Anda di halaman 1dari 4

SESI I

KASUS KOPERASI PETERNAK SAPI DAN PENGOLAHAN SUSU

Kasus 1 Pendirian perusahaan Koperasi Peternak Sapi

Di desa Cilember, Cipanas, terdapat 200 peternak sapi perah yang


bekerja sendiri-sendiri tanpa organisasi koperasi. Di desa tetangganya ada
25 orang pengusaha kecil yang masing-masing mengeluarkan modal Rp 100
juta, untuk mendirikan pabrik pengolahan susu segar siap minum dengan
modal Rp 2,5 milyar. Mereka juga membeli armada angkutan untuk
mengumpul kan susu segar dari peternak sapi di desa sekitar pabrik.

Pertanyaan:
1. Apakah organisasi di desa tetangga tersebut merupakan sebuah
koperasi?
2. Ditinjau dari jiwanya, apakah usaha ini sebuah koperasi?
3. Dilihat dari aspek kelayakan, usaha dan kepentingan ekonominya,
apakah organisasi ini juga koperasi?

Kasus 2 Koperasi pengolahan susu

Dua ratus peternak di atas bergabung mendirikan koperasi dengan


lingkup kegiatan seperti pembinaan, peningkatan produktiivitas,
peningkatan kesehatan sapi, pengumpulan dan penjualan susu segar.
Koperasi ini lalu berhadapan dengan usaha pabrik tadi. Oleh karena
peternak sudah melakukan sendiri pengumpulan susu ke koperasi, maka
pengusaha pabrik membubarkan armada angkutannya. Sekarang, mereka
hanya menunggu koperasi peternak mengantarkan susu segarnya untuk
dibeli dan diproses.
Dengan demikian, terdapat 2 organisasi, yang pertama koperasi para
peternak. Yang lain ada lah kelompok 25 orang pengusaha kecil yang
mendirikan pabrik pengolah susu, yang berbentuk koperasi juga, dengan
pemilikan modal merata masing-masing Rp 100 juta.
Pertanyaan:
Apakah pabrik pengolahan susu ini adalah koperasi yang dimaksud oleh
UUD 1945.

Kasus 3 Koperasi Angkutan

Di desa tersebut muncul pemilik mobil angkutan barang yang kemudian


bergabung mendirikan koperasi angkutan. Koperasi peternak tadi rela
menutup unit transportasinya, karena solider dengan teman-teman dari
koperasi angkutan dari desanya sendiri.
Sekarang sudah ada 3 macam organisasi yang masing-masing merasa
sebagai koperasi, karena semuanya merasa bahwa kepemilikan adalah
sama rata, one share one vote atau one man one vote.

Pertanyaan:
Apakah koperasi angkutan ini adalah juga koperasi yang dimaksud dalam
UUD 1945?

Kasus 4 Koperasi Peternak menjadi konglomerat

Dalam perkembangannya, koperasi peternak tadi semakin maju dan


mampu membeli pabrik pengolahan susu milik 25 orang pemodal tersebut.
Koperasi peternak ini memaksa membeli pabrik pengolahan dengan
ancaman akan mendirikan pabrik sendiri. Koperasi pengolahan susu
bertekuk lutut dan akhirnya menjual seluruh pabriknya kepada koperasi
peternak.
Koperasi peternak ini sudah makin besar, termasuk koperasi angkutan
yang ada di desa pun telah dibelinya. Manajemen ini sudah profesional,
rasional, sangat efisien, seperti yang diharapkan , supaya koperasi menjadi
besar dan mandiri serta kuat menggaji para manajer yang profesional.
Karena hebatnya manajemen yang sudah terdiri dari tenaga-tenaga yang
bukan pemilik, koperasi ini berkembang terus dengan cakupan geografis
yang sangat luas.
Koperasi telah membentuk asosiasi asuransi jiwa sendiri yang
berkembang menjadi koperasi asuransi jiwa, dan membentuk asosiasi
tabungan berbentuk koperasi seperti Rabobank. Bank yang berbentuk
koperasi ini membentuk konglomerasi perusahaan-perusahaan. Tetapi
kelompok pemiliknya masih sama, di mana jumlah pemiliknya sekarang
berkembang menjadi 5.000 orang.

Pertanyaan:
1) Apakah keseluruhan koperasi peternak, pabrik pengolahan,
perusahaan transportasi, bank dan perusahaan asuransi jiwa ini,
masih berupa koperasi, dalam arti bentuk maupun jiwanya menurut
UUD 1945?
2) Apakah kemajuan dan perkembangan koperasi peternak
membuatnya mampu untuk memasuki pasar global? Jelaskan dari
berbagai aspek, terutama koperasi sebagai badan usaha.
SESI 3
PENGHITUNGAN SISA HASIL USAHA

Soal :

Koperasi Susu ”Maju Bersama” merupakan koperasi peternak dengan


anggota 250 orang yang bergerak dalam simpan pinjam, produksi dan
penjualan memiliki data-data pada akhir tahun 20015 sbb :
1. Jumlah simpanan anggota sebesar Rp 15.650.000.000,- meliputi
Simpanan Pokok Rp 250.000.000,- ; Simpanan Wajib Rp 8.300.000.000,-
dan sisanya Simpanan Sukarela.
2. Transaksi koperasi meliputi :
a. Penjualan bibit sapi unggul kepada anggota sebesar Rp 850.000.000,-
dan kepada non anggota sebesar Rp 250.000.000,-. Penjualan obat-
obatan/vitamin ternak kepada anggota sebesar Rp 95.000.000,- dan
kepada non anggota sebesar Rp 45.000.000,-
b. Penjualan susu sapi ke pabrik susu Indomilk sebanyak 500.000 liter
dengan harga Rp 4.000,- per liter. Susu tsb diperoleh dari anggota
sebanyak 400.000 liter dan sisanya dari peternak di sekitar koperasi.
Harga pembelian susu oleh Koperasi Rp 3.600,- per liter.
c. Pengadaan bibit sapi melalui inseminasi sendiri dengan biaya rata-rata
Rp 4.200.000,-/ ekor yang dijual kepada anggota Rp 5.000.000,-/ ekor
dan bukan anggota Rp 5.200.000,-/ ekor
d. Pengadaan obat-obatan/vitamin dari pemasok untuk seluruh jumlah
penjualan poin a di atas adalah Rp 120.000.000,-
e. Biaya operasional koperasi meliputi listrik, gaji karyawan, dan lain-lain
sebesar Rp 172.500.000,-
f. Pinjaman kepada anggota sebesar Rp 2.500.000.000,- dengan
pendapatan bunga Rp 175.000.000,-
3. Rapat Anggota memutuskan bahwa SHU dibagi kepada anggota sebesar
60% dengan rincian alokasi :
a. Jasa Modal 40% b. Jasa Penjualan 20% c. Jasa Pembelian 25% d.
Jasa Pinjaman 15%
Berapa besar (dalam Rupiah) SHU yang dapat dibagikan kepada Anggota?

Anda mungkin juga menyukai