Anda di halaman 1dari 46

`LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGONTROLAN ALIRAN AMONIA

PADA POMPA SENTRIFUGAL SERI U-GA 101

MELALUI SISTEM INSTRUMENTASI FLOWMETER SERI FT 131

PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek

pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh

Angga Muhamad Satria Nugroho


NPM 1610631160025

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN 2019
LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGONTROLAN ALIRAN AMONIA

PADA POMPA SENTRIFUGAL SERI U-GA 101

MELALUI SISTEM INSTRUMENTASI FLOWMETER SERI FT 131

PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek

pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh

Angga Muhamad Satria Nugroho


NPM 1610631160025

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kerja praktek dengan judul “Pengontrolan Aliran Amonia Pada Pompa
Sentrifugal Seri U-GA 101 Melalui Sistem Instrumentasi Flowmeter Seri FT 131 PT
Pupuk Kujang Cikampek” ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah
Kerja Praktek pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Singaperbangsa Karawang oleh:
Nama : Angga Muhamad Satria Nugroho
NPM : 1610631160025
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui:
Pada Hari :
Tanggal :

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dessy Agustina Sari, ST., M.T Erik Taufik Nugraha


NIDN 0009088801 NIK 3042197
Mengetahui,
Koordintor Program Studi Teknik Elektro

Erik Taufik Nugraha


NIK 3042197
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah yang melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan
judul “Pengontrolan Aliran Amonia Pada Pompa Sentrifugal Seri U-GA 101 Melalui
Sistem Instrumentasi Flowmeter Seri FT 131 PT Pupuk Kujang Cikampek”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan hingga akhirnya Laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan dengan baik.

Karawang, 30 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR i
DAFTAR TABEL ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 1

1.3. Manfaat 2

1.4. Ruang Lingkup 2

1.5. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan 2

BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN 3


2.1. Sejarah Perusahaan 3

2.2. Proses Produksi 4

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 6


3.1. Flowmeter 6

3.2. Vortex Flowmeter 6

3.3. DCS (Distributed Control System) 8

3.4. Valve 11

BAB IV PEMBAHASAN 13
4.1. Sistem Instrumentasi Pompa Sentrifugal Seri U-GA 101 13

4.2. Vortex Flowmeter seri FT 131 14

4.3. Chart Diagram DCS 15

4.4. Valve Seri FV 131 20


BAB V KESIMPULAN 22

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Vortex flowmeter 7


Gambar 3.2 Prinsip kerja vortex flowmeter 7
Gambar 3.3 Ruang DCS pabrik Kujang 1B 9
Gambar 3.4 Bagian-bagian pada valve 11
Gambar 3.5 Globe valve 12

Gambar 4.1. Proses penyuplaian amonia 13


Gambar 4.6. Transmitter seri FT 131 14
Gambar 4.7. Chart diagram DCS 15
Gambar 4.8. Indikator pengontrolan DCS 16
Gambar 4.9. Alur proses pengontrolan DCS 17
Gambar 4.10. PMIO AI Channel 18
Gambar 4.11. DACA 18
Gambar 4.12. PIDA 19
Gambar 4.13. PMIO AO Channel 20
Gambar 4.14. FV 131 20

i
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Spesifikasi vortex flowmeter 14
Tabel 4.2 Kelebihan dan kekurangan flowmeter seri FT 131 15
Tabel 4.3 Spesifikasi FV 131 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pompa sentrifugal U-GA 101 PT Pupuk Kujang digunakan untuk menyuplai
amonia menuju reaktor untuk direaksikan dengan karbon dioksida. Hasil dari reaksi
tersebut menghasilkan karbamat dan selanjutnya dikeringkan sehingga terbentuk
urea. Produk akhir ini merupakan pupuk hasil produksi dari PT Pupuk Kujang.
Sedikitnya jumlah cairan amonia yang dihisap oleh mesin pompa menyebabkan
mesin mudah panas. Ini terjadi akibat perputaran impeller di dalam mesin pompa
yang menghasilkan gesekan tidak wajar dari kurangnya cairan pada saat impeller
berputar. Impeller merupakan bagian yang berputar pada pompa, dan berfungsi
untuk mentransfer energi dari perputaran motor melalui akselerasi cairan
(pergerakan dari bagian tengah impeller menuju sisi luarnya).
Mesin pompa yang cepat panas jika tidak cepat ditangani mengakibatkan mesin
mengalami kerusakan dan menghambat proses produksi. Untuk menghindari
kerusakan tersebut maka dibutuhkan sistem instrumentasi. Sistem ini merupakan
rancangan pengukuran dan pengontrolan untuk melakukan pengukuran, serta
pengontrolan agar kegiatan di PT Pupuk Kujang berlangsung aman bagi manusia,
peralatan, maupun lingkungan.
Sistem instrumentasi yang dapat mencegah mesin pompa cepat panas adalah sistem
instrumentasi mengenai pengukuran serta pengontrolan jumlah aliran cairan yang
dihisap oleh pompa. Untuk itum pembahasan berkenaan tentang sistem
instrumentasi pada bagian pengukuran dan pengontrolan aliran menggunakan
flowmeter, untuk menjaga aliran cairan yang dihisap mesin pompa tujuannya
adalah pencegahan kerusakan yang fatal dan proses produksi mampu berjalan
dengan stabil.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui alasan diterapkannya flowmeter pada mesin pompa, Serta tahapan
proses instrumentasi-nya

1
2. Mengetahui prinsip kerja valve seri FV-131 serta maksud diterapkannya pada
mesin pompa
3. Mengetahui tujuan pengontrolan amonia

1.3. Manfaat
Sistem instrumentasi flowmeter pada mesin pompa diterapkan untuk menghindari
mesin dari kerusakan yang fatal. Dengan mempelajari sistem instrumentasi
flowmeter memiliki manfaat, diantaranya:
1. Mengkaji langkah pencegahan kerusakan pada mesin pompa menggunakan
sistem instrumentasi dan prosedur menjaga kestabilan proses produksi
2. Menganlisis tentang pengukuran dan pengontrolan aliran amonia secara
otomatis

1.4. Ruang Lingkup


Batasan dari Laporan Kerja Praktek ini adalah flowmeter, DCS dan valve pada
pompa sentrifugal seri U-GA 101.

1.5. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan


Tempat pelaksanaan: PT Pupuk Kujang
Jalan A. Yani No.39 Kalihurip, Cikampek Kabupaten
Karawang, Jawa barat 41373
Waktu pelaksanaan: 04 Februari – 01 Maret 2019

2
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Awal tahun 1975, surat tentang pengalihan proyek Departemen Pertambangan ke
Departemen Perindustrian dikeluarkan. Pada bulan April 1975 Menteri
Perindustrian mengeluarkan surat keputusan untuk membentuk tim penyelesaian
proyek dengan ketua tim Dirjen Indutri Kimia. Tanggal 9 Juni 1975 berdirilah
secara resmi PT Pupuk Kujang (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dilingkungan Departemen Perindustrian. Pada tanggal 12 Desember 1978
PT Pupuk Kujang diresmikan oleh Presiden Soeharto dan operasi komersial dimulai
tanggal 1 April 1979. Operasional pabrik tersebut dikenal dengan nama Kujang 1A
dan tetap berjalan hingga sekarang.

Profil PT Pupuk Kujang Cikampek


Kapasitas produksi : Urea 570.000 ton/tahun
: Amonia 330.000 ton/tahun
Bahan baku : Gas alam, air dan udara
konstruksi : Tahun 1976-1978

Pabrik Pupuk Kujang 1B


Pabrik Pupuk Kujang 1B didirikan pada tahun 2003. Pabrik Kujang 1B terdiri dari
pabrik urea dan amonia. Tujuan pembangunan pabrik ini adalah
1. Meningkatkan kemampuan PT Pupuk Kujang dalam memasok kebutuhan
pupuk di Jawa Barat
2. Meningkatkan skala ekonomi usaha perusahaan
3. Melipatgandakan efek ekonomi berganda pada daerah di sekitar perusahaan

3
Profil Pabrik Kujang 1B
Kapasitas produksi : Urea 570.000 ton/tahun
: Amonia 330.000 ton/tahun
Bahan baku : Gas alam, air dan udara
Kontruksi : Tahun 2002-2005

Visi Perusahaan
Visi PT Pupuk Kujang menjadi industri pendukung pertanian dan petrokimia yang
efisien dan kompetitif di pasar global.

Misi Perusahaan
1. Mendukung program ketahanan pangan nasional
2. Mengembangkan industri agrokimia dan petrokimia yang berbasis sumber
daya alam yang ramah lingkungan
3. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
4. Mendukung pengembangan perekonomian nasional dan perekonomian daerah
melalui pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan

2.2. Proses Produksi


Proses produksi di PT Pupuk Kujang secara garis besar dilaksanakan pada empat
unit produksi, yaitu: unit utility, unit produksi amonia, unit produksi urea, dan unit
pengantongan.

Unit Utility
Unit ini bertugas menyediakan segala kebutuhan proses, mulai dari bahan baku,
yaitu: gas alam, air untuk proses, pembangkit listrik, dan pengolahan limbah. Unit
utility terdiri dari enam sub-unit yaitu:
1. Pembangkit tenaga listrik
2. Pengolahan air dingin
3. Pengolahan udara pabrik dan instrumen

4
Unit Amonia
Pada unit ini bertugas memproduksi amonia sebagai bahan baku pembuatan pupuk
Urea.

Unit Urea
Pada unit ini berfungsi untuk memproduksi urea dengan cara mereaksikan amonia
dan karbondioksida.

Unit Pengantongan
Pada unit pengantongan bertugas untuk mengemas pupuk urea. Unit pengantongan
juga menangani penyimpanan pupuk urea didalam gudang sebelum akhirnya
dipasarkan.

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Flowmeter
Dalam sistem instrumentasi, flowmeter merupakan suatu alat untuk mengukur laju
aliran fluida (suatu zat yang bisa mengalir) baik cairan maupun gas. Hal ini
mengartikan bahwa sinyal yang didapatkan dari hasil pengukuran ditransmisikan
sehingga sinyal dapat dibaca dan diolah oleh pengontrol. Dalam hal pengukuran
fluida, flowmeter bertugas sebagai sensor. Sedangkan, pada saat proses
mentransmisikan sinyal, flowmeter bertugas sebagai transmitter.

Sensor adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur adanya perubahan
lingkungan secara fisik ataupun kimia. Contoh perubahan lingkungan fisik seperti
perubahan cahaya, tekanan, suara, aliran fluida dan lain-lain. Sedangkan, contoh
perubahan lingkungan kimia adalah seperti perubahan kadar oksigen, alkohol, gas
dan pH. Perubahan-perubahan tersebut dapat diukur atau dideteksi oleh sensor yang
berbeda-beda tergantung dari jenis sensor yang digunakan.

Transmitter merupakan alat yang dapat merubah sinyal yang berasal dari hasil
pengukuran sensor menjadi bentuk sinyal yang dapat dibaca oleh pengontrol
dengan dua tipe transmitter yaitu transmitter pneumatik dan transmitter elektrik.
Dalam pembahasan kali ini tipe transmitter yang digunakan adalah transmitter
elektrik. Kemudian, sinyal yang dibaca dari hasil pengukuran dirubah menjadi
sinyal (4-20 mA) agar dapat diterima oleh pengontrol.

3.2. Vortex Flowmeter


Vortex flowmeter bekerja berdasarkan hukum Karman Vortex Street dimana fluida
yang melewati vortex shedding akan terjadi vortisitas (sirkulasi yang berasal dari
fluida) pada kedua sisinya dengan arah putaran yang berlawanan. Pada dasarnya
vortisitas yang terjadi di vortex shedding sangat teratur dan berbanding lurus
dengan kecepatan aliran fluida. Kemudian, hal tersebut dicatat oleh sensor dan

6
dirubah menjadi pulsa elektrik oleh transmitter dan berikut penampilan transmitter
ditunjukan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain Vortex flowmeter

Gambar 3.2. Prinsip kerja vortex flowmeter

Seperti yang tampak pada Gambar 3.2, prinsip kerja vortex flowmeter yaitu dengan
menempatkan vortex shedder di tengah-tengah tabung aliran dari flowmeter. Pada
saat ada aliran fluida yang mengenai vortex shedder akan terbentuk gelombang
vortex yang proporsional dengan laju aliran dari fluida tersebut. Frekuensi yang

7
dihasilkan oleh gelombang vortex tersebut dideteksi oleh sensor piezoelectric.
Frekuensi yang dihasilkan proporsional dengan kecepatan aliran, yang apabila
dibagi dengan luas area akan mendapatkan volume yang kemudian diubah oleh
transmitter elektrik menjadi sinyal (4-20 mA) [3].

3.3. DCS (Distributed Control System)


DCS merupakan suatu sistem kontrol yang mendistribusikan berbagai fungsi. Dan
digunakan untuk mengendalikan berbagai variabel dalam sistem instrumentasi.
Pada umumnya DCS terpusat pada ruang kontrol dengan berbagai fungsi
pengontrolan dan pemantauan peralatan tanpa campur tangan manusia [4].
PV (Process Variable)
PV juga sering disebut sebagai variabel operasi. Di bidang industri, PV adalah
berbagai besaran yang dapat mempengaruhi jalannya suatu proses. Jenis dari proses
tersebut juga sangat bervariasi yang dapat berupa proses kimia, fisika, maupun
mekanik. Untuk proses kimia terdapat berbagai variabel yang ada di bidang industri
berupa tekanan, suhu, ataupun aliran. Sementara untuk proses fisika, variabelnya
hampir menyerupai proses kimia dan untuk proses mekanik berupa kecepatan,
RPM, torsi dan juga tenaga [4].
SP (Set Point)
SP adalah elemen yang digunakan untuk menyatakan nilai yang dikehendaki atau
nilai referensi dari variabel yang dikendalikan suatu system [4].
DACA (Data Aquistion)
DACA merupakan function block untuk merubah nilai sinyal dari lapangan menjadi
nilai desimal yang bisa dibaca oleh DCS. Sinyal tersebut merupakan inputan berupa
PV [4].
PIDA (Proportional Integral Derivative Aquistion)
PIDA adalah Sebuah function block untuk menentukan parameter aksi kontrol PID
(Proportional Integratif Derivative) suatu sistem instrumentasi. Seorang operator
dapat memasukan nilai SP serta nilai algoritma PID dan mode otomatis atau manual
pengontrolan [4].

8
PMIO (Process Manager Input Output)
PMIO merupakan bagian untuk menanganai inputan dan outputan dari DCS.
Inputan dan outputan tersebut dapat berupa analog maupun digital [4].
HMI (Human Machine Interface)
HMI adalah sistem yang menghubungkan antara manusia dan teknologi mesin.
HMI dapat berupa pengendali dan visualisasi status baik dengan manual maupun
melalui visualisasi komputer yang bersifat real time (kondisi pengoperasian dari
suatu sistem yang dibatasi oleh rentang waktu dan memiliki tenggang waktu yang
jelas). HMI pada control room pabrik 1B PT Pupuk Kujang ditunjukan pada
Gambar 3.3 [4].

Gambar 3.3. Ruang DCS pabrik Kujang 1B

9
Fungsi HMI
1. Memberikan informasi plant yang up-to-date kepada operator melalui
graphical user interface
2. Menerjemahkan instruksi operator ke mesin
3. Memantau keadaan yang ada di plant
4. Mengatur nilai pada parameter yang ada di plant
5. Mengambil tindakan yang sesuai dengan keadaan yang terjadi
6. Memunculkan tanda peringatan dengan menggunakan alarm jika terjadi
sesuatu yang tidak normal
7. Menampilkan pola data kejadian yang ada di plant baik secara real time
maupun historical (trending history atau real time)

Cara kerja DCS


DCS sebagai suatu sistem kontrol otomatis bekerja dengan cara:
1. Mengumpulkan data yang diterima dari lapangan
2. Mengolah data tersebut menjadi sebuah signal standar
3. Mengolah data signal standar yang didapat dengan sistem pengontrolan yang
berlaku sehingga bisa diterapkan untuk mendapatkan nilai yang cocok untuk
koreksi sinyal
4. Bila terjadi error atau simpangan data maka dilakukan koreksi dari data yang
didapat guna mencapai nilai standar yang diinginkan
5. Setelah terjadi koreksi dari simpangan data dilakukan pengukuran atau
pengumpulan data ulang dari lapangan

Fungsi DCS
1. DCS berfungsi sebagai alat untuk melakukan kontrol suatu loop sistem dimana
satu loop bisa terjadi beberapa proses kontrol
2. Berfungsi sebagai pengganti alat-alat kontrol manual dan auto yang terpisah
menjadi suatu kesatuan sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan dan
penggunaannya

10
3. Sarana pengumpul data dan pengolah data agar didapat suatu proses yang
benar-benar diinginkan

3.4. Valve
Valve atau yang biasa disebut katup adalah sebuah perangkat yang mengatur,
mengarahkan atau mengontrol aliran dari suatu fluida dengan membuka, menutup
atau menutup sebagian dari jalur aliran fluida. Valve dapat bekerja secara mekanis
dan elektris. Cara kerja mekanis yaitu posisi buka tutup valve didasarkan dari gerak
mekanis dari elemen-elemen yang menyusunnya. Dan yang kedua cara kerja
elektris, posisi buka tutup valve bekerja berdasarkan sinyal listrik yang diberikan
oleh elemen-elemen penyusunnya.

Valve merupakan final elemen sistem instrumentasi yang banyak digunakan di


industri. Valve biasanya digunakan untuk memanipulasi laju aliran seperti uap, gas,
air, senyawa kimia dan lain sebagainya. Kontrol valve pada dasarnya disusun oleh
2 bagian utama yaitu aktuator dan body valve. Aktuator merupakan Bagian yang
mengerjakan buka tutup valve sesuai dengan sinyal yang diterima dari pengontrol
(letaknya di bagian atas valve). Body valve komponen mekanis yang menentukan
besarnya flow yang mengalir ke proses [1].
Bagian-Bagian Kontrol Valve
Bagian utama pada valve terdiri dari aktuator, I/P tranduser, serta positioner yang
disajikan oleh Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Aktuator, I/P tranduser, positioner

11
4. Aktuator
Aktuator merupakan bagian yang melakukan buka tutup valve sesuai dengan
sinyal yang diterima dari pengontrol [2].
5. Positioner
Positioner berfungsi sebagai penghubung sinyal input dengan posisi valve,
serta memberika tekanan output pada actuator [2].
6. I/P Tranduser
Pada dasarnya prinsip kerja I/P adalah keseimbangan gaya. Arus listrik (4-20
mA) dari transmitter kemudian ditransmisikan lewat DCS dan dilewatkan
melalui kumparan dan menghasilkan suatu perpindahan rotasional dari batang
yaitu berupa tekanan udara (3-15 psig) [2].

Globe Valve
Globe valve adalah jenis valve yang dapat mengatur besarnya fluida yang mengalir
pada pipa berdasarkan persentase (bukan hanya dalam keadaan terbuka dan
tertutup). Biasanya bagian penutupnya dinamakan dengan disk yang bergerak naik
turun untuk menutup aliran dalam valve. Globe valve memiliki keistimewaan yaitu
mempunyai kemampuan untuk throttling. Throttling adalah kemampuan untuk
membuka dan menutup aliran sesuai kebutuhan. Jadi valve ini mampu membuat
alirannya sangat deras dengan membuka sepenuhnya, setengah, dan menghentikan
aliran dengan menutup sepenuhnya tergantung persentase yang diinginkan. Berikut
penampakan dari global valve yang ditunjukan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.5. Desain Globe valve

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Sistem Instrumentasi Pompa Sentrifugal Seri U-GA 101


Amonia dari reservoir disuplai ke reaktor dengan bantuan mesin pompa sentrifugal
seri U-GA 101. Jika flowmeter membaca aliran sesuai standar maka valve akan
tertutup, kemudian amonia langsung disuplai ke reaktor. Sebaliknya, bila jumlah
aliran terlalu sedikit maka valve akan terbuka dan amonia dikembaikan lagi menuju
reservoir sehingga terjadi sirkulasi aliran pada mesin pompa. Hal ini dimaksudkan
agar pada saat pompa berkerja tetap ada aliran amonia yang melewati mesin pompa
sehingga mesin tidak mudah panas. Penerapan sistem instrumentasi flowmeter pada
pompa sentrifugal seri U-GA 101 bertujuan untuk melakukan pemantauan dan
pengontrolan aliran amonia secara otomatis. Hal ini untuk menangani batas aman
aliran amonia tetap terjaga sehingga mesin pompa terhindar dari kerusakan fatal.
Berikut proses penyuplaian amonia dengan Sistem Instrumentasi Flowmeter seperti
yang ditunjukan pada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1. Proses penyuplaian amonia

13
4.2. Vortex Flowmeter seri FT 131
Vortex flowmeter dengan nomor seri FT 131 yang diterapkan pada pipa sirkulasi
pompa amonia memiliki akurasi 1 untuk gas dan 0,75% untuk cairan. Penerapannya
menggunakan standar 5/2 yaitu berjarak minimum dengan benda lainnya pada pipa
yang sama 5d (lima kali diameter pipa) untuk aliran sebelum flowmeter, dan 2d
(dua kali diameter pipa) sesudah flowmeter. Hal ini bertujuan untuk menghindari
turbulensi (aliran tidak beraturan) yang akan mempengaruhi akurasi pengukuran.
Pada vortex flowmeter tersebut terdapat sebuah transmitter elektrik (4-20 mA) yang
selanjutnya sinyal elektrik tersebut akan dibaca oleh DCS seperti yang ditunjukan
Gambar 4.6. berikut.

Transmitter

Gambar 4.2. Transmitter seri FT 131

Berikut spesifikasi vortex flowmeter seri FT 131 serta kelebihan dan kekurangan
flowmeter seri FT 131 ditampilkan pada Tabel 4.1 dan 4.2 secara berturut-turut.
Tabel 4.1 Spesifikasi vortex flowmeter

Spesifikasi Vortex Flowmeter PT Pupuk Kujang

Kisaran ammonia yang dapat dibaca 0-60 ton/jam

Massa jenis 592 kg/m³

Ukuran 100 mm

Rentang kecepatan 4,07 m/s

14
Rentang frekuensi 40,1377 Hz

Satuan PV Ton/jam

Jenis fluida Cairan

Tabel 4.2 Kelebihan dan kekurangan flowmeter seri FT 131

Kelebihan Kekurangan
Tidak dibutuhkan maintenance bila Pressure drop : rendah
digunakan pada aliran fluida yang bersih
Bisa mengukur hampir semua jenis cairan -

4.3. Chart Diagram DCS


Chart diagram DCS merupakan tampilan dari HMI yang di dalamnya terdapat
tampilan jumlah SP yang diinginkan. PV yang terbaca oleh sensor, output yang
sedang berjalan, alarm, dan juga alur proses pengontrolan ditampilkan melalui
Gambar 4.7.

Gambar 4.3. Chart diagram DCS

15
Untuk indikator PV, SP, alarm, serta output lebih jelasnya pada Gambar 4.8.

Gambar 4.4. Indikator pengontrolan DCS

Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa PV 100% berada pada angka 60.000 kg/jam.
Yang menandakan jika PV berada di atas angka sempurna tersebut maka PV tidak
dapat dibaca oleh DCS. Pada indikator alarm terdapat tanda “centang” menandakan
alarm aktif untuk memberi peringatan. Apabila pula PV berada di atas SP namun
masih berada pada batas aman maka hal ini menandakan alarm tidak menyala. Jika
PV berada pada “PV high” ataupun “PV low” maka alarm akan menyala (high)
yang menandakan PV tidak sesuai standar. Sedangkan jika PV berada pada “PV
low-low” maka mesin pompa akan otomatis berhenti beroperasi dan alarm akan
memberikan sinyal urgent yang menandakan bahwa mesin pompa harus segera
ditangani. Lalu dapat pula dilihat indikator output kosong (tidak berwarna) ini
menandakan bahwa valve terbuka sebesar 0%.

Lebih jelasnya alur proses pengontrolan terdapat pada Gambar 4.9 dengan
memaparkan bahwa pertama-tama sinyal input analog dari lapangan dibaca oleh
PMIO AI. Kemudian, DACA mengubah sinyal analog menjadi nilai desimal yang
kemudian dapat dibaca menjadi nilai PV. Lalu, di PIDA terjadi pengontrolan PID
dan juga operator bisa menentukan nilai SP yang diinginkan. Kemudian PMIO AO

16
mengirimkan sinyal output berupa pengontrolan PID ke aktuator valve sehingga
sistem berjalan dengan stabil.

Gambar 4.5. Alur proses pengontrolan DCS

PMIO AI Channel
PMIO AI Adalah komponen dari sistem DCS dimana bagian ini berfungsi untuk
mengumpulkan data-data input dari lapangan yang bersifat analog. Untuk
penggunaan sinyal analog standar yang digunakan untuk pengambilan data adalah
(4-20 mA) atau (1–5 VDC). sinyal standar ini didapat dari sensor atau transmitter
yang berada di lapangan. Untuk pengukuran sinyal standar dapat dijadikan acuan
beberapa pembacaan sensor yang terjadi di lapangan. Seperti contoh sebagai berikut
bentuk pembacaan sensor
4 mA = 0%
12 mA = 50%
20 mA = 100%

Pada pembahasan kali ini, sinyal analog yang dibaca adalah (4-20 mA) yang didapat
dari transmitter elektrik. Penampilan dari PMIO AI pada chart diagram DCS
ditunjukan Gambar 4.10.

17
Gambar 4.6. PMIO AI Channel

Dapat dilihat pada Gambar 4.10 terdapat sebuah indikator PV sebesar 79,12138
yang mana angka tersebut merupakan nilai sinyal analog yang didapat dari
transmitter dengan kisaran (4-20 mA).
DACA
DACA Adalah sebuah function block untuk merubah nilai analog menjadi nilai
desimal di HMI. Yang dapat dibaca menjadi Nilai PV oleh operator DCS yang
diberikan oleh Gambar 4.11.

Gambar 4.7. DACA

Dari Gambar 4.11, nilai masukan yang didapat dari PMIO AI berubah menjadi
bentuk nilai desimal sebesar 47.438,89 kg/jam dan terdapat juga range PV yang

18
bisa diproses oleh DACA yaitu low dengan nilai 0 dan high sebesar 60.000 kg/jam
yang mana jika PV melewati 60.000 kg/jam maka DACA tidak dapat membacanya.

PIDA
PIDA Adalah sebuah function block untuk pengontrolan sebuah loop di HMI.
Seorang operator bisa menentukan nilai SP yang diinginkan yang dapat dilihat pada
Gambar 4.12.

Gambar 4.8. PIDA

Dari Gambar 4.12, adanya nilai PV yang diterima sebesar 47.438,89 kg/jam dan SP
yang ditentukan sebesar 45.000 kg/jam. Dari hasil pengontrolan, PID didapatkan
output sebesar -5%, dan dari output tersebut menjadi pengontrolan terhadap valve
sehingga valve akan terbuka sebesar -5% yang sama artinya valve terbuka 0%. Pada
PIDA terdapat pengontrolan PID yang bisa memberikan output stabil.

PMIO AO Channel
PMIO AO adalah komponen DCS yang berfungsi untuk menyalurkan sensitif
sehingga error bisa dihilangkan dengan cepat dan baik. Kemudian, tampilan PMIO
AO ditunjukan Gambar 4.13.

19
Gambar 4.9. PMIO AO Channel

Output -5% akan diterima valve sehingga valve akan terbuka sebesar -5% atau tidak
terbuka sama sekali. Sinyal (4-20 mA) akan berubah dengan karakteristik reverse
action menjadi (20-4 mA). Nilai ini akan diterima oleh valve melalui tranduser I/P
(Current to Pneumatic converter) yaitu sebuah tranduser yang dapat mengubah
sinyal arus menjadi sinyal tekanan udara. Maka, udara instrumen akan
menggerakkan aktuator valve sesuai nilai output dari DCS.

4.4. Valve Seri FV 131


Valve seri FV 131 merupakan valve berjenis globe valve yang dipasang pada pipa
sirkulasi pompa amonia untuk pengembalian menuju amonia reservoir. Globe valve
cocok dipakai pada tekanan drop yang tinggi dimana pada pengontrolan aliran
amonia memiliki pressure yang tinggi. Perwujudan valve seri FV 131 ditunjukan
Gambar 4.14.

Aktuator

Selang
pneumatic

Gambar 4.10. FV 131

20
Sinyal -5% dari PMIO AO ditransfer dalam bentuk sinyal elektrik (20-4 mA). Yang
kemudian dikonversikan menjadi bentuk sinyal pneumatic (3-15 psig) oleh
tranduser I/P (current to pneumatic converter) yaitu sebuah tranduser yang mampu
mengubah sinyal elektrik menjadi bentuk sinyal tekanan udara. Kemudian melalui
selang pneumatic tekanan udara tersebut akan menggerakan aktuator yang terdapat
pada valve seri FV 131, sehingga valve dapat digerakan dengan otomatis sesuai
sinyal yang diterima dari DCS. Kemudian, spesifikasi valve FV 131 ditampilkan
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Spesifikasi FV 131

Spesifikasi Angle Valve FV 131 A

Jenis fluida Cairan

Laju aliran 40.662 kg/jam

Tekanan maksimal 230 kgf/cm²

Temperatur 30℃

Viskositas 0,15 cp

21
BAB V
KESIMPULAN

1. Pomopa sentrifugal seri U-GA 101 menggunakan sistem instrumentasi


flowmeter untuk memantau dan mengontrol jumlah aliran pada mesin pompa.
Pengontrolan dilakukan mulai dari tahap pengambilan data yang ada
dilapangan kemudian data diolah dan dikonversi oleh DCS menjadi data untuk
pengontrolan otomatis terhadap valve. Persentase bukaan valve bergantung
pada PV yang terbaca oleh sensor dan juga SP yang diinginkan.
2. Valve seri FV-131 berkerja secara reverse action yang mana jika nilai PV yang
terbaca oleh sensor semakin rendah maka persentase bukaan valve akan
semakin menutup. Penerapan flowmeter pada pipa sirkulasi pengembalian
menuju amonia reservoir yang disertai pengontrolan secara reverse action ini
bertujuan agar ketika jumlah aliran aliran amonia rendah (tidak sesuai standar)
maka amonia akan dikembalikan lagi menuju amonia reservoir. Sehingga
ketika mesin pompa beroperasi akan tetap ada aliran amonia yang terhisap oleh
mesin Pomoa sehingga mesin pompa tidak mudah panas.
3. Pengontrolan amonia bertujuan untuk menghindari kerusakan fatal pada mesin
pompa sentrifugal seri U-GA 101. yang mana jika jumlah aliran amonia kurang
dari standar maka akan mengakibatkan mesin pompa cepat panas. Maka dari
itu sistem instrumentasi flowmeter diterapkan untuk menghindari resiko
tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA
[1] ITTP, 1981, Student Work Instrumentation Maintenance Module 5 Control
Valve, Instrument Society of America
[2] Instrumentation & Control Technical Training “Pneumatic Actuators and
Postioners”. 1983. NUS Training Corporation.
[3] A.K EI Wahed, J.L Sproston. The influence of shedder shape on the
performance of the electrostatic vortex flowmeter. Flow measurement and
Instrumentation. 1991, Vol.2, No.3, p.169
[4] D’Andrea, Raffaello (2003). “Distributed Control Design for Spatially
Interconnected System”. IEEE Transactions on Automatic Control.
DAFTAR LAMPIRAN

1. Amonia feed
2. Data sheet vortex flowmeter
3. Data sheet FV-131
4. Data sheet FV-131 (2)
5. PMIO
6. PMIO MODULE (front DCS)
7. PMIO AI
8. PMIO AO
9. PMIO MODULE (rear DCS)
10. Surat permohonan Kerja Praktek
11. Surat balasan permohonan Kerja Praktek
12. Log book kegiatan
13. Penilaian pembimbing lapangan
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Nama : Angga Muhammad S.N


NPM : 1610631160025
11.
12.
Lanjutan
13.

Anda mungkin juga menyukai