Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue”


Dosen Pengampu : dr. Novita, M. Kes

Disusu oleh:

Kelas IKM 6 Semester V

Hasanah Widya Ningtyas (0801183517)


Muhammad Akmal Pratama (0801182262)
Nurul Khairani (0801181144)
Giwang Vamela (0801183369)
Rahmi Lestari (0801181116)
Rahma Safira (0801182273)
Umi Torika. S (0801183320)
Wawan Kurniawan (0801182197)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

TAHUN 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini makalah dengan judul ”Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah
Dengue ”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mengetaui bagaimana cara mewaspadai demam bedarah dengue sedini mungkin. Melalui kata
pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila mana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu dosen dr.
Novita, M. Kes selaku dosen mata kuliah surveilens epidemiologi yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Dan Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada para pembaca yang meluangkan waktunya dan berharap makalah ini
dapat menjadi inspirasi yang dapat menambah wawasan serta dapat membanu proses
pembuatan makalah bagi generasi selanjutnya.

Kritik dan saran yang bersifata membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirulkalam kami sebagia penulis mengucapkan terima kasih.

Wassalamua’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 06 Februari 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantari ............................................................................................................. i

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................................2
Bab II Pmbahasan

A. Kebijakan Kesehatan ..........................................................................................3


B. Implementasi Program ........................................................................................4
C. Demam Berarah Dengue (DBD) .........................................................................5
1. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) ..........................................5
2. Gejala Demam Berdrah Dengue (DBD) .................................................6
3. Faktor Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) ..............................7
D. Puskesmas ...........................................................................................................8
E. Program Penanggulangan Penyakit DBD ............................................................9
1. Pencegahan dan Penanggulangan DBD ..................................................10
2. Kejaian Luar Biasa (KLB) DBD............................................................11
3. Kegiatan Penanggulangan KLB DBD ...................................................11
F. Kegiatan pokok program P2DBD ........................................................................11
G. Indikator Program P2DBD ................................................................................12
Bab III Penutup

A. Kesimpulan .........................................................................................................13
B. Saran ...................................................................................................................14
Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
dan penularannya adalah melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Transmisi penyakit
dipengaruhi oleh kondisi musim hujan yang dapat menyuburkan serta memperbanyak
perindukan nyamuk aedes aegypti.

Word Health Organization (1995) populasi di dunia diperkirakan berisiko


terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tinggal di daerah perkotaan di
negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi
diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus
demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah
kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga
2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Depkes, 2010).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan DBD


telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian 41,3%
pada tahun 1968 menjadi 0,87 % pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan angka
kesakitan. Jumlah penderita cenderung meningkat, penyebarannya semakin luas, menyerang
tidak hanya anak-anak tetapi juga golongan umur yang lebih tua, dan tahun 2011 sampai
bulan Agustus tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian (Case Fatality Rate sebesar
0,80%). Berdasarkan Laporan Kementerian Kesehatan RI (2012), di ketahui angka kematian
akibat DBD di beberapa wilayah masih cukup tinggi yaitu di atas 1% antara lain Provinsi
Gorontalo, Riau, Sulawesi Utara Bengkulu, Lampung, NTT, Jambi, Jawa Timur, Sumatra
Utara dan Sulawesi Tengah.

1
Bedasarkan penjelasan diatas maka disini penulis tertarik untuk menjelaskan
tentang permasalahan DBD lebih dalam lagi lewat makalah ini yang berjudul “ Sistem
Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue” .

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Demam Berdarah Dengue ?


2. Apa saja penyebab dari Demam Berdarah Dengue ?
3. Apa saja faktor penularan Demam Berdarah Dengue ?
4. Bagaimana peran pemerintah menanggulangi pemasalahan Demam Berdarah Dengue ?
5. Apa pengertian KLB DBD ?
6. Bagiamana cara Menanggulangi kejadian KLB DBD?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Demam Berdarah Dengue


2. Megetahui penyebab dari Demam Berdarah Dengue
3. Mengetahui apa saja faktor penularan Demam Berdarah Dengue
4. Mengetahui bagaimana pemerintah menanggulangi permasalah Demam Berdarah Dengue
5. Mengetahui pengertian dari KLB DBD
6. Mengetahui bagaimana cara menanggulangi kejadian KLB DBD

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Kebijakan Kesehatan.

Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang berpengaruh
terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan dari
sistem kesehatan (Walt, 1994). Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan
(Bornemisza & Sondorp, 2002). Komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur
organisasi, manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Kebijakan
kesehatan bertujuan untuk mendisain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar dapat
dilakukan perubahan terhadap determinan-determinan kesehatan (Davies 2001; Milio 2001),
termasuk kebijakan kesehatan internasional (Hunter 2005; Labonte, 1998; Mohindra 2007).

Kebijakan-kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan


merupakan produk pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan secara
swasta, dikontrakkan atau melalui suatu kemitraan, Jelasnya kebijakan kesehatan adalah
kebijakan publik yang merupakan tanggung jawab pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas
untuk menformulasi dan implementasi kebijakan kesehatan dalam satu negara merupakan
tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO, 2000).

Pengembangan kebijakan biasanya top-down di mana Departemen Kesehatan


memiliki kewenangan dalam penyiapan kebijakan. Implementasi dan strateginya adalah
bottom-up. Kebijakan seharusnya dikembangkan dengan partisipasi oleh mereka yang terlibat
dalam kebijakan itu. Hal ini untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut realistik dan dapat
mencapai sasaran.

Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan,


pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan
perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli
terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden and
Pronyk, 1999). Kebijakan kesehatan dapat bertujuan banyak terhadap masyarakat.

3
2.2 Implementas Program.

Definisi implementasi menurut Dunn (2003) adalah pelaksanaan pengendalian aksi-


aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu. Gordon (1986) menyebutnya berkenaan
dengan segala suatu proses kegiatan yang diarahkan pada realisasi dari suatu progam. Lester
dan Stewart (2000) mengartikan implementasi secara luas sebagai pelaksanaan undang-
undang atau kebijakan yang melibatkan seluruh aktor, organisasi, prosedur, serta aspek teknik
untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau programprogram.

Hann (2007) menyebutkan ada dua alternatif dalam implementasi kebijakan, yaitu :
pertama, langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program, misalnya
Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Kepmen, dan lain-lain.
Dan yang kedua, Melalui formulasi kebijakan derivat dari kebijakan publik tersebut,
kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas (peraturan pelaksanaan).

Pengembangan kebijakan kesehatan sendiri biasanya top-down, di mana Kemenkes


memiliki kewenangan dalam penyiapan kebijakan. Sementara implementasi dan strateginya
adalah bottom-up. Kebijakan seharusnya dikembangkan dengan partisipasi yang terlibat
dalam kebijakan itu. Hal ini untuk memastikan kebijakan tersebut realistik dan mencapai
sasaran. Untuk itu perlu komitmen para pemegang dan pelaksana kebijakan.

Tujuan dan sasaran program harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga
akan mengurangi distorsi pelaksanaan. Tujuan dan sasaran yang tidak jelas akan
memungkinkan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Komunikasi dalam kerangka
penyampaian informasi kepada para pengelola program harus jelas, konsisten dan seragam
(consistency and uniformity) dari berbagai sumber informasi.

Faktor Lingkungan mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat


mendukung keberhasilan implementasi program, sejauh mana kelompok-kelompok
kepentingan memberikan dukungan bagi pelaksanaan; karakteristik partisipan, yakni
mendukung dan menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah
elite politik dan stake holder mendukung pelaksanaan program. Karena itu, upaya
pelaksanaan program memasyaratkan kondisi hal-hal di atas kondusif.

4
2.3 Demam Berdarah Dengue (DBD).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemi akut yang
disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai
dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga pendarahan spontan
(WHO, 2010)

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke
peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti
atau Ades albopictus.Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, yang dapat menyebabkan
penyakit demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flaviviridae, famili
flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dcm subtropics diberbagai
belahan dunia terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi kesehatan dunia
memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue diseluruh
dunia. Penyakit demam berdarah akut yang disertai dengan adanya manifestasi pendarahan
yang bertendensi mengakibatkan rejatan yang dapat menyebabkan kematian, penyakit ini
berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak berusia dibawah 15 tahun
(Alfaris, 2011).

2.3.1 Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Ades albopictus.Terdapat empat jenis virus dengue
berbeda, yang dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Virus dengue merupakan virus
dari genus Flaviviridae, famili flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah
tropis dcm subtropics diberbagai belahan dunia terutama di musim hujan yang lembab.
Organisasi kesehatan dunia memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus
infeksi virus dengue diseluruh dunia. Penyakit demam berdarah akut yang disertai dengan
adanya manifestasi pendarahan yang bertendensi mengakibatkan rejatan yang dapat
menyebabkan kematian, penyakit ini berlangsung akut menyerang baik orang dewasa
maupun anak-anak berusia dibawah 15 tahun (Alfaris, 2011).

5
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam groupB
Arthropoda Borne Viruse (arboviruses) yaitu virus yang ditularkan melalui serangga Virus
dengue termasuk genus Flavivirus dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. nfeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe lain yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi 3
atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia.

Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa
rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang
tahun. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah
Virus penyebab penyakit bertahan9hidup dalam suatu siklus yang melibatkan manusia dan
nyamuk yang hidup aktif di siang hari.

2.3.2 Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD).

Bakhtiar (2009) menyebutkan bahwa terdapat 4 gejala utama penyakit DBDyaitu


demam tinggi, fenomena pendarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.

1. Demam
Demam terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun
menjadi suhu normal atau lebih rendah demam berdarah dapat disertai dengan gejala
nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi, nyeri kepala serta rasa lemah.
2. Pendarahan
Biasanya terjadi pada hari ke dua dari demam dan pada umumnya terjadi pada kulit
dan dapat berupa hasil uji tourniquet, pendarahan mudah terjadi pada tempat fungsi
vena, ptekia dan purpura, selain itu juga di jumpai epistaksis dan pendarahan pada
gusi,hematemesia serta melena
3. Hepatomegali
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,
pembesaran hati tidak sejajardengan beratnya penyakit, nyeri tekanan sering
ditemukan tanpa di sertai ikterus.

4. Rejatan (syok)

6
Tanda-tanda rejatan (syok):
 Kulit dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki.
 Penderita menjadi gelisah.
 Sianosis disekitar mulut.
 Nadi cepat, lemah, kecil, sampai tak teraba.
 Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 90 mmHg atau kurang.

2.3.3 Faktor Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Cara penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain dengan perantara vektor
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada waktu menghisap darah
penderita DBD atau carrier, jika nyamuk ini menggigit orang lain, maka virus dengue akan
dipindahkanbersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut dapat
menderita sakit DBD. Virus DBD memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan ada
dalam darah selama satu minggu (Kemenkes RI,2011).

1. Mekanisme Penulran.
Sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari
sebelum demam, bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam
darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di tubuh nyamuk, termasuk di dalam kelenjar
liurnya kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut
siap untuk menularkan kepada oranglain (masa inkubasiinstrinsik). Virus ini akan
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena
setiap kali nyamuk menggigit sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan
air liur melalui alat tusuknya (proboacis). Bersamaan air liur tersebut virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

2. Masa Inkubasi.
Masa inkubasi penyakit DBD berkisar antara 3-15 hari umumnya 5-8 hari
dimulai dengan demam tinggi yang tiba-tiba sakit kepala yang kuat, sakit pada
bola mata dan sakit yang menyeluruh pada otot, sendi dan punggung, menggigil
dapat dijumpai masa krisis mulai menurun pada hari ke 5 atau ke 6 sesudah
demam kadang-kadang temperature tubuh menurun menjadi normal pada masa
demam disebut saddle back type of fever curve.

7
Pada hari ke 3atau ke 5 bercak merah pertama pada dada, pinggul, perut,
kemudian menyebar ke lengan kaki dan muka, jumlah trombosit dibawah
150.000/mm, biasanya ditentukan hari ketiga sampai hari ke 7 sakit (dalam
keadaan normal jumlahnya berkisar antara 200.000-400.000 tiap mikro liter
darah).

3. Tempat Potensial Bagi Penularan DBD.


Penularan DBD dapat terjadi disemua tempat yang terdapat nyamuk sebagai
penularnya, oleh karena itu tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:
 Wilayah yang banyak kasus demam berdarah (rawan endemis).
 Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-
orangyang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya
pertukaran beberapa type virus dengue yang cukup besar seperti: sekolah,
RS/Puskesmas dan tempat umum lainya.

2.4 Pusekesmas.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan


masyarakat yang:

 memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
 mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
 hidup dalam lingkungan seha dan
 memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

8
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama, yang terdiri dari UKM essensial dan UKM
Pengembangan. UKM Essensial meliputi: pelayanan promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan
gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama Pelayanan pemeriksaan umum, kesehatan gigi
dan mulut, KIA-KB yang bersifat UKP, gawat darurat, pelayanan gizi yang bersifat UKP,
pelayanan persalinan, pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang menyediakan
pelayanan rawat inap.

2.5. Program Penangulangan Penyakit DBD.

Langkah upaya pemberantasan penyakit DBD berdasarkan Kepmenkes RI No.


581/MENKES/SK/VII /1992 dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan
peran serta masyarakat luas. Upaya tersebut meliputi :

a. Penyelidikan epidemiologi (PE), upaya pencarian penderita atau tersangka DBD


lainnya serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di rumah
penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dengan radius sekurang-kurang
100 meter (± 20 rumah), serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber
penularan penyakit lebih lanjut. Upaya PE dilakukan oleh petugas Puskesmas
bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya kasus DBD tambahan dan luas
penyebaran dan kemungkinan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD lebih
lanjut di lokasi tersebut.

b. Penanggulangan Fokus, kegiatan penyemprotan insektisida dan PSN-DBD serta


penyuluhan pada masyarakat sekitar kasus dengan radius 200 meter, dilaksanakan
satu atau dua siklus dengan interval tujuh hari oleh petugas. Penanggulangan fokus
ini dilakukan dengan maksud untuk mencegah/membatasi penularan penyakit di
lokasi terjadinya DBD, yaitu rumah penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya
yang diperkirakan menjadi sumber penularan. Ini merupakan tindak lanjut bila
ditemukan penderita lainnya, atau ditemukan tiga atau lebih penderita panas tanpa
sebab yang jelas dan ditemukan jentik.
c. Larvasiding, upaya pengendalian vektor yaitu dengan penaburan bubuk larvasida
atau pembunuh jentik guna memberantas jentik di tempat penampungan air (TPA)

9
untuk keperluaan sehari-hari, sehingga populasi nyamuk Aedes aegypti dapat
ditekan serendahrendahnya. Kegiatan meliputi: (a) Abitisasi Selektif, pemeriksaan
tempat penampung air (TPA) baik di dalam maupun diluar rumah pada seluruh
rumah dan bangunan di desa atau kelurahan endemis dan penaburan bubuk abate.
(b) Abatisasi massal, kegiatan ini dilaksanakan di lokasi terjadinya KLB DBD.
d. Pemeriksaan Jentik Berkala, kegiatan pemeriksaan pada tempat penampungan air
dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya
jentik nyamuk tersebut yang dilakukan secara teratur 3 bulan sekali. Sasaran
wilayah kegiatan PJB adalah rumah dan tempat umum. Kegiatan ini juga untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk (3M).
e. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), upaya memberantas jentik di tempat
berkembangbiaknya baik dengan cara kimia, yaitu dengan larvasida, biologi
dengan cara memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri ataupun dengan
kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) yakni menguras bak mandi, bak
WC; menutup TPA rumah tangga (tempayan, drum dll) serta mengubur atau
memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban dll).
f. Penyuluhan kesehatan, kegiatan penyampaian materi mengenai situasi DBD di
wilayahnya dan cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu,
keluarga, dan masyarakat disesuaikan dengan kondisi setempat oleh petugas
kesehatan atau kader atau Pokja DBD desa atau kelurahan. Upaya ini bertujuan
agar masyarakat berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD.

2.5.1. Pencegahan dan Penagulangan DBD.

Pengembangan vaksin untuk penyakit DBD masih sulit, karena proteksi terhadap 1-2
virus dengue akan meningkatkan risiko penyakit DBD menjadi lebih berat (WHO, 2008).
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang
menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe
yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestic antibodi sehingga mengakibatkan
konsentrasi komplek imun yang tinggi (Suhendro, et.al., 2006). Oleh karena itulah, maka
pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD dilakukan secara promotif dan preventif,
dengan pemberantasan nyamuk vektor (hewan perantara penularan).

10
2.5.2 Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.

KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan Dari hasil penyelidikan epidemiologi, kemudian disimpulkan ada tidaknya
kejadian KLB DBD. KLB DBD ditegakkan jika ada peningkatan jumlah kasus DBD dan
Dengue Syok Sindrom (DSS) di suatu desa/kelurahan/wilayah lebih luas, 2 kali lipat atau
lebih dalam kurun waktu 1 minggu/bulan dibanding minggu/bulan sebelumnya atau bulan
yang sama tahun lalu.

2.5.3 Kegiatan Penanggulangan KLB DBD.

Jika terjadi KLB, maka kegiatan tersebut di bawah ini harus dilakukan:

 Pengobatan/perawatan penderita
 Penyelidikan epidemiologi
 Pemberantasan vektor
 Penyuluhan kepada masyarakat
 Evaluasi/penilaian penanggulangan KLB

(Depkes RI, 2006)

2.6 Kegiatan Pokok Program P2DBD.


a. Surveilans epidemiologi : meliputi kegiatan surveilans kasus secara aktif maupun
pasif, surveilans vektor (Aedes sp), surveilans laboratorium dan surveilans terhadap
faktor risiko penularan penyakit (curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban) serta
surveilans akibat adanya perubahan iklim (climate change).
b. Penemuan dan tatalaksana kasus : penyediaan sarana dan prasarana untuk
melakukan pemeriksaan dan penanganan penderita di Puskesmas dan di RS.
c. Pengendalian vektor : upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk
dewasa dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi
kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan 3M Plus :
1) Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas, 2)
Secara kimiawi dengan larvasidasi, 3) Secara biologis dengan pemberian ikan, dan

11
4) Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, kelambu, memasang
kawat kasa dll)
d. Peningkatan peran serta masyarakat :sasaran peran serta masyarakat terdiri dari
keluarga melalui peran PKK dan organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid
sekolah melalui UKS dan pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat-tempat
umum dan tempat ibadah).
e. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB : upaya SKD DBD ini
sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB dan apabila telah terjadi
KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Upaya dilapangan yaitu
dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan
penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakan masyarakat dan
penyuluhan untuk PSN serta larvasidasi.
f. Penyuluhan : promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan
leaflet atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam pemberantasan
sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat. Metode ini antara lain dengan
COMBI, PLA, dsb.
g. Capacity building : peningkatan kapasitas dari Sumber Daya baik manusia maupun
sarana dan prasarana sangat mendukung tercapainya target dan indikator dalam
pengendalian DBD. Sehingga secara rutin perlu diadakan
sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada petugas dari tingkat kader, Puskesmas
sampai dengan pusat.
h. Monitoring dan evaluasi : monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara
berjenjang dari tingkat kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut
pelaksanaan pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcome
yang dicapai pada setiap tahun.

2.7 Indikator Program P2DBD


Indikator keberhasilan program pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue ditandai
dengan :
1. Incidence Rate (IR) 51/100.000 penduduk (pada tahun 2014)
2. Case Fatality Rate (CFR) < 1%
3. Prekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) < 5% jumlah desa di kabupaten/kota
4. Angka Bebas Jentik (ABJ) ≥ 95%
5. Proporsi keluarga yang berpartisipasi dalam PSN DBD > 80%
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah


penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan penularannya adalah melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Transmisi penyakit dipengaruhi oleh kondisi musim hujan
yang dapat menyuburkan serta memperbanyak perindukan nyamuk aedes aegypti.
Kebijakan-kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan
merupakan produk pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan
secara swasta, dikontrakkan atau melalui suatu kemitraan, Jelasnya kebijakan
kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung jawab pemerintah dan
swasta. Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan
kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan
(WHO, 2000).
Definisi implementasi menurut Dunn (2003) adalah pelaksanaan pengendalian
aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu. Gordon (1986) menyebutnya
berkenaan dengan segala suatu proses kegiatan yang diarahkan pada realisasi dari
suatu progam
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP)
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Pengembangan vaksin untuk penyakit DBD masih sulit, karena proteksi
terhadap 1-2 virus dengue akan meningkatkan risiko penyakit DBD menjadi lebih
berat (WHO, 2008). Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary
heterologous infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang
terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan

13
reaksi anamnestic antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi komplek imun
yang tinggi (Suhendro, et.al., 2006).

B. Saran

Bagi mahasiswa kesehatan khususnya dibidang kesehatan, terkhusus kesehatan


masyarakat diharapkan dapat memahami makalah terkait SKD DBD dan kepada
pembaca agar dapat memperhatikan dan mengingat penjelasan yang telah dijelaskan
dalam makalah ini, agar dapat menghindari terjangkit nya penyakit DBD sehingga
bisa menjadi panduan ketika berkunjung langsung atau observasi langsung ke
lapangan. Bagi instansi kampus diharapkan materi yang kami sampaikan dalam
makalah ini dapat menambah ilmu, khususnya mahasiswa ilmu kesehatan
masyarakat FKM UINSU dan diharapkan dapat membantu mengevaluasi program
ini sehingga menjadi program yang sempurna kedepannya.
Bagi instansi kota medan atau dinas terkait kebijakan agar terus melakukan
sosialisasi tentang penerapan terkait SKD DBD sebagai upaya pemberdayaan pada
masyarakat dan kesehatannya dapat ditangani.

14
Daftar Pustaka

- Julia Pertiwi, Fiqi Nurbaya, Agus Sudarmanto, Sumiyati. 2019. SISTEM


KEWASPADAAN DINI (SKD) KLB DBD DI KABUPATEN SRAGEN. Jurnal
Manajemen Informasi dan Administrasi Kesehatan (JMIAK). Vol.2 No. 4 ( Diakses
pada tanggal 05 Febuari 2020, Pukul 23.00 WIB)
- Rapotan Hasibuan. 2020. Komunikasi Petugas Dan Telaah Faktor Lingkungan Dalam
Konteks Penerapan Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue Di Kota
Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan. Makalah. (Diakses pada tanggal, 3 januari 2020, pukul 23.06 WIB).
- http://repository.unimus.ac.id/1063/3/BAB%20II.pdf(Makalah, Diakses pada tanggal,
3 januari 2020, pukul 23.45 WIB).
- http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/362/3/BAB%20II.pdf (Makalah, Diakses
pada tanggal, 3 januari 2020, pukul 00.13 WIB).
- Tim Field Lab Fk Uns. 2013. Program Pengendalian Penyakit Menular : Demam
Berdarah Dengue. Field Lab Fakultas Kedokteran Uns. Makalah (Diakses pada
tanggal, 3 januari 2020, pukul 00.45 WIB).
- Roy G.A. Massie. 2019. KEBIJAKAN KESEHATAN: PROSES, IMPLEMENTASI,
ANALISIS DAN PENELITIAN. Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 12
No. 4 (Diakses pada tanggal, 3 januari 2020, pukul 01.05 WIB).

15

Anda mungkin juga menyukai