Disusu oleh:
SUMATERA UTARA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini makalah dengan judul ”Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah
Dengue ”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mengetaui bagaimana cara mewaspadai demam bedarah dengue sedini mungkin. Melalui kata
pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila mana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu dosen dr.
Novita, M. Kes selaku dosen mata kuliah surveilens epidemiologi yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Dan Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada para pembaca yang meluangkan waktunya dan berharap makalah ini
dapat menjadi inspirasi yang dapat menambah wawasan serta dapat membanu proses
pembuatan makalah bagi generasi selanjutnya.
Kritik dan saran yang bersifata membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirulkalam kami sebagia penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Kesimpulan .........................................................................................................13
B. Saran ...................................................................................................................14
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Bedasarkan penjelasan diatas maka disini penulis tertarik untuk menjelaskan
tentang permasalahan DBD lebih dalam lagi lewat makalah ini yang berjudul “ Sistem
Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue” .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
Pembahasan
Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang berpengaruh
terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan dari
sistem kesehatan (Walt, 1994). Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan
(Bornemisza & Sondorp, 2002). Komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur
organisasi, manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Kebijakan
kesehatan bertujuan untuk mendisain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar dapat
dilakukan perubahan terhadap determinan-determinan kesehatan (Davies 2001; Milio 2001),
termasuk kebijakan kesehatan internasional (Hunter 2005; Labonte, 1998; Mohindra 2007).
3
2.2 Implementas Program.
Hann (2007) menyebutkan ada dua alternatif dalam implementasi kebijakan, yaitu :
pertama, langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program, misalnya
Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Kepmen, dan lain-lain.
Dan yang kedua, Melalui formulasi kebijakan derivat dari kebijakan publik tersebut,
kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas (peraturan pelaksanaan).
Tujuan dan sasaran program harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga
akan mengurangi distorsi pelaksanaan. Tujuan dan sasaran yang tidak jelas akan
memungkinkan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Komunikasi dalam kerangka
penyampaian informasi kepada para pengelola program harus jelas, konsisten dan seragam
(consistency and uniformity) dari berbagai sumber informasi.
4
2.3 Demam Berdarah Dengue (DBD).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemi akut yang
disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai
dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga pendarahan spontan
(WHO, 2010)
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke
peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti
atau Ades albopictus.Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, yang dapat menyebabkan
penyakit demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flaviviridae, famili
flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dcm subtropics diberbagai
belahan dunia terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi kesehatan dunia
memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue diseluruh
dunia. Penyakit demam berdarah akut yang disertai dengan adanya manifestasi pendarahan
yang bertendensi mengakibatkan rejatan yang dapat menyebabkan kematian, penyakit ini
berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak berusia dibawah 15 tahun
(Alfaris, 2011).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Ades albopictus.Terdapat empat jenis virus dengue
berbeda, yang dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Virus dengue merupakan virus
dari genus Flaviviridae, famili flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah
tropis dcm subtropics diberbagai belahan dunia terutama di musim hujan yang lembab.
Organisasi kesehatan dunia memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus
infeksi virus dengue diseluruh dunia. Penyakit demam berdarah akut yang disertai dengan
adanya manifestasi pendarahan yang bertendensi mengakibatkan rejatan yang dapat
menyebabkan kematian, penyakit ini berlangsung akut menyerang baik orang dewasa
maupun anak-anak berusia dibawah 15 tahun (Alfaris, 2011).
5
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam groupB
Arthropoda Borne Viruse (arboviruses) yaitu virus yang ditularkan melalui serangga Virus
dengue termasuk genus Flavivirus dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. nfeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe lain yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi 3
atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia.
Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa
rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang
tahun. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah
Virus penyebab penyakit bertahan9hidup dalam suatu siklus yang melibatkan manusia dan
nyamuk yang hidup aktif di siang hari.
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun
menjadi suhu normal atau lebih rendah demam berdarah dapat disertai dengan gejala
nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi, nyeri kepala serta rasa lemah.
2. Pendarahan
Biasanya terjadi pada hari ke dua dari demam dan pada umumnya terjadi pada kulit
dan dapat berupa hasil uji tourniquet, pendarahan mudah terjadi pada tempat fungsi
vena, ptekia dan purpura, selain itu juga di jumpai epistaksis dan pendarahan pada
gusi,hematemesia serta melena
3. Hepatomegali
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,
pembesaran hati tidak sejajardengan beratnya penyakit, nyeri tekanan sering
ditemukan tanpa di sertai ikterus.
4. Rejatan (syok)
6
Tanda-tanda rejatan (syok):
Kulit dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki.
Penderita menjadi gelisah.
Sianosis disekitar mulut.
Nadi cepat, lemah, kecil, sampai tak teraba.
Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 90 mmHg atau kurang.
Cara penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain dengan perantara vektor
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada waktu menghisap darah
penderita DBD atau carrier, jika nyamuk ini menggigit orang lain, maka virus dengue akan
dipindahkanbersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut dapat
menderita sakit DBD. Virus DBD memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan ada
dalam darah selama satu minggu (Kemenkes RI,2011).
1. Mekanisme Penulran.
Sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari
sebelum demam, bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam
darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di tubuh nyamuk, termasuk di dalam kelenjar
liurnya kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut
siap untuk menularkan kepada oranglain (masa inkubasiinstrinsik). Virus ini akan
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena
setiap kali nyamuk menggigit sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan
air liur melalui alat tusuknya (proboacis). Bersamaan air liur tersebut virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
2. Masa Inkubasi.
Masa inkubasi penyakit DBD berkisar antara 3-15 hari umumnya 5-8 hari
dimulai dengan demam tinggi yang tiba-tiba sakit kepala yang kuat, sakit pada
bola mata dan sakit yang menyeluruh pada otot, sendi dan punggung, menggigil
dapat dijumpai masa krisis mulai menurun pada hari ke 5 atau ke 6 sesudah
demam kadang-kadang temperature tubuh menurun menjadi normal pada masa
demam disebut saddle back type of fever curve.
7
Pada hari ke 3atau ke 5 bercak merah pertama pada dada, pinggul, perut,
kemudian menyebar ke lengan kaki dan muka, jumlah trombosit dibawah
150.000/mm, biasanya ditentukan hari ketiga sampai hari ke 7 sakit (dalam
keadaan normal jumlahnya berkisar antara 200.000-400.000 tiap mikro liter
darah).
2.4 Pusekesmas.
memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
hidup dalam lingkungan seha dan
memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
8
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama, yang terdiri dari UKM essensial dan UKM
Pengembangan. UKM Essensial meliputi: pelayanan promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan
gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama Pelayanan pemeriksaan umum, kesehatan gigi
dan mulut, KIA-KB yang bersifat UKP, gawat darurat, pelayanan gizi yang bersifat UKP,
pelayanan persalinan, pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang menyediakan
pelayanan rawat inap.
9
untuk keperluaan sehari-hari, sehingga populasi nyamuk Aedes aegypti dapat
ditekan serendahrendahnya. Kegiatan meliputi: (a) Abitisasi Selektif, pemeriksaan
tempat penampung air (TPA) baik di dalam maupun diluar rumah pada seluruh
rumah dan bangunan di desa atau kelurahan endemis dan penaburan bubuk abate.
(b) Abatisasi massal, kegiatan ini dilaksanakan di lokasi terjadinya KLB DBD.
d. Pemeriksaan Jentik Berkala, kegiatan pemeriksaan pada tempat penampungan air
dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya
jentik nyamuk tersebut yang dilakukan secara teratur 3 bulan sekali. Sasaran
wilayah kegiatan PJB adalah rumah dan tempat umum. Kegiatan ini juga untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk (3M).
e. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), upaya memberantas jentik di tempat
berkembangbiaknya baik dengan cara kimia, yaitu dengan larvasida, biologi
dengan cara memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri ataupun dengan
kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) yakni menguras bak mandi, bak
WC; menutup TPA rumah tangga (tempayan, drum dll) serta mengubur atau
memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban dll).
f. Penyuluhan kesehatan, kegiatan penyampaian materi mengenai situasi DBD di
wilayahnya dan cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu,
keluarga, dan masyarakat disesuaikan dengan kondisi setempat oleh petugas
kesehatan atau kader atau Pokja DBD desa atau kelurahan. Upaya ini bertujuan
agar masyarakat berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD.
Pengembangan vaksin untuk penyakit DBD masih sulit, karena proteksi terhadap 1-2
virus dengue akan meningkatkan risiko penyakit DBD menjadi lebih berat (WHO, 2008).
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang
menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe
yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestic antibodi sehingga mengakibatkan
konsentrasi komplek imun yang tinggi (Suhendro, et.al., 2006). Oleh karena itulah, maka
pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD dilakukan secara promotif dan preventif,
dengan pemberantasan nyamuk vektor (hewan perantara penularan).
10
2.5.2 Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan Dari hasil penyelidikan epidemiologi, kemudian disimpulkan ada tidaknya
kejadian KLB DBD. KLB DBD ditegakkan jika ada peningkatan jumlah kasus DBD dan
Dengue Syok Sindrom (DSS) di suatu desa/kelurahan/wilayah lebih luas, 2 kali lipat atau
lebih dalam kurun waktu 1 minggu/bulan dibanding minggu/bulan sebelumnya atau bulan
yang sama tahun lalu.
Jika terjadi KLB, maka kegiatan tersebut di bawah ini harus dilakukan:
Pengobatan/perawatan penderita
Penyelidikan epidemiologi
Pemberantasan vektor
Penyuluhan kepada masyarakat
Evaluasi/penilaian penanggulangan KLB
11
4) Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, kelambu, memasang
kawat kasa dll)
d. Peningkatan peran serta masyarakat :sasaran peran serta masyarakat terdiri dari
keluarga melalui peran PKK dan organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid
sekolah melalui UKS dan pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat-tempat
umum dan tempat ibadah).
e. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB : upaya SKD DBD ini
sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB dan apabila telah terjadi
KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Upaya dilapangan yaitu
dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan
penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakan masyarakat dan
penyuluhan untuk PSN serta larvasidasi.
f. Penyuluhan : promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan
leaflet atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam pemberantasan
sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat. Metode ini antara lain dengan
COMBI, PLA, dsb.
g. Capacity building : peningkatan kapasitas dari Sumber Daya baik manusia maupun
sarana dan prasarana sangat mendukung tercapainya target dan indikator dalam
pengendalian DBD. Sehingga secara rutin perlu diadakan
sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada petugas dari tingkat kader, Puskesmas
sampai dengan pusat.
h. Monitoring dan evaluasi : monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara
berjenjang dari tingkat kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut
pelaksanaan pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcome
yang dicapai pada setiap tahun.
13
reaksi anamnestic antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi komplek imun
yang tinggi (Suhendro, et.al., 2006).
B. Saran
14
Daftar Pustaka
15