Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN POTENSI DIRI APARATUR SIPIL NEGARA

MELALUI DDTK PENGEMBANGAN DIRI

Oleh:
Andiek Widodo, M.M.
Widyaiswara Muda BDK Surabaya

Abstrak

Pengembangan potensi diri dalam mewujudkan kesuksesan kinerja birokrasi


Pemerintah sangatlah penting. Sehingga upaya peningkatan kualitas SDM secara
terus menerus harus dilakukan. Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai unsur utama
sumber daya manusia aparatur negara berperaan strategis mencapai keberhasilan
penyelenggaraan birokrasi pemerintahan. Aparatur Sipil Negara yang menentukan
harapan tersebut perlu ditunjang oleh pengembangan potensi diri yang memadai.
Dengan melakukan pengembangan potensi diri secara konsisten maka kompetensi,
ketrampilan dan sikap perilaku yang dimiliki oleh setiap aparatur dapat menjalankan
tugas pokok dan fungsinya secara maksimal. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
kompetensi secara terus menerus dan berkesinambungan. Metodologi penelitian yang
digunakan adalah pendekataan kepustakaan dan berbagai referensi dokumen tentang
pengembangan potensi diri di di Pusdiklat Tenaga Adminsitrasi dan Balai Diklat
Keagamaan Surabaya dalam menjalankan program kediklatannya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa diklat di tempat kerja pengembangan potensi diri yang sudah
dilaksanakan berpengaruh terhadap pengembangan potensi diri dalam mewujudkan
kinerja yang lebih baik. Jadi DDTK Pengembangan Potensi Diri yang dilaksanakan
secara memang berperan penting dalam upaya mengembangkan potensi diri secara
konsisten

Kata Kunci : Diklat;Pengembangan Potensi Diri; Aparatur Sipil Negara.

Latar Belakang

Manusia terlahir di muka bumi ini sudah dibekali potensi diri yang dapat
dikembangkan dan digunakan untuk berbagai hal. Namun banyak orang yang
belum sepenuhnya, memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya”. Salah satu factor disebabkan karena mereka belum mengenal potensi diri
mereka seutuhnya dan berbagai kendala yang menyebabkan potensi diri mereka
tidak berkembang. Bagaimana memahami diri sendiri, konsep pengembangan
potensi diri, dan mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi. Hal tersebut sangat
penting dimiliki oleh seorang aparatur Sipil Negara yang akan mengembangkan
pola pikirnya, dalam rangka menunjang tugas yang diembannya.
Di masyarakat luas selama ini berkembang opini yang cenderung memberikan
predikat dan citra buruk terhadap kinerja terhadap aparatur sipil negara masih terus
terjadi. Pelayanan public yang diberikan terkesan lamban, dan masih saja terjadi
tindakan penyelewengan, tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih
banyak terjadi di berbagai lembaga pemerintahan. Hal tersebut salah satunya
disebabkan potensi diri setiap aparatur sipil negara tidak berkembang secara
proposional. Untuk menghadapi kondisi tersebut maka perlu dilakukan
pengembangan potensi diri setiap aparatur negara, sebab jika tidak dilaksanakan
upaya perbaikan maka stigma negara dalam penyelenggaraan pemerintahan akan
semakin memburuk.

Pembentukan mental yang baik dan integritas yang tinggi pada diri PNS
memerlukan pembentukan kesadaran diri, karakter, dan kemampuan mengontrol diri
sendiri. Sehubungan dengan kondisi demikian maka Pusdiklat Tenaga Administrasi
memandang perlu untuk dilakukan Lokakarya Peningkatan Integritas dan
Pengembangan Diri yang tujuannya berusaha memadukan Kurikulum dan Silabus
Diklat Pengembangan Diri dan Diklat Sistem Integritas Nasional.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan Diklat Pengembangan Diri. Muatan inti diklat
ini lebih menyentuh dimensi spiritual dan pembinaan mental PNS

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola pengembangan potensi diri Aparatur Sipil Negara?


2. Bagaimana desain DDTK Pengembangan Dri dalam upaya mengembangkan
potensi diri?

Tujuan Penulisan
Setelah memaparkan latar belakang, identifikasi, dan perumusan masalah, tujuan
kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami pola pengembangan potensi diri Aparatur Sipil Negara
2. Mengetahui desain DDTK Pengembangan Diri dalam upaya mengembangkan
potensi diri

Pembahasan

A. Potensi Diri

Saat ini, persaingan global semakin meningkat, bahkan persaingan ini bukan
hanya dalam wujud persaingan antar negara, namun juga secara kolektif persaingan
antar individu dan kelembagaan di berbagai bidang, tak terkecuali di bidang
pendidikan. Fenomena ini medorong pengembangan diri di setiap orang yang bekerja di
suatu lembaga, guna meningkatkan kapasitas diri, daya saing dan keunggulan yang
dimilikinya. Setiap orang yang bekerja dalam bidang apapun, perlu melakukan
pengembangan diri. Demikian juga yang terjadi pada setiap orang yang di tempatkan di
suatu posisi guna melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diembannya.

Pengembangan merupakan upaya pendidikan baik jalur formal ataupun non


formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan
bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan
mengembangkan potensi manusia secara seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan
dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan sertakemampuan-kemampuannya,
sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan
mengembangkan dirinya, sesama, maupun lingkungannya ke arah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan prbadi yang mandiri

Pengembangan yang memiliki arti suatu proses, cara, perbuatan


mengembangkan menuju suatu perubahan. Pengembangan adalah suatu proses, maka
dalam pengembangan terdapat faktor faktor yang berpangaruh pada perubahan
tersebut. Sedangkan pengembangan bila dikaitkan denga pendidikan adalah
perubahan secara bertahap kearah tingkat yang cenderung lebih tinggi, baik, dan
mendalam yang secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau
kematangan seseorang.
Sedangkan potensi dalam bahasa inggris berasal dari kata to patent yang artinya
adalah kekuatan yang melekat ditiap manusia yang bisa dikembangkan dan
dimaksimalkan secara individu ataupun berkelompok melalui berbagai cara.

Pengertian potensi diri (wikipedia) adalah kemampuan, kekuatan, baik yang belum
terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum
sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal

Menurut Wiyono (2006:37) potensi diri merupakan kemampuan dasar dari sesuatu yang
masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu
kekuatan nyata. Artinya, potensi diri manusia adalah kemmapuan dasar yang dimiliki
manusia yang masih terpendam di dalam dirinya, yang menunggu stimulus untuk
diwujudkan.

Jadi Potensi diri adalah kemampuan atau kekuatan yang ada dalam setiap orang baik
fisik maupun mental dan memungkinkan untuk dioptimalkankan bila dilatih dengan
konsisten dan baik.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa potensi diri adalah kemampuan, kekuatan, dan daya
yang ada di setiap orang yang bisa dimunculkan untuk berbagai kepentingan dan
keperluan kehidupan manusia.

Potensi Diri

Potensi Psikis Potensi Fisik

Adversityl Emotional
Intelegent Emotional Spiritual
Spiritual
Quotient (IQ) Quotient (EQ) Quotient (AQ) Quotient (SQ)
Quotient (ESQ)

Gambar 1.1
Skema Potensi Diri
Pada diri manusia ada beberapa jenis potensi diri yang masing masing memiliki fungsi,
dapat tumbuh dan berkembang guna dimanfaatkan dalam kehidupannya. A1dapun
potensi yang ada pada tiap manusia terdiri dari:

1. Potensi diri fisik

Yang paling nampak terkait potensi ini adalah bentuk tubuh secra lahiriah seperti
bentuk wajah dan bentuk tubuh dan lainnya yang menjadi ciri fisik seseoran. Potensi
fisik ini merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat dioptimalkan
apabila dilatih dengan baik. Potensi yang terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan,
keahlian, dan ketrampilan. Potensi diri fisik akan terus berkembang bila secata
konsisten dilatih dan digunakan.

2. Potensi diri psikis

Potensi diri psikis adalah bentuk kekuatan diri secara kejiwaan yang dimiliki seseorang
dan memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan apabila dipelajari daan dilatih
dengan baik. Bentuk potensi diri psikis yang dimiliki setiap orang adalah:

2.1. Intelegent Quotient (IQ)

Kecerdasan intelektual merupakan bentuk kemampuan individu untuk berfikir,mengolah


dan berusaha untuk menyelesaikan persoalan persoalam dalam hidup secara maksimal
secara terarah. Laurel Schmidt dalam buku Jalan pintas menjadi 7 kali lebih cerdas (
Dalam Habsari 2004 : 3) membagi kecerdasan dalam tujuh macam, antara laian adalah
sebagai berikut:

1. Kecerdasan visual / spesial ( kecerdasan gambar)

profesi yang sesuai untuk tipe kecerdasan ini antara lain arsitak, seniman,
designer mobil, insinyur, designer grafis, komputer, kartunis, perancang intrior
dan fotografi.

2. Kecerdasan verbal / linguistik ( kecerdasan Berbicara)


Profesi yang sesuai bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini antara lain:
pengarang, menulis, guru, dosen, penyiar radio, mc, presenter, pengacara,
penterjemah.

3. Kecerdasan musik

Profesi yang sesuai bagi yang memiliki ini adalah peenggubah lagu, pemusik,
penyaanyi, disc jokey, guru seni suara, kritikus musik, ahli terapi musik, audio
mixier (pemandu suara dan bunyi).

4. Kecerdasan logis / matematis ( Kecerdasan angka)

Profesi yang sesuai bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ahli
metematika ,ahli astronomi,ahli pikir, ahli forensik, ahli tata kota , penaksir
kerugian asuransi,pialang saham, analis sistem komputer,ahli gempa.

5. Kecerdasan interpersonal ( cerdas diri ).

Profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah
ulama,pendeta,guru,pedagang , resepsionis ,pekerja sosial,pekerja panti
asuhan, perantara dagang,pengacara, manajer konvensi, ahli melobi, manajer
sumber daya manusia.

6. Kecerdasan intrapersonal ( cerdas bergaul )

profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah peeliti, ahli
kearsipan, ahli agama, ahli budaya, ahli purbakala, ahli etika kedokteran.

2.2 Emotional Quotient ( EQ )

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah dalam


aspek emosional dengan mengenali, mengendalikan, dan menata perasaan sendiri dan
orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan orang lain. Daniel
Goleman dalam buku kecerdasan emosi menyebutkan ada tujuh aspek potensi
emosional ini, yaitu:

1. Kecakapan pribadi
Kemampuan dalam menentukan dan menetapkan bagaimana kita mengelola diri
sendiri, yaitu meliputi kesadaran diri (self awareness), pengaturan diri (self
regulation) dan motivasi diri (self motivation). Mengetahui kondisi diri sendiri,
kesukaan dan kegemaran , sumber-sumber daya dan intuisi pribadi.

Kesadaran Emosi (Emotional Awareness) adalah bagaimana mengenali emosi


pribadi dan efeknya bagi diri sendiri.

Penilaian diri secara akurat (Accurate self assessment ) : mengetahui


keunggulan atau kekuatan-kekuatan, kelemahan dan limit diri sendiri

Percaya diri (Self confidence): yakni keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan pribadi.

2. Kesadaran diri

kemampuan utuk memahami kondisi diri sendiri dan rasa percaya diri yang
tinggi, menyangkut emosi atau perasaan yang sedang terjaid, menyadari
keterbatasan diri dan faham akan kemampuan yang ada dalam dirinya.

3. Pengaturan diri

kemampuan dalam mengontrol dengan mengontrol emosi sehingga tercegah


dari berbagai emosi negatif, mengendalikaan diri dan mengembangkan sifat
dapat dipercaya, kewaspadaan , adaptabilitas, dan inovasi dan berbagai sikap
positif.

4. Motivasi

kemampuan berupa dorongan dalam mencapai tujuan dan target untuk meraih
prestasi dengan penuh komitmen, dan optimis.

5. Kecakapan sosial

kemampuan dalam bergaul dan berinteraksi, mempengaruhi orang lain, dengan


menjalin kerjasama dan komunikasi.

6. Empati
Kemampuan untuk memahami orang lain dengan menempatkan diri dalam posisi
orang lain dan menerima pandangan serta emosinya yang berorientasi pada
pelayanan.

7. Ketrampilan sosial

Kemampuan dalam menggugah tenggapan yangdikrhendaki pada orang lain .


kecakapan ni meliputi pengaruh , komunikasi, kepemimpinan,
katalisatorperubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaboradi dan
kooperasi serta kemampuan tim.

2.3 Adversity quotient (AQ)

Adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan dala menghadapi kesulitan
– kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G Stoltz dalam Adversity
Quotient membedakan tiga tingkatan AQ dalam masyarakat :

1. Tingkat quitrers (orang yang berhenti). Quiters adalah orang yang paling lemah
AQ nya. Ketika ia menghadapi berbagai kesulitan hidup ,ia berhenti dan
langsung menyerah.

2. Tingkat Campers ( Orang yang berkemah ). Campers adalah orang yang


memiliki AQ sedang.Ia puas dan cukup atas apa yang telah dicapai dan enggan
untuk maju lagi.

3. Tingkat Climbers ( orang yang mendaki ). Climbers adalah orang yang


memilikiAQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat
bertahan menghadpi kesulitan-kesulitan dan mapu mengatasi tantangan hidup.

2.4 Spiritual Quotient (SQ)

Adalah sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan


mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu ( Agus
Nggermanto,Quantum Quotient,2001). Menurut Damitri Mhayana dalam (Habsari
,2004). Ciri-ciri seseorang yang memiliki SQ tinggi adalah sebagai berikut:
1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat.

2. Mampu melihat kesatuan dalam keaneka ragaman.

3. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.

4. Mampu mengelola dan bertahan dalam kessulitan dan penderitaan.

Proses pengembangan potensi diri, yang diawali dengan mengetahui potensi diri
sendiri ini sangat penting dan berpengaruh terhadap optimalisasi seorang pegawai
untuk melaksanakan pekerjaan dan mencapai performansi yang berhasil (sukses). Oleh
sebab itu, sejauh mana seorang pegawai mengenali potensi dirinya dan siap
mengembangkan potensi yang dimilikinya itu akan menjadi langkah awal yang sangat
penting.

Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pengembangan diri untuk mencapai


performansi unggul diantaranya pemecahan masalah pribadi dan kehidupan sosial,
penanganan masalah belajar, pengembangan karir, dan kegiatan-kegiatan yang lain.
Pengembangan diri pada suatu lembaga pendidikan berorientasi pada pengembangan
organisasi guna meningkatkan daya saing dan kualitas suatu lembaga pendidikan itu
sendiri.

B. Manajemen Pengembangan Potensi Diri


Setelah mengetahui tentang konsep pengembangan potensi diri dan berbagai potensi
yang ada dalam setiap diri manusia, selanjutnya adalah bagaimana mengelola,
mengatur potensi tersebut agar bisa dikembangkan di kehidupan pada berbagai bidang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia manajemen adalah penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran.
Dari berbagai literatur yang ada manajemen bisa disimpulkan merupakan suatu proses
untuk mengatur dan mengelola suatu kegiatan yang dimulai dengan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian seluruh sumber daya yang tersedia
agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dalam mengelola pengembangan potensi diri dilakukan dengan menerapkan fungsi
fungsi manajemen secara umum. Menurut lyndal urwick fungsi manajemen ada empat,
yaitu :
1. Perkiraan (Forecasting)

Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan perkiraaan/


taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana
yang lebih pasti dapat dilakukan. Jika dikaitkan dengan konsep pengembangan potensi
diri maka sejauhmana kita mampu merekonstruksi masa depan kita. Artinya setiap
orang harus bisa menentukan visi, misi, tujuan, impian, dan startegi diri kita untuk
mencapai tujuan yang sudah dicanangkan.

2. Perencanaan(Planning)

Melakukan perencanaan, berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan potensi
yang dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus
ada keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkahs elanjutnya

Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang
sangat rumit. Misalnya yang sederhana, merumuskan bahwa perencanaan adalah
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Dengan
mengacu pada enam pertanyaan dibawah ini:

1)Tindakan apa yang harus dikerjakan ?

2) Mengapa tindakan itu harus dikerjakan ?

3) Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?

4) Kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?

5) Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?

6) Bagaimana cara melaksanakan tindakan itu ?

Perencanaan merupakan proses menetapkan sasaran/tujuan dan tindakan yang perlu


untuk mencapai sasaran tadi. Proses menyangkut upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan
taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.

3. Organisasi (Organizing)

Organisasi (Organizing) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara
yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran. Bila di tinjau
dari proses, maka proses itu adalah proses menyangkut bagaimana strategi dan taktik
yang telah dirumuskan dalam perencanaan diatur dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan dapat bekerja secara efektif.

Pengorganisasian atau Organizing berarti mdenciptakan suatu struktur dengan bagian-


bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antar bagian-bagian satu
sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur tersebut.

Pengorganisasian bertujuan membagi satu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan


yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut.

4. Aktual (Actuating) Menggerakkan

Mengerakkan atau actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan
manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja denagn seidirinya atau penuh kesadaran secara
brsama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini
yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership)

Menurut Wiyono (2006:59) jika fungsi fungsi manajemen diatas dikaitkan dengan
pengembangan potensi diri maka akan terdapat 4 fungsi manajemen pengembangan
potensi diri, yaitu :

a. Perencanaan Pengembangan Potensi Diri


b. Pengorganisasian Pengembangan Potensi Diri
c. Pelaksanaan Pengembangan Potensi Diri
d. Pengendalian Pengembangan Potensi Diri

Dengan demikian guna keberhasilan dalam melakukan pengembangan potensi


diri maka hatus dibuat perencanaan hidup yang meliputi visi, misi, sasaran, dan tujuan
dalam hidup setiap manusia. Untuk mencapai hal ini maka harus melakukan koordinasi
bagaimana menggunkan berbagai potensi yang telah ada di setiap manusia. Dalam
mengorganisasikan potensi dalam diri maka akal pikiran harus disinkronkan dengan
nafsu dan jiwa manusia. Pikiran dikendalikan hati sehingga hati haruslah bersih dan
selalu mendapat.bimbingan dari Allah SWT. Dalam melaksanakan pengembangan
potensi diri setiap orang menggunakan ilmu pengetahuan harus dikuasai. Kesuksesan
dalam mengembangkan potensi diri sangat ditentukan sejauhmana penguasaan
terhadap ilmu, teknologi, keahlian ataupun berbagai latihan.

Dalam meraih kesuksesan , maka potensi diri haruslah dikendalikan agar tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai, yaitu mengendalikan akal pikiran, nafsu dan jiwa agar selalu
pada garis yang sama dalam mencapai tujuan.

C. Metode Pengembangan Potensi Diri

Pengembangan diri yang merupakan proses yang komprehensif dari awal keputusan
sampai menuju puncak sukses dalam meraih kemandirian suatu organisasi.
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi karena proses
kematangan dan pengalaman. Setiap individu dalam pengembangan dirinya pasti tidak
terlepas dari berbagai faktor, baik intern maupun ekstern.

Adapun faktor faktor pendukung dalam pengembangan diri berangkat dari dalam diri
sendiri setiap individu. Sedangkan dalam suatu organisasi, pengembangan diri terkait
bagaimana manajemen mengatur dengan tepat bagaimana suatu individu bisa
berkembang ssuai dengan tujuan organisasi. Terkait pengembangan diri dalam
organisasi , bisa diterapkan apabila:
 Setiap individu harus memiliki motivasi yang datang dari diri sendiri dan mandiri
 Lebih bersifat holistik, mempertimbangkan situasi sebagai suatu keseluruhan
 Lebih berorientasi jangka panjang

Dalam menganalisis pengembangan potensi diri yang perlu difahami adalah:


1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan suatu cara orang memandang dirinya sendiri dan apa yang
ada disekitarnya. Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns
(1993:6) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan
orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Sedangkan menurut Mulyana (2000:7) konsep diri adalah pandangan
individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang
diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu
Bisa dikatakan konsep diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri mencakup tiga ranah, yaitu :
 Pengetahuan
Merupakan pengetahuan kita tentang diri sendiri yang meliputi informasi
tentang :
o Self labels
Informasi formal tentang diri sendiri yang meliputi umur, jenis kelamin,
suku, agama, anggota organisasi, status keluarga dan lain sebagainya
o Quality Labels
Cara pandang tentang kualitas diri sendiri dengan membandingkan
orang lain. Hal ini selalu berubah ubah, tidak tetap
 Harapan
Harapan terhadap diri sendiri. Di samping diri kita berfikir siapa diri kita di
saat bersamaan juga terlintas pemikiran tentang diri sendiri kelak akan
menjadi apa. Harapan ini sam halnya dengan cita cita.
 Penilaian
Tinggi rendahnya penilaian terhadap diri sendiri tergantung sejauhmana kita
berhasil menggapai harapan kita.
2. Konsep Diri Negatif & Positif
Konsep diri sangat mempengaruhi seseorang berinteraksi dalam beraktivitas. Setiap
orang semestinya menyadari keadaan atau identitas dirinya namun lebih penting adalah
menyadari baik buruknya kondisi yang dimiliki serta bagaimana bersikap. Tingkah laku
seseorang tergantung pada kualitas konsep dirinya yakni konsep diri positif atau konsep
diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif adalah:
 Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan
subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
 Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak
dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan
didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman
tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang
lain.
 Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau
penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang
telah dikerjakan sebelumnya.
 Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi
diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik:
 Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang
lain sebagai proses refleksi diri.
 Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan
yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat
penghargaan.
 Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap
orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
 Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan
terhadap orang lain.
 Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya.
Langkah-langkah Pembentukan Sikap Positif

 Fokus pada perubahan, lihat sisi positif


 Jadikan kebiasaan untuk tidak menunda pekerjaan
 Kembangkan sikap bersyukur / berterima kasih
 Ikuti program pendidikan yang continue (value education)
 Bangun harga diri positif
 Jauhi pengaruh negatif
o Orang yang negatif
o Rokok, alkohol, narkoba
o Pornografi
o Film dan program TV yang negatif
 Belajar menyukai hal yang harus dikerjakan

Lebih lanjut, Joseph Luft dan Harrington Ingham (Higgins,1982) mengembangkan suatu
konsep yang dikenal dengan Johari windows. Dalam teori Johari Window dapat
digambarkan seperti jendela yang terdiri atas 4 (empat) bidang atau komponen. Johari
Window merupakan hasil pengamatan/persepsi orang terhadap diri sendiri dan orang
lain.
B1 B3
Diri Terbuka Diri Buta

B2 B4
Diri Tersembunyi Diri Gelap

Gambar. 2 Johari Windows

Bagian I
Diri Terbuka (“Open Area”)
Bagian dari yang disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan kepada orang lain atas
kemampuan diri sendiri. Misalnya: perasaan-perasaan, pendapat-pendapat dan pikiran
yang dipilih untuk disampaikan kepada orang lain. Termasuk juga hal-hal yang tidak
dapat ditutupi terhadap orang lain, seperti muka, bentuk badan, usia yang tampak pada
kondisi badan (tua, muda) meskipun banyak orang ingin juga menutupinya.

Bagian II
Diri Tersembunyi (“Hidden Area”)
Bagian diri yang disadari oleh diri sendiri akan tetapi secara tanpa sadar ditutup-tutupi
atau disembunyikan terhadap orang lain. Mungkin juga orang tidak tahu bagaimana
menyampaikan dirinya kepada orang lain (tidak setuju dengan pendapat orang lain
akan tetapi tidak dapat menyampaikan hal tersebut), karena kalau disampaikan dapat
membuat malu sendiri, misalnya: perasaan ketidakpastian, keinginan yang bersifat
rahasia.
Bagian III
Diri Terbuai (“Blind Area”)

Bagian diri yang tanpa disadari oleh dirinya sendiri tertutup terhadap dirinya, akan
tetapi tersampaikan kepada orang lain atau diketahui oleh orang lain. Misalnya:
kebiasaan-kebiasaan, sifat dan kemampuan tertentu yang tanpa disadari ada pada diri
sendiri, yang sering berpengaruh (positif atau negatif) dalam berhubungan dengan
orang lain (sering membuat interupsi, kurang memperhatikan perasaan orang lain,
senang membantah, membanggakan diri sendiri dan sebagainya).

Bagian IV
Diri Tak Dikenal (“Unknown Area”)
Bagian diri yang tidak dikenal oleh diri sendiri dan orang lain ini adalah berupa motif-
motif, kebutuhan yang tidak disadari / terlupakan atau didesak ke bawah sadar
sehingga tidak dikenal lagi tetapi masih mempengaruhi tindakan-tindakan orang dalam
berhubungan dengan orang lain.

Pada dasarnya setiap individu berbeda, maka jendela masing-masing individu juga
berbeda. Contoh diri orang dapat berbentuk jendela sebagai berikut :
Bidang 1 sempit kurang terbuka,
Banyak hal dari dirinya yang ditutup-tutupi (Diri tersembunyi) sehingga
tidak efektif
Diri Terlena besar, ada hal-hal yang tidak ia sadari, kurang mau menerima
feedback (pandangan orang lain) tentang dirinya
Tidak ada kepercayaan, menutupi kelemahan dirinya, karena takut kehilangan
harga dirinya atau tidak enak mendengar kritik.
- Hal-hal yang individu ketahui/kenal tentang dirinya tetapi tidak disampaikan karena
tidak disadari oleh individu tersebut. Sedangkan hal-hal yang disampaikan oleh
anggota lain tentang diri individu tersebut merupakan hal yang baru ketahui namun
tidak disadari oleh indvidu terebut, maka hal-hal tersebut merupakan bagian dari Diri
Terlena. Apabila hal-hal dari diri yang disadari/dikenal oleh diri sendiri maupun oleh
beberapa anggota lain, berarti hal tersebut termasuk bagian Diri Terbuka.
- Dengan latihan ini individu berlatih membuka diri terhadap feedback dan memberi
kepercayaan kepada orang lain untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dirinya,
sehingga akan memudahkan proses perbaikan terhadap hal-hal yang masih negatif
(kelemahan dirinya) dan mempertahankan hal yang positif yang merupakan
kelebihan dirinya.

Hambatan-hambatan Pengembangan Potensi Diri dari Diri Sendiri


Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas
Kurang termotivasi
Enggan mengenali diri sendiri
Tidak mau menerima umpan balik
Tidak mau mengambil resiko
Takut situasi baru
Kurang keyakinan diri
Sikap acuh tak acuh
Jalan pikiran yang negatif
Selalu mencari kambing hitam

Menurut Mike Woodcook & Dave Francis beberapa hambatan dalam proses
Pengembangan Potensi Diri dari Diri Sendiri antara lain :
Ketidakmampuan mengatur diri
Nilai pribadi yang tidak jelas
Tujuan pribadi yang tidak jelas
Pribadi yang kerdil
Kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah
Kreatifitas rendah
Wibawa rendah
Kemampuan pemahaman manajerial rendah
Kemampuan menyelia rendah
Kemampuan latih rendah
Kemampuan membina tim rendah
Hambatan-hambatan Pengembangan Potensi Diri dari Luar (Lingkungan)
Sistem yang dianut
Kurang mendapat dukungan dari lingkungan
Harapan yang berlebihan dari orang lain
Hancur sebelum waktunya
Kebencian dari orang lain
Umpan balik yang kurang memadai

Rancangan Pengembangan Potensi Diri


1. Identifikasi hambatan dari lingkungan dan dari individu sendiri
2. Kenali konsep diri
a. Golongan yang menyerah total
b. Golongan yang tidak menyerah total
c. Golongan yang tidak menyerah
 Sebagai penonton
 Sebagai obyek
 Sebagai orang buta
 Sebagai pelaku
2. Rancangan pengembangan potensi diri

Usaha Meningkatkan dan Memaksimalkan Prestasi Pribadi


Membuka “gembok” potensi diri (unlocking potential power)
Mengelola sumber daya dalam diri (managing inner resources)
Melakukan langkah besar / raksasa menuju sukses (giant steps to success)

Mengelola Sumber Daya Dalam Diri


Membuang belenggu “tidak mungkin”
Membuang beban yang tidak perlu
Memasarkan diri sendiri
Menyingkirkan kebiasaan yang mematikan sensitivitas, kreativitas dan inovasi
Membuat nyali kemanusiaan berfungsi

Ada beberapa tahapan dalam pengembangan potensi diri melalui pengukuran,


memgimplementasikan konsep diri hingga mengenal hambatan maka tahapan
berikutnya adalah melaksnakan pengembangan diri. Hal ini akan lebih efektif bila :
1. Memperluas pergaulan dalam masyarakat, terutama dengan beragam profesi
supaya mendapatkan banyak ide baik itu berupa informasi, tantangan dan
peluang baru
2. Selektif memilih partner kerja yang bisa diajak berdiskusi dan mau memberikan
feedback ke diri kita
3. Selalu berprasangka baik terhadap orang lain
4. Membiasakan mengucapkan terima kasih dan tolong kepada orang lain
5. Berprilaku asertif, asertif merupakan kemampuan seseorang menyatakan diri,
berbagai ide, keinginan dan perasaannya secara langsung, spontan, bebas dan
jujur tanpa merugikan diri sendiri dan menyinggung hak-hak orang lain

Pemimpin Sesungguhnya (Bukan “Budak” Bertopeng Pemimpin)


Memberi inspirasi (Inspiring)
Memberi arah (Visioning)
Memfasilitasi orang agar berhasil (Facilitating)
Memberdayakan (Enabling)

Sepuluh Langkah untuk Memperoleh Kendali dan Mengatur Waktu:


1. Tentukan dulu tujuan-tujuan jangka panjang
2. Pandang tujuan-tujuan dalam kerangka perilaku
3. Tentukan sasaran-sasaran pada skala waktu yang kritis
4. Buatlah agenda sebelum mulai bekerja
5. Perhitungkan konsekuensi masing-masing tugas jika dikerjakan atau tidak
dikerjakan
6. Hindari “pekerjaan sampingan”
7. Kumpulkan daftar pekerjaan yang “tidak perlu dikerjakan”
8. Buatkah daftar pekerjaan yang “harus dikerjakan” di malam hari
9. Hargai waktu
10. Sisihkan “waktu untuk berpikir”

Lima Hal untuk Mengatur Waktu secara Efektif


 Perkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan
 Perhitungkan semua hal yang perlu diperhitungkan
 Antisipasi masalah
 Bekerjalah dengan ritme kerja yang alami
 Gunakanlah jadwal yang telah disusun

D. Bentuk Pengembangan Diri

Pengembangan potensi diri yang merupakan upaya mengembangkan bakat yang


dimiliki, mewujudkan visi misi, meningkatkan percaya diri dan menjalankan hubungan
baik dengan semua kalangan. Adapun menurut Tarmudji (1998:29) langkah yang perlu
untuk mencapai segala sesuatu untuk pengembangan diri dapat dilakukan dengan :

 Meningkatkan Kecepatan dalam bekerja

Untuk menunjukkan kinerja unggul kita, cara terbaiknya adalah dengan menyelesaikan
lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini bisa dilakukan dengan
membuat jadwal pekerjaan yang menjadi tanggungjawab kita yang meliputi :

1. Jadwal pekerjaan yang harus dikerjakan tiap hari


Dengan adanya jadwal pekerjaan tiap hari kita lebih disiplin sehingga lebih
banyak pekrjaan yang bisa diselesaikan. Sehingga tidak pernah mengerjakan
sesuatu yang melebihi kapasitas diri
2. Jadwal seluruh pekerjaan
Dengan mencantumkan seluruh pekerjaan yang maka lebih muda untuk
menelaah dan memastikan bahwa daftar yang harus dikerjakan setiap hari telah
mencakup semua hal yang harus diselesaikan dengan segera.
3. Jadwal pekerjaan jangka panjang
Jadwal proyek yang akan dikerjakan namunmasih belum berjalan, hal ini
berfungsi untuk mengingatkan pekerjaan yang akan dikerjakan beberapa waktu
mendatang, menetapkan standar operasional prosedur, dan mendesain ruang
kerja lebih produktif.

Selain ketiga hal diatas untuk meningkatkan kecepatan dalam bekerja harus
memperhatikan penetapan skala prioritas, menghindari penundaan sebisa mungkin,
menghilangkan kebiasaan membuang waktu, dan menghindari gangguan.

Bly (1999: 35) menyampaikan bahwa ada sepuluh cara agar pola bekerja lebih baik dan
lebih cepat :

1. Memanfaatkan komputer
2. Hindari bersikap perfeksionis
3. Bebaskan diri dari tuntutan menjadi inovator
4. Lakukan bebrapa tugas berbeda
5. Jangan membuang waktu dengan mengerjakan hal yang belum pasti
6. Atur tenggat yang tegas namun cukup
7. Jaga dan hargai waktu anda
8. Selalu Fokus
9. Buatlah sasaran hasil
10. Lakukan pekerjaan yang anda senangi

 Membangkitkan produktivitas

Waktu adalah harta yang paling berharga dan tidak akan pernah datang kembali,
sehingga setiap orang yang ingin produktif dituntut untuk memanfaatkannya sebaik
mungkin. Waktu akan bisa dimanfaatkan secara maksimal bila kita bisa menyingkirkan
sifat malas dan membuang buang waktu luang. Banyak karyawan, pegawai ataupun
seseorang tidak bisa produktif karena mereka tidak benar benar menginginkannya. Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai produktivitas tingkat tinggi, yaitu :

1. Menetapkan target dengan tinggi


2. Menghargai waktu
3. Mengetahui nilai dari waktu dan uang
4. Menghindari kejenuhan bekerja

 Manajemen waktu
Waktu dan tanggungjawab kerja bagi sebagian orang dinilai seolah tidak bisa
dikompromikan. Tatkala sedang sibuk sibuknya pekerjaan terus berdatangan,
tatkala sedang tidak sibuk tidak ada aktivitas apapun. Fenomena umum yang terjadi
dimanapun tempatnya adalah bekerja begitu giat dan mengelola waktu dengan baik
saat sibuk, kemudian mengurangi ritme kerja saat luang. Hal ini merupakan
kesalahan tanpa disadari. Karena kunci produktivitas tingkat tinggi adakah dengan
memaksimalkan semua waktu yang ada, baik saat senggang maupun saat sibuk.
Ada beberapa tips untuk menjaga produktivitas tingkat tinggi baik periode senggang
ataupun periode sibuk, diantaranya:
1. Menggunakan periode senggang secara produktif.
2. Menyelesaikan semua tuntutan dan berbagai pekerjaan
Hal tersebut diatas bisa dilaksanakan apabila Startegi Pengembangan Potensi Diri,
sebagai berikut :
1. Bersikap dan Berfikir Positif
2. Berani mengambil peluang dan resiko
3. Tegas mengambil keputusan
4. Menghargai Diri Sendiri
5. Bekerja Secara terorganisir

E. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dalam suatu organisasi keberadaan potensi sumber daya manusia akan


mempengaruhi keberlangsungan organsisasi itu sendiri. Sehingga perlu upaya upaya
berkesinambungan dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia.
Pengembangan potensi sumber daya manusia merupakan serangkaian kegiatan yang
digunakan untuk meningkatkan KSA, Knowladge (pengetahuan), Skill (ketrampilan) dan
Atitude (sikap).
Knowladge

Pengembangan
Skill
SDM

attitude

Gambar pengembanagan sumber daya manusia

Dengan pengembangan potensi sumber daya manusia, maka diharapkan akan


ada perbaikan akan kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan, sesuai dengan
perkembangan ilmu dan berbagaiu regulasi pemerintah.

Menurut Saydam (1996:63) kecerdasan dan intelektual sangat mempengaruhi


pengembangan SDM. Jadi, pengembangan sumber daya manusia maka akan
bermanfaat meningkatkan KSA bagi potensi sumber daya manusia perusahaan untuk
mengenal daan memahami:

 Seluk beluk pelaksanaan pekerjaan lebih dikuasai


 Perkembangan perusahaan terbaru
 Sasaran yang akan dicapai perusahaan
 Pentingnya kerjasama melaksanakan tugas
 Informasi tentang perusahaan
 Kendala-kendala yang dihadapi perusahaan
 Kebijakan dan peraturan terbaru yang berlaku di perusahaan
 Sistem dan prosedur yang digunakan perusahaan
Sedangakan manfaat pengembangan potensi sumber daya manusia bagi perusahan ,
yaitu :

 Perusahaan akan memiliki kemampuan menyesuakan diri dengan tuntutan


persaiangan bisnis
 Perusahaan akan mempunyai sumber daya manusia yangg selalu bekerja
meyakinkan
 Perusahaan akan mampu menjawab tantangan persaiangan global
 Program Perusahaan tidak akan ketinggalan dari persaiangannya
 Perusahaan dapat meningkatkan prestasi karyawan secara individu ataupun
kelompok
 Perusahaan akan mengeluarkan biaya produksi yang lebih ringan
 Perusahaan akan mempersiapkan kaderisasi demi keberlangsungan usaha

Pengembangan sumber daya manusia memiliki arti yang cukup luas, bukan hanya
pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu upaya dalam proses pengembangan
sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia memiliki cakupan yang
sangat luas dengan bertujuan meningkatkan kompetensi yang dimiliki sumber daya
manusia sebagai upaya meningkatkan profesionalitas dan produktivitas.

Sehingga pengembangan sumber daya manusia meliputi :

1. Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan


2. Pengembangan sumber daya manusia melalui Built in Training (BIT)
3. Pengembangan sumber daya manusia penugasan
4. Pengembangan sumber daya manusia melalui mutasi dan promosi
5. Pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan karir
6. Pengembangan sumber daya manusia melalui Total Quality Management
7. Pengembangan sumber daya manusia melalui pengawasan dan pengendalian
Penutup
Kesimpulan
a. Pengembangan potensi diri setiap aparatur sipil di setiap instansi pemerintah
merupakan hal yang mutlak dan harus dikelola oleh pengambil kebijakan guna
melaksanakan tugas pokok sebagai pelayan masyarakat dan pelaksanaan
reformasi birokrasi secara nasional.
b. Pelaksanaan Diklat Di Tempat Kerja Pengembangan Potensi Diri yang
dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan Surabaya di setiap Kementerian
Agama Kabupaten/Kota se Jawa Timur memiliki pengaruh yang pengembangan
potensi diri setiap aparatur sipil Negara dan meningkatkan kinerja birokrasi saat
melayani masyarakat luas.
c. Dalam suatu organisasi keberadaan potensi sumber daya manusia akan
mempengaruhi eksistensi dan keberhasilan organsisasi dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, sehingga perlu upaya - upaya yang berkesinambungan
dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia.
Daftar Pustaka

1. Ancok, Djamaluddin. Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi, PT Erlangga,


Surabaya 2012

2. Bessant, John. Innovation. London, New York, Munich, Melbourne, and Dhelphi:
Essential Managers, 2009.

3. Cooper, Robert K, Ph.D dan Ayman Sawaf. Executive EQ, Kecerdasan


Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1998

4. McGraw, Martha Mary, 60 Cara Pengembangan Diri, , PPM Manajemen,


Jakarta, 2005

5. P. Boulden, George. Mengembangkan Kreativitas Anda. Jakarta: Dolpin Books


,2006.

6. Schwartz David J, Berpikir dan Berjiwa Besar, Kaifa, Bandung, 2008

Anda mungkin juga menyukai