Anda di halaman 1dari 14

Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.

: 1 - 14
MODEL PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK) DALAM MENCIPTAKAN
KEMANDIRIAN SEKOLAH
Abdul Hakim *)

Abstrak

Peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam kancah persaingan pasar global dalam rangka menyiapkan
tenaga menengah terampil, semakin menunjukkan trend yang kurang menggembirakan apabila ditinjau dari segi
jumlah lulusan yang berkompeten, yang ada. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya
kualitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kurikulum dan metode pembelajaran,manajemen
pendidikan serta bantuan operasional manajemen yang belum optimal karena hanya bersumber dari APBD kota
dan APBN. Keterbatasan dan ketergantungan terhadap BOM APBD dan APBN menyebabkan pengembangan
sekolah belum dapat dilakukan secara optimal, sehingga banyak lulusan SMK yang menganggur akibat
rendahnya kompetensi yang dimiliki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan model pengembangan
kewirausahaan dalam menciptakan sekolah yang mandiri. Penelitian ini dilakukan pada SMK yang ada di Kota
Semarang yang diproyeksikan berstandar nasional dan internasional dengan mengambil sampel 8 SMK. Adapun
responden dalam penelitian ini adalah guru SMK sebanyak 59 orang dan siswa SMK sebanyak 86 orang. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner tertutup yang dilengkapi pertanyaan
terbuka. Teknik analisis dengan menggunakan deskriptif analisis dengan program SPSS.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata kualitas pembelajaran kewirausahaan di SMK dipersepsikan baik oleh para
siswa, namun dalam prakteknya, beberapa materi kewirausahaan yang diajarkan belum lengkap dan mengena
pada sasaran yang diinginkan untuk mencetak wirausaha. Selanjutnya, kebijakan yang diimplementasikan
kewirausahaan di SMK juga rata-rata dipersepsikan baik oleh para guru, namun dalam realitasnya banyak SMK
belum memiliki rodmap yang jelas tentang pengembangan kewirausahaan di SMK. Jejaring dengan dunia
industri yang masih rendah menyebabkan pembelajaran kewirausahaan di sekolah tidak efektif. Oleh karena itu
dalam penelitian ini diusulkan model yang terintegrasi, agar SMK mampu menghasilkan lulusan yang memiliki
motivasi dan ketrampilan wirausaha yang tinggi.

Kata kunci : kewirausahaan, kemandirian sekolah, model pengembangan

Pendahuluan pengembangan pendidikan tercermin dalam


Globalisasi yang terjadi selama ini telah besarnya anggaran pendidikan di APBD maupun
melahirkan perubahan di segala bidang. APBN. Selama ini masing-masing pemerintah
Lingkungan organisasi setiap saat berubah pula, kota/kabupaten belum mampu mengalokasikan
sehingga organisasi bisnis dituntut untuk selalu anggaran pendidikan sebesar 20 persen sesuai
melakukan perubahan dan melakukan adaptasi dengan amanat undang-undang. Sebagai
agar selalu dapat memenangkan persaingan. akibatnya, pembangunan pendidikan belum
Ultrich (1998) menyatakan bahwa kunci sukses mampu memberikan pelayanan secara merata
menghadapi sebuah perubahan ada pada sumber kepada seluruh lapisan masyarakat Rata-rata
daya manusia. Perdagangan bebas yang akan angka partispasi sekolah (APS) kelompok usia
direalisasikan pada tahun 2010 dan 2020 13-15 tahun pada tahun 2003, kelompok 20
menuntut tersedianya tenaga kerja yang persen terkaya sudah mencapai 81,01 persen,
terampil serta memiliki kompetensi yang tinggi sementara APS kelompok 20 persen termiskin
untuk bersaing di pasar tenaga kerja, baik baru mencapai 67,23 persen. Untuk usia 16 –
regional, nasional dan internasional. 18 tahun, APS kelompok terkaya sebesar 75,62
Konsekuensinya, lembaga pendidikan formal persen dan APS kelompok termiskin hanya
seperti Sekolah Menengah Umum (SMU), 28,52 persen. Data Depdiknas menunjukkan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut bahwa sekitar 88,4% lulusan SLTA tidak
untuk menghasilkan lulusan yang siap bekerja, melanjutkan ke perguruan tinggi, dan 34,4%
memiliki sikap, watak dan perilaku wirausaha lulusan SLTP tidak melanjutkan ke SLTA.
serta ketrampilan (life skill) untuk bekerja di Kondisi ini mengindikasikan bahwa terjadi
segala bidang sesuai dengan kebutuhan dunia kesenjangan antara penduduk miskin dan
industri. penduduk kaya. Sulitnya masyarakat untuk
Di sisi lain, dengan adanya otonomi memperoleh layanan pendidikan sebagai akibat
daerah, peranan pemerintah kota / kabupaten tingginya beban biaya pendidikan, baik
sangat vital dalam mengembangkan pendidikan menyangkut SPP maupun pengeluaran lain di
dan peningkatan kualitas pendidikan. luar SPP. Akibatnya angka putus sekolah yang
Keberpihakan pemerintah pusat maupun tinggi, sehingga berpotensi menciptakan masalah
pemerintah kota / kabupaten dalam sosial serta pengangguran yang semakin tinggi.

*) Staf Pengajar Program Magister Manajemen Unissula Semarang


Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)

Melihat fenomena dan fakta kondisi kenyataannya, program normative dan adaptif
pendidikan serta akses pendidikan oleh justru sangat relevan dalam memberikan
masyarakat yang semakin sulit, maka diperlukan peranan terhadap pemahaman siswa yang
langkah – langkah yang komprehensif untuk berkaitan dengan pemelajaran program
mengatasi berbagai persoalan pendidikan di produktif. Program kegiatan yang diterapkan di
Indonesia. Dunia pendidikan harus mampu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebenarnya
berperan aktif menyiapkan sumber daya merupakan program kolaborasi antara program
manusia terdidik yang mampu menghadapi pendidikan dan program pelatihan. Hal ini dapat
berbagai tantangan kehidupan baik lokal, kita perhatikan berdasarkan konsep kegiatan di
regional maupun internasional. Peserta didik SMK yang meliputi kegiatan aspek normatif,
tidak hanya menguasai teori – teori, tetapi juga adaptif dan produktif. Program pembelajaran di
mau dan mampu menerapkannya dalam SMK diarahkan sebagai kegiatan pembekalan
kehidupan sosial. Salah satu alternatif untuk kepada anak didik, khususnya aspek
mengatasi persoalan pendidikan adalah melalui keterampilan, produktif yang selanjutnya dapat
pendidikan yang berorientasi pada dipergunakan sebagai sarana menghadapi
pembentukan jiwa entrepreneurship, yaitu jiwa kehidupan di masyarakat. Proses pembelajaran
keberanian dan kemauan menghadapi problema di SMK diarahkan sebagai jawaban atas kondisi
hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif di masyarakat yang menuntut anak-anak siap
untuk mencari solusi dan mengatasi problema melakukan kegiatan produktif dalam
tersebut, jiwa mandiri dan tidak tergantung kehidupannya. Selama ini, masyarakat telah
pada orang lain. Pendidikan yang berwawasan mempunyai mind set tentang lulusan SMK, yaitu
kewirausahaan, adalah pendidikan yang sebagai tenaga- tenaga terampil yang siap
menerapkan prinsip – prinsip dan metodologi bekerja sebagai tukang kelas menengah.
ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) Tuntutan masyarakat terhadap output SMK
pada peserta didiknya melalui kurikulum yang memang sedemikian rupa sehingga pengelola
terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. SMK harus benar-benar mempersiapkan
Instruksi Presiden No 4 tahun 1995 tentang kegiatan pembelajaran serta melaksanakan
gerakan nasional memasyarakatkan dan kegiatan-kegiatan yang benar-benar efektif
membudayakan kewirausahaan, mengamanatkan untuk anak didiknya.
kepada seluruh masyarakat dan bangsa Namun demikian, selama ini program
Indonesia untuk mengembangkan program- kewirausahaan yang diajarkan di SMK belum
program kewirausahaan. Menurut Siagian mampu menghasilkan siswa yang memiliki sikap,
(1999) kewirausahaan adalah semangat, watak, perilaku kewirausahaan serta kecakapan
perilaku, dan kemampuan untuk memberikan hidup, sehingga banyak lulusan SMK yang masih
tanggapan positif terhadap peluang memperoleh belum bekerja karena tidak mampu memenuhi
keuntungan untuk diri sendiri dan atau kompetensi yang dibutuhkan dunia industri
pelayanan yang lebih baik pada pelanggan serta ketidakmampuan untuk membuka
/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari lapangan kerja sendiri. Seringkali pihak dunia
dan melayani langganan lebih banyak dan lebih industri mendapati anak-anak yang memasuki
baik, serta menciptakan dan menyediakan lapangan pekerja tidak mempunyai bekal yang
produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan memadai untuk kualifikasi pekerja yang
cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian diharapkannya. Setiap anak yang diterima, baik
mengambil resiko, kreatifitas dan inovasi serta dari sekolah kejuruan ataupun sekolah umum,
kemampuan manajemen. yang diterima dalam perekrutan tenaga kerja
Program kewirausahaan telah ternyata tidak mempunyai kualifikasi yang
dimasukkan dalam kurikulum sekolah, diharapkan. Oleh karena itulah, maka anak didik
khususnya kurikulum di Sekolah Menengah harus benar-benar dipersiapkan agar mampu
Kejuruan (SMK). Seiring dengan kemajuan melakukan beberapa kegiatan yang
IPTEK pada era global saat ini, Sekolah menjadikannya mempunyai kemampuan untuk
Menengah Kejuruan (SMK) dalam persaingan bekerja dan berwirausaha. Belum optimalnya
pasar global belum mampu menghasilkan tenaga penguasaan kewirausahaan oleh siswa
menengah terampil yang kompeten. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
disebabkan karena program normatif dan respon siswa terhadap kewirausahaan,
adaptif kurang diminati kebanyakan siswa SMK kemampuan guru dalam menyampaikan metode
dibandingkan dengan program produktif. pembelajaran kewirausahaan serta masih
Ketidakmenarikan ini diakibatkan oleh sedikitnya keterlibatan pihak dunia usaha untuk
penyampaian kedua program pemelajaran tidak ikut menciptakan siswa yang memiliki jiwa
mendorong siswa berpikir kreatif, inovatif dan wirausaha yang tangguh. Oleh karena itu
membangun kecakapan siswa mengenai sekolah harus bekerja sama menjalin kemitraan
pemecahan masalah yang ada. Pada dengan dunia usaha dan dunia industri secara

2
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14

melekat, renggang maupun lepas. Dengan model kerja keras untuk membentuk dan memelihara
kerja sama seperti ini, maka program persiapan usaha baru.
anak didik dengan keterampilan tuntas, yaitu Menurut Usman, pengertian
teori, praktik dan kerja bagi anak didik dapat wirausahawan dalam konteks manajemen adalah
dicapai maksimal. Kemitraan dengan dunia seseorang yang memiliki kemampuan dalam
usaha tidak hanya untuk menjadikan siswa menggunakan sumber daya, seperti finansial,
memiliki ketrampilan wirausaha yang tangguh, bahan mentah dan tenaga kerja untuk
namun juga sebagai strategi untuk membuat menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru,
usaha sekolah yang profesional dalam proses produksi ataupun pengembangan
menciptakan sekolah mandiri. Sekolah mandiri organisasi. Wirausahawan adalah seseorang
merupakan sekolah yang mampu menggali, yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal
mengembangkan dan memberdayakan seluruh yang meliputi kombinasi motivasi, visi,
potensi internal dan eksternal yang dimiliki, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan
sehingga dapat mengurangi ketergantungan, kemampuan untuk memanfaatkan peluang
memiliki kemandirian dan kemampuan usaha. Wirausahawan adalah pionir dalam
memberikan kontibusi serta bermanfaat bagi bisnis, inovator, penanggung resiko, yang
kemajuan dan pengembangan sekolah. Hal ini memiliki visi ke depan dan memiliki keunggulan
sejalan dengan Kepmendikbud No. 080/U/1993 dalam berprestasi di bidang usaha.
tentang kurikulum SMK (Pengembangan unit Kewirausahaan adalah suatu kemampuan
produksi). Berdasarkan kondisi tersebut, berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang
penelitian ini diarahkan untuk membuat model dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak,
pengembangan kewirausahaan untuk tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi
menciptakan kemandirian sekolah sebagai akibat tantangan hidup.
belum optimalnya pendanaan APBD dan APBN
serta mampu menjadikan siswa terampil dan Perkembangan Kewirausahaan
berpengalaman dalam berwirausaha melalui Dalam perkembangannya, sejak awal
penciptaan usaha sekolah profesional. abad 20, kewirausahaan sudah diperkenalkan di
Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka beberapa negara, seperti Belanda dengan istilah
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “ondenemer”, dan Jerman dengan istilah
persepsi siswa terhadap pembelajaran “unternehmer”. Di negara-negara tersebut,
kewirausahaan selama ini, persepsi guru kewirausahaan memiliki tugas yang sangat
terhadap implementasi kebijakan kewirausahaan banyak antara lain adalah tugas dalam
di sekolah, semangat, kreatifitas dan motivasi mengambil keputusan yang menyangkut
guru dalam kewirausahaan, kemampuan kepala kepemimpinan teknis, kepemimpinan
sekolah dalam menyusun strategi organisatoris dan komersial, penyediaan modal,
pengembangan usaha sekolah yang professional. penerimaan dan penanganan tenaga kerja,
pembelian, penjualan, pemasangan iklan dan
Kajian Teori sebagainya. Pada tahun 1950-an, pendidikan
kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara
Kewirausahaan seperti di Eropa, Amerika dan Canada. Sejak
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah tahun 1970-an banyak universitas /perguruan
sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki tinggi yang mengajarkan “entrepeneurship” atau
kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke “small business management” atau “new venture
dalam dunia nyata secara kreatif (Suryana, management”. Tahun 1980-an, hampir 500
2000). Istilah kewirausahaan berasal dari sekolah di Amerika Serikat memberikan
terjemahan “Entrepreneurship”, dapat diartikan pendidikan Kewirausahaan, yang saat itu di
sebagai “the backbone of economy”, yang adalah Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru
syaraf pusat perekonomian atau pengendali terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan
perekonomian suatu bangsa (Soeharto tinggi tertentu saja. Menurut Suryana, sejalan
Wirakusumo, 1997:1). Secara epistimologi, dengan tuntutan perubahan yang cepat pada
kewirausahaan merupakan suatu nilai yang paradigma pertumbuhan yang wajar dan
diperlukan untuk memulai suatu usaha atau perubahan ke arah globalisasi yang menuntut
suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan,
baru dan berbeda. Menurut Thomas W maka dewasa ini terjadi perubahan paradigma
Zimmerer, kewirausahaan merupakan pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah
penerapan kreativitas dan keinovasian untuk diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri
memecahkan permasalahan dan upaya untuk yang independen, yang menurut Soeharto
memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari- Prawirokusumo adalah dikarenakan oleh:
hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari  Kewirausahaan berisi “body of knowledge”
kreativitas, keinovasian dan keberanian yang utuh dan nyata (distinctive), yaitu ada
menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara teori, konsep, dan metode ilmiah yang
lengkap.

3
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)

 Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu akan proses pemelajaran akan sangat
posisi “venture start up” dan “venture menentukan keterlibatan dan keterikatan
growth”. Hal ini jelas tidak masuk dalam siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
“frame work general management courses” sebagai tahap dari penggalian nilai-nilai
yang memisahkan antara “management” kreativitas dari dalam diri siswa.
dengan “business ownership”. d. Metoda pemelajaran hendaknya disajikan
 Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu dalam bentuk yang dapat dipahami, diresapi
yang memiliki objek tersendiri, yaitu dan dihayati siswa. Guru hendaknya mampu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu mengubah konsep materi ke dalam bahasa
yang baru dan berbeda siswa, atau dalam bentuk penerapan pada
 Kewirausahaan merupakan alat untuk gejala kehidupan riilnya. Sehingga
menciptakan pemerataan berusaha dan diharapkan materi sajian teoritik keilmuan
pemerataan pendapatan atau dapat diubah menjadi stimulus yang
kesejahteraan rakyat yang adil dan merangsang aspek kognitif, afektif dan
makmur. psikomotorik siswa
Dengan memiliki jiwa/corak
kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi Pola Penyelenggaraan Pemelajaran Mata
akan memiliki motivasi, optimisme dan Diklat Kewirausahaan
berlomba untuk menciptakan cara-cara baru  Penanaman Sikap
yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan Penanaman sikap dilakukan melalui
adaptif. pembiasaan dan pemberanian melakukan
sesuatu. Kadang-kadang harus melalui
Azas dalam Pengajaran Kewirausahaan “tekanan”, “keterpaksaan” dalam arti
Beberapa azas dan prinsip yang positif antara lain dengan cara pemberian
seyogyanya kita pegang teguh dalam mengelola batas waktu (deadline)
pengajaran kewirausahaan ini di antaranya  Pembukaan Wawasan, dilakukan melalui
adalah: kegiatan seperti:
a. Pengakuan dan pelaksanaan azas
- ceramah, diskusi, mengundang lulusan
Humanistik, yang mana kita harus mengakui SMK yang berhasil, mengundang
dan melaksanakan prinsip bahwa: wirausahawan yang berada di sekitar
 Setiap siswa merupakan manusia utuh sekolah agar menceritakan
dan memiliki potensi yang bersifat keberhasilan dan kegagalan yang
menyeluruh, baik jasmani maupun rohani. pernah mereka alami atau mengunjungi
 Setiap siswa memiliki kebutuhan seperti perusahaan;
menurut pendapat Rouche, yaitu
kebutuhan fisik (lelah), mengemukakan - pengamatan langsung melalui
pendapat, dihargai, mendapatkan pemagangan atau studi banding.
kejelasan, berbicara dan sebagainya.  Pembekalan Teknis
 Suasana belajar yang manusiawi akan Bertujuan memberi bekal teknis dan
mampu melibatkan semua aspek bermanfaat bagi perjalanan hidup anak
taksonomi, baik kognitif, afektif maupun didik, bukan ilmu yang muluk-muluk
psikomotorik siswa. Suasana manusiawi  Pembekalan pengalaman awal
yang dimaksud adalah suasana Bertujuan mendorong anak didik berani
kekeluargaan, hangat, terbuka, obyektif, “melangkah”, merasakan kenikmatan
jujur dan bebas dari segala bentuk keberhasilan dan belajar dari pahitnya
paksanaan apapun juga. kegagalan.
b. Metode pemelajaran yang bersifat “siswa
centris” haruslah berdasarkan atas Pengintegrasian Nilai-Nilai Wirausaha Ke
ketuntasan belajar dari setiap siswa. Guru Dalam Mata Diklat
wajib bersikap value based (memiliki Integrasi atau pengintegrasian adalah
pegangan/aturan) dan wajib memiliki target usaha sadar dan terencana (terprogram) guru,
dari setiap materi yang diajarkan. Tanpa dengan tujuan memadukan (tujuan antara) nilai-
acuan ini, maka proses pemelajaran akan nilai kewirausahaan ke dalam semua mata diklat
menjadi tidak terarah, dan tujuan (lintas rumpun), dalam proses pemelajaran
pemelajaran tidak akan tercapai. sehingga terjadi internalisasi dan personalisasi
c. Dalam pengajaran kewirausahaan (mempribadi) nilai-nilai kewirausahaan untuk
dibutuhkan kemampuan guru dalam diketahui, dipahami, dihayati dan dilaksanakan
membangkitkan daya kreativitas dan (in action) secara tetap (konsisten).
inovasi yang dimiliki siswa. Penampilan, Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan sejalan
sikap, kepribadian dan penguasaan guru dengan konsep Kurikulum 2004 yang

4
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14

menekankan pada kemampuan melakukan orientasi bagi sekolah sebab tujuan utamanya
(kompetensi) berbagai tugas dengan standar adalah untuk memberikan kesempatan bagi anak
performasi tertentu, sehingga hasilnya berupa didik untuk menerapkan keteram-pilan yang
penguasaan seperangkat kompetensi tertentu, didapatkan dari proses pembelajaran pada
sebagai gabungan pengetahuan, keterampilan, kondisi kerja. Oleh karena itulah, maka
nilai sikap dan minat sebagai hasil belajar yang selajutnya yang perlu dipikirkan adalah peng-
refleksinya adalah berupa kebiasaan berpikir dan aturan imbalan yang didapatkan sekolah dari
bertindak ekonomis ketika menghadapi masalah. DU/DI yang memberikan pekerjaan bagi
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan mereka. Imbalan tersebut harus dikelola
hendaknya memperhatikan potensi lokal daerah sedemikian rupa sehingga anak didik juga
masing-masing, sesuai dengan lokasi/tempat mendapatkan bagian dari imbalan kerja
siswa tinggal. Pertimbangan lain adalah tersebut. Anak didik diberi bagian adalah
heterogenitas latar belakang siswa, seperti sebagai pemicu dan pemacu semangat kerja
kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, dan sehingga dengan demikian, secara langsung
usia tingkat perkembangan siswa, yang pada mereka menerapkan segala teori dan materi
gilirannya siswa akan memiliki jiwa praktiknya di pekerjaan nyata. Dengan bagian
berwirausaha dan kesadaran tinggi untuk imbalan dana, maka anak didik akan terpacu
mengaktualisasikan potensinya secara cerdas untuk lebih serius dalam mengerjakan peker-
dalam kehidupan bermasyarakat. jaan. Mereka akan berusaha memperbaiki
Pengintegrasian mata diklat kewirausahaan kinerja dan hasil kerjanya.
hendaknya menekankan pembentukan jiwa Kemitraan kerja adalah bentuk kerja
wirausaha yang terkandung dalam materi ajar sama antara sekolah dengan DU/DI yang
yang sedang dibahas, sehingga guru tidak perlu dilakukan untuk melakukan pekerjaan tertentu
mencari bahan khusus guna pembentukan jiwa yang diberikan oleh DU/DI kepada sekolah.
wirausaha dalam mata diklat yang diajarkan. Dalam hal ini DU/DI hanya memberikan
Dalam pemelajaran kewirausahaan, peranan pekerjaan pada sekolah sedangkan material atau
guru sangat penting dan menentukan. Secara bahan untuk membuat benda kerja di-sediakan
metodologis sulit untuk dijelaskan, namun oleh pihak sekolah. Kemitraan ini dapat
kreatifitas guru merupakan model terbaik bagi dikatakan kemitraan renggang sebab pihak
siswa. Mengajak siswa mempraktekkan nilai-nilai DU/DI tidak ikut bertanggungjawab jika terjadi
kewirausahaan, merupakan contoh konkrit bagi kesalahan pada hasil kerja. Bagi pihak DU/DI,
guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai begitu pekerjaan disepakati, maka segala urusan
kewirausahaan dalam kehidupannya sehari-hari. terkait dengan proses kerja merupakan
tanggungjawab sekolah. Pihak DU/DI hanya
Konsep Kemitraan mengetahui bahwa pekerjaan selesai sesuai
Menurut Saroni (2009) kemitraan sistem dengan target waktu dan kualitasnya. Jika ada
kerja adalah jenis kerjasama yang dilakukan oleh barang rusak, maka mejadi tanggungan sekolah.
sekolah dengan DU/DI dengan cara Kondisi seperti ini merupakan sebuah
mendapatkan pekerjaan sebagai sarana pelatih- kesempatan bagi sekolah, dalam hal ini guru
an anak didik dari DU/DI beserta bahan yang pendamping kegiatan untuk mengkondisikan
digunakan untuk membuat barang atau anak didiknya sebagai pelaku kerja professional.
pekerjaan yang dimaksudkan. Pada sistem Artinya sekolah dalam memposisikan anak
kerjasama ini, DU/Di mempunyai akses langsung sebagaimana seseorang yang sedang bekerja.
pada pekerjaan sehingga untuk hal tersebut, Hal ini menjadi sangat penting sebab dengan
maka instruktur harus mengikuti pelatihan atau demikian, maka terbuka kesempatan bagi
pemahaman atas ketentuan-ketentuan yang anakdidik untuk mendapatkan pengalaman kerja
diberlakukan terhadap pekerjaan tersebut.Pihak produk untuk masyarakat. Dengan menerapkan
DU/DI menyerahkan pekerjaan, baik bahan kondisi sebagaimana sebuah pabrik atau dunia
maupun jenisnya kepada sekolah, instruktur. usaha sedang melaksanakan tugasnya, maka
Selanjutnya instruktur yang melakukan setidaknya anak didik akan terbiasa untuk terus
pendampingan pada anak didik selama dalam kondisi standar untuk bekerja.
melaksanakan tugas atau pekerjaan tersebut. Pengalaman inilah yang sebenarnya sedang kita
Instruk-tur memeriksa dan sekaligus menjadi buru saat kita menerima kerjasama dengan
quality control bagi barang hasi pekerjaan anak DU/DI. Kita ingin memberikan pengalaman
didik. untuk hal tersebut, maka guru, instruktur bekerja pada anak didik se-hingga pada saatnya
harus benar-benar kompetens terhadap mereka tidak kaget jika harus bekerja. Pada
bidangnya tersebut. Selanjutnya, setelah kemitraan kerja seperti ini, hal utama yang
pekerjaan selesai dikerjakan, maka pihak hendak kita capai adalah bertambahnya
sekolah mendapatkan dana pembinaan atau pengalaman anak didik serta kesadaran anak
imbalan atas pekerjaan yang dilakukan di didik terhadap kondisi kerja dan menumbuhkan
bengkel sekolah tersebut. Jumlah imbalan yang rasa bertanggungjawab atas pekerjaan yang
didapatkan sebenarnya bukanlah satu-satunya harus diselesaikan. Hal ini sangat penting sebab

5
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)

dengan cara seperti ini, maka dapat hak yang sama dengan pihak DU/DI.Tetapi,
menumbuhkan pola kerja sistematis serta untuk jenis kemitraan seperti ini memang
efektivitas kerja yang maksimal dari anak didik sangatlah berat bagi sekolah sebab untuk
dan menjadikan hal tersebut sebagai membangkitkan kreativitas guru atau anak didik
kebiasaannya sepanjang hidup. Untuk dapat se-hingga dapat memikirkan atau menemukan
melakukan kerja sama atau kemitraan kerja ini, rancangan barang yang dibutuh-kan masyarakat
maka pihak sekolah seharusnya berperan aktif merupakan hal yang sulit.Pada dasarnya, konsep
untuk melakukan pendekatan kepada DU/DI. kemitraan lepas merupakan konsep kerjasama
Pendekatan ini bertujuan untuk dapat dengan memaksimalkan kerja Pokja UPJ, Unit
memperoleh kepercayaan dari DU/DI dalam hal Produksi dan Jasa yang ada di sekolah. Dengan
mengerjakan atau menangani satu atau konsep kemitraan ini, maka peranan UPJ
beberapa pekerjaan di sekolah. Sekolah harus menjadi sedemiki-an rupa sehingga dapat
aktif menghubungi DU/DI dan meyakinkannya menjadi embrio perusahaan yang berbasis
bahwa pihak sekolah, melalui kegiatan kerja di sekolah. Sebenarnya, SMK mempunyai
bengkel sekolah atau pada proses kegiatan kesempatan untuk menjadi sebuah per-usahaan
pembelajaran praktik di bengkel sekolah mampu sesuai dengan bidang studi dan program
mengerja-kan pekerjaan-pekerjaan dengan keahlian yang dikelola di sekolah. Hal ini terkait
standar industri atau standar produksi layak jual dengan kenyataan bahwa SMK mengelola,
bagi kebutuhan masyarakat. Begitulah, sekolah menyiapkan dan mengarahkan anak didik
melakukan kemitraan dengan DU/DI sebagai menjadi tenaga kerja yang siap bekerja. Jika ini
bentuk tanggungjawab pada pembelajaran anak dapat diwujudkan, maka biaya pendidikan yang
didik, yaitu mempersiapkan anak didik sebagai harus dibayar oleh orangtua dapat lebih ringan
tenaga terampil, siap kerja. sebab anak didik mendapatkan tambahan dana
Kemitraan umum, kemitraan lepas dari pekerjaan yang di bengkel sekolah.
merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan Pada konsep ini, setidaknya ada 2 (dua)
murni atas inisiatif sekolah. Artinya sekolah hal yang didapatkan oleh sekolah dan anak didik,
membuat program kerja produksi barang dan yaitu pengalaman menangani pekerjaan dan
selanjutnya barang produk tersebut ditawarkan income bagi kelancaran proses pembelajaran.
ke DU/DI. Seluruh hal terkait dengan Dua hal ini merupakan kondisi penting yang
pembiayaan, ditanggung oleh sekolah.Untuk diharapkan dapat menjadi motivasi bagi sekolah
melakukan kemitraan ini, maka di sekolah harus dan anak didik untuk dapat melatih disiplin kerja
dibentuk tim khusus yang bertugas untuk sejak awal. Jika kondisi ini dapat diciptakan,
melakukan analisa kebutuhan masyarakat atas maka untuk selanjutnya, masyarakat tidak perlu
barang-barang kebutuhan hidup. Tim inilah yang mengeluarkan banyak biaya untuk pendidikan
harus menumbuhkan pola kreativitas anak didik anak-anaknya. Konsep kemitraan lepas memang
ataupun para guru untuk selalu menemukan merupakan konsep yang mengarah pada
materi atau jenis barang yang sedang booming persiapan sekolah sebagai basis usaha produktif
di masyarakat. Selanjutnya sekolah melalui sekolah. Ini merupa-kan bentuk kegiatan
kegiatan pembelajaran praktik harus mem-buat produktif yang dilakukan oleh sekolah dengan
barang-barang tersebut sebagai contoh. Pada meng-efektifkan pembelajaran praktik sebagai
awalnya sekolah harus membuat beberapa saja kegiatan yang dapat memproduksi barang layak
dan selanjutnya barang hasil kerja anak didik paki bagi masyarakat. Barang-barang yang
tersebut ditawarkan kepada DU/DI untuk dihasilkan dalam proses pembelajaran praktik
dibuatkan nota kesepakatan atau nota inilah jika dipasarkan ke masyarakat, maka
kesepahaman untuk melaksanakan proses selanjutnya dapat dijadikan sebagai dana sharing
pembuatan barang tersebut.Dalam bentuk bagi pendidikan anak didik.
kemitraan lepas ini, sekolah menjadi sumber Pada kenyataannya, kita memang
inspirasi bagi proyek kerja yang hendak sangat membutuhkan eksistensi konsep
dilaksanakan. Bentuk dan macam barang yang kemitraan sebagai bentuk kerjasama antara
diproduksi direncanakan oleh pihak sekolah sekolah dengan DU/DI sebagai upaya untuk
yang didasarkan pada tingkat kebutuhan di meningkatkan kualitas branding dari sekolah di
masyarakat. Atau merupakan hasil perekayasaan masyarakat. Kita harus memperbaiki kondisi
atas barang yang sudah ada di masyarakat yang selama ini dikatakan tidak efektif. Dimana,
dengan perbaikan fungsi dan kondisi se-hingga anak-anak lulusan sekolah kejuruan ternyata
mempunyai tingkat kebaikan yang lebih dari belum siap menghadapi kenyataan hidup. Pada
barang yang sudah ada. Dengan kemitraan jenis saat mereka bekerja, ternyata belum
ini, maka posisi sekolah dengan DU/DI adalah mempunyai kemampuan sebagaimana yang
setara sehingga sekolah dapat membuat diharapkan dari pekerjaan mereka. Kondisi ini
kebijakan khusus pada isi ke-sepakatan atau jelas sangat menguntungkan bagi sekolah sebab
kesepahaman. Artinya pihak sekolah mempunyai mampu menjadi sarana untuk memperbaiki citra

6
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14

sekolah. Jika sekolah mampu mem-berikan buku/bahan ajar kewirausahaan yang dapat
kegiatan produktif bagi anak didiknya dan diakses guru dan siswa serta kurangnya media
selanjutnya berdasarkan hasil kegiatan produktif alat peraga yang dapat digunakan guru dalam
tersebut dapat dijadikan sebagai sharing dana proses belajar mengajar di sekolah.
pen-didikan bagi anak didik, tentunya orangtua, Penelitian yang dilakukan Hartati (2009)
masyarakat memberikan respon positif pada tentang Manajemen Pengembangan
sekolah. Kita membutuhkan respon positif dari Kewirausahaan Siswa SMKN 4 di Yogyakarta
masyarakat agar upaya peningkatan dan menggunakan metode kualitatif dengan
pengembangan sekolah sebagai ajang pendekatan fenomenologis, yakni pemahaman
pembekalan keterampilan anak didik benar- dan penafsiran secara mendalam dan natural
benar maksimal. tentang makna dari fenomena yang ada di
Selama ini yang terjadi di dalam proses lapangan. Subyek penelitian ini adalah kepala
kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
sekolah kejuruan dapat dikatakan belum wakil kepala sekolah bidang humas, guru mata
mencapai tujuan yang sesungguhnya. Anak didik pelajaran kewirausahaan, guru pembimbing
yang mengikuti proses pendidikan dan kelompok wirausaha Tata Kecantikan, guru
pembelajaran ternyata masih belum mampu pembimbing kelas wirausaha Tata Busana, dan
menerapkan bekal keterampilannya di dalam Manajer unit produksi Tata Boga. Data
kehidupan bermasyarakat. Bekal keterampilan dikumpulkan melalui wawancara mendalam,
yang diberikan di sekolah di-anggap sebagai observasi, serta pencermatan dokumen.
latihan semata dan bukan sebagai pembekalan Analisis dilakukan dengan model dari Miles dan
bagi dirinya. Huberman , yang meliputi langkah- langkah
Oleh karena itulah, maka dengan reduksi data, display data, dan menarik
melaksanakan program kemitraan antara kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan
sekolah dengan DU/DI ini, maka diharapkan bahwa (1) penyusunan silabus masih belum
tumbuh dan berkembang kesadaran di hati anak sesuai dengan karakteristik SMK Negeri 4
didik bahwa kegiatan praktik yang mereka Yogyakarta dimana pembelajaran dan evaluasi
lakukan di sekolah adalah sebuah kegiatan hanya menyentuh ranah kognitif tanpa
produktif dan dapat memberikan masukan bagi memberikan praktik mengelola usaha; (2)
mereka. Dengan program ini, maka diharapkan kelompok wirausaha diikuti oleh 10 siswa dan
anak didik menyadari untuk mereka adalah hanya 3 orang diantaranya setelah lulus
tenaga professional bagi keahlian yang mereka mendapat kepercayaan pemilik salon untuk
pelajari sejak awal sekolah. Oleh karena itulah mengelola manajemen salon tempat mereka
perlu kesadaran semua pihak agar program ini bekerja, sehingga manajemen sekolah
dapat berjalan maksimal dan benar-benar efektif menyempurnakan program tersebut terutama
bagi dunia pendidikan di SMK. pada aspek sasaran program, sistem seleksi,
sistem pelaksanaan, pemilihan tempat usaha dan
Penelitian yang Sudah Dilakukan pengembangan di program keahlian lain; (3)
Hasil Kajian kegiatan lokakarya program kelas wirausaha belum mencapai
kewirausahaan yang dilakukan oleh Ardian tujuan, disebabkan belum adanya kejelasan
Adiatma dkk (2008) tentang kemampuan guru legalitas pelaksanaan dan pemahaman kurikulum
dan kepala sekolah SMK se eks Karesidenan kelas wirausaha sehingga pelaksanaan dihentikan
Semarang dalam membuat perencanaan bisnis untuk dilakukan evaluasi, segi skill yang dicapai
serta membuat strategi pengembangan usaha siswa kelas wirausaha cukup baik, walaupun
sekolah menyimpulkan bahwa masih rendahnya kedalaman materi produktif tidak sedalam kelas
kemampuan para guru dan kepala sekolah dalam reguler; (4) pelatihan di unit produksi dapat
membuat perencanaan bisnis serta masih meningkatkan skill siswa dan memupuk jiwa
lemahnya upaya menyusun strategi wirausahanya, walaupun di sisi lain siswa tidak
pengembangan usaha sekolah. dilibatkan dalam pengelolaan manajemen dan;
Penelitian yang dilakukan oleh Yon Rizal (5) praktik industri siswa memberikan
(2007) tentang Analisis Proses Pembelajaran pengalaman langsung kepada siswa untuk
Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan bekerja dan belajar mengelola suatu usaha
(SMK Negeri) Bandar Lampung menyimpulkan dalam kondisi sebenarnya sebuah industri.
bahwa dilihat dari segi kelancaran proses Penelitian yang dilakukan Duduk Iskandar
pembelajaran dan peranan yang dimainkan guru (2005) tentang pengaruh mata diklat
dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dan kewirausahaan dan pelaksanaan pendidikan
upaya penanaman watak dan sikap sistem ganda terhadap sikap berwirausaha siswa
kewirausahaan pada para siswa sudah cukup kelas 3 program keahlian tata boga di SMK
baik dan memadai. Dari segi sarana dan Negeri 4 Surakarta tahun diklat 2005-2006
prasarana, proses pembelajaran kewirausahaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
di SMK Negeri Bandar Lampung belum mata diklat kewirausahaan dan pelaksanaan
memadai, hal ini terlihat dari kurangnya pendidikan sistem ganda terhadap sikap

7
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)

berwirausaha siswa, antara mata diklat


kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha Variabel dan Indikator
siswa serta pengaruh pelaksanaan pendidikan
sistem ganda terhadap sikap berwirausaha siswa
kelas 3 Program Keahlian Tata Boga di SMK Indikator
Negeri 4 Surakarta tahun diklat 2005-2006. Variabel
Populasi penelitian in adalah siswa kelas 3
program keahlian tata Boga SMK Negeri 4  Kualitas penyajian materi bahan
ajar
Surakarta tahun diklat 2005-2006. Hasil  Sistematika materi
penelitian menyimpulkan bahwa ada pengaruh kewirausahaan
Persepsi siswa  Kualitas interaksi belajar
yang signifikan antara mata diklat kewirausahaan terhadap pembelajaran mengajar
dan pelaksanaan pendidikan sistem ganda kewirausahaan di  Penggunaan alat peraga/media
terhadap sikap berwirausaha siswa. Ada pengajaran kewirausahaan
sekolah
 Intensitas pemberian tugas
pengaruh yang signifikan antara mata diklat  Upaya penanaman jiwa
kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha kewirausahaan
 Penggunaan contoh dan
siswa. Ada pengaruh yang signifikan antara praktek kewirausahaan
pelaksanaan Pendidikan sistem ganda terhadap  Kemampuan guru memotivasi
siswa
sikap berwirausaha siswa kelas 3 program
keahlian tata boga di SMK Negeri 4 Surakarta
 Renstra pengembangan
tahun diklat 2005-2006. kewirausahaan
 Kemitraan dengan dunia
industri
Metode Penelitian Persepsi Guru terhadap
 Pelatihan kewirausahaan oleh
Populasi dalam penelitian ini seluruh kebijakan implementasi
dunia industri
kewirausahaan oleh kepala  Adanya bantuan modal dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri
sekolah peralatan oleh dunia industri
maupun swasta yang diproyeksikan menjadi  Ketersediaan sarana dan
SMK berstandar nasional dan internasional di prasarana
 Peningkatan kualitas
seluruh Kota Semarang. Adapun sampel dalam pembelajaran kewirausahaan
penelitian ini adalah Sekolah Menengah  Memiliki laboratorium praktek
kewirausahaan
Kejuruan yang diproyeksikan menjadi SMK  Memiliki arah menciptakan
berstandar nasional dan internasional di Kota kewirausahaan di sekolah
Semarang antara lain: SMK 11 Semarang, SMK 1
SMK 3 Semarang, SMK 4 Semarang, Semarang
Model implementasi
dan SMK 7 Semarang, SMK Cinde, SMK kewirausahaan Sekolah
Hidayah, SMK Muhi2. Teknik pengambilan Menuju Kemandirian
sampelnya dengan menggunakan purposive Sekolah
sampling, yaitu siswa dan guru SMK negeri yang
diproyeksikan berstandar internasional dan
SMK swasta yang memiliki laboratorium
kewirausahaan. Adapun responden penelitian Metode Analisis Data
terdiri dari : Analisis yang digunakan dalam penelitian
1. Siswa SMK yang telah mengikuti diklat ini adalah analisis deskriptif untuk mengkaji
kewirausahaan, masing-masing SMK diambil variabel tersebut dilakukan dengan
10 siswa. menggunakan bantuan program SPSS. Analisis
2. Guru pengajar diklat kewirausahaan kualitatif juga digunakan dalam penelitian ini,
sebanyak 6 orang yaitu dengan focus group discussion antara
3. Guru-guru masing-masing SMK diambil 5 peneliti, murid dan guru.
orang.
Hasil dan Pembahasan
Metode Pengumpulan Data
Adapun metode dan teknik penelitian yang Deskripsi Karakteristik Siswa SMK
digunakan antara lain: kuesioner, wawancara, Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
dan studi literatur. bahwa usia responden (siswa SMK) antara 10
hingga 15 tahun sebanyak 11 orang (13,09%),
kelompok usia antara 16 hingga 20 tahun
sebanyak 73 orang (86,91%). Jenis kelamin
siswa pria berjumlah 67 (79,8%) sedangkan
responden siswi wanita 17 orang (20,2%).
Keikutsertaan responden dalam kewirausahaan
berjumlah 80 (93%) sedangkan yang belum
pernah mengikuti pelatihan sebanyak 6 siswa
(7%). Deskripsi asal SMK responden

8
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14

menunjukkan bahwa proporsi responden dalam media pengajaran kewirausahaan, intensitas


penelitian ini dari siswa SMK negeri terdiri SMK pemberian tugas di bidang kewirausahaan,
1 1 4,2%, SMK 3 10,7%, SMK 4 8,3%, SMK 7 penggunaan contoh dan praktek kewirausahaan
6,5%, SMK 11 4,2%, dan SMK swasta terdiri dari dan kemampuan guru memotivasi siswa untuk
SMK Cinde 6%, SMK Hidayah 5,4% dan SMk berwirausaha. Persepsi siswa SMK terhadap
Muhi2 6%. Dapat disimpulkan bahwa proporsi pembelajaran kewirausahaan oleh Guru dalam
responden lebih didominasi oleh SMK negeri hal kualitas penyajian materi yang menilai tidak
yang diproyeksikan menjadi standar baik sebanyak 1 orang (0,6%), yang menyatakan
internasional. netral sebanyak 27 orang (16,1%), yang
menyatakan baik 53 orang (31,5%) dan yang
Deskripsi Karakteristik Guru SMK menyatakan sangat baik sebanyak 5 orang (3%).
Berdasarkan hasil penelitiaan diperoleh Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban
bahwa usia responden antara 20 hingga 29 responden diperoleh nilai 3,72, artinya bahwa
tahun sebanyak 4 orang (6,8%), kelompok usia rata-rata persepsi siswa terhadap kualitas
antara 30 hingga 39 tahun sebanyak 14 orang penyajian materi kewirausahaan oleh guru
(23,7) dan kelompok usia antara 40 hingga 49 sangat baik. Persepsi siswa SMK terhadap
tahun sebanyak 30 orang (50,9%). Responden pembelajaran kewirausahaan oleh Guru dalam
yang berusia 50 tahun ke atas sebanyak 11 hal sistematika penyajian materi yang menilai
orang (18,6%). Berdasarkan table 4.1 dapat tidak baik sebanyak 7 orang (4,2%), yang
disimpulkan mayoritas usia guru SMk di menyatakan netral sebanyak 27 orang (16,1%),
Semarang diatas 40 tahun. Rentang lama bekerja yang menyatakan baik 47 orang (28%) dan yang
para guru antara 5 s/d 9 tahun sebanyak 20 menyatakan sangat baik sebanyak 5 orang (3%).
orang (33,9%), antara 10 s/d 14 tahun sebanyak Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban
19 orang (32,2%), antara 15 s/d 19 tahun responden diperoleh nilai 3,58, artinya bahwa
sebanyak 3 orang (5,1%). Responden yang rata-rata persepsi siswa terhadap sistematika
memiliki masa kerja 20 s/d 24 tahun sebanyak 9 penyajian materi kewirausahaan oleh guru baik.
orang (15,3%), antara 25 s/d 29 tahun sebanyak Persepsi siswa SMK terhadap pembelajaran
7 orang (11,8%), sedangkan karyawan yang kewirausahaan oleh Guru dalam hal interaksi
memiliki masa kerja diatas 30 tahun sebanyak 1 belajar mengajar kewirausahaan, yang menilai
orang (1,7%). Dapat disimpulkan bahwa lama tidak baik sebanyak 10 orang (6%), yang
bekerja responden dalam penelitian ini tersebar menyatakan netral sebanyak 30 orang (17,9%),
secara merata dari masing-masing kelompok yang menyatakan baik 36 orang (21,4%) dan
interval. Responden yang berjenis kelamin pria yang menyatakan sangat baik sebanyak 10 orang
sebanyak 37 orang (56,9%), sedangkan (6%). Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata
responden wanita sebanyak 22 orang (27%). jawaban responden diperoleh nilai 3,53, artinya
bahwa rata-rata persepsi siswa terhadap
Analisis Statistik Deskriptif Variabel- interaksi belajar mengajar oleh guru baik.
Variabel Penelitian Persepsi siswa SMK terhadap pembelajaran
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan kewirausahaan oleh Guru dalam penggunaan
gambaran deskriptif mengenai variabel-variabel contoh, yang menilai sangat tidak baik sebanyak
penelitian yang digunakan tentang implementasi 3 orang (1,8%), tidak baik sebanyak 9 orang
kewirausahaan di sekolah. Analisis ini dilakukan (5,4%), yang menyatakan netral sebanyak 44
dengan membuat kelompok interval ke dalam 3 orang (26,2%), yang menyatakan baik 25 orang
kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. (14,9%) dan yang menyatakan sangat baik
Adapun teknik pembuatan kelompok interval sebanyak 5 orang (3%). Berdasarkan
dilakukan dengan mencari lebar kelas interval perhitungan nilai rata-rata jawaban responden
yang diperoleh dari skor tertinggi (5) dikurangi diperoleh nilai 3,23, artinya bahwa rata-rata
skor terendah (1) dibagi 3 kategori, sehingga persepsi siswa terhadap interaksi belajar
diperoleh lebar kelas interval 1,3. Selanjutnya mengajar oleh guru baik. Persepsi siswa SMK
berdasar lebar kelas interval dapat disusun terhadap pembelajaran kewirausahaan oleh
kategori nilai sebagai berikut: Guru dalam hal intensitas pemberian tugas di
Skor 1,0 – 2,3 = rendah bidang kewirausahaan, yang menilai tidak baik
Skor 2,4 – 3,7 = sedang sebanyak 3 orang (1,8%), yang menyatakan
Skor > 3,8 = tinggi netral sebanyak 23 orang (13,7%), yang
menyatakan baik sebanyak 52 orang (31%) dan
Deskripsi Jawaban Siswa SMK yang menyatakan sangat baik sebanyak 8 orang
Kebijakan tentang pembelajaran (4,8%). Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata
kewirausahaan di sekolah oleh para guru jawaban responden diperoleh nilai 3,76, artinya
mencakup berbagai indikator yang terdiri dari bahwa rata-rata persepsi siswa terhadap
tujuh antara lain kualitas penyajian materi, intensitas pemberian tugas di bidang
sistematika penyajian materi, kualitas interaksi kewirausahaan oleh guru sangat baik. Persepsi
belajar mengajar kewirausahaan, penggunaan siswa SMK terhadap pembelajaran

9
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)

kewirausahaan oleh Guru dalam hal praktek kepala sekolah mereka telah menjalin kemitraan
kewirausahaan yang menilai sangat tidak baik dengan dunia industri dalam rangka
sebanyak 3 orang (1,8%), tidak baik sebanyak 9 mengembangkan kewirausahaan. Bila skor rata-
orang (5,4%), yang menyatakan netral sebanyak rata dimasukkan kedalam kelas interval, berada
34 orang (20,2%), yang menyatakan baik kategori tinggi artinya bahwa kepala sekolah
sebanyak 32 orang (19%) dan yang menyatakan sangat intens dalam menjalin kerjasama dengan
sangat baik sebanyak 8 orang (4,8%). dunia industri .
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban Persepsi guru SMK yang menyatakan
responden diperoleh nilai 3,38, artinya bahwa tidak setuju bahwa sekolah telah mengadakan
rata-rata persepsi siswa terhadap penggunaan pelatihan kewirausahaan bekerja sama dengan
contoh dan praktek kewirausahaan oleh guru dunia industri sebanyak 3 orang (2,2%), yang
baik. Persepsi siswa SMK terhadap menyatakan netral sebanyak 4 orang (2,9%),
pembelajaran kewirausahaan oleh Guru dalam yang menyatakan setuju 27 orang (19,7%) dan
memotivasi berwirausaha yang menilai sangat yang menyatakan sangat setuju sebanyak 24
tidak baik sebanyak 2 orang (1,2%), tidak baik orang (17,5%). Berdasarkan perhitungan nilai
sebanyak 1 orang (0,6%), yang menyatakan rata-rata jawaban responden diperoleh nilai
netral sebanyak 14 orang (8,3%), yang 4,24, artinya bahwa rata-rata persepsi
menyatakan baik sebanyak 36 orang (21,4%) responden menyatakan setuju bahwa sekolah
dan yang menyatakan sangat baik sebanyak 33 mereka memiliki sering mengadakan pelatihan
orang (19,6%). Berdasarkan perhitungan nilai kewirausahaan yang bekerja sama dengan dunia
rata-rata jawaban responden diperoleh nilai industri.. Bila skor rata-rata dimasukkan
4,13, artinya bahwa rata-rata persepsi siswa kedalam kelas interval, berada kategori tinggi
terhadap motivasi berwirausaha yang diberikan artinya bahwa sekolah sangat sering
oleh guru sangat baik. mengadakan pelatihan kewirausahaan yang
bekerja samaa dengan dunia industri.
Deskripsi Jawaban Guru SMK Persepsi guru SMK yang menyatakan
Kebijakan impementasi kewirausahaan di tidak setuju bahwa sekolah mendapatkan
sekolah mencakup berbagai indikator yang bantuan modal dan peralatan dari dunia industri
terdiri dari delapan antara lain renstra yang sebanyak 2 orang (1,5%), yang menyatakan
dimiliki, kemitraan dengan dunia industri, netral sebanyak 3 orang (8%), yang menyatakan
pelatihan kewirausahaan, bantuan modaal, setuju 25 orang (18,2%) dan yang menyatakan
sarana dan prasarana kewirausahaan, sangat setuju sebanyak 24 orang (17,5%).
peningkatan kualitas pembelajaran Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban
kewirausahaan di sekolah, kepemilikan responden diperoleh nilai 4,20, artinya bahwa
laboratorium untuk praktek kewirausahaan rata-rata persepsi responden menyatakan setuju
serta memiliki arah menciptakan kewirausahaan bahwa sekolah mereka telah mendapat bantuan
untuk mendukung kemandirian sekolah. modal dan peralatan dari dunia industri. Bila
Persepsi guru SMK yang menyatakan netral skor rata-rata dimasukkan kedalam kelas
tentang kepala sekolah memiliki renstra interval, berada kategori tinggi artinya bahwa
pengembangan kewirausahaan sebanyak 13 sekolah sangat sering mendapatkan bantuan
orang (9,5%), yang menyatakan setuju 25 orang modal dan peralatan dari dunia industri.
(18,2%) dan yang menyatakan sangat setuju Persepsi guru SMK yang menyatakan
sebanyak 21 orang (15,3%). Berdasarkan tidak setuju bahwa sekolah menyediakan
perhitungan nilai rata-rata jawaban responden berbagai sarana dan prasarana praktek
diperoleh nilai 4,14, artinya bahwa rata-rata kewirausahaan sebanyak 1 orang (0,7%), yang
persepsi responden menyatakan setuju bahwa menyatakan netral sebanyak 8 orang (5,8%),
kepala sekolah mereka memiliki renstra yang menyatakan setuju 30 orang (21,9 %) dan
pengembangan kewirausahaan.. Bila skor rata- yang menyatakan sangat setuju sebanyak 20
rata dimasukkan kedalam kelas interval, berada orang (14,6%). Berdasarkan perhitungan nilai
kategori tinggi artinya bahwa kepala sekolah rata-rata jawaban responden diperoleh nilai
memiliki komitmen yang kuat dalam membuat 4,17, artinya bahwa rata-rata persepsi
renstra untuk mengembangkan kewirausahaan. responden menyatakan setuju bahwa sekolah
Persepsi guru SMK yang menyatakan mereka telah menyediakan berbagai sarana dan
setuju bahwa SMK telah menjalin kemitraan prasarana praktek kewirausahaan sangat tinggi .
dengan dunia industri sebanyak 25 orang Bila skor rata-rata dimasukkan kedalam kelas
(18,2%) dan yang menyatakan sangat setuju interval, berada kategori tinggi artinya bahwa
sebanyak 21 orang (15,3%). Berdasarkan sekolah telah menyediakan dengan baik sarana
perhitungan nilai rata-rata jawaban responden dan prasarana praktek kewirausahaan.
diperoleh nilai 4,22, artinya bahwa rata-rata Persepsi guru SMK yang menyatakan
persepsi responden menyatakan setuju bahwa tidak setuju bahwa adanya peningkatan kualitas

10
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14

pembelajaran kewirausahaan di sekolah SMK sudah mampu melaksanakan sistem


sebanyak 1 orang (0,7%), yang menyatakan pengajaran kewirausahaan yang baik. Namun
netral sebanyak 3 orang (7%), yang menyatakan demikian sistem pembelajaran kewirausahaan di
setuju 31 orang (22,6 %) dan yang menyatakan SMK dalam penelitian ini belum sepenuhnya
sangat setuju sebanyak 20 orang (14,6%). memiliki suasana belajar yang manusiawi
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban dengan melibatkan semua aspek taksonomi,
responden diperoleh nilai 4,19, artinya bahwa baik kognitif, afektif maupun psikomotorik
rata-rata persepsi responden menyatakan setuju siswa. Suasana manusiawi yang dimaksud adalah
bahwa sekolah mereka selalu meningkatkan suasana kekeluargaan, hangat, terbuka, obyektif,
kualitas pembelajaran kewirausahaan di sekolah jujur dan bebas dari segala bentuk paksaaan
sangat tinggi. Bila skor rata-rata dimasukkan ke apapun juga. Dalam hal kualitas penyajian dan
dalam kelas interval, berada kategori tinggi sistematika materi, meskipun mayoritas siswa
artinya bahwa sekolah selalu meningkatkan menilai baik, namun para guru belum
kualitas pembelajaran kewirausahaan secara sepenuhnya bersikap value based (memiliki
kontinu. pegangan/aturan) dan memiliki target dari setiap
Persepsi guru SMK yang menyatakan materi yang diajarkan. Tanpa acuan ini, maka
tidak setuju bahwa sekolah memiliki proses pemelajaran akan menjadi tidak terarah,
laboratorium untuk praktek kewirausahaan dan tujuan pemelajaran tidak akan tercapai.
sebanyak 6 orang (4,4%), yang menyatakan Dalam pengajaran kewirausahaan dibutuhkan
netral sebanyak 13 orang (9,5%), yang kemampuan guru dalam membangkitkan daya
menyatakan setuju 27 orang (19,7 %) dan yang kreativitas dan inovasi yang dimiliki siswa.
menyatakan sangat setuju sebanyak 13 orang Penampilan, sikap, kepribadian dan penguasaan
(9,5%). Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata guru akan proses pemelajaran akan sangat
jawaban responden diperoleh nilai 3,80, artinya menentukan keterlibatan dan keterikatan siswa
bahwa rata-rata persepsi responden dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai tahap
menyatakan setuju bahwa sekolah telah dari penggalian nilai-nilai kreativitas dari dalam
memiliki laboratorium untuk praktek diri siswa. Temuan dilapangan menunjukkan
kewirausahaan di sekolah sangat tinggi. Bila skor bahwa menskipun para siswa menilai baik dalam
rata-rata dimasukkan kedalam kelas interval, hal interaksi belajar mengajar, namun dalam
berada kategori tinggi artinya bahwa mayoritas prakteknya masih belum sepenuhnya baik, hal
sekolah telah memiliki laboratorium untuk ini tercermin dari jawaban siswa kategori netral
praktek kewirausahaan. yang cukup banyak. Seharusnya guru memiliki
Persepsi guru SMK yang menyatakan metoda pemelajaran yang disajikan dalam
tidak setuju bahwa sekolah memiliki arah bentuk yang dapat dipahami, diresapi dan
menciptakan kewirausahaan untuk mendukung dihayati siswa. Guru hendaknya mampu
kemandirian sekolah sebanyak 1 orang (0,7%), mengubah konsep materi ke dalam bahasa
yang menyatakan netral sebanyak 6 orang siswa, atau dalam bentuk penerapan pada gejala
(4,4%), yang menyatakan setuju 31 orang (22,6 kehidupan riilnya. Sehingga diharapkan materi
%) dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak sajian teoritik keilmuan dapat diubah menjadi
21 orang (15,3%). Berdasarkan perhitungan stimulus yang merangsang aspek kognitif, afektif
nilai rata-rata jawaban responden diperoleh nilai dan psikomotorik siswa.
4,22, artinya bahwa rata-rata persepsi Dalam hal penggunaan contoh atau media
responden menyatakan setuju bahwa sekolah pengajaran kewirausahaan, meskipun rata-rata
telah memiliki arah menciptakan kewirausahaan jawaban responden dalam kategori baik, namun
untuk mendukung kemandirian sekolah. Bila yang menjawab kategori netral cukup banyak
skor rata-rata dimasukkan ke dalam kelas sehingga hal ini diindikasikan bahwa masih
interval, berada kategori tinggi artinya bahwa kurangnya sarana dan prasarana pengajaran
mayoritas sekolah telah memiliki arah kewirausahaan. Temuan dilapangan menunjukan
menciptakan kewirausahaan untuk kemandirian bahwa banyak keluhan guru terhadap
sekolah. kelengkapan laboratorium kewirausahaan,
sehingga efektifitas pengajaran kewirausahaan
Pembahasan kepada siswa menjadi dangkal dan kurang dapat
Berdasarkan temuan–temuan data lapangan dipahami secara mendalam.
menunjukkan bahwa kewirausahaan dipandang Kemampuan guru dalam memberi motivasi
sebagai mata pelajaran yang penting bagi kepada siswa sudah baik, hal ini didukung
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya dengan temuan lapangan yang mayoritas
bagi siswa dan guru – guru SMK. Hasil menyatakan baik. Namun demikian perlu
penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa dikembangkan lagi cara-cara memotivasi siswa
SMK terhadap pembelajaran kewirausahaan di agar mau mendalami dan menjalankan
sekolah yang dilakukan oleh guru rata-rata kewirausahaan setelah mereka lulus nantinya.
sudah baik, artinya secara umum masing-masing Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yon Rizal (2007) tentang analisis proses

11
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)

pembelajaran kewirausahaan di Sekolah (5) praktik industri siswa memberikan


Menengah Kejuruan (SMK Negeri) Bandar pengalaman langsung kepada siswa untuk
Lampung menyimpulkan bahwa dilihat dari segi bekerja dan belajar mengelola suatu usaha
kelancaran proses pembelajaran dan peranan dalam kondisi sebenarnya sebuah industri.
yang dimainkan guru dalam mengelola kegiatan Para siswa menyadari bahwa manfaat
belajar mengajar dan upaya penanaman watak pembelajaran kewirausahaan yang diadakan oleh
dan sikap kewirausahaan pada para siswa sudah SMK sangat banyak. Beberapa manfaat yang
cukup baik dan memadai. Dari segi sarana dan diperoleh para siswa dari temuan penelitian
prasarana, proses pembelajaran kewirausahaan antara lain: berwirausaha melatih belajar hidup
di SMK Negeri Bandar Lampung belum mandiri dan berani, sangat membantu untuk
memadai, hal ini terlihat dari kurangnya belajar membuat usaha yang sukses, dapat
buku/bahan ajar kewirausahaan yang dapat bersaing di dunia usaha kelak serta menjadikan
diakses guru dan siswa serta kurangnya media keberhasilan di bidang usaha, agar dapat hidup
alat peraga yang dapat digunakan guru dalam mandiri dan membuat lapangan pekerjaan
proses belajar mengajar di sekolah. sendiri, memiliki wawasan wirausaha sendiri dan
Penelitian yang dilakukan Hartati (2009) menjadi siswa yang mandiri, membantu dalam
tentang manajemen pengembangan menentukan usaha sesuai dengan bidang yang
kewirausahaan siswa SMKN 4 di Yogyakarta diminati, dapat membantu berwirausaha yang
menggunakan metode kualitatif dengan baik dan benar, mendorong siswa untuk
pendekatan fenomenologis, yakni pemahaman menjadi wirausaha yang mampu eksis di dunia
dan penafsiran secara mendalam dan natural industri, dapat membantu siswa mengenal dunia
tentang makna dari fenomena yang ada di usaha dan industri serta mampu mengatasi
lapangan. Subyek penelitian ini adalah kepala masalah dalam usaha serta mampu menciptakan
sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, strategi pemasaran produk dan jasa yang
wakil kepala sekolah bidang humas, guru mata berhasil.
pelajaran kewirausahaan, guru pembimbing Dari sudut pandang guru, manfaat dari
kelompok wirausaha Tata Kecantikan, guru adanya pembelajaran kewirausahaan bagi
pembimbing kelas wirausaha Tata Busana, dan peserta didik adalah mampu menciptakan
Manajer unit produksi Tata Boga. Data kompetensi sesuai dengan jurusan yang diambil
dikumpulkan melalui wawancara mendalam, serta mengetahui bagaimana cara memasarkan
observasi, serta pencermatan dokumen. produk, melatih siswa memiliki jiwa mandiri,
Analisis dilakukan dengan model dari Miles dan ulet dan bertanggung jawab, menjadikan siswa
Huberman , yang meliputi langkah- langkah sebagai manusia yang mau maju, mandiri dan
reduksi data, display data, dan menarik berkembang, sebagai sarana menciptakan unit
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan usaha di sekolah dalam rangka menuju
bahwa (1) penyusunan silabus masih belum kemandirian sekolah, sebagai bekal bagi siswa
sesuai dengan karakteristik SMK Negeri 4 untuk menciptakan lapangan kerja sendiri serta
Yogyakarta dimana pembelajaran dan evaluasi dapat mencetak seorang wirausaha yang
hanya menyentuh ranah kognitif tanpa mandiri dan professional.
memberikan praktik mengelola usaha; (2) Tanpa adanya rencana strategis
kelompok wirausaha diikuti oleh 10 siswa dan pengembangan kewirausahaan di sekolah, maka
hanya 3 orang diantaranya setelah lulus akan sulit untuk mencetak lulusan SMK yang
mendapat kepercayaan pemilik salon untuk menjadi wirausaha yang tangguh, mandiri dan
mengelola manajemen salon tempat mereka professional. Beberapa SMK sudah menjalin
bekerja, sehingga manajemen sekolah kerjasama dengan dunia industri dalam
menyempurnakan program tersebut terutama memberikan pelatihan, bantuan modal, saran
pada aspek sasaran program, sistem seleksi, dan prasarana, namun demikian belum mampu
sistem pelaksanaan, pemilihan tempat usaha dan menghasilkan unit-unit usaha yang eksis baik
pengembangan di program keahlian lain; (3) untuk keperluan laboratorium maupun
program kelas wirausaha belum mencapai memberikan kontribusi kepada pengembangan
tujuan, disebabkan belum adanya kejelasan sekolah. Ketersediaan laboratorium dengan
legalitas pelaksanaan dan pemahaman kurikulum fasilitas yang masih minim menyebabkan
kelas wirausaha sehingga pelaksanaan dihentikan kemampuan siswa dalam hal wirausaha masih
untuk dilakukan evaluasi, segi skill yang dicapai lemah. Sistem pengajaran kewirausahaan yang
siswa kelas wirausaha cukup baik, walaupun dilakukan oleh masing-masing SMK belum
kedalaman materi produktif tidak sedalam kelas mampu memberikan kontribusi yang signifikan
reguler; (4) pelatihan di unit produksi dapat dalam membantu sekolah menciptakan bidang –
meningkatkan skill siswa dan memupuk jiwa bidang kewirausahaan yang bekerja sama
wirausahanya, walaupun di sisi lain siswa tidak dengan dunia industri. Beberapa kendala dalam
dilibatkan dalam pengelolaan manajemen dan; pengembangan kewirausahaan di sekolah adalah

12
Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 1 - 14

masih terbatasnya sarana dan prasarana untuk Model pengembangan kewirausahaan di


praktek kewirausahaan, kemampuan kepala sekolah dalam rangka menuju kemandirian
sekolah untuk menjalin kemitraan dengan dunia sekolah dilakukan dengan melibatkan
industri yang masih rendah, kurangnya pelatihan peningkatan kualitas pembelajaran oleh para
kewirausahaan bagi guru dan murid serta belum guru, kemampuan sekolah menyusun strategi
terpenuhinya sarana daan modal dalam praktek pengembangan kewirausahaan di sekolah, kerja
berwirausaha menuju kemandirian sekolah. sama dengan dunia industri, kebijakan dari
Dengan memperhatikan dua hasil temuan pemerintah (DIKNAS) untuk mendukung
penelitian yaitu persepsi siswa tentang terjadinya kerjasama dengan dunia industri
pembelajaran kewirausahaan dan persepsi guru sehingga tercipta unit – unit usaha di SMK
tentang kebijakan implementasi kewirausahaan sebagai sarana magang, laboratorium serta
disekolah maka perlu dintegrasikan menjadi sebagai sumber pendanaan bagi sekolah menuju
sebuah model pengembangan kewirausahaan di sekolah mandiri.
sekolah dalam rangka menuju kemandirian Berdasarkan temuan penelitian maka
sekolah. Adapun model yang dapat disusun diperlukan penyempurnaan kurikulum dan
adalah sebagai berikut: silabus kewirausahaan di SMK agar materi
pengajaran, metode, alat peraga / contoh lebih
terimplemtasikan dengan baik dan mudah
Peningkatan Metode Peningkatan sarana
pembelajaran dan prasarana serta dipahami dan dikuasai para siswa SMK.
laboratorium
Kewirausahaan SMK
kewirausahaan
Kemampuan kepala sekolah menciptakan
jejaring dengan PKBL / dunia industri untuk
Kerja sama dengan
mendukung penguasaan ketrampilan para siswa
Kebijakan
PKBL/ Dunia Industri Pemerintah: SMK baik dalam bentuk pelatihan bagi guru dan
(pelatihan, modal,
sarana/prasarana)
kerjasama
SMKdengan Dunia
siswa, modal, bantuan sarana dan prasarana
industri /PKBL serta kelengkapan laboratorium sangat
diperlukan. Perlunya penyempurnaan
Unit–Unit Usaha Di Kemandirian
Lulusan yang SMK (magang / Sekolah kelengkapan sarana dan prasarana serta
trampil laboratorium / melalui unit
usaha
pendirian laboratorium kewirausahaan untuk
pendapatan)
berwirausaha Sekolah mendukung kualitas lulusan SMK dalam
berwirausaha.
Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dapat
dapat disimpulkan bahwa secara umum, rata- DAFTAR PUSTAKA
rata persepsi siswa tentang pembelajaran
kewirausahaan oleh para guru SMK relatif sudah Barret, Amy 2006. Cara Meraih Gelar dan
cukup dan memadai, namun demikian dalam hal Mendirikan Perusahaan pada Saat
penyajian dan sistematika materi kewirausahaan Bersamaan, Business Week, Edisi
perlu penajaman lebih baik agar siswa mampu Indonesia/ 15 – 22 November 2006
menyerap dengan baik materi – materi
kewirausahaan. Temuan penelitian Karlson, Charlie; Friis,Christian; Paulson,
menyimpulkan bahwa dukungan sarana dan Thomas. 2004. Relating Entrepreneurship
prasarana serta laboratorium kewirausahaan to Economic Growth, The Royal Institute
serta kurangnya pelatihan kewirausahaan para of Technology.
guru dari dunia industri menyebabkan
pembelajaran kewirausahaan di SMK masih Hartati. 2009. Manajemen Pengembangan
dangkal dan belum menyentuh substansi Kewirausahaan Siswa SMKN 4 di
kewirausahaan yang sebenarnya. Yogyakarta, Tesis, Universitas Negeri
Kebijakan implementasi kewirausahaan di Yogyakarta
sekolah oleh pada kepala sekolah secara umum
dipersepsikan cukup baik oleh para guru, namun Duduk, Iskandar. 2006. Pengaruh Mata Diklat
dalam hal penyiapan renstra sebagai roadmap Kewirausahaan dan Pelaksanaan
pengembangan kewirausahaan di sekolah di Pendidikan Sistem Ganda terhadap Sikap
semua SMK yang menjadi obyek penelitian Berwirausaha Siswa Kelas 3 Program
masih belum tersedia dan tersusun dengan baik Keahlian Tata Boga di SMK Negeri 4
dan sistematis, sehingga SMk tidak memiliki arah Surakarta Tahun Diklat 2005-2006.
yang jelas dalam pengembangan kewirausahaan
di sekolah. Kerjasama dengan dunia industri Yon, Rizal. 2007. Analisis Proses Pembelajaran
belum sepenuhnya dilakukan oleh sebagian SMK Kewirausahaan di Sekolah Menengah
yang menjadi obyek penelitian karena Kejuruan Negeri Bandar Lampung.
keterbatasan kemampuan kepala sekokah dalam
menjalin kerjasama / jejaring dengan dunia Dejardin, Marcus. 2000. Entrepreneurship and
industri. Economic Growth: An Obvious Conjunction?,

13
Model Pengembangan Kewirausahaan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah (Abdul Hakim)

CREW, Faculty Economics and Social F Kreft, Stefen dan R Sobe, Russel. 2003. Public
Sciences University of Namur, namur – Policy, Entrepreneurship, Economic Growth.
Belgium. Western Virginia University.axharakis.
The Portable MBA in Entrepre
Siagian, Salim dan Asfahani. 1995. Kewirausahaan
Indonesia dengan Semangat 17.8.45 D Bygrave, William and Zacharakis, Andrew.
Kloang Klede Jaya PT. Putra Timur 2004. The Portable MBA in
bekerjasama dengan Puslatkop dan PK Entrepreneurship. Third Edition. John
Depkop dan PPK. Jakarta Willey & Sons, Inc.

Mohammad, Saroni. 2009. Konsep Kemitraan Jiawei, Zhang. 2006. Industrial Dynamics,
dalam Program Kewirausahaan di SMK. Entrepreneurship, innovation and economy
SMK Brawijaya Mojokerto. growth of Yangtze River Delta Region of
China.

14

Anda mungkin juga menyukai