Anda di halaman 1dari 6

I.

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang dikenal dengan negara yang banyak memiliki
keanekaragamaan plasma nutfah. Salah satunya adalah Nepenthes sp. yang merupakan
tumbuhan khas daerah tropis yang dikenal dengan nama kantong semar. Nepenthes sp. tergolong
dalam carnivorous plant atau tumbuhan pemangsa yang sering juga disebut dengan insectivorous
plant atau tumbuhan pemangsa serangga. Tumbuhan ini memiliki kantung unik yang memiliki
fungsi sebagai sumber hara seperti nitrat dan fosfat. Pada umumnya Nepenthes sp. hidup
ditempat-tempat yang memiliki unsur hara yang miskin dan memiliki kelembapan udara yang
cukup tinggi serta kemasaman tanah yang tinggi (Mardhiana et.al 2012).

Keunikan kantung semar terletak pada cara ia mendapatkan makanan. Selain dengan akar
yang menyerap nutrisi dari tanah, tanaman ini juga mampu menyerap nutrisi dari serangga yang
terjebak di dalam kantongnya. Serangga-serangga ini dihancurkan oleh semacam senyawa
menyerupai asam lambung untuk kemudian dihisap sari-sarinya. Itulah sebabnya ia mampu
bertahan di daerah yang tergolong tandus. Penyebaran kantung semar cukup luas, mulai dari
Madagaskar di Barat hingga New Caledonia di Timur. Dari China Selatan di Utara hingga
Australia Utara di Selatan. Jenis terbanyak ditemukan di Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Dari 103 spesies kantung semar yang terdata, 61 jenis tumbuh di dataran tinggi. Sedangkan
sisanya hidup di dataran rendah, menengah, sampai tinggi (Dino et.al 2016).

Nepenthes sp. (kantong semar) tersebar luas di daerah tropis. Di dunia tercatat ada 103
jenis Nepenthes sp, sekitar 32 jenis terdapat di Indonesia, Brunei dan Malaysia. Di Indonesia
secara keseluruhan ditemukan sekitar 64 jenis Nepenthes sp. Borneo merupakan habitat dengan
spesies Nepenthes sp. terbanyak. Pulau Sumatera menduduki posisi kedua dengan jumlah jenis
29 spesies Nepenthes sp. Saat ini hanya beberapa jenis kantong seamr yang telah teridentifikasi
yang ada di Sumatera seperti Nepenthes adnata, Nepenthes albomarginata, Nepenthes bongso,
Nepenthes gracilis, Nepenthes ampullaria, Nepenthes angasanensis, Nepenthes aristolochioides,
Nepenthes diata, Nepenthes dubia, Nepenthes custachia, Nepenthes inermis, Nepenthes
jacavelineae, Nepenthes mirabilis, Nepenthes pactinata, Nepenthes raflesiana, Nepenthes
reinwardtiana, Nepenthes spathulata, Nepenthes sumatrana, Nepenthes tobaica, dan masih
beberapa jenis lagi yang merupakan silangan alami.

Nepenthes sp. merupakan tumbuhan yang tergolong dilindungi dikarenakan populasi di


habitat alaminya terus berkurang. Populasi nepenthes di alam diperkirakan semakin menurun
yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebakaran hutan, alih fungsi lahan hutan atau
semak belukar menjadi kawasan pemukiman, perladangan, perkebunan, pertanian, ataupun
pertambangan. Pemerintah telah menetapkan bahwa nepenthes termasuk salah satu spesies
tumbuhan prioritas dilindungi karena keberadaannya di alam cenderung terancam punah (Idham
et.al 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1. Mengetahui hubungan kekerabatan antar Nepenthes sp. dengan menggunakan metode


taksonomi numerik.
2. Mengetahui hubungan kekerabatan antara Nepenthes sp. yang bersifat hybrid alami
dengan Nepenthes sp. yang sudah diketahui jenisnya.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan kekerabatan antar Nepenthes sp. dengan menggunakan metode taksonomi numerik dan
hubungan kekerabatan antara Nepenthes sp. yang bersifat hybrid alami dengan Nepenthes sp.
yang sudah diketahui jenisnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia adalah negara yang dikenal dengan negara yang banyak memiliki

keanekaragamaan plasma nutfah. Salah satunya adalah Nepenthes sp. yang merupakan

tumbuhan khas daerah tropis yang dikenal dengan nama kantong semar. Nama Nepenthes

berasal dari bahasa Yunani: ne = tidak, penthos = kesedihan, kesedihan; mengacu pada obat

kuno "Nepenthe" (Mardhiana et al. 2012). Keunikan dan kekhasannya tersebut terlihat dari

variasi bentuk dan warna kantong yang merupakan modifikasi dari bagian ujung daunnya.

Sehingga nama lain dari tumbuhan ini disebut dengan pitcher plant (Mardianto et al. 2016).

Nepenthes sp. merupakan salah satu jenis tumbuhan yang dilindungi hal ini dikarenakan

populasi di habitat aslinya terus berkurang. Berkurangnya populasi Nepenthes sp. ini akibatkan
oleh ulah tangan manusia. Menurut Dino et al. (2016) menyatakan bahwa semua spesies

Nepenthes sp. masuk ke dalam daftar CITES (Conventional on International Trade in

Endangered Species of Wild Flora and Fauna) sebagai tanaman yang terancam.N. rajah dari

Kinabalu, Malaysia, dan N. khasiana dari daerah Khasi di India, masuk dalam daftar CITES

Appendix I, sedangkan sisanya masuk dalam Appendik II. Di Indonesia, berdasarkan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999, tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, semua jenis

dari genus Nepenthes sp. dilindungi di habitat aslinya. Siapapun yang mengambil dari alam

dianggap melanggar dan bakal terkena sanksi hukum.

Habitat Nepenthes sp. umumnya berada di kawasan yang tidak subur dengan kandungan

unsur hara yang rendah (N, P, dan K), tanah masam dengan pH tanah berkisar 2-4,5 dan tingkat

kelembaban udara yang tinggi. Habitat kantong semar di Indonesia dapat ditemukan pada hutan

kerangas, hutan rawa gambut, pegunungan karst, hutan hujan tropis, hutan pegunungan atas,

padang savana serta di tepi danau . Pada umumnya jenis tanah tersebut kekurangan unsur

nitrogen dan fosfor. kekurangan unsur hara menyebabkan tumbuhan tersebut memodifikasi

ujung sulur daunnya menjadi kantung untuk menangkap serangga atau binatang kecil sebagai

sumber nutrisinya (Mansur 2006).

Kantung semar memiliki 7 genus yaitu Cephalotus, Heliamphora, Darlingtonia,

Brocchinia, Nepenthes, Sarracenia, dan Catopsis. Nepenthes sp. merupakan genus terbesar dari

family Nepenthaceae dan terdiri dari 120 spesies dan tersebar di 7 lokasi yaitu Nepenthes of

Peninsular Malaysia and Indochina, Nepenthes of Borneo, Nepenthes of Sulawesi, Nepenthes of

Sumatra and Java, Nepenthes of the Philippines, Nepenthes of New Guinea and Maluku Islands,

dan lastly Nepenthes of the Outlying Areas.Spesies endemik dari Nepenthes sp. ada di Southeast
Asia, daerah Sunda, Borneo, Sumatra, Peninsula Malaysia, Jawa dan beberapa di Philipina

bagian selatan (Bunawan et al. 2017).

Menurut Tjitrosoepomo (1989) klasifikasi ilmiah dari Nepenthes sp. yaitu :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Nepenthales

Famili : Nepenthaceae

Genus : Nepenthes

Spesies : Nepenthes sp.

Menurut Hariyadi (2013) Nepenthes sp. merupakan salah satu tumbuhan yang tergolong
kedalam spermatophyta. Selain itu juga tumbuhan ini termasuk kedalam habitus liana
(merambat) sehingga tumbuhan ini terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian dari Nepenthes
sp. itu sendiri antara lain yaitu memiliki akar, batang, daun, sulur dan kantung. Menurut Ginting
et al. (2017) kantung sendiri merupakan diferensiasi dari daun yang digunakan sebagai
perangkap serangga.

Menurut Clarke (2002) ada beberapa Nepenthes sp. yang umum ditemukan di hutan tropis seperti

di Malaysia dan Indoesia. Nepenthes sp tersebut antara lain yaitu :

1. Nepenthes gracilis

Nepenthes gracilis menggunakan tumbuhan lain sebagai penopang tubuhnya, akan tetapi

tumbuhan ini tidak merugikan tumbuhan penopang kecuali kemungkinan yang terjadi hanya

penaungan terhadap tumbuhan tersebut. Nepenthes gracilis memiliki bentuk batang segitiga,

daun berbentuk lanset, tipis sampai agak tebal. Kantong spesies ini berbentuk silindris. Kantung

atas berbentuk kendi, tutup kantung jantung, dan tunggal. Kantung bawah berbentuk kendi, dan
bergerombol. Pembungaan tangkai bunga tunggal dan tidak memiliki brakteola. Bunga

berbentuk tandan dengan warna coklat muda sampai coklat tua (Ginting et.al 2017).

2. Nepenthes ampullaria

Kantong bawah dan kantong roset Nepenthes ampullaria berbentuk tempayan atau mirip

kendi. Mulut kantong Nepenthes ampullaria berbentuk oval dengan bibir yang melebar

menghadap ke arah dalam (Sintaro et al. 2016). Nepenthes ampullaria memiliki ciri khas

berupa penutup kantong yang berbentuk lonjong dan berlawanan arah dengan lubang kantong

serta berwarna senada dengan kantong. Warna kantong pada masing-masing individu

bervariasi, yaitu hijau polos, hijau bercorak cokelat dengan peristom berwarna hijau dan hijau

bercorak merah dengan peristom berwarna merah (Alatas et al. 2017).

3. Nepenthes rafflesiana

Nepenthes rafflesiana adalah salah satu jenis Nepenthes sp. yang memiliki tinggi kantung

sampai 20 cm. Peristome (bibir kantun) sangat sempit dan berbentuk silinder, dan kantung

bawah dan atas sangat mirip strukturnya (kantung bawah ada dua sayap dibagian depan

kantung). Warna kantungnya bervariasi dari semuanya berwarna hijau ke ungu gelap dibagian

luar, dengan bintik merah di permukaan bagian dalam. Pada Nepenthes rafflesiana sangat umum

dijumpai kantong atas dan kantong bawah secara bersamaan. Kantong atas berbentuk terompet

dengan bibir tebal dan tidak mempunyai sayap. Sedangkan kantong bawah cenderung membulat

dan memiliki sayap (Syamsi et.al 2017).

4. Nepenthes trichocarpa

Nepenthes trichocarpa merupakan hasil persilangan alami dari induk Nepenthes

ampullaria dengan Nepenthes gracilis (Syamsi et.al 2017). Batang memanjat, bulat dan licin.

Daun bentuk lanset; ujung runcing, dasar daun runcing, asar daun memeluk batang, ibu tulang
jelas. Kantung bawah bentuk kendi mulut kantung bulat telur, bentuk bulat telur terbalik gigi

tidak jelas tunggal. Kantung atas bentuk seperti tabung, bagian bawah sempit, mulut kantung

bulat, bulat gigi tidak jelas tunggal. Perbungaan jantan berbulu halus, coklat, dan anak tangkai

bunga bercabang dua (Ginting et.al 2017).

Menurut Clarke (2001) hybrid merupakan individu baru yang terbentuk dari pertemuan

dua gamet yang berasal dari dua tetua yang berbeda jenis atau taksonnya. Individu yang

terbentuk tersebut biasanya memiliki kemampuan reproduksi rendah dibandingkan dengan

tetuanya atau bahkan tidak mampu menghasilkan keturunan sama sekali. Biasanya hal tersebut

disebabkan oleh perbedaan susunan genetic diantara kedua tetua tersebut.

Taksonomi adalah ilmu yang digunakan untuk menggolong-golongkan makhluk hidup.

Termasuk didalamnya dasar-dasar, prinsip, cara kerja dan aturan-aturan yang berlaku. Terdapat

dua metode berbeda yang digunakan untuk menentukan klasifikasi organisme yaitu fenetik

(numerik) dan filogenetik (kaldistik). Taksonomi numerik adalah suatu metode kuantitatif

mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme serta penataan golongan-

golongan tersebut melalui analisis cluster kedalam kategori takson yang lebih tinggi atas dasar

kesamaan tersebut.

Terdapat lima kegiatan dalam taksonometri yang diawali dengan pemilihan objek studi

yang mewakili golongan organisme tertentu, yang selanjutnya disebut OTU. Kegiatan

selanjutnya adalah pemilihan karakter, pengukuran kemiripan, analisis kluster, dan penarikan

kesimpulan. Pengukuran kemiripan pada OUT berdasarkan karakter yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai