Anda di halaman 1dari 4

Bobby Jasmind

XI IPA 2

07

Definisi Laju Reaksi

Istilah “laju” atau “kecepatan” menunjukkan perubahan sesuatu yang terjadi tiap satuan waktu.
Dalam reaksi kimia terjadi proses perubahan zat-zat pereaksi menjadi produk. Jadi pada saat reaksi
berlangsung, jumlah zat pereaksi akan berkurang sedangkan jumlah produk bertambah.

Laju reaksi didefnisikan sebagai perubahan konsentrasi zat pereaksi atau produk per satuan waktu.
Laju reaksi juga biasa dinyatakan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi
atau laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk dalam satuan waktu. Laju reaksi
dirumuskan sebagai persamaan 7.1 berikut:

Reaksi: R —————> P

v=

atau

v=

dengan

R = pereaksi (reaktan)

P = hasil reaksi (produk)

v = laju reaksi

t = waktu reaksi

Δ[R] = perubahan konsentrasi pereaksi

Δ[P] = perubahan konsentrasi produk

= laju pengurangan konsentrasi salah satu pereaksi dalam satu satuan waktu

= laju penambahan konsentrasi salah satu produk dalam satu satuan waktu

Berdasarkan definisi di atas, maka laju reaksi mempunyai satuan (konsentrasi) (waktu)-1.
Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam molar, sedangkan satuan waktu dapat digunakan detik atau
menit bagi reaksi yang berlangsung relatif cepat, dan jam bagi reaksi yang lambat.

Ada dua pengertian laju reaksi, yaitu laju rata-rata dan laju seketika. Laju reaksi rata-rata
menyatakan perubahan konsentrasi yang terjadi pada selang waktu tertentu. Laju reaksi seketika
menyatakan perubahan konsentrasi pada suatu waktu tertentu.
Untuk mencegah kesukaran yang dihadapi siswa dalam menentukan laju reaksi dan menghindari
adanya miskonsepsi tentang 2 pengertian laju reaksi, berilah contoh dan bandingkan kedua
pengertian tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk reaksi:

2N2O5 (g) → 4 NO2 (g) + O2 (g)

laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar N2O5atau laju
pertambahan konsentrasi molar NO2 atau laju pertambahan konsentrasi molar O2:

VN2O5 =

VN2 =

VO2 =

Sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya, laju pembentukan O2 adalah setengah dari laju
penguraian N2O5 atau seperempat dari laju pembentukan NO2. Oleh karena itu dapat ditulis :

Laju reaksi yang dihitung dengan persamaan 7.1 adalah laju rata-rata untuk selang waktu tertentu.
Laju seketika dapat diperoleh jika selang waktu (Δt) dibuat kecil mendekati nol. Perbedaan antara
laju rata-rata dan laju seketika atau laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misal suatu
kendaraan menempuh jarak 200 km dalam 4 jam, maka laju rata-rata kendaraan itu adalah 200 km /
4 jam = 50 km / jam. Namun, tentunya laju kendaraan selama perjalanan tidak selalu 50 km/jam,
kadang-kadang lebih kadang-kadang kurang, seperti yang ditunjukkan oleh speedometer kendaraan
itu. Speedometer menunjukkan laju seketika pada setiap saat. Perbedaan laju kendaraan dengan laju
reaksi adalah bahwa laju reaksi tidak bervariasi naik turun seperti speedometer tetapi makin lama
makin menurun (lihat Gambar 7.1).

Gambar 7.1. Laju pembentukan gas O2pada penguraian N2O5

Gambar 7.1 memperlihatkan laju pembentukan gas O2 pada penguraian N2O5 yang diukur dengan
selang waktu 600 detik. Berdasarkan data pada gambar tersebut dapat dihitung laju rata-rata
pembentukan O2 selang waktu 600 detik pertama (dari t=0 detik hingga t=600 detik) sebagai
berikut:

VO2 =

Laju rata-rata selang waktu 600 detik yang kedua (dari t=600 detik hingga t=1200 detik) adalah
sebagai berikut:

VO2 =

Sementara itu laju penguraian N2O5ataupun laju pembentukan NO2 dapat ditentukan berdasarkan
laju pembentukan O2 dengan menggunakan perbandingan koefisien reaksi:

VN2O5 = 2 x VO2

VNO2 = 4 x VO2

Untuk selang waktu dari 0 hingga 600 detik yang pertama:


VN2O5 =

VNO2 =

Menentukan Laju Reaksi

Laju reaksi dapat ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan mengukur konsentrasi salah satu
pereaksi atau salah satu produk pada selang waktu tertentu selama reaksi berlangsung.

Ada dua cara umum untuk menentukan konsentrasi zat dalam campuran reaksi, yaitu cara kimia dan
cara fisika. Pada cara kimia diambil sejumlah volum campuran reaksi (misalnya 25 mL) pada waktu-
waktu tertentu dan konsentrasi salah satu zat di dalamnya ditentukan dengan suatu metode analisis
kimia (misalnya titrasi). Karena metoda analisa ini memakan waktu yang cukup lama, maka sebelum
melakukan analisis, reaksi dalam cuplikan yang diambil itu harus dihentikan atau diperlambat
terlebih dahulu. Cara untuk menghentukan atau memperlambat reaksi dapat dilakukan dengan
membekukan reaksi pada suhu rendah, atau menetralkan salah satu zat yang ada dalam cuplikan.
Dengan cara kimia konsentrasi zat dapat diketahui secara langsung.

Pada cara fisika, yang disebut juga cara tidak langsung, diukur suatu sifat fisika dari campuran reaksi
pada waktu-waktu tertentu. Sifat fisika yang banyak diukur adalah tekanan (pada reaksi gas yang
mengalami perubahan jumlah mol zat), daya hantar listrik (pada reaksi yang mengalami perubahan
jumlah ion), atau absorpsi cahaya, keuntungan dari cara fisika ialah tidak perlu diambil cuplikan dan
pengukuran dapat dilakukan pada campuran reaksi. Kerugiannya ialah bahwa perubahan sifat fisika
yang diukur itu harus dapat dikonversi sebagai perubahan konsentrasi. Hal ini hanya mungkin jika
diketahui hubungan antara sifat fisika itu dengan konsentrasi.

Untuk reaksi hidrolisis etil asetat berikut ini,

CH3COOC2H5 + H2O → CH3COOH + C2H5OH

etil asetat asam asetat etanol

laju reaksi dapat ditentukan secara kimia dengan memberikan basa berlebih, yang diketahui
konsentrasinya, kepada cuplikan yang diambil, untuk menetralkan asam asetat yang terbentuk.
Kelebihan basa dapat dititrasi dengan larutan asam standar, sehingga konsentrasi asam asetat dapat
dihitung dari perbedaan konsentrasi basa.

Untuk reaksi penguraian dinitrogen pentaoksida membentuk nitrogen dioksida dan oksigen,

2N2O5 (g) → 4NO2 (g) + O2 (g)

laju reaksinya dapat ditentukan secara fisika dengan mengukur perubahan tekanan yang terjadi
karena perubahan jumlah mol gas. Gambar 7.2 memperlihatkan bagan alat yang dapat mengukur
perubahan tekanan pada reaksi gas.

Gambar 7.2 Alat Pengukur Perubahan Tekanan pada Suatu Reaksi Gas

Penambahan jumlah mol gas sebagai hasil reaksi menyebabkan penambahan tekanan, yang dapat
dibaca melalui manometer. Semakin banyak N2O5 yang terurai semakin besar tekanan. Bila reaksi
berlangsung pada volume dan suhu tetap, maka pertambahan tekanan dapat dikaitkan dengan
penambahan jumlah mol. Dengan demikian laju penguraian N2O5 itu dapat ditentukan.
Idealnya cara penentuan laju reaksi dilakukan dengan percobaan di laboratorium, agar siswa tidak
mengalami kesukaran dalam memahami konsep cara menentukan laju reaksi. Jika praktikum di
laboratorium tidak dapat dilakukan, siswa diberi pemahaman yang lebih mendalam mengenai
perbedaan antara sifat fisika dan sifat kimia agar mereka tidak mengalami kerancuan dalam
menentukan cara fisika atau cara kimia yang digunakan dalam menentukan laju reaksi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: konsentrasi, suhu, luas permukaan dan
katalisator.

Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

Laju reaksi bergantung pada jumlah tumbukan antara molekul-molekul pereaksi yang terjadi tiap
satuan waktu. Makin besar jumlah tumbukan ini, makin besar pula laju reaksi. Salah satu cara untuk
memperbesar jumlah tumbukan ialah dengan menaikkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Menaikkan
konsentrasi berarti menaikkan jumlah molekul per satuan volum, sehingga kemungkinan terjadinya
tumbukkan antara molekul-molekul akan bertambah besar pula. Jadi dapat dikatakan bahwa
kenaikkan konsentrasi pereaksi akan memperbesar kecepatan reaksi.

Hubungan kuantitatif antara konsentrasi dan laju reaksi dinyatakan oleh rumus laju reaksi atau
hukum laju reaksi. Untuk reaksi:

mA + nB → pC + qD

rumus laju reaksinya dinyatakan dengan persamaan:

v = k . [A]x . [B]y

Berarti, reaksi berorde x terhadap pereaksi A dan berorde y terhadap pereaksi B. Orde reaksi total
adalah (x + y). Faktor k pada persamaan laju reaksi disebut tetapan laju reaksi. Harga k khas untuk
setiap reaksi dan hanya dipengaruhi oleh suhu dan katalisator.

Pada umumnya orde reaksi berupa bilangan bulat sederhana (1, 2, atau 3), tetapi kadang-kadang
berupa bilangan pecahan, misalnya 1/2. Perhatikan persamaan laju beberapa reaksi berikut ini:

2N2O5 (g) → 4NO2 (g) + O2 (g)

v = k . [N2O5]

CHCl3 (g) + Cl2 (g) → Ccl4 (g) + HCl (g)

v = k. [CHCl3] . [Cl2]1/2

H2 (g) + I2(g) → 2HI (g)

v = k . [H2] . [I2]

CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l) → CH3COOH(aq)

v = k.[CH3COOC2H5]

Pada contoh nomor 4 di atas, persamaan laju reaksi tidak dipengaruhi oleh salah satu pereaksi, yaitu
H2O. Hal itu berarti konsentrasi H2O tidak mempengaruhi laju reaksi. Reaksi dikatakan berorde nol
terhadap H2O.

Anda mungkin juga menyukai