas (kemudahan hubungan) yang
tinggi untuk mencapai berbagai aktifitas yang terpusat di dalam
suatu daerah yang relatif kecil. Hal ini dapat bemilai tinggi bagi suatLJ
aktifitas usaha yang membutuhkan aksesibilitas yang tinggi seperti
m1salnya toko-foko eceran atau perus.ahaan-perusahaan
perdagangan lajnnya. Suatu lokas1 di pusat kota a1<an menempatkan
usaha-usaha perdagangan tersebut di dalam daerah yang memiliki
kemudahan akses bagi sebagian besar pembeli potensial yang
tinggal di dalam kota dan dekat dengan fasilitas-fasilitas penun1ang
yang terkonsentrasi di pusat kola.
Dalam istitah yang lebih teknis, kemampuan satu kegiatan
untuk bersaing dengan aktifitas-aktifitas tata guna lahan yang lain
dikenal sebagai 'kemampuan sewa (bid renl)". Suatu konsep yang
di<:lasarkan pada sejumlah grafik untuk berbagai jenis tata guna
lahan dapat dHihat pada gambar 2.2.
Sejalan dengan aktifitas bisnis, volume lalu lintas akan
menjadi lebih besar di daerah CBD. dan hat ini menimbulkan
permasalahan-pem,asalahan yang tidak asing lagi, yakni kendaraan
tersebut harus berhenti dan parkrr. Gamba, 2.3. menunjukkan
hubungan volume lalu lintas termasul< dalam hal inl kegiatan parkir
dengan jarak ke CBD.
rdaQangan Enceran

usln/perdagangan
Kemampuan
untuk rumahan dengan banyak keluarga
membayar
sews

Jarak dari pusat kota

Gambar 2.2. Harga sewa tanah dikaitkan dengan jarak dari pusat
kota.

arus/
jumlah
kendara-
an yang
parkrr

CBD Jaral< Da n CBD

Gambar 2 3 Hubungan anfara volume lalu lintas termasuk kegiatan


parki.r dengan jarak dari CBD.
21

Terfihat pada gambar 2.3. diatas, jaJan yang semakin


mendekati pusat kota, maka volume lalu lintasnya semakin besar
demikan juga kebutuhan akan tempat parkir. Apab~a jaJan tidak
dimbangi lebar yang sesual dengan volume lalu lintasnya, maka
tingkat pelayanan ruas jalan tersebut semakin buruk.
Harga Fasilitas Parklr
Penetapan tarip parkir dlterapkan untuk beberapa tujuan.
antara lain untuk memaksimalkan retribusi parkir seperti ditunjukkan
dalam gambar 2.4 ataupun untuk mengurangi kegiatan parkir suatu
daerah dalam kaitannya dengan pembatasan laJu lintas kendaraan
pribadi.
Sebagaimana dijelaskan dalam pasaJ 6 huruf c Peraturan
Pemerintah No. 20 Tahun 1997 tentang Retribusi dikatakan bahwa
tarip retribusi parkir ditepi jalan umum yang rawan kemacetan dapat
ditetapkan lebih tinggi dari pada ditepi jalan umum yang kurang
rawan kemacetan dengan sasaran mengendalikan kelancaran lalu
lintas, dengan demikian berkaitan dengan gambar 2.3. semakin
dekat ke pusat kota dapat drterapkan tarip yang lebih tinggi.
Berkaitan dengan itu kawasan dapat dikelompokkan untuk
membentuk zona-zona dengan ciri/karakteristik parkir yang sama.
dimana dapat diterapkan tanp menurut zona. pada zona pusat kota
dapat diterapkan tarip parl<1r yang lebih maha! daripada dizona

Pendapatan dan
Pennintaan

• pendapatan

pennlntaan

tarip

tanp op1imal

Gambar 2.4. Kaitan anta.ra tarip dengan pendapatan permintaan


parl<ir
22

pinggiran kota, contoh pembagian zona tarip parkir yang pemah


diusulkan untuk Jakarta ditunjukkan pada gambar 2.5. Selain itu juga
diJelaskan bahwa dalarn penetapan tarif retribusi jasa umum pada
dasamya disesuaikan dengan peraturan perundangan yang belaku
mengenai jen1s-Jerns retrtbusi yang berhubungan dengan
kepentingan nasional dan memperhatikan pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri Dalam Negeri dan atau Menteri Teknis terk.ait.
Penduduk kola-kota memiliki tingkat kegiatan yang relatif
s1buk dibanding ko1a-kota sedang dan kecil. Semakin mendekati
pusat kota , maka tingkat kesibukan relatif semakin tinggi pula.
Seiring dengan semakin tingginya tingkat kesibukan, maka diikuti
dengan harga lahan yang semakin tinggi pula. 0ihat gambar 2.2.) .
Harga lahan yang semakin tinggi menciptakan masalah
tersendiri, yaknl munculnya gedung-gedung yang tinggi, baik
sebagai tempat perbelajaan, kantor maupun lain sebagainya.
Gedung-gedung yang menJulang tinggi menunjukkan ruang yang
sangat besar dan hal ini memberikan dampak besar pula terhadap
arus lalu lintas.

/ \ .._
t..,t.. ,

- - .,._..,.....,....,.._~
,.,.. .,...
- - g,_., ........_._

~ ' ' --
- - ..,., ~

-- M.N:cb.;illlll1-1

Gambar 2.5. Usu/an pembagian zona parkir untuk OKI Jakarta

Penanganan parkir juga kesulitan untuk menyelenggarakan


perparkiran di tempat-tempat yang tingkat kesibukannya relatif tinggi.
Kesulitan tersebut disebabkan oleh permintaan parkir dan harga
lahan yang tinggi.
23

Parkir di ruar jalan yakni di gedung merupakan hal yang tidak


asing lagi di kota-kota besar Gedung parkir sangat efisien
dlterapkan di tempaHempat yang tingkat kesibukannya relatif tinggi.
Bagaimanapun gedung parkir mampu menangani permintaan dan
harga lahan yang tinggi.
Sebagaimana uraian di atas, tentu saja menciptakan harga
fasilitas parkir yang berbeda antara wilayah yang satu dengan yang
lain. Hal mana disebabkan oleh adanya perbedaan harga lahan
yang berbeda pada masing-masing wilayah. Lahan merupakan salah
satu komponen untuk menentukan harga fasilrtas parkir, tetapi masih
banyak komponen yang lam yang menyebabkan harga fasilitas
parkir berbeda pada tiap-tiap wilayah.
Penetapan Harga Jasa Fasllltas Parklr (Tarif)
Penetapan harga jasa fasilitas parkir akan bert>eda untuk
masing-masing wilayah. Untuk menetapkan harga jasa fasilitas parkir
tersebut adalah tergantung pada harga fasilitas parkir.
Bagaimanapun para penyelenggara perparkiran akan selalu
berupaya agar perparkrran tervs ber1angsung. Dengan demikian.
para penyelenggara sangat memperhatikan biaya yang dikeluarkan
seperti pengadaan fasilitas parl<.ir. pemeliharaan, gaji pekerja parkir,
subsidi dan lain sebagainya. Pada kasus ini penetapan harga jasa
fasilitas parl<tr (tarif) selalu berpedoman kepada hukum penawaran
dan permintaan sebagaimana ditunjukkan pada grafik dibawah ini.

Harga

Kuantitas

Gambar 2.6. Hubungan beS3mya perminfaan dan penawaran


parkir dengan tarip parkir
24

Untuk penawaran, semakin besar fasilitas parkir yang


disediakan. maka semakin murah harga jasa fasilitas parkir.
sedangkan untul< permintaan adalah semakin murah harga jasa
fasilitas parkir, maka permintaan parkir semakin besar.
Kebijaksanaan Pembatasan Parkir Dengan Harga (Tarif)
Kegiatan lalu lintas di kota-kota besar sering menimbulkan
masalah yang sulit untuk diatasi. Yang lidak asing lagi
permasaJahan di kota-kota besar adalah kemacetan. Pada umumnya
semakin mendekati pusat kota. maka kepadatan lalu lintas (traffic
jam) semakin memprihatinkan.
Untuk itu pihak pemerintah sering menentukan suatu
kebijaksanaan untuk mengatasi kemacetan dengan harga tarif yang
tinggi bagi kendaraan yang akan dan sedang parkir. Mungkin bagi
pengguna jasa fasilitas parkir menganggap kebijaksanaan tarif parkir
tidak wajar. akan tetapi kebijaksanaan seperti ini lebih baik apabila
kemacetan dibiarkan begitu saja tanpa suatu pemecahan.
De-ngan diterapkan suatu kebijaksanaan parkir dengan cara harga
tarif yang berbeda antara CBD dengan kawasan lain sesuai dengan
jaraknya ke CBD, volume lalu lintas di sekitar CBD akan menurun.
Pembatasan parkir dengan tarif yang lebih tinggi sesual dengan
jaraknya ke CBO. maka teknik sepertl ini merupakan salah satu
untuk mendistribusikan beban volume lalu lintas.

Smp/jam

Tanpa Keb1Jak$a11aan Tarif Garis pem,lntaan


baru setelah
peoetapan
kebijalcsanaan laip
/ Keb,l,ksanaao{

CBD Jarak Dari CBD

Gambar 2. 7. Dampak kebijaksanaan parkir terhadap permintaan


parkir, dari gambar terfihat bahwa pengguna ruang
parkir akan beralih l<.ekawasan yang semakin jauh dari
pusat kota
25

PENGENDALIAN PARKIR
Salah satu keb1Jaksanaan parlor adaJah menerapkar
pembatasan kegiatan parkir Pembatasan kegiatan parkir dilakukar
temadap parkir dipinggir Jalan ataupun pada parkir diluar Jalan yan~
diterapkan terutama di jalan-jalan utama dan pusat-pusat kota
Kebijaksanaan ini akan sangat efektif untuk meningkatkan Ungka.
pelayanan jaTingan ja lan.
Mobil barang merupakan salah satu moda yan~
menggunakan prasarana jalan, sangal memperburuk lingkat
pelayanan jaringan ja lan ba1k pada saa1 melaju ke pusat kota atau
tempat-tempat yang tingkat kegiatanya sangat besar maupun pada
saa1 bongkar/muat pada tempat-tempat tersebul
Jaringan Jalan
Pada umumnya semakin dekat arah pergerakan menuju
pusat kota, akan semakin banyak menemui hambatan-hambatan
pada saat mengemudikan kendaraan. Hambatan-hambatan tersebut
disebabkan oleh semakin besamya tingkat kegiatan-kegiatan yang
ad.a. dtmana salah satu penghambat yang pentlng adalah parkir
dipinggir jalan. Berbecla halnya dengan pergerakan menuju arah
yang keluar dari pusat kota, yaitu semakin ke jauh dari pusat kota
semakin sedikit pula hambatan-hambatan yang ditemui.
PengendaJian Permintaan
Bila permintaan parkir telah melampaui penyediaan ruang
parkir, yang ditandai dari banyak pelanggaran terhadap parkir
ditempat yang seharusnya tidak boleh parkir. atau banyaknya parkir
ganda. Untuk memecahkan masalah tersebut pertu diambil langkah-
langkah untuk mengendalikannya.
Pengendahan utama yang se1auh ini telah dibahas adalah
mengenai ruang atau tempatnya. Akan tetapi harga dan biaya
adalah penting juga mengingat pengendalia11 tersebut dapat
digunakan secara bersama agar penawaran ruang parkir yang
tersedia dapat disesuajkan dengan permintaan. Parkir dikendallkan
melalui suatu kombinasi atas pembatasan-pembatasan ruang,
waktu, dan biaya.
Parkir tidak diijinkan pada tempat-tempat cUmana merupakan
daerah berbahaya, kapasitas jalan yang lebih besar adalah
diperlukan. Pengendaftan dengan waktu dan biaya berkaitan dengan
usaha untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. dan
pembayaran kembaJi atas investasi keuangan untuk pembangunan
prasarana dan perawatan.
26

• Pembatasan lokasi/ruang parklr kendaraan, terutama


dimaksudkan untuk mengendalikan arus lalu lintas kendaraan
pribadi kesuatu daerah tertentu atau untuk membebaskan suatu
daerah/koridor tertentu dari kendaraan yang parkir dipinggir jalan
karena alasan kelancaran lalu lintas,
• Pembatasan waktu parkir pada suatu koridor tertentu karena
alasan kelancaran lalu lintas. karena parkir dipinggir jalan dapat
mengurangi kapasitas jalan sepertl yang dijelaskan dalam bentuk
rambu pada gambar 2.8. misalnya pada suatu koridor pada jam
sibuk pagi harus bebas parkir karena ruang parkir tersebut
digunakan untuk mengalirkan arus lalu lintas.
• Penetapan tarip parkir optimal sehingga pendapatan asli daerah
dapat dioptimalkan sedang arus lalu lintas tetap dapat bergerak
dengan lancar, sebagaimana dibahas dalam bab terdahulu.
• Pembatasan waktu parkir biasanya diwujudkan dengan
penetapan tarip progresip menurut lamanya waktu parkir.
• pembatasan-pembatasan pengeluaran ijin dan jenis kendaraan.
• pembatasan waktu terhadap akses park.ir.

Volume arus kapasitas tanpa parkir

kaoasitas denQan parkir

Arus lalu lintas

◄ ► waktu
waktu larangan

Gambar 2. 8.. Pembatasan waktu parl<ir

AJat Pengendali Parkir


Pembatasan-pembatasan parkir khususnya di jalan biasanya
menurut lokasi dan waktunya, tetapi hal ini memer1ukan penegakan
dan penindakan yang tegas. Metode-metode pengendalian yang
utarna dan umum dilakukan adalah dengan :
27

Sistim Karels :
Para pengemudi yang akan memarklr kendaraannya
mendapatkan karcis dari juru parkir ataupun pada masuk kawasan
yang dikendalikan parkirnya melalui mesin par1<ir ataupun oleh
petugas di gardu parkir, pada karcis dituJfskan Jam masuk keruang
parkir dan nor.nor 'keAdaraan. Mesin modem yang sekarang sudah
dikemban·gkan dan sudah digunakan di Jakarta yang menggunakan
kartu magne.tik, yang mencatat waktu kendaraan masuk secara
automatis pada saai kendaraan masuk kepelataran parkir dimana
mesin karcis ters.ebut mengeluarkan karcis, seranjutnya pada saat
kendaraan keluar dari ruang parkir dlmasukkan kembaJi kemesin.
dan selanjutnya d1tunjukkan besamya talip yang harus dibayar, dan
dibayarkan kepada kasir jumlah yang harus:dibayar.
Tarip yang berlaku di Bandara Soekamo - Hatta pada saat irli
adalah Rp. 1500 :Untuk jam pertama dan RP 1000 untuk setiap jam
berikutnya, pada gambar berikut ditunjukkan contoh karc.is yang
digunakan disana.

tampak depan tampak belakang

S0EKARN0 - HATTA AIRPORT ll'EJIG£1.0I.A~-~-..


_,...__.
~bca..g,T11
Cl'lla
· tv-.•........ bat..,_~

----~mobdl(...--•ojun,uf,
~ • MTTAAll;>arl

30.000.·c:::-:...:::=-.=~......._ ~

01773298
PT. ANGKASA PURA II

pita magnet yang


berfungsl merekam
data wa.k1u

Gambar 2.9. Contoh kards parkir yang diterapkan di Bandara


Soekamo Hatta, yang menggunakan pita magnetfk
untuk mencatat waktu kendaraan masuk kemang
parkir, sehingga kalau keluar dapat diketahui berapa
besar tarip yang akan dikenakan terhadap pemarkir
2k

Gambar 2. 10. Contoh pengendalian pintu masuk dan ke/uar parkir


pada suatu taman parkir/gedung parldr
Surat ijin parlclr perumahan/perkantoran
Surat izin ini umumnya berbentuk sticker yang ditempel
pada bagian depan dan belakang kaca kendaraan yang
menunjukkan identitas dan penghuni perumahan yang dihuni. hal ini
disamping berguna untuk menghindarkan adanya parkir liar juga
untuk pengendalian dan keperluan keamanan penghuni perumahan
atau kompleks tertentu.
A/at pengukur parl<lr (parl<lng meter)
Terdiri atas Jam pengukur waktu. dimana jam berfungsi untuk
mengukur lamanya parkir tersebut berputar sesuai dengan jumlah
uang yang dimasukkan Jadi seolah-olah anda (si pemarkir) membeli
walctu pada ruang parkir tersebut. Alat pengukur tersebut disamping
memper1ihatkan pembatasan waktu sekaligus mengumpulkan uang
pula.
Untuk melaksanakan sistem yang demikian ini harus
dilakukan penegakan hukum yang kontinu dan kepada pelanggar
yaitu bagi mereka yang melewati waktu a1au bagi mereka yang tidak
membayar dikeluarkan surat tJlang. Surat tilang ditempelkan pada
kaca depan dibawah penghapus kaca . Pelanggar yang
mendapatkan tilang diharuskan membayar denda. denda biasanya
sudah d1cantumkan pada surat tilang tersebut.
29

meter parl<lr

Gambar 2. 11. Me-ler parkir


Sistim Kartu dan disk
Dengan sistem pemilik kendaraan diminta untuk
memperagakan kartu atau disk yang memper1ihatkan waktu
kedatangan kendaraan pada ruang par1<lr. Peraturan setempat akan
menentukan batas waktu kendaraan tersebut diijinkan menunggu
(pari<.ir). Kartu dan disk harus dlsediakan di toko-toko setempat.
dimana dapat dengan tanpa dipungut biaya atau dengan cara
membelinya. Sis1lm kartu tersebut meminta kepada pengemud1
untuk membolongi waktu. hari. bulan dan tahun; harga setiap kartu
adalah sekitar 300 rupiah atau sesuai ketentuan pemerintah daerah.
dan kartu tersebut hanya dapat digunakan satu kali.
Pengendalian waktu
Batas waktu pada dasamya drtentukan tergantung pada
keseimbangan penawaran dan permintaan yang ada. Demi
ketertiban diusahakan supaya pemarkir yang lama agar paoor
dltempat yang jauh (karena waktu berjalan menuju tempat paoor
dapat ditolerir), jika mungkin mereka harus parkir pada daef"ah part<ir
di luar jalan (gedung pat1(ir). sedangkan parkir di jalan hanya untuk
pemarkir yang tidak lama (sebentarfµmgka pendek). Karakteristik-
karakteristik dasar yang mengindikasikan koodisi-kondisi tersebut di
atas adalah :
• Tingginya angka pergantian dan tingkat pemakaian ruang parkir
pada batas waktu yang ada.
• Angka pergantian parkir rendah dan tingkat pemakaian tinggi di
sekitar daerah yang tidak diterapkan batas waktu.
• Banyak kendaraan berlalu laJang untuk mencari ruang parl(ir.
• Pat1(ir ganda
,

Petunjuk umum yang dapat digunakan untuk pernbatasan


waktu (lamanya) parkir adalah ·
• 1 (satu) jam untuk daerah peri<otaan,
• 2 (dua) jam untuk daerah pinggiran dan sekitamya,
• 10-20 menit di daerah tertentu seperti misal Bank, kantor Pos
dsb.

Gambar 2. 12. Contoh pengendalian parl<ir berdasarlcan waktu


dengan menggunakan rambu tambahan.
Pembatasan Wilayah Parkir untuk Kendaraan Berat.
Dalam penggunaan ruang jalan pada sistem jaringan jalan,
berbeda antara kendaraan yang satu dengan yang lain. Kendaraan
pribadi dan mobil barang, tentunya kedua jenis kendaraan tersebut
memlliki karakteristfk tersendiri dalam penggunaan ruang jalan. Laju
mobil barang pada umumnya lebih lambat dibanding kendaraan
pribadi beroda empat. Dengan demikian gangguan terhadap
kendaraan lain. rnobil barang lebih dorninan, karena mobfl barang
tersebut juga dorninan dalam penggunaan ruang jalan.
Suatu mobil barang rnelaju menuju pusat kota, akan
menimbulkan suatu permasalahan yang tersendiri. disamping mobil
barang dapat rnenggunakan ruang jalan yang lebih besar juga
menggunakan lebar jalan yang lebih besar, baik saat berjalan
maupun pada saat berhenti. Menggunakan ruang jalan yang sangat
besar akan memperburuk tingkat pelayanan jaringan jalan.
JI

Latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan di atas,


maka timbul suatu pemikiran baru terhadap suatu kebijaksanaan
untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jaJan. Pembatasan
wilayah parkir mobil barang pada saat siang hari, sangat efektif
untuk meningkatkan tingkat pelayanan_ Bagaiamanapun mobil
barang pada saat bongkar/muat barang di pusat kota akan
mengakibatkan penggunaan lebar jalan yang sangat besar.
Dlsamping menggunakan lebar yang besar juga berhenti untuk parl<ir
relatif besar dibanding dengan kendaraan yang lain.
Pembatasan Wllayah Parkir pada Sistem Jaringan Jalan.
Pada sistem jaringan j alan, bahwa jalan-jalan mempunya,
masalah besar adalah Jalan utama. Pada umumnya jalan utama
memiliki kegiatan-kegiatan yang relatif lebih besar dibanding jalan
yang lain Wilayah-wilayah yang dilayani dengan jalan ulama perlu
dipikirkan untuk sua(u penerapan kebij-aksanaan parkir dengan
pembatasan wilayah.
Keb11aksanaan parktr dengan pembatasan wilayah akan
efektif untuk meningkatkan tingl<at pelayanan. Keb1jaksanaan
tersebut memihki keuntungan-keuntungan sabaga, berikut
• mampu mendistribusikan volume lalu lintas secara merata
• kecenderungan menggunakan angkutan umum
• mengurangi tingkat penggunaan angkutan prlbadi
• meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan
• dan lain sebagainya

EVALUASI PENERAPAN KEBIJAKSANAAN


PARKIR
Kebijaksanaan parkir terdiri dari 3 (tiga) aspek yang secara
umum telah diterapkan di kota-kota besar, yakni kebijaksanaan
parkir dengan pembatasan wilayah. pembatasan dengan tarif.
pembatasan dengan waktu. Yang mana tujuan utamanya adalah
untuk menlngkatkan unjuk kerja jaringan jalan. Dari 3 (tiga)
kebijaksanaan tersebut perlu suatu evaluasi untuk me-milih yang
terbaik yang sesuai dengan kondisi kota yang bersangkutan.
Hasil evaluasi yang berkaitan dengan kebijaksanaan park.ir,
yang terbaik akan diterapkan untuk menghindari kemacetan lalu
lintas. Pada tahap evaluasi, periu suatu lndik.ator-indikator untuk
menilai suatu unjuk kerja jaringan jalan. Oimana unjuk kerja yang
paling buruk yang segera akan dilakukan sua1u perbaikan-perbaikan.
32

Manfaat Penerapan Kebijaksanaan


Untuk mengetahui apakah suatu kebijaksanaan berhasil atau
gagal, perlu dilakukan evaluasi terhadap manfaat yang dihasilkan
dari penerapan kebijaksanaan tersebut. Untuk itu perfu dilakukan
pemantauan sebefum dan sesudah kebijaksanaan tersebut
dilaksanakan. Hasil pemantauan selanjutnya dijadikan masukan
untuk penyempumaan kebijaksanaan lebih lanjut.
Gambar berikut menunjukkan siklus dari penerapan
kebijaksanaan parkir yang diterapkan dlsuatu kawasan.

PERUMUSAN
KEB.IJAKSANAAN
PARKIR

PEMANTAUAN PELAKSANAAN
KEBIJAKSANAAN KEBIJAKSANAAN

Gambar 2. 13 Siklus penerapan kebijaksanaan parkir


Kriteria ldentiftkasl manfaat penerapan kebijaksanaan
Untuk pemakai jalan ada empal kriteria yang dijadikan dasar
dalam penilaian . yaitu :
• peningkatan efisiensi talu lintas yang dicapai
• peningkatan keselamatan
• penurunan dampak lingkungan sebagai akibat diterapkannya
kebijaksanaan
• peningkatan pendapatan asli daerah dari retribusi parkir
Kriteria lain seperti b1aya perjalanan, kenyamanan dan
konservasi energ, memang ada. tetapi dipert.imbangkan sebagai
kriteria sekunder. Aksesibilitas untuk para pemakai jalan akan
dipengaruhi oleh ruas-ruas yang hilang dalam jaringan yang
bersangkutan, ruas-ruas yang penampilannya buruk dengan
kecepatan rendah disebabkan oleh kemacetan. ra1io yang tinggi
antara jumlah lalu lintas dan kapasitas rvas ctan ttndakan manajemen
lalu Untas yang tidak efisien atau tidak produktif seperti desain sistem
satu arah yang buruk, pembatasan membelok dan sebagainya.
ldentifikasi Masalah
Studi unjuk kerja komparatif, studi pendahuluan dari jaringan
jalan untuk menetapkan ciri-ciri umum seperti panjang, febar tipe
perkerasan. dem1kian juga perbandingan dari unjuk kerja ruas-ruas
jalan utama untuk menemukan ruas-ruas mana dan persimpangan-
persimpan.g an mana yang penampilannya dibawah rata-rata.
ldentifikasl masalah secara rinci, untuk ruas-ruas jalan yang
menunjukkan penampllan sangat buruk, studi secara rinci akan
diperlukan untuk dapat menetapkan sebab-sebab dari masalah yang
ada.
Pada identifikasi masalah-masalah secara rinci. pada
umumnya masalah-masalah itu akan disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
• paridr dari kendaraan pribadi den barang
• berhentinya kendaraan angkutan umum (di luar wilayah
pemberhentian yang ditetapkan.
• pejalan kaki, khususnya dimana ada konsentrasi pertokoan,
pasar. sekolah, fasmtas angkutan umum, pabnl<-pabrik dan
sebagainya.
• tidak cukup akses ke tempat pan<ir di luar jalan dan terminal,
khususnya di pasar-pasar dan terminal bus, yang mengakibatkan
antrian.
• berbagai tipe kendaraan bercampur, khususnya kendaraan
bermotor dan tidak bermotor.
• bercampur antara lalu lintas langsung dan yang berhentL
• geometri dan jarak pandang yang kurang baik pada ruas jalan.
Evaluasi Penerapan Kebijaksanaan ParkiT
EvaJuasl sangat panting untuk menerapkan kebijaksanaan,
khususnya kebijaksanaan par1<ir. Apakah kebijaksanaan yang
diteraipkan akan memperbaiki kondisi laJu lintas yang ada atau
sebaliknya. Apa yang menjadi dasar untuk menerapkan
kebijaksanaan par1<ir? Sebelum menjawab suatu pertanyaan tersebut
terlebih dahulu d lurutkan tingkat permasalahan yang ada. Dengan
demikian diketahui unjuk kerja ruas jalan dan simpuJ yang paling
buruk.
Setelah mengetahui unjuk kerja paling buruk, maka
selanjutnya memillh kebijaksanaan parkir yang diinginkan. Oalam
menerapkan kebiJaksanaan parkir, dapat dipilih a1temalif yang
terbalk d ari. pembatasan wilayah , biaya dan pembatasan waktu.
Dan allematif yang terbaik tersebut, akan dinilai keuntungan-
keuntung an yang akan d1p eroleh dari hasil kebijaksanaan tersebut.
Menllal keuntungan tersebut dapat dilihat dari unjuk kerja jaringan
jalan secara keseluruhan dalam suatu sistem.
Masukan untuk studi sebelum dan sesudah
Masukan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
studi sebelum dan sesudah seperti ditunjukkan dalam tabel 22
dimana ditunjukkan bahwa aspek yang dinil'ai meliputi effisiensi lalu
lintas seperti kecepatan. ratio VIC , aspek kecelakaan seperti: korban
meninggal, korban Iuka berat, korban Iuka ringan dan kerugian
Material, aspek polusi seperti gas-gas CO, HC, NOx dan TSP serta
aspek yang paling dianggap panting oleh pemerintah daerah yaitu
Pendapatan Asli Daerah yang dikumpulkan dari retribusi parkir.
Contoh aplikasl form yang disederhanakan yang pemah
digunakan di jakarta dapat dilihat dalam form tabel 2.3.
Tabel 2.2. Aspek yang dinilai dalam analisis sebelum dan
sesudah

Effisiensi
Kecepatan
VIC
Kecelakaan
Korban meninggal
Karban LB
Korban LR
Kerugian Material
Polusi
co
HC
NOx
TSP
Pendapatan Asli Daerah
Waktu pelaksanaan stud/
Studi sebelum biasanya dilakukan sebelum kebijaksanaan
dtumumkan dan diterapkan kepada masyarakat, setelah semua
informasi diperoleh dapat direkap dalam formulir sebagaimana
contoh diatas. Selanjutnya setelah kebijaksanaan diterapkan. dan
kondisi sudah stabil kembali (:!: 3 bulan) maka dapat dilakukan
penilaian terhadap kinerja setelah kebijaksanaan dilal!csanakan.
Eva/uasi kebljaksanaan yang telah di/aksanakan
Evaluasi terhadap kebijaksanaan yang telah dilaksanakan
dilakukan secara statis1ik agar dapat diukur dengan pasti bahwa
kebijaksanaan yang dilaksananakan memang betul mengakibatkan
perbaikan dan bukan suatu kebetulan.
J6

Tabel 2.3 . Lembar Data Latar Belakang Untuk Ja!an Utama


Area IRL*

Tata Guna Lahan Campuran bisnis dan perekonomian


Dominan
Tipe parkir yang Serong dan Paralel
lersedia
Pro ek Jalur Bis Pelaksanaan TF : - Rencana TF : -
Proyek manajemen Pelaksanaan TF : - Rencana TF : -
Lalu Lintas

lnfonnasi dan data • Arus lalu Lintas


lalu lintas ⇒ Pagi dari arah Utara = 2421 SMP~am
~ Sore dari arah Utara = 1679 SMP/jam

~ Pagl dari arah Selatan = 2421 SMP/jam


:::i Sore dari arah Selatan = 1679 SMP/jam

• Kapasitas = 2578 SMP/jam (tiap arah)

• Ratio VIC
⇒ Pagi dari arah Utara = 0.94
~ Sore dari arah Utara = 0.65

=- Pagi dari arah Selalan = 0.35


⇒ Sore dari arah Selatan = 0.52

• Marica parkir di daerah Keris Galery banyak


menlmbulkan masalah dengan arus lalu lintas
yang lewat

Ahematip untuk • Larangan parkir


parkir jalan • Jalan lokal diluar jalan HOS Coroaminoto
digunakan sebagai tempat parkir dipinggir jalan
• Stadium Menteng

• Inner Rail Loop


., 8

UMUM
Untuk kebutuhan perencanaan. perumusan kebiJaksanaan pari<.ir
per1u diketahui karakteristik pemarkir Untuk mengetahui karakteristik ini
bisa diperoleh dengan melaksanakan survai paoor
Survai par1<ir yang biasanya dilakukan terdiri dari SUNai
inventarisasi f asllitas parkir yang legal maupun yang ilegal serta survai
kebutuhan parkir baik dalam bentuk wawancara maupun pengamatan
terhadap kegiatan parkir yang dilakukan pernarkir. Bab ini mencakup
metoda, maksud. pelaksanaan survai serta sistim penganafisaan data
yang per1u untuk dilaksanakan dalam survai parkir.
SURVAI INVENTARISASI RUANG PARKIR
Maksud
Maksud pelaksanaan survai inventarisasi ruang parkir adalah
untuk mengetahui fasilitas ruang parkir yang tersedia. lnfomiasi tni
dijadikan dasar untuk mengetahui kebutuhan ruang parkir yang
harus disediakan dan guna memenuhi kebutuhan untuk masa yang
akan datang.
Metoda
Cakupan stud/ parkir
Survai inventarisasi parkir yang lengkap akan meliputi
jumlah, lokasi, dan jenis ruang parkir. Cakupan studi parkir meliputi:
a. Ruang parklr untuk kendaraan pribadi di jalan baik yang
dikendarikan maupun yang tidak dikendalikan,
b . Ruang parkir untuk kendaraan pribadi di luar ja1an untuk
kendaraan umum dan pribadi,
c. Pemberhentian angkutan umum di jalan dan fasilitas-fasilitas
lainnya.
d. Lokasi bongkar-muat barang dan parkir mobil barang.
lnformasl metode pengendalian parl<lr
lnventarisasi juga harus mencatat sistem pengendalian yang
dilaksanakan di areal parkir yang mencakup :
a. Lokasi drmana parkir dilarang dan dibatasi,
b. Waktu pengendalian. larangan dan pembatasan parkir,
c. Tarip dan biaya parkir,
d. Marka jalan. dimensi celukan dan sudut kemiringan parkir,
e. Rambu jalan tennasuk rambu yang tidak resmi.
:;9

Sebelum melaksanakan survai inventarisasi, harus diperiksa


terlebih dahulu sumber-sumber informasi yang ada dan pastikan
kebenaran dari 1nformas1 yang dikumpulkan. lnformasi tersebut
mungkin sudah k.edaluarsa
Cara yang termudah untuk mengInventarisasi tempat parkir
ialah dengan menggunakan suatu peta yang akurat dengan skala
antara 1.500 sampai 1.2500. Pemakaian lambang yang sesuai harus
diusahakan untuk menandai lokasi parkir dan pembatasan parkir
secara tepat pada peta Lokasi parkir di luar jatan juga dapat
ditunjukkan pada peta. pengaturan ruang parkir (layout) biasanya
digambarkan secara rinci pada kertas terpisah. Pengkodean jarin-
gan jalan berdasarkan ruas-ruas jalan juga umumnya dilakukan.
Sistem kode ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mencatat dan
menganalisis data parkir.
Prosedur survai
Prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan survai
inventarlsasi parkir adalah :
a. Daerah studi dibagi dalam beberapa blok dan masing-masing
blok dinomori lagi kerbnya untuk mempermudah analisis. sepert.i
ditunjukkan dalam gambar berikut :

CD ®
3 J
@
J
I I I

2
@ 2 @ 2
(J) 2

"l 1. "l
I I I

® 2
®. 2 (fil) 2 @
l 1

I I I

2 Arah ruang parkir

CD Nomor blok

Gambar 3 . 1. Pembagian daerah SUf\'a; parkir


,l()

b. Selan1utnya mas1ng-masing blok dirinci lebih lanjut seperti


ditunjukkan dalam gambar benl<ut..

Jalan

s
:,.; ® Nomorblok

1 s/d 4 arah pali<lr

Jal an
® --- Jalan
5 s/d 1O parkir dilua.r
jalan
- ')

2
gang
7
-
6
I l(l

Jalan

Gambar 3.2. Perincian dari blok

Survai inventarisasi sebaiknya dilakukan oleh dua orang.


Pertengkapan yang pertu dipersiapkan adalah peta dasar, formulir
data parkir di jalan d an diluar Jalan. clipboard. pensil dan pita ukur
20 m. Pada tempat parkir yang diberi marka atau pada tempat
dimana Kendaraan secara fisik sedang diparkir. maka penghitungan
jumlah ruang parkir yang tersedia dapat ditentukan dengan mudah.
Pada tempat parkir yang tidak diberi ma~a. maka kendaraan pribadi
d iasumsikan akan mengambil tempat seluas 6 meter x 2 .5 meter.
~,
lnventarisasi parkir

Daerah yang diinventa.risasi ,.,. • . .. • ••• .. •• r•• • ••• ••••••~•• •It

Tanggal lnventarisasi ../..... ./19....

Parlcir dlpingglJ )alan pal1Clrditanan Total


Blok/ Fwlltas (on street} parkir (ott smetJ ru.ang
zone Prib.ldl ID1lUITI pal1Clr

tanggal, .......................... ,19 ...


surveyor

Gamber 3.3. Contoh formul,r inventadsasi parkir


SURVAI KEBUTUHAN PARKIR
Dalam survai kebutuhan parkir dapat diperoleh informasi
mengenai sebagian atau seluruh dari karakteristik-karakteristik
berikut : Kebuluhan Parkir, Maksud Parkir, Volume Parkir, Duras,
Parkir. Akumu/asi Parkir, Angka Pergantian Parkir (turnover) , lndeks
Parkir dan Jarak Berjalan (walking distance) :
Surva1 keoutuhan parkir dapat dibedakan menjadi survai wawancara
part<.lr dan survai observasi parkir.

400-r-----------------:------.
350,.__ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __,__ __,,_ _--;

Ohl
0600· 07'~ 0900- 1030· 1200· 1330- 1~- 1630- 1.9,30. 2100-
0630 0800 0930 1100 1230 14'00 1530 1700 2000 2130
Jam
,_._Mobil - - - ~ M o t o r - -s-Bus ~Truk !
Gambar 3. 4. Akumulasi parkir

Survai wawancara
Msksud
Jika kebutuhan parkir meliputi daerah yang luas dan diperki-
rakan akan terjadi perubahan tingkat kebutuhan (baik jumlah
maupun distribusi lokasinya), maka data yang dikumpulkan dari
survai wawancara dipertukan. Ada empat teknik yang biasa diguna-
kan untuk itu yaitu :
a W'tfflancara parkir (terhadap pengemudi/pemilik),
b Survai kartu pos.
c Wawancara rumah tangga,
d Wawancara pada lokasi terbatas.
-D

Wawancara parl<ir
Survai wawancara parkir (fonnulir tipikal yang digunakan
diberikan pada gambar 3.5) dilakukan dengan cara yang m1rip
dengan survai wawancara Asal-Tujuan di pinggir jalan. Pada lokasi
par1<Jr tertentu, sampel pengemudi diwawancarai untuk mendapatkan
infonnasi berikut :
a Nomor pelat kendaraan
b Jenis kendaraan
c Lokasi dan jenis parkir (parkir di jalan, diluar jalan. sistem
pengendalian, biaya, dsb.),
d Waktu kedatangan dan waktu keberangkatan,
e Asal perjalanan,
f Tujuan perjalanan (kemana pengemudi pergi sesudah memari<ir
kendaraannya?. Dari data ini jarak dan waktu berjalan dapat
dihitung),
g Maksud melakukan perjalanan,
h Frekwensi parkir di daerah ini,
Lokasi parkir altematif yang dipertimbangkan.
Pada saat yang bersamaan dimana orang tersebut diwawan-
carai, maka survai lamanya parkir dilaksanakan tert,adap semua
kendaraan yang sedang dipari<ir. Conteh sederhana untuk ini
ditunjukkan pada tabel berikut ini. Data dapat dicatat ke dalam
formulir ini, dan kemudian dipindahkan ke dalam komputer untuk
analisis lanjut. Altematifnya, data dapat langsung dimasukkan ke
dalam komputer jinjing yang siap untuk dianalisis. Luas daerah yang
dapat dicakup oleh seorang surveyor dapat diperkirakan dari surval
pilot.
Keuntungan ·
a Dapat ditentukan maksud perjalanan, asal dan tujuan dari
perjalanan yang sebenamya (juga lokasi parkir),
b Data yang akurat terhadap durasi parkir bisa diperoleh.
Kerugian yang utama adalah dibutuhkannya surveyor yang teriatih
dengan baik.
SURVAI WAWANCARA PARKIR

Klasifikasl kendaraan • 1. mobil penumpang


2 . taksi
3. truk
4 sepeda motor

Wak:tu masuk □□ .□□ W IB

Waktu keluar □□.□□ W IB

Lama parkir

Asal Zone □□□DOH


Tujuan : Zone □□□□□-
J arak berjalan (mr--

Maksud • 1. kerja
2. belanja
3. sekolah
4. rek.reasl
5. laln~laln

Surveyor

Catatan : Lingkari jawaban yang benar


Diisi kemudian oleh petugas koding
Jarak dari tempa1 parkir ke tempat tujuan

Gambar 3.5. Formulirwawancara park1r


Asal-Tujuan pemarkir
Data yang telah dimasukkan kedalam lembar kerja,
selanjutnya di susun malriks sebagai berikut .

Zone
asal/ 001 002 003 004 .... 00n total
tuiuan
001
002
003
004
.. ..
00n
jumlah

dalam matriks tersebut diatas. zone 001 adalah zona lokasi parl<ir.
Selanjutnya data tersebut dapat dituangkan dalam diagram garis
kebutuhan parkrr. seperti ditunjukkan dalam gambar berikut

./

Gambar 3 .6. Gans kebutuhan parl<ir.

Lama kendaraan parkir


Dengan mengurangi jam keluar dengan jam masuk diperoleh
gambaran lamanya kendaraan parkir. untuk selanjutnya dapat
disajikan dalam bentuk rata-rata lama parkir. s1mpangan bakunya
serta rentang lamanya park1r

r~,,~~'J:j ~·
0 - 1 jam
fr@uensi
~,.
23
1 - 2jam 34
2- 3 lam 43
3- 4 jam 23
4 - 5 jam 12
>Siam 8

Histogram lamanya parkir dapat dihasilk.an dari data lamanya parkir


dan disapkan seperti gambar beriku1 .

durasl parkir

Gambar 3. 7. Histogram lamanya/durasi parkir

Maksud Perjalanan
Maksud perjalanan yang mengakibatkan parkir ini dapat
disajikan dalam tabel dan gambar benku1 :

rekreasi
lain-lain
.J7

600
500
B.lkerJa
400
•be lanja
300
Cseko lah
200 CJrekr easl
100 •lain-lain
0
maks
ud

Gambar 3.8. Diagram batang maksud perja/1man pemarkir

Bentuk lain yang juga dapat digunakan untuk menjelaskan maksud


perjalanan adalah dengan diagram lingkaran sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar berikut :

El kerja
■ bebnja
Osekolah
Cl rekreasl
■ laln-Wn

Gambar 3.9. Diagram fingkaran maksud perjalanan pemarkir

Frekuensi Parkir dan Jenis Kendaraan


Dengan cara yang sama dengan yang dijelaskan diatas dapat
disajikan data frekuensi parkir dan jenis kendaraan yang digunakan
pada saat parkir.
Survai Kartu Pos
Survai paoor dengan kartupos dapat dilakukan dengan cara
yang sama seperti survai wawancara A-T dengan keuntungan dan
kerugian juga sama. Altematifnya, kartupos yang telah ditempeli
perangko dapat diselipkan pada penghapus kaca depan atau
diserahkan langsung pengemudi kendaraan. Pada lampiran dapat
dllihat contoh kartupos dengan perangko yang telah dibayar.
LlllL'
ClllIL SURAT BALASAN . Oapat dil<lrlm I
co:::rrr tanpa
perangko,
11 ,t II I
1Z111 No .
ITD.IIJ
Ol.lillJ
•IIJ[IJJ
[]TJTJJ KEPADA
__rrr.n:1 KEPALA KANTOR POS BESAR KELAS I
:J!IT1JJ JAKARTA.
IIIl.r INDONESIA
rrmr
r=..o:n
(0 ll.l.2
tI TO Untuk disampaikan kepada .
[TI"'°TI7 Oinas Lafu Llnla.s Angkutan Jalan
Ul.U.IJ
arn:::n
I I I , I I)

SURVAI PARKIR

?ertunbuhan penduduk yang cepat serta pertumbuhan kendaraan yang sangat l•nggi
mengak!batlran iingginya pemi/ntaan parklr. sehubongan oengan !tu fawaban saudara atas
pertanyaan-pertanyaan benl<ut lnl al<an sanga! membant\J katn! dalam memecahltan masalah pandr

Ocrnallil peljua:nan $IIIJd3ra dimu141 sebelum anda pac1<it dishll


Namajalan . No
Kelura.han

2 Kernana saur:iara al<an P"NQI setelah anda parkir dism1


Nama JaJan No.
Keuahan

Jam berapa s.llldara IJba dt tempa\ park.It rnt


Jam DODD wm
Jam berapa saudar.l meninggallcan t.empal pa,1<ir ini
Jarn :0000 W IB
4 Apa yang s.iuoam lalcukan pada saat saudara parlc1r dislnl
l Y.erja ,4 Reiaeasl
2 Bel.anja 5 Lain-lain
3 Selcn(ah

Gambar 3.10. Contoh kartu-pos mventarfsasi k.ebutuhon parkir

Wawancara Rumah
Sementara kedua teknik yang telah dijelaskan di atas
memberikan nilai kebutuhan parkir yang ada/diamati, maka hasil dari
wawancara rumah dapat memberikan informasi mengenai kebutuhan
parkir yang potensial. Ukuran sampel harus ditentukan secara
hati-hati.
Wawancara pada lokasi terbatas
Oalam kasus tertentu, sebagian f asilitas parkir hanya digu-
nakan oleh orang yang bekerja di lokasi tertentu. Dalam hal ini,
maka pemarkir (potensial) dapat didefinisikan dan wawancara dapat
dilakukan pada lokasi tersebut
Surval observasi
Teknik yang sederhana akan lebih cocok jika studi parltlr tidak
dimaksudkan untuk mengetahui proses pefjalanan dari pemarl<:ir. Dua
teknik yang umumnya ctigunakan adalah survai parkir kordon dan survai
patroli parkir (atau survai durasi parkir).
Survai Parkir Konton
a. Alasan pelaksanaan survai pal1dr kordon
• Untuk mengukur akumulasi kendaraan pada daerah studi,
terutama pada puncak akumulasi, agar dapat menenb.Jkan
persentasi dari tempat parkir terse<fia yang sedang digunakan
pada saat itu.
• Untuk menentukan akumulasi kendaraan selama jam sibuk
ketlka arus lalu lintas juga tertinggi
• Untuk mengukur total kapasitas ruang parkir per jam, yang
dibutuhkan daJam 1 hari
b. Metode
• Gambar garis kordon yang melingkari daerah studi,
• Mulailah perioda survai dengan menghitung seluruh kendaraan
yang diparkir dalam daerah studi.
• Secara serentak mulailah menghitung semua kendaraan yang
(a} memasuki dan (b) keluar dari daerah studi, pada semua
ja1an. Periode waktu antara 5 - 30 menit adalah yang umum
cfigunakan. tergantung dari persoalan pari<imya,
5-0

Pintu 1
Pintu 2
m asu.k keluar/masuk

kordon
surval
Pintu 4 +
parkir
masuk

Pmtu 3
keluart
masuk

Gambar 3 . 11. Kordon survai parl<ir disuatu kawa.san perbelanjaan

Survai harus dimulai sebelum jam slbuk pagi hari (katakanlah jam 6)
dan dilakukan terus menerus hingga sore hari, guna menghitung
puncak akumulasinya. Kendaraan yang telah diparkir pada saat
awal d~aksanakannya survai Oam 6 pagi), dipertimbangkan sebagai
kendaraan yang 'menginap', dan merupa.kan milik orang yang
tinggal disekitar daerah tersebut. Kendaraan yang datang pada jam
6 pagi dan seterusnya adalah kendaraan 'yang ber1cunjung'. baik itu
orang yang datang ketempat kerja maupun tamu-tamu bisnis.
c.. Analisis data
Untuk mengetahul jumlah kendaraan yang parl<ir didaerah studi
tambahkan jumlah kendaraan yang memasuki daerah studi tersebut
melatui seluruh jalan yang ada, pada masi~masing perioda waktu
dengan jumlah kendaraan yang menginap, dan kemudian dikurang1
dengan jumlah total dari kendaraan yang meninggalkan daerah itu
pada saat yang bersamaan.
d. Penyajian hasil
Kurva akumulasi tipikal dapat dilihat pada Gambar 3.8. diatas.
Perhatikan bahwa kurva akumulasl tersebut dikelompokkan atas
empat kelas kendaraan yailu Mobil Penumpang. Sepeda Motor, Bus
dan Mobil Harang.
51

e. Keuntungan
• Sederhana untuk dilaksanakan, membutuhkan sedikit staff yang
ter1atih,
• Memberikan suatu ukuran yang sederhana terhadap persoalan
parkir.
f. Kerugian
• Ttdak ada informasi mengenai lokasi parkir. lamanya pat1<ir.
tujuannya dan lain-lain,
• Metode yang sederhana ini tidak membedakan antara kenda-
raan yang bergerak dan yang diparkirdidalam daerah studi.
Survai Durasi Parkir
SuNai ini adalah jems survai yang pafing umum digunakan dan
yang pafing dapat diandalkan, kadang-kadang disebut sebagai 'SuNai
Patroli Parkir' atau 'Survai Pelat Nomor Kendaraan Parkir' Pada
lampiran. dlper1ihatkan fom,ufir survai tipikal.
a. Alasan
• Untuk menentukan karakteristik parkir sepanjang harl, dan
terutama pada saat puncak penggunaan ruang parkir,
• Untuk menentukan besamya kepadatan par1<ir (baik waktu
maupun daerah) dan bagaimana kepadatan ini dapat dise.
barkan pada masa yang akan datang.
• Untuk merencanakan sistem pengendalian parkir yang selektip
di jatan. dalam rangka mengefisienslkan penggunaan ruang
jalan terhadap persaingan antara arus lalu lintas dan kendaraan
yang parkir,
• Untuk membedakan antara pemarkir jangka pendek (misalnya
orang yang berbelanja ditoko) dan pemarkir jangka panjang
(misalnya orang yang datang untuk bekerja). dengan tujuan
untuk menyediakan fasilitas parl<ir untuk segala lujuan,
• Untuk memen"ksa sistem pengamatan dan penindakan terhadap
sistem pengendalian parkir yang digunakan.
• Untuk mengumpulkan data sebagai dasar dalam memperkirakan
kebutuhan/permrntaan terhadap ruang park.ir di masa datang,
dan fempat parkir yang digunakan. serta untuk merencanakan
suatu kebijaksanaan perparkiran yang sifatnya menyeluruh.
• Untuk menentukan masalah khusus yang terjadi pada saat
memuat dan membongkar barang,
52

• Untuk menemukan kejadian yang khusus dati cara memarkrr


kendaraan yang berbahaya.
b. Metode
• Membagi daerah studi atas zone-zone, dan daerah parkrr (yang
sebelumnya sudah diinventarisasikan). kedalam daerah patroli.
sedemik.ian rupa sehingga dapat dijalani oleh 1 orang pelak.sana
survai dalam waktu kurang dari 15 menit 30 menit atau
frekuensi patrol! yang dibutuhkan (tergantung dari durasi par1<ir
yang ingin disurvai).
• Surveyor be~alan didaerah patroli tersebut dengan mencatat
informasi nnci mengenai kendaraan yang diparkir yang
biasanya mencakup nomor pelat keodaraan, Jenis kendaraan
pada setiap periode waktu 15 menit seperti disebutkan diatas.
• Survai ini biasanya dDaksanakan selama 1 hari. dari jam 7 pagi
sampai jam 7 malam hari atau lebih lama lagi untuk tempat-
lempat dimana keg1atannya berakhir sesudah jam 7 seperti di
pasar swalayan, pusat pertokoan, bioskop.
C. Analisis data
Data berikut ini dapat cfrhitung : akumulasi, volume. angka
pergantian parkir, durasi parkir (keakuratan tergantung dari
frekuensi patrolQ, indeks par1<ir.
SURVAI PENGAMATAN PARKIR KENOARAAN
Kola TanggaJ
Surveyor : Sisl Jalan :
Jalan : antara : JI. dengan : JI

R!Wlg Type· Total

parlor Nomor , 2 3 4 5 6 7 8 9 tO 11 12 mnuk Keluar aktJrnulasl ko-ong

a
k

t
u

Catalan • sudut parklr

Gambar 3.12. Contoh formullr survai pengamatan parkir kendaraan.


54

d Keuntungan
• mudah untuk dilaksanakan,
• memben'kan data yang luas dengan usaha yang minimum.
e. Kerugian
Tidak mensurvai maksud parkir, atau tempat asal dan tujuan yang
sebenamya.
Berikut ditunjukkan hasil rekapitulasi durasi par1<ir dalam bentuk distribusi
frekuensi dan histogram

No Lamanya parkir, Frekuensi


Jam
1 0-1 7
2 1- 2 15
3 2-3 1
4 3-4 10
5 4-5 12
6 5-6 25
7 6-7 65
8 >7 89

100
90
80
70
60
trek 50
~

30
20
10
0
I() • 1 ·1 · 2 '2 -3 "3 • 4 '4 · 5 '5 - 6 '6 - 7 >7
waktu par1cir

Gambar 3. 13 Distribusi frakuensi lamanya k.endaraan parkir


~T~lNifD~~ l[E[g)~J~fn~lNI
r~~l~~
,:i(,

UMUM
Park,r merupakan salah satu komponen suatu sistem
transportasi yang pertu dipertimbangkan Pada kota-kota besar area
parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan. Dengan
demikian perencanaan fasilitas parkir adalah suatu metoda
perencanaan dalam menyelenggarakan fas,litas parkir kendaraan,
baik di badan jalan (on street parking) maupun di luar badan jalan
(off street parking). Untuk merencanakan fasilitas parkir maka
besamya kebutuhan perlu diketahui.

JENIS PERUNTUKAN PARKIR


Kebutuhan area parkir berbeda antara yang satu dengan
lalnnya yang sesuai dengan peruntukannya. Pada umumnya ada 2
(dua) jenis peruntukan kebutuhan parkir. yakni sebagai berikut :
a. Kegiatan parkir tetap
1) Pusat perdagangan
2) Pusat perkantoran swasta alau pemerintahan
3) Pusat perdagangan eceran atau pasar swalayan
4) Pasar
5) Sekolah
6) Tempa t rekreasi
7) Hotel dan tempat penginapan
8) Rumah sakit
b. Kegiatan parkir yang bersifat sementara
1) Bioskop
2) Tempat pertunjukan
3) Tempat pertandingan olahraga
4) Rumah ibadah.

STANDAR KEBUTUHAN RUANG PARKIR


Standar kebutuhan luas area kegiatan parkir berbeda antara
yang satu dengan yang lain, tergantung kepada beberapa hal antara
lain pelayanan. tarip yang dibertakukan. ketersediaan ruang parkir.
tingkat pemilikan kendaraan bermotor, tingkat pendapatan
masyarakat. Berdasarkan hasll studi Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat, kegiatan dan standar-standar kebutuhan parkir
adalah sebaga, berikut :
57

Kegiatan parkir tetap


Pusatperdagangan
Parkir dipusat perdagangan dikelompokkan dalam dua
kelompok . yartu pekerja yang bekerja di pusat perdagangan tersebut
dan pengunjung. Pekerja umumnya park.Ir untuk jangka panjang dan
pengunjung umumnya jangka pendek. Karena tekanan penyediaan
ruang parkir adalah untuk penguojung maka kriteria yang digunakan
sebagal acuan penentuan kebutuhan ruang park.ir adalah luas areal
kawasan perdagangan.
TabeJ 4.1 Kebutuhan SRP di pusat perdagangan
Luas Areal Total 10 20 50 100 500 1000 1500 2000
(100m2)
Kebuluhan 59 67 88 125 415 m 1140 1502
(SRP)

Pusat perkantoran
Parkir di pusat perkantoran mempunyal ciri parkir jangka
panjang, oleh karena ilu penentuan ruang parkir dipengaruhi oleh
jumlah karyawan yang bekerja di kawasan perkantoran tersebul
Tabel 4.2. Kebutuhan SRP di pusat perkantoran
Jumlah Karyawan 1000 1500 2000 2500 3000 4000
Kebutuhan Administrasl 235 237 239 240 242 246
(SRP) Pelayanan 288 290 291 293 295 298
Umum

Pasar swalayan
Seperti halnya dipusat perdagangan, pasar swalayan
mempunyai karakt.e ristik kebutuhan ruang packir yang sama.
Tabel 4.3. Kebutuhan SRP di pasar swalayan
Luas Areal • so 75 100 150 200 300 400 500 1000
- ,-
1v1a1 \100m J

Kebutuhan 225 250 270 310 350 «o 520 600 1050


(SRP)
Pasar
Pasar juga mempunyai karakteristik yang hampir sama
dengan pusat perdag_angan ataupun pasar swalayan, walaupun
kalangan yang mengunjungi pasar lebih banyak dari golongan
dengan pendapatan menengah kebawah.
Tabel 4.4. Kebutuhan SRP di pasar
Luas Areal 40 50 75 100 200 300 400 500 1000
Total (100m1 )
Kebutuhan 160 18 240 300 520 750 970 1200 2300
(SRP) 5

Sekolah/perguruan tinggl
Parkir sekolah/perguruan tinggi dikelompokkan dalam dua
kelompok., yaitu pekerja/dosen/guru yang bekerja di sekolah/
perguruan tinggi tersebut dan siswa/mahasiswa. Pekerja/dosen/guru
umumnya parkir untuk jangka panjang dan siswa/mahasiswa
umumnya jangk.a pendek bagi mereka yang diantar jemput dan
jangka panjang bagi mereka yang memakai kendaraannya sendiri.
Jumlah kebutuhan ruang parkir tergantung kepada jumlah siswa/
mahasiswa
Tabel 4.5. Kebutuhan SRP disekolahlperguruan tinggi
Jumlah 30 40 50 60 10· 80 90 100 110 120
Mahaslswa
(100 Orang)
Kebutuhan 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
(SRP)

Tempat relueasJ
Kebutuhan parkir ditempat rekreasi dipengaruhi oleh daya
tarik tempat tersebut. Biasanya pada hari-hari minggu fibur
kebutuhan parkir meningkat dari hari kerja. Perhitungan kebutuhan
didasarkan pada luas areal tempat rekreasi.
Tabel 4.6. Kebutuhan SRP tempat rekreasi
Luas Areal Total 50 100 150 200 400 800 1600 3200 6400
2
(100m )
Kebutuhan 103 109 115 122 146 196 295 494 892
(SRP)
Hotel dan tempat penginapan
Kebutuhan ruang parkir di hotel dan penginapan tergantung
kepada tarip sewa kamar yang diber1akukan dan jumlah kamar serta
kegiatan-kegiatan lain seperti seminar, pesta kawin yang diadakan
dihotel tersebut.
Tabel 4 7. Kebutuhan SRP hoteVtempat penginapan.
Jumlah Kamar 100 150 200 250 350 400 550 550 600
(buah)
Tarip < 100 154 155 156 158 161 162 165 166 167

Standar 100-150 300 45() 476 4n 480 481 484 485 487

($) 150-200 300 450 600 798 799 800 803 804 806

200-250 300 450 600 900 1050 1119 1122 1124 1425

Rumah sakit
Seperti halnya hotel kebutuhan ruang parkir di rumah sakit
tergantung kepada ta.rip rumah sakrt yang diberlakukan dan jumlah
kamar.
Tabel 4 .8. Kebutuhan SRP rumah sakit.
Jumlah so 75 100 150 200 300 400 500 1000
Tempat Tidur
(buah)
Kebutuhan 97 100 104 111 118 132 146 160 230
(SRP)

Kegiatan parlor yang bersifat sementara


Bloskop/gedung pertunjukan
Ruang park.ir dibioskop/gedung pertunjukan sifatnya
sementara dengan durasi antara 1.5 sampai 2 jam saja dan
keluamya bersamaan sehingga perfu kapasitas pintu keluar yang
besar. Besamya kebutuhan ruang parkir tergantung kepada jumlah
tempat duduk.
Tabel 4.9. Kebutuhan SRP bioskop/gedung pertunjukan
Jumlah 300 400 500 600 700 800 900 1000 1000
Tempat
Ouduk (buah}
Kebutuhan 198 202 206 210 214 218 222 227 230
(SRP)
60

Gelanggang olahraga
Ruang parkir digelanggang olahraga sifatnya sementara
dengan durasi antara 1.5 sampai 2 jam saja dan keluamya
bersamaan sehingga perlu kapasitas pintu keluar yang besar.
Besamya kebutuhan ruang parkir lergantung kepada jumlah tempat
duduk.
Tabel 4 .10 Kebutuhan SRP gelanggang otahraga
Jumlah Tempat 40 50 60 70 80 90 100 150
duduk: (100 buah}

K&buluh an (SRP) 235 290 340 390 440 490 540 790

Berdasarkan ukuran ruang parkir yang dibutuhkan yang


belum tercakup di atas dapat dilihal pada Tabel 4 .9 .

Pusat Perdagangan

• Pertokoan SRP / 100 m2 luas lantai 3,5- 7,5


efektip

• Pasar Swa!ayan SRP / 100 m 2 luas lanta1 3,5 - 7,5


efektip
2
• Pasar SRP / 100 m luas lantai 3,5 - 7,5
efek.tlp

Pusat Perkantoran

• Pelayanan bukan SRP / 100 mi luas lantai 1,5 - 3,5


umum
elayanan umu i 100 m 2 luas laAt · 1,6 3,5
Sekolah SRP / mahasiswa 0.7-1 ,0
Hotetrrempat SRP / kamar 0,2 - 1,0
Penginapan
Rumah Sakit SRP / tempal lidur 0,2- 1,3
Bioskop SRP / tempat duduk 0,1 - 0,4
61

Bila kelompok masyarakat yang menggunakan f asilitas parkir


adalah dari kalangan bawah maka digunakan batas bawah dan bila
dari kalangan atas maka digunakan batas alas.
[D)LS@J~[M] rrAl~i~~ [D)~
~@J [D)@J [M] J@J L@J [11
UMUM
Parkir merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi
dan juga merupakan suatu kebutuhan. Oleh karena itu per1u suatu
penataan parkir yang baik. agar area parkir dapat digunakan secara
efisien dan tidak rnenimbulkan masalah bagi kegiatan yang lain.
Yang diinginkan adalah memperbaiki masalah-masalah yang telah
ada pada suatu sistem transportasi.
Untuk melakukan penataan yang baik tentu saja
merencanakan kebutuhan ruang parkir tertebih dahulu dengan suatu
analisis-analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Disamping merencanakan kebutuhan ruang parkir juga perlu dilihat
kondisi yang ada.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa parkir dibagi 2 (dua)
yakni, parkir di badan jalan dan di luar jalan. Parkir di badan jalan
relati1 lebih besar pe-nnasalahannya dibandi:ng park.i r di luar jalan.
Karena bagaimanapun jika parkir di badan jalan penataannya kurang
baik, akan menimbulkan kemacetan bagi lalu arus lalu lintas yang
menggunakan jalan tersebut.
Dengan perencanaan kebutuhan ruang yang baik dan
dengan memperhatikan kondisi lalu lintas yang ada. maka desain
parkir di badan jalan yang akan diimplementasikan tentunya
memberikan hasil yang baik pula

PENENTUAN SUDUT PARKIR


Bermacam-macam hal yang per1u dlpertlatikan pada suatu
badan jalan. dimana hal-ha1 tersebut menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan sudut parkir Bahan-bahan yang menjadi
pertimbangan yang secara umum digunakan adalah sebagai berikut:
a) lebar jalan;
b) volume lalu lintas pada jalan bersangkutan,
c) karakteristik kecepatan;
d) dimensi kendaraan;
e) sifa1 peruntuk.kan lahan sekitamya dan peranan jalan yang
bersangkutan.
Dalam penentuan sudut parkir pada suatu badan jalan
berbooa antara yang salu dengan yang lainnya Dimana perbedaan
tersebut dikarenakan oleh fungsi jalan dan arah gerak lalu fintas
pada jalan yang bersangkutan
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1. yailu sudlrt parker
un.tuk jalan lokal primer serta gerak lalu llntasnya adalah satu arah
(,5

Tabel 5.1 Lebar Minimum Jalan Lokal Primer Satu Arah Untuk
Pari<ir Pada Badan Jalan

0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 3 5,8 6,0 8,8


30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3 7,9 6 ,0 10,
45 2,5 5.1 3,7 8,8 6,3 3 9,3 6,0 12,
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3 10, 6,0 13,
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3 11 , 6,0 14,
Keterangan : J = lebar pengurangan ruang manuver (2.5 meter)
Oemikian pula halnya untuk jalan lokal sekunder yang gerak
lalu nntasnya ada!ah satu arah. maka standar-standar sudut yang
direkomendasikan cfapat dilihal pada Tabel 5.2 .
Tabel 5.2 Lebar Minimum Jalan Lokal Sekunder Satu Arah
Untuk Parkir Pada Sadan Jalan

0 3,0 2,8 2.5 5,3 5,0 7,B


30 4,5 2.9 7 ,4 4 .9 2,5 7.4 5,0 9,9
45 2.5 5.1 3.7 8,8 6,3 2,5 8,8 5,0 11,3
60 2 .5 5,3 4.6 9,9 7,4 2,5 9,9 5,0 12.4
90 2.5 5,0 5.8 10.8 8,3 2,5 10.8 5,0 13.3

Keterangan · J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter).


Angka-angka yang tertera pada Tabel 5.1 dan 5.2 tentunya
berbeda, yang mana perbedaan tersebot tentu saja dlkarenakan
oleh perbedaan fungsi jalan -tersebuL Bagaimanapun j uga
perbedaan fungsi akan menciptakan kondisi yang berbeda pula.
Demikran pula halnya untuk jalan kolektor satu arah. standar-
standamya dapat dlllhat pada Tabel 5.3 seperti berikut ini.
Tabel 5.3 Lebar Minimum Jalan Kolektor Satu Arah Untuk Parkir
Pada Sadan Jalan

0 2.3 3,0
30 2,5 4,5 2.9 7.4 4.9 3,5 8,4 7.0 11,9
45 2 .5 5, 1 3 ,7 8,8 6,3 3.5 9 .8 7,0 13,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3.5 10,9 7,0 14.4
90 2.5 5.0 5.8 10,8 8,3 3.5 11,8 7,0 15,3

Keterangan : J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter).


Sebagai salah satu contoh parkir kendaraan yang disertai
dengan dimensi yang ada dapat dillhat pada gambar 5.1 dibawah ini.

- - - - - r,1f .l.. -------~o --


Garis K.urb =1---

Keterangan : A = lebar ruang parkir (m)


D = ruang paoor efektif {m)
M = ruang manuver (m)
J = lebar pengurangan ruang manuver (m)
w = lebar total Jalan
L : lebar jalan efelctlf

Gambar 5 1. Ruang Parkir pada Badan Jalan


67

POLA PARKIR
Untuk melakukan suatu kebijaksanaan yang berkaitan
dengan parkir. terlebih dahulu perlu d1pikirkan pola parl<ir yang akan
diimplementasikan Yang mana pola parkir tersebut akan baik
apabila sesuai dengan kondisi yang ada. Ada beberapa pola parkir
yang telah berkembang baik dikota-kota besar maupun di kota-kota
kecil. Pola parkir yang tefah berkembang tersebut adalah sebagai
berikut ini :
Pola parkir paralel
Pada daerah datar

Q2m

IMif R:.siiipigill

Gambar 5.2. Tata cara parkir para/ef

pads daerah tanjakan

Unluk tanj*an
dengan kerP. arah
roda depan!kekanan

i
!
i

Unluk tanjJ n
lanpa kerb r:rah
roda depan,kekrri

Gambar 5.3 Tata cara parkirditanjakan


68

Pada daerah turunan

i
Untuk tunman denQan
atau tanpa kerb ar-ah
roda depan kek1ri I

Gambar 5.4 Tata cara parl<ir diturunan

Pola par1<ir menyudut :


• Lebar ruang par1<ir, ruang pali<ir efel<tif. dan ruang manuver
berlaku untuk jalan kolekto r dan lokal
• Lebar ruang par1<1r. ruang paoor efektif. dan ruang manuver
berbeda berdasarkan besar sudut berikut ini.
Sudt.tt = 3d'

Gambar 5.5 Tata cara parl<ir me-mbentuk sudut 30 derajat


69

A 8 C D E
Golongan I 2.3 4.6 3,45 4.70 7,6
Golong.an II 2.5 5,0 4.30 4,85 7,75
Golongan Ill 3.0 6.0 5,35 5,0 7.9

Sudut=45°

Gambar 5.6 Tata cara parkir membentuk sudut 45 derajat

A B C D E
Golongan I 2.3 3.5 2,5 5,6 9,3
Golongan II 2.5 3.7 2.6 5,65 9,35
Golongan Ill 3,0 4 ,5 3,2 5,75 9,45

Sudut = 6d'

Gambar 5. 7 Tata cara parkir membentuk sudut 60 derajaf


711

A B C D E
Golongan I 2.3 2.9 1.45 5,95 10,55
Golongan II 2,5 3,0 1,5 5 ,95 10,55
Golongan Ill 3,0 3,7 1,85 6,0 10.6
Sudut= 90"

Gambar 5.8 Tata cara parkir tegak lurus

A B C D E
Golongan I 2,3 2,3 - 5 ,4 11 ,2
Golongan II 2,5 2 .5 - 5,4 11,2
Golongan Ill 3,0 3 ,0 - 5,4 11.2
Keterangan :
A = tebar ruang panm {M)
B = lebar kaki ruang parkir (M)
C = selisih panjang ruang parkir (M)
D = ruang parkir efektif (M)
M = ruang manuver (M)
E = ruang parkir efektif ditambah ruang manuver (M)
71

pads daerah tanjakan

Gambar 5. 9 Tata cara parkir sudut ditanjakan

pada daerah turunan

/
/

Gambar 5. 10 Tata cara parl<ir sudut di tunman


72

LARANGAN PARKIR
a. Sepanj.ang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penye-
berangan pejatan kak.i atau tempat penyeberangan sepeda yang
telah ditentukan

• 6m
c:=::J
c=:::J
c=:::J

~t{~t~l~::::!,_____ ___JF:L___~~
6m

Gambar 5. 11 Tata cara parkir dekat penyeberangan peja/an kaki

b. Sepan1ang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam


dengan radius kurang dari 500 m

25m
R< 500 m

25m \
I-·- - -~I

Gambar 5. 12 Tata cara parl<,r dekaf tikungan


71

c. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan

jembatan

••-----1-----·. ,
50m
s:•
SOm

Gambar 5. 13 Tata cara parkir dekat jembatan

d. 1.Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah per1intasan


sebidang

100m

---- - - - - - • 100 m

Gambar 5. 14. Tata cara parl<.ir dekat mf kereta api

d .2.Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah pertintasan


sebidang.
74

~
p
100 m ..
gr n)

. . D
• "
JOOm

Gambar 5. 15 Contoh lain tata cara parkir dekat rel kereta api

e. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesuda.h persimpangan

25m
25 m

25 Ill
25m

Gambar 5 16 Tata cara parkir menjelang persimpangan

f. Sepan1ang 6 meter sebetum dan sesudah akses bangunan


gedung
75

6m
I
~ ,m-«, I(\
LLJ fg~®~jl1-\ 6m t
~
- - -- -- -- - - -~
- --

Gambar 5. 17 Tata cara park,r didekat akses bangunan

g. Sepanjang 6 meter sebeJum dan sesudah hydrant/keran


pemadam kebakaran atau sumber air sejenis

6m 6m ~
+•- ------1••---- - - ~@p

Gambar 5. 18. Tata cara parkir dekat hydrant

h. Sepanjang tidak menimbulkan kemacetan dan menimbulkan


bahaya

OISAIN RAMBU DAN MARKA PARKIR


Rambu adalah perlengkapan jalan yang berfungsi untuk
meniberikan informasi kepada pengguna jalan ba1k berupa petunJuk.
peringatan maupun larangan
Dalam penyelenggaraan perparkiran rambu dan marka
sangat dibutuhkan untuk kelancaran sistem transportasi. Untuk
rnenyeragamkan pengert,an dan pemahaman rambu dan mark.a,
maka didesain sedemikian rupa dan diatur berdasarkan kelenluan-
ketentuan
Ramb u parkir
Rambu /arangan parkir dan larangan berhentl
Untuk menyatakan larangan berhenti dan larangan parkir
bagi semua kendaraan dan pemakai Jalan dinyatakan dengan rambu
Rambu tabel 2 A No, 4a untuk larangan berhenti dan No 4b untuk
larangan parkir.

T E
A

l_
Mernh

Gambar 5. 19. Dimens, rambu larangan parkir

Tabel 5.1 Ukuran Rambu Larangan Parkir


Ukuran A B C D E F
(mm)
Sangat 450 45 45 56 244 180
Kecll
Kecil 600 60 60 75 325 240
Sedang 750 75 75 95 406 300
Besar 900 90 90 113 488 360
Rambu larangan berhenti dan larangan parkir berfaku sampa,
dengan jarak 15 m dari tempat pemasangan rambu menurut arah
lalu lintas. kecuali dinyatakan lain dengan papan tambahan.
Papan Tambahan
Untuk menyatakan petunjuk. peringatan. larangan atau
perintah yang hanya berlaku untuk waktu-waktu, hari--hari, jarak-jarak
dan jenis kendaraan ataupun perihal lainnya sebagai hasil
manajemen dan rekayasa lalu lintas digunakan papan tambahan
seperti berikut ini
77

(~)
Berlakunya rambu sesuai arah
panah kekiri dan kekanan
masing-masing 10 M

(...=- ) 8et1akunya rambu sesuai arah


panah kekiri 20 M

( ...-...J Ber1akunya rambu sesuai arah


panah kekanan20 M

( KECUALI BUS ] Beriakunya rambu bagi semua


kendaraan kecuali bus

( KHUSUS BUS
) Berlakunya rambu sesuai
dengan keterangan pada papan
tambahan

( 0600 - 1600
] Ber1akunya rambu sesuai waktu
yang ditentukan

Gambar 5.20 Papan tambahan yang digunakan untuk me/engkapi


rambu parl<ir
Rambu petunjuk tempat parkir
Rambu yang menyatakan sepanjang sisi jalan dimana rambu
tersebut ditempatkan dapat digunakan untuk parkir kendaraan
ditunjukkan dengan rambu Tabel 3 no. 8 sebagalmana berikut :

Gambar 5.21 Rambu Petunjuk Parkir

Tabel 5.2 Ukuran Rambu Petunjuk Tempat Paoor


Ukuran A B C D E R
(mm)
Sangat 400 500 60 350 75 37
Kecil
Kecil 500 600 80 400 100 37
Sedang 600 750 100 500 125 47
Besar 750 900 120 600 150 56
79

Marka parkir
Marks larangsn parkir
Dalam pasal Pasal 13 KM 60/93 dinyatakan bahwa daerah
tepi jalan dengan marka berupa garis berbiku-biku berwama kuning
pada sisi jalur lalu lintas sebagaimana dalam Gambar berikut,
menyatakan dilarang park1r pada jalan tersebut.

Kuning

Tepl j alan-

Gambar 5.22. Marl<a larangan berhenti

Contoh penerapan marka dilarang parkir dapat dmhat pada


lokasi penyeberangan peJalan kak1 sebagaimana ditunJukkan dalam
gambar 5.23
l«.l

mar1(a

<
larangan
parkir

( 6m

<
Gambar 5.23 Marka larangan parkk di dekat penyeberangan
pejafan kaki.
81

Marka petunjuk tempat parkir


Dalam Pasal 57 KM 60/93 d1nyatakan bahwa marka jalan
yang menyatakan tempat untuk parl<.ir kendaraan dapat berupa
parkir dalam posisi paralel dengan sumbu jalan atau posisi parkir
yang membentuk sudut. Ukuran dan bentuk marka tersebul
dltunjukkan dalam gambar berikut :
a). Parkir paralel

..........·----~·•·· ··-·-···-··- - ._.... .............................. ______


trotoar

I 6m
113m
., &A

Gambar 5.24 Marka untuk parl<.ir para/el

b) Park.ir Menyudut
Pada pnnsipnya ukuran mari<a parkir menyudut tidak berbeda
dengan parkir paralel. tetapr yang berbeda hanyalah susunan posisi
kendaraan.
R2

Trotoar

-'
Gambar 5.25. Marka untuk parkir sudut
Mark.a untuk satuan ruang parklr yang disediakan bagi
penderita cacat ditunjukkan pada gambar berikut. marka dilengkapi
dengan simbol kursi roda

Gambar 5.26. Marl<a simbol untuk menunjukk.an tempat park.fr oagi


penderifa cacat
~t~@J~~ l@JM@J~
f@J~~~~
UMUM
Berbagai macam kegiatan-kegiatan yang ditakukan oleh
penduduk k.ota-kota besar. Kegiatan-keg~atan yang dilakukan
tersebut dengan berbagai alasan, seperti berbelanja, bekerja ,
kunjungan sosial dan lain sebagainya. Apabila kegiatan-kegiatan
yang dilakukan penduduk terkonsentrasi akan membentuk
karakteristik tersendiri.
Konsentrasi kegiatan seperti rumah sakit, kantor, pusat
perbelanjaan dan lain-lain merupakan suatu tarikan perjalanan (trip
attraction). Tarikan perjalanan yang besar akan menimbulkan arus
lalu lintas yang besar pula. Bagaimanapun dalam melakukan
kegiatan tersebut. bagi pemilik kendaraan ak.an per1u tempat
pementian sementara.
Semakin besar tarikan perjalanan, maka semakin besar pula
tempat perhentian atau area parkir yang dibutuhkan. Kadangkala
area parkir tidak memungkinkan ditempatkan di badan jaJan, karena
dengan memperhatikan kondisi arus talu lintas dan kelestarian
lingkungan.
Parkir di luar badan jalan diaprrkasikan di tempat-tempat yang
tafikan perjalanannya besar agar supaya kelancaran arus talu lintas
dan kelestarian lingk.ungan tetap terjaga. Dengan demikian disain
parkir di luar jalan sangat perlu diiselaraskan dengan kebutuhan
ruang parkir.

KRITERIA TAMAN PARKIR


Beberapa hal yang per1u dipertimbangkan dalam mendisain
taman parkir dan merupakan menjadi kriteria. Kriteria yang
digunakan sebagai dasar dalam mendisain tempat/pelataran parklr
adalah sebagai berikut :
• Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)
• keselamatan dan kelancaran lalu lintas
• kelestarian lingkungan
• kemudahan bagi pengguna jasa
• tersedianya tata guna lahan
• letak antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani

POLA PARKIR MOBIL PENUMPANG


Park.if' kendaraan satu sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit di suatu
ternpat kegiatan.
85

a) mernbentuk sudut 90°


Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika
dibandingkan dengan pola par1<rr paralel, tetapi kemudahan dan
kenyamanan pengemudl melakukan manuver masuk dan keluar
ke ruangan parkir lebih sedikit jika dibandingkan dengan pola
pari<.ir dengan sudut yang lebih kecfl dari 90°.

111111111111111 I I l l I II

Gambar 6. 1 Pola parkir tegak luros

b) membentuk sudut 30°, 45°, 60°


Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika
dibandingkan dengan pola parkir paralel, dan kemudahan dan
kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar
ke ruangan parkir lebih besar jika dibandingkan dengan pola
par1<1r dengan sudut 90 °.

--.: -----r ------~--1

Gambar 6.2 Pola parkir sudut

Parkir kendaraan due sisi


Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup
memadai.
0
a) membentuk sudut 90
X6

Pada pola parkir int, arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat
satu arah atau dua arah.

111 11 111 11111111111 I I

L
1 11111111111111111111

Gambar 6.3 Parkir tegak lurus yang berhadapan

b) membentuk sudut 30°. 45°, 60°

Gambar 6. 4 Parkir sudut yang berhadapan

Pola parkir pulau


Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup
luas.
a) membentuk sudut 90°
R7

J
r
~

'

,.
.t'

I
Gambar 6.5 Taman parkir tegak /urus dengan 2 gang

b) membentuk sudut 45°

(1) bentuk tulang ikan tipe A

Gambar 6. 6 Ta man parkir sudut dengan 2 gang type A

(2) bentuk tulang ikan tipe B


88

Gambar 6. 7 Taman parkir sudut dengan 2 gang type B

(3) bentuk tulang ikan tipe C

Gambar 6.8 Taman parkir sudut dengan 2 gang type C


89

Pola Parkir Bus/ Truk

Posisi kendaraan dapat dibuat menyudut 60° ataupun 90°.


tergantung dari luas areal parkir Dari segi efektivltas ruang. posis1
0
sudut 90 lebth menguntungkan.
1) Pola ParkJr Satu Sisl

< .,,- •(----

I 111111111111111111111
Gambar 6.9 Pola Parl<ir Satu Sisi

2) Pola Park,r Dua Sisi

I 111 1 111 1 111111111111


.....

I 1111111111111111II I

Gambar 6. 1O. Pola Parl<ir Dua Sis,

Pola Par1dr Sepeda Motor


0
Pada umumnya posisi kendaraan adalah 90 . Dari segi efektifitas
0
ruang, posisi sudut 90 pahng menguntungkan.
1) Pola Par1<ir Satu Sisi
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit.
90

( ~--(-

I II l l l l 111111111111111

Gambar 6. 11. Pola Parl<ir Satu Sisi

2) Pola Parklr Dua Sisi


Pola ini diterapkan apabila ketersedlaan ruang cukup memadai
(lebar ruas ? 5,6 m ).

111111111111111111111
♦ II
--:.

11111111111111 I 111111

Gambar 6. 12. Pola Parkir Dua Sisi

3) Pola Parkir Pulau


Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup iuas.
91

l
,.
~ b

7'
~ b

I
Keterangan : h = jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir
w = lebar terjauh satuan ruang parkir pulau
b = lebar jalur gang

Gambar 6. 13 Pola Parl<.ir Pufau

JALUR SIRKULASI, GANG DAN MOOUL


Perbedaan antara jalur sirkulasi dan jalur gang terutama tertetak
pada penggunaannya.
Patokan umum yang dipakai adalah :
• panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter;
• jalur gang yang ini dlmaksudkan untuk melayani lebih dari 50
kendaraan dianggap sebagai jatur sirkulasi.
Lebar minimum jalur sirkulasi
• untuk jalan satu arah = 3,5 meter,
• untuk Jalan dua arah = 6,5 meter.
92

- _ l eo.a r

G
ig ... ,..

~ j'"'"'1 I I I I I FI I
Gambar 6. 13 Ukuran pelataran parkir tegak lurus

Gambar 6. 14Ukuran pelataran parl<ir sudut


93

Tabel 6.1 Lebar Jalur Gang

a. SRP mobiJ POP 3.0" 6.00' 3,00 6.00' 5,1• 6,00' 6. • 8, 0 '
2,5 mx5,0 m s,o··

b. SRP mobd pnp 3.s:r 6,so-· 3::JJ'" e.s:r· s,1M aso-· ss ·· a.o·
2.5 m XS.Om 8,0 ""

~.SRP sepecfa motot 3,0" 6.W ~.oo ~w 4,W 6.00" e. w 1,6 •


0.75x3:>m 1,6 ..

d SRP busltruk 3,00'' 6,&r• 3 ,& :r 6,5'.)"• 4,a:r· 6,50.. 6,5 H 9,5
3,4'.> m x 12.5 m

Keterangan : · = lokasi pantir tanpa fasilitas pejalan kaki


n = lokasi paoor dengan fasilitas pejalan kak.i

Jalan Masuk dan Keluar


Ukuran lebar pintu keluar-masuk dapat ditentukan, yaitu lebar 3
meter d.an panjangnya harus dapat menampung tiga mobil berurutan
dengan jarak antarrnobil {spacing) sekitar 1,5 meter, Oleh karena ilu,
panjang-lebar pintu keluar masuk minimum 15 meter.
1). Pintu Masuk dan Keluar Terpisah

Satu jalur : Dua jatur.


b = 3,00 - 3,50 m b = 6,00 m
d = 0,80-1 ,00 m d = 0,80- 1,00 m
R, = 6,00 - 6,50 m R1 =3 ,50 - 5,00 m
R2 =3,50 - 4,00 m R2 ::: 1.00 - 2,50 m
LOKASI PARKIR

Ill ?l---+fr
R2

I 1

Gambar 6. 15 Pintu Masuk dan Keluar Terpisah

2) Pintu Masuk dan Keluar Menjadi Satu

I..o

Rl.

,,
l
b
d

Gambar 6. 16 Pintu Masuk dan Keluar Menjadi Satu


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pintu masuk
dan keluar adalah sebagai berikut.
1) Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sejauh mungkin dari
persimpangan
2) Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sedemikian rupa sehmgga
kemungkinan konflik dengan pejalan kaki dan yang lain dapat
dihindarkan.
3) Letak jalan keluar ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memberikan jarak pandang yang cukup saat memasuki arus lalu
lintas.
4) Secara teori1is dapat dikatakan bahwa lebar jalan masuk dan
keluar (dalam pengertian jumlah jalur) sebaiknya ditentukan
berdasarkan analisis kapasitas.
Pada kondisi tertentu kadang ditentukan modul parsial, yaitu sebuah
jalur gang hanya menampung sebuah deretan ruang parkir di salah
satu sisinya.
Jenis modul itu hendaknya dlhindari sedapat mungkin. Dengan
demikian. sebuah taman parl<ir merupakan susunan modul yang
jumlahnya tergantung pada luas tanah yang tersedia dan lokasl jalan
masuk ataupun keluamya.

KRITERIA TATA LETAK PARKIR


Tata letak areal parl<ir kendaraan dapat dibuat bervariasi.
bergantung pada ketersediaan bentuk dan ukuran tempat serta
jumlah dan letak pintu masuk dan keluar. Tata letak area parkir dapat
digolongkan menjadi dua. yaitu sebagai berikul
Tata letak pelataran parkir
Tata letak petat.aran parkir dapat dlklasifik.asikan sebagai berikut.
a}, Pintu masuk dan keluar terpisah dan terletak pada satu ruas
jalan
9<,

l ........ ...-..... .
,, , ~

Gambar 6. 17 Tata letak pelataran parkir, pintu terp;sah

(b) Pintu masuk dan keluar terpisah dan tidak ter1etak pada satu
ruas

D;=------,----.----,
l(F-------------------ll{
t CF-------------------D
fu==------------------1) ~

Gambar 6. 18 Tata letak pelataran parlor pintu terpisah

c) Pintu masuk dan keluar menjadi satu dan terletak pada satu ruas
jalan.
97

1
Gambar 6.19 Tata fetak pe/ataran parkir pintu tunggal

d) Pintu masuk dan ketuar yang menjadi satu ter1etak pada satu
ruas berbeda.

~====== T l 1......::::::==c

GEDUNG

Gambar 6 20 Tata letak pelataran parkir dengan 2 pintu


98

PARKIR MOBIL BUS


Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan daJam
perencanaan fasilitas parkir untuk bus, yaitu dimensi kendaraan,
terutama untuk bus ukuran besar, ataupun bus tempel serta radius
untuk membelok ataupun berbalik.
Ukuran Kendaraan
Batasan dimensi yang berlaku di Indonesia saat inl adalah
panjang maksimum 12 meter untuk sumbu kaku dan 18 meter untuk
bus tempel, sedang lebar maksimum adalah 2,5 meter dan tinggi
maksimum adalah 2,4 kali lebar Jejak.

3.0m

Gambar 6.21 Dimensi bus


99

Lintasan Kendaraan
Lintasan kendaraan yang akan bersirkulasi dan keJuar masuk
tempat parkir perlu d.iperhatikan. Aspek yang diperhatikan
ditunjui<J<an dalam gambar berikut.

Jenls Unit MobU Tempe- Tempe-


kend-araan Mopen tunggaJ Bu-s barang lan Ian
desaln
Jarak sumbu m 12 15 18
Radius belok 7,6 12,6 12.6 12 13,5 13,5
minimum. m
Radl us belok 4,7 8,5 6,1 6 6 6,8
clalam. m

•.\
,I

I
I
Tempelan tSm

Gambar6.22 Untasan mobil yang perlu mendapat perhatian pada


desain tempat parl<ir
100

Layout ruang pari<ir


Layout ruang parkir sama seperti untuk mobil sedan hanya
SRP yang dibutuhkan lebih besar, kecuali untuk bus tempel sirkulasi
h-arus dibuat sedemikian sehingga bila diperlukan bus tempel tidak
per1u mundur untuk masuk keruang parkir.

PARKIR MOBIL BARANG


Dalam merencanakan fasilitas parkir untuk mobil barang
harus diusahakan sedapat mungkin agar manuver yang dilakukan
harus minimal.
Layout ruang parkir
Pertimbangan dalam merencanakan lokasi tempat parkir
mobil barang terutama terhadap daerah sekitamya adalah sebagai
berikut :
• Dampak lingkungan yang diakibatkan terhadap daerah sekitar
tempat parlor minimal,
• Mudah dicapai dari jalan raya, jalan utama,
• Dekat kawasan industri,
• Mempunyaj akses yang memadai,
• Lahan datar dan memiliki drainase yang balk.
Biasanya tempat parkir mobil barang merupakan kawasan
yang juga digunakan untuk istirahat awak mobil barang tersebut,
ofeh karena itu biasanya dilengkapi dengan kantin, toilet, musholla,
fasilitas pert>ikan ringan kendaraan, pompa bahan bakar dan tempat
beristirahat
Pada gambar berikut ditunjukkan layout tempat parkir mobil
barang, dimana dapat dilihat bagaimana sirkulasi dilakukan sehingga
mudah untuk bennanuver didalam tempat parkir.
101

Gambar 6.23. Sirl<ulasi ditempat parl(ir mobil barang

PARKIR SEPEDA
Hal yang harus diperhatikan dari parkir sepeda adalah
bagaimana untuk memarklrkan sepeda itu, dan bagaimana untuk
mengunci sepeda ke tempat parkir. Hal ini penting karena sepeda
sangat mudah untuk dicuri.
Fasilitas parkir sepeda perlu disediakan disetiap pusat
kegiatan untuk umum dikota-kota kecil. sedang dan kota besar
sedangkan dikota raya biasanya per1u disediakan dipusat~pusat
kegiatan lokal.
Gambar berikut menunjukkan contoh fasilitas untuk mengunci
sepeda ketempat pari<ir.
102

Sumber . Chiara(1994) hal 297

Gambar 6.24 Fasilitas untuk parkir sepeda


lo)lE:~@J ~ [NJ CQ) lE:lo)~ [N]CQ)

r tPJ lK\OC~ lK\


I~

UMUM
Penduduk kota memiliki tingkat keg1atan yang relatif sibuk
dibanding kota-kota sedang dan kecil. Semakin mendekati pusat
kota, maka tingkat kesibukan retatif semakin tinggi pula. Seiring
dengan semakin tingginya tingkat kesibukan. maka diikuti dengan
harga lahan yang semakin tinggi puta.
Harga lahan yang semakin tingg1 menciptakan masalah
tersendiri, yakni munculnya gedung-gedung yang tinggl, baik
sebagai lempat perbelaiaan, kantor maupun lain sebagainya.
Gedung-gedung yang menjulang tinggi menunjukkan ruang yang
sangat besar dan hal ini membenk.an dampak besar pula terhadap
arus lalu lintas.
Penanganan parkir juga kesulitan untuk menyelenggarakan
perpari<iran di tempat-tempat yang tingkat kesibukannya relatif tinggi.
Kesulitan tersebut disebabkan oleh permintaan parkir dan harga
lahan yang tinggi.
Parktr di luar jatan yakni di gedung merupakan hal yang tidak
asing lagi di kota-kota besar. Gedung par1<.ir sangat efisien
diterapkan di tempat-tempat yang tingkat kesibukannya relatif tinggi.
Bagaimanapun gedung parkir mampu menangani perrrnntaan dan
harga lahan yang tinggi

KRITERIA PARKIR DI GEDUNG


Kriteria Pengembangan
Ada beberapa krtteria yang harus dipenuhi dalam
pengembangan par1<.ir digedung pari<ir yaitu
• tersed1a tata guna lahan;
• memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang-undangan
yang berlaku
• tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
• memberikan kemudahan bag1 pengguna jasa.
Tata Letak Gedung parkir
Tata letak gedung parkir dapat diklasifikasikan sebagai
berikut
1) Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp)
Daerah parkir terbagi dalam beberapa lantai rata (datar) yang
dihubungkan dengan ramp (Gambar 7,1 a).
l05

(o )

Gambar 7. 1 Berbagai bentuk gedung parl<ir bertingkat


2). Lantal terpisah
Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan ber1antai
banyak dengan ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan
yang masuk dan ramp yang tirim digunakan untuk kendaraan
I()(,

yang keluar (Garnbar 7 1.b. c, d). Selanjutnya Gambar 7.1.c dan


d menunjukkan jalan masuk dan keluar tersendiri (terpisah), serta
mempunyai jalan masuk dan Jalan keluar yang lebih pendek.
Gambar 7 1 b menunjukkan kombinasi antara sirkulasi
kedatangan (masuk) dan keberangkatan (keluar),
Ramp berada pada pintu keluar: kendaraan yang masuk
melewati semua ruang parkir sampaJ menemukan tempat yang
dapat dimanfaatkan Pengaturan gunting seperti itu memiliki
kapasitas d1nam1k yang rendah karena jarak pandang kendaraan
yang datang agak sempit.
3) Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp
Pada Gambar 7. 1 e sampai dengan 7.1 f terlihat kendaraan yang
masuk dan parkir pada gang sekaligus sebagai ramp. Ramp
tersebut berbentuk dua arah.
Garn bar 7 .1.e mempertlhatkan gang satu a rah dengan jalan
keluar yang lebar. Namun, berituk seperti itu tidak disarankan
untuk kapasitas parkir lebih dari 500 kendaraan karena akan
mengakibatkan alur tempat parkir menjadi panjang.
Pada Garnbar 7.1.f terlihat bahwa jalan keluar dimanfaatkan
sebagai tokasi parkir. dengan jalan keluar dan masuk dari ujung
ke ujung.
Pada Gambar 7.1 .g letak jalan keluar dan masuk bersamaan.
Jenis lantai ber-ramp biasanya dibuat dalam dua bagian dan
tidak selalu sesuai dengan lokasi yang tersedia. Ramp dapat
berbentuk oval atau persegi, dengan gradien tidak terlalu curam,
agar tidak menyulitkan membuka dan menutup pintu kendaraan.
Pada Garnbar 7. 1.h plat lantai horizontal, pada ujung-ujungnya
dibentuk menurun ke dalam untuk membentuk sistem ramp.
Umumnya merupakan jalan satu arah dan dapat disesuaikan
dengan ketersediaan lokasi, seperti polasi gedung parkir lantai
datar.
4). Tinggi minimal ruang bebas lantai gedung parkir adalah 2 ,50 m.

ASPEK DISAIN
Teknologi parkir di negara-negara maju yang dikendalikan oleh
komputer. berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam disainnya.
Aspek-aspek yang berkaitan dengan disain tersebut adalah :
a) Konstruksi landasan
b) Tenaga penggerak
c) Teknik keluar /masuk parklr
d) Konstruksi bangunan
1()7

e) Kernudahan untuk mencapai gedung


f) Cara kerja sistem
g) Sistem keselamatan kendaraan
h) Sistem pemetiharaan tenaga penggerak
i) Sistem pengendalian
Tanjakan Ramp
Besamya tanjakan maksimum pada ramp naik gedung parkir
adalah 15 persen. walaupun tanjakan sebesar maksimum 20 persen
dapat dtterapkan. Bila ramp ini juga digunakan oleh pejalan kaki
untuk nalk dan turun, sebaiknya digunakan tanjakan tidak lebih dari
10 persen. Gambar 7.2. menunjukkan panjang ramp yang
dibutuhkan untuk mencapai lantai diatasnya. Sedangkan untuk parkir
pada bidang miring, besamya tanjakan bidang miring maksimum 4
persen.

-
15 °Ao r A' /
+.5 ) 13'!1, I ~,,
11 C!I. ,
/ V
-
tinggi. ../
9%
m I// / ,/
) / V / 7%
/ , / / ✓-
3,()
// / I/ 5% ~
) /~ ./ ~'
,/
_,,- -
/.) / ~ ../ ~
[//~ , / ../ ~
) I'/ V .JI,,, ~
1.5 // r/ V ~

///4 _.. ../ ~


~ w-...... ~
M ~
I~

II
(I (, 12 IX 24 JO 36 42 48 52
panjang ramp. m

Gambar 7.2. Hubungan antara besamya tanjakan dengan panjang


ramp.

Tanjakan Peralihan
Untuk mengantisipasi benturan antara anjuran depan atau
belakang kendaraan terhadap lantai datar pada ujung ramp ataupun
pada bagian diantara sumbu kendaraan dfberfkan tanjakan peralihan
/trasisisi seperti ditunjukkan dalam gambar 7.3.
108

~I
tanJa)<an peralihan =
1/2 tanJakan ra:np

peralihan

lanjalcan
perafihan

Gambar 7 3. Tanjakan peralihan untuk menghindari benturan


antara an1uran kendaraan dengan fantai pada awal
afau akhir ramp.

Radius dan Lebar Ramp


Untuk ramp untuk satu arah cukup disediakan lebar jalur
sebesar 3.5 meter, dan untuk dua arah selebar 6.5 meter, dan bila
dipisah dengan suatu pemisah/separator maka lebar setiap arah
adalah 3.5 meter.
Radius minimum ramp yang yang berbentuk lingkaran helikal,
adalah 9.7 meter. radius yang disarankan adalah 10.5 sampai 11 .5
meter. Sedangkan lebar lajur pada ramp hellkal adalah antara 4.2
sampai 5.4 meter.

Gambar7 4 Dm1ensi ramp helikal


I09

Penahan roda
Agar kendaraan yang akan diparkir tidak membentur dinding
gedung parkir maka pada ruang pan<ir biasanya disediakan
penghambat roda balk benbentuk betonan ataupun pipa logam.
sehingga pengemudi tidak perlu takut membentur dlnding pada saat
memasuki ruang parkir Gambar berikut menunjukkan penahan roda
dari bet.on.

dinding

penahan rO<fa

Gambar 7.5. Penahan roda, pada gambar kiri ditunjukkan penahan


roda pada parkir sudut.

Jarak antar penahan roda dengan dindrng tergantung kepada


sudut parkir dan panjang anjuran ~akang ataupun anjuran depan
Gambar berikut cfitunjukkan jarak ant:ara penahan roda dengan
dinding.
I IU

LW

jarak ke 120 ~
--~ -
<flllding
/ anjuran belakang
crn
I HI
/~
1011 ,
<)O
J
XO
V
__,.-,- ............
7()
anjuran depan -
/
V"
60
V
Sil
30 40 50 60 70 80 90
sudut parkir, derajal

Gambar 7. 6. Kaitan antara sudut parkir dengan jarak muka


penahan roda ke dinding, jarak akan /ebih panjang
kalau kendaraan masuk keruang parkir mundur.

Sirkulasi Antar Lantai


Pergerakan kendaraan antar lantai harus dilakukan sedemikian
sehingga konnik yang terjadi menimaL Konflik berpotongan
sebaiknya dihindarkan, Gambar-gambar berikut menunjukkan
berbagai variasi sirkulasi kendaraan yang akan naik ataupun
kendaraan yang akan turun.
I JI

Sumber Mc Cluskey (1987)

Gambar 7. 7. Pola s1rl<ulasi digedung parl<ir ramp menerus

Sumb..or. McCluskey (1987)

Gambar 7. 8. Pola sirkulasi digedung parkir ramp menerus


bertawanan
IL!

Sumber. Mc Cluskey (1987)

Gambar 7.9. Pola sirkulasi digedung parl<ir lantai stager

Sumber Mc Cluskey ( 19871

Gambar 7. 10. Pola sirkulasi digedung parl<1r lantai stager tiga susun
ID

Sumber Mc C lu-skey ( 1987)

Gambar 7. 11 Pola sirl<ulasi digedung parl<ir lantai miring

PARKIR AUTOMATIS
Pada areal yang sempit dapat diterapkan pan<ir vertikal.
dimana areal yang biasanya digunakan untuk satu kendaraan dapat
diparkir lebih dari satu kendaraan secara vertikal, secara horizontal
ataupun duo park untuk parkir perumahan.
Kendaraan yang masuk atau keluar tempat parkir dikendafikan
oleh komputer, untuk itu biasanya dilengkapl dengan kartu magnetik.
sehingga seseorang yang memarkid<an kendaraannya akan
memperoleh kartu magnetik dimana terekam waktu kedatangan.
tempat dimana kendaraan diparkirkan, dan kemudjan pada saat
akan kembali, oleh komputer dapat diambilkan kendaraan tersebut.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengambil l<endaraan adalah antara
80 sampai 120 detik untuk setiap ken<iaraan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari system parkir automatik
adalah :
• Merupakan salah satu pemecahan masalah parkir bertehnologi
tinggi.
114

• MemaksimalKan pengunaan ruangan karena dapat dihemat


ruangan untuk ramp masuk/keluar, tangga untuk naik turun
pejalan kaki. lintasan kendaraan.
• Tertutup secara menyeluruh sehingga meningkatkan keamanan
kendaraan dari pencurian. hujan. matahari dan lain sebagainya.
• Sangat fleksibel untuk mendesainnya ditempat-tempat yang
luasnya sangat terbatas ataupun bentuk lahan yang aneh.
• Penempatan kendaraan yang akan diparkir dilakukan secara
automatik. sehingga begitu kendaraan sampai di tempat yang
ditunjuk. kendaraan langsung diparkirkan secara automatik, dan
pada saat akan kembali kendaraan diambil ditempat yang
ditunjuk.
• Meningkatl<an kualitas hidup, karena lahan yang sebelumnya
digunal<an sebagai ruang parkir dapat digunakan untuk taman,
tempat bermain.
Disamping manfaat yang disebutkan diatas, parkir automatik ini
mempunyai beberapa ke"'8mahan yaitu antara lain:
• Tidak dapat diterapkan ditempat-tempat dimana terjadi
penggunaan yang secara bersama-sama seperti digedung
bioskop. gedung pertunjukan.
• Tldak cocok untuk diterapkan bila waktu yang diper1ukan
ditempat parkir biasa kurang dari 10 menit

Parkir Vertikal
Parkir vertikal sangat efisien dalam penggunaan lahan. karena
tahan yang digunakan untuk parkir dengan luas yang minimum
dimanfaatkan tingkat demi tingkat seperti gambar 7.12. dimana lahan
yang digunakan untuk parkir 3 kendaraan dapat dirubah menjadi
tempat parkir vertikal yang dapat diisi sampai dengan 42 kendaraan.
Parkir seperti ini sangat cocok untuk diterapkan diper:kantoran
yang Jetaknya dipusat kota dimana lahan sangal tert>atas dan harga
tanah sangat rnahal. Terdapat dapat beberapa sistem parkir vertikal
yang telah dilakukan di beberapa negara maJu d1antaranya adalan
yang biasa disebut dengan Tower Parking dan Elevator Parking.
Tower Parking, parkir dengan sistem ini kendaraan masuk dan
keluar dapat diperoleh dengan aman sert sistem ini mempunyai
efisiensi ruang yang cukup tingg1. Pembangunan/instaltalsi sistem ini
dapat dilakukan, sebagaimana diperlihatkan pad gambarberikut :
11.5

Gambar7.12 Contoh tower parking system


I 16

Gambar 713 Contoh elevator parl<mg system


117

Gambar 7. 14. Tipe instalasi pada tower parkir dan elevator parking

Gambar 7. 15. Tipe untuk kendaraan masuk pada tower parkir


Disamping itu mempunyai keistimewaan yaitu kombinasinya
cukup fleksibel dan dapat dlbuat sesuai dengan lokasi dan
persyaratan kontruksi yang kita inginkan. Sistem ini memiliki 8 tipe
dasar yaitu :
1. Built-in pemutar kendaraan (built-in turntable). adalah piringan ~
yang dapat memutar kendaraan yang akan diparkir sampai
dengan 180°
2. Standar (standard). parkir hanya digunakan untuk kendaraan
penumpang.
3. Seluruhnya dengan atap tmggi (all hight roof), blasanya
dipergunakan untuk kendaran yang lebih tinggi dari mobil
penumpang seperti van.
4. Kombinasi ketinggian atap (mixed roof), tipe ini dipergunakan
untuk dua jenis kendaraan yaitu mobil penumpang dan yang
kendaraan yang lebih tinggi seperti : van
5. Garsi vertikal (vertical line), digunakan untuk tipe shaf ganda dari
sistem tower parkrng, gerakan kendaraan masuk dan keluar pada
pallet bergerak dengan halus.
6 . Garis vertikal, akses langsung (vertical line, direct access), tipe ini
biasanya digunakan pada shaf ganda sistem tower parking
dimana kendaraan dapat masuk dan keluar dengan cepat dari
arah belakang Jift.
7. Garis horizontal (horizontal line), tipe ini juga biasanya digunakan
pada shaf ganda dari tower parking. Sangat baik untuk panjang
dan kendaraan dapat diarahkan menghadap ke jalan.
8. Ganda (double), baik sekali untuk lokasi dimana kendaraan
dapat langsung dikendarai dan daJam satu pallet dapat dua
kendaraan dengan masuk dan keluar kedua sisi.

~
0 t i.ll ,~ h<>ri1011tnl

Gambar 7. 16. 8 tipe dasar untuk tower parking system


119

Elevator Parking. keistimewaan sistem ini adalah kecepatan


masuk dan keluar dimana kecepatan elevator menggerakkan .!.... 120
m/menit dan wal<tu untuk memperoleh kembaJi kendaraan yang
dtparkir sekitar 68 detlk dengan tingkat kebisingan dan getaran yang
rendah, kemanan tinggl dan mudah dioperasikan, sangat ideal
sistem digunakan untuk apartemen, rumah sakit. Ada 4 tipe basik
untuk elevator parking ini yaitu :
1. Standard (standard). kendaraan dapat diperoleh kembali dengan
halus dan cepat dan kecepatan elevator 120m/meni1
2. Built-in pemutar kendaran (built-in turntable), adalah piringan
yang dapat memutar kendaraan yang akan diparkir sampai
dengan 180°
3. Garis vertikaJ (vertical fine), dlgunakan untuk shaf ganda pada
elevator parking sistem. Kendaraan dapat diarahkan keluar dan
masuk kebelankang lift untuk mempercepat parkir.
4. Garis vertikal, akses langsung (vertical line. direct access),
digunakan untuk shaf ganda sistem elevator parking. Kendaraan
dapat diarahkan keluar dan masuk kebelankang lift untuk
mempercepat parkir.

Gambar 7. 17. Tipe untuk kendaraan masuk pada elevator parking


120

Buil1-in rumtnblc G:iris vcnikal Garis vcnikal,


Akseslangsu:ng

Gambar 7. 18. 4 tipe dasar system elevator parking


Parkir horizontal
Pilihan lain yang juga dapa1 diterapkan adalah parkir
horizontal. Parkir jenis ini biasanya di1erapkan pada parkir dibawah
tanah ataupun untuk ge<tung parkir yang mempunyai kendala
batasan tinggi. Sistem parkir ini mempunyai beberapa tipe yang
dapat dikembangkan diantaranya adalah yang disebut dengan :
1. UD Type Convey parking
2. Box Type Convey Parking
3. Sliding Type Squares Parking
Pada gambar benl<ut dapat dilihat beberapa tipe dasar dari ketiga
sistem diatas.
121

o c clQ\i.!l ~ o ..i·
I oOQ (;.)QuQ~ -
·1

Tipe gans ,·c11-1kal akses tangsung

Tipe masuk dari sa:mping

Tipe masuk dari tengah

Ttpe masuk rum satnptng. bmll LO 1amt.1bl~

Tipe nmsuk dari 1engah. bnlt in turtable

Gambar 7. 19. 4 tipe dasar dan· UD type convey parking


122

Tipc masuk dari samping

Tipe masuk dari samping. built 10 turntable

l~~QI
~~.Q
~ -~-1
Tipe masuk d.1n tengah, bull in lurtable

Gambar 7.20. 3 tipe dasar dari Box type convey parking


ID

ODO
0000
Ttpe masuk dari sampiog

000
0000
Tipe m.1suk dari samping, built in nunr.able

Ttipe masuk. dari ~unping bagian luar

+.-J~ - qo OOJO
0000
T1pe m;1suk dan sampmg bagian luar. built in turntable

Gambar 7 21. 4 tipe dasar dari Sliding type squares parl<ing


12.i

Parkir automatik kecil

Bila dibutuhkan ruang parl<ir untuk jumlah kendaraan yang


tidak terlalu banyak tetapi tidak memiliki lahan yang cukup untuk
perumahan ataupun kantor kecil dengan kebutuhan ruang parkir
yang tidak ter1alu banyak tetapi tidak mempunyai lahan untuk itu
dapat diterapkan parkir parkir ini disebut juga dengan multi stroied
parking s,stem sebagaimana ditunjukkan dalam gambar-gambar
berikul .

Gambar 7 22 Contoh multi storied parking system yang


dikembangkan.
- -~ _ Ii

Gambar 7.23. Beberapa tipe dasar multi storied parking


SISTEM INFORMASI PARKIR

Sistem informasi parkir atau yang sering disebut juga parking


guidance system, merupakan pengembangan dari intellegent
transport system yang telah banyak dtkembangkan di negara-negara
maju yang merupakan bagian dari pengembangan area traffic control
system. Sistem informasi parkir ini biasanya menggunakan papan
informasi elektronik yang dapat dilihat dengan mudah oleh
pengemudi dimana adanya lokasi ruang parkir dan memberikan
informasi ruang parkir yang sudah penuh sehingga dapat membantu
mengurangi kemacetan fafu lintas. Selanjutnya sistem infonnasi
parklr ini ak.an dikembangkan melalui car navigator yang dipasang
pada kendaraan.

Gambar 7. 24. Papan elektronik infonnasi parkir

Fungsi Srstem lnformasi Parkir

1 Mengumpulkan infonnasi untuk mengetahui ada tidaknya ruang


parkir pada area perparkiran.
2. Untuk memproses infonnasi yang akan disampaikan ke papan
informas1elektronik
3 Manapilkan lokasi area perparkiran yang masih ada ruang
parkimya yang kosong.

Keuntungan yang dlperoleh

Keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem ini adalah


pengurangan kemacetan lalu hntas dengan mengurarngi jumlah
kendaraan yang antri untuk memperoleh ruang park.ir ataupun
mencari lokasi park.ir Posisl rute yang jelas untuk parkir guna
127

mencegah kecelakaan akibat pengemudi memcari 1alan jika mereka


akan mencari ruang parkir.

J-;.
-
Jal
--
Gambar 7 25 Struktur sistem informasi parkir

Sistem Pencegahan Parklr llegal

Dengan memasa-ng kamera di atas Jalan pada daerah larangan


parkir dan dUengkapi pula dengan pengeras suara, dengan
memberikan peringatan melalui pengeras suara dari central control
lalu lintas blla terdapat l<endaraan yang menggar larangan parkir.

Gambar 7.26 Sistem pencegahan parkir ilegal


IPE:M~~Ir-O~~Ir-0 [D)~Ir-0
f[[r-O(QJ~I/~5~Ir-O
,~~oc~~
no

ORGANISASI UPTD PERPARKIRAN


Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan fasititas parkir
dapat mengusahakannya sendiri dengan rnembentuk UPTD atatipun
dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Sekarang di beberapa kota
besar untuk penyelenggaraan parkir dikawasan-kawasan yang
d1miliki oleh pengembang sering diserahkan kepada pengelola parkir
profesional seperti Secure Parking.
Penyelenggara fasilitas parkir. wajib menjaga ketertiban,
keamanan, kelancaran lalu lintas dan kelestarian lingkungan.
Dasar Pembentukan Organisasi UPTD Perpar1<iran
Ketentuan perundangan menyatak.an bahwa tanggung jawab
pengelolaan dan pengendalian parkir berada dibawah Dinas LLAJ
Tingkat 11, dan untuk operasionaJnya dibentuk Unit Palaksana Teknis
Daerah (UPTD). Betum semua daerah melaksanakannya seperti
yang di1entukan dalam peraturan perundangan yang bertaku, sebab
ada beberapa daerah petaksanaaannya dllakukan dibawah kendali
Dinas Pendapatan Daerah. ada yang dllaksanakan oleh pihak ketiga,
bahkan ada dilaksanakan oleh Badan tersendiri a1aupun oleh Dinas
Perparkiran.
Susunan Organisasi UPTD
Susunan organisasi UPTO parkir tergantung kepada
besamya tanggung jawab yang drbebankan. di DKJ Jakarta akan
jauh lebih besar karena omset perparkiran melampaui 11 milyard
rupiah pada tahun 1996. dan didaerah yang kecil kadang-kadang
drbawah 10 juta rupiah. Contoh organisasi perparkiran ditunjukkan
dalam bagan gambar 8.1.. dimana UPTD dipimpin oleh seorang
Kepala UPm Perparkiran yang membawahi seorang Kepala Urusan
Operasi dan seorang Kepala Urusan Umum dan dilapangan
diketompokkan dalam unit-unit. yaitu Kepata Unit Parkir Dipinggir
Jatan, Kepata Unit Parktr Oipelataran Parkir dan Kepala Unit Parkir
Bangunan (kalau ada).
Kepala Urusan Operas/
Kepala Urusan operasi bertugas untuk merencanakan dan
mengoperasikan fasmtas parkir di pinggir jalan. di pelataran parkir
dan dibangunan parkir. Oteh karena itu Kepata Urusan Operas!
membawahi tiga orang kepata sub urusan.
Kepala Urosan Umum
Kepala urusan umum bertugas untuk mengelola administrasi
personaJia. administrasi keuangan serta kegiatan umum tainnya.
Dengan demikian Kepala urusan umum dibantu oleh tiga orang
Kepala sub urusan.
131

Kepala Unit Parklr


Kepala unit perparkiran bertugas mengoperasikan kegiatan
parlcir dikawasan sebagaimana menjadi tanggung jawabnya. Untuk
kota yang kecil kepala unit parkir sekaligus berfungsi sebagai
mandor para juru parkir, sedangkan untuk kota yang lebih besar
kepaJa unit membawahi kepala juru parkir kawasan. Sedangkan juru
parkir bertugas untuk mengatur kendaraan yang keluar masuk
tempat paoor dilokasi yang menjadl tanggung jawabnya, terrnasuk
untuk mengumpulkan ongkos par1dr.

KepaJa
UPTD
Perpar1<1ran

Kepala K.epala
urusan operas, urusan umum

Kepala Unit Kepala Unit Kepala Unit


parkir dipinggir pelataran bangunan
Jafan parlar parkir

Gambar 8. 1. Organ;sasi UPTD Perparkiran yang sederhana


132

Pengelolaan Parkir Oleh Pihak Ketiga


Sebagai alternatip dalam mengelola parkir, dapat
dikontrakkan kepada pihak ketiga untuk melaksan·akannya. Sistem
ini biasanya tebih efisien dan manfaat yang cfiterima oleh pemerintah
daerah lebih besar. Untuk mendapatkan operator yang paling baik
Pemerintah Daerah harus menetapkan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) yang harus dipenuhi oleh Kontraktor. Kemudian
melelangnya kepada pihak ketiga dan tawaran tertinggilah yang
dipilih uniuk melaksanakannya,
Dokumen pelelangan sekurang-kurangnya harus memuat hal-
hal sebagai berikut :
• Jangka waktu berfakunya kontrak,
• Wilayah kerja kontraktor,
• Lokasi tempat parkir,
• Jumlah ruang parkir pada masing-masing lokasi,
• Tarip yang diberlakukan (sebagaimana ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Tingkat II),
• Ketentuan yang harus dipatuhi oleh juru paritir,
• Hak-hak dan kewajiban kontraktor,
• Hak-hak dan kewajiban pemarkir,
• Peralatan yang diperlukan {terutama bagi parkir yang
menggunakan waktu sebagai dasar pembayaran harus memiJiki
alat pencatat waktu dan bila diper1ukan alat pencetak waktu
kedatangan pada kartu parkir)
• ketentuan-ketentuan lain yang dianggap perfu.
Untuk mendapatkan tawaran yang paling wajar, sebaiknya
sebelum ditawarkan dihi1ung tertebih dahulu besamya potensi
pendapatan parkir yang da.pat diterima dan biaya yang dikeluarkan
untuk menyelenggarakan parkir. Besamya pendapatan ini dihitung
berdasarkan jumlah ruang parldr yang tersedia. tingkat penggunaan.
lamanya parkir dilakukan dan besamya tarip. Metoda lain yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan dasar dari pendapatan
parkir sebelum dikontrakkan kepada pihak ketiga
Tanggung jawab organisasi pengelola parkir
Tanggung jawab dari organisasi yang melakukan
pengelolaan perparkiran perkotaan antara lain :
• mengumpulkan pungutan paoor. sekaligus merawat tempat
part<ir,
• memeriksa sistem pengendalian pari<ir sekaligus mencatat keluar
masuk kendaraan pari<ir dan mencatat kendaraan-kendaraan
pelanggar park.ir.
• merencanakan lokasi-lokasi parkir dan mengendalikannya.
membangun fasilit:as baik di jalan maupun di luar jalan (gedung).
• menetapkan besamya pungutan parkir,
• koordinas, dengan instansi kepolisian g.una penegakan hukum
tennasuk penindakan terhadap setiap kendaraan yang parkir
tidak teratur (sembarangan),
• koordinasi dan atas bimbingan langsung ol eh instansi yang
bergerak dibidang lalu lintas dan angkutan jaJan.
• setiap pengusaha tempat parkjr wajib :
❖ menempatkan papan pengumuman atau papan nama di
tempat usahanya yang mencantumkan tarif retribusi parkir
dan nomor serta tanggal Keputusan Kepala Daerah tentang
Pemberian lzinnya.
❖ Melengkapi tanda-tanda pengenal para petugas paoor.
PENGATURAN PARKIR
Parkir dapat digunakan sebagal salah alat dalam pengaturan
dalam manaje-men lalu lintas. disamping paricir digunakan sebagai
sum:ber pendapatan asli daerah, oleh karena itu pertu diatur
sedemikjan sehingga pendapatan retribusi parkir diperoleh dan lalu
lintas dapat berjalan lancar sehingga masyarakat dapat melakukan
perjalanan dengan kendaraan pribad1 dan kemudian dapat
memarkimya ditempat tujuan perjalanannya, baik ditempat parkir
dipinggir jalan maupun diluar jalan.
Pengaturan parkir dipinggir jaJan dan cfipelataran ataupun
bangunan yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan
wewenang Oinas LLAJ Tingkat II, tetapi disamping itu pengaturan
paoor diluar jalan dikendalikan oleh Dinas Tata Kata.
Pengaturan parkjr diluar j alan dlkendallkan melalui lzin
Mendirikan Bangunan.
Parkir dipinggir jalan
lnformasi yang per1u diketahui adalah lamanya paoor
dilakukan (durasi parkir) dan besamya pennintaan parkir (demand).
kemudian difihat sejauh mana dapat dipenuhi dengan ruang parkir
yang disediakan dipinggir jalan dan ruangan parkir diluar jalan.
Selanjutnya metode operasinya juga perlu dipelajari antara lain
besamya tarip parkir yang diberlakukan. golongan tarip yang
dibertakukan serta metode pembayaran retribusi parkir.
134

Tempat dlmana parlc/r dl/arang


Pada setiap jalan yang tidak dapat dipergunakan sebagai
tempat park.Ir, harus dinyatakan dengan rambu-rambu atau marka
atau tanda-tanda lain kecuali di tempat-tempal tertentu. Tempat-
tempat tertentu tersebut adalah sebagai berikut :
a . sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat
penyeberangan pejaJan kaki, atau tempat penyeberangan
sepeda yang telah ditentukan:
b. pada jalan yang sempit yang lebamya kurang dari 6 meter. dan
mengijinkan parkir hanya pada 1 sisi jalan saja untuk jalan-jaJan
dengan lebar 6-9 meter,
c pada 1alan dimana arus Jalu lrntas dipentingkan maka parkir
seba1knya dilarang. pada gambar 8 1. ditunjukkan pengaruh
kendaraan yang parkir terhadap kapasitas jalan
d sepanjang jalur khusus pejalan kal<i.
e sepanjang 25 meter sebe1um dan sesudah tikungan tajam
dengan radius kurang dari 500 meter,
t. sepanJang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan;
g sepanJang 100 meter sebelum dan sesudah perfintasan
sebidang;
h. didaJam daerah persimpangan dengan jarak sepanjang 25 meter
sebelum dan sesudah persimpangan;. Jarak-jarak ini dikom-
b,nasikan dengan pertimbangan terhadap kesetamatan {jarak
pandangan). pembatasan kapasitas (pengurangan lebar jalan).
dan tintasan membelok dari kendaraan-kendaraan yang besar.
Gambar 8.2. menunjuk.kan pengaruh kendaraan yang parkir
dekat dengan persimpangan terhadap kapasitas persimpangan
pada daerah dimana akses jaJan masuk ke lahan sekitamya
cuperlukan. untuk itu perlu dibatasi sepanjang 6 meter sebelum
dan sesudah akses bangunan:
pada tempat-tempat yang dapat menutupi rambu-rambu atau atat
pemberi isyarat lalu lintas;
k. sepanj ang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam
kebakaran atau sumber air sejenis.
I. pada daerah drmana kapasitas Latu lintas diperlukan, dimana
1ebar jalan secara keseluruhan dibutuhkan untuk mengalirkan lalu
lintas.
m. pada jembatan dan terowongan.
n. selanjutnya 'parkir ganda' atau parkir di atas trotoar tidak
diperbotehkan.
1:15

Tempat dlmana parkir dibolehkan


Tidak semua tempat pa.rkir dibolehkan, pada tempat-tempat
dimana arus lalu llntas dipentingkan parkir per1u dikendalikan sedang
pads tempat-tempat dimana akses dibutuhkan maka per1u
disedlakan ruang parkir. Pada Tabel 8. 1. ditunjukkan dimana
kegiatan bementi dan parkir dapat dan tidak dapat dilakukan.

Gambar 8.2. Dampak kendaraan parkir terhadap lebar efektip jalan

1.8
Q 1.6
c;:
1 ,.,
CE 1 .2
Ill

-m
.!.c 1
0. e!
~::, o.s
Q) ~

... .!
~
_g
0.6
0.4
s 0.2
0
0 0
N
• :
0
i I I •% ; I g
N
~

~
jarak kendaraan berhentl darl garls henti, m

Gambar 8.3. Dampak kendaraan yang parkir terhadap kapasitas


persimpangan
Tabel 8 1 Pengendalian yang harus dllakukan pada berbagai klasifikasi jalan

. , ' J ""l;)·.,u-,,.. i ,:j: .·~Jafan-ff9le-ktor


~la" •Jalajjf~i
.•,. U: . ·· hl
..:. ,:~.._t;..1 Jalan Arter_
i
.
,t:: ,•. ill .......... ----·~.... __,,_ ~- '
,. } oefalJrflcakl an
Aktivltas Utama Jalan Jalan Pergerakan Latu lintas jarak Lalu lintas jarak
bertemu Kendaraan yang kendaraan dekat menengah menuju jauh kecepatan
dagang memotong awal atau akhir jaringan jalan tinggi, tidak ada
Antar barang perjalanan, utama, Pelayanan pejafan kaki atau
Kendaraan Tempat angkutan umum. akseslangsung
kecepatan rendah ,ementlan Bus Lalu lintas menerus
~ ,.,,._-.,_,..,HJ_~{••,

Aktivltas Angkutan kendaraan barang Untuk keperluan Lalu lintas Lalu lintas terusan Cocok untuk per-
Barang yang memasok penghuni saja terusan minimal minimal gerakan mobil
kegiatan barang berat,
perdagangan khususnya
,erialanan melintas
Akses kendaraan Tidak ada kecuall Aktivitas utama Beberapa Tidak ada kecuati Tidak ada, kecuali
ke bangunan kendaraan darurat menuju pusat menuju pusat untuk kepentingan
kegiatan distribusi seperti lalu llntas nasional
arus lalu lintas
yang setara
dengan tlngkat
dJstribusi lokal
Pa.rkllr Diluar Jalan
Berikut ditunjukkan pan<ir diberbagai pelataran/gedung parkir
diluar jalan baik yang disediakan oleh pengelola bangunan maupun
yang dimiliki dan dikek>la oleh pengembang/pemilik yaitu :
(1 ) Perusahaan • Paoor dibatasi un1uk karyawan dlperusahaan
yang bersangkutan. serta tamu/rekana.nl
nasabah yang berkunjung ke perusahaan
tersebut.

• Ruang parkir dimillki dan diusahakan oleh


perusahaan itu sendiri.

• Pengunjung dapat dlkenakan ongkos pantir


(2) Kantor • Parkir dibatasi untuk pegawal dikanto( yang
Pemerintahan bersangkutan, serta tamu/rekanan/
masyarakat yang berkunjung ke kantor
tersebut.

• Ruang panur dimillki dan dlusahakan oleh


kantor itu sendiri.

• Pengunjung dapat dlkenak.an ongkos parkir

(3) Pertokoan • Parklr dibatasl untuk pengunjung


kepertokoan yang bersangkutan, serta
karyawan yang bekerja dlperusahaan
tersebut dan disampl11g itu penu Juga
disediakan parkir unluk pemasok barang
kepertokoan itu.

• Ruan:g parkir dlrnllikl dan dlusahakan oleh


pertokoan itu sendlrt.

• Pengunjung dapat dikenakan ongkos par1cir,


tetapi sering l1dak dlpungut bayaran karena
alasan agar leblh meriarik pengunjung

(4) Sekolah • Paoor dibatasi umuk guru/dosen serta


karyawan yang bekerja disekolah tersebut
dan dlsamping itu pertu juga dlsedJakan
parkir untuk penjemput murid sekolah
ataupun murid yang membawa
kendaraannya sendiri.

• Ruang parkir dimllikl dan diusahakan oleh


sek.otah itu sendlrl.
• Pengunjung dapat dikenakan ongkos parldr

(5) Kondominium/ • Par1dr dibatasi untuk penghuni serta tamu


Oat yang berkunjung

• Ruang parklr dimillkl dan dlusahakan o!eh


pengelola kondomlnium/flat ltu sendlrl.

• Pengunjung dapat dikenakan ongkos parklr

(6) Pemukiman • Park.Ir hanya untuk pemillk serta tamu yang


tunggal berkunjung rumah yang bersangkutan

• Ruang parkir dimillki oleh pemlllk itu sendlri.

(7) Gedung/Pelatar • Parkir dapat dilakukan oleh seluruh


an khusus Parkir kelompok masyarakat
umum • Ruang parklr d tmillki oleh pemerintah daerah
ataupun plhax ketiga

• Pemakai ruang parklr dlkeoakan biaya


parkir, baik tarlp tetap/flat maupun
berdasark.an waktu penggunaan

Pengaturan akses ketuar masuk tempat parkir yang harus


dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dalam pemberian izin bagi
pari<ir diluar jalan ditunjukkan dalam gambar berikut :

Akses ke pelataran parfdr tidak

Il

dikendalikan, sehingga blasanya
menimbulkan gangguan temadap
ketancaran lalu lintas pada saat
kendaraan keluar dan masuk tempat
parkir

• Oaerah part.ir disekitar jalan, tetapi


d1Iuar jalan, biasanya berupa halaman
bangunan (contoh seperti sepanj.ang JI.
Pangrima Polim. Jakarta Selatan)

• Parkir seperti ini bJasanya gratis, tetapi


sering dikendalikan dan dibungut
ongkos oleh petugas par1cir lidak resml
139

• Akses ke pelataran part<ir dikendalikan


melalui satu pintu masuk dan keluar

• Oaerah parkir disekitar jalan. tetapl


sepenuhnya diluar jalan.

• Kendaran yang masuk dan keluar


dikendallkan melalui gardu penjaga,
dimana kepada pengunjung yang
masuk diberi kartu partur dan pada saat
keluar diambil kembali.

• Bila ongkos paoor dipungut maka


transaksi biasa dilakukan pada pintu
masuk ataupun pada pintu keluar. bUa
dipungut pada saat masuk biasanya
membutuhkan waktu yang lebih lama
sehingga antrian masuk dapat
mengganggu kelancaran lalu lintas
pada jalan.

• Akses ke pelataran parkir dlkendaUkan


melalui pintu masuk dan plnlu keluar
yang terpisah

• Daerah park.ir sepenuhnya dlluar jalan

• Kendaran yang masuk dan keluar


keluar
dikendalikan melalui gardu penjaga.
I
dlmana kepada pengunjung yang
masuk dlberi kartu parkir dan pada saat
keluar diambil kemball.

• BIia ongkos parldr dlpungut maka


transaksl biasa dllakukan pada pintu
masuk ataupun pada pinlu keluar. bila
dlpungut pada saat masuk blasanya
membuluhkan waktu yang lebih lama
sehingga antrian masuk dapat
mengganggu kelancaran lalu llntas
pada jalan.
140

Pengaturan Tarip Parkir


Pertimbangan yang perlu diambil oleh pemerintah daerah dari
retribusi parkir ini ataupun pengembang yang memitiki ataupun
mengusahakan tempat parkir a<:lalah bagaimana menetapkan tarip
parkir yang paling tepat, tidak tertalu murah ataupun ter1alu mahal.
Dengan menggunakan pendekatan ekonomi dapat dltetapkan tarip
parkir yang paling optimal, sehingga retribusi parkir ini dapat
digunakan sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan asli daerah
tetapi juga sebagai alat untuk mengendalikan penggunaan
kendaraan pribadi.
PENGAWASAN PARKIR
Sebagai satu bagian yang panting dari manajemen laJu lintas
khususnya yang menyangkut parkir adalah pengawasan,
pengawasan merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan secara
tegas dan dilakukan secara terus menerus, sebab kalau tindakan
terhadap pelanggar tidak dilakukan, pelangaran akan dilakukan
diulangi oleh masyarakat karena merasa tidak mendapatkan
hukuman terhadap pelanggaran yang mereka lakukan.
Philosophi dari pe-ngawasan adalah seseorang itu cenderung
untuk mematuhi aturan kalau merasa diawasi oleh petugas. dan
sebaliknya kalau merasa tidak diawasi ataupun tidak diambil
tindakan terhadap pelanggaran, masyarakat cenderung untuk
melakukan pelanggaran. Oleh karena itu saJah satu kunci
keberhasilan dalam manajemen lalu lintas adalah pelaksanaan
pengawasan yang terus meneru.s dan tegas dalam mengambil
tindakan terhadap pelanggar par1<ir.
Parkir liar adalah merupakan suatu penyebab utama
terjadinya kemacetan kesemrawutan dan bahkan kecelakaan, baik
bagi kendaraan itu sendiri maupun bagi pejalan kaki. Hal ini juga
akan menimbulkan masalah khusus apabila terjadi suatu keadaan
darurat. seperti adanya kendaraan pemadam kebakaran, ambulans
atau kendaraan keperluan khusus lainnya. PengendaJian dan
penindakan umumnya adalah merupakan suatu masalah setempat
dan harus ditata administrasinya oleh Pemerintah Daerah
(Walikota!Bupati) setempat metalui beberapa jenis organisasi
pengelola parklr perkotaan.
,~,
Pengawasan Parkir
Kegiatan pengawasan lalu lintas pada umumnya, parkir pada
khususnya meliputi :
Pemantauan dan penilaian terhadap peleksanaan keb/jaksanaan
Jalu lintas_;
Kegiatan pemantauan dan penilaian dimaksudkan untuk
mengetahui effektifitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut
untuk. mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah
ditentukan.
Termasuk dalam kegiatan pemantauan antara lain mehputi
inventarisasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu llntas yang
bertaku pada rues jalan, jumlah pelanggaran dan tindakan-tindakan
koreksi yang telah dilakukan atas pelanggaran tersebut.
Termasuk dalam kegiatan penilaian antara lain meliputi
penentuan kriteria penilaian. analisis tingkat pelayanan, analisis
pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan.
Objel< pengawasan
Sasaran pelaksanaan pengawasan parkir adalah terhadap
pelanggaran parkir yang meliputi :
a. Parkir ditempat dimana parkir dilarang ataupun dllarang berhenti,
b. Parkir diatas dltrotoar.
c. Parkir ganda,
d. Masin hjdup pada saat parkir dipelataran parkir ataupun
digedung parkir.
e. Parkir ditempatkan khusus untuk kendaraan tertentu , misalnya
parkir ditempat parkir bagi pendertt:a cacat
f. Lampu hid up pada waktu kendaraan parkir.
Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan laJu
llntas
Tindak.an korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya
sasaran tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Metoda
pelaksanaan tindakan korektif dilakukan dengan beberapa cara.
baik tindakan phisik. maupun dengan melakukan penilangan
ataupun melalui penyuluhan.
Termasuk dalam tindakan korektif adalah peninjauan ulang
terhadap kebijaksanaan apabila di dalam pelaksanaannya menim-
bulkan masatah yang tidak diinginkan.
1.i2

Tindakan Phisik
Ada beberapa tindakan phisik yang efisien yang dapat
dilakukan terhadap pelanggar parkir, yaitu :
a. Derel<
Salah satu cara yang efek1ip yang dapat cfllakukan terhadap
pelanggar parkir adalah dengan penderekan kendaraan yang salah
parkir. Penderekan terhadap kendaraan pelanggar parkir sangat
efektip karena pelanggar selain harus membayar biaya derek yang
cukup mahal, pelanggar juga harus mengambil kendaraannya dipool
kendaraan yang diderek serta dapat merusak cat kendaraan.
Penderekan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
diderek roda depan bila rem tangan dipasang pada roda depan
ataupun roda depan tidak pada posisi lurus ataupun diderek roda
belakang, bila rem tangan bekerja pada roda belakang.

Gambar 8.4. Kendaraan yang c.iderek pada dari depan pada


gambar atas dan pada roda belakang pada gambar
bawah..
b. Kunc! Roda (Wheel clamp)
Kunci roda telah banyak digunakan dinegara-negara maju
untuk menurunkan pelanggaran parkir, dan baru-baru ini sudah
diterapkan juga di Bandara Sukarno-Hatta. Kunci roda efektip karena
pelanggar harus menghubungi petugas pengendali, kemudian
membayar denda baru kemudian membawa petugas ke lokasi
pelanggaran untuk membuka kunci roda
14J

Gambar 8.5. Pemasangan kunci roda yang dipasang pada roda


depan

Pengawasan Petugas
Petugas pengawasan jalan dapat melakukan pengawasan
terhadap tempa1-tempat dimana parkir dilarang ataupun berhenti
dilarang, petugas penyidik yang menemukan pelanggaran diwajibkan
untuk berhenti dan menilang pelanggar, apabila melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan parkir yang diber1akukan ditempat
yang bersangkutan. Pasal yang diberlakukan terhadap pelanggar
adatah pasal 61 ayat 1 Undang-undang No 14 Tahun 1992 tentang
Lalu Lintas Angkutan jalan dimana dikatakan bahwa :
Barang siapa melanggar ketentuan mengenai rambu-rambu
dan marka jalan, a/at pemberi isyarat lalu llntas, gerakan /alu
lintas, berhentl clan parklr. peringatan dengan bunyi dan
sinar. kecepatan maks;mum atau minimum dan tata cara
penggandengan dan penempelan dengan kendaraan
bermot,or sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)
hurof d, d/pldana dengan pidana lwrungsn paling lama 1
(satu) bu/an atsu denda setlnggl-tlngglnya Rp. 1.000.000.-
(satu Juts rupiah)
sedangkan pasal 23 ayat 1 huruf d berbunyi :
mematuhi ketentuan kelas ja/an. rambu-rambu dan marka
jalan, a/at pemberi isyarat la/u lintas, waktu kerja dan waktu
istirahat pengemudi, gerakan Jalu lintas, berhenti clan parklr.
persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor,
penggunaan kendaraan bermotor, peringatan dengan bunyi
dan sinar. kecepatan maksimum dan I atau minimum, tata
cara mengangkut orang dan barang. tata cara
penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.
144

Wewenang pembinaan dan pengawasan par1<ir


Oirektur Jenderal Perhubungan Darat rnelaksanakan
pembinaan dan pengawasan teknis terhadap penyelenggaraan
f asilitas parkir untuk umum. Pembinaan tekrns meliputi :
a. Pedoman teknis yang telah dituangkan dalam Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK 105/DJRD/96
tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas parkir
b. pemberian bimbingan teknis yang meliputi peningkatan
kemampttan dan keterampilan teknis.
Pengawasan teknis. meliputi kegiatan pemantauan dan
penilaian atas penyetenggaraan fasilitas parkir untuk umum.
Sedangkan kewenangan terhadap pelanggaran kegiatan
par1<.ir atau berhenti difempat yang dilarang untuk itu dilakukan
pengawasan oteh petugas Polisi Lalu Lintas.
rIL [NJ ij IL [NJ rD>@J IlJ@J [NJ
[P'@J~{K~[R\
146

UMUM
Pengendalian pengusahaan parkir merupakan upaya untuk
meningkatkan efisiensi pengusahaan pa.rkir tanpa mempengaruhi
hasll pekerjaan, yang merupakan program yang harus
diselenggarakan dengan cerdik dan dilakukan secara cerrnat secara
terus menerus. Pengendalian parkir merupakan bagian dari tugas
rutin yang harus dilakukan pihak manajemen Unit Pelaksanan Teknis
Oaerah (UPTD) perparkiran.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengop-
timalkan jalannya UPTO adalah dengan Gugus Kendali Mutu (GKM)
Ruang lingkup pengendallan
Sebagai bagian dari kegiatan pembinaan dan pengawasan
parkir adalah pengendalian. Kegiatan pengendalian parkir meliputi :
a. pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan
kebijaksanaan pa.rkir.
Pemberian arahan dan petunjuk dalam keterntuan ini berupa
penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk
kepertuan pelaksanaan manajemen parkir. dengan maksud agar
diperoleh keseragaman dalam pefaksanaannya serta dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya untuk menjamin tercapai-
nya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan.
b. pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai hak dan kewajiban masyarakat dat,am pelaksanaan
kebijaksanaan pamr.

PRINSIP PENGENDALIAN PARKIR


Beberapa prinsip dasar yang harus dilakukan pihak
manajemen perusahaan adalah :
a. Merupakan proses siklus manajemen, yaitu perencanaan
pengendalian pengusahaan parkir, pelaksanaan dari rencana
yang disusun yang harus dinilai pelaksanaannya, dan bila
temyata masih ada yang dapat ditingkatkan efisiensinya maka
dllakukan perencanaan kembali.
b. Harus diQukung dengan organisasi UPTD perpan<.iran yang
baik dimana para anggotanya dapat bekerja sama dengan
bail<.
c. Merupakan pekerjaan sistematik yang dilaksanakan untuk
setiap jenis pekerjaan.
d. Merupakan tanggung jawab UPTD perparkiran secara utuh
untuk mencapai tujuan penggunaan sumber daya secara
147

efisien mulai dari pucuk pimpinan sampai kepada operator


pelaksanan pekerjaan dalam hal ini juru parkir.
e. Tanggung jawab dan wewenang pengendalian sumber daya
harus dapat dilimpahkan.
f. Program harus dinilai. direncanakan kembali bila dalam
pelaksanaannya dirasakan masih terdapat kekurangan-
kekurangan yang masih dapat ditingkatkan efisiensinya. Jadi
dengan kata lain proses ini merupakan suatu proses yang
tidak ada hentinya.

GUGUS KENDALI MUTU


Gugus KendaJi Mutu merupakan upaya sekelompok pekerja
dalam organisasi yang secara sukarela, tidak terikat dan atas
inisiatip sendiri menyelenggarakan kegiatan kendali mutu. yang
dalam melakukan upaya tersebut mengembangkan diri secara
bersama mengendatikan proses serta meJakukan perbaikan cara
kerja, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
pekerjaan, laba, jadwal penyerahan, keamanan dan nilai sosial. Agar
pelaksanaannya lebih balk maka harus dlpromoslkan oleh
pimpinan perusahaan kepada seluruh bagian sehingga seluruh
pekerja mulai dari pucuk pimpinan sampai kepada pesuruh turut
mengambil peran.
Gugus Kendall Mutu pada awalnya dikembangkan di Jepang
pada tahun 1960an, yang pada waktu gencar-gancamya
melaksanakan peningkatan efisiensi pekerjaan. Keberhasilan ini
kemudian diikuti oleh berbagai negara, tennasuk Indonesia yang
mu1ai menerapkannya pada tahun 1980an.
Hakekst Gugus Kendall Mutu
a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang perbaikan cara
bekerja dan pengembangan pekerjaan,
b. Menghargai sesama pekerja sehingga dapat menciptakan
lingkungan pekerjaan yang menarik dan menggembirakan bagi
setiap anggota organisasi,
c. Memberi kesempatan sepenuhnya kepada setiap karyawan
untuk mendayagunakan potensi masing-masing individu secara
tidak terbatas.
Lsngl<ah Penyelesaian Mssalah Dengan GKM
Langkah-langkah pemecahan masalah secara gugus kendali
mutu ditunjukkan dalam bagan yang dikembangkan disampaikan
dalam gambar 9.1.
148

Menemukan
permasalahan

'
Sebab
permasalahan

''
Faktor
dominan

langkah
pemecahan

'
Penerapan
perbaik.an

Pemantauan
pelaksanaan

,
Mencegah timbulnya
masalah yang sama

Memperhatikan perma-
salahan yang lain

Gambar 9. 1. Proses pelal<sanaan Gugus Kendall Mutu


149

a. Menemukan pennasalahan
Permasalahan adaJah segata sesuatu yang menyimpang
dari standar yang ditetapkan ataupun terjadi penyimpangan
terhadap tujuan yang hendak dicapai. Oidalam menjaJankan
suatu usaha selalu akan timbul permasalahan, oleh karena itu harus
diperiukan suatu cara yang sistematis untuk memecahkan masalah
tersebut. salah satu cara permasalahan tersebut dipecahkan dengan
pendekatan Gugus Kendali Mutu.
b. Sebab permasalahan
Permasalahan timbul karena ada suatu f aktor atau
beberapa faktor dari pekerjaan yang tidak berjalan sesuai dengan
yang direncanakan. untuk itu perlu dikenali faktor-fakt.or apa saja
yang menyebabkan terjadinya masalah tersebul
c. Faktor dominan
Faktor penyebab masalah harus dianalisis secara terinci
untuk menentukan faktor mana yang paling dominan mempengaruhi
masatah.
d. Langkah pemecahan
Setelah faktor penyebab masalah ditemukenali, maka
dapat diusulkan langkah pemecahan. terutama perhatian
pemecahan harus diarahkan pada penyebab yang paling dominan.
e. Penerapan perbaikan
Langkah pemecahan setelah dibahas secara mendalam
dapat diterapkan sesuai dengan rencana pemecahan yang
dlusulkan.
f. Pemantauan pelal<sanaan
Dalam pelaksanaan penerapan perbaikan harus dilakukan
pemantauan terhadap keberhasilan menerapkan usulan perbaikan
g. Mencegah timbulnya masalah yang sama
Untuk menghindari masalah yang sama timbu!, maka
periu dilakukan pemantauan terhadap standar ataupun tuJuan agar
berjalan sesual dengan yang direncanakan.
h. Memperhatikan pennasalahan yang lain
Setelah suatu permasalahan terselesaikan perhatian
diarahkan kepada mencari permasalahan lain yang perlu
diselesaikan. dan bila ditemukan maka proses Gugus Kendali
mutu ini dljalankan kembali.
150

PENGENDALIAN PENDAPATAN UPTD PARKIR


Pemasukan pemerintah daerah dari retribusi parkir sangat
dipengaruhi oleh metoda yang digunakan untuk mengumpulkan
retribusi tersebul. Dikawasan yang dikendalikan biasanya lebih
mudah untuk mengendalikan pendapatan. karena biaya parkir
dikumpulkan di gardu/pos pintu masuk kawasan yang jumlahnya
terbatas, sedangkan parkir dipinggir jaJan, dimana juru parkir
berfungsi sebagai kasir. sehingga lebih sulit dikendalikan.
Pendapatan asli daerah sektor transportasi yang diperoleh
dari retribusi parn.ir cukup berarti, oleh karena per1u dikendalikan
dengan baik sehingga kebocoran yang terjadi dapat ditekan sekecil
mungkin.
Berbeda dengan ketentuan yang bertaku sebelum in! retribusi
parkir hanya dapat dilakukan dipinggir jalan dan pada tempat khusus
parkir yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah sedangkan
bagi pelataran/gedung parn.lr yang cfimilil<i atau dikelola oleh swasta
rebibusi parkir tidak dapat dipungut.
Pemanfaatan dari pajak retribusi parkir di daerah diharapkan
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat secara
efisien dipergunakan untuk memperbaiki prasarana dan sarana
transportasi, khususnya perbaikan f asititas parkir, sehingga akan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan fasiUtas parkir.
Pendapatan yang diperoleh dari par1<ir bervariasi dari daerah
kedaerah. sangat tergantung kepada besamya tarip parkir yang
diber1akukan, daerah yang ditetapkan sebagai tempat parkir,
manajemen UPID perparklran dan lain sebagainya. Daftar berikut
menunjukkan besamya pendapatan dari retribusi parkir yang
dikumpulkan di beberapa kota besar pada tahun 1996. Dari daftar
tersebut jelas ter1ihat pemerintah yang aklip mengumpulkan
pendapatan asli daerah dari retribusi parkir bisa memperoleh lebih
dari Rp. 15 ribu rupiah per kendaraan bermotor dalam satu tahun.
151

Tabel 9.1 . Pendapatan asll daerah dari retribusi daerah, 1996

1 Jakarta 3.387.748 11 .272.000.000 3.327


2 Surabaya 775.130 10.500.000.000 13.546
3 Bandung 352.151 5.581.452.000 15.849
4 Semarang 345.374 3.846.327.911 11 .136
5 Ujung 262.943 330.782.300 1.258
Pandang
6 Padang 111.888 817.000.000 7.301
Sumbef : Transportasl Perkotaan Edlsi 1 no 2

Masalah dalam pengendallan pendapatan parkir


Ada beberapa masalah yang ditemukan dalam pengendalian
pendapatan yang dikumpulkan dari retribusi parkir. MasaJah ini
kurang begitu besar pada kawasan parkir dimana pemar1tir
membayar retribusi parkir pada saat masuk ataupun kefuar dari
kawasan parkir tetapi terutama terjacfi pada parkir dipinggir jalan
yang di-kendalikan oleh juru parkir. Masalah tersebut antara lain :
Penolakan untul< membayar
Meskipun hal ini terjadi, terutama bagi pengemudi motor
ataupun golongan masyarakat tertentu yang tidak mau membayar
retribusi parkir. Hal ini kadang-kadang menimbulkan kenbutan antara
juru parkir dengan pemarkir.
Pengumpulsn pendspatan oleh petugas tldak resml
Jumlah juru parkir tidak resmi cukup banyak dlbeberapa kota
besar, bahkan mereka menggunakan seragam juru par1<ir, mereka
umumnya beroperasi dikawasan yang tidak ditetapkan sebagai
kawasan pari<ir seperti didepan Apotik, toko swalayan kecil, ataupun
kegiatan-keglatan bisnis yang tidak berada pada sentra primer
ataupun sekunder suatu kota. Sebagian dari juru-juru parkir yang
demikian itu dlkendaHkan oleh jeger (mafia paoor). Bila jumlah juru
parkir tidak resmi inl banyak maka potensi pendapatan asli daerah
yang hilang akan cukup besar.
152

Penarikan tarip yang feblh tfnggl


Dikawasan pusat perdagangan/sentra primer yang tinggi
tingkat penggunaan parkimya ataupun di kota dimana taripnya
sudah sedemjkian rendahnya, Juru parkir sering meminta bayaran
lebfh kepada pemarkir a1aupun pemarkir tidak meminta uang
kembaliannya.
Jun, parkir t;dak menyetorkan hasil
Kendala lain yang juga ditemukan dalam perparkiran adalah
juru parkir yang Udak rnenyetorkan hasil retribusi parkir yang
dipungutnya, ataupun lldak menyetorkan secara utuh.
Pengendalian terhadap hal ini menjadi sulit karena sering
kards tidak diberikan kepada pemarkir ataupun pemarkir yang tidak
mau menerrma karcis
Penggunaan karcls lebih dari satu ka/1
Penggunaan karcis lebih dari satu kali sering dilakukan oleh
petugas parkir_
Tat a C ara Menghitung Potensi Pendapatan Pan<ir
Untuk menghitung besamya potensi pendapatan dari parkir
sebagai acuan dalam perhitungan besamya anggaran pendapatan
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai ben"kut :
Parl<ir dipinggir jalan
Surval parkir dilakukan untuk mendapatkan masukan
mengenai jumlah ruang parkir. tingk.at penggunaan ruang parkir
dalam satu hari, lamanya {durasi) parkir dilakukan.
lnformasi yang diperoleh dari suivai parkir khususnya untuk
parkir dipmggir jalan , dimana tarip parkir yang berlaku adalah
tarip/kali parkir (tidak tergantung waktu selanjutnya di rekapitulasi
dalam daftar sebagai berikut ·

No. Blok JaJan Jumlah Tingkat penggunaan


Parkir SRP parkir/tumover (TPP}

T aksiran pendapatan yang b1sa diperoleh dihitung dengan


menggunakan rumus berikut :
PP,hn = SRP x TPP .x 365 x Fp x Tp atau (1)
153

PPh, = SRP X TPP X Fp X Tp (2)


Oimana :
PPtta, = pendapatan dari parkir dalam satu tahun
PPrw = pendapatan rata-rata dari parkir/hari
SRP = Jumlah satuan ruang parkir didalam blok yang dihitung
f-PP = tingkat penggunaan par1<.ir (turnover) dalam satu hari
daJam satu SRP
Fp = faktor penggunaan. 0.80 untuk perkantoran/kegiatan
yang hari Sabtu-Minggu tutup, 0 .90 untuk pertokoan
Tp = Tarip parkir
Contoh :
Bila data karakteristik parkir disuatu kawasan perbelanjaan
ditunjukkan dalam daftar berikut :
Tarip yang diber1akukan adalah Rp. 300 untuk sekali paoor, Fp = 0.9
Tabel 9.2 . Tingkat penggunaan parkir
No Blok Parkir Jalan Jumlah Tingkatpenggunaan
SRP park.ir/ turnover (TPP)
1 Ruas 10-11 S.Pamian 20 2,44

2 Ruas 22-23 Lembong 20 2,77


3 Ruas 23-11 Panjaitan 32 2.63
4 Ruas 11-12 Panjaitan 15 3,5
5 Ruas 01-11 W .Maramis 11 3,52
6 Ruas 01-10 W .Maramis 11 1,51

Pada dattar belikut ditunjukl<an hasil perhltungan dengan


menggunakan rumus {2) pada kolom 6 untuk Taksiran pendapatan/
hari dan menggunakan rumus (1) pada kolom 7 untuk Taksiran
1 ta-h~u:o~•..--- - -- - - - -- - - - -- --
penda~ta,t-tn,-,
154

Tabel 9.3. Taksiran pendapatan parkir


No. Blok Parkir Jalan SRP TPP Taksiran Taksiran
turnover pendapatan/ pendapatan/
hari, Rp_ lahun. Rp.
1 2 3 4 5 6 7
1 Ruas 10-11 $ .Parman 20 2.44 13,176 4809240
2 Ruas 22-23 Lembong 20 2,77 14.958 5.459.670
3 Ruas 23-11 Panjallan 32 2.63 22.723 8.293.968
4 Ruas 11-12 Panjaitan 15 3,5 14.175 5 .173.875
5 Ruas 01 -1 1 W.Maramis 11 3,52 10.454 3.815.856
6 Ruas 01 -1 0 W.Maramis 11 1,51 4.485 1.638.916

Jumlah 79.971 29.189.525

Parkir diluar jalan


Khusus untuk tarip parkir yang tetap (flat) pendapatan parkir
dapat dihitung dengan cara yang hampir sama dengan parkir
dipinggir jalan Rumus yang digunakan adalah sebagai ben'k.ut :
PP,h,..::: JKP x 365 x Fp x Tp (3)
pp..,= JKP x Fp x Tp (4)
Dimana :
JKP = Jumlah kendaraan yang masuk ke kawasan/pelataran/
gedung parkir dalam satu hari
Tetapi bila tarip parkir dipengaruhi oleh waktu, maka
diperfukan inronnasi tambahan mengenai durasi parkir, maka
digunakan rumus sebagai berikut
PP111" = S JKPi x 365 x Fp x Tpi atau (5)
PPhr = S JKPi X Fp X Tpi (6)
Oimana :
JKPi = Jumlah kendaraan yang masuk ke k.awasan/pelataran/
gedung paoor dalam satu hari yang parkir selama
Jam
Tpi = Tarip parkir i jam
Contoh:
Bila data karakteristik waktu parkir (durasi) disuatu kawasan parkir
didaerah perbelanjaan ditunjukkan dalam daftar berikut :
155

Tarip yang diberlakukan adalah Rp. 500 untuk jam pertama dan Rp
300 untuk setiap jam berikutnya, Fp = 0.9
Tabel 9.4. Jumlah kendaraan parkir rata-rata
No Durast, Jam Jumlah rata-rata
kendaraan yang
par1dr/hari
1 <1 56
2 1-2 123
3 2-3 45
4 3-4 23
5 4~5 5
6 5-6 3
7 6- 7 9
8 7-8 14
9 8-9 2S
10 9-10 2

Pada daftar berikut ditunjukkan hasil perhitungan dengan


menggunakan rumus (6) pada kolom 5 untuk Taksiran pendapatan/
hari dan menggunakan rumus (5) pada kolom 6 untuk Taksiran
pendapatan/ tahun.
Tabet 9.5. Taksiran pendapatan parltlr
No Durasl, Jumlah Tarip Taksiran Taksiran
jam Kendaraan pendapatan/ha pendapatan/tahun
yang parkir ri
1 2 3 4 5 6
1 <1 56 500 25,200 9 ,198,000
2 1-2 123 800 88,560 32,324,400

3 2-3 45 1100 4-4.550 16,260,750


4 3-4 23 1400 28,9a0 10,577,700
5 4-5 5 1700 7,650 2 ,792,250

6 5-6 3 2000 5,400 1,971.000


7 6-7 9 2300 18,630 6,799,950
8 7-8 14 2600 32,760 11,957,400
9 8-9 25 2900 65,250 23,816,250
10 9 • 10 2 3200 5.760 2,102.400
322,740 117,800,100
156

PETA PENGENDALIAN
Peta pengendalian merupakan suatu peta yang digunakan
unt.uk memantau kegiatan operasi dalam rangka mengendatikan
jalannya operasi UPTD Perparkiran. oleh karena i1u dijadikan
perangk.at dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi tanpa
mempengaruhi hasil pekerjaan, yang merupakan program yang
harus diselenggarakan dengan cerd~k dan dilakukan secara cermat
secara terus menerus. Pengendalian merupakan bagian dari tugas
rutin yang harus dllakukan pihak manajemen perusahaan.
Prinslp Peta Pengenda/lan
Dalarn mengendalikan jalannya usaha maka bert>agai
unsur pekerjaan harus dikendalikan. Untuk itu per1u dipantau data
mengenai keluaran ataupun masukan dari set.lap unsur pekerjaan
tersebut Data yang dikumpulkan dapat berupa rata-ratanya ataupun
kisaran dari data tersebut atau kedua-duanya seperti ditunjukkan
dalam gambar 2.1. Data tersebut kemudian diplot pada suatu grafik,
bila data yang diplot memmjukkan penyimpangan tertentu/abnormal
misatnya metampaui batas yang cfrtoleransi maka perlu diambil
tindakan pengendalian.

pendapa-
lan oarkir
0 0
i - X
0
0 0 0
0

0 0 0
0 0

waklu -

Gambar 9.2. Rata-rata dan kisaran pendapatan parkir dalam kurun


waktu te,tenfu
Manfaat peta kendall terhadap rata-rata dan kisaran dalam
pengendarian dapat dilihat dalam tabel berikut :
157

Tabel 9.6. Manfaat peta kendali


Tlpe peta Perubahan dalam rat.a-rat.a Perubahan dalam dlsper~I
proses produkll
Peta Kendall X Menunjukl<an ketldak normalan MeriunJukkan ketidak normalan
Peta kendall R - Menun}Ukkan ketldak normalan

Untuk membuat peta kendali maka harus dilakukan pemantauan


data secara terus-menerus untuk mengetahui informasi-informasi
operasional sebagaj berikut ·
a. Rata-rata
Nllai rata-rata dari unsur yang dlkendalikan yang dihitung
dengan menggunakan cara :

X1 + X2 + X3 + .... + Xk
x= - - -- - - - - - -
k

dimana X = rata-rata keseluruhan


Xk = rata-rata dari pengama1an ke k
k = jumlah pengamatan
b. Kisaran
Kisaran adalah selisih antara data yang terbesar dengan data
yang terkecil dalam kelompok data yang dikumpulkan. Besamya
kisaran dihitung atas dasar .

R1 + R2 + R3 + . .. . + Rk
R=
k

dimana : R = rata-rata kisaran


Rk = kisaran pada pengamatan ke k
c. Batas kendali atas dan bat.as kendali bawah
Batas kendali atas dan batas kendali bawah terhadap rata-rata
ditetapkan atas dasar pendekatan berikut :
158

BKA = X + A2 R
8KB = X - A2 R

dimana BKA = Batas kendali atas


BKB = Batas kendali bawah
A2 = koefisien kendali
X = garis pusat
Batas kendaJi atas dan batas kendali bawah terhadap kisaran
ditetapkan atas dasar pendekatan berikut :

BKA = 04 R
BKB = 03 R

dimana BKA = Batas kendali atas


BKB = Batas kendali bawah
03,D4 = koefisien kendali
R : Garis pusat
Besamya Koefisien kendali A2. 0 3 dan 04 diberikan dalam daftar
berikut :
Tabel 9.7. Koefisien kendali
n A2 D4 03
2 1,880 3,267 0
3 1,023 2,575 0
4 0,729 2,282 0
5 0,577 2,1 15 0
6 0.483 2,004 0
7 0,419 1,024 0 ,076
Peta kendali ini dapat Juga diterapkan untuk menunjukkan cacat
pecahan (p) dan peta pn yang menunjukkan jumlah cacat (pn).
Hasll perhitungan tersebut diplot dalam gambar berikut :
151)

Pendapa- BKA
tan parkir
-------- .......... _ ! - ·- - - - --
0 0
i- X
0
. 0
0
0
0
.
0
Q
. '
0
' ' .. '
0 0 0
0 0

waktu --+
\ BKB

Gambar 9.3. Contoh peta kendali


d. Metode penllaian
Setiap periode hasil pengamatan terhadap biaya
digambarkan/dlplot, untuk kemudian dinilai :
• Kalau jumlah titik yang keluar batas limit atas/bawah melebihi
toleransi yang ditetapkan maka pertu d,ambil tindakan
pengendalian seperti ditunjukkan dalam gambar berikut :

Pendapa-
tan park1r 'BKA
0 0
r X
0
0 0
0

0 0
0 0

~ BKB
~ waktu -+
\. data yang keluar limit
batas kendall bawah

Gambar 9 ,4. Data yang keluar dari batas limM yang ditetapkan

• Bila secara berturut-turut terdapat nilai yang berada diatas atau


dibawah garis rata-rata tetapi masih berada dalam koridor batas
atas atau bawah, maka perlu diperhatikan kenapa hat itu sampai
terjadl, seperti dapat difihat datam gambar ben'kut :
1r,o

Pendapa-
tan parkir r BKA

0
l- X
0
0 0 0

0
0

\ 8KB ~ 'data yang berturut-


turut berada dibawah
nilal rata--rata

Gambar 9.5. Data secara berturut-turot berada diatas atau dibawah


n,7ai rata-rata.

• Bila hal yang disebutkan diatas terj.adi secara terus menerus


maka perlu diteliti apakah per1u ditetapkan standar yang baru.
• Bila ada kecenderungan dari data-data tersebut meningkat
terus atau menurun terus, seperti ditunjukkan dalam gambar
berikut maka per1u diteliti kenapa hat tersebut terjadi.

Penctapa-
tan paridr 'BKA
0
l X
0
0 0

0
0

8KB 'data yang berturut-


turut menunjukkan
kecenderungan
mftn11n1n

Gambar 9.6. Data yang menunjukkan kecenderungan meningkat


terus atau menun.m teros.

• Bila data rnenunjukkan kenaikan dan penurunan yang terjadi


secara periodik maka hal ini disebutkan sebagai gejala
periodisitas. seperti digambarkan pada gambar berikut. Untuk
16 1

menganaliSce1nya, maka per1u djperhatikan secara lebih mendalam


sebab-sebab perioditas itu terjadi, adakalanya hat in,
merupakan hal yang normal tetapi dapat pula karena hal-hal
tertentu.

Pendapa
-tan
' BKA

j_ oo oooo oOoo

"-------..--,------------- 0 0

8KB 'data yang berturut-


turut menunjukkan
periodrtas

Gambar 9. 7. Gejala periodisitas data

Pemeriksaan Keuaogan Oleh Akuntan Publik


Untuk mendapatkan gambaran yang leblh pasti mengenai
pendapatan dan biaya yang diketuarkan untuk menjalankan UPTD
Perparkiran ada baiknya secara regular dilakukan pemeriksaan
keuangan oleh Akuntan Publlk.

PENGENDALlAN PETUGAS PARKIR


Pengendalian terhadap petugas parkir merupakan langkah
yang penting yang harus dilakukao, sebab sebagian besar dari
pen dapatan dari parkir d lperoleh dari retrtbusi yang mereka pungut
Oleh karena itu pengendalian petugas partdr merupakan isu penting
yang harus dilakukan oleh UPTD Perpar1<iran.
Masalah dalam pengendalian petugas parkir
Ada beberapa masalah yang sering timbul dalam
pengendalian terhadap petugas paoor. yaitu :
• partcir oleh petugas llegal ditempat parkir legal.
• petugas ilegaJ ditempat parkir ilegal,
• petugas legal meminta pemarkir untuk parl<ir ditempat dimana
parkir dilarang (parkir ganda, pancir di tempat dilarang parkir)
• petugas memungut on gkos parkir diatas tarip yang dibertakukan,
162

• petugas tidak membagikan karcis paoor atau menggunakan


kembali karcis yang sudah dibagikan sebelumnya kepada
pemarkir lain,
• petugas parkir pulang lebih awal atau masuk kerja terlambat,
• dan lain-lain.
Upaya pengendalian
Untuk mengatas1 masalah-masalah tersebut diatas perlu
dilakukan pengawasan secara terus menerus dan mengambil
tindakan tegas untuk meluruskan keadaan bila terjadi pelanggaran
Langkah-langkah yang dapat dllakukan adalah sebagal berikut :
Pengendaflan terhadap petugas parklr resml
Pengawasan terhadap petugas parklr dapat dflakukan secara
struktural melalui pengawasan melekat (Waskat) dua tingkat
kebawah, dan mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran
yang dilakukan oleh petugas. Objek pengawasan meliputi .
a. pemberian karcis kepada pemaoor serta besamya tarip yang
diber1akukan kepada pemarkir,
b. pendapatan yang disetorkan kepada unit pelaksana perparkiran.
c. tata cara mengatur parkir,
d. tata cara mengatur lalu lintas pada saat kendaraan masuk atau
keluar ruang pafkir.
e. seragam dan perlengkapan pet1-1gas par1<ir,
f. absensi petugas par1(ir
Pengendallan terhadap petugas parklr /legs/
Untuk ini perfu dilakukan identifikasi lokasi parkir yang
dikelola oleh petugas parkir ilegal, baik ditempat yang ditunjuk
sebagai lokasi parkir ataupun ditempat-tempat yang tidak ditunjuk
sebagai lokasi paoor. Bila ditemukan petugas parkir yang demikian
maka per1u diambil langkah pengendaJian. Agar langkah
pengendalian ini mempunyai kekuatan hukum maka ketentuan
mengenai hal ini harus dicantumkan dafam Peraturan Daerah
mengenai perparkiran.
Jeger Parkir
Disamping masalah yang diungkap diatas masih ada masalah
yang cukup serius yang terjadi di kota-kota besar adalah bahwa
kawasan tertentu dibawah kendall jeger parkir (Mafia parkir). Untuk
memecahkan masalah ini memang agak sulit apalagi kalau hal ini
sudah terjadi sejak waktu yang lama. Oleh karena ib.J cegahlah hal ini
sebelum menjadi masalah.
l63

Upaya pencegahan jeger parkir lni pet1u dllakuk.an secara


konsisten dan terus-menerus dan bila diper1ukan untuk mengen-
daUkan para jeger perfu mellbatkan aparat pengaman.

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN PARKIR


Salah satu isu penting dalam pengendalian kegiatan parkir
adalah pemberian blmbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
pengguna seh-ingga mereka memahami dan dapat melakukan
kegiatan parkir ataupun memahami latar belakang kebljaksanaan
parkir. Selain itu juga diperlukan blmbingan dan penyuluhan kepada
petugas dalam merencanakan dan menjaJankan pengelolaan dan
penyelenggaraan fasilitas parkir.
Bimbingan dan penyuluhan kepada pemakai
Dalam rekayasa lalu lintas cfikenal prinsip 3 E (Engineering.
Education and Enforcement) atau yang dikenal sebagai 3 P:
Perekayasaan. Pendidlkan masyarakat dan Penegat<an Hukum.
Bentuk pendidikan masyarakat inilah merupakan proses bimbingan
dan penyuluhan.
Mater/ yang dfsosiallsaslkan
Untuk dapat menerapkan kebijaksanaan perparkiran, perlu
disosfalisasikan kepada masyarakat. yang antara lain dapat
dilakukan dengan :
• sosialisasi pengaturan perparkiran melalui media cetak ataupun
melalui media elektronik , terutama untuk pemasangan rambu
yang bersifat perintah seperti halnya rambu larangan berhenti
dan larangan parkir.
• sosialisasi dilapangan dengan cara meng.arahkan pemakai
jalan/pemarkir terutarna terhadap rambu larangan yang baru
dipasang, setama rambu tersebu1 belum mempunyai kekuatan
hukum (rambu larangan baru mempunyai kekuatan hukum
setelah 30 hari sejak tanggal pemasangan).
• sosialisasi kepada masyarakat lentang tata ca.ra parkir, terutama
yang menyangku1 tata cara masuk ketempat parfor, keluar dari
tempat parkir, posist roda depan pada saat parkir ditanjakan atau
cfiturunan, pemasangan rem tangan
Metoda blmblngan darr penyuluhan kepadlt masyaralatt
Sebelum melak-ukan bimbingan at.au penyuluhan harus
dipelajari terlebih dahulu metoda apa yang al<an digunakan. Metode
yang dipilih mellputi:
a. Sebagai salah satu bagian mengenai tata cara parl<:ir dalam buku
petunjuk bagi pengemudi (highway code), selain diperfukan oleh
164

calon pengemudi yang sedang belajar mengemudi. diajarkan


daJam pelatihan praktek mengemudi. Hal ini penting karena
merupakan bagian yang diujikan baik teori maupun praktek pada
saat akan memperoleh Surat lzin Mengemudi.
b. Brosur yang berisi informasi singkat kepada masyarakat,
misalnya mengenai tata cara parklr di tepat parkir.
c. Stiker yang berisi slogan mengenai parkir, biasanya kalimat
pendek seperti : «Parkirtah kendaraan anda ditempat yang
ditunjuk:".
d. lklan di surat kabar, yang mengiklankan secara singkat mengenai
tata cara park.ir
e. lklan di televisi berupa video clip mengenai tata cara part<ir
Pers/span Blmblngan dsn Penyuluhan
Agar supaya materi yang disampaikan mencapai sasarannya,
maka per1u diteliti ter1ebih dahulu apakah mater! tersebut dapat
dimengerti oleh masyarakat pengguna fasititas parkir. Penelitian
dilakukan dengan menunjukkan materi kepada kelompok masyarakat
tertentu, kemudian ditanyakan kepada mereka apakah mereka dapat
mengerti pesan yang disampaikan kepada mereka, bila kurang
dimengerti oleh mereka berarti materi yang telah disusun belum
memadai dan per1u disempumakan.
Bimbingan dan penyuluhan kepada petugas parkir
Agar penyelenggaraan parkir dapat berjalan dengan lancar
maka diperlukan bimbingan dan penyuluhan kepada petugas parkir.
Untuk itu pengusaha tempat parkir harus mendidik dan melatih para
petugas parkir untuk mengerti dan menguasai benar semua
peraturan-peraturan lalu lintas pada umumnya dan peraturan-
peraturan perparkiran pada khususnya
Mater/ blmbingan dan penyuluhan
Materi bimbingan dan penyuluhan terhadap petugas parkir
melrputi hal-hal sebagai berikut :
• menjagc1 keamanan kendaraan beserta perlengkapan yang
dipark.ir dan menjaga ketertiban lalu lintas di sekitar tempat parkir.
• memandu pengemudi masuk dan keluar dari tempat parkir.
• mengatur lalu lintas dikawasan tempat parkir ataupun terhadap
lalu lintas disekitar jalan untuk parkir dipinggir jalan pada saat
kendaraan akan masuk ataupun keluar tempat park.ir,
• tata cara memarkir kendaraan, terutama untuk mengarahkan tata
cara masuk ketempat parkir, keluar dari tempat parkir, posisi roda
165

depan pada saat parkir dltanjakan atau diturunan, pemasangan


rem tangan.
• perilaku petugas daJam menghadapi pemarkir.
Metoda blmblngan dsn penyuluhan kepada petugas
Karena informasi yang diberikan kepada petugas parkir tidak
ter1alu banyak, maka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
a. magang bersama petugas yang bekerja, tetapi sebelum itu
mereka dibekali dengan materi tertulis. Materi tertulis harus
disusun sedemiklan sehingga mudah dicema oleh petugas parkir,
hal ini penting karena umumnya Ungkat pendjdfkan petugas
parkir rendah.
b. briefing kepada petugas pada saat apel pagi sebelum mereka
menuju tempat tugas mereka.
167 Lampiran I
Contoh Perda Pcnyclenggn.raan Parktr

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MALANG

PERATURAN DAE.RAH KABUPATEN TINGKAT II


No. 1 TAHUN 1993
TENTANG
PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI
KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MALANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II MALANG
Menimbang : a. bahwa ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Malang Nomor 9 tahun 1974
tentang Tempat Park.Jr Angkutan Umum di Wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Malang dan yang
telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Malang
Nomor 6 tahun 1988, temyata sudah tidak sesua,
lagi dengan perkembangan keadaan sekarang.
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf
a konsideran ini, maka untuk meningkatkan sumber
Pendapatan Asli Daerah sekaligus menertibkan
tempat parkir umum, dipandang perfu meninjau
kembali Peraturan Daerah dimaksud menuangkan
dalam suatu Peraturan Daerah.
Mengingat · 1 . Undang-Undang 5 tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Pemerintahan di Daerah :
2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Proplnsi Jawa Timur.
3. Undang-undang Nomor 12 Ort tahun 1957 tentang
Peraturan Umum Retribusi Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1965 lentang Lalu
Untas dan Angkutan Jalan Raya.
5. Pera1uran Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun
1974 tentang Bentuk Peraturan Daerah.
6 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun
1990 tentang Pedoman Pengelolaan Perpar1<iran di
Daerah.
IMl Lampiran I
Con1oh Pcrda Penyclcngg:lf3a.n Parkir

7 Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II


Malang Nomor 2 tahun 1991 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Malang.
Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Tingkat II Malang.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERA TURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH


TINGKAT II MALANG TENTANG
PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN
TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN DAERAH
TINGKAT II MALANG.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Pemerintah Oaerah adalah Pemertntah Kabupaten Daerah
Tingkat II Malang ;
b. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala 0aerah Tingkat II Malang:
c. Kendaraan adalah setiap kendaraan beroda dlua atau lebih baik
bermotor ataupun tidak bermotor ;
d. Kendaraan bem,otor adalah seUap kendaraan yang digerakkan
oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya
dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang di jalan
selai1n dari pada kendaraan yang berjalan di atas rel :
e. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan yang biasanya
disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan pembayaran;
f. Mobil penumpang umum adalah setiap kendaraan be-rmotor yang
semata-mata diper1engkapi dengan sebanyak-banyaknya 8
tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik
dengan maupun tanpa pertengkapan pengangkutan bagasi :
g . Mobi l Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi
dengan lebih dari 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk
pengemudi baik dengan maupun tanpa pertengkapan
pengangkutan barang :
h. Mobtil barang adalah kendaraan bennotor selain mobil Bus sudah
mobil penumpang :
169 Lampiran I
Contoh Pcrda Pcuyclenggaraan Park:u

T empat parkir adalah pelataran yang ditentukan dan diizinkan


oleh Kepala Daerah sebagai tempat parkir kendaraan ;.
j. Parkir adalah menempatkan kendaraan pada tempat parkir :
k . Tempat Parkir Umum adalah tempat parkir yang diselenggarakan
secara tetap dengan mempergunakan fasilitas umum yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah :
I. Tempat parkir Khusus adalah tempa1 parkir yang
diselenggarakan secara tetap dengan mempergunakan fasilitas
sendiri :
m. Tempat Parkir lnsidental adalah tempat parkir kendaraan yang
diselengga.rakan secara tidak tetap kegiatannya dan atau dengan
mempergunakan fasilitas umum maupun f asilitas sendiri ;
n. Usaha Par'kir adalah usaha untuk menyediakan tempat parkir
serta menjaga atau mengawasl kendaraan yang diparkir dengan
memperoleh imbalan jasa berupa uang :
o Retribusi Parkir adalah pungutan yang dikenakan kepada
pemakai kendaraan yang memarkir kendaraannya di tempat
parkir :
p. Parkir Bertangganan adalah pungutan parkir kendaraan yang
dilaksanakan secara rutin setiap bulan atas permohonan yang
bersangkutan.
BAB II
KETENTUAN PENYELENGGARAAN DAN PENGOLAHAN
TEMPAT PARKJR
Pasal2
(1) Penyetenggaraan dan pengelolaan tempat parkir dilakukan dan
atau diawasi oleh Pemerintah Daerah ;
(2) Kepala Daerah Menunjuk Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas
Pendapatan Daerah untuk melaksanakan tugas tersebut dengan
Keputusan Kepala Daerah :
(3) Unit Pelaksanaan Teknis Oaerah Dinas Pendapatan Daerah
melaksanakan tugas. kewajiban dan tanggung jawab di bidang
pelayanan perparkiran kepada masyarakat yang meliputi
kegiatan.
a. Pelayanan, masuk dan keluar serta penataan kendaraan di
tempat parkir.
b. Penyerahan karcis retribusi parkir dan penerimaan
pembayaran retribusi sebagai imbatan jasa pelayanan yang
diterima tempat parkir :
170 Lamp1ran I
Contoh Pcrda Pen}-'clcnggaraan Park.ir

c. Pengaturan ketertiban kendaraan yang dlparkir.


Pasal3
(1) KepaJa Daerah mempunyai wewenang untuk menentukan
tempaHempat parkir umum di Wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II Malang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
bertaku ;
(2) Letak lokasi dan jumlah tempat parkir umum ditetapkan oleh
Kepala Daerah ;
(3) Dilarang menggunakan trotoir dalam W1layah Kabupaten Daerah
Tingkat II Malang sebagai tempat parkir :
(4) Dllarang menggunakan barm dalam Wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II Malang sebagai tempat parkir kecuali izin dari Kepala
Daerah untuk jalan Kabupaten dan untuk jalan Propinsi harus
mendapat persetujuan dari Gubemur Kepala Oaerah Tingat I.
BAB Ill
KETENTUAN PENGUSAHA TEMPAT PARKIR
Pasal4
(1) Kepala Daerah dapat menunjuk atau memberi izi n kepada orang
atau Badan Hukum untuk mengusahakan tempat parkir umum.
parkir khusus atau parkir insidental ;
(2) Orang: atau Sadan Hukum yang akan menjalankan
pengusahaan tempat park.i r tersebut pada ayat (1) pasal ini
diharuskan mengajukan permohonan secara terturis lebih dahulu
kepada Kepala Daerah :
(3) Tata cara dan syarat-syarat pengajuan permohonan dan
pemberian izin tersebut pada ayat (1) dan (2) pasal ini diatur
lebih lanjut oleh Kepala Daerah.
(4) Pemegang izin harus melakukan sendiri pengusaha te-mpat parkir
dan dflarang memindah tangankan dengan cara dan dalam
bentuk apapun kepada pihak lain kecuali dengan izin Kepala
Daerah.
Pasal5
(1) Dilarang mengusahakan tempat parkir di Wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II Malang tanpa izin terlebih dahulu dari Kepala
Oaerah:
(2) lzin mengusahakan tempat parkir tersebut pada ayat (1) p~sal ini
diberikan dalam bentuk Keputusan Kepala Daerah :
(3} Dilarang menggunakan tempat parkir di Wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II Malang dengan menggunakan karcis bentuk
l 71 Lampiran I
Contoh Perda Penyc!cngg:araan Parkir

lain dari yang tetah ditetapkan dan atau disahkan oleh Kepala
Daerah.
BABIV
KETENTUAN KEWAJIBAN PENGUSAHA TEMPAT PARKIR
Pasal 6
(1) Setiap pengusaha tempat parkir wapb :
a . menempatkan papan pengumuman atau papan nama di
tempat usahanya yang mencantumKan tartf retlibusi parkir
dan nomor serta tanggal Keputusan KepaJa Daerah tentang
Pemberian lzinnya.
b. Melengkapi tanda-tanda pengenal para petugas parkir.
(2) Tanpa pungutan parkir harus berbentuk karcis yang dikeluarkan
dan atau disahkan dengan perporasi oleh Kepala Daerah atau
Pejabat yang ditunjuk dengan menyebutkan jumlah
pungutannya:
(3) Pengusaha tempat parkir dan pelugas parkir dilarang :
a . mengadakan pungutan parlcir lebih tinggi dari tam yang telah
ditetapkan tercetak pada karcis
b. Menggunakan karcis leblh dari satu kali.
(4) Bagi pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan tidak
mengenakan pungutan parklr harus menggunakan tanda / kartu
bebas parkir yang dikeluarkan dan atau d1sahkan oleh Kepala
Daerah.
Pasal7
(1) Pengusaha tempat parkir harus mendidik dan melatih para
petugas parkir untuk. mengerti dan menguasai benar semua
peraturan-peraturan lalu lintas pada umumnya dan peraturan-
peraturan perparkiran pada khususnya :
(2) Petugas tempat parkir tersebut pada ayat (1) pasal ini wajib
menjaga keamanan kendaraan beserta perlengkapan yang
diparkir dan menjaga ketertiban lalu llntas di sekttar tempat parkir.
BABV
KETENTUAN RETRIBUSI
Pasal8
(1) Besamya retribusi untuk satu kali par1<ir di tempat parkir
umum/dalam terminal/sub terminal dan insidental ditelapkan
sebagai beri.k ut ·
172 Lamp1ran J
Contoh Perda Penycleuggaraan Park1r

a. Parkir di tempat-tempat parklr yang dlsediakan Pemenntah


Oaerah (parkir umum) dan tempat-tempat parkir insidental :

(1) Untuk mobil barang dengan gandengan Rp. 500,00


sebesar {hma ratus rupiah) sekali parkir
Untuk Bus mobil barang sebesar (tiga Rp. 30000
ratus rupiah) sekali parkir :
Untuk mobil angkutan penumpang Rp. 200.00
umum (pick up, taxi dan bemo) sebesar
(dua ratus rupiah) sekali parkir :
(2) Untuk mobil penumpang sebesar (dua Rp. 200,00
ratus rupiah) sekali parl<.ir ,
(3) Untuk dokar. cikar sebesar (seratus Rp. 100,00
rupiah) sekali parkir ;
(4) Untuk kendaraan bermotor beroda dua Rp. 100,00
sebesar (seratus rupiah) sekali pari<ir :
(5) Untuk sepeda motor(lima puluh rupiah) Rp 50,00
sekali parkir :

b. Parktr di dalam terminal/sub terminal angkutan umum :

(1) Untuk Bus sebesar 0ima ratus rupiah) Rp. 500.00


sekali parklr
(2) Untuk Mobil barang sebesar Olma ratus Rp. 500,00
rupiah) sekah parkir
(3) Untuk mob1l barang dengan gandengan Rp. 750,00
sebesar (tujuh ratus lima puluh rupiah)
sekalt park.lr ;
(4) Untuk mobil angkutan penumpang Rp. 300,00
umum non bu~aAt-aJ----kQta.-ebesar~ .
ratus rupiah) sekali parior ;
(5) Untuk mobil angkutan penumpang Rp. 250,00
umum non bus dalam kota besar(dua
ratus lima puluh rupiah) sekali parkir :.
173 Lampiran I
Co.n1oh Perda Penyelenggaraan Packir

(2} Besarnya retribusi parkir khusus di kawasan tempat wisata di


tetapkan sebagai berikut :

1. Untuk sekali parkir (tujuh ratus lima Rp. 750,00


puluh rupiah): :
2. Untuk mobil angkutan penumpang Rp. 250,00
umum non bus dalam kota sebesar(dua
ratus Irma puluh rupiah) ;
3. Untuk mobil angkutan penumpang Rp. 300,00
umum non bus antar kota sebesar (tiga
ratus rupiah);
4. Untuk mobll penumpang sebesar(fima Rp. 500,00
ratus rupiah) ;
5. Untuk kendaraan bermotor beroda dua Rp. 100,00
sebesar(seratus rupiah) :
6. Untuk sepeda sebesar ; (lima puluh Rp. 50,00
rupiah)

b. Untuk sehari semalam (menginap) :

1. Untuk bus, mobil barang sebesar(dua Rp. 2.000,00


ribu rupiah) ;
2. Untuk mobil angkutan penumpang Rp. 500,00
umum non bus antar kota sebesarQima
ratus rupiah) ;
3. Untuk mobll penumpang sebesar(seribu Rp. 1,000,00
rupiah) :
4. Untuk kendaraan bermotor beroda dua Rp. 200,00
sebesar(dua ratus rupiah) :
5. Untuk sepeda sebesar(seratus rupiah) : Rp. 100,00

(3) Bagi setiap orang atau Sadan Usaha yang mempunyai bangunan
di sekitar jalan raya dengan kepentingan pribadi atau usahanya
yang setiap harinya memarkir kendaraan bennotor di barm jalan
raya di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Malang dikenakan
retribusi parkir langganan, yang ditetapkan sebagai berikut :
174 Lampiran I
Contoh Perda Pcnyele nggaraan Parl<.i.r

a. Untuk kendaraan mobll barang, bus dan Rp. 5.000,00


kendaraan lain yang sejenis, sebesar
(lima ribu rupiah) setiap bulan ;.
b. Untuk kendaraan sedan, taxi, pick up Rp. 10.000,00
dan kendaraan lain yang sejenis
sebesar(sepuluh ribu rupiah) setiap
bulan :

(4) Bagi pengusaha tempat parkir yang mendapat izin sebagaimana


dimaksud dalam pasaJ 4 dan pasal 5 Peraturan Daerah lni
dikenakan biaya pengesahan dan legalisasi karcis sebesar 15 %
(lima belas persen) dari nilai nominal karcis yang bertaku pada
ayat ( 1) butir a pasal ini.
Pasal9
Hasil pungutan retribusl parkir tersebut dalam pasal 8 Peraturan
Daerah ini disetorkan ke Kas Pemerintah Daerah.
BABV1
KETENTUAN PIDANA
Pasal10
(1) Pelanggaran atas ketentuarrketentuan Peraturan Daerah ini
diancam pidana kurungan selama--lamanya 6 (enam) bulan atau
denda sebanyak-banyak:nya sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh
ribu rupiah) :
(2) Di samping ketentuan sanksi tersebut pada ayat (1) pasal ini
kepada pengusaha tempat parkir yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat
dikenakan sanksi pencabutan izinnya.
BAB VII
KETENTUAN PENYIOIK
Pasal11
Selain Pejabat Penyidik yang bertugas menyidik tindak pidana,
penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini, dapat diJakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negara
di Lingkunan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II MaJang yang
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku :
175 Lampiran I
Con1oh Percta Peoyelenggaraan Parkir

(1) Oalam melaksanakan tugas Penyidikan para Pejabat dimaksud


pada ayat (1) pasal ini berwenang :
a. Menertma laporan atau pengaduan dari seseorang tentang.
adanya tindak pidana :
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian
dan melakukan pemeriksaan ;
c. Menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa tanda pengenal
diri, tersangka ;
d. Melakukan penyltaan benda dan atau surat ;
e. Mengambil sidlk jari atau memotret seseorang ;
f Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangkat atau saksl :
g. Mendatangkan orang ahfi yang djper1akukan dalam
hubungannya dengan pemeliksaan perkara ;
h. Menghen1ikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebt..rt bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal
tersebut kepada penuntut umum. tersangka atau
keluarganya :
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP
Pasal12
Hal-haJ yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala
Oaerah.
Pasal 13
Dengan ber1akunya peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Malang Nomor 2 tahun 1972 beserta
perubahannya dinyatakan tidak berlaku lagi dan dicabut
Pasal 14
Peraturan Daerah ini mulai benaku pada tanggal diundangkan. Agar
supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Trngkat II Malang.
176 L3mp1ran l
Contoh Perda Penyelenggaraan Park1r

Malang, 9 Januari 1993


Dewan Perwakilan Rakyat Bupati KepaJa Daerah
Daerah TTngkat II Malang
KETUA
ttd ttd
( Ors. H. M. SOEKMIN) ( ABDUL HAMID. M)

Disahkan dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat ti


Jawa nmur tanggal, 30 Juli, 1993 Seri B tahun 1993 Nomor 3/8.
A.n BUPATl KEPALA DAERAH TINGKAT I
JAWATIMUR
Asisten I Sekretaris Wilayah/Oaerah
(Brdang Pemerintahan)
ttd
Ors. MOH. SAFTI AS'ARI
Pembina Utama Madya
NIP. 010 052 819
Diundangkan dat.am Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Malang tanggal, 22 Juli. 1993 Seri B tahun 1993 Nomor. 3/B
A.n. BUPATI KEPALA BARU TJNGKAT II MALANG
Sekretaris Wilayah / Daerah
ttd
ACHMAD FAUZI
Pembina
NIP. 010 035 973
177 Lampiran II
Comoh Keprnusan Walikotamadya tentang Pengoprasian Mobil Derek

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II SEMARANG


KEPUTUSAN WALIKOTAMADYA KEPALA DAE.RAH TINGKAT II
SEMARANG
NOMOR : 551.2/69 TAHUN 1985
TENTANG
PENGOPERASIAN UNIT MOBIL DEREK DALAM RANGKA
PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH T ANGGAL 28
SEPTEMBER 1971
TENTANG IJlN PEMAKAIAN SEMENTARA JALAN..JALAN UMUM,
LAPANGAN-LAPANGAN DAN TANAH LAPANGAN LAIN YANG
DIKUASAI OLEH PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT
11 SEMARANG YANG TElAH DIUBAH DAN DITAMBAH TERAKHrR
DENGAN PERATURAN DAERAH NO. 4 TAHUN 1981.
WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II SEMARANG
Membaca Kembali : 1. Pengumuman Waljkotamadya Kepala
Daerah Tingkat II Semarang No. 16/1982
tanggal 9 Oktober 1982 tentang
Penertiban Parkir dan Kegiatan Bongkar
Muat terhadap Kendaraan Bus. Truk/truk
Gandengan dan semua Kendaraan
Angkutan Bermotor lainnya dalam Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang.
2. Surat Perintah Walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II Semarang No.
551 .1/6298 tanggal 20 Oktober 1982
tentang Pelaksanaan Penertiban Park.Ir
dan Kegiatan Bongkar Muat terhadap
Kendaraan Angkutan Bennotor lainnya
dalam Wilayah Kotamadya Daerah Ttngkat
II Semarang.
Menimbang ; a_ Bahwa kendaraan Bus, Truk/Truk
Gandeng maupun kendaraan bermotor
roda em pat lajnnya yang
diparkir/berpangkal baik dengan atau
dengan kegiatan bongkar muat dipinggir-
pinggir jalan atau diluar tempat-tempat
yang telah ditentukan, selain berakibat
rusaknya jalan-jalan yang bersangkutan
juga akan menimbulkan dampak negatif
yang lain bagi ketertiban umum khususnya
terhadap ketertiban dan kelancaran arus
lalu lintas, oleh karenanya perlu diadakan
17R Lampiran II
Contoh KepwuStn Walikotamadya 1en11111g Pengoprasian Mobil Derck

penertiban dengan diadakan tindakan


tegas.
b. Bahwa dalam rangka penertiban tersebut
butir a diatas, pertu memanfaatkan Uni1
Mobil Derek balk yang telah dimiliki oleh
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II
Semarang, maupun yang dimillki oleh
instansi lain.
c. Bahwa sehubungan dengan itu, maka
dipanjang pertu diterbitkan Surat
Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Semarang.
Mengingat 1. Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ;
2. Undang-Undang No. 16 tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah Kota Besar
dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat dan dalam
Daerah lstimewa Yogyakart.a Jo. Peraturan
Pemerintah No. 16 tahun 1976 tentang
Perluasan Wilayah Kotamadya Daerah
Tingkat II Semarang.
3. Undang-Undang No. 12/Drt tahun 1957
tentang Peraturan Umum Retribusi
Daerah;
4. Undang-Undang No. 3 tahun 1965 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya ;
5. Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal,
10 Maret 1980 No. 43. tahun 1980 tentang
Pedoman Pengelolaan Perparklran di
Daerah ;
6. Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1975
ten tang Pengurusan Pertanggung
Jawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah ;
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal
15 Januari 1985 No. 131.33 - 059 ;
8. lnstruksi Gubemur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Tengah tanggal, 20 September
1975 No. HUK. 137/1975
/146/13tentang Te-mpat Pemberhentian
Truk
179 Lampirnn U
Conroh Kq>Utus:m WaJikO(amadya lentang PengopTaSJan Mobil Derek

9. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah


Tingkat II Semarang tanggal. 28
September 1971 tentang ijin Pemakaian
Sementara jalan-jalan Umum, Lapangan-
lapangan dan Tanah Lapangan lain yang
dikuasai oleh Pemerintah Kotamadya
Daerah Tmgkat II Semarang.
MEMUTUSKAN
Menetapkan Surat Keputusan Walikotamadya KepaJa Daerah
Tingk.at II Semarang ten1ang Pengoperasian Unit
Mobil Derek DaJam Rangk.a Pelaksanaan Peraturan
Daerah Tanggal, 28 September 1971 Tentang ljin
Pemakaian Sementara Jalan-jalan Umum.
Lapangan-Iapangan dan Tanab Lapangan lain yang
dikuasai oleh Pemerintah Kotamadya Daerah
Tingkat II Semarang yang telah diubah dan
ditambah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor
4 tahun 1981 .
Pasal1
Dilarang setiap orang/badan hukum/badan-badan lain memarkir/
meninggalkan kendaraannya (Bus, Truk dan kendaraan bermotor
pada tempat lainnya), dengan atau tidak dengan kegiatan bongkar
muat disembarang tempat ter1arang, kecuali cfrtempat yang telah
ditentukan.
Pasal2
Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana tersebut pada pasal 1
diatas, berakibat kendaraan dimaksud akan dita:rik dengan Unit Mobil
Derek untuk dibawa/ditampung disuatu tempat yang telah
disedjakan.
Pasal3
Kendaraan sebagaimana dimaksud daJam pasal 2 diatas, dapat
diambil kembali oleh pemilfknya (orang, badan hukum dan badan-
badan lain) setetah memenuhi kewajiban membayar biaya :
a. Penggunaan Unit mobil derek maksimum 3 jam sebesar Rp.
10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) kelebihan penggunaan setiap
jam atau bagian-bagiannya dikenak.an tambahan Rp. 3.000.00
b. Peyimpangan k.endaraan sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah)
untuk setiap hari.
Pasal4
Hasil pendapatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 diatas.
disetor pada kas Daerah Kotamadya Daerah Ttngkat II Semarang,
IRO Lampimn U
C'omoh Kcpu1us.1n WnlikotarM~a 1cmang Pcngoprnsian Mobil Derek

Pasaf5
Pelaksanaan ketentuan pasal 2 diatas. dilaJ<.ukan oleh Kepala UFO
Pengelola Perparkiran Kotamadya Oaerah Tingkat II Semarang dan
dalam pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan :
• Unit Ketertiban Umum Kotamadya Dati II Semarang.
• Satlantas Kota besar 98 Semarang.
• Cabang OLLAJR Propinsi Oaerah Tingkat I Jawa Tengah
Kotamadya Oaerah Tlngkat II Semarang.
Pasaf6
Penggunaan terhadap kendaraan yang terkena penertiban yang
ditampung ditempat penampungan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 diatas, dilakukan oleh :
• Unit Ketertiban Umum Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang.
• UPD Pengelola Perparkiran Kodya Dati II Semarang.
Pasal7
Pejabat dimaksud dalam pasal 5 diatas. dalam melaksanakan tugas
berdasarkan Surat Keputusan ini bertanggung Jawab kepada
Walikotamadya Kepala Oaerah Tingkat II Semarang. dan secara
periodik melapor1<:an hasil pelaksanaannya.
Pasal 8
Hal-hal lain yang belum diatur akan ditentukan kemudian.
Pasal9
Surat keputusan ini bertaku sejak tanggaI ditetapkan, dengan
ketentuan bahwa apabila dikemudian hari temyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya, akan diadakan
perubahan/pembetulan sebagaimana mestinya.

SALINAN Surat Keptutusan ini disampaikan kepada yth :


1. Gubemur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah ;
2. PUSPIOA Kotamadya Dati II Semarang :
3. Ketua DPRD Kotamadya Dati II Semarang ;
4. Kepala Sat Lantas Kotabes 98 Semarang :
5 Kepala Cabang DLLAJR Propinsi Datf I Jawa
Tengah Kodya Dati II Semarang ;
6 Kepala Bagian Perekonomian Kodya Dati fl
Semarang ;
181 Lampirnn D
Contoh Kcputus.·10 W:ilik0lclm3dya lentang Pengoprasian M<>bil Derek

7. Kepala Bagian Keuangan Kodya Dati II Semarang :


8. Kepala Bagian Hukum dan Ortala Kodya Dati II
Semarang ,
9. Kepala Unit Tibum Kodya Dau II Semarang :
10. Kepala UFO Pengelola Petparkiran Kodya Dati 11
Semarang ;
11 . Pertinggal.

DI TETAPKAN DI SEMARANG
PADA TANGGAL 19 PEBRUARI 1985

KODYA KEPALA DAERAH


TINGKAT II SEMARANG

ttd

( H. IMAN SOEPARTO T JAKlA JOEOA SH. )


l lU

DAFTAR ISTI LAH

1. Akumulasi Parkir : Total jumlah kendaraan yang parkir di suatu


daerah pada saat tertentu. Dapat dibagi sesuai dengan maksud
dari perjalanan;
2. Angka Pergantian Parkir (turnover) : Tingkat penggunaan ruang
parkir yang dihitung dari volume parkir untuk suatu periode waktu
dibagi dengan total jumlah ruang parkir;
3. Berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk
sementara dan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya;
Tennasuk dalam pengertlan berhenti antara lain berhenti untuk
sementara waktu yang dimaksudkan untuk kepent.ingan
menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang,
berhenti di persimpangan pada saat alat pemberf isyarat lalu
lintas menunjuk.kan cahaya wama merah. dan berhenti di depan
tempat penyeberangan;
4. Oaun Rambu adalah pelat aluminium atau bahan logam lainnya
tempat ditempelkan/ dilekatkannya rambu;
5. Durasi Parkir adalah lamanya suatu kendaraan parkir pada
suatu lokasi,
6. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk
melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu.
7. lndeks Parkir adalah besamya penggunaan ruang paoor. yang
dihitung dari jumlah kendaraan yang par1dr dibagi dengan jumlah
total ruang parkir,
8. Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
9. Jalur siri<ulasi adalah tempat, yang digunakan untuk pergerakan
kendaraan yang mas-uk dan keluar dari f asmtas parkir;
10. Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang
berdekatan:
11 . Jarak Berjalan (walking distance) : Merupakan Jarak berjalan kaki
dari ruang parkir menuju ketempat tujuan perjalanan:
.
12. Kawasan parkir, adalah kawasan pada suatu areal yang
mernanfaatkan badan jalan sebagai fasilitas dan terdapat
pengendalian parkir melalui pintu masuk;
13. Kebutuhan Parkir adalah jumlah ruang par1<ir yang dibutuhkan
yang besamya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat
l&-1

pemilikan kendaraan pribadi, tingkat kesufitan me,nuJu daerah


yang bersangkutan, ketersediaan angkutan umum. tarip parkrr:
14. Lantai Vertikal
adalah area parkir yang bertingkat yang tegak
lurus terhadap landasan. atau susunan parkir cenderung
menyebar secara vertikal;
15. Lantai Horizontal adalah area parkir yang penyebaran kendaraan
cende rung secara horizontal terhadap landasan;
16. Maksud Parxir adalah maksud dari perjalanan, cftantaranya yang
terpenting adalah : bekerja, berdagang, urusan pribadi. belanja.
sosial;
17. Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan
atau di atas permukaan jaJan yang melipti pertatan atau tanda
yang membentuk garis membujur, garis melintang, garls serong
serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus
lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas:
18. Papan Tambahan adalah papan yang dipasang di bawah daun
rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut dart suatu
rambu;
19. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang
lidak bersifat sementara; Termasuk dalam pengertian parkir
adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat
tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu ataupun tidak, serta
tid-ak semata--mata untuk kepentingan menaikkan dan/ atau
menurunkan orang dan/atau barang;
20. Parkir Berlangganan adalah pungutan parkir kendaraan yang
dilaksanakan secara rutin setiap bulan atas permohonan yang
bersangkutan;
21 . Parkir di badan jalan atau "on street parking~ adalah fasilitas
parkir yang menggunakan tepi jalan;
22. Parkir diluar badan jalan atau •off s1reet parking" adaJah fasilitas
parkir kendaraan diluar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau
penunjang kegiatan yang dapat berupa parkir dan/atau gedung
parklr,
23 Parxir Menyudu1 adalah kendaraan yang sedang berhenti di
badan jalan yang membentuk sudut terhadap arah arus lalu
lintas;
24. Parkir Paralel adaJah kendaraan yang sedang berhenti di badan
jalan yang sejajar dengan arah arus lalu lintas;
25. Rambu Larangan adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai
jalan:
1&5

26. Ramp adalah landasan pintu masuk yang terbuat dari baJa atau
beton yang berlungs, sebagai ,tembatan dan dapat digerakan
secara mekanis:
27, Rambu-rambu lalu lintas dr Jalan yang selanjutnya disebut rambu
adalah salah satu dan per1engkapan Jalan, berupa lambang,
huruf, angka, kaltmat dan/atau perpaduan diantaranya sebagai
peringatan, larangan. perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan;
28. Rambu larangan adalah rambu yang digunakan untuk
menyatakan perbuatan yang <ftlarang dilakukan oleh pemakai
jalan;
29. Rambu petunjuk adalah rambu yang digunak.an untuk
menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, sltuasi, kota,
tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-larn bagi pemakai jalan;
30. Retribusi Parkir adalah pungutan yang dikenakan kepada
pemakai kendaraan yang memarkir kendaraannya di tempat
par1dr ;
31 Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektip untuk
meletakkan kendaraan (mobil penumpang, busJtruk, atau
sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar buka plntu
Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah SRP
untuk mobil penumpang.
32. Tempat parkir di badan jalan. (on street parking) adalah fasmtas
parkir yang menggunakan tepi jalan:
33. Tempat park.ir Khusus adalah tempat parkir yang
diselenggarakan secara tetap dengan mempergunakan fasilitas
sendiri ;
34. Tempat Paoor Umum adalah tempat parkir yang diselenggarakan
secara tetap dengan mempergunakan fasilitas umum yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah;
35. Tiang Rambu adalah batangan logam atau bahan lainnya untuk
menempelkan atau melekatkan daun rambu;
36. Usaha Parkir adalah usaha untuk menyediakan tempat parkir
serta menjaga atau mengawasi kendaraan vang diparkir dengan
memperoleh imbalan jasa berupa uang ;
37 Volume Parkir adalah jumlah keseluruhan kendaraan yang
menggunakan f asilitas parkir, biasanya dihitung dalam
kendaraan yang parkir dalam satu hari.
186

INDEKS

Akumulasi Parl<,r. 42 lnstrumen Kebijaksanaan Parkir,


Alat Pengendali Parkir. 29 17
Alat Pengukur Parkir, 31 lnventarisasi Ruang Parkir, 38

Angka Perganlian Parkir. 42 Jarak Berjalan, 42

Aspek Pembinaan, S Janis Peruntukan Parkir. 56

Bimbingan Dan l=>enyuluhan Kattan Antara Sudul Parkir


Parkir, 154 Dengan Jarak. Muka
Penahan Roda Ke
Contoh Karcis Parkir, 31 Dinding . 11 1
Dampak Kebijaksanaan Parkir Kebijak.sanaan Pembatasan
Terhadap Permintaan Parkir Dengan Harga. 25
Parkir. 27
Kebijaksanaan Tarip Parkir, 19
Dasar Kebljaksanaan Parkir. 14
Kebutuhan Parkir. 42
Dasar Pertimbangan Satuan
Ruang Parkir. 6 Kebutuhan SRP Boskop/Gedung
Pertunjukan, 59
Desain Gedung Parkir, 103
Kebutuhan SRP Di Pasar
Dimensi Kendaraan Standar SWalayan, 57
Untuk Mobil Penumpang.
7 Kebutuhan SRP Di Pasar, 58

Dimensi Rambu Larangan Parkir. Kebutuhan SRP Dl Pusat


79 Perdagangan. 57

Disaln Parkir Di Badan Jalan. 63 Kebutuhan SRP Di Pusat


Perkantoran, 57
Disain Rambu Dan Marl<a Parkir.
78 Kebutuhan SRP
Dlsek.olah/Perguruan
Evaluasi Penerapan Tinggi, 58
Kebijaksanaan Par1<ir. 35
Kebuluhan SRP Gelanggang
Fasilltas Parkir Untuk Umum, 4 Olah Raga, 60
Gugus Kendali Mutu, 137 Kebutuhan SRP Hotel/Tempat
Hakekal Gugus Kendali Mutu. 137 Penginapan, 59
Harga Dan Tata Guna Lahan Kebuluhan SRP Rumah Saki!, 59
Perkotaan. 20 Kebutuhan SRP Tempat Rekeasi,
Harga Fasilitas Part<ir, 22 58
Harga Sewa Tanah Dfkaitkan Kegiatan Parkir Tetap, 56, 57
Dengan Jarak. 21 Kegiatan Parkir Yang Berslfat
Hubungan Antara Besamya Sementara. 56. 59
Tanjakan Dengan Kewenangan Penyelenggaraan
Panjang Ramp. 107 Parkir, 4
Hubungan Bersamya Permintaan Konsep Model Perilaku Pemarkir,
Dan Penawaran Park.ir 16
Dengan Tarip Parkir. 25
Kriteria ldentifikasi Manfaat. 36
lndeks Parkir. 42
Kriteria Parkir Di Gedung, 104
187

Langka-h Pemenyelesaian Penetapan Harga Jasa Fasilitas


Massiah Dengan Gkm, Parkir, 24
137 Penetapan Lokasi Fasilitas Parkir,
Larangan Parkir, 74 4
Lebar Bukaan Pinlu Kendaraan, 7 Penetapan Tarip Parkir Optimal,
Lebar Minimum Jalan K-0lektor 28
Satu Arah Untuk. Parkir, Pengaturan Pembatasan Parkir.
66 18
Lebar Minimum Jalan Lokal Pengendalian Harga/Tarlf Parkir,
Primer Satu Arah Untuk 19
Parkir, 65 PengendaJian Parkir. 135
Lebar Minimum Jatan Lok.al PengendaJian Pendapatan Uptd
Sekunder Satu Arah Parkir. 141
Untuk Parkir. 65
Pengendalian Permintaan , 28
Maksud Parkir, 42
Pengendatian Petugas Parkir. 153
Manfaat Penerapan
Kebljaksanaan, 35 Pengendalian Waktu, 33

Masalah Dalam Pengendahan Pengertian Kebijaksanaan, 14


Pendapatan Parkir, 142 Penyelenggara Parkir. 5
Meter Parkir, 33 Penyeleilggaraan Park.Ir. 3
Metode Pengendalian Parkir, 38 Peta Pengendalian, 148
Papan Tambahan, 79 Pola Park.Ir Menyudut. 69
Parklr Aulomatik Kecil, 117 Pola Park.Jr Paralel, 67
Parkir Automatis. 115 Pola Parkir, 67
Parkir Horizontal. 117 Ptinsip Pengendalian Parkir, 136
Parklr Vert:ikal. 116 Radius Dan Lebar Ramp, 108
Pemahaman Sistem Dalam Rarnbu Larangan Parldr Dan
Kebijaksanaan. 17 Larangan Berhenti, 79
Pembagian Zona Parkir, 23 Rambu Petunjuk Tempat Parkir.
Pembatasan Lokasi/Ruang Parkir 82
Kendaraan. 28 Ruang Bebas Kendaraan Parkir, 7
Pembatasan Parldr, 27 Ruang Ungkup Kebljaksanaan
Pembatasan Waktu Parkir. 28, 29 Parkir. 15

Pembatasan Wllayah Parkir Pada Ruang Ungkup Pengendalian.


Slstem Jafingan Jalan, 34 136

Pembatasan Wilayah Parkir Ruang Parkir Pada Badan Jalan.


Untuk Kendaraan Bera!.. 66
34 Sasaran Penyelenggaraan Parkir.
Penahan Roda, 11 o 3
Pendapatan Asli Daerah Dari Saluan Ruang Parkir Untuk.
RetribusJ Daerah, 142 Bus/Truk, 10

Penentuan Saluan Ruang Parkir, Satuan Ruang Park.Ir Untuk. Mobil


8 Penumpang. 9

Penentuan Sudut Parkir, 64


18X

Saluan Ruang Par1(1r Unt uk Tata Cara Parkir Parale l. 67


Sepeda Motor, 11 Tata Cara Parkir Sudut Di
Saluan Ruang Park.ir, 6 Turunan. 73
Siklus Penerapan Kebijaksanaan T ata Cara Partir Sudut
Parkir. 36 Ditanjakan. 7 3
Sirkulas1 A ntar Lantai, 11 1 Tata Cara Parkir Tegak Lurus. 71
S1stim Karcis. 29 Tata Letak Ged.ung Parltir. 104
s,s1im Kartu Dan Disk. 33 Ukuran Kebutuhan Ruang Park.Ir,
Standar Kebutuhan Parkir, 55 60

Standar Keoutuhan Ruang Parkir, Ukuran Rambu Larangan Parkir.


56 79
Surat ljin Parkir Ukuran Ramt>u Petun1uk Tempal
Perumahan/Perkantoran. Parkir 82
31 Volume Parkir. 42
Survai Panor. 37 Wawancara Parkir, 43
Survai Durasi Parklr, 51 Wawancara Rumah, 48
Survaj Kartu Pos, 47
Survai Kebutuhan Par1(ir, 42
Surva, Parkir Koruon, 49
Tanjak~n Peralihan, 107
T anjakan Ramp, 107
Tata Cara Parkir Dekat
Jembatan. 75
Tata Cara Parkir Dekat Hidran. 78
Tata Cara Parkir Dekat
Penyeoorangan Pejalan
Kakl. 74
Tata Cara Parkir Dekat Rel
Kereta Api. 75
Tata cara Park.Ir Dekat Tikungan.
74
Tata Cara Parkir Didekat Akses
Bangunan, 78
Tata Cara Parkir Ditanjakan, 68
Tata Cara Parkir Dilurunan. 69
Tata Cara Parkir Membentuk
Sudut 30 Derajat. 70
Tata Cara Park1r Membentuk
Sudut 45 Derajat, 70
Tata Cara Parkir Membentuk
Sudut 60 Oerajat, 71
Tata Cara Parkir Menjelang
Persimpangan. n
189

DAFTAR PUSTAKA

1. ACT Department of Urban Services - Transport Regulation, ACT


Bus and Truck Drivers' Handbook, Canberra, 1994
2 Box, PC. & J.C. Oppenlander, Manual of Traffic Engineering
Studies. Institute of Transportation Engineers. 4th Edition.
Washington. 1976
3. De Chiara J. dan Lee E. Koppelman, Standar Perencanaan
Tapak, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.
4. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Lembaga Pengabdian
Pada Masyarakat UGM, Pusat Pengembangan Tehnologi Tepat,
Studi Kriteria Perancangan dan Kebutuhan Ruang Parkir pada
Pusat-pusat Kegiatan (OH Street Parking), Yogyakarta, 1992
5. Oirel<.torat Jenderal Perhubungan Oara1, Proyek Penerapan
Manajemen lalu Untas dan Kebijaksanaan Perparkiran. Laporan
Teknik No.5 · Aspek Teknis dan Keuangan Jakarta, 1991
6. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Proyek Penerapan
Manajemen lalu Lintas dan Kebijaksanaan Perparkiran. laporan
Teknik No.6 : Aspek Pengembangan Organisasi, Jakarta, 1991
7 . Oirektorat Jenderal Perhubungan Darat. Undang-Undang
Repubfik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan beserta Peraturan Pelaksanaannya. Jakarta
1993
8. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Menuju Tertib Lalu
Lintas dan Angkutan, edisi 2, Jakarta, 1996
9. Disney P., Deddy Arief and lskandar Abubakar, Traffic
Engineering Design, Lecture Notes, Bekasi, 1987
10. Disney P., Oeddy Arief and lskandar Abubakar, Introduction to
Traffic Engineering, Lecture Notes, Bekasi, 1987
11 . Hamaoka,H. elall, A Study on the Relationship Between Traffic
Flow Characteristics and Roadside Parking Through the Traffic
Simulation Model, Journal of the EASTS. Volume 2 No.2 • Seoul.
1997.
12. Hobbs, F.D. Traffic Planning & Engineering, 2nd Edition,
Pergamon International library.
13. lshikawajima- Halima Heavy Industries Co. Ltd (IHI}. The World's
Most Efficient Parking Sistems
14. Japan Traffic Management Technology Assosiation, Supervision
Nasional Police Agency Japan, Traffic Control System of J apan
190

15. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:


72/Hk. 105/ DJRD/96Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Fasilitas Par1<.ir
16 Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Semarang,
Nomor : 551 .2/69 Tahun 1985. Tentang Pengoperasian Unit
Mobil Derek Dalam Rangka Pelaksanaan Peraturan Daerall
Tanggal 28 September 1971
17. National Associatfon on Australian State Authorities (NAASRA).
Guides to Traffic Engineenng Practice, Parking. Part 11 , Sydney,
1988
18. Ogden.KW. and SY.Taylor, Traffic Engineering and
Management, Monash University, Clayton Vic. 1996
19. Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II, No. 1 Tahun 1988.
Tentang Penyelenggaraan Dan Pengelolaan Tempat Parkir Di
Kabupaten Daerah Tingkat II Malang
20 Pignataro LJ Traffic Engineering Theory and Practice, Prentice
Hall. Englewood Cliffs, New Jersey.
2 1. Pusat Pendidikan dan Latihan Perhubungan Darat. Modul Diklat
Manajemen Perpar1<iran, Jakarta 1998
22 Teknomo, K. .& Hokao,K.. Parking Behavior in Central Business
Districi, A Study Case of Surabaya, Indonesia, Journal of the
EASTS, Volume 2 No.2, Seoul, 1997.
23 . The lns1itution of Highways and Transportation with The
Department of Transport, Roads and Traffic in Urban Areas,
London. 1987
24 Transportasi Perkotaan, Buletin Direktorat Bina Sistem Lalu
Lintas dan Angkutan Kota, Edis! 1 No 2, Desember
1997,Pengaruh Undang-Undang No.18 Tahun 1997 Tentang
Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Dari Sektor T ransportasi
25. Wells G, Traffic Engineering: An Introduction, Charles Griffrth,
London. 1979.
..26. Yiap N I Autaroatic Car Parking Systems Technology, Urba-n-
Transport in Asia Conference. Singapore, 1997.

Anda mungkin juga menyukai