Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek
Oleh
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek
Oleh
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR i
DAFTAR TABEL ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Manfaat 2
3.4. Valve 11
BAB IV PEMBAHASAN 13
4.1. Sistem Instrumentasi Pompa Sentrifugal Seri U-GA 101 13
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Spesifikasi vortex flowmeter 14
Tabel 4.2 Kelebihan dan kekurangan flowmeter seri FT 131 15
Tabel 4.3 Spesifikasi FV 131 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pompa sentrifugal U-GA 101 PT Pupuk Kujang digunakan untuk menyuplai
amonia menuju reaktor untuk direaksikan dengan karbon dioksida. Hasil dari reaksi
tersebut menghasilkan karbamat dan selanjutnya dikeringkan sehingga terbentuk
urea. Produk akhir ini merupakan pupuk hasil produksi dari PT Pupuk Kujang.
Sedikitnya jumlah cairan amonia yang dihisap oleh mesin pompa menyebabkan
mesin mudah panas. Ini terjadi akibat perputaran impeller di dalam mesin pompa
yang menghasilkan gesekan tidak wajar dari kurangnya cairan pada saat impeller
berputar. Impeller merupakan bagian yang berputar pada pompa, dan berfungsi
untuk mentransfer energi dari perputaran motor melalui akselerasi cairan
(pergerakan dari bagian tengah impeller menuju sisi luarnya).
Mesin pompa yang cepat panas jika tidak cepat ditangani mengakibatkan mesin
mengalami kerusakan dan menghambat proses produksi. Untuk menghindari
kerusakan tersebut maka dibutuhkan sistem instrumentasi. Sistem ini merupakan
rancangan pengukuran dan pengontrolan untuk melakukan pengukuran, serta
pengontrolan agar kegiatan di PT Pupuk Kujang berlangsung aman bagi manusia,
peralatan, maupun lingkungan.
Sistem instrumentasi yang dapat mencegah mesin pompa cepat panas adalah sistem
instrumentasi mengenai pengukuran serta pengontrolan jumlah aliran cairan yang
dihisap oleh pompa. Untuk itum pembahasan berkenaan tentang sistem
instrumentasi pada bagian pengukuran dan pengontrolan aliran menggunakan
flowmeter, untuk menjaga aliran cairan yang dihisap mesin pompa tujuannya
adalah pencegahan kerusakan yang fatal dan proses produksi mampu berjalan
dengan stabil.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui alasan diterapkannya flowmeter pada mesin pompa, Serta tahapan
proses instrumentasi-nya
1
2. Mengetahui prinsip kerja valve seri FV-131 serta maksud diterapkannya pada
mesin pompa
3. Mengetahui tujuan pengontrolan amonia
1.3. Manfaat
Sistem instrumentasi flowmeter pada mesin pompa diterapkan untuk menghindari
mesin dari kerusakan yang fatal. Dengan mempelajari sistem instrumentasi
flowmeter memiliki manfaat, diantaranya:
1. Mengkaji langkah pencegahan kerusakan pada mesin pompa menggunakan
sistem instrumentasi dan prosedur menjaga kestabilan proses produksi
2. Menganlisis tentang pengukuran dan pengontrolan aliran amonia secara
otomatis
2
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Awal tahun 1975, surat tentang pengalihan proyek Departemen Pertambangan ke
Departemen Perindustrian dikeluarkan. Pada bulan April 1975 Menteri
Perindustrian mengeluarkan surat keputusan untuk membentuk tim penyelesaian
proyek dengan ketua tim Dirjen Indutri Kimia. Tanggal 9 Juni 1975 berdirilah
secara resmi PT Pupuk Kujang (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dilingkungan Departemen Perindustrian. Pada tanggal 12 Desember 1978
PT Pupuk Kujang diresmikan oleh Presiden Soeharto dan operasi komersial dimulai
tanggal 1 April 1979. Operasional pabrik tersebut dikenal dengan nama Kujang 1A
dan tetap berjalan hingga sekarang.
3
Profil Pabrik Kujang 1B
Kapasitas produksi : Urea 570.000 ton/tahun
: Amonia 330.000 ton/tahun
Bahan baku : Gas alam, air dan udara
Kontruksi : Tahun 2002-2005
Visi Perusahaan
Visi PT Pupuk Kujang menjadi industri pendukung pertanian dan petrokimia yang
efisien dan kompetitif di pasar global.
Misi Perusahaan
1. Mendukung program ketahanan pangan nasional
2. Mengembangkan industri agrokimia dan petrokimia yang berbasis sumber
daya alam yang ramah lingkungan
3. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
4. Mendukung pengembangan perekonomian nasional dan perekonomian daerah
melalui pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan
Unit Utility
Unit ini bertugas menyediakan segala kebutuhan proses, mulai dari bahan baku,
yaitu: gas alam, air untuk proses, pembangkit listrik, dan pengolahan limbah. Unit
utility terdiri dari enam sub-unit yaitu:
1. Pembangkit tenaga listrik
2. Pengolahan air dingin
3. Pengolahan udara pabrik dan instrumen
4
Unit Amonia
Pada unit ini bertugas memproduksi amonia sebagai bahan baku pembuatan pupuk
Urea.
Unit Urea
Pada unit ini berfungsi untuk memproduksi urea dengan cara mereaksikan amonia
dan karbondioksida.
Unit Pengantongan
Pada unit pengantongan bertugas untuk mengemas pupuk urea. Unit pengantongan
juga menangani penyimpanan pupuk urea didalam gudang sebelum akhirnya
dipasarkan.
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Flowmeter
Dalam sistem instrumentasi, flowmeter merupakan suatu alat untuk mengukur laju
aliran fluida (suatu zat yang bisa mengalir) baik cairan maupun gas. Hal ini
mengartikan bahwa sinyal yang didapatkan dari hasil pengukuran ditransmisikan
sehingga sinyal dapat dibaca dan diolah oleh pengontrol. Dalam hal pengukuran
fluida, flowmeter bertugas sebagai sensor. Sedangkan, pada saat proses
mentransmisikan sinyal, flowmeter bertugas sebagai transmitter.
Sensor adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur adanya perubahan
lingkungan secara fisik ataupun kimia. Contoh perubahan lingkungan fisik seperti
perubahan cahaya, tekanan, suara, aliran fluida dan lain-lain. Sedangkan, contoh
perubahan lingkungan kimia adalah seperti perubahan kadar oksigen, alkohol, gas
dan pH. Perubahan-perubahan tersebut dapat diukur atau dideteksi oleh sensor yang
berbeda-beda tergantung dari jenis sensor yang digunakan.
Transmitter merupakan alat yang dapat merubah sinyal yang berasal dari hasil
pengukuran sensor menjadi bentuk sinyal yang dapat dibaca oleh pengontrol
dengan dua tipe transmitter yaitu transmitter pneumatik dan transmitter elektrik.
Dalam pembahasan kali ini tipe transmitter yang digunakan adalah transmitter
elektrik. Kemudian, sinyal yang dibaca dari hasil pengukuran dirubah menjadi
sinyal (4-20 mA) agar dapat diterima oleh pengontrol.
6
dirubah menjadi pulsa elektrik oleh transmitter dan berikut penampilan transmitter
ditunjukan pada Gambar 3.1.
Seperti yang tampak pada Gambar 3.2, prinsip kerja vortex flowmeter yaitu dengan
menempatkan vortex shedder di tengah-tengah tabung aliran dari flowmeter. Pada
saat ada aliran fluida yang mengenai vortex shedder akan terbentuk gelombang
vortex yang proporsional dengan laju aliran dari fluida tersebut. Frekuensi yang
7
dihasilkan oleh gelombang vortex tersebut dideteksi oleh sensor piezoelectric.
Frekuensi yang dihasilkan proporsional dengan kecepatan aliran, yang apabila
dibagi dengan luas area akan mendapatkan volume yang kemudian diubah oleh
transmitter elektrik menjadi sinyal (4-20 mA) [3].
8
PMIO (Process Manager Input Output)
PMIO merupakan bagian untuk menanganai inputan dan outputan dari DCS.
Inputan dan outputan tersebut dapat berupa analog maupun digital [4].
HMI (Human Machine Interface)
HMI adalah sistem yang menghubungkan antara manusia dan teknologi mesin.
HMI dapat berupa pengendali dan visualisasi status baik dengan manual maupun
melalui visualisasi komputer yang bersifat real time (kondisi pengoperasian dari
suatu sistem yang dibatasi oleh rentang waktu dan memiliki tenggang waktu yang
jelas). HMI pada control room pabrik 1B PT Pupuk Kujang ditunjukan pada
Gambar 3.3 [4].
9
Fungsi HMI
1. Memberikan informasi plant yang up-to-date kepada operator melalui
graphical user interface
2. Menerjemahkan instruksi operator ke mesin
3. Memantau keadaan yang ada di plant
4. Mengatur nilai pada parameter yang ada di plant
5. Mengambil tindakan yang sesuai dengan keadaan yang terjadi
6. Memunculkan tanda peringatan dengan menggunakan alarm jika terjadi
sesuatu yang tidak normal
7. Menampilkan pola data kejadian yang ada di plant baik secara real time
maupun historical (trending history atau real time)
Fungsi DCS
1. DCS berfungsi sebagai alat untuk melakukan kontrol suatu loop sistem dimana
satu loop bisa terjadi beberapa proses kontrol
2. Berfungsi sebagai pengganti alat-alat kontrol manual dan auto yang terpisah
menjadi suatu kesatuan sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan dan
penggunaannya
10
3. Sarana pengumpul data dan pengolah data agar didapat suatu proses yang
benar-benar diinginkan
3.4. Valve
Valve atau yang biasa disebut katup adalah sebuah perangkat yang mengatur,
mengarahkan atau mengontrol aliran dari suatu fluida dengan membuka, menutup
atau menutup sebagian dari jalur aliran fluida. Valve dapat bekerja secara mekanis
dan elektris. Cara kerja mekanis yaitu posisi buka tutup valve didasarkan dari gerak
mekanis dari elemen-elemen yang menyusunnya. Dan yang kedua cara kerja
elektris, posisi buka tutup valve bekerja berdasarkan sinyal listrik yang diberikan
oleh elemen-elemen penyusunnya.
11
4. Aktuator
Aktuator merupakan bagian yang melakukan buka tutup valve sesuai dengan
sinyal yang diterima dari pengontrol [2].
5. Positioner
Positioner berfungsi sebagai penghubung sinyal input dengan posisi valve,
serta memberika tekanan output pada actuator [2].
6. I/P Tranduser
Pada dasarnya prinsip kerja I/P adalah keseimbangan gaya. Arus listrik (4-20
mA) dari transmitter kemudian ditransmisikan lewat DCS dan dilewatkan
melalui kumparan dan menghasilkan suatu perpindahan rotasional dari batang
yaitu berupa tekanan udara (3-15 psig) [2].
Globe Valve
Globe valve adalah jenis valve yang dapat mengatur besarnya fluida yang mengalir
pada pipa berdasarkan persentase (bukan hanya dalam keadaan terbuka dan
tertutup). Biasanya bagian penutupnya dinamakan dengan disk yang bergerak naik
turun untuk menutup aliran dalam valve. Globe valve memiliki keistimewaan yaitu
mempunyai kemampuan untuk throttling. Throttling adalah kemampuan untuk
membuka dan menutup aliran sesuai kebutuhan. Jadi valve ini mampu membuat
alirannya sangat deras dengan membuka sepenuhnya, setengah, dan menghentikan
aliran dengan menutup sepenuhnya tergantung persentase yang diinginkan. Berikut
penampakan dari global valve yang ditunjukan pada Gambar 3.4.
12
BAB IV
PEMBAHASAN
13
4.2. Vortex Flowmeter seri FT 131
Vortex flowmeter dengan nomor seri FT 131 yang diterapkan pada pipa sirkulasi
pompa amonia memiliki akurasi 1 untuk gas dan 0,75% untuk cairan. Penerapannya
menggunakan standar 5/2 yaitu berjarak minimum dengan benda lainnya pada pipa
yang sama 5d (lima kali diameter pipa) untuk aliran sebelum flowmeter, dan 2d
(dua kali diameter pipa) sesudah flowmeter. Hal ini bertujuan untuk menghindari
turbulensi (aliran tidak beraturan) yang akan mempengaruhi akurasi pengukuran.
Pada vortex flowmeter tersebut terdapat sebuah transmitter elektrik (4-20 mA) yang
selanjutnya sinyal elektrik tersebut akan dibaca oleh DCS seperti yang ditunjukan
Gambar 4.6. berikut.
Transmitter
Berikut spesifikasi vortex flowmeter seri FT 131 serta kelebihan dan kekurangan
flowmeter seri FT 131 ditampilkan pada Tabel 4.1 dan 4.2 secara berturut-turut.
Tabel 4.1 Spesifikasi vortex flowmeter
Ukuran 100 mm
14
Rentang frekuensi 40,1377 Hz
Satuan PV Ton/jam
Kelebihan Kekurangan
Tidak dibutuhkan maintenance bila Pressure drop : rendah
digunakan pada aliran fluida yang bersih
Bisa mengukur hampir semua jenis cairan -
15
Untuk indikator PV, SP, alarm, serta output lebih jelasnya pada Gambar 4.8.
Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa PV 100% berada pada angka 60.000 kg/jam.
Yang menandakan jika PV berada di atas angka sempurna tersebut maka PV tidak
dapat dibaca oleh DCS. Pada indikator alarm terdapat tanda “centang” menandakan
alarm aktif untuk memberi peringatan. Apabila pula PV berada di atas SP namun
masih berada pada batas aman maka hal ini menandakan alarm tidak menyala. Jika
PV berada pada “PV high” ataupun “PV low” maka alarm akan menyala (high)
yang menandakan PV tidak sesuai standar. Sedangkan jika PV berada pada “PV
low-low” maka mesin pompa akan otomatis berhenti beroperasi dan alarm akan
memberikan sinyal urgent yang menandakan bahwa mesin pompa harus segera
ditangani. Lalu dapat pula dilihat indikator output kosong (tidak berwarna) ini
menandakan bahwa valve terbuka sebesar 0%.
Lebih jelasnya alur proses pengontrolan terdapat pada Gambar 4.9 dengan
memaparkan bahwa pertama-tama sinyal input analog dari lapangan dibaca oleh
PMIO AI. Kemudian, DACA mengubah sinyal analog menjadi nilai desimal yang
kemudian dapat dibaca menjadi nilai PV. Lalu, di PIDA terjadi pengontrolan PID
dan juga operator bisa menentukan nilai SP yang diinginkan. Kemudian PMIO AO
16
mengirimkan sinyal output berupa pengontrolan PID ke aktuator valve sehingga
sistem berjalan dengan stabil.
PMIO AI Channel
PMIO AI Adalah komponen dari sistem DCS dimana bagian ini berfungsi untuk
mengumpulkan data-data input dari lapangan yang bersifat analog. Untuk
penggunaan sinyal analog standar yang digunakan untuk pengambilan data adalah
(4-20 mA) atau (1–5 VDC). sinyal standar ini didapat dari sensor atau transmitter
yang berada di lapangan. Untuk pengukuran sinyal standar dapat dijadikan acuan
beberapa pembacaan sensor yang terjadi di lapangan. Seperti contoh sebagai berikut
bentuk pembacaan sensor
4 mA = 0%
12 mA = 50%
20 mA = 100%
Pada pembahasan kali ini, sinyal analog yang dibaca adalah (4-20 mA) yang didapat
dari transmitter elektrik. Penampilan dari PMIO AI pada chart diagram DCS
ditunjukan Gambar 4.10.
17
Gambar 4.6. PMIO AI Channel
Dapat dilihat pada Gambar 4.10 terdapat sebuah indikator PV sebesar 79,12138
yang mana angka tersebut merupakan nilai sinyal analog yang didapat dari
transmitter dengan kisaran (4-20 mA).
DACA
DACA Adalah sebuah function block untuk merubah nilai analog menjadi nilai
desimal di HMI. Yang dapat dibaca menjadi Nilai PV oleh operator DCS yang
diberikan oleh Gambar 4.11.
Dari Gambar 4.11, nilai masukan yang didapat dari PMIO AI berubah menjadi
bentuk nilai desimal sebesar 47.438,89 kg/jam dan terdapat juga range PV yang
18
bisa diproses oleh DACA yaitu low dengan nilai 0 dan high sebesar 60.000 kg/jam
yang mana jika PV melewati 60.000 kg/jam maka DACA tidak dapat membacanya.
PIDA
PIDA Adalah sebuah function block untuk pengontrolan sebuah loop di HMI.
Seorang operator bisa menentukan nilai SP yang diinginkan yang dapat dilihat pada
Gambar 4.12.
Dari Gambar 4.12, adanya nilai PV yang diterima sebesar 47.438,89 kg/jam dan SP
yang ditentukan sebesar 45.000 kg/jam. Dari hasil pengontrolan, PID didapatkan
output sebesar -5%, dan dari output tersebut menjadi pengontrolan terhadap valve
sehingga valve akan terbuka sebesar -5% yang sama artinya valve terbuka 0%. Pada
PIDA terdapat pengontrolan PID yang bisa memberikan output stabil.
PMIO AO Channel
PMIO AO adalah komponen DCS yang berfungsi untuk menyalurkan sensitif
sehingga error bisa dihilangkan dengan cepat dan baik. Kemudian, tampilan PMIO
AO ditunjukan Gambar 4.13.
19
Gambar 4.9. PMIO AO Channel
Output -5% akan diterima valve sehingga valve akan terbuka sebesar -5% atau tidak
terbuka sama sekali. Sinyal (4-20 mA) akan berubah dengan karakteristik reverse
action menjadi (20-4 mA). Nilai ini akan diterima oleh valve melalui tranduser I/P
(Current to Pneumatic converter) yaitu sebuah tranduser yang dapat mengubah
sinyal arus menjadi sinyal tekanan udara. Maka, udara instrumen akan
menggerakkan aktuator valve sesuai nilai output dari DCS.
Aktuator
Selang
pneumatic
20
Sinyal -5% dari PMIO AO ditransfer dalam bentuk sinyal elektrik (20-4 mA). Yang
kemudian dikonversikan menjadi bentuk sinyal pneumatic (3-15 psig) oleh
tranduser I/P (current to pneumatic converter) yaitu sebuah tranduser yang mampu
mengubah sinyal elektrik menjadi bentuk sinyal tekanan udara. Kemudian melalui
selang pneumatic tekanan udara tersebut akan menggerakan aktuator yang terdapat
pada valve seri FV 131, sehingga valve dapat digerakan dengan otomatis sesuai
sinyal yang diterima dari DCS. Kemudian, spesifikasi valve FV 131 ditampilkan
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Spesifikasi FV 131
Temperatur 30℃
Viskositas 0,15 cp
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
[1] ITTP, 1981, Student Work Instrumentation Maintenance Module 5 Control
Valve, Instrument Society of America
[2] Instrumentation & Control Technical Training “Pneumatic Actuators and
Postioners”. 1983. NUS Training Corporation.
[3] A.K EI Wahed, J.L Sproston. The influence of shedder shape on the
performance of the electrostatic vortex flowmeter. Flow measurement and
Instrumentation. 1991, Vol.2, No.3, p.169
[4] D’Andrea, Raffaello (2003). “Distributed Control Design for Spatially
Interconnected System”. IEEE Transactions on Automatic Control.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Amonia feed
2. Data sheet vortex flowmeter
3. Data sheet FV-131
4. Data sheet FV-131 (2)
5. PMIO
6. PMIO MODULE (front DCS)
7. PMIO AI
8. PMIO AO
9. PMIO MODULE (rear DCS)
10. Surat permohonan Kerja Praktek
11. Surat balasan permohonan Kerja Praktek
12. Log book kegiatan
13. Penilaian pembimbing lapangan
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.