: 1 - 14
MODEL PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK) DALAM MENCIPTAKAN
KEMANDIRIAN SEKOLAH
Abdul Hakim *)
Abstrak
Peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam kancah persaingan pasar global dalam rangka menyiapkan
tenaga menengah terampil, semakin menunjukkan trend yang kurang menggembirakan apabila ditinjau dari segi
jumlah lulusan yang berkompeten, yang ada. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya
kualitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kurikulum dan metode pembelajaran,manajemen
pendidikan serta bantuan operasional manajemen yang belum optimal karena hanya bersumber dari APBD kota
dan APBN. Keterbatasan dan ketergantungan terhadap BOM APBD dan APBN menyebabkan pengembangan
sekolah belum dapat dilakukan secara optimal, sehingga banyak lulusan SMK yang menganggur akibat
rendahnya kompetensi yang dimiliki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan model pengembangan
kewirausahaan dalam menciptakan sekolah yang mandiri. Penelitian ini dilakukan pada SMK yang ada di Kota
Semarang yang diproyeksikan berstandar nasional dan internasional dengan mengambil sampel 8 SMK. Adapun
responden dalam penelitian ini adalah guru SMK sebanyak 59 orang dan siswa SMK sebanyak 86 orang. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner tertutup yang dilengkapi pertanyaan
terbuka. Teknik analisis dengan menggunakan deskriptif analisis dengan program SPSS.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata kualitas pembelajaran kewirausahaan di SMK dipersepsikan baik oleh para
siswa, namun dalam prakteknya, beberapa materi kewirausahaan yang diajarkan belum lengkap dan mengena
pada sasaran yang diinginkan untuk mencetak wirausaha. Selanjutnya, kebijakan yang diimplementasikan
kewirausahaan di SMK juga rata-rata dipersepsikan baik oleh para guru, namun dalam realitasnya banyak SMK
belum memiliki rodmap yang jelas tentang pengembangan kewirausahaan di SMK. Jejaring dengan dunia
industri yang masih rendah menyebabkan pembelajaran kewirausahaan di sekolah tidak efektif. Oleh karena itu
dalam penelitian ini diusulkan model yang terintegrasi, agar SMK mampu menghasilkan lulusan yang memiliki
motivasi dan ketrampilan wirausaha yang tinggi.
Melihat fenomena dan fakta kondisi kenyataannya, program normative dan adaptif
pendidikan serta akses pendidikan oleh justru sangat relevan dalam memberikan
masyarakat yang semakin sulit, maka diperlukan peranan terhadap pemahaman siswa yang
langkah – langkah yang komprehensif untuk berkaitan dengan pemelajaran program
mengatasi berbagai persoalan pendidikan di produktif. Program kegiatan yang diterapkan di
Indonesia. Dunia pendidikan harus mampu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebenarnya
berperan aktif menyiapkan sumber daya merupakan program kolaborasi antara program
manusia terdidik yang mampu menghadapi pendidikan dan program pelatihan. Hal ini dapat
berbagai tantangan kehidupan baik lokal, kita perhatikan berdasarkan konsep kegiatan di
regional maupun internasional. Peserta didik SMK yang meliputi kegiatan aspek normatif,
tidak hanya menguasai teori – teori, tetapi juga adaptif dan produktif. Program pembelajaran di
mau dan mampu menerapkannya dalam SMK diarahkan sebagai kegiatan pembekalan
kehidupan sosial. Salah satu alternatif untuk kepada anak didik, khususnya aspek
mengatasi persoalan pendidikan adalah melalui keterampilan, produktif yang selanjutnya dapat
pendidikan yang berorientasi pada dipergunakan sebagai sarana menghadapi
pembentukan jiwa entrepreneurship, yaitu jiwa kehidupan di masyarakat. Proses pembelajaran
keberanian dan kemauan menghadapi problema di SMK diarahkan sebagai jawaban atas kondisi
hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif di masyarakat yang menuntut anak-anak siap
untuk mencari solusi dan mengatasi problema melakukan kegiatan produktif dalam
tersebut, jiwa mandiri dan tidak tergantung kehidupannya. Selama ini, masyarakat telah
pada orang lain. Pendidikan yang berwawasan mempunyai mind set tentang lulusan SMK, yaitu
kewirausahaan, adalah pendidikan yang sebagai tenaga- tenaga terampil yang siap
menerapkan prinsip – prinsip dan metodologi bekerja sebagai tukang kelas menengah.
ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) Tuntutan masyarakat terhadap output SMK
pada peserta didiknya melalui kurikulum yang memang sedemikian rupa sehingga pengelola
terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. SMK harus benar-benar mempersiapkan
Instruksi Presiden No 4 tahun 1995 tentang kegiatan pembelajaran serta melaksanakan
gerakan nasional memasyarakatkan dan kegiatan-kegiatan yang benar-benar efektif
membudayakan kewirausahaan, mengamanatkan untuk anak didiknya.
kepada seluruh masyarakat dan bangsa Namun demikian, selama ini program
Indonesia untuk mengembangkan program- kewirausahaan yang diajarkan di SMK belum
program kewirausahaan. Menurut Siagian mampu menghasilkan siswa yang memiliki sikap,
(1999) kewirausahaan adalah semangat, watak, perilaku kewirausahaan serta kecakapan
perilaku, dan kemampuan untuk memberikan hidup, sehingga banyak lulusan SMK yang masih
tanggapan positif terhadap peluang memperoleh belum bekerja karena tidak mampu memenuhi
keuntungan untuk diri sendiri dan atau kompetensi yang dibutuhkan dunia industri
pelayanan yang lebih baik pada pelanggan serta ketidakmampuan untuk membuka
/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari lapangan kerja sendiri. Seringkali pihak dunia
dan melayani langganan lebih banyak dan lebih industri mendapati anak-anak yang memasuki
baik, serta menciptakan dan menyediakan lapangan pekerja tidak mempunyai bekal yang
produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan memadai untuk kualifikasi pekerja yang
cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian diharapkannya. Setiap anak yang diterima, baik
mengambil resiko, kreatifitas dan inovasi serta dari sekolah kejuruan ataupun sekolah umum,
kemampuan manajemen. yang diterima dalam perekrutan tenaga kerja
Program kewirausahaan telah ternyata tidak mempunyai kualifikasi yang
dimasukkan dalam kurikulum sekolah, diharapkan. Oleh karena itulah, maka anak didik
khususnya kurikulum di Sekolah Menengah harus benar-benar dipersiapkan agar mampu
Kejuruan (SMK). Seiring dengan kemajuan melakukan beberapa kegiatan yang
IPTEK pada era global saat ini, Sekolah menjadikannya mempunyai kemampuan untuk
Menengah Kejuruan (SMK) dalam persaingan bekerja dan berwirausaha. Belum optimalnya
pasar global belum mampu menghasilkan tenaga penguasaan kewirausahaan oleh siswa
menengah terampil yang kompeten. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
disebabkan karena program normatif dan respon siswa terhadap kewirausahaan,
adaptif kurang diminati kebanyakan siswa SMK kemampuan guru dalam menyampaikan metode
dibandingkan dengan program produktif. pembelajaran kewirausahaan serta masih
Ketidakmenarikan ini diakibatkan oleh sedikitnya keterlibatan pihak dunia usaha untuk
penyampaian kedua program pemelajaran tidak ikut menciptakan siswa yang memiliki jiwa
mendorong siswa berpikir kreatif, inovatif dan wirausaha yang tangguh. Oleh karena itu
membangun kecakapan siswa mengenai sekolah harus bekerja sama menjalin kemitraan
pemecahan masalah yang ada. Pada dengan dunia usaha dan dunia industri secara
2
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14
melekat, renggang maupun lepas. Dengan model kerja keras untuk membentuk dan memelihara
kerja sama seperti ini, maka program persiapan usaha baru.
anak didik dengan keterampilan tuntas, yaitu Menurut Usman, pengertian
teori, praktik dan kerja bagi anak didik dapat wirausahawan dalam konteks manajemen adalah
dicapai maksimal. Kemitraan dengan dunia seseorang yang memiliki kemampuan dalam
usaha tidak hanya untuk menjadikan siswa menggunakan sumber daya, seperti finansial,
memiliki ketrampilan wirausaha yang tangguh, bahan mentah dan tenaga kerja untuk
namun juga sebagai strategi untuk membuat menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru,
usaha sekolah yang profesional dalam proses produksi ataupun pengembangan
menciptakan sekolah mandiri. Sekolah mandiri organisasi. Wirausahawan adalah seseorang
merupakan sekolah yang mampu menggali, yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal
mengembangkan dan memberdayakan seluruh yang meliputi kombinasi motivasi, visi,
potensi internal dan eksternal yang dimiliki, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan
sehingga dapat mengurangi ketergantungan, kemampuan untuk memanfaatkan peluang
memiliki kemandirian dan kemampuan usaha. Wirausahawan adalah pionir dalam
memberikan kontibusi serta bermanfaat bagi bisnis, inovator, penanggung resiko, yang
kemajuan dan pengembangan sekolah. Hal ini memiliki visi ke depan dan memiliki keunggulan
sejalan dengan Kepmendikbud No. 080/U/1993 dalam berprestasi di bidang usaha.
tentang kurikulum SMK (Pengembangan unit Kewirausahaan adalah suatu kemampuan
produksi). Berdasarkan kondisi tersebut, berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang
penelitian ini diarahkan untuk membuat model dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak,
pengembangan kewirausahaan untuk tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi
menciptakan kemandirian sekolah sebagai akibat tantangan hidup.
belum optimalnya pendanaan APBD dan APBN
serta mampu menjadikan siswa terampil dan Perkembangan Kewirausahaan
berpengalaman dalam berwirausaha melalui Dalam perkembangannya, sejak awal
penciptaan usaha sekolah profesional. abad 20, kewirausahaan sudah diperkenalkan di
Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka beberapa negara, seperti Belanda dengan istilah
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “ondenemer”, dan Jerman dengan istilah
persepsi siswa terhadap pembelajaran “unternehmer”. Di negara-negara tersebut,
kewirausahaan selama ini, persepsi guru kewirausahaan memiliki tugas yang sangat
terhadap implementasi kebijakan kewirausahaan banyak antara lain adalah tugas dalam
di sekolah, semangat, kreatifitas dan motivasi mengambil keputusan yang menyangkut
guru dalam kewirausahaan, kemampuan kepala kepemimpinan teknis, kepemimpinan
sekolah dalam menyusun strategi organisatoris dan komersial, penyediaan modal,
pengembangan usaha sekolah yang professional. penerimaan dan penanganan tenaga kerja,
pembelian, penjualan, pemasangan iklan dan
Kajian Teori sebagainya. Pada tahun 1950-an, pendidikan
kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara
Kewirausahaan seperti di Eropa, Amerika dan Canada. Sejak
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah tahun 1970-an banyak universitas /perguruan
sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki tinggi yang mengajarkan “entrepeneurship” atau
kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke “small business management” atau “new venture
dalam dunia nyata secara kreatif (Suryana, management”. Tahun 1980-an, hampir 500
2000). Istilah kewirausahaan berasal dari sekolah di Amerika Serikat memberikan
terjemahan “Entrepreneurship”, dapat diartikan pendidikan Kewirausahaan, yang saat itu di
sebagai “the backbone of economy”, yang adalah Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru
syaraf pusat perekonomian atau pengendali terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan
perekonomian suatu bangsa (Soeharto tinggi tertentu saja. Menurut Suryana, sejalan
Wirakusumo, 1997:1). Secara epistimologi, dengan tuntutan perubahan yang cepat pada
kewirausahaan merupakan suatu nilai yang paradigma pertumbuhan yang wajar dan
diperlukan untuk memulai suatu usaha atau perubahan ke arah globalisasi yang menuntut
suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan,
baru dan berbeda. Menurut Thomas W maka dewasa ini terjadi perubahan paradigma
Zimmerer, kewirausahaan merupakan pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah
penerapan kreativitas dan keinovasian untuk diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri
memecahkan permasalahan dan upaya untuk yang independen, yang menurut Soeharto
memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari- Prawirokusumo adalah dikarenakan oleh:
hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari Kewirausahaan berisi “body of knowledge”
kreativitas, keinovasian dan keberanian yang utuh dan nyata (distinctive), yaitu ada
menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara teori, konsep, dan metode ilmiah yang
lengkap.
3
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)
Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu akan proses pemelajaran akan sangat
posisi “venture start up” dan “venture menentukan keterlibatan dan keterikatan
growth”. Hal ini jelas tidak masuk dalam siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
“frame work general management courses” sebagai tahap dari penggalian nilai-nilai
yang memisahkan antara “management” kreativitas dari dalam diri siswa.
dengan “business ownership”. d. Metoda pemelajaran hendaknya disajikan
Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu dalam bentuk yang dapat dipahami, diresapi
yang memiliki objek tersendiri, yaitu dan dihayati siswa. Guru hendaknya mampu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu mengubah konsep materi ke dalam bahasa
yang baru dan berbeda siswa, atau dalam bentuk penerapan pada
Kewirausahaan merupakan alat untuk gejala kehidupan riilnya. Sehingga
menciptakan pemerataan berusaha dan diharapkan materi sajian teoritik keilmuan
pemerataan pendapatan atau dapat diubah menjadi stimulus yang
kesejahteraan rakyat yang adil dan merangsang aspek kognitif, afektif dan
makmur. psikomotorik siswa
Dengan memiliki jiwa/corak
kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi Pola Penyelenggaraan Pemelajaran Mata
akan memiliki motivasi, optimisme dan Diklat Kewirausahaan
berlomba untuk menciptakan cara-cara baru Penanaman Sikap
yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan Penanaman sikap dilakukan melalui
adaptif. pembiasaan dan pemberanian melakukan
sesuatu. Kadang-kadang harus melalui
Azas dalam Pengajaran Kewirausahaan “tekanan”, “keterpaksaan” dalam arti
Beberapa azas dan prinsip yang positif antara lain dengan cara pemberian
seyogyanya kita pegang teguh dalam mengelola batas waktu (deadline)
pengajaran kewirausahaan ini di antaranya Pembukaan Wawasan, dilakukan melalui
adalah: kegiatan seperti:
a. Pengakuan dan pelaksanaan azas
- ceramah, diskusi, mengundang lulusan
Humanistik, yang mana kita harus mengakui SMK yang berhasil, mengundang
dan melaksanakan prinsip bahwa: wirausahawan yang berada di sekitar
Setiap siswa merupakan manusia utuh sekolah agar menceritakan
dan memiliki potensi yang bersifat keberhasilan dan kegagalan yang
menyeluruh, baik jasmani maupun rohani. pernah mereka alami atau mengunjungi
Setiap siswa memiliki kebutuhan seperti perusahaan;
menurut pendapat Rouche, yaitu
kebutuhan fisik (lelah), mengemukakan - pengamatan langsung melalui
pendapat, dihargai, mendapatkan pemagangan atau studi banding.
kejelasan, berbicara dan sebagainya. Pembekalan Teknis
Suasana belajar yang manusiawi akan Bertujuan memberi bekal teknis dan
mampu melibatkan semua aspek bermanfaat bagi perjalanan hidup anak
taksonomi, baik kognitif, afektif maupun didik, bukan ilmu yang muluk-muluk
psikomotorik siswa. Suasana manusiawi Pembekalan pengalaman awal
yang dimaksud adalah suasana Bertujuan mendorong anak didik berani
kekeluargaan, hangat, terbuka, obyektif, “melangkah”, merasakan kenikmatan
jujur dan bebas dari segala bentuk keberhasilan dan belajar dari pahitnya
paksanaan apapun juga. kegagalan.
b. Metode pemelajaran yang bersifat “siswa
centris” haruslah berdasarkan atas Pengintegrasian Nilai-Nilai Wirausaha Ke
ketuntasan belajar dari setiap siswa. Guru Dalam Mata Diklat
wajib bersikap value based (memiliki Integrasi atau pengintegrasian adalah
pegangan/aturan) dan wajib memiliki target usaha sadar dan terencana (terprogram) guru,
dari setiap materi yang diajarkan. Tanpa dengan tujuan memadukan (tujuan antara) nilai-
acuan ini, maka proses pemelajaran akan nilai kewirausahaan ke dalam semua mata diklat
menjadi tidak terarah, dan tujuan (lintas rumpun), dalam proses pemelajaran
pemelajaran tidak akan tercapai. sehingga terjadi internalisasi dan personalisasi
c. Dalam pengajaran kewirausahaan (mempribadi) nilai-nilai kewirausahaan untuk
dibutuhkan kemampuan guru dalam diketahui, dipahami, dihayati dan dilaksanakan
membangkitkan daya kreativitas dan (in action) secara tetap (konsisten).
inovasi yang dimiliki siswa. Penampilan, Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan sejalan
sikap, kepribadian dan penguasaan guru dengan konsep Kurikulum 2004 yang
4
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14
menekankan pada kemampuan melakukan orientasi bagi sekolah sebab tujuan utamanya
(kompetensi) berbagai tugas dengan standar adalah untuk memberikan kesempatan bagi anak
performasi tertentu, sehingga hasilnya berupa didik untuk menerapkan keteram-pilan yang
penguasaan seperangkat kompetensi tertentu, didapatkan dari proses pembelajaran pada
sebagai gabungan pengetahuan, keterampilan, kondisi kerja. Oleh karena itulah, maka
nilai sikap dan minat sebagai hasil belajar yang selajutnya yang perlu dipikirkan adalah peng-
refleksinya adalah berupa kebiasaan berpikir dan aturan imbalan yang didapatkan sekolah dari
bertindak ekonomis ketika menghadapi masalah. DU/DI yang memberikan pekerjaan bagi
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan mereka. Imbalan tersebut harus dikelola
hendaknya memperhatikan potensi lokal daerah sedemikian rupa sehingga anak didik juga
masing-masing, sesuai dengan lokasi/tempat mendapatkan bagian dari imbalan kerja
siswa tinggal. Pertimbangan lain adalah tersebut. Anak didik diberi bagian adalah
heterogenitas latar belakang siswa, seperti sebagai pemicu dan pemacu semangat kerja
kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, dan sehingga dengan demikian, secara langsung
usia tingkat perkembangan siswa, yang pada mereka menerapkan segala teori dan materi
gilirannya siswa akan memiliki jiwa praktiknya di pekerjaan nyata. Dengan bagian
berwirausaha dan kesadaran tinggi untuk imbalan dana, maka anak didik akan terpacu
mengaktualisasikan potensinya secara cerdas untuk lebih serius dalam mengerjakan peker-
dalam kehidupan bermasyarakat. jaan. Mereka akan berusaha memperbaiki
Pengintegrasian mata diklat kewirausahaan kinerja dan hasil kerjanya.
hendaknya menekankan pembentukan jiwa Kemitraan kerja adalah bentuk kerja
wirausaha yang terkandung dalam materi ajar sama antara sekolah dengan DU/DI yang
yang sedang dibahas, sehingga guru tidak perlu dilakukan untuk melakukan pekerjaan tertentu
mencari bahan khusus guna pembentukan jiwa yang diberikan oleh DU/DI kepada sekolah.
wirausaha dalam mata diklat yang diajarkan. Dalam hal ini DU/DI hanya memberikan
Dalam pemelajaran kewirausahaan, peranan pekerjaan pada sekolah sedangkan material atau
guru sangat penting dan menentukan. Secara bahan untuk membuat benda kerja di-sediakan
metodologis sulit untuk dijelaskan, namun oleh pihak sekolah. Kemitraan ini dapat
kreatifitas guru merupakan model terbaik bagi dikatakan kemitraan renggang sebab pihak
siswa. Mengajak siswa mempraktekkan nilai-nilai DU/DI tidak ikut bertanggungjawab jika terjadi
kewirausahaan, merupakan contoh konkrit bagi kesalahan pada hasil kerja. Bagi pihak DU/DI,
guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai begitu pekerjaan disepakati, maka segala urusan
kewirausahaan dalam kehidupannya sehari-hari. terkait dengan proses kerja merupakan
tanggungjawab sekolah. Pihak DU/DI hanya
Konsep Kemitraan mengetahui bahwa pekerjaan selesai sesuai
Menurut Saroni (2009) kemitraan sistem dengan target waktu dan kualitasnya. Jika ada
kerja adalah jenis kerjasama yang dilakukan oleh barang rusak, maka mejadi tanggungan sekolah.
sekolah dengan DU/DI dengan cara Kondisi seperti ini merupakan sebuah
mendapatkan pekerjaan sebagai sarana pelatih- kesempatan bagi sekolah, dalam hal ini guru
an anak didik dari DU/DI beserta bahan yang pendamping kegiatan untuk mengkondisikan
digunakan untuk membuat barang atau anak didiknya sebagai pelaku kerja professional.
pekerjaan yang dimaksudkan. Pada sistem Artinya sekolah dalam memposisikan anak
kerjasama ini, DU/Di mempunyai akses langsung sebagaimana seseorang yang sedang bekerja.
pada pekerjaan sehingga untuk hal tersebut, Hal ini menjadi sangat penting sebab dengan
maka instruktur harus mengikuti pelatihan atau demikian, maka terbuka kesempatan bagi
pemahaman atas ketentuan-ketentuan yang anakdidik untuk mendapatkan pengalaman kerja
diberlakukan terhadap pekerjaan tersebut.Pihak produk untuk masyarakat. Dengan menerapkan
DU/DI menyerahkan pekerjaan, baik bahan kondisi sebagaimana sebuah pabrik atau dunia
maupun jenisnya kepada sekolah, instruktur. usaha sedang melaksanakan tugasnya, maka
Selanjutnya instruktur yang melakukan setidaknya anak didik akan terbiasa untuk terus
pendampingan pada anak didik selama dalam kondisi standar untuk bekerja.
melaksanakan tugas atau pekerjaan tersebut. Pengalaman inilah yang sebenarnya sedang kita
Instruk-tur memeriksa dan sekaligus menjadi buru saat kita menerima kerjasama dengan
quality control bagi barang hasi pekerjaan anak DU/DI. Kita ingin memberikan pengalaman
didik. untuk hal tersebut, maka guru, instruktur bekerja pada anak didik se-hingga pada saatnya
harus benar-benar kompetens terhadap mereka tidak kaget jika harus bekerja. Pada
bidangnya tersebut. Selanjutnya, setelah kemitraan kerja seperti ini, hal utama yang
pekerjaan selesai dikerjakan, maka pihak hendak kita capai adalah bertambahnya
sekolah mendapatkan dana pembinaan atau pengalaman anak didik serta kesadaran anak
imbalan atas pekerjaan yang dilakukan di didik terhadap kondisi kerja dan menumbuhkan
bengkel sekolah tersebut. Jumlah imbalan yang rasa bertanggungjawab atas pekerjaan yang
didapatkan sebenarnya bukanlah satu-satunya harus diselesaikan. Hal ini sangat penting sebab
5
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)
dengan cara seperti ini, maka dapat hak yang sama dengan pihak DU/DI.Tetapi,
menumbuhkan pola kerja sistematis serta untuk jenis kemitraan seperti ini memang
efektivitas kerja yang maksimal dari anak didik sangatlah berat bagi sekolah sebab untuk
dan menjadikan hal tersebut sebagai membangkitkan kreativitas guru atau anak didik
kebiasaannya sepanjang hidup. Untuk dapat se-hingga dapat memikirkan atau menemukan
melakukan kerja sama atau kemitraan kerja ini, rancangan barang yang dibutuh-kan masyarakat
maka pihak sekolah seharusnya berperan aktif merupakan hal yang sulit.Pada dasarnya, konsep
untuk melakukan pendekatan kepada DU/DI. kemitraan lepas merupakan konsep kerjasama
Pendekatan ini bertujuan untuk dapat dengan memaksimalkan kerja Pokja UPJ, Unit
memperoleh kepercayaan dari DU/DI dalam hal Produksi dan Jasa yang ada di sekolah. Dengan
mengerjakan atau menangani satu atau konsep kemitraan ini, maka peranan UPJ
beberapa pekerjaan di sekolah. Sekolah harus menjadi sedemiki-an rupa sehingga dapat
aktif menghubungi DU/DI dan meyakinkannya menjadi embrio perusahaan yang berbasis
bahwa pihak sekolah, melalui kegiatan kerja di sekolah. Sebenarnya, SMK mempunyai
bengkel sekolah atau pada proses kegiatan kesempatan untuk menjadi sebuah per-usahaan
pembelajaran praktik di bengkel sekolah mampu sesuai dengan bidang studi dan program
mengerja-kan pekerjaan-pekerjaan dengan keahlian yang dikelola di sekolah. Hal ini terkait
standar industri atau standar produksi layak jual dengan kenyataan bahwa SMK mengelola,
bagi kebutuhan masyarakat. Begitulah, sekolah menyiapkan dan mengarahkan anak didik
melakukan kemitraan dengan DU/DI sebagai menjadi tenaga kerja yang siap bekerja. Jika ini
bentuk tanggungjawab pada pembelajaran anak dapat diwujudkan, maka biaya pendidikan yang
didik, yaitu mempersiapkan anak didik sebagai harus dibayar oleh orangtua dapat lebih ringan
tenaga terampil, siap kerja. sebab anak didik mendapatkan tambahan dana
Kemitraan umum, kemitraan lepas dari pekerjaan yang di bengkel sekolah.
merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan Pada konsep ini, setidaknya ada 2 (dua)
murni atas inisiatif sekolah. Artinya sekolah hal yang didapatkan oleh sekolah dan anak didik,
membuat program kerja produksi barang dan yaitu pengalaman menangani pekerjaan dan
selanjutnya barang produk tersebut ditawarkan income bagi kelancaran proses pembelajaran.
ke DU/DI. Seluruh hal terkait dengan Dua hal ini merupakan kondisi penting yang
pembiayaan, ditanggung oleh sekolah.Untuk diharapkan dapat menjadi motivasi bagi sekolah
melakukan kemitraan ini, maka di sekolah harus dan anak didik untuk dapat melatih disiplin kerja
dibentuk tim khusus yang bertugas untuk sejak awal. Jika kondisi ini dapat diciptakan,
melakukan analisa kebutuhan masyarakat atas maka untuk selanjutnya, masyarakat tidak perlu
barang-barang kebutuhan hidup. Tim inilah yang mengeluarkan banyak biaya untuk pendidikan
harus menumbuhkan pola kreativitas anak didik anak-anaknya. Konsep kemitraan lepas memang
ataupun para guru untuk selalu menemukan merupakan konsep yang mengarah pada
materi atau jenis barang yang sedang booming persiapan sekolah sebagai basis usaha produktif
di masyarakat. Selanjutnya sekolah melalui sekolah. Ini merupa-kan bentuk kegiatan
kegiatan pembelajaran praktik harus mem-buat produktif yang dilakukan oleh sekolah dengan
barang-barang tersebut sebagai contoh. Pada meng-efektifkan pembelajaran praktik sebagai
awalnya sekolah harus membuat beberapa saja kegiatan yang dapat memproduksi barang layak
dan selanjutnya barang hasil kerja anak didik paki bagi masyarakat. Barang-barang yang
tersebut ditawarkan kepada DU/DI untuk dihasilkan dalam proses pembelajaran praktik
dibuatkan nota kesepakatan atau nota inilah jika dipasarkan ke masyarakat, maka
kesepahaman untuk melaksanakan proses selanjutnya dapat dijadikan sebagai dana sharing
pembuatan barang tersebut.Dalam bentuk bagi pendidikan anak didik.
kemitraan lepas ini, sekolah menjadi sumber Pada kenyataannya, kita memang
inspirasi bagi proyek kerja yang hendak sangat membutuhkan eksistensi konsep
dilaksanakan. Bentuk dan macam barang yang kemitraan sebagai bentuk kerjasama antara
diproduksi direncanakan oleh pihak sekolah sekolah dengan DU/DI sebagai upaya untuk
yang didasarkan pada tingkat kebutuhan di meningkatkan kualitas branding dari sekolah di
masyarakat. Atau merupakan hasil perekayasaan masyarakat. Kita harus memperbaiki kondisi
atas barang yang sudah ada di masyarakat yang selama ini dikatakan tidak efektif. Dimana,
dengan perbaikan fungsi dan kondisi se-hingga anak-anak lulusan sekolah kejuruan ternyata
mempunyai tingkat kebaikan yang lebih dari belum siap menghadapi kenyataan hidup. Pada
barang yang sudah ada. Dengan kemitraan jenis saat mereka bekerja, ternyata belum
ini, maka posisi sekolah dengan DU/DI adalah mempunyai kemampuan sebagaimana yang
setara sehingga sekolah dapat membuat diharapkan dari pekerjaan mereka. Kondisi ini
kebijakan khusus pada isi ke-sepakatan atau jelas sangat menguntungkan bagi sekolah sebab
kesepahaman. Artinya pihak sekolah mempunyai mampu menjadi sarana untuk memperbaiki citra
6
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14
sekolah. Jika sekolah mampu mem-berikan buku/bahan ajar kewirausahaan yang dapat
kegiatan produktif bagi anak didiknya dan diakses guru dan siswa serta kurangnya media
selanjutnya berdasarkan hasil kegiatan produktif alat peraga yang dapat digunakan guru dalam
tersebut dapat dijadikan sebagai sharing dana proses belajar mengajar di sekolah.
pen-didikan bagi anak didik, tentunya orangtua, Penelitian yang dilakukan Hartati (2009)
masyarakat memberikan respon positif pada tentang Manajemen Pengembangan
sekolah. Kita membutuhkan respon positif dari Kewirausahaan Siswa SMKN 4 di Yogyakarta
masyarakat agar upaya peningkatan dan menggunakan metode kualitatif dengan
pengembangan sekolah sebagai ajang pendekatan fenomenologis, yakni pemahaman
pembekalan keterampilan anak didik benar- dan penafsiran secara mendalam dan natural
benar maksimal. tentang makna dari fenomena yang ada di
Selama ini yang terjadi di dalam proses lapangan. Subyek penelitian ini adalah kepala
kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
sekolah kejuruan dapat dikatakan belum wakil kepala sekolah bidang humas, guru mata
mencapai tujuan yang sesungguhnya. Anak didik pelajaran kewirausahaan, guru pembimbing
yang mengikuti proses pendidikan dan kelompok wirausaha Tata Kecantikan, guru
pembelajaran ternyata masih belum mampu pembimbing kelas wirausaha Tata Busana, dan
menerapkan bekal keterampilannya di dalam Manajer unit produksi Tata Boga. Data
kehidupan bermasyarakat. Bekal keterampilan dikumpulkan melalui wawancara mendalam,
yang diberikan di sekolah di-anggap sebagai observasi, serta pencermatan dokumen.
latihan semata dan bukan sebagai pembekalan Analisis dilakukan dengan model dari Miles dan
bagi dirinya. Huberman , yang meliputi langkah- langkah
Oleh karena itulah, maka dengan reduksi data, display data, dan menarik
melaksanakan program kemitraan antara kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan
sekolah dengan DU/DI ini, maka diharapkan bahwa (1) penyusunan silabus masih belum
tumbuh dan berkembang kesadaran di hati anak sesuai dengan karakteristik SMK Negeri 4
didik bahwa kegiatan praktik yang mereka Yogyakarta dimana pembelajaran dan evaluasi
lakukan di sekolah adalah sebuah kegiatan hanya menyentuh ranah kognitif tanpa
produktif dan dapat memberikan masukan bagi memberikan praktik mengelola usaha; (2)
mereka. Dengan program ini, maka diharapkan kelompok wirausaha diikuti oleh 10 siswa dan
anak didik menyadari untuk mereka adalah hanya 3 orang diantaranya setelah lulus
tenaga professional bagi keahlian yang mereka mendapat kepercayaan pemilik salon untuk
pelajari sejak awal sekolah. Oleh karena itulah mengelola manajemen salon tempat mereka
perlu kesadaran semua pihak agar program ini bekerja, sehingga manajemen sekolah
dapat berjalan maksimal dan benar-benar efektif menyempurnakan program tersebut terutama
bagi dunia pendidikan di SMK. pada aspek sasaran program, sistem seleksi,
sistem pelaksanaan, pemilihan tempat usaha dan
Penelitian yang Sudah Dilakukan pengembangan di program keahlian lain; (3)
Hasil Kajian kegiatan lokakarya program kelas wirausaha belum mencapai
kewirausahaan yang dilakukan oleh Ardian tujuan, disebabkan belum adanya kejelasan
Adiatma dkk (2008) tentang kemampuan guru legalitas pelaksanaan dan pemahaman kurikulum
dan kepala sekolah SMK se eks Karesidenan kelas wirausaha sehingga pelaksanaan dihentikan
Semarang dalam membuat perencanaan bisnis untuk dilakukan evaluasi, segi skill yang dicapai
serta membuat strategi pengembangan usaha siswa kelas wirausaha cukup baik, walaupun
sekolah menyimpulkan bahwa masih rendahnya kedalaman materi produktif tidak sedalam kelas
kemampuan para guru dan kepala sekolah dalam reguler; (4) pelatihan di unit produksi dapat
membuat perencanaan bisnis serta masih meningkatkan skill siswa dan memupuk jiwa
lemahnya upaya menyusun strategi wirausahanya, walaupun di sisi lain siswa tidak
pengembangan usaha sekolah. dilibatkan dalam pengelolaan manajemen dan;
Penelitian yang dilakukan oleh Yon Rizal (5) praktik industri siswa memberikan
(2007) tentang Analisis Proses Pembelajaran pengalaman langsung kepada siswa untuk
Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan bekerja dan belajar mengelola suatu usaha
(SMK Negeri) Bandar Lampung menyimpulkan dalam kondisi sebenarnya sebuah industri.
bahwa dilihat dari segi kelancaran proses Penelitian yang dilakukan Duduk Iskandar
pembelajaran dan peranan yang dimainkan guru (2005) tentang pengaruh mata diklat
dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dan kewirausahaan dan pelaksanaan pendidikan
upaya penanaman watak dan sikap sistem ganda terhadap sikap berwirausaha siswa
kewirausahaan pada para siswa sudah cukup kelas 3 program keahlian tata boga di SMK
baik dan memadai. Dari segi sarana dan Negeri 4 Surakarta tahun diklat 2005-2006
prasarana, proses pembelajaran kewirausahaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
di SMK Negeri Bandar Lampung belum mata diklat kewirausahaan dan pelaksanaan
memadai, hal ini terlihat dari kurangnya pendidikan sistem ganda terhadap sikap
7
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)
8
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14
9
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)
kewirausahaan oleh Guru dalam hal praktek kepala sekolah mereka telah menjalin kemitraan
kewirausahaan yang menilai sangat tidak baik dengan dunia industri dalam rangka
sebanyak 3 orang (1,8%), tidak baik sebanyak 9 mengembangkan kewirausahaan. Bila skor rata-
orang (5,4%), yang menyatakan netral sebanyak rata dimasukkan kedalam kelas interval, berada
34 orang (20,2%), yang menyatakan baik kategori tinggi artinya bahwa kepala sekolah
sebanyak 32 orang (19%) dan yang menyatakan sangat intens dalam menjalin kerjasama dengan
sangat baik sebanyak 8 orang (4,8%). dunia industri .
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban Persepsi guru SMK yang menyatakan
responden diperoleh nilai 3,38, artinya bahwa tidak setuju bahwa sekolah telah mengadakan
rata-rata persepsi siswa terhadap penggunaan pelatihan kewirausahaan bekerja sama dengan
contoh dan praktek kewirausahaan oleh guru dunia industri sebanyak 3 orang (2,2%), yang
baik. Persepsi siswa SMK terhadap menyatakan netral sebanyak 4 orang (2,9%),
pembelajaran kewirausahaan oleh Guru dalam yang menyatakan setuju 27 orang (19,7%) dan
memotivasi berwirausaha yang menilai sangat yang menyatakan sangat setuju sebanyak 24
tidak baik sebanyak 2 orang (1,2%), tidak baik orang (17,5%). Berdasarkan perhitungan nilai
sebanyak 1 orang (0,6%), yang menyatakan rata-rata jawaban responden diperoleh nilai
netral sebanyak 14 orang (8,3%), yang 4,24, artinya bahwa rata-rata persepsi
menyatakan baik sebanyak 36 orang (21,4%) responden menyatakan setuju bahwa sekolah
dan yang menyatakan sangat baik sebanyak 33 mereka memiliki sering mengadakan pelatihan
orang (19,6%). Berdasarkan perhitungan nilai kewirausahaan yang bekerja sama dengan dunia
rata-rata jawaban responden diperoleh nilai industri.. Bila skor rata-rata dimasukkan
4,13, artinya bahwa rata-rata persepsi siswa kedalam kelas interval, berada kategori tinggi
terhadap motivasi berwirausaha yang diberikan artinya bahwa sekolah sangat sering
oleh guru sangat baik. mengadakan pelatihan kewirausahaan yang
bekerja samaa dengan dunia industri.
Deskripsi Jawaban Guru SMK Persepsi guru SMK yang menyatakan
Kebijakan impementasi kewirausahaan di tidak setuju bahwa sekolah mendapatkan
sekolah mencakup berbagai indikator yang bantuan modal dan peralatan dari dunia industri
terdiri dari delapan antara lain renstra yang sebanyak 2 orang (1,5%), yang menyatakan
dimiliki, kemitraan dengan dunia industri, netral sebanyak 3 orang (8%), yang menyatakan
pelatihan kewirausahaan, bantuan modaal, setuju 25 orang (18,2%) dan yang menyatakan
sarana dan prasarana kewirausahaan, sangat setuju sebanyak 24 orang (17,5%).
peningkatan kualitas pembelajaran Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban
kewirausahaan di sekolah, kepemilikan responden diperoleh nilai 4,20, artinya bahwa
laboratorium untuk praktek kewirausahaan rata-rata persepsi responden menyatakan setuju
serta memiliki arah menciptakan kewirausahaan bahwa sekolah mereka telah mendapat bantuan
untuk mendukung kemandirian sekolah. modal dan peralatan dari dunia industri. Bila
Persepsi guru SMK yang menyatakan netral skor rata-rata dimasukkan kedalam kelas
tentang kepala sekolah memiliki renstra interval, berada kategori tinggi artinya bahwa
pengembangan kewirausahaan sebanyak 13 sekolah sangat sering mendapatkan bantuan
orang (9,5%), yang menyatakan setuju 25 orang modal dan peralatan dari dunia industri.
(18,2%) dan yang menyatakan sangat setuju Persepsi guru SMK yang menyatakan
sebanyak 21 orang (15,3%). Berdasarkan tidak setuju bahwa sekolah menyediakan
perhitungan nilai rata-rata jawaban responden berbagai sarana dan prasarana praktek
diperoleh nilai 4,14, artinya bahwa rata-rata kewirausahaan sebanyak 1 orang (0,7%), yang
persepsi responden menyatakan setuju bahwa menyatakan netral sebanyak 8 orang (5,8%),
kepala sekolah mereka memiliki renstra yang menyatakan setuju 30 orang (21,9 %) dan
pengembangan kewirausahaan.. Bila skor rata- yang menyatakan sangat setuju sebanyak 20
rata dimasukkan kedalam kelas interval, berada orang (14,6%). Berdasarkan perhitungan nilai
kategori tinggi artinya bahwa kepala sekolah rata-rata jawaban responden diperoleh nilai
memiliki komitmen yang kuat dalam membuat 4,17, artinya bahwa rata-rata persepsi
renstra untuk mengembangkan kewirausahaan. responden menyatakan setuju bahwa sekolah
Persepsi guru SMK yang menyatakan mereka telah menyediakan berbagai sarana dan
setuju bahwa SMK telah menjalin kemitraan prasarana praktek kewirausahaan sangat tinggi .
dengan dunia industri sebanyak 25 orang Bila skor rata-rata dimasukkan kedalam kelas
(18,2%) dan yang menyatakan sangat setuju interval, berada kategori tinggi artinya bahwa
sebanyak 21 orang (15,3%). Berdasarkan sekolah telah menyediakan dengan baik sarana
perhitungan nilai rata-rata jawaban responden dan prasarana praktek kewirausahaan.
diperoleh nilai 4,22, artinya bahwa rata-rata Persepsi guru SMK yang menyatakan
persepsi responden menyatakan setuju bahwa tidak setuju bahwa adanya peningkatan kualitas
10
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14
11
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)
12
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14
13
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)
CREW, Faculty Economics and Social F Kreft, Stefen dan R Sobe, Russel. 2003. Public
Sciences University of Namur, namur – Policy, Entrepreneurship, Economic Growth.
Belgium. Western Virginia University.axharakis.
The Portable MBA in Entrepre
Siagian, Salim dan Asfahani. 1995. Kewirausahaan
Indonesia dengan Semangat 17.8.45 D Bygrave, William and Zacharakis, Andrew.
Kloang Klede Jaya PT. Putra Timur 2004. The Portable MBA in
bekerjasama dengan Puslatkop dan PK Entrepreneurship. Third Edition. John
Depkop dan PPK. Jakarta Willey & Sons, Inc.
Mohammad, Saroni. 2009. Konsep Kemitraan Jiawei, Zhang. 2006. Industrial Dynamics,
dalam Program Kewirausahaan di SMK. Entrepreneurship, innovation and economy
SMK Brawijaya Mojokerto. growth of Yangtze River Delta Region of
China.
14