Gerakan Petani Abad Ke-19: Studi Kasus Gerakan Petani Pagilaran
I Nyoman Bayu Pramartha
Prodi Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PGRI Bali pramarthabayu@gmail.com
Tulisan ini mencoba untuk memaparkan beberapa fenomena-fenomena
pergerakan-pergerakan petani abad ke-19 dengan studi kasus di desa pagilaran.Pergerakan ini dilatarbelakangi karena perebutan lahan serta perjuangan untuk merebut hak-hak para petani dari pembebasan lahan untuk para petani di desa Pagilaran.
Kata Kunci: Petani,Gerakan Petani.
Pendahuluan Sejarah ketidakadilan terhadap petani telah menjadi fenomena nyata Peristiwa perlawanan petani di di Indonesia. Kemunculan konflik berbagai daerah pada era Orde Baru pertanahan antara petani dengan maupun sesudahnya menunjukkan pengusaha sekaligus negara, akhirnya petani bukan masyarakat yang diam memotivasi terbentuknya gerakan dan pasif. Revolusi dapat mengalir dan petani. Di beberapa daerah muncul berkekuatan besar di kalangan petani aksi petani seperti gerakan petani pedesaan dan menentukan arah Jenggawah berhadapan dengan PTP perubahan masyarakat. Kegagalan XXVII, kasus Tapos dan Cimacan teori modernisasi pembangunan dalam yang memperjuangkan tanah seluas menjalankan tugasnya sebagai pemicu 750 ha, kasus petani Indragiri Hulu gerakan adalah akar pemikiran sosial Riau berhadapan dengan para investor untuk memahami revolusi dan realitas penanam modal di berbagai bidang politik petani (sebagai kekuatan di usaha seperti kelapa sawit, karet, dan masyarakat yang acap diandaikan sebagainya. terbelakang tersebut). Berkaitan dengan merebaknya Kegagalan teori modernisasi gerakan petani tersebut, pasca pembangunan tidak saja berakibat reformasi 1998 Petani Pagilaran juga petani kehilangan nilai subsistensinya melakukan aksi untuk menyuarakan dari tanah, tetapi juga mengakibatkan tuntutan terhadap PT. Pagilaran kesenjangan ekonomi petani dengan kabupaten Batang Jawa Tengah yang unsur masyarakat lain. Pemerintah dikelola oleh Fakultas Pertanian melakukan transformasi ekonomi Universitas Gadjah Mada. Tuntutan politik yang sangat bias industri. mereka adalah land reclaiming, lahan Modernisasi pertanian dilakukan, pemukiman, dan perbaikan taraf tetapi bukan untuk kepentingan kesejahteraan upah buruh tani. kemajuan pertanian melainkan untuk Sejarah PT. Pagilaran pada menopang proyek-proyek industri. awalnya adalah sebuah Maskapai Perusahaan Belanda yang berdiri pada mengangkat isue hubungan PT. tahun 1880. Pada tahun 1922 dibeli Pagilaran dengan buruh PT. Pagilaran. oleh pemerintah Inggris dan Sebelum penulis menguraikan digabungkan dengan Pamanukan dan lebih banyak tentang penyebab Tjiasem Lands PT (P & T LANDS PT) lahirnya gerakan perlawanan petani yang berpusat di Subang Jawa Barat. tersebut, maka di bawah ini akan Pada saat itu luas yang dikelola diuraikan tentang sejarah penguasaan perusahaan adalah sekitar 663 ha. petani versi masyarakat dan PT. Setelah Indonesia merdeka, Pagilaran. Perbedaan versi tersebut perkebunan Pagilaran tetap menjadi juga merupakan awal konflik antara milik pemerintah Inggris. Pada tahun masyarakat anggota P2KPP/PMGK 1963 rakyat merebut dari Inggris untuk dengan PT. Pagilaran. diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Pada saat itu motivasi Pembahasan perjuangan rakyat untuk merebut Versi Masyarakat P2KPP-PM2KG perkebunan Pagilaran adalah adanya 1. Penguasaan oleh Petani semangat nasionalisme yang Sebelum Belanda masuk ke dipropagandakan oleh Sukarno. wilayah kecamatan Blado, Gerakan petani Pagilaran masyarakat telah membuka lahan merupakan gerakan yang terorganisir Giyanti, Gamblok, Kwarasan dan dalam P2KPP (Paguyuban Petani Pagilaran untuk lahan pertanian, Korban PT. Pagilaran). Awalnya pemukiman, dan kebutuhan paguyuban tersebut mempunyai lainnya. Belanda datang ke tuntutan kepada PT. Pagilaran untuk wilayah Kecamatan Blado kurang mengembalikan tanah HGU yang lebih antara tahun 1918-1925 diklaim milik petani, selanjutnya melalui para investornya kemudian setelah P2KPP beralih menjadi PMGK Belanda melakukan sewa panjang (Paguyuban Masyarakat Gunung kepada para petani.masuknya Kamulyan) dalam tuntutannya juga Belanda (orang Eropa) ke wilayah Batang khususnya di daerah yang memperbolehkan setiap pemodal berbukit dengan tujuan menyewa untuk mendapatkan lahan dengan lahan-lahan petani dengan harga cara apapun termasuk dengan cara yang sangat murah dan tidak kekerasan dan pengusiran. Anton manusiawi adalah pada waktu E. Lucas menjelaskan tentang tahun 1920-an. Proses sewa proses sewa-menyewa yang menyewa tanah ini pun berlaku dilakukan para pemodal Eropa dan terjadi di daerah lainnya sering memanfaatkan dan sekaresidenan Pekalongan (waktu memperalat para aparat itu Batang masih berbentuk pemerintahan desa seperti lurah kawedanan dan masuk dalam dan cariknya atau biasa yang pemerintahan karesidenan disebut pangreh praja. Dalam Pekalongan). Kemudian tanah proses penyewaan lahan itu pun yang disewa Belanda itu dijadikan dilakukan dengan pemaksaan. areal perkebunan. Perjanjian sewa sepihak ini sangat 2. Masa Kedatangan Belanda merugikan petani, karena di Kebijakan Agrarisch Wet 1870 samping harga sewa yang murah yang menggantikan sistem (dihitung berdasarkan tanaman sebelumnya (cultuure stelsel), yang berdiri bukan berdasarkan mengakibatkan masuknya modal harga tanah yang sesungguhnya) asing di Indonesia. Salah satu juga mereka dipaksa untuk menjadi bisnis yang banyak dilirik adalah buruh dalam perusahaan itu. Proses usaha perkebunan yang banyak sewa Belanda di daerah menghasilkan komoditi yang laku perkebunan Pagilaran pun tidak di pasaran dunia, seperti kopi, kina, terlepas dari tindakan pemanfaatan dan rempah-rempahan lainnya. aparat desa, pemaksaan dan Usaha tersebut mensyaratkan pengusiran masyarakat. tersedianya tanah dalam skala luas. Kekuasaan Belanda saat itu 3. Masa Penjajahan Jepang Jepang menyerah kepada Sekutu Tahun 1942, Jepang datang ke pada bulan Agustus 1945. Dengan wilayah Indonesia dengan angkat kakinya Jepang dari tanah mengaku sebagai “saudara tua” Indonesia termasuk dari daerah yang akan membantu pribumi Batang dan Pekalongan, kemudian untuk lepas dari penjajahan para tokoh-tokoh pejuang Belanda. Posisi Belanda waktu itu Indonesia memproklamirkan menyerah tanpa syarat kepada kemerdekaan Indonesia pada Jepang. Tanah-tanah perkebunan tanggal 17 Agustus 1945. yang waktu itu ditinggalkan para 4. Kemerdekaan RI pemodal Belanda menjadi terlantar Pasca kemerdekaan RI, pada tahun bahkan ada yang sengaja 1947-1948 Belanda dengan agresi dihanguskan oleh pihak Belanda militernya mencoba menguasai sendiri. Kemudian para pemimpin kembali tanah-tanah perkebunan Jepang menginstruksikan kepada yang ada di wilayah Kabupaten para petani untuk menggarap lahan Batang (atau dahulu masuk dalam tersebut dengan menanami Karesidenan Pekalongan), tanaman jagung dan tanaman termasuk Pagilaran. Kedatangan palawija lainnya. Dalam masa ini, Belanda untuk kembali tanah yang dibuka kembali itu menancapkan kekuasaannya di sebagian ditujukan untuk Indonesia termasuk kembali mensuplai bahan pangan bagi menguasai lahan-lahan perkebunan tentara Jepang yang sedang perang. yang mereka tinggalkan, dianggap Sehingga yang terjadi adalah oleh rakyat Indonesia hanya akan menanami lahan yang dahulu memperpanjang penderitaan pernah disewa oleh rakyat. Maka itu, atas aset-aset Belanda/perusahaan. Proses yang ada dan akan kembali penggarapan lahan terus dilakukan dikuasai oleh penjajah Belanda para petani sampai akhirnya dibumihanguskan. Aset Belanda atau Perusahaan Belanda yang 1966 paska revolusi yang dibakar oleh rakyat Indonesia dilakukan oleh PKI, Pagilaran bersama dengan Tentara Rakyat datang ke desa dan mengambil alih adalah pabrik perusahaan yang pengelolaan lahan perkebunan menjadi pusat pengelolaan setelah mendapatkan hibah dari perkebunan teh.Belanda datang pemerintah Indonesia waktu itu. dengan menumpang Lahan perkebunan yang dikelola (menunggangi) Inggris sebagai PN. Pagilaran adalah di luar tanah- sekutu. Tujuan Belanda adalah tanah yang digarap petani di lima untuk kembali mengambil aset desa. Kemudian PN. Pagilaran yang sempat ditinggalkan pada saat dengan dalih bahwa tanah-tanah penyerahan kepada Jepang. garapan tersebut adalah tanah Pembakaran yang dilakukan oleh garapan para eks PKI, maka akan rakyat tidak menghentikan Belanda dicabut. untuk tetap masuk kembali menjajah. Versi Masyarakat Non- Mereka kembali membangun P2KPP/PMGK pabrik di areal Sejarah penguasaan tanah perkebunannya.Tetapi lahan-lahan Pagilaran menurut versi masyarakat yang dikuasai dan dikerjakan oleh nonanggota P2KPP/PMGK66 diawali perusahaan Belanda tersebut pada zaman kolonialisme.Ketika adalah tanah-tanah di luar yang kolonial datang ke daerah Pagilaran, dikerjakan dan dikelola petani Pagilaran merupakan lahan yang tidak seluas 450 ha. bertuan masih berupa hutan belantara. 5. Masa dikuasai PT. Pagilaran Pagilaran adalah mayoritas pendatang Pada tahun 1963 warga di lima dari Banjarnegara dan Wonosobo, desa berusaha merebut lahan dari lainnya dari Sukorejo dan Kendal. Inggris (kedatangan Inggris adalah Pada tahun 1880 lahan yang telah setelah tahun 1945).Pada tahun dibuka mulai ditanami dengan tanaman keras untuk perkebunan, tapi tidak semua lahan ditanami sebab Versi PT. Pagilaran untuk ketahanan air. Pada 1922 PT. Pagilaran memperoleh perkebunan dibeli Inggris dan HGU dari Pemerintah sejak tahun digabung dengan P & T Lands. Pada 1964. Awalnya merupakan perkebunan 1923 pabrik dibakar, sedangkan zaman Belanda. Pemerintah melalui emplasement tidak dibakar. Presiden Sukarno memberikan hibah Ketika Jepang masuk kepada Universitas Gadjah Mada kemudian sebagian teh dibabat untuk tahun 1964 berupa lahan seluas 1.131 ditanami tanaman umbi-umbian, sayur, ha yang berasal dari proses ketela pohon, jerami. Saat itu Jepang nasionalisasi perkebunan Belanda. tidak mengoperasionalkan perkebunan Lahan berupa kebun teh peninggalan sebab teh merupakan komoditas Belanda, sebagian lahan ada yang ekspor yang membutuhkan banyak rusak akibat pendudukan Jepang, biaya untuk mengelolanya, dan saat itu sebagian ada kebun kina, kebun kopi, Jepang sedang menghadapi perang dan ada lahan yang ditanami teh dunia kedua. Jepang lebih memilih polykronal, yaitu teh sumber genetik untuk memerintahkan rakyat yang tidak diambil daunnya, tapi menanami tanaman pangan. Jepang diambil untuk persilangan atau saat itu meminjami tanah perkebunan pemuliaan tanaman. Atas lahan yg untuk ditanami tanaman pangan oleh belum ditanami teh karena rusak penduduk. Tanah yang dipinjam itulah akibat pendudukan Jepang (sekitar yang sekarang menjadi klaim 300-400 ha, tanah yang sekarang P2KPP/PMGK. Selanjutnya pada masa diklaim milik petani) itu kemudian kemerdekaan Indonesia, setelah oleh pimpinan kebun diberikan Jepang pergi perkebunan diambil alih kesempatan kepada karyawan untuk pemerintah dan menjadi PN. Pagilaran. dimanfaatkan, sepanjang PT. Pagilaran belum bisa menanami dengan teh maka karyawan diperbolehkan untuk menggarap lahan dengan perjanjian hilangnya hak petani atas tanah begitu perusahaan mampu akan mereka menciptakan pergeseran mata pencaharian dari petani di lahan memberitahu untuk dikembalikan ke sendiri menjadi buruh tani dan buruh perusahaan. perkebunan. Kehidupan buruh Setelah perusahaan mempunyai perkebunan pun di bawah standar hak pekerja. kemampuan untuk menanam teh di Sengketa tanah HGU antara lahan yang digunakan karyawan, maka petani Pagilaran dengan PT. Pagilaran secara bertahap (dimulai sejak 1966 di Kecamatan Blado, Kabupaten sampai 1968) lahan yang dipinjamkan Batang Jawa Tengah terjadi sebab diambil kembali oleh PT. Pagilaran. adanya klaim kepemilikan tanah oleh Hal itu sesuai perjanjian bahwa ketika petani Pagilaran atas bagian tanah perusahaan sudah mampu untuk perkebunan PT. Pagilaran.Pihak PT. menanami lahannya dengan teh, maka Pagilaran tetap mempertahankan karyawan yang memanfaatkan lahan bagian tanah yang diklaim petani akan mengembalikan. Proses karena hasil pengukuran ulang pengambilalihan dilakukan secara menyatakan bahwa tanah yang bertahap sampai tahun 1970. digunakan tetap sesuai dengan HGU yang diberikan dari hasil nasionalisasi. KONFLIK PETANI VS PT. PAGILARAN Perjuangan petani Pagilaran yang terorganisir dalam organisasi Gerakan petani yang nyata P2KPP dan kemudian diganti dengan lahir dari kondisi internal kehidupan mereka. Terdapat beberapa faktor PMGK, merupakan sebagian dari internal yang memunculkan semangat dinamika gerakan perlawanan petani perlawanan, yaitu: gerakan perlawanan yang marak terjadi pasca Orde petani tidak bisa dilepaskan dari aspek Baru.Teori-teori untuk mengkaji kebijakan pertanahan negara dan kebijakan developmentalisme, fenomena tentang gerakan perlawanan sehingga menghasilkan produk petani dibagi dalam tiga pendekatan kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat kecil. Selain itu, kenyataan yaitu moral ekonomi, sejarah dan mereka lakukan untuk meningkatkan pendekatan ekonomi politik. taraf hidup. Aspek moral ekonomi yang Gerakan perlawanan juga menjadi pemicu gerakan perlawanan bersumber dari kekecewaan induvidu- petani, yaitu: 1) adanya reaksi terhadap induvidu yang terakumulasi atas perubahan yang dianggap akan buruknya kondisi ekonomi, kondisi mengancam kelangsungan hidup para pemukiman dan ketidakmampuan petani yang berada dalam kondisi mereka menghadapi tuntutan hidup subsisten, 2) dalam gerakan seperti pendidikan, kesehatan, dan perlawanan petani, faktor pemimpin sebagainya.Kekecewaan individu- gerakan merupakan faktor kunci dan individu tersebut menjadi perlawanan pemimpin gerakan ini biasanya berasal kolektif yang mewujudkan satu dari kalangan elit desa atau patron. tindakan yaitu reklaiming dan aksi- Pendekatan sejarah aksi buruh.Upaya reklaiming yang menitikberatkan pada gerakan kemudian gagal akibat kekalahan pada perlawanan petani sebagai suatu reaksi saat pengukuran ulang dan diikuti terhadap perubahan yang mengancam dengan pelemahan organisasi akibat tata kehidupan sosial lama yang ada- penangkapan 21 anggota P2KPP nilai, norma, tradisi dan pranata sosial. dilanjutkan dengan perjuangan dalam Pendekatan ekonomi politik, PMGK. gerakan perlawanan petani sebenarnya Dalam jangka pendek didasari oleh pertimbangan rasional P2KPP/PMGK belum mendapat hasil individual para petani terhadap yang maksimal. Tuntutannya atas perubahan yang dikalkulasi akan pengembalian hak tanah menemui merugikan dan bahkan mengancam kendala yaitu lemahnya posisi mereka. Atau, sekurangkurangnya, P2KPP/PMGK dalam segi bukti hak perubahan ini dinilai telah kepemilikan tanah, kuatnya PT. menghalang-halangi usaha yang Pagilaran atas penguasaan sah HGU perkebunan teh Pagilaran dan status HGU kelas 1, serta perkebunan teh Basrowi dan Sukidin, 2003, Teori- Teori Perlawanan dan Pagilaran merupakan lahan konservasi Kekerasan Kolektif, Insan yang tidak baik untuk tanaman Cendikia. musiman. Dalam masalah Lucas, Anton E., 1989, Peristiwa Tiga kesejahteraan, PT.Pagilaran sedang Daerah: Revolusi Dalam Revolusi. mengalami keterbatasan kemampuan karena harga teh di pasaran Bates, Robert H, dalam Zainuddin Maliki, 1999, Penaklukan internasional tidak stabil, akibatnya Negara Atas Rakyat: Studi terjadi penunggakan upah buruh yang Resistensi Petani Berbasis Religio Politik Santri Terhadap telah melalui jalur dispensasi dari Negarisasi, Gadjah Mada Gubernur melalui Depnaker. University Press. Kebijakan PT. Pagilaran terhadap Herawati, Siti Rahma Mary, dkk, kesejahteraan buruh senantiasa 2003, Atas Nama Pendidikan: Terkuburnya Hak-Hak Petani menjadi perhatian besar bagi PMGK. Pagilaran Atas Tanah, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Februari. Daftar Pustaka Kartodirdjo, Sartono, dan Djoko Azhar, Ipong S., 1999, Radikalisme Suryo,1994 Sejarah PetaniMasa Orde Baru, Perkebunan di Indonesia: Yayasan Untuk Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi, Aditya Yogyakarta Media, Yogyakarta.