Anda di halaman 1dari 214

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “ E “ PADA

KEHAMILAN NORMAL DI PUSKESMAS BONTOBANGUN


KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
PERIODE JULI - AGUSTUS TAHUN 2020

PROPOSAL

ANA KARLINA
NIM : B.16.08.003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2020
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “ E “ PADA
KEHAMILAN NORMAL DI PUSKESMAS BONTOBANGUN
KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
PERIODE JULI - AGUSTUS TAHUN 2020

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Ahli


Madya Kebidanan Pada Program Studi Diploma III Kebidanan

Oleh :

ANA KARLINA
NIM : B.16.08.003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “E“ PADA


KEHAMILAN NORMAL DI PUSKESMAS BONTOANGUN
KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
PERIODE JULI – AGUSTUS TAHUN 2020

Disusun dan diajukan Oleh

ANA KARLINA
NIM : B.16.08.003
Telah Diterima dan Disetujui untuk Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Laporan Tugas Akhir Stikes Panrita Husada Bulukumba
Pada tanggal

Menyetujui
Pembimbing Utama, Pembimbing
Pendamping

Risnawati, S.ST.,M.Keb Mitra Asriani, S.ST.,M.Kes

Mengetahui

Ketua Program Studi D III Kebidanan


Stikes Panrita Husada Bulukumba

Rusnawati, S.ST.,M.keb
Nip. 197911242005022004

ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

PROPOSAL

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “ E“ PADA


KEHAMILAN NORMAL DI PUSKESMAS BONTOBANGUN
KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
PERIODE JULI – AGUSTUS TAHUN 2020

Telah dipertahankan dan disahkan oleh Tim penguji Laporan Tugas Akhir Stikes

Panrita Husada Bulukumba yang dilaksanakan pada

Tanggal 16 september 2020

Tim Penguji

Ketua : Risnawati, S.ST.,M.Keb ( )

Anggota : Mitra Asriani, S.ST.,M.Kes ( )

: A.Nurlaily, S.ST.,M.keb ( )

: Iramaya Sari, S.ST.,M.Keb ( )

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba Ketua Program Studi DIII

Kebidanan

Dr. Muriyati, S.Kep, M.Kes Rusnawati, S.ST.,M.Keb


Nip. 19770926 200212 2 007 Nip. 19791124 200502 2 004

iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

UJIAN HASIL

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “ E“ PADA


KEHAMILAN NORMAL DI PUSKESMAS BONTOBANGUN
KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA
PERIODE JULI – AGUSTUS TAHUN 2020

Telah dipertahankan dan disahkan oleh Tim penguji Laporan Tugas Akhir Stikes

Panrita Husada Bulukumba yang dilaksanakan pada

Tanggal 16 september 2020

Tim Penguji

Ketua : Risnawati, S.ST.,M.Keb ( )

Anggota : Mitra Asriani, S.ST.,M.Kes ( )

: A.Nurlaily, S.ST.,M.keb ( )

: Iramaya Sari, S.ST.,M.Keb ( )

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba Ketua Program Studi DIII

Kebidanan

Dr. Muriyati, S.Kep, M.Kes Rusnawati, S.ST.,M.Keb


Nip. 19770926 200212 2 007 Nip. 19791124 200502 2 004

iv
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ana Karlina

NIM : B.16.08.003

Tempat Tanggal Lahir : Bulukumba,24,05,1998

Institus : Stikes Panrita Husada Bulukumba

Menyatakan bahwa laporan tugas akhir yan berjudul “ Asuhan


Kebidanan Komprehensif Ny ”E” kehamilan dengan aneima ringan di
Puskesmas Bontobangun Kecamatan Rilau ale Kabupaten Bulukumba
Periode April – Agustus Tahun 2020” adalah bukan studi kasus orang lain,
baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan


apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi
akademik

Bulukumba,16,September 2020

Yang Menyatakan

Ana Karlina

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan bimbinganNya saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
dengan judul asuhan kebidanan komprehensif pada Ny “E” dengan
kehamilan normal dengan di Puskesmas Bontobangun Kecamatan Rilau
Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2020

Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb) pada Program Studi
D III Kebidanan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Bersamaan ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang


sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. H. Idris Aman, S. Sos selaku Ketua Yayasan Panrita Husada Bukumba

yang telah memberikan fasilitas penyelenggara program DIII

Kebidanan.

2. Dr. Muriyati, S.kep., M.Kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada

Bulukumba yang telah memberikan fasilitas penyelenggara program

Diploma III Kebidanan dan membimbing mahasiswa menuju

penyelesaian.

3. Dr. A. Suswani, S.Kep., M.Kes selaku Wakil Ketua 1 yang senantiasa

memberikan arahan dan himbauan guna kelanacaran perkuliahan

4. Dr. H. Abdul gaffar, M.Epid selaku kepala dinas Kesehatan kabupaten

Bulukumba dan staf yang telah memberikan izin dalam pengambilan

kasus Karya Tulis ilmiah ini.

5. Kepala puskesmas Bontobangun dan staf yang telah memberikan izin

penulis dalam pengambilan kasus di wilayah kerjanya.

vi
6. Rusnawati, S.ST., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan

7. Risnawati,S.ST.,M.Keb sebagai pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

8. Mitra Asriani A, S.ST,M.Keb sebagai pebimbing pendamping yang

telah meluangkan watu untuk membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

9. A, Nurlaily, S.ST,M.Keb dan Iramaya Sari S.ST,M.KES sebagai penguji

yang telah memberikan saran dan kritikan pada penulis dalam

penyempurnaan Laporan Tugas Akhir

10. Seluruh dosen dan staf dalam lingkungan pendidikan yang telah

memberikan bimbingan kepada saya selama mengikuti pendididkan

DIII Kebinanan di STIKES Panrita Husada Bulukumba

11. Kedua orang tua yang tercinta yang tak henti-hentinya memberikan

dukungan moril dan materi dalam membantu penulis menyelesaikan

pendidikan di Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis ilmiah

ini. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap lagkah-langkah

kita menuju kebaikan dan selalu menganugrahkan kasih sayang-nya

untuk kit semua Amin.

Bulukumba,16,September 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN......................................................................iv

KATA PENGANTAR................................................................................v

DAFTAR ISI.............................................................................................vii

DAFTAR TABEL......................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xii

DAFTAR SINGKATAN.............................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................19

A. Latar Belakang ..........................................................................19

B. Rumusan Masalah.....................................................................22

C. Tujuan Penulisan ......................................................................22

1. Tujuan Umum.......................................................................22

2. Tujuan Khussu......................................................................22

D. Manfaat Penulisan.....................................................................23

1. Manfaat Teoritis....................................................................23

2. Manfaat Aplikatif ..................................................................23

viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................24

A. Konsep dasar kehamilan...............................................................24

1. Pengertian kehamilan.............................................................24

2. Pemeriksaan dignistik bidan...................................................24

3. Perubahan anatomi dan fisiologi ibu hamil trimester III.........27

4. Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III..................................31

5. Tanda bahaya kehamilan trimester III....................................32

6. Keluhan yang muncul pada ibu hamil trimester III.................34

7. Kehamilan di era Pandemi COVID-19 ...................................34

8. Konsep SOAP.........................................................................38

B. Konsep dasar persalinan..............................................................41

1. Pengertian persalinan.............................................................41

2. Tahap-tahap persalinan..........................................................41

3. Mekanisme persalinan normal................................................47

4. Asuhan persalinan normal......................................................50

5. Perubahan fisiologis dan psikologis pada persalinan............67

6. Persalinan di era pandemi COVID-19....................................78

7. Konsep SOAP.........................................................................79

C. Konsep dasar bayi baru lahir........................................................85

1. Pengertian...............................................................................85

2. Ciri- ciri bayi baru lahir............................................................86

3. Asuhan bayi baru lahir............................................................87

4. Klasifikasi bayi baru lahir........................................................90

ix
5. Penanganan bayi baru lahir...................................................91

6. Konsep SOAP.........................................................................102

D. Konsep dasar masa nifas..............................................................104

1. Pengertian...............................................................................104

2. Tahap- tahap masa nifas........................................................104

3. Perubahan fisiologis pada masa nifas....................................105

4. Perubahan psikologis pada masa nifas..................................109

5. Kunjungan masa nifas............................................................110

6. Kebutuhan dasar pada masa nifas.........................................111

7. Perawatan payudara ..............................................................115

8. Komplikasi pada masa nifas...................................................116

9. Nifas di era pandemi COVID-19 ............................................117

10. Konsep SOAP.........................................................................118

E. Konsep dasar neonatus................................................................121

1. Definisi neonatus....................................................................121

2. Perubahan fisiologis neonatus...............................................121

3. Kebutuhan dasar neonatus....................................................123

4. Kunjungan neonatus...............................................................125

5. Tanda bahaya neonatus.........................................................128

6. Neonatus di era pandemi COVID-19 .....................................129

7. Konsep SOAP.........................................................................132

F. Keluarga berencana......................................................................134

1. Pengertian...............................................................................134

x
2. Kontrasepsi implam................................................................134

3. AKDR dan IUD........................................................................145

4. KB di era pandemi COVID-19................................................146

5. Konsep SOAP.........................................................................151

G. Kewenangan bidan.......................................................................152

1. Kewenangan bidan.................................................................153

2. Kompetensi bidan...................................................................157

3. Standar pelayanan kebidanan................................................160

BAB III ASUHAN KEBIDANAN ...............................................................162

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN ...............................162

B. ASUHAN IBU BERSALIN ............................................................164

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR......................165

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS...................................166

1. Kunjungan ke-3 (postpartum hari ke-28)................................166

E. ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS.................................168

F. ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA..........169

BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................173

A. Asuhan kebidanan pada ibu hamil timester III..............................173

B. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin............................................181

C. Asuhan kebidanan pada ibu nifas................................................187

D. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.......................................194

E. Asuhan kebidanan pada neonatus...............................................200

F. Asuhan kebidanan pada keluarga berencana..............................204

xi
BAB V PENUTUP....................................................................................208

A. Kesimpulan ..................................................................................208

B. Saran.............................................................................................209

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................211

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Palpasi Abodemen menggunakan cara Leopold ..............24

Tabel 2.2 kebutuhan Gizi pada ibu hamil .........................................30

Tabel 2.3 keluhan pola ibu hamil trimester III ..................................33

Tabel 2.4 perubahan uterus pada masa nifas ..................................111

Tabel 2.5 kunjungan pada masa nifas..............................................115

Tabel 2.6 Distribusi data S dan O dari variabel INC.........................231

Tabel 2.7 Distribusi data S dan O dari variabel ANC........................240

Tabel 2.8 Distribusi data S dan O dari variabel PNC ......................247

Tabel 2.9 Distribusi data S dan O dari variabel BBL........................254

Tabel 3.0 Distribusi data S dan O dari variabel Neonatus...............260

Tabel 3.1 Distribusi data S dan O dari variabel KB .........................265

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Bidan.....................................................229

Lampiran 2 Surat Pernyataan Kesanggupan........................................230

Lampiran 3 Lembar KIA.........................................................................231

Lampiran 4 Kartu KB.............................................................................235

Lampiran 5 informed consent................................................................236

Lampiran 8 Lembar Surat Keterangan..................................................237

Lampiran 9 Lembar Dokumentasi.........................................................238

xiii
DAFTAR SINGKATAN

ANC : Ante Natal Care

AKB : Angka Kematian Bayi

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKI : Angka Kematian Ibu

APGAR : Appereance, Pulse, Grimace, Activity,

Respiration

ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BAP : Bergerak Atas Panggul

BDP : Bergerak Dalam Panggul

BB : Berat Badan

BBL : Bayi Baru Lahir

BBLR : Bayi Baru Lahir Rendah

BCG : Basillus Calmette Guerin

C : Celsius

xiv
Cm : Centimeter

Co2 : Carbon Dioxida

DJJ : Denyut Jantung Janin

DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi

DM : Diabetes Militus

EVA : Ethylene Vinyl Acelate

FSH : Follicle Stimulating hormone

G : Gravidarum

Hb : Hemoglobin

HE : Health Education

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

HPL : Human Plasental Lagtogen

IM : Intra Muskular

IMD : Insisiasi Menyusu Dini

IRT : Ibu Rumah Tangga

INC : Intra Natal Care

KB : Keluarga Berencana

KBA : Keluarga Berencana Aalamiah

KEK : Kekurangan Energi Kronik

KIE : Komunikasi, informasi, Edukasi

KPD : Ketuban Pecah Dini

KPSP : Kuesioner Pra Skrining perkembangann

KU : Keadaan Umum

xv
KN : Kunjungan Neonatus

KF : Kunjungan Nifas

LD : Lingkar Dada

LH : Luteinzing Hormone

LILA : Lingkar Lengan Atas

MAL : Metode Aminore Laktasi

MMHG : Millimeter Merkuri Hydrogirum

MOP : Metode Operatif pria

MOW : Metode Operatif Wanita

MM : Millimeter

N : Nadi

NKKBS : Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

Ny : Nyoya

NR : Non Reaktif

OUI : Ostium Uteri Interna

OUE : Ostium Uteri Eksterna

P : Pernafasan

PAP : Pintu Atas Panggul

PB : Panjang Badan

PP : Post Partum

Puka : Punggung Kanan

PTT : Peregangan Tali pusat Terkendali

PNC : Post Natal Care

xvi
Px : Processus xypoideus

S : Suhu

SBR : Segmen Bawah Rahim

SAR : Segmen Atas Rahim

SMA : Sekolah Menengah Atas

SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia

TP : Taksiran Persalinan

TB : Tinggi Badan

TBJ : Taksiran Berat Janin

TD : Tekanan Darah

TFU : Tingg Fundus Uteri

TT : Tetanus Toxoid

TTV : Tanda-Tanda Vital

USG : Ultrasonography

UUK : Ubun-Ubun Kecil

UUB : Ubun-Ubun Besar

VT : Vaginal Toucher

WHO : World Health Organization

WITA : Waktu Indonesia Tengah

xvii
xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang
Kehamilan merupakan proses alamiah. Perubahan-

perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal

adalah bersifat fisiologis, bukan patologis.oleh karenanya asuhan,

asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan

intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan

dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis. Wanita

menjadi pusat asuhan kebidanan. Dalam arti bahwa asuhan yang

diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja

melainkan juga keluarganya (Wahyuni, 2016 ).

Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah banyaknya

komplikasi yang terajadi pada proses kehamilan, persalinan, dan

nifas merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian

bayi. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik lansung

maupun tidak lansung, termasuk penyakit menular dan tidak

menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin (Rezkyana,

2017).

Ada 4 strategi utama dalam upaya penurunan kesakitan dan

kematian ibu.Pertama meningkatkan akses dan cakupan pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir dan berkualitas. Ke-2


19
membangung kemitraan yang efektif melaui kerja sama lintas

program. Ke-3 mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga

melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku hidup sehat. Ke-4

mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan

dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir

Salah satu upaya mengatasi permasalahan yang diakibatkan

oleh risiko kehamilan adalah melakukan kunjungan pemeriksaan

kehamilan atau antenatal care (ANC). Kunjungan yang teratur dan

pengawasan yang ruin dari bidan atau dokter selama masa

kunjungan tersebut, maka diharapkan komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan dapat dikenali lebih dini. Hal ini dapat

mengurangi resiko kematian ibu hamil ( BKKBN ,2016 ).

Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015,

Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa ( 2,8 % ).

Sedangkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

pada tahun 2014. Angka Kematian di indonesia adalah 214 per

100.000 kelahiran hidup (2,14%), tahun 2015 mengalami

penurunan yakni sebesar 102 per 100.000 (1,02%). Sedangkan

tahun 2016 mengalami peningkatan yakni sebesar 228 per 100.000

kelahiran hidup (2,28%). Indikasi dari terjadi kematian pada ibu

hamil antara lain ; Perdarahan, Keracunan kehamilan yang disertai

kejang, Abortus, dan Infeksi.

20
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015

angka kematian ibu tercatat 50/100.000 kelahiran hidup (0,50 %).

Angka tersebut rendah dari angka kematian ibu di tahun 2014

sebelumnya mencapai 59/100.000 kelahiran hidup (0,59%),

sedangkan pada tahun 2016 angka kematian ibu tercatat

54.000/100.000 kelahiran hidup( 0,54%). Penyebab lansung

kematian ibu di Provinsi Sulawesi Selatan di sebabkan perdarahan

(54%), hipertensi ( 6%), abortus (4%), partus lama (6 %), lain - lain

(24%).

Menurut data dari yang dikutip dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Bulukumba, pada tahun 2015 terdapat kematian

sebanyak 7 orang, dengan kematian diakibatkan oleh perdarahan

sebanyak 4 orang atau (57,14%) dan eklamsia sebanyak 3 orang

atau (42,85%). Pada tahun 2016 terdapat dia sebanyak 4 orang

yang mana penyebab kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan

dan preeklamsia dan tahun 2017 sampai bulan maret sudah ada

kematian ibu sebanyak 5 orang yang mana penyebab kematian ibu

rata - rata oleh perdarahan, preeklamsia, dan eklmasia.

Data dari puskesmas Bontobangun tahun 2017.Jumlah

kematian neonatal 2 orang dan bayi unga orang. Kunjungan KI ibu

hamil 379 orang, persalinan yang ditolong oleh nakes 322 orang

dan non nakes 9 orang. Dan pada tahun 2018 kematian neonatal 5

orang, bayi 1 orang, nifas 2 orang, Kematian janin dalam rahim

21
(KJDR) 2 orang. Persalinan yang ditolong oleh nakes 370 orang,

non nakes 3 orang, dan kunjungan KI ibu hamil 424 orang.

Tahun 2019 kematian neonatal 2 orang kematian ibu nifas 1

orang. Kunjungan KI 140 orang, di tolong oleh nakes 128 orang

dan non nakes 1 orang.

B. Rumusan Masalah

Kehamilan, persalinan, dan masa nifas adalah suatu kondisi

yang normal yang akan dialami semua perempuan di dunia, namun

dalam hal ini memerlukaan pengawasan atau upaya untuk tidak

menjadi patologi. Kematian ibu bisa terjadi karena keterlambatan

dalam penanganan sehingga diperlukan asuhan kebidanan secara

komprehensif untuk mencegah terjadinya kematian dan kesakitan

pada ibu dan bayi, sehingga dengan demikian rumusan masalah

adalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan komprehensif pada

kehamilan .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan

asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin,

bayi baru lahir, nifas, Neonatus dan KB.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan asuhan kebidanan ibu hamil pada Trimester III

b. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

22
c. Melakukan asuhan kebidanan pada Neonatus

d. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu Nifas

e. Melakukan asuhan kebidanan KB

D Manfaat Penulis

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan terhadap

ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan pelayanan KB..

a. Bagi Penulis

Dapat menjadi pengalaman belajar dalam melaksanakan

praktek kebidanan khususnya kebidanan komprehensif

dengan kehamilan normal.

2. Manfaat Aplikatif

a. Masyarakat

Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dari masa

kehamilan, persalinan, BBL, Neonatus, Nifas, dan KB.

b. Bagi Institusi Pelayanan

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas

pelayana kesehatan ibu dan anak (KIA) dan bagaimana cara

penaganan dan benar asuhan kebidanan yang diberikan

pada ibu hamil, bersalin, neonatus, nifas dan KB.

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEHAMILAN lll

1. Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah penyatuan antara spermatozoa dan ovum

dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi, jika di hitung

pada saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlansung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan dalam

menurut kelender internasional (prawiraharjdo, 2008) kehamilan

berlansung sampai persalinan aterm atau cukup bulan yaitu

sekitar 280 – 300 hari, kehamilan di bagi menjadi tiga trimester,

yaitu trimester pertama 0 – 12 minggu, trimester ke dua 13 – 28

minggu, dan trimester tiga atau akhir 29 – 42 minggu (Manuaba,

dkk, 2010).

2. Pemeriksaan dagnistik kebidanan

a. Tes urine (tes HCG)

1) Dilaksanakan seawal mungkin begitu di ketahui ada

amenore (satu minggu setelah koitus)

2) Upayakan urune yang di gunakan adalah urine pagi hari

3) Palpsi abdomen

24
Menggunaka cara leopold dengan langkah sebagai

berikut:

Tabel 2.1Palpasi abdomen menggunakan cara Leopold

Leopold Gambar Tujuan Tekhnik Hasil


I untuk pemeriksa Jika teraba
mengetahui menghadap benda bulat,
TFU dan pasien, melenting
bagian janin kedua mudah
yang ada di tangan digerakkan,
fundus dan meraba maka itu
untuk bagian adalah
menentukan fundus dan kepala.
usia kehamilan mengukur Namun, jika
berapa TFU. teraba benda
Meraba bulat, besar ,
bagian apa lunak, tidak
yang ada di melenting,
fundus dan susah
digerakkan
maka itu
adalah
bokong janin.
II Bertujuan kedua Raba perut
untuk tangan sebelah
mengetahui pemeriksa kanan
bagian janin berada menggunaka
yang ada di disebelah n tangan kiri
sebelah kanan kanan dan (jika teraba
atau kiri ibu. kiri perut ibu bunda yang
rata, tidak
teraba
bagian kecil,
terasa ada
tahanan,
maka itu
adalah
punggung
bayi, namun
jika teraba
bagian -
bagian kecil,
terasa ada
tahanan,
maka itu
adalah
punggung
bayi, namun
jika teraba
bagian -
bagian yang
kecil dan

25
menonjol,
maka itu
adalah
bagian kecil
janin
menentukan
bagian janin
pada sisi kiri
dan kanan
ibu
( dilakukan
mulai akhir
trimester II ).
III Bertujuan tangan kiri . Jika teraba
untuk menahan bagian yang
mengetahui fundus uteri. bulat,
bagian janin Tangan melenting,
yang ada di kanan keras dan
bawah uterus meraba dapat
bagian yang digoyangkan,
ada di bawah maka itu
uterus. adalah
kepala.
Namun jika
teraba
bagian bulat,
besar, lunak
dan sulit
digerakkan,
maka itu
bokong.
Menentukan
bagian janin
yang terletak
di bagian
bawah uterus
IV Bertujuan pemeriksa Jika kedua
untuk menghadap tangan
mengetahui kaki pasien. divergen
bagian janin Kedua ( tidak saling
yang ada di tangan bertemu)
bawah dan meraba berarti
untuk bagian janin kepala belum
mengetahui yang ada di masuk
apakah kepala bawah, jika panggul. Jika
sudah masuk ke dua kedua
panggul atau tangan tangan
belum konvergen divergen
(dapat saling (tidak saling
bertemu) bertemu)
berarti berarti
kepala belum kepala sudah
masuk masuk
panggul. panggul

26
b. Pemeriksaan USG

1) Dilaksanakan sebagai salah satu diagnosis pasti

kehamilan.

2) Terlihat gambaran seperti adanya rangka janin dan

kantong kehamilan [ CITATION Placeholder2 \l 1033 ].

3. Perubahan anotomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil

trimester III

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Uterus

Selama kehamilan, uterus berkembang menjadi organ

muscular dengan dinding relatif tipis yang bisa

menampung janin, plasenta, dan cairan ketuban. Pada

bulan – bulan terakhir perkembangan uterus akan

semakin tipis lunak dan lentur sehingga janin bisa teraba

dari luar.

Pada akhir kehamilan perubahan uterus semakin cepat

membesar dalam rongga pelviks dan perkembangan

uterus akan menyentuh dinding abdimonal, mendorong

usus ke samping dan keatas sehingga uterus semakin

terus berkembang hingga hampir menyentuh hati. Pada

saat pertumbuhan uterus akan berotasi kearah kanan,

dekstrorotasi ini di sebabkan karena adanya

27
rektosingmoid pada bagian kiri pelviks. Pada [ CITATION

cun13 \l 1033 ].

2) Ovarium

Selama kehamilan, ovulasi akan berhenti dan

pematangan folikel – folikel baru di tunda dan biasanya

hanya ada satu korpus luteum yang di temukan pada ibu

hamil. struktur maksimal berfungsi selama 6 – 7 minggu

pertama kehamilan sampai dengan 5 minggu

pascaovulasi dan selanjutnya akan berkontribusi dalam

memproduksi hormon progesteron [CITATION Placeholder6 \l

1033 ].

3) Vagina dan perineum

Selama kehamilan, semua ibu hamil akan mengalami

peningkatan vaskularitas dan hyperemia pada kulit, otot

dan vulva disertai dengan perlunakan jaringan ikat yanga

ada di bawahnya. Jika vaskularitas meningkat maka akan

sangat berpengaruh pada vagina dan menyebabkan

perubahan warna menjadi keunguan (tanda Chandwick).

Dinding pada vagina akan mengalami akan mengalami

perubahan warna yang agak mencolok sebagai

persiapan untuk peregangan pada saat persalinan.

[ CITATION cun13 \l 1033 ].

b. Perubahan metabolic

28
1) Sistem endokrim

Sitem endokrim akan bekerja sebelum saraf mencapai

maturitas. Selama kehamilan, kelenjar hipofisis akan

membesar sekitar 135% [ CITATION Gon98 \l 1033 ].mskipun

di perkirakan pembesar ini mungkin cukup dalam

menekan [ CITATION Eil12 \l 1033 ].

2) Sistem reproduksi

Selama kahamilan diagfragma akan terangkat sekitar 4

cm sudut submukosta akan menjadi lebar secara

bermakana diakibatkan diameter melintang sangkar

toraks sekitar 2 cm. lingkar toraks akan akan meningkat

sekitar 6 cm namun hal ini tidak akan cukup untuk

mencegah pengaruhnya volume paru residual yang

menjadi akibat naiknya diagfragma [ CITATION Eil12 \l 1033 ].

3) Sistem urinaris

Pada akhir kehamilan kepala janin akan mulai turun atau

sudah masuk di atas pintu masuk panggul. Pada

kehamilan trimester ketiga atau akhir pelvis ginjal kanan

dan uterus akan lebih berdilatasi daripada pelvis kiri

akibat pergeseran uterus yang berat kekanan akibat

kolon rektosigmoid di sebelah kiri [ CITATION Eil12 \l 1033 ].

4) Sestem musculoskeletal

29
Pada masa kehamilan ini pengaruh hormon yang akan

membawa dampak terutama sebelum kehamilan. Telah

kita ketahui bahwa hormon estrogen berfungsi untuk

mempersiapkan cara kerja relaksin. Relaksin akan di

produksi pada dua minggu masa awal kehamilan dan

mencapai kadar tertinggi pada trimester pertama, namun

keadaan akan menurun sampai 50% dan tetap pada

kisaran sampai datangnya persalinan [ CITATION Eil12 \l

1033 ].

4. Perubahan anotomi dan adaptasi psikologi ibu hamil

trimester III

Perubahan adaptasi psikologi yang sering muncul pada ibu

hamil trimester III biasanya ibu merasa cemas dengan keadaan

bayinya sendiri, apakah bayinya nanti akan lahir abnormal, ibu

juga merasa cemas terhadap keadaanya sendiri saat

menghadapi persalinanya nanti (nyeri, hilang kendali, dan hal –

hal yang tidak di ketahui ), apakah dia akan bersalin normal

atau bayinya tidak keluar karena perutnya luar biasa besarnya

dan apakah organ vital akan mengalami cedera akibat

tendangan bayi.

Pada pertegahan trimester III, peningkatan hasrat seksual

yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang

karena perutnya yang semakin membesar menjadi halangan.

30
alternativ posisi dalam berhubugan seksual dan metode

alternativ untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau

sebaliknya menimbulkan perasaan bersalah jika ibu merasa

tidak nyaman [ CITATION DrF132 \l 1033 ].

5. Kebutuhan Gizi ibu Hamil, trimester III

menurut[ CITATION suk19 \l 1033 ] Kehamilan meneyebabkan

meningkatnya metabolisme energi , karena itu kebutuhan energi

dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan

energy dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan,

perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga

kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat

menyebabkan janin tumbuh tidak

tabel 2.2kebutuhan gizi ibu hamil

Nama zat gizi Kebutuhan Bahan Makanan


1. Kebutuhan .Kebutuhan kalori Sumber energi bisa didapat
kira-kira sekitar dengan mengkonsumsi
energi 15% dari kalori beras,jagung , gandum,
normal tambahan kentang, ubi jalar, ubi kayu,
enrgy selama dan sagu.
kehamilan 27.000-
80.000 KKal atau
100 Kkal/hari
sedangkan energy
yang dibutuhkan
janin 50-95
Kkal/hari atau
sekitar 175-350
Kkal
2. Karbohidrat .janin memerlukan karbohidrat kompleks seperti
40 gram roti, serealia, nasi, dan pasta.
.
3. Protein dan .Pada trimester Bahan makanan sumber
asam amino akhir yaitu 10 protein nabati adalah kacang -
gram/hari atau kacangan, seperti tahu, tempe,
diperkirakan 2 oncong, dan selai kacang.

31
kg/hari selain itu, karena protein yang
bersal dari ternak juga kaya
akan lemak maka
seimbangkan protein hewani
dan nabati.
4. Vitamin yang Kebutuhan vitamin sayuran segar, antara lain
larut dalam air C 3 - 4 mg/ hari. jeruk, kiwi, papaya, bayam,
Ibu hamil kol,brokoli, dan tomat
membuthkan
vitamin C sebanyak
70 mg/ hari.
Thiamin, Nasin dan
Ribovlafin, vitamin
B6, asam folat0.2
mg/hari
5. Kalsium . Kalsium pada
fetus
digunakanntuk
pembentukan
tulang 1500 mg
Sumber : Icesmi (2019
6. Tanda bahaya kehamilan trimester III

a. Plasenta previa

Plasenta previa adalah perdarahan yang terjadi pada

trimester dua lebih banyak di sebabkan dari kelainan letak

implentasi plasenta atau plasenta previa. Plasenta previa

dapat di artikan sebagai keadaan dinana plsenta terhindar

secara tidak normal sehingga dapat menghalangi jalan lahir [

CITATION bay10 \l 1033 ].

b. Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah perdarahan yang menyusup

antara membran plasenta dan uterus dan akhirnya keluar

melalui serviks sehingga menyebabkan perdarahan

eksternal.Pada umumnya. Darah tidak berhasil keluar tetapi

tertahan di antara plasenta dan uterus sehingga

menyebabkan perdarahan terselembung, perdarahan

32
terselembung sangat berbahaya bagi ibu dan janin, bahaya

ini timbul tidak hanya karena kemungkinan koagulopati

konsumtif , tetapi karena banyak dan luas perdarahan tidak

di ketahiu segera sehingga diagnosisnya terlambat [ CITATION

bay10 \l 1033 ].

c. Premature Ruptured of Membranes (PROM)

Premature Ruptured of Membranes (ROM) yaitu

terpecahnya membran air ketuban janin secara spontan

sebelum usia 37 minggu atau sebelum persalinan dimulai

(American College of Obsttricans and gynecologist, 2007).

d. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih adalah suatau masalah

kesehatan umum yang terjadi pada ibu hamil.masalah ini

mulai di rasakan pada pada usia kehamilan minggu ke -6

dan puncaknya pada usia kehamilan 22 – 24 minggu.

Namun kejadian ISK lebih sering terjadi pada trimester akhir

kehamilan yaitu sebesar 78,46% dibandingkan pada

trimester lain sebesar 9.23% . factor penyebab terjadinya

ISK adalah terjadinya dilaktasi uterus sehingga volume

kandung kemih meningkat dan penurunan tonus otot

kandung kemih bersamaan dengan menurunnya tonus

saluran uretra yang membesar kontribusi dapat

meningkatkan keadaan yang statistic pada perkemihan dan

33
refluks saluran kemih, dan sekitar 70% dari ibu hamil

mengalami glikosuria, hal ini menyebabkan pertumbuhan

bakteri dalam urin [ CITATION bay10 \l 1033 ].

7. Keluhan yang muncul pada ibu hamil trimester III

Keluhan yang biasa muncul pada kehamilan trimester III

dapatdilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.3 keluhan pada ibu hamil trimester 3

Keluhan Penangananya
Sering berkemih/ miksi Kosongkan kandung kemih jika ada
gangguan, perbanyak minum pada siang
hari, batasi minum bahan diuretik alami
seperti teh, kopi, dan cola
Sesak nafas Berdiri dan merentangkan lengan diatas
kepala serta menarik napas panjang,
mendorong tubuh yang baik menggunakan
intercostal breathing (bernafas antar rususk)
Bengkak pada kaki Hindari posisi tegak untuk terlalu lama,
hindari kaos kaki yang terlalu ketat, angat
kaki ketika duduk, hindari posisi berbaring
terlentang, hindari posisi berdiri untuk waktu
yang lama dan istirahat dengan berbaring
kekiri dengan kaki agak ditinggikan
Nyeri punggung Hindari sepatu atau sendal hak tinggi,
hindari mengankat beban berat, gunakan
kasur yang keras untuk tidur, gunakan
bantal waktu tidur untuk meluruskan
punggung dan hindari tidur terlentang terlalu
lama
Konstipasi Banyak makan makanan yang berserat
seperti buah dan sayur, banyak meminum
air putih,segera buang air besar jika ada
gangguan, istirahat yang cukup,dan senam.
Kram kaki Minum susu tinggi kalsium, gunakan
penghangat untuk otot seperti balsem.
Sumber : Sulistyawati (2013)

8. Pedoman bagi ibu Hamil di era pandemic COVID-19

a. Prinsip umum pencegahan Covid-19

1). Cuci tangan memakai sabun selama 20 detik atau

34
memakai hansinitizer.

2). Memakai alat pelindung diri

3). Menjaga kondisi tubuh dengan rajin olahraga dan

iserahat yang cukup

4). Makan dengan gizi yang seimbang

5). Mepraktikan etika batuk-bersin

b. jaga kesehatan

1). komsumsi makanan begizi seimbang

2). aktivitas fisik ringan ( yoga/senam hamil )

3). ibu hamil sehat tetap minum tablet tambah darah sesuai

dosis ( ibu hamil PDP terkonfirmasi COVID-19 tidak

diberikan TTD)

4). jaga kebersihan diri dan lingkungan

5). bersikan dan desinfeksi secara rutin permukaan/ bendah

yang sering disetuh

c. jika sakit batuk atau pilek

1). gunakan masker

2). tutup muluk dan hidung saat batuk / bersin tissue dan

buang tissue

3). mempraktikan etika batuk-bersin

4). tetap tinggal di rumah jangan aktivitas di luar

5). segera kefansyankes bila ada tanda bahaya

d. prinsip manajemen ibu hamil COVID-19 di fasilitas

35
kesehatan

1) isolasi awal

2) prosedur pencegahan infeksi sesuai standar

3) terapi oksigen

4) hindari kelebihan cairan

5) pemberian antibiotic empiris

6) pemeriksaan SARS-CoV-2 dan infeksi penyerta lain

7) pemantauan janin dan kontraksi uterus

8) ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan

pernafasan yang progresif

9) perencanaan persalinan sesuai indikasi obstetric dan

berbasis tim.

e. Perawatan ibu hamil dengan COVID-19

1) Pertimbangkan transmisi asimtomatik covid-19 yang

mungkin pada ibu hamil, pemantauan dengan hati-hati

2) Ibu hamil dengan suspek,kemungkinan atau terkonfirmasi

covid-19, termaksud yang menjalani isolasi harus

mendapat akses perawtan yang berpihak pada

perempuan, respeckfull skilled care, termaksud

kebidanan, fetal medican dan perawatan neonates,

dukugan kesehatan jiwa dan psikososial,dengan

kesiapan untuk merawat komplikasi maternal dan

neonates.

36
3) Ibu hamil dengan covid-19 atau yang sudah pulih dari

covid-19 harus diberi informasi dan konseling cara

menyusui bayi dengan aman dana tindakan PPI yang

tepat untuk mencgah penularan covid-19.

4) Saat ini, ibu hamil belum tebukti lebih berisiko megalama

perburukan atau gangguan janin.

5) Ibu hami dan ibu hamil yang telah pulih dari coivid-19

harus di dorong untuk menjalani HNC rutin, perwatan

pasca melahirkan, atau pasca keguguran yang sesuai.

Perawatan tambahan harus di berikan jika ada

komplikasi.

f. Rekomendasi pelayanan Antenatal

1) Pelayanan antenatal dan postnatal adalah pelayanan

essensial bagi ibu hamil. Ibu hamil harus tetap di motivasi

untuk tetap di pantau keamilanya selama pandemic

covid-19 dengan tetap memperhatikan sicoal distancing.

2) Setiap kunjungan yang dilakukan harus menghubungi

unit kandungan dan kebidanan terlebih dahulu unutk

jadwal dan saran.

g. Rekomendasi umum pelayanan Antenatal

1) Trimester ketiga ( usia kehamilan 37 minggu ke atas)

Pemeriksaan antenatal harus dilakukan dengan tujuan

utama untuk menyiapkan proses persalinan.

37
Kondisi gawatdarurat yang menyebabkan ibu hamil

harus melakukan pemeriksaan antenatal:

a) Mual munta hebat, pendarahan banyak, gerakan janin

berkurang, ketubang pecah, nyeri kepala hebat,

tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang.

b) bu hamil dengan penyakit diabetes militus gestasional,

preklamsia berat, pertumbuhan janin terhambat, dan

ibu hamil degan penyakit penyerta lainya atau riwayat

obstetric yang buruk.

9. konsep SOAP pada ibu hamil

a. Data Subjektif (S)

Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang

klien, ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhanya di

catatsebagai kutipan lansung atau ringkasan yang berhubungan

dengan diagnosis akan di buat. Sebagai contoh berdasarkan

hasil anamnesis dan tanda kehamilan

1. Sakit punggung, usia kehamilan semakin tua dan barat

badan akan semakin bertambah.

2. Bengjat di bagaian tubuh tertentu

3. Braxton Hicks alias kontraksi palsu

4. Nafas memendek

5. Perut terasa panas.

b. Data Objektif (O)

38
Data objektif member bukti gejala klinis klien dan fakta

yang berhubungan dengan diagnosis. Hasil observasi yang

jujur, informasi kajian teknologi ( hasil laboratorium dan USG )

dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat termasuk

dalam kategori data objektif. Hasil obserfasi dari bidan dapat

menjadi komponen berarti dari diagnosis yang akan di

tegakkan.

Sebagai contoh, pada usia kehamilan Trimester III

a. Tekanan darah

b. Detak jantung

c. Rasio pernafasan

d. Suhu tubuh

e. Inspeksi

f. Palpasi

g. Perkusi

h. Aukultasi

c. Analisa Assesment (A)

Masalah atau diagnosis yang di tegakkan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang di kumpulkan

atau di simpulkan.

Contoh analisis adalah sebagai berikut.

39
usia kehamilan,G1P0A0 situs memanjang, posisi, kepala

bergerak atas panggul, intrauterine, tunggal, hidup, keadaan

janin baik, dan keaadan ibu baik.

d. Perencanaan/planning (P)

Membuat rencana tindakan saat itu yang akan dating untuk

mengusahakan pencapaian kondisi klien yang sebaik mungkin

atau menjaga atau mempertahankan kesejahteraan klien.

Proses tersebut meliputi criteria tujuan tertentu dari kebutuhan

klien yang harus di capai dalam batas waktu tertentu dan

tindakan yang harus di ambil membantu klien mencapai

kemajuan dalam kesehatan serta harus mendukung rencana

dokter untuk kolaborasi.

Contoh perencanaan sebagai berikut.

1. Persiapan persalinan dan kesiagaan menghadapi komplikasi

2. Inisiasi menyusui dini

3. Asi eksusif

4. KB pascasalin

5. Tanda – tanda persalinan

6. Gizi seimbang

7. Perawatan payudara

8. Sesak nafas

9. Braxton hicks

10. Wasir

40
11. Bengkak pada kaki

12. Perubahan pada kulit

13. keputihan

14. Tanda bahaya ibu hamil trimester III

B. KONSEP DASAR PERSALINAN

1. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya

serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan

kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Sukarni K (tahun 2019 ).

Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran

hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui

vagina ke dunia luar[ CITATION Dai161 \l 1033 ]

2. Tahap-tahap persalinan

Tahapan persalinan di bagi menjadi 4 kala :

a. Kala 1

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

dan pembukaan serviks sampai mencapai pembukaan 10

cm, disebut juga kala pembukaan.Secara klinis partus

dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan

lendir yang bercampur darah (bloody show).Lendir yang

41
bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis

karena serviks mulai membuka atau mendatar.Sedangkan

darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang

berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena

pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi

menjadi dua fase yaitu:

1) Fase laten : Berlangsung selama 8 jam sampai

pembukaan 3 cm his masih lemah dengan frekuensi

jarang, pembukaan terjadi sangat lambat.

2) Fase aktif : Berlangsung selama 6 jam dari pembukaan 4

cm sampai 10 cm. Fase aktif dibagi tiga :

a) Fase akselerasi lamanya 2 jam pembukaan 3 cm tadi

menjadi 4 cm

b) Fase dilatasi maxsimal, dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 menjadi

9 cm

c) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali.

Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10

cm. His tiap 3-4 menit selama 45 detik fase-fase

tersebut diatas dijumpai pada primigravida. Pada

multigravidapun terjadi demikian, akan tetapi fase

42
laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih

pendek[ CITATION Wid15 \l 1033 ].

Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

(1) Memberikan dukungan emosional

(2) Pendampingan anggota keluarga selama proses

persalinan sampai kelahiran bayinya

(3) Menghargai keinginan ibu untuk memilih

pendamping selama persalinan.

b. Kala II

Kala pengeluaran.Kala II atau fase yang dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan pengeluaran

bayi. Setelah serviks membuka lengkap janin akan segera

keluar. His 2-3 x/menit lamanya 60-90 detik. His sempurna

dan efektif bila koordinasi gelombang kontraksi sehingga

kontraksi simetris dengan dominasi di fundus, mempunyai

amplitude 40-60nmm air raksa berlangsung 60-90 detik

dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat

relaksasi kurang dari 12 mm air raksa [ CITATION Wid15 \l

1033 ].

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemerikasaan dalam

yang menunjukkan :

1) Pembukaan serviks telah lengkap

2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

43
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

a) Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai

kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga

yang lain.

b) Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan

asuhan antara lain :

(1) Membantu ibu untuk berganti posisi

(2) Melakukan rangsangan taktil

(3) Memberikan makanan dan minuman

(4) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik

(5) Memberikan dukungan dan semangat persalinan

sampai kelahiran bayinya.

c) Keterlibatan penolong persalinan selama proses

persalinan & kelahiran dengan cara:

(1) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu

dan keluarga

(2) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan

(3) Melakukan pendampingan selama proses

persalinandan kelahiran

(4) Membuat hati ibu merasa tentram selama kala II

persalinan dengan cara memberikan bimbingan

dan menawarkan bantuan kepada ibu

44
(5) Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan

kuat dan spontan untuk meneran dengan cara

memberikan kesempatan istrahat sewaktu tidak

ada his

(6) Mencukupi asupan makan dan minum selama kala

II

d) Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara:

(1) Mengurangi perasaan tegang

(2) Membantu kelancaran proses persalinan dan

kelahiran bayi

(3) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan

setiap tindakan penolong

(4) Menjawab pertanyaan ibu

(5) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya

(6) Memberitahu hasil pemeriksaan

(7) Pencegahan infeksi pada kala II dengan

membersihkan vulva dan perineum ibu

(8) Membantu ibu mengosongkan kandung kemih

secara spontan[ CITATION Mar16 \l 1033 ].

c. Kala III

Kala III atau disebut kala uri dimulai setelah lahirnya

bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban.Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan

45
fundus uteri agakdi atas pusat.Beberapa menit kemudian

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya.Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15

menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan

tekanan pada fundus uteri.Pengeluaran plasenta disertai

dengan pengeluaran darah.

Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

1) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk

bayinya dan menyusui segera

2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan

3) Pencegahan infeksi pada kala III

4) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi,

perdarahan)

5) Melakukan kolaborasi atau rujukan bila terjadi

kegawatdaruratan

6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi

7) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala

III[ CITATION Mar16 \l 1033 ].

d. Kala IV

Kala atau fase setelah plasenta dan selaput ketuban

dilahirkan sampai dengan 2 jam post partum [ CITATION

Wid15 \l 1033 ]

Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

46
1) Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan

dalam keadaan normal

2) Membantu ibu untuk berkemih

3) Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai

kontraksi dan melakukan massase uterus

4) Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir

5) Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang tanda-tanda

bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau

busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam

menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat

6) Pemenuhan dan kebutuhan nutrisi dan hidrasi

7) Pendampingan pada ibu selama kala IV

8) Nutrisi dan dukungan emosional [ CITATION Mar16 \l 1033 ]

3. Mekanisme persalinan normal

a. Penurunan

Penurunan, yang meliputi engagement pada diameter

obliqua kanan panggul, berlangsung terus selama persalinan

normal pada waktu janin melaui jalan lahir.Gerakan-gerakan

lainnya menyertai penurunan ini. Pada primigravida sebelum

persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang

jelas dalam proses engagement, asal tidak ada disproporsi

dan segmen bawah rahim sudah terbentuk dengan baik.

47
Pada multigravida mungkin engagement tidak akan

terjadi sampai persalinan betul-betul berjalan dengan baik.

Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke

bawah, dan pada kala II dibantu oleh daya mengejan dari

pasien dan sedikit oleh gaya berat.

b. Flexi

Sebelum persalinan dimulai sudah terjadi flexi

sebagian oleh karena ini merupakan sikap alamiah janin

dalam uteus.Tahanan terhadap penurunan kepala

menyebabkan bertambahnya flexi.Occiput turun mendahului

sinciput, UUK lebih rendah daripada bregma, dan dagu janin

mendekati dadanya.Biasanya ini terjadi di PAP, tetapi

mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah

mencapai dasar panggul.

Efek dari pada flexi adalah untuk merubah diameter

terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi suboccipito

bregmatica (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih bulat. Oelh

karena persesuaian antara kepala janin dengan panggul ibu

mungkin ketat, pengurangan 1.5 cm dalam diameter

terendah adalah penting.

c. Putar paksi dalam

Sebagian besar panggul mempunyai PAP yang

berbentuk oval melintang.Diameter anteroposterior PTP

48
sedikit lebih panjamg dari pada diameter transversa.PBP

berbentuk oval anterposterior seperti kepala janin.Sumbu

panjang kepala janin harus sesuai dengan sumbu panjang

panggul ibu.Karenanya kepala janin yang masuk PAP pada

diameter transversa atau olibiqua harus berputar ke

diameter anteroposterior supaya dapat lahir.Inilah maksud

putaran paksi dalam.

d. Extensi

Extensi pada dasarnya disebabkan oleh dua

kekuatan: (1) kontraksi uterus yang menimbulkan tekanan

kebawah, dan (2) dasar panggul yang memberikan tahanan.

Perlu diperhatikan bahwa dinding depan panggul (pubis)

panjangnya hanya 4 sampai 5 cm sedangkan dinding

belakang (sacrum) 10 sampai 15 cm.

Dengan demikian sinciput harus menempuh jarak

yang lebih panjang darpada occiput.Dengan semakin

turunnya kepala terjadilah penonjolan perineum diikuti

dengan kepala membuka pintu (Crowning).Occiput lewat

melalui PAP perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titil putar di

angulus subpubicus. Kemudian dengan proses extensi yang

cepat sinciput menelurus sepanjang sacrum dan berturut-

turut lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui

perineum.

49
e. Restitusi

Pada waktu kepala mencapai dasar panggul maka

bahu memasuki panggul.Oleh karena panggul tetap berada

pada diameter obliqua sedangkan kepala berputar kedepan,

maka leher ikut terputar.Begitu kepala dilahirkan dan bebas

dari panggul maka leher berputar kembali dan kepala

mengadakan restitusi kembali 45º (OA sampai LOA)

sehingga hubungannya dengan bahu dan kedudukannya

dalam panggul menjadi normal kembali.

f. Putaran paksi luar

Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi

putar paksi dala daripada bahu. Pada waktu bahu mencapai

dasar panggul bahu depan lebih rendah berputar ke depan

di bawah symphysis dan diameter bisacromialis berputar dari

diameter obliqua kiri menjadi diameter anteroposterior

panggul.

4. Asuhan persalinan normal (APN)

a. Asuhan kala I

1) Memberikan dukungan emosional

2) Membantu pengaturan posisi ibu

3) Memberikan cairan dan nutrisi

4) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar

mandi secara teratur

50
5) Melakukan pencegahan infeksi: bertujuan memberikan

persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.

6) Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping

selama persalinan.

b. Asuhan kala II

1) Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai

kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga lain

2) Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan

asuhan antara lain:

a) Membantu ibu untuk berganti posisi

b) Melakukan rangsangan taktil

c) Memberikan makanan dan minuman

d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik

e) Memberikan dukungan dan semangat selama

persalinan sampai kelahirannya.

3) Keterlibatan penolong persalinan selama persalinan dan

kelahiran dengan cara:

a) Memberikan dukungan dan semangat pada ibu dan

keluarga

b) Menjelaskan tahapan dan tujuan persalinan

c) Melakukan pendampingan selama proses persalinan

dan kelahiran

51
4) Membuat hati ibu merasa tentram selama kala II

persalinan dengan cara memberikan bimbingan dan

menawarkan bantuan pada ibu.

5) Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan

spontan untuk meneran dengan cara memberikan

kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.

6) Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II

7) Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara:

a) Mengurangi perasaan tegang

b) Membantu kelancaran proses persalinan dan

kelahiran bayi

c) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan

setiap tindakan penolong

d) Menjawab pertanyaan ibu

e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya

f) Memberitahu hasil pemeriksaan

8) Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan

vulva dan perineum ibu

9) Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara

spontan

10)Mengenali tanda gejala kala II:

a) Mendengar dan melihat kala dua persalinan

b) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

52
c) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan atau vaginanya

d) Perineum tampak menonjol

e) Vulva vagina dan spingter ani membuka

11) Menyiapkan pertolongan persalinan:

a) Pastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-

obatan esensial untuk menolong persalinan dan

penatalaksanaan komplikasi segera pada ibu dan

bayi baru lahir.

b) Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan:

(1) Tempat datar, rata, bersih, kering, hangat.

(2) 3 handuk/ kain bersih dan kering (termasuk ganjal

bahu bayi).

(3) Alat penghisap lender

(4) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm darah

tubuh bayi.

c) Untuk ibu: menggelar kain di perut ibu, menyiapkan

oksitosin 10 unit. Alat suntik steril sekali pakai di

dalam partus set.

d) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak

tembuh cairan.

e) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang

dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air

53
bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

f) Pakai sarung DTT pada tangan yang akan

pemeriksaan dalam.

g) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik

(gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT

atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada

alat suntuk).

12) Memastikan pembukaan lengkap dengan keadaan janin

baik

a) Membersihkan vulva dan perineum, menyekang

dengan hati-hati dari anterior (depan) ke posterior

(belakang) menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.

(1) Jika introitinus vagina, perineum atau anus

terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama

dari arah depan kebelakang.

(2) Buang kapas atau kasa pembersih dalam wadah

tersedia.

(3) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi,

lepaskan dan rendam sarung tangan dalam

larutan klorin 0.5%.

54
b) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan

pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh

saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan

amniotomi.

c) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan dalam larutan klorin

0,5%. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10

menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan

dilepaskan.

d) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi

uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan bahwa

djj dalam batas normal (120-160 x/ menit).

(1) Mengambil tindakan yang sesuai jika djj tidak

normal.

(2) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan

dalam, DJJ, dan semua temuan pemeriksaan dan

yang diberikan kedalam partograf.

13) Menyipakan ibu dan keluarga untuk membantu proses

meneran

a) Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah

lengkap dan keadaan janin baik. Kemudian bantu ibu

55
berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

b) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi

meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi

yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah

duduk atau posisi ain yang diinginkan dan pastikan

ibu merasa nyaman.

c) Laksanakan bimbingan meneranpada saat ibu

merasa ingin meneran atau timbul kontraksi yang

kuat:

(1) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan

efektif.

(2) Dukung dan beri semangat pada saat meneran

dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak

sesuai.

(3) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

dengan pilihannya (kecuali posisi baring terlentang

dalam waktu yang lama).

(4) Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.

(5) Ajarkan keluarga untuk memberi dukungan dan

semangat pada ibu.

(6) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).

(7) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

56
(8) Segera rujuk bila bayi belum atautidak akan

segera lahir setelah pembukaan lengkapdan

dipimpin meneran >120 menit (2 jam) pada

primigravida atau >60 menit (1 jam) pada

multigravida.

d) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa

ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60

menit.

14) Persiapan untuk melahirkan bayi

a) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)

diperut bawa ibu, jika kepala bayi telah

membukavulva dengan diameter 5-6 cm.

b) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian

dibawah bokong ibu.

c) Membuka tutup partus set dan periksa kembali

kelengkapan peralatan dan bahan.

d) Pakai sarung DTT atau steril pada kedua tangan.

15) Persipan pertolongan kelahiran bayi. Lahirnya kepala:

a) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm,

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,

tangan yang lain menahan belakang kepala untuk

57
mempertahankan posisi defleksi dan membantu

lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif

atau bernapas cepat dan dangkal.

b) Periksa kemungkinan lilitan tali pusat (ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi) segera melanjutkan

proses kelahiran bayi, perhatikan:

(1) Jika tali pusat melilit leher janin segera

longgarkan, lepaskan lewat bagian atas kepala

bayi.

(2) Jika tali pusta melilit leher bayi secara kuat, klem

tali pusat didua tempat dan potong tali pusat

antara dua klem tersebut.

c) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang

berlangsung secara spontan.

(1) Lahirnya bahu: setelah putaran paksi luar selesai,

pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan ib

untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut

gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan

kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

(2) Lahirnya badan dan tungkai: setelah kedua bahu

lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala

58
dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri

dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

(3) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran

tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,

tungkai dan kaki, dan pegang kedua mata kaki.

16) Asuhan bayi baru lahir

a) Lakukan penilaian selintas

(1) Apakah bayi cukup bulan.

(2) Apakah bayi menangis kuat atau bernapas tanpa

kesulitan.

(3) Apakah bayi bergerak dengan aktif.

Bila salah satu jawaban adalah tidak, lanjutkan

kelangkah resusitasi pada bayi baru lahir.

b) Keringkan tubuh bayi. Keringkan tubuh bayi mulai dari

muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali

kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/ kain yang kering.

Patikan bayi dalam posisi dan kondisi aman diperut

ibu.

c) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu

bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan

ganda.

59
d) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar

uterusberkontraksi dengan baik.

e) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan

oksitosin 10 unit (intramuskelaer) di 1/3 distal lateral

paha (lakukan aspirasi sebelum penyuntikan

oksitosin).

f) Pemotongan pengikatan tali pusat

(1) Dengan satu tangan, pegang tali pusta yang telah

dijepit ( lindungi perut bayi) dan lakukan

pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

(2) Ikat tali pusat denga benang DTT/ steril pada satu

sisi kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan

ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi

lainnya.

(3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang

telah disediakan.

g) Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit

ibu dan bayi. Usahakan kepala bayi berada diantara

payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting

susu atau areola mammae ibu.

(1) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat,

pasang topi di kepala bayi.

60
(2) Biarkan bayi melakukan kulit ke kulit dada ibu

paling sedikit 1 jam.

(3) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan

inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.

Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung

sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu

payudara.

(4) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam

walaupun bayi sudah berhasil menyusui.

c. Asuhan kala III

1) Memberikan kesempatan pada ibu untuk memeluk

bayinya dan menyusui segera.

2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

3) Pencegahan infeksi kala III.

4) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi,

pendarahan).

5) Melakukan kolaborasi/ rujukan apabila terjadi

kegawatdarurtan.

6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

7) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

8) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm

dari vulva.

61
9) Letakkan satu tangan di atas kain yang berada di perut

ibu (di atas simpisis) untuk mendeteksi kontraksi, tangan

lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.

10)Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke

arah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati untuk

mencegah inversio uteri).

11)Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus

ke arah dorsol ternyata diikuti dengan pergeseran tali

pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah

kranial hingga plasenta dapat di lahirkan.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjaraksekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan

plasenta.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit

menegangkan tali pusat:

(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika

kandung kemih penuh.

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Ulangi tekanan dorso kranial dan penanganan tali

pusat 15 menit berikutnya.

62
(5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak

bayi lahir atau terjadi perdarahan maka segera

lakukan tindakan plasenta manual.

12) Saat plasenta muncul di introitinus vagina, lahirkan

plasenta dengan ke dua tangan. Pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah

disediakan.

13) Rangsangan taktil (masase) uterus segera setelah

plasenta dan selaput ketuban lahir dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus teraba keras).

14) Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual

internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom

keteter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik

setelah rangsangan taktil/ masase.

15)Menilai perdarahan

a) Periksa ke dua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan

plasenta telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta

ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

b) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi

yang luas dan menimbulkan perdarahan. Bila ada

63
robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera

lakukan penjahitan

d. Asuhan kala IV

1) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada

uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi.

2) Evaluasi tinggi fundus uterus dengan meletakkan jari

tangan secara antara pusat dan fundus uteri.

3) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah

ada laserasi atau episiotomi).

4) Evaluasi kondisi ibu secara umum.

5) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala

IV persalinan dihalaman belakang partograf segera

setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian

dilakukan.

6) Asuhan pasca persalinan. Pastikan uterus berkontraksi

dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

7) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5 % bersihkan noda darah dan

cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam

sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir,

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi

yang bersih dan kering.

64
8) Evaluasi, pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan

tidak terjadi perdarahan pervaginam.

9) Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi.

10) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

11) Memeriksa nadi ibu dan pastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/ menit).

12) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas

dengan baik (40-60 kali/menit).

a) Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi,

diresusitasi dan merujuk kerumah sakit.

b) Jika bayi bernapas terlalu cepat atau sesak napas,

segera rujuk ke RS rujukan.

c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.

Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan

ibu bayi dalam satu selimut.

13) Kebersihan dan keamanan

14)Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan

bilas peralatan setelah didekontaminasi.

15) Buang bahan-bahanyang terkontaminasi ke tempat

sampah yang sesuai.

65
16)Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir

dan darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu

ibu memakai pakain yang bersih dan kering.

17)Pestikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan

ASI. Anjurkan keluarga memberikan ibu minum dan

makanan yang diinginkannya.

18)Dekontaminasikan tempat bersalin dengan larutan klorin

0,5%.

19)Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

20)Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk

yang bersih dan kering.

21)Pakai sarung tangan bersih/ DTT untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi.

22)Dalam satu jam pertama, beri salep/ tetes mata

profilaksis infeksi, vit. K 1 mg IM di paha kiri bawah

lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan bayi

( normal 40-60 kali/ menit) dan temperatur tubuh (normal

36,5-37,5) setiap 15 menit.

66
23) Setelah satu jam pemberian vit.K berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral.

Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu

dapat disusukan.

24) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

rendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

25)Cucci kedua tangan dengan sabundan air mengalir

kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi

yang bersih dan kering.

26)Dekontaminasi

27) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),

periksa tanda vital dan asuhan kala IV persalinan

[ CITATION Ika16 \l 1033 ].

5. Perubahan fisiologis dan psikiligis pada persalinan

a. Perubahan-perubahan fisiologi dan psikologis pada kala I

persalinan

Perubahan fisiologis :

1) Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada

persalinan

Selama persalinan uterus berubah bentuk menjadi

dua bagian yang berbeda yaitu segmen atas dan segmen

bawah.Segmen atas memegang peranan yang aktif

67
karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal

dengan majunya persalinan.

Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peran

pasif dan makin tips dengan majunya persalinan karena

diregangkan.Segmen bawah uterus dianalogikan dengan

ismus uterus yang melebar dan menipis pada perempuan

yang tidak hamil.Sebagai akibat menipisnya segmen

bawah uterus dan bersamaan dengan menebalnya

segmen atas, batas antara keduanya ditandai oleh suatu

lingkaran pada permukaan dalam uterus, yang disebut

sebagai cincin retraksi fisiologik.

2) Perubahan bentuk uterus

Ligament rotundum mengandung otot-otot polos dan

kalau uterus berkontraksi, otot-otot ligament rotundum

ikut berkontraksi hingga ligament rotundum memendek.

Faal ligament rotundum dalam persalinan :

a) Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar

pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak

dinding perut depan ke depan. Perubahan letak

uterus waktu waktu kontraksi penting karena dengan

demikian sumbuh rahim searah dengan sumbu jalan

lahir.

68
b) Dengan adanya kontraksi dari ligament rotundum

fundus uteri terlambat, sehingga waktu kontraksi,

fundus tak dapat naik ke atas. Kalau fundus uteri

dapat naik ke atas saat kontraksi, maka kontraksi

tersebut tidak dapat mendorong anak ke bawah.

3) Perubahan pada serviks

Tenaga yang efektif pada kala I persalinan adalah

kontraksi uterus yang selanjutnya akan menghasilkan

tekanan hidrostatik keseluruh selaput ketuban terhadap

serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat

kegiatan daya dorong ini, terjadi 2 perubahan mendasar :

pendataran dan dilatasi pada serviks yang sudah

melunak. Pendataran dari serviks ialah pemendekan dari

canalis cervikalis, yang semula berupa sebuah saluran

yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja

dengan pinggir yang tipis.Dilatasi adalah pelebaran os

serviks eksternal dari muara dengan diameter berukuran

beberapa millimeter sampai muara tersebut cukup lebar

untuk dilewati bayi.

4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama

pada dasar panggul ditimbulkan oleh tekanan dari

bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata

69
terdiri atas peregangan serabut-serabut mm.levator ani

dan penipisan bagian tengah perineum, yang berubah

bentuk dari masa jaringan berbentuk baji setebal 5

sentimeter menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi)

perineum teregang maksimal anus menjadi jelas

membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2-3

cm dan dinding anterior rectum menonjol.

5) Bloody show

Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan

terjadi, biasanya, dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi,

bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang

bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48

jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur

darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil

terhadap atau perusakan plak lendir saat pemeriksaan

tersebut dilakukan

6) Tekanan darah

Meningkatkan selama kontraksi disertai peningkatan

sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolic rata-rata

5-10 mmHg.Pada waktu diantara kontraksi, tekanan

darah kembali ke tingkat sebelum persalinan.Dengan

mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring,

perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat

70
dihindari.Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat

semakin meningkatkan tekanan darah.

7) Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob

maupun anaerob meningkat dengan kecepatan

tetap.Peningkatan ini terutama disebabkan oleh anxietas

dan aktivitas otot rangka.Peningkatan aktivitas metabolik

terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,

pernafasan, curah jantung dan cairan yang hilang.

8) Suhu

Sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi selama

dan setelah melahirkan. Yang dianggap normal ialah

peningkatan shu yang tidak lebih dari 0,5-1˚C, yang

mencerminkan peningkatan metabolisme selama

persalinan.

9) Denyut jantung (frekuensi jantung)

Frekuensi denyut jantung nadi diantara kontraksi

sedikit lebih tinggi dibandingkan selama periode

menjelang persalinan.Hal ini mencerminkan peningkatan

metabolism yang terjadi selama persalinan.

10)Perubahan pada ginjal

Poliuria sering terjadi selama persalinan.Kondisi ini

dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung

71
selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju

filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal.

11)Perubahan pada saluran cerna

Perubahan pada saluran cerna kemungkinan timbul

sebagai respon terhadap salah satu atau kombinasi

faktor-faktor berikut: kontraksi uterus, nyeri, rasa takut

dan khawatir, obat atau komplikasi.

12)Perubahan hematologi

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama

persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan

pada hari pertama pasca partum jika tidak ada

kehilangan darah yang abnormal.

Perubahan psikologis :

Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan

merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Ibu yang

bersalin biasanya mengalami perubahan emosional yang

tidak stabil [ CITATION Roh141 \l 1033 ]

b. Perubahan-perubahan fisiologi dan psikologis pada kala II

persalinan

Perubahan fisiologi:

1) Kontraksi,dorongan otot-otot dinding

Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat

tersendiri.Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan satu-

72
satunya kontraksi normal muskulus.Kontraksi ini

dikendalikan oleh saraf intrinsic, tidak disadari, tidak

dapat diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun

lama kontraksi.

2) Uterus

Terjadi perbedaan pada bagian uterus:

a) Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila

dilakukan palpasi akan teraba keras saat kontraksi.

b) Segmen bawah : terdiri atas uterus dan serviks,

merupakan daerah yang teregang bersifat pasif. Hal

ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah

uterus.

c) Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus

membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada

keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan

membentuk cincin retraksi patologis yang dinamakan

cincin bandl.

3) Pergeseran organ dasar panggul

Setelah ketuban pecah, perubahan-perubahan dasar

panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang

diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang

paling nyata terdiri atas peregangan serabut-serabut

m.levatores ani dan penipisan bagian tengah perineum,

73
yang berubah bentuk dari massa jaringan berbentuk baji

baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan

episiotomi) struktur membran tipis yang hampir

transparan dengan tebal kurang dari 1 cm. Ketika

perineum teregang maksimal, anus menjadi jelas

membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2

sampai 3 cm dan disini dinding anterior rectum menonjol.

4) Ekspulsi janin

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi

sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang.

Kemudian setelah kedua bahu lahir disusuri lahirlah

trochanter depan dan belakang sampai lahir janin

seluruhnya [ CITATION Eka14 \l 1033 ].

Perubahan psikologis :

Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih

lama, kira-kira 2-3 menit sekali.Kepala janin telah turun

dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan

pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris

menimbulkan rasa ingin meneran.Karena tekanan

rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan

tanda anus terbuka.Pada waktu terjadinya his, kepala

janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum

74
meregang. Dengan his meneran yang terpimpin, maka

akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

c. Perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis pada kala III

persalinan

Perubahan fisiologis :

1) Pelepasan plasenta

Setelah bayi lahir, uterus masih mengadakan

kontraksi yang mengakibatkan penciutan kavum uteri,

tempat implantasi plasenta.Hal ini mengakibatkan

plasenta lepas dari tempat implantasinya.

Macam-macam pelepasan plasenta :

a) Pelepasan dimulai dari tengah (Schultze)

Plasenta lepas mulai dari bagian tengah (sentral)

yang ditandai dengan makin panjang keluarnya tali

pusat dari vagina, tanpa adanya perdarahan

pervaginam.

b) Pelepasan dimulai dari pinggir (Duncan)

Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal)

yang ditandai dengan adanya perdarahan dari vagina

apabila plasenta mulai terlepas.Umumnya perdarahan

tidak melebihi 400 ml.

75
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus

segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan

terjepit dan perdarahan segera berhenti.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

(1) Perubahan bentuk uterus

Bentuk uterus yang semula discoid menjadi

globuler (bundar) akibat dari kontraksi uterus.

(2) Semburan darah tiba-tiba

Semburan darah ini disebabkan karena

penyumbat retroplasenter pecah saat plasenta

lepas.

(3) Tali pusat memanjang

Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke

segmen uterus yang lebih bawah atau rongga

vagina

(4) Perubahan posisi uterus, setelah plasenta lepas

dan menempati segmen bawah rahim, maka

uterus muncul pada rongga abdomen (uterus naik

di dalam abdomen).

Perasat untuk mengetahui plasenta lepas dari

implantasinya :

(a) Perasat kustner

76
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit

tali pusat, tangan kiri menekan daerah diatas

simpisis.Bila tali pusat masuk kembali ke dalam

vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding

uterus.Bila tetap atau tidak masuk kembali ke

dalam vagina, berarti plasenta sudah lepas dari

dinding uterus.

(b) Perasat strassmann

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit

tali pusat, tangan kiri mengetok-ngetok fundus

uteri.Bila terasa getaran pada tali pusat yang

diregangkan, berarti plasenta belum lepas dari

dinding uterus.Bila tidak terasa getaran, berarti

plasenta sudah lepas dari dinding uterus.

(c) Perasat klein

Wanita tersebut disuruh mengejan, tali pusat

tampak turun ke bawah.Bila pengejanannya

dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam

vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding

uterus.

2) Pengeluaran plasenta

77
Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen

bawah rahim, kemudian melalui servik, vagina dan

dikeluarkan ke introitus vagina[ CITATION Ina14 \l 1033 ]

Perubahan psikologis :

a) Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya

b) Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya, juga

merasa sangat lelah

c) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah

vaginanya perlu dijahit

d) Menaruh perhatian terhadap plasenta [ CITATION

Roh141 \l 1033 ]

d. Perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis pada kala III

persalinan

Persalinan pada kala IV mulai sejak plasenta lahir sampai

dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali

dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan

rangsangan taktil (masase) agar dapat berkontraksi dengan

baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah

lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam

uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan

lanjut [ CITATION Roh141 \l 1033 ]

6. Pedoman bagi ibu Bersalin di era pandemic COVID-19

78
a. Prinsip umum pencegahan Covid-19

1) Cuci tangan memakai sabun selama 20 detik atau

memakai hansinitizer.

2) Memakai alat pelindung diri

3) Menjaga kondisi tubuh dengan rajin olahraga dan

iserahat yang cukup

4) Makan dengan gizi yang seimbang

5) Mepraktikan etika batuk-bersin

b. penerapa yang harus dilakukan pada ibu bersalin

1) tetap bersalin di fanyankes, segera ke fanyankes jika

sudah ada tanda-tanda bersalin

2) rujukan persalinan berencana untuk ibu hamil beresiko,

saat merujuk pasien, sesuai prosedur pencegahan

Covid-19

3) ibu dengan status ODP,PDP, atau terkonfirmasi di RS

Covid-19, bersalin di RS rujukan Covid-19

4) KB pasca salin sesuai prosedur, diutamakan

menggunakan MKJP.

7. Konsep ibu bersalin

a. Kala I

1) Data subjektif ( s )

Data subjektif merupakan data yang di peroleh dari

pasien atau klien melalui anamnesis seperti :

79
a) Keluhan yang di rasakan

b) Sejak kapan

c) Sifat keluhan bagaimana

d) Pelepasan yang dirasakan apa ( lendir / darah )

e) HPHT

f) BAK dan BAD

g) Terakhir sebelum ke puskesmas

2) Data Objektif ( O )

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik

klien, tanda gejala objektif yang di perola dari hasil

pemeriksaan ( keadaan umum, vital, fisik, pemeriksaan

dalam, pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auksultasi,

perkusi ), pemeriksaanya :

a) Leopold I – IV

b) DJJ

c) TBJ

d) HIS

e) Genetalia

f) VT

3) Assesmen ( A )

Diagnosa : ibu G1P0A0, 30 minggu dengan persalinan

normal, inpartu kala 1 fase laten / aktif

4) Penatalaksanaan

80
a) Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu dan janin baik da

akan segerah memasuki masa persalinan, ibu mengerti

b) Melakukan informant konsent bahwa ibu akan segerah

di tolong oleh bidan dalam pemantauan dokter SPOG

pada proses persalinan, ibu dan keluarga menyetujui.

c) Membantu ibu untuk mengosongkan kandung

kemihnya, ibu bersedia.

d) Mengajarkan ibu teknik relaksasi, ibu mau

melakukanya.

e) Memberikan ibu dukungan psikologis, ibu merasa

nyaan.

f) Memberikan posisi sesui keinginan ibu, ibu mau

melakukanya.

g) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan yaitu

tekanan darah, pembukuan, penurunan kepala setiap 4

jam, suhu dan urine setiap 2 jam, nadi, kontraksi, DJJ

setiap 30 menit

b. Kala II

1). Data subjektif ( s )

Data subjektif merupakan data yang di peroleh dari

pasien yang berhubungan dengan masalah pasien,

keluan, tanda gejala kala II

2). Data objektif ( O)

81
Data objektif merupakan data yang di dapatkan dari

hasil pemantauan dan pemeriksaan seperti :

a). Kontraksi atau his

b). Tanda – tanda kala II

c). DJJ

d) pemeriksaan dalam VT

e). Vulva

f). Portio

g). Pemeriksaan minimal 4 senti

h). Ketuban

i). Presentase

j). Molase

k). Hotge

l). Penumbungan

m) pelepasan

3) Assesmen ( A )

Analisa data merupakan diagnosa / masalah pasien yang

akan di simpulkan dari data objektif dan data subjektif

seperti diagnosa perlansungan kala II

4). Penatalaksanaan

a) menyiapkan pertolongan persalinan atau alat.

b) menyiapkan alat bantu pernafasan

c) melakukan pemberian oksigen pada ibu untuk

82
membantu ibu bernafas

d). Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

persalinan / pimpinan menerang

e) Menyiapkan pertolongan kelahiran bayi

f) Menolong kelahiran bayi

g) Penanganan segerah bayi baru lahir

c. Kala III

1) Data subjektif

Keluhan yang di rasakan ibu seperti, ibu mengeluh masih

merasakan perutnya mules

2) Data objektif

Tanggal dan jam bayi lahir

3) Analisa

Perlansungan kala III

4) Penatalaksanaan

a) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan

oksitosin 10 unit IM d sepertiga paha atas bagian distra

lateral.

b) Setelah 2 enit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 300 cm dari pusat bayi

c) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan

memasang topi di kepala bayi.

83
d) Memindahkan klem pada tali pusat sehingga berjarak 5

sampai 10 cm dari vulva.

e) Meletakkan satu tanan di atas kain pada perut ibu, di

tepi atas simpisis dan tangan lain menegangkan tali

pusat.

f) Setelah terus berkontraksi, menegangkan tali pusat

dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan

dengan hati-hati ke arah dorsokranial

g) Melakukan penanganan dan dorongan dorsokranial

hingga plasenta terlepas, minta ibu untuk menerang

sambil menolong menarik tali.

d. kala IV

1) Data subjektif

Keluhan yang di rasakan ibu

2) Data objekif

Tanggal dan jam plasenta lahir

3) Analisa

Perlansungan kala IV

4) Penatalaksanaan

a) memeriksa nadi ibu dan keadaan kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 meit selama jam ke-2 pasca persalinan.

84
b) Memeriksa kembali bayi untuk memstikan bahwa bayi

bernafas dengan baik.

c) Menempakan semua peralatan bekas pakai dalam

ralutan kroin 0,5 % selama 10 menit.

d) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

sampah yang sesuai

e) Membersihan badan ibu menggunakan air DTT.

f) Memastikan ibu merasa nyaman dan beri minum.

g) Dekontaminasi tepat persanan dengan larutan klorin

0,5%.

h) Membersihkan sarung tangan di larutan klorin 0,5%

i) Melepaskan sarung tangan dalam kedaan teralik dan

merendamnya dengan larutan klorin 0,5 %.

j) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

k) Melengkapi partograf

C. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian

Neonatus atau bayi baru lahir adalah bayi baru lahir normal

dengan berat badan lahir antara 2.500 sampai dengan 4.000

gram, di tandai dengan bayi cukup bulan, segera menangis

setelah lahir, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan)

yang berat [CITATION Placeholder7 \l 1033 ].

85
Neonatus atau bayi barulahir normal adalah bayi yang lahir

dari kehamilan aterm (37 minngu sampai 42 minggu) dengan

berat lahir 2500 gr sampai dengan 4000 gr, tanpa ada masalah

atau kecacatan pada bayi sampai umur 28 hari [ CITATION Arf16 \l

1033 ].

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000

gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada

kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat [ CITATION Man16 \l

1033 ].

2. Ciri – ciri bayi baru lahir

Adapun ciri – ciri bayi lahir normal adalah sebagai berikut

[ CITATION Int151 \l 1033 ]:

a Berat badan 2.500 sampai 4.000 gram

b Panjang badan 48 sampai 52 cm

c Lingkar dada 30 sampai 38 cm

d Lingkar kepala 33 sampai 35 cm

e Prekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

f Pernapasan ± 40 sampai 60 kali/menit

g Warna kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan

subkutan cukup

h Tidak ada rambut lanugo, rambut kepala sudah sempurnah.

i Kuku terlihat panjang dan lemas

86
j Genetalia pada bayi perempuan labia mayora sudah

menutupi labia minora dan pada bayi laki-laki testis sudah

turun, skrotum sudah ada

k Reflex hisap dan menelan sudah terlihat.

l Reflex moro atau gerak memeluk bila di kagetkan sudah baik.

m Eliminasi baik, mekonium sudah keluar dalam 24 jam

pertama, dan mekonium berwarna hitam kocoklatan.

3. Asuhan bayi baru lahir

Asuhan bayu baru lahir adalah asuhan yang harus di berikan

kepada bayi baru lahir di mulai sejak proses persalinan sampai

dengan lahirnya bayi (dalam satujam pertama kehidupan),

asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir yaitu

sebagai berikut [ CITATION Int151 \l 1033 ]:

1) Persalinan Bersih dan aman.

Penerapan upaya PI yang baku ( standar) dan

ditatalaksanakan sesuai dengan ketentuan atau indikasi

yang tepat.

2) Inisiasi / memulai pernafasan spontan

Sebagai besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha

pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.

Segera setelah bayi lahir, maka perlu dilakukan upaya

inisiasi pernafasan spontan (0 – 30 detik) secara cepat dan

tepat, dengan langkah-langkah :

87
a) Melakukan penilaian kondisi bayi baru lahir secara cepat

dan tepat, bayi diletakkan diatas perut ibu yang dilapisi

dengan handuk.

b) Bila kelima pertanyaan diatas jawabannya “ya”,maka

bayi dapat diberikan kepada ibunya untuk segera

menciptakan hubungan emosional, kemudian dilakukan

asuhan Bayi Baru Lahir Normal, yaitu :

 Keringkan bayi dengan kain / handuk yang bersih,

kering dan hangat, kemudian lingkupi tubuh bayi

dengan kain / handuk kering dan hangat yang lain.

 membersihkan mulut dan hidung bayi tidak perlu

dilakukan penhisapan lendir.

 hangatkan tubuh bayi (selimuti dengan kain yang

kering dan hangat, beri tutup kepala).

 berikan bayi pada ibunya untuk membangun

hubungan emosional dam pemberian ASI secara

dini.

 Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosa dan

tentukan rencana untuk asuhan bayi baru lahir.

 Melakukan rangsangan taktil untuk mengaktifkan

refleks pada tubuh bayi baru lahir. Rangsangan taktil

berguna untuk mengaktifkan berbagai refleks pada

tubuh bayi baru lahir. Salah satu teknik dalam

88
melakukan rangsangan adalah dengan

mengeringkan bayi. Cara ini dapat merangsang

pernapasan spontan pada bayi yang

sehat.rangsangan taktil harus dilakukan secara

lembut dan hati-hati. Rangsangan taktil yang dapat

dilakukan adalah:

 Dengan lembut gosok punggung, tubuh, kaki atau

tangan (ekstremitas) 1 atau 2 kali.

 Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi

(1 atau 2 kali)

3) Stabilisasi temperature tubuh bayi / menjaga agar bayi tetap

hangat.

Pengaturan suhu pada bayi baru lahir masih belum baik

selama bebebrapa waktu. Akibat ketidakmatangan

hipotalamaus, pengaturan suhu tidak berjalan efisien dan

bayi masih tetap rentang terhadap hipotermi terutama bila

bayi dibiarkan pada udara dingin atau diterpa angin, jika

dalam keadaan bsah, jika tidak mampu bergerak dengan

bebas atau pada saat kekurangan gizi. upaya untuk

mencegah kehilangan panas.

a) Keringkan bayi secara seksama

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan

hangat

89
c) Tutupi kepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberi asi

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

4) Asi dini dan ekslusif

Pemberian ASI dilakukan sejak awal, dimulai dalam waktu

30 menit setelah bayi lahir. ASI diberikan secara eksklusif

tanpa makanan pendamping lain sampai umur 6 bulan.

5) Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sengat rentan terhadap infeksi. Saat

melakukan penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk

melakukan tindakan infeksi, seperti : Cuci tangan, pakai

sarung tangan, semua peralatan di disinfeksi tingkat tinggi

atau steril, pakaian, hnaduk dan selimut serta kain yang akan

digunakan bayi dalam keadaan bersih.

6) Pemberian imunisasi

Bayi Baru Lahir Diberikan imunisasi pertama yaitu vaksin

HB0 (Hepatitis B) pada umur 0 ˗ 7 hari.(Ika Fitriani Elmeida,

2015).

4 Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir atau neonatus dibagi dalam beberapa klasifikasi

yaitu:

90
a. Neonatus menurut masa gestasinya

1). (Kurang bulan (preterm infant): < 259 hari (37 minggu)

2). Cukup bulan (term infant): 259 – 294 hari (37 – 42

minggu)

3). Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu

atau lebih)

b. neonatus menurut berat badan lahir

1) Berat lahir rendah : < 2,500 gram

2) Berat lahir cukup : 2,500 – 4,000 gram

3) Berat lahir lebih : > 4,000 gram

c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi ( masa

gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa

kehamilan ).

1) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

2) Sesuai,kecil,besar,untuk memastikan masa kehamilan

(SMK,KMK,BMK).

5. Penanganan bayi baru lahir

Penangan utama bayi baru lahir normal adalah menjaga

bayi agar tetap hangat, membersihkan seluruh napas (hanya

jika perlu), mengeringkan tubuh bayi (kacuali telapak tangan)

mamantau tanda bahaya, mamotong dan mengikat tali pusat,

melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), memberikan suntikan

91
vitamn K1, memberi salep mata antibiotik, melakukan

pemeriksaan fisik, serta memberi imunisasi hepatitis B.

a. Menjaga bayi agar tetap hangat

Langkah dalam menjaga bayi agar tetap hangat adalah

dengan cara menyelimuti bayi sesegera mungkin setelah

bayi lahir. Lalu tunda memanikan bayi setelah 6 jam bayi

lahir.

b. Membersikan saluran nafas.

Saluran napas di bersihkn dengan cara mengisap lendir

yang ada di mulut dan hidung, namun, hal ini hanya di

lakukan jika di perlukan. Tindakan ini juga di lakukan

sekaligus dengan penilian skor APGAR menit pertama.

Bayi normaal akan menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila bayi tadak langsung menangis, jalan napas segera

di bersihkan dengan cara sebagai berikut:

1) Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan

steril.

2) Bayi di letakan pada posisi telentang di tempat yang

keras dan hangat. Badan bayi dalam keadaan

terbungkus.

3) Posisi kepala bayi di atur sedikit tengada kebelakang.

4) Pangkal pengisap lendir di bungkus dengan kain kassa

steril, kemudian di masukan kedalam mulut bayi.

92
5) Tangan kanan penolong membuka mulut bayi,

kemudiaan jari telunjuk tangan kiri di masukan ke salam

mulut bayi sampai epiglotis (untuk menahan lidah bayi),

setelah itu, jari tangan kanan memasukan pipi.

6) Dengan posisi sejajar dengan jari telunjuk tangan kiri,

lendir di isap sebanyak-banyaknya dengan ara memutar.

7) Selang di masukan berulang-ulang kehidung dan mulut

untuk dapat mengisap lendir sebanyak-banyaknya

8) Lendir di tampung di atas bengkok dan ujung pipa di

bersihkan dengan kain kassa.

9) Pengisapan di lakukan sampai bayi menangis dan

lendirya bersih. Setelah itu, daerah telinga dan sekitarnya

juga bersih

c. Mengerinkan tubuh bayi

Tubuh bayi di keringkan dari cairan ketuban dengan

menggunakan kain atau handuk yang kering, bersih, dan

halus.Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan

stimulasi.Untuk bayi yang sehat, hal ini biasanya cukup

untuk merangsang terjadainya pernapasan spontan.Jika bayi

tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan

rangsangan serta menunjukan tanda-tanda kegawatan,

segera lakukan tindakan untuk membantu pernapasan.

93
Tubuh bayi dikeringan mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya dengan lembut tampa menghilangkan verniks.

Verniks akan membantu menyamankan adan

menghangatkan bayi. Setelah di keringkan, selimuti bayi

dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali

pusat di klem.Hindari mengeringkan punggngu tangan bayi.

Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi

mencari puting ibunya yana berbau sama.

d. Memotong dan mengikat tali pusat

Ketika memotong dan mengikat tali pusat, teknik aseptik dan

antiseptik harus di perhatikan.Tindakan ini sekaligus di

lakukan untuk menilai skor APGAR menit kelima. Cara

pemotongan dan mengikat tali pusat adalah sebagai berikut:

1) Klem, potong, dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi

lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu di lakukan sebelum

tali pusat di potong (oksitosin 10 IU intramuskuler).

2) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam

DTT/klem tali pusat 3 cm dari dinding pusat (pangkal

pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusa dengan dua

jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah

tidak terpecar pada saat di lakukan pemotongan tali

pusat.). lakukan penjepitan ke-2 dengan klem logam DTT

94
lainnya/klem tali pusat lainnya dengan jarak 2 cm dari

tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.

3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu

tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi

bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara

kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting tali

pusat DTT atau steril.

4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu

sisi, kemudia lingkarkan kembali benang tersebut dan

ikat denga simpul kunci pada sisi lainnya.

5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan

kedalam larutan klorin.

6) Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisiasi

menyusu dini.

Beberapa nasihat perlu diberikan kepada ibu dan

keluarganya dalam hal perawatan tali pusat. Melakukan

7) inisiasi menyusui dini

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin,

eksklusif selama 6 bulan di teruskan sampai 2 tahun

dangan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.

Pemberian ASI pertama kali dapat di lakukan setelah tali

pusat bayi di potong dan di ikat. Langah inisiasi menyusu

dini pada bayi baru lahir adalh sebagai berikut:

95
2) Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling

sedikit satu jam

3) Setelah tali pusat di potong dan di ikat, letakan bayi

tengkurap di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara

payudara ibu tetapi lebih rendah dari putting.

4) Selimuti ibu dan bayi denga kain hangat dan pasang topi

di kepala bayi.

5) Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling

sedikit satu jam. Mitahlah ibu untuk memeluk dan

membelai bayinya. Jika perlu, letakan bantal di bawah

kepala ibu untuk mempermudah kontak visial antara ibu

dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu.

6) Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan

manajemen aktif kala 3 persalinan

7) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan

mulai menyusu

8) Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai

menyusu.

9) Anjurkan ibu dan ornag lain untuk tidak meninterupsi

tindkan menyusu, misalnya memindahkan bayi dari satu

payodra ke payodara lain. Menyusu pertama bisanya

berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu

satu payodara. Sebagian beser bayi berasil menemukan

96
puting ibu dalam waktu 30-60 menit. Tetapi tetap biarkan

kontak kulit bayi dan ibu sekitar satu jam walaupun bayi

sudah menemukan puting kurang dari 1 jam.

10)Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya

hingga bayi selesai menyusu, setidaknya 1 jam atau lebih

jika bayi baru menemukan puting setelah 1 jam.

11)Jika bayi harus di pindahkan dari kamar bersalin sebelum

1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi

di pindah bersama-sama dengan mempertahankan kontak

kulit ibu dan bayi.

12)Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam wakti 1 jam,

posisikan bayi lebih dekat dengan putng ibu dan biarkan

kontak kulit selama 30-60 menit berikutnya.

13)Jika bayi masih belum menyusu dalam waktu 2 jam,

pindahkan ibu keruangan pemulihan dengan bayi tetap di

dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial

lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,salep mata)

dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk

menyusu.

14)Kenakan pakian pada bayi atau bayi tetap di selimuti

untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutup kepala

dengan topi selama beberapa hari pertama. Jika suatu

saat kaki bayi terasa dingin saat di sentuh, buka

97
pakiannya kemudian telengkupkan kembali di dada ibu

dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.

15)Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama (rooming

in). Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam

sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering mungkin

16)Memberikan identitas diri

Segera setela IMD, bayi baru lahir di fasilitasi

kesehatan segera mendapatkan tanda pengenal berupa

gelang yang di kenakan pada bayi dan ibunya untuk

menghidari tertukarnya bayi. Gelang pengenal tersebut

berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan

jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinan, dilakukan

juga cap telapak kaki bayi pada rekan medis kelahiran.

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak berhak

atas identitas diri oleh sebab itu, tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinan perlu menuliskan keterangan

lahir untuk di gunakan orangtua dalam memperoleh akte

kelahiran bayi.

17)Memberikan suntikan vitamin K

Karena sistem pembentukan darah pada bayi baru lahir

belum sempurna, semua bayi akan berisiko untuk

mengalami pendarahan. Untuk mencegah terjadinya

98
pendarahan, pada semua bayi baru lahir, apalagi bayi

berat lahir rendah, diberikan suntikan vitamin K1

dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian

imunisasi hepatitis B. Jika sedian vitamin K1,yaitu ampul,

sudah di buka, sediaan tersebut tidak boleh di simpan

untuk dipergunakan kembali.

18)Member salep mata antibiotic pada kedua mata

Salep mata antibiotik diberikan untuk mencegah

terjadinya infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya di beri

1 jam setelah lahitr. Salep mata antibiotik yang bisa di

gunakan adalah tetrasiklin.

Cara pemberian salep mata antibiotik adalah sebagai

berikut:

a) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir),

kemudian keringkan dengan haduk.

b) Jelaskan kepada ibu dan keluarga apa yang akan di

lakukan dan tujuan pemberian obat tersebut.

c) Tarik kelopak mata bagian bawah ke arah bawah.

d) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari

bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi

menuju kebagian lur mata atau tetes mata.

e) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh

menyentuh mata bayi.

99
f) Jangan mengapus salep dari mata bayi dan anjurkan

keluarga untuk tidak menghapus obat tersebut

19)Memberi imunisasi

Imunisasi hepatitis B pertama (HB0) diberikan 1-2 jam

setelah pemberian vitamin K1 secara intramuskuler

.imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah

infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur

penularan ibu ke bayi.

Imunisasi hepatitis B (HB-0) harus di berikan pada bayi

usia 0-7 hari karena:

a) Sebagian ibu hamil merupakan carrier hepatitis B.

b) Hampir separuh bayi dapat tertular hepatitis B

pada saat lahir dari ibu pembawah virus.

c) Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya

berlanjut menjadi serosis hati dan kanker hati

primer.

d) Imunisasi hepatitis B sediri mungkin akan

melindungi sekitar 75% bayi dari penularan

hepatitis B.

20)Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan

awal kepada bayi setelah lahir di dunia luar yang

100
bertujuan untuk memeriksa adanya kelainan fisik dan

ada atau tidaknya refleks primitif [ CITATION Int151 \l 1033 ].

a) Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan – gerakan

mor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis

adalah normal.

b) Simetris, apakah secara keseluruhan badan

seimbang.

c) Kepala: apakah terlihat simetris, benjolan seperti

tumor yang lunak di belakang atas yang

menyebabkan kepala tampak lebih panjang.

d) Muka wajah, bayi tampak ekspresi.

e) Mata: perhatikan keseimbangan antara mata kanan

dan kiri, perhatikan adanya tanda – tanda perdarahan

berupa bercak merah yang akan menghilang dalam

waktu 6 minggu.

f) Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak

mencucu seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan

pada mulut bayi.

g) Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat

persalinan, perhatikan ada tidaknya kelaian pada

pernafasan bayi.

h) Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang

punggung dengan lekukan yang kurang sempurna,

101
bahu, tangan, sendi dan tungkai, perlu diperhatikan

bentuk, gerakan, gerakannya, fraktur (bila ekstremitas

lunglai/kurang gerak), dan farices.

i) Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna

kemera, kadang – kadang didapatkan kulit yang

mengelupas ringan.

j) Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus

diperhatikan tinjah dan kemih, diharapkan keluar

dalam 24 jam pertama.

k) Refleks: refleks rooting( bayi menoleh kearah benda

yang menyentuh pipi), refleks sucking (terjadi jika ada

benda yang menyentuh bibir yang disertai dengan

menelan).

l) Refleks morro (timbulnya pergerakan tangan yang

simetris seperti merangkul apabila kepala tiba – tiba

digerakkan).

6. Konsep SOAP Bayi Baru Lahir

a. Data subjektif (S)

Data subjektif adalah data yang diperoleh melalui anamnesis

yang berhubungan dengan sudut pandang pasien.Meliputi

identitas bayi, identitas orang tua dan data kelahiran bayi.

b. Data objektif (O)

102
Data objektif merupakan data yang diperoleh melalui

hasil observasi dan pemeriksaan fisik pasien dengan cara

melakukan penilaian yaitu :

1) Pemeriksaan selintas

a) Warna kulit

b) Tonus otot

c) Menangis aktif

d) Jenis kelamin

c. Assasment (A)

Assesment merupakan suatu hasil analisis serta

interpretasi data dari data subjektif dan objektif.Pengkajian

tersebut meliputi diagnosis atau masalah yang dikumpulkan

atau disimpulkan menjadi “Bayi Baru Lahir Normal Cukup

Bulan, Sesuai Masa Kehamilan.

4) Planning (P)

Planning atau perencanaan merupakan suatu proses

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang

serta berisi pelaksanaan dan evaluasi.

Beberapa perencanaan yang dilakukan pada bayi baru lahir

yaitu :

a) Jaga bayi tetap hangat

b) IMD

c) pernafasan

103
d) Isap lendir dari mulut ke hidung (jika perlu)

e) Keringkan

f) Pemantauan tanda bahaya

g) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi

apapun, kira-kira 2 menit setelah bayi lahir

h) Beri salep mata antibiotik pada kedua mata

i) Pemeriksaan fisik

E. KONSEP DASAR MASA NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas adalah (puerperineum) adalah masa pulih

kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat

kandungan kembali seperti semula sebelum hamil.lama masa

nifas. Waktu masa nifas ini 6 sampai 8 minggu [ CITATION Int151 \l

1033 ].

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali

seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang berlangsung

kurang lebih 6 minggu; dimana pada priode post partum ini

merupakan masa penyesuaian ibu terhadap peran baru

[ CITATION Mar17 \l 1033 ].

2. Tahap masa nifas

a. Puerperium dini

104
Kepulihan ini ketika ibu diperbolehkan untuk berjalan – jalan

dalam agama islam dianggap sudah bersih dan di

perbolehkan bekerja setalah lepas 40 hari.

b. Puerperium intermedial

Kepuliahan keseluruhan pada genetalia yang lamanya 6

sampai 8 minggu.

c. Remote puerperium

Jangka waktu yang di perlukan untuk pemulihan dan sehat

sempurna terutama waktu selama hamil dan waktu

persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk pemulihan

bisa berminggu – minggu, bulanan, atau tahun [ CITATION

Amb101 \l 1033 ]

3. Perubahan fisiologis masa nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Uterus

Dalam masa nifas, uterus secara berangsur-angsur

menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti

sebelum hamil.Perubahan uterus ini dalam

keseluruhannya di sebut involusi. Uterus harus teraba

berkontraksi dengan baik, penyusutan uterus antara 1-

1,5 cm atau sekitar 1 jari per hari.

Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa

involusiterlihat pada tabel berikut:

105
Table 2.5 perubahan uterus pada masa nifas

Berat
Waktu involusi Tinggi fundus uteri
No uterus

1 Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri/plasenta
Dua jari bawah pusat 750 gram
2 lahir

Pertengahan pusat-
3 1 minggu 500 gram
simfisis

Tidak teraba diatas


4 2 minggu 350 gram
simpisis

5 6 minggu Bertambah kecil 50 gram

6 8 minggu Sebesar normal 30 gram


Sumber (Yeyeh et al, 2014)

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus

pada umumnya tetap kencang.Relaksasi dan kontraksi

yang periodik sering dialami multipara dan bisa

menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal

puerperium.Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata

setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang

(misalnya, pada bayi besar dan kembar).Menyusui dan

oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini

karena keduanya merangsang kontraksi uterus. [ CITATION

Ruk14 \l 1033 ].

2) Lochea

Lochea adalah suatu eksresi berupa cairan rahim selama

masa nifas.Lochea mengandung berupa darah dan sisa

106
– sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.

Adapun jenis-jenis lochea sebagai berikut:

a) Lochea rubra lochea ini mucul pada hari pertama

smpai hari ke empat masa postpartum berwarna

kemerahan karena berisi darah segar dari sisa

jarigan plasent.

b) Lochea saguinolenta cairan ini berwarna merah

kecoklatan dan berlendir berlansun pada hari ke 4

sampai hari ke 7.

c) Lochea serosa, berwarna kuning kecoklatan muncul

pada hari ke 7 sampai hari ke 14.

d) Lochea alba ini mengandung leukosit, sel desidua,

sel epitel, serabut jaringan yang mati ini berlangsung

selama 2 sampai 6 minggu [ CITATION Int151 \l 1033 ].

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Setelah persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki

oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan

serviks akan menutup [ CITATION Int151 \l 1033 ].

4) Vulva dan vagina

Perubahan pada vulva dan vagina adalah:

a) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besarselama proses

107
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap

berada dalam kendur.

b) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil.

c) Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali sementara

labia menjadi lebih menonjol.

5) Perineum

Perubahan yang terjadi pada perineum adalah:

a) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan

kepala bayi yang bergerak maju.

b) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum

sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil,

walaupun tetap lebih kendur dari pada keadaan

sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus

otot perineum, maka pada masa nifas perlu

dilakukan senan kegel.

6) Payudara

Perubahan pada payudara dapat meliputi :

a) Penurunan kadarprogesterone secara tepat dengan

peningkatan hormone prolactin setelah persalinan.

108
b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI

terjadi pada hari ke 2 atau hari ke 3 setelah

persalinan.

c) Payudara menjadi besar dan keras sebagaimana

tanda mulainya proses laktasi[ CITATION Ast151 \l 1033 ].

4. Perubahan psikologis pada masa nifas

Fase-fase yang dialami oleh ibu pada masa nifas yaitu:

a. Masa taking in (focus pada diri sendiri)

Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan.Fokus pada diri

ibu sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu untuk

tidur dan istirahat.Pasif, ibu mempunyai ketergantungan dan

tidak bisa membuat keputusan.Ibu memerlukan bimbingan

dalam merawat bayi dan mempunyai perasaan takjub ketika

melihat bayinya yang baru lahir.

d. Masa taking on (focus pada bayi)

Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10.Aktif , mandiri, dan bisa

membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, fokus

pada perut, dan kendung kemih, fokus pada bayi dan

menyusui.Merespon instruksi tentang perawatan bayi dan

perawatan diri, dapat mengungkapkan kurangnya

kepercayaan diri dalam merawat bayi.

e. Masa letting go (fase interdependen)

109
Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu postpartum. aktif,

muncul, ibu sudah mengubah peran barunya. Menyadari

bayi merupakan bagian dari dirinya.Ibu sudah dapat

menjalankan perannya [ CITATION Ast15 \l 1033 ]

5. Kunjungan masa nifas

Tabel 2.5 kunjungan masa nifas

Kunjungan Waktu Asuhan

Memastikan involusi uterus berjalan


normal, uterus bekontraksi, fundus
dibawah umbilicus dan tidak ada
tanda-tanda perdarahan.
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapat istirahat
yang cukup.
KF 1 (6 jam-48 jam)
Memastikan ibu mendapat makanan
yang bergizi.
Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.

Memastikan involusi uterus berjalan


normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus dibawah umbiliculus dan
tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapat istirahat
yang cukup.
KF 2 (4 hari-28 hari) Memastikan ibu mendapat makanan
yang bergizi.
Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi agar
tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari

110
Menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang dialami.
Memberikan konseling untuk KB
(29 hari-42 hari) secara dini, imunisasi, senam nifas
KF 3
dan tanda-tanda bahaya yang dialami
oleh ibu dan bayi.
Periksa tanda-tanda vital (keadaan
umum dan fisik).
Tanyakan pada ibu mengenai
suasana emosinya, bagaimana
dukungan yang didapatkan dari
keluarga, pasangan dan masyarakat
untuk perawata bayinya[ CITATION
And18 \l 1033 ]
42 hari Menanyakan ibu tentang penyulit-
KF 4 penyulit yang ia atau bayi alami,
memberikan konseling untuk KB
secara alami.

sumber : Susanto,et.al, (2018)

6. Kebutuhan dasar masa nifas

a. Nutrisi dan cairan,

pada seorang ibu menyusui Mengkomsumsi tambahan

500 kalori tiap hari; makan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup; minum

sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum

setiap kali menyusui); pil zat besi harus di minum untuk

menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin;

minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.

b. Ambulasi

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggang banyak

bergerak karena merasa letih dan sakit namun ibu harus di

111
bantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah

kelahiran pervagina. Ambulasi dini sangat penting dalam

mencegah thrombosis vena.Tujuan dari ambulasi dini adalah

untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan

demikian menghasilkan untuk tubuh yang baik,

mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau

memperbaiki serkulasi darah keseluruh tubuh.

c. Eliminasi BAK/BAB

Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari

pertama setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu

mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung kemihnya

karena rasa sakit,memar atau gangguan pada tonus otot. Ia

dapat dibantu untuk duduk diatas kursi berlubang tempat

buang air kecil (commode) jika masih belum diperbolehkan

jalan-jalan sendiri dan mengalami kesulitan untuk buang air

kecil dengan pispot diatas tempat tidur. Kebersihan

diri/perineum

Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan

seluruh tubuh.Mengajarkan pada ibu bagaimana

membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di

sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang anus.

112
Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai

buang air kecil dan besar.

Sarankan ibu mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari.Kain dapat digunakan ulang jika

dicuci dengan baik, dan keringkan dibawah sinar matahari

atau disetrika.Sarankan mencuci tangan dengan sabun dan

air sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kelaminnya.Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau

laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh

daerah luka.

d. Istirahat

Istirahat pada ibu selama masa nifas beristirahat cukup

untuk mencegahan kelelahan yang berlebihan. Sarankan ia

untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa

perlahan-lahan, saat untuk tidur siang atau beristirahat selagi

bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

beberapa hal : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi;

memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan; menyebabkan depresi dan ketidak mempuan

untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

e. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan

113
satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu

darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan

ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan

hubungan suami istri kapan saja ibu siap.Banyak budaya

yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri

sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah persalinan.Keputusan tergantung pada

pasangan yang bersangkutan.

f. Keluarga berancana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-

kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.Setiap

pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana

mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun,

petugas kesehatan dapat membantu merencanakan

keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang

cara mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.

g. Latihan/senam nifas

Latihan senam nifas: diskusikan pentingnya

mengembalikkan otot-otot perut dan panggul kembali

normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan

otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit

pada punggung. Beberapa latihan yang dapat ibu lakukan

dengan mudah antara lain: dengan tidur terlentang dengan

114
lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas,

tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada tahan satu

hitungan sampai 5. Refleks dan ulangi 10 kali. Untuk

memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel): berdiri dengan

tungkai di rapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan

panggul sampai 5 hitungan.Kendurkan dan ulangi latihan

sebanyak 5 kali [ CITATION Ruk14 \l 1033 ].

7. Perawatan payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama

puting susu.

b. Menggunakan Bra yang menyokong payudara

c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI

yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali

menyusui, tetap menyusui dimulai dari puting susu yang

tidak lecet.

d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24

jam. ASI di keluarkan dan diminumkan menggunakan

sendok.

e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol

1 tablet

f. Urut payudara dari pangkal menuju puting susu

g. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga

puting susu menjadi lunak.

115
h. Susukan bayi setiap 2-3 jam; apabila tidak dapat

menghisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan

tangan.

i. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

[ CITATION Mar17 \l 1033 ].

8. Komplikasi pada masa nifas

a. Pendarahan pervagina

1) Atonia uteri

2) Robekan jalan lahir

3) Retensio plasenta

4) Tertinggalnya sisa plasenta

5) Inversion uteri

b. Infeksi masa nifas

1) Infeksi pada vulva, vagina, dan serviks

2) Endometritis, septicemia dan pyemia

3) Peritonitis, salpingitis, dan ooforitis

c. Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan

kabur

1) Pre eklamsi ringan

2) Pre eklamsia berat

d. Pembengkakan di wajah atau ekstremitas

e. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

116
f. Payudara berubah menjadi merah, panas dan

sakit

g. Pembendungan air susu

h. Mastitis

i. Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu yang

lama

j. Rasa sakit, merah, dan pembengkakan kaki

k. Merasa sedih atau tidak mampu untuk merawat

bayi dan diri sendiri[ CITATION Pur15 \l 1033 ].

9. Pedoman bagi ibu Hamil di era pandemic COVID-19

a. Prinsip umum pencegahan Covid-19

1) Cuci tangan memakai sabun selama 20 detik atau

memakai hansinitizer.

2) Memakai alat pelindung diri

3) Menjaga kondisi tubuh dengan rajin olahraga dan

iserahat yang cukup

4) Makan dengan gizi yang seimbang

5) Mepraktikan etika batuk-bersin

b. jaga kesehatan

1) komsumsi makanan begizi seimbang

2) aktivitas fisik ringan

3) jaga kebersihan diri dan lingkungan

117
4) bersikan dan desinfeksi secara rutin permukaan/

bendah yang sering disetuh

5) jika sakit batuk atau pilek

6) gunakan masker

7) tutup muluk dan hidung saat batuk / bersin tissue

dan buang tissue

8) mempraktikan etika batuk-bersin

9) tetap tinggal di rumah jangan aktivitas di luar

10) segera kefansyankes bila ada tanda bahaya

c. yang harus di perhtik oleh ibu nifas yaitu:

1) ibu nifas dan keluarga harus memhami tanda

bahaya dimasa nifas jika ada resiko / tanda

bahaya, periksa ketenaga kesehatan

2) KF 1 dilakukan di fasyankes KF 2,3,4 di lakukan

dengan metode kunjungan rumah atau

pemantauan dengan media online

3) Pelayana KB tetap sesuai jadwal dengan

membuat perjanjian dengan petugas, diutamakan

MKJP

10. Konsep SOAP ibu nifas

a Data subjektif (S)

Data subjektif (S) berhubungan dengan sudut pandang

pasien, mengenai ekspresi yaitu kekhawatiran dan

118
keluhan pasien sebagai kutipan langsung dari

pasien.Dapat disimpulkan bahwa dalam Data Subjektif (S)

meliputi identitas pasien, riwayat persalinan dan riwayat

kesehatan.Mengkaji nafsu makan, ketidaknyamanan atau

rasa sakit pada jalan lahir, kekhawatiran, makanan bayi

dan reaksi bayi.

b Data objektif (O)

Data ini menggambarkan pendokumentasian hasil

analisa dari fisik klien. Tanda gejala obyektif yang

diperoleh dari pemeriksaan TFU, TTV dalam batas

normal (TD : 90/60 mmHg – 130/90 mmHg, N : 60-100

x/menit, P : 16 – 24 x/menit, S : 36,5 – 37,5˚C), kontraksi

uterus baik yang ditandai dengan teraba keras dan bulat,

pengeluaran Lochea. Data objektif menguatkan dilihat

dari hasil pemeriksaan yaitu :

1) Keadaan Umum

2) Kesadaran

3) TTV

4) TFU

5) Kontraksi Uteru

6) lochea

c Assesment (A)

119
Assesment merupakan suatu masalah atau diagnosa

yang ditegakkan berdasarkan data subjektif dan data

objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan yaitu Post

Partum Hari ke dua

d Planning (P)

Planning atau perencanaan adalah suatu tindakan saat itu

atau yang akan datang untuk mengusahakan mencapai

kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga dan

mempertahankan kesejahteraannya. Beberapa

perencanaan yang diberikan yaitu :

1) Melakukan perawatan payudara

2) Melakukan perawatan vagina toilet

3) Melakukan senam nifas

4) Melakukan deteksi dini penyulit masa nifas

5) Memfasilitasi pemberian tablet Fe dan vitamin A

6) Melakukan konseling kontrasepsi pasca salin

7) Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrizi,

personal hygiene, istirahat, tehnik menyusui yang

benar, hubungan seksual dan ASI ekslusif. (Rimandini,

dkk 2014)

120
E. Konsep Dasar Neonatus

1. Definisi neonatus

Neonatal ialah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28

hari) susudah kelahiran.Neonatus merupakan bayi berumur 0

sampai dengan umur 1 bulan sesudah lahir.Neonatus dini ialah

bayi berumur 0-7 hari.Neonatus lanjut ialah bayi berusia 7-28

hari.

2. Perubahan fisiologis masa Neonatus

Perubahan yang terjadi segera setelah lahir dan dapat

berlangsung hingga 1 bulan atau lebih (untuk beberapa sistem)

anatara lain :

a Sistem pernafasan

Nafas yang pertama dipengaruhi oleh 2 faktor yang berperan

pad rangsangan napas bayi:

a) Hipoksia yang berperan pada rangsangan fisik lingkungan

luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak

b) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena

kompresi paru selama persalinan yang merangsang

masuknya udara ke dalam paru secara mekanis.

b Sistem predaran darah

Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar

pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan

paru. Peningkatan aliran darah paru akan medorong

121
peningkatan sirkulasi limfe dan merangsang perubahan

sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

c Sistem metabolisme dan pengaturan suhu

Pengaturan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan

usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk

mendapatkan panas tubuhya. Pengaturan suhu tubuh tanpa

menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk

memproduksi panas, untuk membakar lemak coklat, glukosa

harus digunakan guna mendapatkan energy yang akan

mengubah lemak menjadi panas.

d Sistem gastrointestinal

Setelah lahir gerakan usus mulai aktif, sehingga

memerlukan enzim pencernaan dan kolonisasi bakteri usus

positif. Syarat pemberian minum adalah sirkulasi baik, bising

usus positif, tidak ada kembung, pasase mekonium postif,

tidak ada muntah dan sesak napas.

e Sistem ginjal

Janin membuang toksin dan hemeostatis cairan atau

elektrolit melalui plasenta.Setelah lahir ginjal berperan dalam

homeostatis cairan atau elektrolit. Lebih dari 90 % bayi

berkemih dalam usia 24 jam dan memproduksi urine 12

ml/jam. Pematangan ginjal berkembang sampai usia gestasi

36 minggu.

122
f Sistem hati

Fungsi hati adalah metabolisme karbohidrat, protein, lemak

dan asam empedu.Hati juga berfungsi ekskresi (aliran

empedu) dan detoksifikasi obat atau toksin.

g Sistem neourologi

Bayi telah dapat melihat dan mendengar sejak baru lahir

sehingga membutuhkan stimulasi suara dan

penglihatan.Setelah lahir jumlah dan ukuran sel saraf tidak

bertambah. Pembentukan sinpas terjadi secara progresif sejak

lahir sampai usia 2 tahun. Mielinisasi terjadi sejak janin 6

bulan sampai dewasa. Golden periode mulai trimester III

sampai usia 2 tahun.

h Sistem imunologi

Sel fagosit, grumulosit, monosit mulai berkembang sejak

usia gestasi 4 bulan. Setelah lahir imunitas neonatus cukup

bulan lebih rendah dari orang dewasa.Usia 3 – 12 bulan

adalah keadaan imunodefisiensi sementara sehingga bayi

mudah terkena infeksi. Neonatus kurang bulan memiliki kulit

yang rapuh, membran mukosa yang mudah cedera,

pertahanan tubuh lebih rendah sehingga berisiko mengalami

infeksi yang lebih besar[ CITATION DrL14 \l 1033 ]

1. Kebutuhan Dasar Neonatus

a. Nutrisi

123
ASI adalah makanan pokok untuk bayi yang diberikan 2 – 3

jam sekali atau semau bayi. ASI diberikan dengan satu

payudara sampai terasa kosong setelah itu baru ganti payudara

yang lain. ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja sampai

usia 6 bulan tanpa tambahagn makanan kecuali imunisasi dan

vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan

makanan lunak sesuai tahapan usia bayi.

b. Eliminasi

a) Buang Air Kecil (BAK)

Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12 – 24 jam

setelah kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari

merupakan salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap

habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi iritasi di

daerah genetalia.

b) Buang Air Besar (BAB)

BAB hari 1 – 3 disebut mekoneum yaitu feses berwarna

kehitaman, hari 3 – 6 feses transisi yaitu warna coklat

sampai kehijauan karena masih bercampur mekoneum,

selanjutnya feses akan berwarna kekuningan. Segera

bersihkan bayi setiap selesai BAB agar tidak terjadi iritasi

didaerah genetalia.

c. Istirahat dan Tidur

124
Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam

sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3

bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat

dan selimut bayi.

d. Personal Hygiene

Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran,

sebelum mandi sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi

hipotermi lakukan skin to skin dan tutupi kepala bayi dengan

ibu minimal 1 jam.Sebaiknya bayi mandi minimal 2 kali sehari,

mandikan dengan air hangat dan di tempat yang hangat.

e. Kenyamanan Bayi

Hindari memberikan makanan selain ASI, jangan tinggalkan

bayi sendirian, jjangan menggunakan alat penghangat buatan [

CITATION Ani16 \l 1033 ]

f. Memijat bayi

Memijat neonatus atau bayi bisa memperlancar sistem

peredaran darah, membantu proses pencernaan neonatus,

dan juga memperbaiki pernapasan neonatus, membuat

neonatus tenang, menguatkan otot neonatus,dan dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh[ CITATION Ani16 \l 1057 ]

2. Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga

kesehatan yang dilakukan minimal tiga kali.

125
a. Kunjungan Neonatal I (KN I)

Kunjungan neonatal I adalah kunjungan yang dilakuakn dalam

kurun waktu 6– 48 jam setelah bayi lahir. Hal yang

dilaksanakan yaitu:

1) Jaga kehangatan tubuh bayi

2) Cegah infeksi

3) Rawat tali pusat

b. Kunjungan Neonatal 2 (KN 2)

Kunjungan neonatal yang kedua adalah kunjungan pada

kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi

lahir. Hal yag dilakukan dalam KN 2 yaitu:

1) Jaga kehangatan bayi

2) Berikan ASI eksklusif

3) Cegah infeksi

4) Rawat tali pusat

c. Kunjungan Neonatal 3 (KN 3)

Kunjungan neonatal 3 adalah kunjungan yang dilakukan pada

kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

Hal yang dilakukan pada KN 3 yaitu:

Periksa adanya tanda bahaya atau gejala sakit

1) Jaga kesehatan tubuh, beri ASI eksklusif dan rawat tali

pusat[ CITATION Ani16 \l 1033 ]

2) Bayi lahir yang bermasalah

126
Bayi baru lahir yang disertai dengan masalah, memilki

keistimewaan dalam pemberian asuhan, yakni sebagai

berikut :

a) Hemangioma

Hemangioma merupakan tumor pembuluh darah yang

paling banyak di jumpai pada bayi.Hemangioma sering

terjadi pada daerah kulit, sering kali soliter, dan lebih

banyak terjadi pada anak perempuan dan jarang

berkembang sepenuhnya pada waktu lahir.

b) Bercak mongol

Bercak mongol merupakan bercak yang berwarna biru

yang terdapat pada pada bagian atau daerah sacral,

walaupun kadang terlihat pada daerah tubuh yang lain.

c) Oral Thrush

Oral thrush merupakan kandidialis selaput, lendir mulut

yang biasanya terjadi pada mukosa dan lidah dan

terkadang terjadi pada palatum, gusi dan lantai mulut.

Penyakt ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan

lembut yang menyerupai gumpalan susu yang dapat

terkelupas, sehingga meninggalkan permukaan

pendarahan mentah

d) Muntah dan gumoh

127
Muntah merupakan suatu keadaan keluarnya isi

lambung secara ekspulsi atau keluarnya kembali

sebagian besar dari seluruh isi lambung yang terjadi

setelah lama makanan masuk kedalam lambung.

Usaha untuk mengeluarkan isi lambung akan terlihat

sebagai kontraksi otot perut. Gumoh adalah suatu

pengeluaran ketika bayi kenyang, bayi akan

mengeluarkan ASI yang sudah ditelannya, namun yang

keluar hanya sedikit.

e) Miliariasis

Miliariasis merupakan dermatosis yang timbul akan

penyembatan dari kelenjar keringat dan porinya, yang

lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah

tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim

hujan yang suhunya panas dan lembab [ CITATION

Sud17 \l 1033 ]

3. Tanda bahaya neonatus

a. Infeksi bakteri

b. Kejang

c. Ikterus

d. Diare

e. Tetanus neonaturum

f. Hipotermi

g. Sepsis neonaturum
128
4. Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap Darurat

COVID-19

a. Peran tenaga medis kesehatan terkait sasaran balita

a) Melakukan Koordinasi lintas program di

pukesmas/fasilitas kesehatan dalam menentukan

langkah-langkah menghadapi pandemi COVOD-19

b) Melakukan sosialisasi terintegrasi dengan lintas

program lain termaksud kepada masyaearakat yang

memiliki balita, tentang pencegahan penyebaran

COVID-19 dan informasi gawat darurat dan RS

Rujukan terdekat.

c) Melakukan analisa data balita beresiko yang

memerlukan tindakan lanjut.

d) Melakukan koordinasi kader,RT/RW/kepala

desa/kelurahan, dan tokoh masyarakat terkait sasaran

anak dan pelayanan kesehatan rutin dalam situasi

pandemic COVID-19

e) Memberikan pelayanan kepada balita dengan

melakukan triase, penerapan prinsip pencegahan dan

pengendalian infeksi (PPI) dan jarak fisik (physical

distancing) dalam pelayanan kesehatan yang diberikan

b. Selama pandemi COVID-19 tunda bawa anak Kerumah

Sakit kecuali gawat darurat seperti :

129
a) Sesak nafas atau biru pada bibir

b) Kejang atau penurunan kesadaran atau kelumpuhan

c) Diare terus menerus atau muntah-muntah disertai

lemas (dehidrasi)

d) Nyeri perut hebat

e) Pendarahan terus menerus

f) Demam tinggi 3 hari atau lebih atau demam pada

neonates

g) Kecelakaan

h) Keracunan menelan benda asing, digigit hewan berbisa

c. Identifikasi anak yang memerlukan perlindungan

a) Anak ODP/DPD dengan gejala ringan tidak memiliki

orang tua/pengasuh/tidak memilki tempat tinggal.

b) Anak dengan orang tua DPD harus menjalani isolasi

dan merupakan orang tua tunggal/pengasuh tunggal.

d. Pelayan Rutin Balita sehat

Sesuai kebijakan pemerintah yang berlaku di wilayah kerja

mempertimbangkan transmisi local virus corona

1) Jenis pelayanan

a) pemamtauan pertumbuhan ( BB,PB/TB,LK )

b) pemantauan perkembngan ( Buku KIA/KBSB /

instrument baku lainya )

c) imunisasi dasar lengkap dan lanjutan

130
d) vitamin A

e) triple, eliminasi ( HIV, Hipatitis, sifilis )

f) obat pencegahan masa cacingan

2) kebijakan PSBB (+) atau Kasus COVID-19 (+)

a) Menunda pelayan balita di Posyandu

b) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan

dilakukan mandiri di rumah dengan Buku KIA

c) Pemantauan balita berisoko dengan tele konsultasi/

janji temu/ kunjungan rumah

d) Pelayanan imunisasi vitamin A difasilitasi

kesehatan dengan janji temu

e) Pemeriksaan khusus ( EID/Virsl load/ HBsAg)

terintegrasi dengan janji temu pelayanan imunisasi.

f) Pelaksaan pemberian Obat pencegah Massal

(POPM) cacingan ditunda.

3 Kebijakan PSBB (-) atau Kasus COVID-19 (-)

Pemerinta Daerah menentukan bias/tidaknya pelyanan

posyandu

a) Jika bias maka diterapkan persyaratan ketat,

pencehan infeksi dan physical distancing.

b) Jika tidak bias maka pelayanan balita seperti pada

wilayah yang menerapkan kebijakan PSBB.

5. Konsep SOAP

131
a. Data subjektif (S)

Data subjektif (S) merupakan data yang berisi data dari

pasien melalui anamnesis (wawancara). Tanda gejala

subjektif yang di peroeh dari hasil bertanya pada orang tua

bayi klien, mengenai identitas kelahiran bayi,keluhan yang di

alami oleh bayinya, serta bagaimana proses menyusui pada

bayinya.

b. Data objektif (O)

Data objektif merupakan data dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik, yaitu dengan melakukan pemeriksaan

Tanda-tanda vital (DJB : 120-160 x/menit, P : 40-60 x/menit,

S : 35,5 – 37,5 ˚C), Pemeriksaan antropometri (Berat

Badan : 2500-4000 gram, Tinggi Badan : 48-52 cm, Lingkar

Kepala : 33-35 cm, Lingkar dada : 30-33 cm, Lingkar lengan :

11-12 cm, Refleks batuk dan bersin, Refleks genggam baik,

Refleks otot leher baik, Babinsky refleks baik.

c. Assesment (A)

Assasment (A) merupakan suatuanalisis dan interretasi

berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan yang melupiti diagnosis, antisipasi diagnosis

atau masalah potensial.Dari uraian diatas dapat ditetapkan

yaitu kunjungan Neonatus kedua.

d. Planning (P)

132
Planning merupakan suatu perencanaan atau rencana

dari tindakan yang diberikan termasuk asuhan mandiri dan

kolaborasi. Adapun perencanaan yang diberikan yaitu :

1). Menjaga kehangatan bayi

2). Melakukan perawatan tali pusat

3). Memandikan bayi

4). Memastikan bayi telah mendapatkan imunisasi Hb 0

a. Memberikan konseling kepada orang tua mengenai

pencegahan hipotermi, pemberian ASI, perawatan tali

pusat dan tanda-tanda bahaya neonates.

KI

1. Mencuci tangan

2. TTV : Nadi

: Pernafasan

: Suhu

3. Observasi veses

4. Memandikan bayi

5. Keringkan bayi

6. Perawatan tali pusat

7. Bedong bayi

8. Konseling Asi Ekslusif

9. tanda bahaya bayi baru lahir

KN II

133
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah

2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya

3. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kebersihan

bayinya

4. Memberikan ASI

5. melihat keadaan tali pusat dan memastikan tidak ada

tanda-tanda infeksi

KN III

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah

2. TTV

3. Melakukan pijat bayi

4. Memberi tahu ibu untuk imunisasi Bayinya

5.

F. KELUARGA BERENCANA

1. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata”kontra”yang artinya mencegah

atau melawan, sedangkan”konsepsi” adalah pertemuan antara

sel telur (sel wanita) yang telah matang dan sel sperma (sel

pria) yang telah mengakibatkan kehamilan.Kontrasepsi adalah

menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan akibat

pertemuan antara sel telur yang telah matang dengan sel

sperma [ CITATION Int151 \l 1033 ].

a. Cara kerja kontrasepsi

134
a) Mencegah agar tidak terjadi ovulasi.

b) Dapat melumpuhkan sel sperma

c) Menghalangi pertemuan antara sel telur dengan sperma.

b. Pembagian Cara kerja kontrasepsi

a) Metode sederhana

b) Tampa menggunakan alat atau tampa obat, misalnya

dengan menggunakan senggama terputus dan pantang

berkala

c) Dengan menggunakan alat atau menggunakan obat,

misalnya kondom, diafragma atau cup, cream jelly cairan

berbusa dan tablet berbusa (vagina tablet).

c. Metode efektif

b. Susuk KB /implant (AKBK)

c. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

d. Suntik KB

e. Pil KB

a. Metode kontak dengan cara operasi (kontrasepsi mantap).

1) Tubektomi (pada wanita)

2) Vasektomi (pada pria)

2. Pengertian Kontrasepsi implan atau AKBK

Kontrasepsi implan adalah metode kontrasepsi yang

diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung

hormon progestin dengan masa kerja jangka pajang, dengan

135
dosis rendah dan reversib untuk wanita (Speroff dan Darney,

2015).

a. Cara kerja kontrasepsi implant

a) Lendir serviks menjadi kental

Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek

nyata terhadap mukus serviks, mukus tersebut akan

menebal dan jumlahnya akan menurun sehingga

membentuk sawar penetrasi sperma.

b) Menggangu proses pembentukan endometrium sehinga

sulit terjadi implantasi

Levonorgestrel dapat menyebabkan supresi terhadap

maturasi siklik endometrium yang diindukasi estradiol dan

pada akhirnya menyebabkan atrofi.Peribahan ini dapat

mencegah implantasi meskipun terjadi fertilisasi.

c) Mengurangi transportasi sperma

Perubahan lender serviks akan menjadi lebih kental dan

sedikit, sehinga dapat menghambat pergerakan sperma.

d) Menekan ovulasi

Levonorgestrel dapat menyebabkan supresi terhadap

lonjokan Luteinizing Hormone (LH), baik pada

hipotalamus maupun pada hipofisis yang penting untuk

ovulasi [ CITATION Int151 \l 1033 ].

b. Jenis – jenis kontrasepsi implan

136
a) Norplant

Ini di pakai sejak tahun 1987. Terdiri atas enam batang

silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan

diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel

dan jangka kerjanya lima tahun.

b) Implanon

Ini terdiri atas satu batang putih lentur yang berisi hormon

progestin generasi ketiga, yang dimasukkan kedalam

inserter steril pakai (disposable), dengan panjang kira-

kira 40 mm dan diameter 2 mm, terdiri atas suatu

Ethylene Vinyl Acetate (EVA) yang berisi 68 mg 3-keto-

desogestrel, dan lama kerjanya tiga tahun.

c) Jadena dan indoplant

Ini terdiri atas dua batang yang diisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan jangka panjang tiga tahun.

d) Uniplant

Ini terdiri atas satu batang putih silastik dengan panjang 4

cm yang mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan

kecepatan pelepasan sebesar 100 ug perhari dengan

jangka waktu satu tahun.

e) Capronor

Ini terdiri atas satu kapsul biodegradable.Biodegradable

Implan melepaskan hormon progestin dari bahan

137
pembawa atau pengankut yang secara perlahan – lahan

larut dalam jaringan tubuh. Kapsul ini mengandung

levonogestrel dan tediri atas polimer E-kaprolakton,

mempunyai diameter 0,24 cm terdiri atas dua ukuran

dengan panjang 2,5 cm mengadung 16 mg levonogestrel

dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandug 26

mg levonogestrel dengan lama kerjanya 12 sampai 18

bulan [ CITATION Int151 \l 1033 ].

c. Indikasi dan kontraindikasi pemasangan implant

Indikasi pemasangan implant yaitu:

a) Usia reproduksi

b) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang

c) Ibu menusui

d) Pascakeguguran atau abortus

e) Tidak mengiginkan keturunan lagi, namun tidak mau

menggunakan metode kontrasepsi mantap (vasektomi

atau tubektomi)

f) Sering lupa mengomsumsi pil

Kontraindikasi pemasangan implan yaitu:

1) Hamil atau diduga hamil

2) Perdarahan dari vagina yang belum jelas sebabnya.

3) Pernah menderita riwayat penyakit kanker payudara

138
4) Tidak menerima perubahan pada pola menstruasi yang

telah terjadi

5) Diabetes mellitus

6) Penyakit jantung dan tekanan darah tinggi

7) Varises [ CITATION Int151 \l 1033 ]

d. Keuntungan kontrasepsi implant

a) Daya guna tinggi

Kontrasepsi implant adalah metode kontrasepsi yang

aman dan sangat efektif cara kerjanya dan efektivitas

penggunaan implan sangat mendekati pada efektivitas

teoritis, efektivitas 0,2 sampai 1 kehamilan 100 wanita.

b) Perlindungan jangka panjang (sampai lima tahun)

Alat kontrsepsi implan bisa memberikan perlindungan

jangka panjang sehingga dapat menunda kehamilan

beberapa tahun kedepan.

c) Pengembalian masa subur yang cepat

Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi terlalu rendah

untuk di ukur dalam dalam 48 jam setelah pelepasan

implan namun sebagian besar wanita memperoleh

kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama

setelah pelepasan implan. Tidak ada Efek pada jangka

panjang kesuburan di masa depan, kembalinya kesubura

139
setelah setelah pelepasan implan terjadi tampa adanya

penundaan dan kemilan berada pada batas normal.

d) Tampa dilakukan pemeriksaan dalam

e) Bebas dari pengaruh estrogen

Tidak mengandung hormone estrogen.Alat kontrasepsi

implan ini hanya mengandung hormon progestin dengan

dosis rendah.

f) Tidak mengganggu hubungan intim

Kontrasepsi implan tidak mengganggu jika berhubungan

seksual, karena diinsersikan pada bagian subdermal di

bagian lengan atas.

g) Tidak mengganggu produksi Asi

Alat kontsepsi implan adalah metode yang paling baik

untuk ibu menyusui karena tidak ada efek samping

terhadap kualitas dari kualitas air susu ibu dan bayi bisa

tumbuh secara normal.

h) Pasien bisa kembali ke klinik bila ada keluhan atau

komplikasi

i) Bisa di lepas sebelum waktunya

j) Mengurangi jumlah darah pada saat menstruasi terjadi

penurunan dalam jumlah rata – rata daerah menstruasi

yang hilang

k) Mengurangi atau memperbaiki anemia

140
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting di

atas pola menstruasi prapemasangan, konsetrasi

hemoglobin bagi pengguna implan meningkat karena

terjadi penurunan dalam jumlah rata – rata dara

mestruasi yang hilang [ CITATION Int151 \l 1033 ].

e. Kerugian kontrasepsi implant

a) Nyeri kepala

Sebagian besar efek samping yang dialami pada

pengguna implan yaitu nyeri kepala.Kira-kira 20%

perempuan menghentikan penggunaan implan karena

nyeri kepala.

b) Peningkatan berat badan

yang menggunakan implan lebih sering mengeluh karena

peningkatan berat badan di bandingkan dari pada

penurunan berat badan. Perubahan berat badan pada

pemakai implan di kacaukan dari perubahan olahraga,

diet dan penuaan. Meskipun peningkatan nafsu makan

dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenic

levonorgestrel, kadar renda implan hendaknya tidak

mempunyai dampak klinis apapun.

c) Jerawat

Jerawat, dengan atau tampa peningkatan produksi

minyak, merupakan keluhan kulit yang paling umum di

141
antara pemakai implan. Jerawat di sebabkan karena

aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan

suatu dampak lansung dan juga dapat menyebabkan

penurunan dalam kadar globulin peningkatan hormone

seks (Sex Hormone Binding Globulin), menybabkan

peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel

maupun testosterone). Akan tetapi pada umumnya untuk

keluhan jerawat mencakup perubahan makanan, praktik

hygiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun

atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotic topical

( larutan atau gel klindamisin 1% atau retromisin topical).

d) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan

(nervousness).

Pemasangan dan pengankatan implan menjadi

pengalaman baru bagi sebagian besar perempuan.

Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun,

perempuan akan menghadapinya dengan berbagai

derajat keprihatinan serta kecemasan. Meskipun

ketakutan akan rasa nyeri pada saat pemasangan implan

merupakan sumber kecemasan utama bagi perempuan,

meskipun nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah

dengan yang dibayangkannya. Namun pada

kenyataanya, sebagian besar pasien mampu

142
menyaksikan dengan santai pada saat proses

pemasangan atau pengankatan implanya.

e) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi

dan pencabutan.

Implan harus di pasang dan di angkat melalui prosedur

pembedahan yang telah di lakukan oleh tenaga

kesehatan yang sudah terlatih. Perempuan tidak dapat

memulai atau menghentikan metode tersebut tampa

bantuan tenaga kesehatan. Insiden pengankatan yang

mengalami komplikasi yaitu kira-kira 5% suatu insiden

yang dapat di kurangi paling baik dengan cara pelatihan

yang baik dan pengalaman dalam melakukan

pemasangan implan serta pencabutan implan.

f) Tindakan memberikan efek protektif terhadap

infeksimenular seksual termasuk AIDS

Implan tidak diketahui memberikan perlindungan

terhadap penyakit menular seksual seperti herpes,

human papilomavirus, HIV AIDS, gonore dan klamidia.

Penggunaan yang berisiko menderita penyakit menular

seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan

metode perintang (kondom) guna agar mencegah infeksi.

g) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian

kontrasepsi.

143
Di butuhkan tenaga kesehatan yang sudah terlatih dalam

melakukan pengankatan implan.

h) Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obatan

tuberculosis (rifanpisin) atau obat epilepsi (fenition dan

barbiturat)

Obat-obatan ini sifatnya menginduksi enzim mikrosom

hati. Pada kasus ini menggunakan implan tidak di

anjurkan karena cenderung dapat meningkatkan risiko

kehamilan akibat kadar dari levonorgestrel yang rendah

dalam darah.

i) Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.

Pada umumnya angka kehamilan ektopik selama

menggunakan alat kontrasepsi implan yaitu 0,28 per

1.000 perempuan per tahun penggunaan. Meskipun

resiko terjadinya kehamilan ektopik selama

menggunakan implan rendah, jika kehamilan memang

terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena kira-kira

30 % kehamilan pada saat menggunakan implan

[ CITATION Int151 \l 1033 ].

f. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemasangan implant

a) Pastikan syarat dalam indikasi pemasangan implan pada

klien sudah terpenuhi sebelum melakukan tindakan

pamasangan implan

144
b) Jagah kesterilan alat dan bahan yang akan digunakan

c) Letakkan peralatan yang telah disiapkan pada tempat

yang terjangkau.

d) Melakukan pencegahan infeksi pada klien melalui

tindakan pencucian dan pemberian antiseptik pada

daerah pemasangan implan.

e) Melakukan tindakan pemasangan implan dalam ruangan

yang sesuai standar.

f) Menggunakan sarung tangan steril

g) Melakukan teknik pembuangan sampah atau limbah

bekas pakai sesuai dengan prosedur [ CITATION Int151 \l

1033 ].

3. Pengertian AKDR atau IUD

a. Pengertian

a) AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil

yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan

tembaga dan juga mengandung hormone lalu di

masukkan kedalam rahim melalui vagina serta

mempunyai benang [ CITATION Han10 \l 1033 ].

b) AKDR yaitu suatu alat atau benda penunda kehamilan

dengan menggulungkan secarik kertas, di ikat dengan

benang lalu di masukkan kedalam rongga rahim

[ CITATION Pra10 \l 1033 ].

145
c) AKDR yaitu suatu alat atau benda yang di masukkan

kedalam rahim dengan sangat efektif, reversible dan

berjangka panjang, dan dapat di pakai oleh semua

wanita usia reproduksi [ CITATION Sai06 \l 1033 ].

d) AKDR atau spiral yaitu suatu alat yang dimasukkan

kedalam rahim perempuan untuk bertujuan kontrasepsi

[ CITATION Moc12 \l 1033 ].

e) AKDR atau IUD yaitu suatu alat kontrasepsi yang sangat

modern yang telah direncanakan sedemikian rupa (baik

bentuk ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi

kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai

usaha kontrasepsi menghalangi fertilisasi dan dapat

menyulitkan sel telur berimplentasi dalam uterus [CITATION

Placeholder8 \l 1033 ].

4. Pelaksanaan pelayanan KB dan Kespro dalam pandemi

COVID-19

a. dampak COVID-19 terhadap pelaanan KB

a) kesehatan seksual dan reproduksi adalah masalah

masyarakat yang memerlukan perhatian kusus selama

pandemi

2) walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19 tetap saja

diharapkan semua PUS terutama 4T tetap menggunakan

146
kontrasepsi dengan berbagai metode, supaya tidak

terjadi kehamilan yang tidak diinginkan,

3) kondisi saat layanan kesehatan memfokuskan pada

penanganan covid-19 termaksud pengalihan tenaga

kesehatan terlatih, berdampak pada akses layanan

termaksuk pelayanan KB

4) adanya kegiatan PSBB, yang mengharapkan masyrakat

untuk tetap di rumah sehingga diharapkan seminimal

mungkin supaya masyarakat pergi keluar termaksuk

kefasilitas masyarakat, perlu dirumuskan kebjakan yang

mendukung kebijakan ini dengan memperhatikan

kebutuhan program.

5) Denga keterbatasan pergerakan, akses layanan untuk

mendapatkan kelanjutan layanan kontrasepsiterganggu.

Hal ini dapat meningkatkan terjadinya kehamilan yang

tidak di inginkan karna kurangnya akses kelayanan

kontrasepsi.

a. Tunda kehamilan selama pandemi berakhir

1) Petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan KB

dengan syarat menggunakan APD lengkap sesuai

dengan standard an sudah mendapatkan perjanjian

terlebih dahulu dari klien :

a) Akseptor yang mempuanyai keluhan

147
b) Bagi kaseptor IUD/implant yang sudah sudah habis

masa pakainya

c) Bagi akseptor suntik yang dating sesui jadwal

2) Petugas kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP

sesuai program yaitu dengan mengutamakan metode

MKJP ( IUD pasca plasenta/ MOW )

3) Petugas kesehatan dapat berkoordinasi dengan PLKB

dan kader untuk meminta bantuan pemberian kondom

kepada klien yang membutuhkan yaitu:

a) Bagi akseptor iud/implant/suntik yang dudah habis

masa pakainya, tetapi tidak bias control kepetugas

kesehatan

b) Bagi akseptor suntik yang tidak bias control

kepetugas kesehatan sesui jadwal.

4) Petugas kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB

dan kader untuk meminta bantuan memberikan pil KB

kepada klien yang membutuhkan yaitu: bagi akseptor Pil

yang harus mendapatkan sesuai jadwal

5) Pemberian materi komunikasi, informasi,dan edukasi

( KIE ) serta pelaksanaan konseling terkait kesehatan

dan KB dapat dilaksanakan secara online atau konsultasi

via telfon.

148
b. Hal yang perlu diperhatian petugas kesehatan dalam

pelaksanaan pelayanan KB pada situasi pandemi Covid-19

1) Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan

dengan tetap menggunakan kontrasepsi di situasi

pandemi covid-19 dengan meningkatkan penyampaian

informasi ke masyarakat

2) Petugas kesehatan harus menggunakan APD dengan

level yang disesuaikan degan pelayanan yang diberkan

dan memastikan klien yang dating menggunakan masker

dan membuat perjanjian terlebih dahulu

3) Kader dalam membatu pelayanan juga diharapkan

melakukan upaya pencegahan dengan selalu

menggunakan masker dan segera mencuci tangan

dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau

handsanitizer setelah ketemu klien

4) Koordinasi dengan PLKB kecamatan untuk ketersediaan

pil dan kondom di kader atau di PLKB, sebagai

alternative pengganti dengan klien yang tidak dapat

ketemu petugas kesehatan

5) Melakukan koordinasi untuk meningkatkan PL kb dan

kader dalam membantu pendistribusian pil KB dan

kondom kepada klien yang membutuhkan, yang tetap

berkoordinasi dengan petugas kesehatan

149
6) Memudah masyarakat untuk mendapatkan akses

informs tentang pelayanan KB diwilayah kerjanya,

misalnya membuat hotline di puskesmas dll.

c. Pelayanan kespro catin dalam situasi pandemi COVID-19

1) Bimbingan perkawinan, pemeriksaan kesehatan,

konsultasi keluarga dan bimbingan lainya ditunda

pelaksanaanya, kecuali pelayanan dan pencatatan nikah

2) Memastikan dan memantau calon pengantin untuk

mendapatkan dan membaca materi KIE terkait

kesehatan reproduksi calon pengantin secara online

sampai kondisi pandemic berakhir

3) Bimbingan perkawinan, pemeriksaan kesehatan,

konsultasi keluarga da bimbingan lainya ditunda

pelaksanaanya, kecuali pelayanan administrasi dan

pencatatan nikah

4) Materi KIE terkait kesehatan reproduksi calon pengantin

diharapkan tetap dibaca yang dapat diperoleh secara

online, salah satunya dapat diakses melalui web

bimbingan perkawinan sampai kondisi pandemic

berakhir

6. KONSEP SOAP KB

a. Data Subjektif (S)

150
Data ini menggambarkan pendokumentasian pengumpulan

data klien melalui anamnesis (wawancara) yang meliputi

identitas klien, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat

kehamilan dan persalinan, riwayat penyakit, riwayat

kontrasepsi sebelumnya serta keinginan untuk

menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang atau jangka

pendek.

b. Data Objektif (O)

Data ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dari fisik klien berupa Tanda-tanda vital (TD : 90/60 mmHg

– 130/90 mmHg, N : 60-100 x/menit, P : 16-24 x/menit, S:

36,5 – 37,5˚C) pemeriksaan fisik dan pengeluaran ASI

lancar.

c. Assesment (A)

Masalah atau diagnosis yang ditegakkan berdasarkan data

atau informasi subjektif dan objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan yaitu Akseptor KB Implan.

d. Planning (P)

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang

untuk mengusahakan pencapaian konsisi klien yang sebaik

mungkin atau menjaga dan mempertahankan

kesejahteraan klien. Proses tersebut meliputi kriteria tujuan

tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam

151
batas waktu tertentu dan tindakan yang diambil harus

membantu klien mencapai kemajuan dalam

kesehatan.Perencanaan KB yaitu sebagai berikut :

1) Konseling mengenai alat kontasepsi yang dipilih.

2) Memberikan informet consent

3) Melakukan pemasangan sesuai dengan prosedur.

G. KEWENANGAN BIDAN

Kebinanan memiliki undang – undang tersendiri. , undang-

undang No 4 tahun 2019 tetang kebidanan di sahkan oleh

presiden jokowidodo pada tanggal 13 maret 2019. Undang –

undang 4/2019 tenang kebidanan di undangkan dalam

lembarang negara RI tahun 2019 N 56 dan penjelasan atas UU

No 4 tahun 2019 tentang kebidanan dalam tambahan.

Lembarang negara RI No 6325 oleh Mengkumhan Yasonna H.

Laoly pada tanggal 15 maret 2019 di jakarta.kebidan adalah

segara sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam

memberan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama

masa sebelum hamil, masa kehamilan, pesalinan, pasca

persalinan, masa nifas, bayi baru lahir bayi balita, dan anak pra

sekolah, termaksud kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan

program pendididkan kebidanan baik di dalam negri maupun di

152
luar negeri yang di aki secara sah oleh pemerintah pusat dan

telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik kebidanan.

kewenangan Bidan antara lain:

1. Kewenangan bidan

a. Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan

memiliki kewenangan untuk memberikan:

1) pelayanan kesehatan ibu.

2) pelayanan kesehatan anak dan

3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana

b. Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 huruf a diberikan pada masa

sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi pelayanan:

a) Konseling pada masa sebelum hamil

b) Antenatal pada kehamilan normal

c) Persalinan normal

d) Ibu nifas normal

153
e) Ibu menyusui

3 Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan

berwenang melakukan:

a. Episiotomi

b. Pertolongan persalinan normal

c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

d. Penanganan kegawat-daruratan dilanjutkan

dengan Perujuk

e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil

f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

g. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan

promosi air susu ibu eksklusif.

h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala

tiga dan postpartum

i. Penyuluhan dan konseling

j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil dan

k. memberian surat keterangan kehamilan dan

kelahiran.

c. Pasal 20

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 huruf b diberikan pada bayi baru

lahir, bayi, anak balita dan anak prasekolah.

154
2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bidan

berwenang melakukan:

a) Pelayanan neonatal esensial

b) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan

dengan perujukan

c) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita,

dan anak prasekolah

d) Konseling dan penyuluhan

3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi inisiasi

menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali

pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian

imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,

pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda

identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat

ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke

Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b meliputi:

155
a) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui

pembersihan jalan nafas, ventilasi tekanan

positif, dan/atau kompresi jantung -13-

b) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru

lahir dengan BBLR melalui penggunaan selimut

atau fasilitasi dengan cara menghangatkan

tubuh bayi dengan metode kangguru.

c) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan

mengoleskan alkohol atau povidon iodine serta

menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering

dan

d) Membersihkan dan pemberian salep mata pada

bayi baru lahir dengan infeksi gonore (GO).

e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita,

dan anak prasekolah sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan

penimbangan berat badan, pengukuran lingkar

kepala, pengukuran tinggi badan, stimulasi

deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan

tumbuh kembang balita dengan menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

5) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf d meliputi pemberian komunikasi,

156
informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan keluarga

tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif,

tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan

kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan

tumbuh kembang.

d. Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana

dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang

memberikan:

1) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana dan

2) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

2 Kompetensi bidan

Dalam melaksanakan otonomi, bidan diperlukan

kompetensi-kompetensi baik dari segi pengetahuan umum,

keterampilan, dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-

ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan kesehatan secara

profesional.

Menurut (Yulifah, Rita, dan Surachmindar,2015)

Kompetensi tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Kompetensi ke-1

157
bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan

keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat,

dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang

bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi

baru lahir dan keluarganya.

b. Kompetensi ke-2

Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi,

pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya,

dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka

untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,

perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua.

c. Kompetenis ke-3

Bidan memberi asuhan antenatal yang bermutu tinggi

untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang

meliputi deteksi dini, pengobatan, atau rujukan dari

komplikasi.

d. Kompetensi ke-4

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

tanggap terhadap budaya setempat selama persalinan,

memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman,

menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk

mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru

lahir.

158
e. Kompetensi ke-5

Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan

menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap

budaya setempat.

f. Kompetensi ke-6

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan

satu bulan.

g. Kompetensi ke-7

bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan sampai

5 tahun).

h. Kompetensi ke-8

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat

sesuai dengan budaya setempat.

i. Kompetensi ke-9

Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu

dengan gangguan sistem reproduksi.

3 Standar Pelayanan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh

bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya

159
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

Standar asuhan kebidanan bertujuan sebagai berikut:

a. Acuan dan landasan dalam melaksanakan tindakan

kebijakan dalam lingkuptanggung jawab bidan.

b. Mendukung terlaksanya asuhan kebidanan yang berkualitas.

c. Parameter tingkat kwalitas dan keberhasilan asuhan yang

diberikan bidan.

d. Perlindungan hukum bagi bidan dan klien (Dr. Emi Nurjasmi,

dkk, 2016).

Adapun standar asuhan kebidanan tersebut adalah:

a. Standar 9, Asuhan persalinan kala I

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai

kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang

memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama

proses persalinan sedang berlangsung.

b. Standar 10, asuhan persalinan kala II yang aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman,

dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta

memperhatikan tradisi setempat.

c. Standar 11, pengeluaran plasenta dan penegangan tali

pusat

160
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk

membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban

secara lengkap.

d. Standar 12, penanganan kala II dengan gawat janin melalui

episiotomy

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada

kala II lama, dan segera melakukan episiotomy dengan

aman untuk memperlancar persalinan, diikuti penjahitan

perineum (Dr. Emi Nurjasmi, dkk, 2016)..

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai uraian Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny “E” G1P0A0 Gestasi 30 minggu dengan keluhan

nyeri punggung yang dimulai sejak masa kehamilan, persalinan, nifas,

161
BBL sampai pada KB. Hasil asuhan kebidanan yang berkesinambungan

(Continuity of Care) yang telah dilaksanakan sejak tanggal 18 juli 2019

sampai dengan bulan september.

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

a. Identitas

Nama Ibu : Ny ”E” / Tn “S”

Umur : 22 Tahun / 28 Tahun

Nikah/lamanya : 1 kali / 1 tahun

Agama : Islam / islam

Pekerjaan : IRT / petani

Pendidikan : SMU / SD

Alamat : Bontobangun kec. Rilau ale :

b. Prolog

Ny “E” hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran

HPHT tanggal 10 Desember 2019. Berat badan sebelum hamil

49 kg, pada kehamilan ini, periksa ANC sudah 3 kali, 1 kali di

puskesmas bonto bangun dan 2 kali di posyandu, sebelumnya

ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi,

hasil ANC terpadu tanggal 13 februari 2020, di dapatkan Hb

11,29 gr/dl, golongan darah A, albumin (-), HbsAg (-), sifilis (-),.

Ibu dan keluarga tidak ada yang menderita penyait jantung,

162
asma, hipertensi dan tidak ada riwayat alergi terhadapa

makanan atau obat-obatan. sudah mendapatkan multivitan

B1,B12,B.COM,Vit.C, dan Calk selama kunjungan ANC, dari

data pemeriksaan ANC didapatkan data ibu dengan UK 16

minggu 4 hari, TD 90/60 mmHg, BB 38 kg, TFU 2 jrbpusat, DJJ

BALL, diberikan obat SF, B1,BC.

Kunjungan kedua di puskesmas bontobangun pada tanggal

9 maret 2020 di dapatkan UK: 21 minggu 4 hari, TD 90/60 TFU

1 jrbpusat BB 40 kg, DJJ BALL dan diberikan obat fe, B.COM

dan calk analisa bidan aitu KU ibu baik, konseling yang

diberikan yaitu, rajin periksakan kehamilanya dan isterahat

yang cukup

Kunungan ketiga di posyandu bontobangun pada tanggal 8

juni 2020 di dapatkan UK: 34 minggu 4 har, TD : 90/60, TFU: ½

pxpst, BB: 41 kg, DJJ: PU-KA (+), ibu tidak memiliki keluhan

dan dari pemeriksaan bidan KU ibu baik, diberikan obat Fe, dan

calk, konselng yang diberikan yaitu minum obat dengan teratur

dan isterahat yang cukup.

B. Asuhan kebidanan pada Ibu Bersalin

Prolog

Pada tanggal 22 agustus 2020 pukul 17.00 WITA Ny “ E”

datang kepuskesmas bontobangun dengan keluhan sakit perut

tembus kebelakang di sertai dengan pengeluaran lendir dan darah.

163
Di lakukan pemeriksaan TTV dalam batas normal yaitu 120/90

mmHg, serta pembukaan masih 2-3 cm, ketuban merembes, serta

adanya pelepasan lendir dan darah. Kemudian ibu di anjurkan oleh

bidan untuk berjalan-jalan agar penurunan kepala dapat lebih

cepat.

Pukul 20.00 WITA di lakukan kembali pemeriksaan dalam yang

kedua oleh bidan kepada Ny “E” dan didapatkan hasil pembukaan

3-4 cm dengan ketuban merembes dan pelepasan lendir dan

darah. Ibu dianjurkan juga oleh bidan utuk makan dan minum di

sela-sela his, ibu juga dianjurkan untuk beristerahat.

Pukul 23.00 WITA dilakukan lagi pemeriksaan dalam yang

ketiga dan didapatkan hasil pemeriksaan sudah 4-5 cm dengan

ketuban merembes dan pelepasan lendir dan darah. Ibu dianjurkan

untuk beristerahan agar memiliki tenaga untuk melewati masa

persalinanya.

Pukul 01.00 WITA dilakukan lagi pemeriksaan dalam dan

didapatkan hasil pembukaan 7 cm, ketuban merembes, dan

pelepasan lendir dan darah. Ibu dianjurkan oleh bidan untuk tidur

miring kiri untuk mempercepat proses penurunan kepala dan

dianjurkan untuk makan dan minum agar mempunyai tenaga untuk

mrlahirkan.

164
Pukul 03.00 WITA dilakukan lagi pemeriksaan di dapatkan

hasil pembukaan 8 cm, ketuban merembes dan pengeluaran lendir

da darah.

Pukul 05.00 WITA dilakukan lagi pemeriksaan dalam ditemukan

hasil pembukaan 10 cm, pembukaan sudah lengkap, dan bidan

membatu ibu mempin persalinan.

Pukul 06.32 WITA dengan kekuatan ibu mengedan maka

lahirlah bayi dengan jenis kelamin perempuan dengan berat lahir

3.600 gram, panjang lahir 50 cm dan lingkar kepala 33 cm

Pukul 06.48 WITA plasenta lahir lengkap tampa komplikasi dan

penyulit.

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Prolog

Bayi Ny “ E” lahir pada tanggal 23 Agustus 2020 pukul 06.32 WITA

usia kehamilan 39 minggu 3 hari tampa penyulit, dengan jenis

kelamin perempuan, dengan berat badan 3.600 ggram, panjang

badan 50 cm, dan segerah dilakukan IMD, setelah 30 menit bayi

IMD, bayi diambil untuk disuntikkan Vit.K di paha kiri dan satu jam

kemudian diberkan Hb0 di paha kanan ( sumber buku KIA ).

D. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Prolog

165
Kunjungan pertama pada tanggal 24 Agustus 2020 di

puskesmas Bonto Bangun.Yaitu ibu melahikan pada tanggal 23

Agustus 2020 jam 06.32 WITA dengan jenis kelamin perempuan,

ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah, Asinya sudah kelur tetapi

belum lancar, ibu sudah BAK, dan ibu belum BAB setelah

melahirkan. Data yang didaptkan yaitu TD: 100/70 mmHg, N: 80

x/menit, S : 36,8 °C, P: 20 x/menit, dan keadaan ibu baik. Asuhan

yang diberikan oleh bida yaitu, tetap menyusui bayinya walaupun

Asinya belum lancar, dan mengajarkan ibu tentang teknik

perawatan payudara.

Pada tanggal 27 Agustus 2020 di rumah Ny “E” dilakukan

kunjungan kedua ( postpartum hari ke-4 ). Ibu mengatakan tidak

ada keluhan yang di rasakan oleh ibu, dan data yang di perolah

oleh bidan yaitu TD: 90/70 x/menit, N 80x/menit, S 37,9 °C, P 20

x/menit. Asuhan yang diberikan oleh bidan yatu ibu di anjurkan

makan makanan yang bergizi, memberitau ibu agar selalu menjaga

tali pusat anaknya agar tetap kering,

1. Kunjungan III ( post partum hari ke-28 )

Hari/Tanggal : 20 september 2020

Pukul : 09.13 wita

Tempat : Rumah Pasien

a. Data Subyektif

166
Ibu mengatakan tidak ada keluhan

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan umum

Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,8 °C
P : 20 x/menit
c. Analisa Data

P1A0 Post partum hari ke-28

d. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
09.17 Sebelum melakukan kontak fisik dengan pasien
terlebih dahulu kita memakai ADP berupa sarun
tangan dan masker
09.18 Menganjurkan ibu unuk makan makanan yang
bergizi
09.19 Memastikan involusi uteri berjala dengan normal
: TFU sudah idak teraba
09.22 Mengingatkan ibu untuk senantiasa melakukan
perawatan payudara

; ibu bersedia melakukan perawatan payudara


setiap kali mandi
09.26 Memberikan ibu konseling KB, jenis-jenis alat
kontrasepsi, keuntungan sera kerugianya

Ibu mengerti dan sudah mantap untuk memilih


alat kontrasepsi suntik 3 bulan

167
E. Asuhan Kebidanan pada Neonatus

Prolog

Pada tanggal 24 Agustus 2020 dilakukan kunjungan Neonatus

umur 1 hari pada bayi Ny “E”. Ibu mengatakan bayinya sehat, dan

hanya mengomsumsi ASI saja, BAK ± 7 kali dalam 24 jam warna

kuning jernih, BAB ± 3x/hari warna kuning konsistensi lembek, dan

ibu juga mengatakan biyinya kuat menyusu. Dan data yang

didapatkan oleh bidan yaitu: keadaan umum bayi baik, BB: 3.600

gram, PB : 50 cm. Asuhan yang diberikan oleh bidan yaitu

menjelakan pada ibu tenang tanda bahaya pada Neonatus,

menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan pada tali

pusatnya, menganjurkan ibu agar menyusui bayinya secara terus

menerus, memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan

anaknya,

Pada tanggal 27 Agustus 2020 dilakukan kunjungan kedua

pada Neonatus umur 4 hari di rumah Ny “E”. Ibu mengatakan

bayinya dalam keadaan sehat, BAK ± 7 kali dalam 24 jam warna

kuning jernih, BAB ± 3-4x/hari warna kuning konsistensi lembek,

Bayi tidur siang ± 6 jam/hari dan malam ± 9 jam/hari, Pakaian bayi

diganti tiap kali basah atau lembab. Dari data yang ditemukan yaitu

keadaan umum bayi baik, BB: 3600 gram, PB : 51 cm. Asuhan

yang diberikan adalah melakukan perawatan tali pusat masih

basah dan belum terlepas, Menganjurkan ibu untuk menjaga

168
personal hygiene bayi seperti, menggantikan popok atau baju yang

dipakai bayi jika basah dengan popok atau kain yang bersih dan

memandikan bayi dengan air hangat.

Pada tanggal 09 september 2020 dilakukan kunjungan ketiga

ada neonatus umur 17 hari di rumah Ny.”E” Ibu mengatakan tidak

ada keluhan, bayi dapat menyusu dengan benar, BAB 3-4 kali/hari (

kuning ), BAK 7-8 kali/hari ( kuning jernih ), gerak bayi aktif, dan

tidak ada tanda bahaya pada bayi. Dta yang diperolah yaitu

keadaan umum bayi baik, BB: 3.700 gram, PB : 51 cm, suhu:

36,7°C, pernapasan: 50x/menit, nadi: 134x/menit. Asuhan yang

diberikan yaitu Membertahu ibu untuk membawa bayinya ke

fasilitas kesehatan bila bayi mengalami tanda bahaya dan untuk

dilakukan penimbangan dan pemberian imunisasi BCG dll, secara

teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan dari bayi

adapun jadwal kontrol ulang

F. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Tanggal : 20 september 2020

Pukul : 11.36 wita

Tempat : Rumah pasien

a. Data subyektif

Ibu bertanya mengenai kapan waktu yang tepat untuk

menggunakan KB suntik 3 bulan

169
b. Data obyektif

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) Pemeriksaan TTV

a) TD : 100/70 mmhg

b) N : 80 kali/menit

c) S : 37,5 ◦c

d) P : 22 kali/menit

c. Analisa Data

Aksebtor kb suntik 3 bulan

d. Penatalaksanaan

Pukul Penata laksanaan


11.37 Menjelaskan kepada ibu tentang macam-macam
KB beserta keuntungan dan kerugianya, serta
KB yang cocok untuk ibu yang sedang menyusui

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan


11.38 Memberiaan penjelasan tentang metode yang
akan dipilih

Ibu mengerti
11.50 Ibu akan menggunakan KB suntik 3 bulan ketika
sudah lewat masa nifasnya, yaitu 40 hari setelah
melahirkan

170
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai kesesuaian antara

teori dan kenyataan yaitu fakta yang terjadi pada klien dari hasil asuhan

171
kebidanan secara berkesinambungan (Continuity of Care) yang telah

dilaksanakan, dan teori yang mendukung antara fakta dengan kenyataan

serta ditambahkan opini yang luas dari penulis sebagai pendamping klien

yang telah melaksanakan asuhan pada Ny “E” G1P0A0, UK 30 minggu

dengan kehamilan normal.

A. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester III

Pembahasan yang pertama yang akan dibahas adalah tentang

pemeriksaan Antenatal Care yang telah dilakukan kepada Ny”E”

dengan kehamilan normal di Puskesmas Bonto Bangun, Desa Bonto

Bangun Kecamatan Rilau Ale , Kabupaten Bulukumba. Berikut akan

disajikan data-data yang mendukung untuk dibahas dalam

pembahasan tentang Antenatal Care. Dalam pembahasan yang

berkaitan dengan Antenatal Care maka, dapat diperoleh data pada

tabel dibawah ini.

Tabel 2.6 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel ANC Ny “E” di PKM Bonto
Bangun kecamatan rilau ale kabupaten bulukumba

18 22 02 18
Tanggal
juli juli agustus agustus Ket
ANC
2020 2020 2020 2020

UK 30 mgg 30-31 32 36-37 Usia ibu 22


tahun
Mgg Mgg Mgg

Anamnesa Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Gerakan


punggung perut perut perut janin
bagian sebelah bagian dirasakan
bawah kiri bawah pertama
pada Usia
Kehamilan

172
20 minggu

TD 110/70 90/60 90/60 100/70


mmHg mmHg mmHg mmHg

BB 57 Kg 59 Kg 59 Kg 63 Kg Sebelum
hamil 48 Kg

TFU 24 cm 24 cm 26 cm 34 cm

Terapi Fe, B.com, Fe, B1, SF, Calk Fe, Calk,


Calk Calk B.com

Nasihat Istirahat Minum Fe, Calk,


teratur dan susu dan B.com
makan makan
sayuran sayuran

Sumber : Buku KIA

1. Data Subyektif

a. Jarak kontrol ANC

Berdasarkan dari tabel diatas kontrol ANC Ny “E” pada

TM I : 1 kali, TM II : 1 kali, TM III : 1 kali. Menurut penulis

kontrol ANC Ny “E” lebih dari standar yang telah ditentukan,

karena Ny “E” selalu ingin mengetahui keadaan kehamilannya

dan janinnya serta ada keluhan nyeri punggung pada

kehamilannya tetapi tidak berdampak negatif pada

kehamilannya, karena ANC sangat penting dan wajib dilakukan

oleh ibu hamil, karena dalam pemeriksaan tersebut dilakukan

pemantauan secara menyeluruh baik mengenai kondisi ibu

maupun janin yang sedang dikandungnya.

Menurut WHO (2016), pemeriksaan kehamilan dilakukan

setidaknya 8 kali, yang dimulai dari usia kehamilan 12 minggu,

173
dimana TM I pemeriksaan kehamilan 1 kali (minggu ke-12),

plus USG. TM II, 2kali (di UK 20-26 minggu), TM III, 5 kali (di

UK 30-40) dan tambahan 1 kali kunjungan pada minggu ke-41

apabila ibu belum melahirkan. Pemeriksaan kehamilan,

dilakukan untuk menilai tingkat kesehatan kandungan, kondisi

janin dan bahkan penyakit atau kelainan yang diharapkan

dapat dilakukan penanganan secara dini. Berdasarkan hal

diatas, jarak kontrol ANC Ny “E” dalam keadaan normal dan

terdapat kesenjangan antara teori dan fakta yang disebabkan

oleh banyaknya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh Ny “E”.

b. Keluhan selama trimester III

Pada usia kehamilan 30 minggu, Ny “E” mengeluh nyeri

punggung. Menurut penulis selama kehamilan trimester II dan

III sering terjadi ketidaknyamanan seperti nyeri pada punggung,

nyeri punggung dirasakan pada trimester II dan III karena

semakin besar uterus semakin membuat lengkungan pada

punggung, juga karena hormone estrogen dan progesteron

semakin meningkat.

Hal ini sesuai dengan teori [ CITATION sul09 \l 1057 ],

ketidak- nyamanan yang sering terjadi selama masa kehamilan

trimester II dan III adalah sering kencing, sakit kepala, bengkak

pada kaki, kram pada kaki dan nyeri punggung. Nyeri

punggung ini biasanya akan meningkat intensitasnya seiring

174
dengan bertambahnya usia kehamilan karena nyeri ini

merupakan akibat dari pergeseran pusat gravitasi wanita dan

postur tubuhnya. Berdasarkan hal diatas fisik Ny “E” masih

dalam keadaan normal, kehamilan berjalan dengan fisiologis.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

1) Tekanan Darah

Berdasarkan fakta tekanan darah Ny “E” pada UK 30-36

minggu 110/70 mmHg. Menurut penulis tekanan darah Ny

“E” dalam batas normal. Hal ini, sesuai dengan teori

[ CITATION Kem151 \l 1057 ] , tekanan darah dalam batas normal

yaitu 100/70-120/80 mmHg, tekanan darah dikatakan tinggi

bila lebih dari 140/90 mmHg. Berdasarkan hal diatas,

tekanan darah Ny “E” masih dalam batas normal.

2) Berat Badan

Berdasarkan fakta berat badan Ny “E” sebelum hamil yaitu

49 kg, dan pada akhir kehamilan meningkat menjadi 63 kg,

terjadi penambahan berat badan sebanyak 14 kg. Menurut

penulis penambahan berat badan ibu masih dalam keadaan

normal, karena dari hasil IMT/BMI ibu sebelum hamil yaitu

22,0 seharusnya penambahan berat badan yang dianjurkan

selama hamil yaitu 11,5-16 kg. Menurut [ CITATION FGa13 \l

1057 ], sebelum hamil IMT 18,5 sampai 24,9 merupakan IMT

175
normal dan adapun penambahan berat badan sesuai

dengan IMT normal yang dianjurkan yaitu 11,5-16 kg

3) LILA

Berdasarkan fakta ukuran LILA Ny “E” 24 cm. Menurut

penulis pengukuran LILA sangat penting karena dari hasil

pengukuran tersebut kita bisa melihat ststus gizi ibu hamil

baik atau tidak. LILA ibu dalam batas normal, jadi gizi ibu

sudah terpenuhi dan sudah tidak dikhawatirkan lagi ibu

kekurangan gizi, apabila LILA ibu dalam kurang dari batas

normal maka ibu akan mengalami KEK yang akan

berdampak pada bayinya yaitu BBLR. Menurut Kemenkes

RI (2016), LILA normal ≥ 23,5 cm. Berdasarkan hal diatas

maka ukuran LILA Ny “E” masih dalam batas normal.

4) Abdomen

Pada Ny “E” ukuran TFU menurut Leopold saat UK 34-35

minggu pertengahan pusat-processus xipoideus, 36-37

minggu 3 jari bawah processus xipoideus. Menurut penulis

ukuran TFU setiap ibu memang berbeda sesuai dengan

bentuk perut dan ketebalan dinding perut namun dengan

rumus yang sudah ada dapat dengan mudah mengukur

TFU ibu hamil. Manurut Walyani (2015), usia kehamilan 36-

37 minggu: fundus uteri terletak 3 jari di bawah PX.

176
Berdasarkan hal diatas maka pemeriksaan TFU Ny “E”

masih dalam batas normal.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang terjadi pada Ny “E” saat hamil trimester

III yaitu, muka tidak oedema, konjungtiva merah muda, sklera

putih, palpebra tidak oedema, mammae tidak ada nyeri tekan,

tidak ada benjolan abnormal, puting susu terbenam, colostrum

belum keluar, pada abdomen ibu terjadi pembesaran

membujur. Menurut penulis, perubahan tersebut merupakan

perubahan fisiologis yang dialami oleh setiap ibu hamil

meskipun tiap-tiap ibu hamilmemiliki perubahan yang berbeda-

beda. Pemeriksaan fisik untuk ibu hamil harus dilakukan karena

dengan pemeriksaan fisik sedini mungkin kita bisa

menyimpulkan ada atau tidaknya tanda bahaya dan resiko

yang mungkin terjadi. Hal ini fisiologis menurut [ CITATION

Cun131 \l 1057 ], dimana perubahan yang terjadi pada trimester III

didapatkan tidak ada oedema pada muka, sklera putih,

konjungtiva merah muda, tsidak ada pembesaran kelenjar

limfe, tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis, puting

susu menonjol dan terjadi pembesaran membujur pada

abdomen, hal ini tidak menunjukkan tanda-tanda terjadinya

patologis kehamilan. Berdasarkan hal diatas pemeriksaan fisik

pada Ny “E” dalam batas normal.

177
c. Pemeriksaan (khusus) Penunjang

1) Pemeriksaan darah (Hb)

Hasil pemeriksaan Hb Ny “E 10,8g%, Menurut penulis,

haemoglobin sangat berpengaruh langsung terhadap ibu

dan janin karena kekurangan defisiensi besi dapat

menyebabkan kelahiran premature dan BBLR.Wanita yang

berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil, karena akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil

maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan serta

dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Menurut

Roumali (2012), kadar haemoglobin yang normal adalah 11-

14g%. Berdasarkan pernyataan diatas terdapat

kesenjangan antara fakta dan teori yang disebabkan umur

ibu yang terlalu muda dan tidak teraturnya ibu

mengkonsumsi tablet Fe.

2) Pemeriksaan urine albumin

Hasil pemeriksaan urine albumin Ny “E” selama kehamilan

dalam batas normal yaitu hasilnya negatif. Menurut penulis

pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui tinggi atau

rendahnya kadar protein dalam urin yang menjadi salah

satu tanda dari diagnosa pre-eklampsi, pada ibu hamil

sebaiknya urine albumin hasilnya negatif, karena jika

178
hasilnya positif maka dapat menjadi masalah pada

kesehatan seperti menyebabkan terjadinya preeklamsia

yang akan mengakibatkan terjadinya kejang pada masa

kehamilan, perdarahan pada masa nifas, BBLR, bahkan

bisa menyebabkan kematian pada ibu. Menurut Roumali

(2012), pemeriksaan urin albumin normal bila hasilnya

negatif (urine tidak keruh). Berdasarkan pernyataan diatas

tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan teori.

3) Pemeriksaan urine reduksi

Sesuai dengan data yang diperoleh dari pemeriksaan

pasien hasil pemeriksaan urine reduksi Ny “E” adalah

negatif. Menurut penulis, hal ini fisiologis karena hasil dari

pemeriksaan urine reduksi sebaiknya adalah negatif. Tujuan

dari pemeriksaan urine reduksi yaitu untuk mendiagnostik

apakah ibu mengalami positif kenaikan gula darah atau

tidak didalam urine. Menurut Roumali (2012), pemeriksaan

urine dikatakan normal jika hasilnya negatif (warna biru

sedikit kehijau-hijauan dan sedikit keruh). Berdasarkan

pernyataan diatas tidak terdapat kesenjangan antara fakta

dan teori.

3. Analisa Data

Berdasarkan fakta analisa data pada Ny “E” adalah G1P0A0

usia kehamilan 30 minggu dengan kehamilan normal. Menurut

179
penulis, dalam memberikan asuhan pada Ny “E” kehamilan

berjalan normal tidak mengalami komplikasi atau keadaan ibu dan

janin dalam keadaan sehat tidak ada gangguan. Menurut Romauli

(2012) kehamilan dengan keluhan nyeri punggung merupakan

keadaan yang fisiologis karena tidak berdampak buruk pada

kehamilan, tetapi harus tetap diwaspadai dan diatasi karena

mengganggu ketidaknyamanan ibu hamil. Berdasarkan hal diatas

analisa sudah sesuai dengan keadaan ibu dan tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan fakta.

4. Penatalaksanaan

Asuhan pada masa hamil penulis melakukan

penatalaksanaan pada Ny “E” sebagaimana asuhan yang

diberikan untuk kehamilan normal karena tidak ditemukannya

masalah, asuhan yang diberikan yaitu seperti KIE tentang

bagaimana cara mengatasi nyeri punggung, tanda bahaya ibu

hamil, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan, keluhan pada

ibu hamil seperti kenceng-kenceng, dan sebagainya, kolaborasi

dengan pemberian suplemen serta kontrol ulang. Menurut penulis

hal ini merupakan keluhan yang fisiologis. Menurut Sarwono

(2014), asuhan yang diberikan untuk kehamilan normal

diantaranya KIE tentang keluhan pada ibu hamil seperti kenceng-

kenceng, dan sebagainya, tanda bahaya ibu hamil, tanda-tanda

persalinan, persiapan persalinan, kolaborasi pemberian suplemen,

180
dan kontrol ulang. Berdasarkan hal diatas, penatalaksanaan

kehamilan pada Ny “E” sudah sesuai dengan keluhan yang dialami

dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta.

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Pada pembahasan yang kedua, akan dijelaskan tentang

kesesuaian teori dan kenyataan pada Intranatal Care. Berikut akan

disajikan data-data yang mendukung untuk dibahas dalam

pembahasan tentang Intranatal Care. Dalam pembahasan yang

berkaitan dengan Intranatal Care maka dapat diperoleh data pada

tabel berikut ini. Berdasarkan fakta diatas, dapat diperoleh analisa

sebagai berikut:

1. Data Subyektif

a. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan Ny “E” nyeri perut tembus kebelakang

dan keluar lendir sejak 23 september 2020 pukul 05.00 WITA.

Menurut penulis keluhan ini adalah keluhan yang fisiologis

pada ibu bersalin. Menurut Manuaba (2010), keluhan yang

dirasakan ibu bersalin yaitu dimulai dengan adanya his yang

dipengaruhi oleh hormone esterogen dan progesterone.

Selanjutnya keluar lendir darah yang terjadi karena adanya

pembuluh darah yang pecah akibat pendataran dan

pembukaan servik, serta adanya pengeluaran cairan, hal ini

dikarenakan ketuban telah pecah, sebagian ketuban pecah

181
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban

diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

Berdasarkan hal biatas keadaan fisik Ny “E” masih dalam

keadaan normal. Persalinan berjalan dengan fisiologis.

2. Data Obyektif

Pada fakta, diperoleh data pada Ny “E” muka tidak oedema,

konjungtiva merah muda, sklera putih, mukosa bibir lembab,

payudara bersih, kolostrum sudah keluar, tidak ada bendungan /

massa yang abnormal, pemeriksaan abdomen, meliputi:

a. TFU : 3 jari dibawah Processus Xypoideus (38 cm). Bagian

fundusteraba bulat, lunak dan tidak melenting

(bokong).Bagian kiriperut ibu teraba panjang, keras

seperti papan (PU-KI), disisi/ bagian kanan perut ibu

teraba bagian terkecil janin, dibagianbawah perut ibu

teraba bulat, keras dan melenting (presentasikepala),

kepala sudah masuk PAP 1/5.

b. Kontraksi: 2x dalam 10 menit durasi 20-25 detik.

c. DJJ : (11+12+12)x4= 140x/menit

d. Genitalia : tidak odema, tidak ada varises, keluar lendir. VT

(dilakukan Pukul : 22.15 WIT) pembukaan 1 cm,

Efficement: 15%, ketuban: utuh (+), Hodge: I(4/5)

Menurut penulis pemeriksaan yang dilakukan masih dalam

batasnormal dan fisiologis dilakukan pemeriksaan diharapkan dapat

182
melakukan pemantauan dan persiapan proses persalinan yang

tidak disertai oleh komplikasi ataupun penyulit.

Menurut Kuswanti (2014), pemeriksaan fisik pada ibu

bersalin meliputi meliputi muka tidak oedema, konjungtiva merah

muda, sklera putih, mukosa bibir lembab, kolostrum sudah keluar,

tidak ada bendungan atau massa yang abnormal, pemeriksaan

abdomen pada ibu bersalin meliputi: TFU Mc Donald (cm) sesuai

dengan umur kehamilan, pemeriksaan Leopold (Leopold I, II, III

dan IV), DJJ (normalnya 140-160), genitalia bersih, tidak oedema,

tidak varises, tidak ada kondilomatalata maupun akuminata, tidak

ada tanda-tanda infeksi, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini

maupun scene, ekstremitas atas dan bawah tidak oedema.

Berdasarkan data diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan fakta.

3. Analisa Data

Analisa data pada Ny “E” adalah G1P0A0 UK 39 minggu 3

hari, dengan persalinan normal. Menurut penulis proses persalinan

pada ibu yang hamil cukup bulan, dengan presentasi belekang

kepala, yang berlangsung dalam wakti 24 jam dan tidak

menimbulkan komplikasi baik ibu maupun janin. Yang diawali

dengan terjadinya kontraksi atau mules yang datang secara teratur

setiap 10-15 menit, keluarnya lendir dan darah dari jalan lahir

dengan 4 tahapan yaitu kala 1, kala 2, kala 3 dan kala 4.

183
Menurut Sulistyawati (2010), bahwa persalinan normal

adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan untuk hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tampah bantuan

(kekuatan ibu sendiri).

4. Penatalaksanaan

a. Kala I

Berdasarkan fakta, persalinan kala I fase laten pada Ny

“E” berlangsung selama 3 jam (10.15-02.30 WIT). Pada kala ini

pasien mendapatkan asuhan pemenuhan nutrisi, mobilisasi dan

relaksasi. Menurut penulis hal ini fisiologis, karena merupakan

kemajuan persalinan yang bagus. Batas pembukaan persalinan

untuk primigravida yaitu 10-12 jam dan pada multigravida 8-10

jam dan telah mendapatkan asuhan yang sesuai. Menurut

Sulistyawati (2013), persalinan kala I berlangsung antara

pembukaan 0-10 cm. Pada permulaan His, kala pembukaan

berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat

berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida sekitar 12 jam

sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva

friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam

dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Pada partograf Ny “E”

tidak melewati garis waspada, ibu diberikan makan dan minum

serta tehnik relaksasi, hal ini sesuai dengan pendapat.

184
Menurut[ CITATION Sar14 \l 1033 ], pada ibu bersalin kekuatan

dipengaruhi oleh asupan nutrisi sebelum persalinan.

Berdasarkan hal diatas tidak ada kesenjangan antara

teori, opini dan fakta. Dengan penatalaksanaan KIE nutrisi,

mengajari mobilisasi dan relaksasi.

b. Kala II

Berdasarkan fakta, persalinan kala II Ny “E” berlangsung

selama 58 menit (15.30 WIT), terdapat penyulit pada saat

kelapa dilahirkan, kepala tidak mampu melakukan putaran

paksi luar secara spontan (Distosia bahu), selama proses

persalinan pasien mendapatkan asuhan bimbingan meneran,

manajemen pertolongan persalinan dengan distosia bahu dan

IMD. Menurut penulis,kala II di mulai dari pembukaan lengkap

(10 cm), sampai bayi lahir yang berlangsung selama 2 jam

pada primigravida, tergantung dari ada atau tidaknya penyulit

selama proses persalinan .Menurut Sulistyawati (2013), kala II

dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan

multigravida 1 jam. Menurut (APN, 2016) pada kala II diberikan

asuhan bimbingan meneran, pertolongan persalinan dengan

distosia bahu untuk mempercepat berlangsungnya proses

persalinan. Berdasarkan data diatas terdapat kesenjangan

185
antara teori dan fakta yang disebabkan karena kepala bayi

tidak mampu melakukan putaran paksi luar secara spontan.

c. Kala III

Berdasarkan fakta, persalinan kala III pada Ny “E”

berlangsung selama 8 menit (06.33 WIT), tidak ada penyulit

pasien mendapatkan asuhan penyuntikan oksitosin, PTT dan

masase. Menurut penulis hal ini fisiologis dalam kala III karena

tidak ada penyulit atau masalah yang menyertai. Menurut

Sulistyawati (2013), kala III dimulai segera setelah bayi lahir

sampai lahirnya plasenta,, yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit dengan asuhan manajemen aktif kala III. Berdasarkan hal

diatas, tidak dijumpai tidak dijumpai kesenjangan antara fakta,

opini dan teori, dengan penatalaksanaan penyuntikan oksitosin,

PTT dan masase.

d. Kala IV

Berdasarkan fakta, persalinan kala IV Ny “E”,

berlangsung selama 1 jam (06.39 WIT), perdarahan 100 cc,

kandung kemih kosong, pasien mendapatkan asuhan

pemeriksaan TTV, masase dan personal hygiene dan

pemasangan tampong. Menurut Sulistyawati (2013), kala IV

dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

partum. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah:

tingkat kesadaran klien, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan

186
darah, nadi, suhu dan pernapasan, kontraksi uterus, TFU,

terjadinya perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya

tidak melebihi 400-500 cc.

C. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Pada pembahasan ketiga ini dijelaskan tentang kesesuaian

teori dan fakta pada PNC (Post Natal Care). Berikut akan disajikan

data-data yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan

yang berkaitan dengan PNC (Post Natal Care), maka dapat

diperoleh pada tabel berikut ini:

Tabel 2.8 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel PNC Ny “E” di PKM
Bontobangun, Kec.Rilau ale, Bulukumba.

Tanggal PNC 24 agustus 2020 27 Agustus 2020 20 septeber 2020

Post partum
1 hari 4 Hari 28 hari
(hari ke)

Anamnesa Tidak ada Tidak ada Tidak ada keluhan


keluhan keluhan

Eliminasi BAK ± 4x/hari BAK ± 4x/hari BAK ± 4x/hari warna


warnah kuning kuning, jernih, BAB
Warna kuning jernih, belum 1x/hari konsistensi
jernih, belum BAB. lembek
BAB.

Tekanan 100/70 mmHg 90/70 mmHg 110/70 mmHg


Darah

Laktasi Kolostrum sudah ASI tidak lancar, ASI keluar lancar,


keluar tidak ada bendungan
ASI

TFU TFU teraba 2 jari TFUteraba TFU tidak teraba


dibawah pusat setinggi pusat
Involusi

Lochea Lochea rubra Lochea serosa Lochea alba

Sumber : Buku KIA

187
1. Data Subyektif

a. Keluhan

Berdasarkan fakta, pada 2 hari post partum Ny “E” mengatakan

perutnya masih mules, pada 12 post partum ibu mengatakan

payudara terasa nyeri dan teraba benjolan, serta nyeri pada

luka jahitan perineum, pada 30 hari post partum ibu

mengatakan ibu tidak ada keluhan apapun dan belum

menstruasi. Masa nifas yang dijani Ny “E” berjalan secara

abnormal, tanpa ada masalah infeksi selama masa nifas.

Menurut penulis, Ny “E” pada saat 2 hari post partum merasa

mules dikarenakan uterus mengalami involusi untuk kembali

kebentuk semula, hal ini fisiologis dialami pada ibu post partum,

karena rasa mules tersebut merupakan tanda kontraksi uterus

baik sehingga involusi berjalan dengan normal pula. Pada 12

hari post partum ibu mengeluh nyeri pada payudara sebelah

kiri, yang disebabkan oleh peradangan pada payudara

(mastitis), dimana bagian yang terkena menjadi merah,

bengkak dan nyeri. Menurut Kuswanti (2014), involusi atau

pengerutan rahimmerupakan suatu proses kembalinya uterus

pada kondisi sebelum hamil, dengan involusi uterus ini, lapisan

luar dari desidua yang mengelilingi situs plasentaakan menjadi

neurotic (layu/mati). Berdasarkan pernyataan diatas terdapat

kesenjangan antara fakta dan teori, yang disebabkan karena

188
ibu jarang melakukan perawatan payudara dan menyusui

bayinya tidak secara on demand.

b. Eliminasi

Berdasarkan fakta pada hari ke-2 post partum BAK

lancar , BAB pada 13 hari hari post partum, pada hari ke 30

BAK dan BAB sudah lancar. Menurut penulis hal ini merupakan

keadaan yang abormal dimana ibu baru BAB pada 13 hari post

partum dikarenakan takut luka jahitan akan terbuka jika

meneran. Proses eliminasi Ny “E” berjalan dengan abnormal

karena pada 2 hari post partum Ny “E” ibu belum BAB sudah

bisa BAK dan pada 13 hari post partum Ny “E” sudah bisa BAB

dengan konsistensi keras ini kemungkinan disebabkan karena

sudah ± 10 feses tidak dikeluarkan karena Ny “E” merasa takut

untuk BAB. Dalam hal ini ibu dianjurkan untuk makan makanan

yang banyak mengandung serat seperti buah dan sayur, agar

BAB ibu bisa lancar setiap harinya dan juga disarankan untuk

minum air putih 7-8 gelas per hari, agar luka jahitan cepat

kering. MenurutSulistyawati (2013), klien BAK dalam waktu 6

jam post partum, bila 8 jam post partum belum BAK,

dirangsang dengan air mengalir, kompres hangat dan lain-lain,

bila tidak bisa dilakukan kateterisasi. BAB dapat kembali normal

dengan melakukan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan

dan ambulasi awal. Normalnya ibu sudah BAB sampai pada 6

189
hari post partum. Berdasarkan hal diatas proses eleminasi Ny

“E” berjalan dengan abnormal dan terdapat kesenjangan antara

teori dan fakta yang disebabkan oleh ibu takut untuk luka

jahitan akan terlepas bila meneran (BAB).

2. Data Obyektif

a. Laktasi

Berdasarkan fakta hari ke-2 post partum kolostrum Ny

“E” sudah keluar, puting susu sedikit terbentuk, terdapat

bendungan ASI pada hari ke-4 dan pada hari ke 12 ibu

mengalami mastitis. Menurut penulis, sesering mungkin bayi

menyusu semakin baik untuk merangsang produksi ASI serta

alat reproduksi ibu akan cepat kembali/pulih seperti sebelum

hamil. Menurut Sulistyawati (2013), bahwa selama kehamilan

hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan

alveoli dan duktus laktiferus didalam payudara, serta

merangsang produksi kolostrum. Cairan pertama yang peroleh

bayidari ibunya sesudah dilahirkan adalah colostrum, yang

mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral dan

antibodi dari pada ASI yang telah “matur”, ASI mulai ada kira-

kira pada hari ke 3atau 4 setelah kelahiran bayi dan colostrum

berubah menjadi ASI yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi

lahir. Berdasarkan pernyataan diatas terdapa6 kesenjangan

190
antara teori dan fakta yang disebab oleh bendungan ASI yang

berlanjut ke mastitis.

b. Involusi

1) TFU

Berdasarkan fakta Ny “E” pada 2 hari post partum

TFU teraba 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,

lochea rubra. Pada hari ke 12 post partum TFU teraba

setinggi pusat, kontraksi uterus baik, lochea serosa,

kontraksi uterus baik. Pada hari ke 30 post partum TFU tida

teraba, lochea alba. Menurut Sulistyawati (2013), TFU

menurut masa involusi bayi lahir setinggi pusat, plasenta

lahir 2 jari dibawah pusat, 1 minggu pertengahan pusat

symphisis, 2 minggu tidak teraba diatas symphisis, 6

minggu bertambah kecil, 8 minggu sebesar normal (tidak

teraba). Berdasarkan hal diatas ukuran TFU Ny “E” dalam

batas abnormal disebabkan karena eliminasi ibu terganggu,

BAB ibu tidak di keluarkan, masa nifas berjalan dengan

abnormal dan erdapat kesenjangan antara teori dan fakta.

2) Lochea

Berdasarkan fakta pada Ny “E”, pada 2 hari post

partum lochea rubra, pada 12 hari post partum lochea

serosa dan pada 30 hari post partum lochea alba. Menurut

penulis, proses involusi berdasarkan lochea pada Ny “E”

191
berjalan fisiologis. Menurut Sulistyawati (2013), bahwa

lochea rubra berwarna merah berlangsung pada hari

pertama sampai hari ke 3 post partum. Loche sanguinolenta

warnanya merah kecoklatan dan berlendir terjadi pada hari

ke 4-7 hari post partum, lochea serosa berwarna kuning

kecoklatan berlangsung pada hari ke 8-14 hari post partum,

lochea alba mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan mati yang

berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Berdasarkan

pernyataan diatas tidak terdapat kesenjangan antara fakta

dan teori.

3. Analisa Data

Analisa data pada Ny “E” adalah P1A0 dengan post partum

abnormal. Menurut penulis, nifas normal adalah nifas yang

berlangsung selama 6 minggu tanpa ada keluhan dan penyulit

pada masa nifas sehingga nifas berjalan secara normal. Menurut

Rukiyah (2010), nifas normal yaitu masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang ditandai dengan ibu tidak ada keluhan, ASI

keluar lancar, perdarahan dalam batas normal dan kontraksi baik.

Berdasarkan hal diatas pada Ny “E” nifas berjalan dengan

abnormal.

4. Penatalaksanaan

192
Penulis melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu

nifas pada Ny “E”, seperti melakukan observasi pengeluaran

pervaginam, tinggi fundus uteri dan proses laktasi, memberikan

KIE tentang tanda bahaya, ASI eksklusif, nutrisi, perawatan

payudara, vulva hyegiene dan vagina toilet. Menurut penulis,

dengan diberikan implementasi yang sesuai keluhan dengan

asuhan pada ibu nifas dapat mencegah terjadinya tanda bahaya

masa nifas seperti demam, perdarahan, lochea berbau dan

mencegah mastitis yang berlanjut ke abses. Selain itu juga

memberikan dampak yang positif bagi ibu dan bayi seperti

mengajari ibu bagaimana cara menyusui yang benar, perawatan

payudara, menjaga personal hyigiene, melakukan perawatan bayi

sehari-hari serta memberikan konseling tentang KB agar ibu

merasa mantap dan nyaman sebelum manggunakan alat

kontrasepsi. Menurut Rukiyah (2010), seperti melakukan observasi

pengeluaran pervaginam, tinggi fundus uteri dan proses laktasi,

memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas, ASI eksklusif dan

nutrisi serta kontrol ulang. Berdasarkan pernyataan diatas

penatalaksanaan nifas pada Ny “E” seudah sesuai dengan

keluhan.

D. Asuhan Kebidanan pada BBL (Bayi Baru Lahir)

Pada pembahasan yang keempat, akan dijelaskan tentang

kesesuaian antara teori dan kenyataan asuhan kebidanan pada

193
BBL. Berikut akan disajikan data-data yang mendukung untuk

dibahas dala pembahasan tentang asuhan kebidanan pada BBL.

Dalam pembahasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan

pada BBL, maka dapat diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2.9 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel BBL Ny “E” di PKM
Bontobangun, Kec.Rilau ale, Bulukumba.

Asuhan BBL 23 agustus 2020 Nilai

Jam

Penilaian 06.32 WIT Segera menangis, warnah kulit


kemerahan, cukup bulan dan tonus
Awal otot bergerak aktif

Apgar Score 06.32 WIT 8/10

Inj. Vit K 07.12 WIT Sudah diberikan

Salep mata 07.12 WIT Sudah diberikan

BB 07.07 WIT 3600 gram

PB 07.07 WIT 50 cm

Lingkar kepala 07.08 WIT 33 cm

Lingkar dada 07.08 WIT 31 cm

Lila 07.08 WIT 10 cm

Inj. HB0 09.13 WIT Sudah diberikan

BAK 1 kali hari ini warna kuning jernih

BAB Keluar meconium

1. Data Subyektif

a. Eliminasi

Berdasarkan fakta, pada usia 1 jam bayi Ny “E” sudah

BAB warna hitam kehijauan (mekonium). Menurut peneliti, hal

194
ini menunjukkan keadaan fisiologis, mekonium adalah feses

pertama bayi, hal ini bagus karena menandakan sistem

pencernaan bayi baru lahir sedang melakukan tuganya,

mengeluarkan zat sisa pada tubuh bayi. Normalnya feses ini

akan dikeluarkan bayi setelah lahir, kira-kira 24 jam pertama

setelah kelahiran. Menurut Vivian (2010), proses pengeluaran

defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir.

Feses bayi baru lahir berwarna hijau kehitaman, konsistensi

mekonium lebih kental dan lengket. Feses bayi yang keluar

akan berubah warna menjadi kubing setelah beberapa hari bayi

lahir (3-5 hari setelah lahir). Berdasarkan hal diatas proses

eliminasi pada bayi Ny “E” berjalan dengan normal.

b. Nutrisi

Berdasarkan fakta, bayi Ny “E” sudah menyusu pada

saat dilakukan IMD setelah kelahiran. Menurut penulis, saat

bayi lahir langsung diberi ASI yang bertujuan untuk memenuhi

asupan nutrisi bayi agar terpenuhi. Pemberian ASI Eksklusif

sedini mungkin sangat penting bagi tumbuh kembang bayi,

mudah dicerna dan efisien, mencegah infeksi, dan bisa menjadi

alat kontrasepsi alamiah (amenore laktasi). Menurut Sondkh

(2013), anjuran ibu memberikan ASI Dini (dalam 30 menit-1 jam

setelah lahir) dan Eksklusif. Prosedur pemberian ASI dijadwal

siang malam (minimal 8 kali dalam 24 jam) dan setiap bayi

195
menginginkan. Berdasarkan hal diatas nutrisi yang diberikan

oleh Ny “E” sudah cukup.

2. Data Objektif

a. Tanda-tanda vital

Berdasarkan fakta, tanda-tanda vital bayi Ny “E” pada

saat pemberian asuhan kebidanan yaitu: denyut jantung :

136x/menit, pernapasan : 48x/menit, suhu : 36,5°C. Menurut

penulis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada bayi Ny “E”

adalah normal. Pemeriksaan tanda-tanda vital bayi sangat

mutlak dilakukan karena dari pemeriksaan tersebut kita bisa

mengetahui apakah keadaan bayi sehat atau timbul tanda

bahaya bayi baru lahir seperti hipotermi, asfiksia, dan yang

lainnya, jika keadaan bayi tidak sehat maka perluh dilakukan

pemeriksaan yang lebih lanjut karena bisa menyebabkan

tumbuh kembang bayi menjadi tidak optimal. Menurut

Muslihatun (2010), suhu bayi normal adalah antara 36,5°C-

37,5°C, pernapasan bayi normal 30-60x/menit, denyut jantung

normal bayi antara 100-160x/menit, tetapi dianggap masih

normal jika diatas 160x/menit dalam jangka waktu yang

pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari

pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress.

Berdasarkan hal diatas tanda-tanda vital pada bayi baru lahir

pada Ny “E” dalam batas normal.

196
b. Antropometri

Berat badan lahir bayi Ny “E” 3.600 gram, panjang badan

50 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar kepala 33 cm, SOB : 30 cm,

SMB : 32 cm, MO : 35 cm. Menurut penulis pemeriksaan

antropometri pada bayi Ny “E” sangat normal, dilihat dari BB

bayi yang 3.600 gram dan panjang badan 50 cm. Hal ini

fisiologis sesuai dengan teori Vivian (2010), pengukuran

antropometri, minimal meliputi BB (2.500-3000 gram), PB (45-

50 cm), LK (33-35 cm). Panjang badan bayi Ny “E” 50 cm, hal

ini fisiologis sesuai sesuai dengan pendapat Vivian (2010),

panjang badan neonatus cukup bulan 45 sampai 54 cm.

Berdasarkan hal diatas pemeriksaan fisik bayi baru lahir pada

bayi Ny “E” masih dalam batas normal.

c. Lingkar dada

Lingkar dada bayi Ny “E” 33 cm. Menurut penulis hal ini

fisiologis sesuai dengan pendapat vivian (2010), panjang

lingkar dada 32-34 cm, berdasarkan hal diatas, ukuran lingkar

dada bayi dalam batas normal atau fisiologis.

d. Pemeriksaan fisik

Pada bayi Ny “E”, warna kulit merah muda, tidak ada

kelainan pada anggota tubuh, tidak ada tanda-tanda infeksi tali

pusat, anus ada, tidak ada kelainan pada ekstremitas. Menurut

penulis, pemeriksaan fisik pada BBL sangat penting karena

197
dengan melakukan pemeriksaan kita bisa menyimpulkan resiko

atau komplikasi yang menyertai, selain itu bisa mencegah

terjadinya tanda bahaya bayi. Menurut Walyani (2015),

prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru

lahir meliputi, penerangan yang cukup dan hangat untuk bayi,

memeriksa secara sistematis head to toe (kepala, muka,

klavikula, lengan, tangan, dada, abdomen, tungkai kaki, spinal

dan genitalia), mengidentifikasi warna dan mekonium bayi.

Berdasarkan hal diatas pemeriksaan fisik bayi baru lahir pada

bayi Ny “E” baik dalam batas normal. Berdasarkan pernyataan

diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta.

3. Analisa Data

Analisa data pada bayi Ny “E” adalah bayi baru lahir usia 1

jam fisiologis. Menurut penulis bayi baru lahir normal fisiologis

adalah bayi baru lahir aterm, berat badan lahir normal dan tidak ada

kelainan bawaan yang menyertai. Bayi baru lahir Menurut Depkes

RI (2015) adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu - 42 minggu dengan berat badan lahir 2.500-4.000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

kongenital (cacat bawaan).Berdasarkan hal tersebut, tidak terdapat

kesenjangan antara fakta, opini dan teori, karena hal tersebut

sesuai dengan teori diagnosa asuhan kebidanan BBL.

4. Penatalaksanaan

198
Pada asuhan bayi baru lahir, penulis melakukan

penatalaksanaan pada bayi Ny “E” sebagaimana asuhan yang

diberikan untuk BBL normal karena tidak ditemukan masalah

selama kunjungan. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan KIE,

seperti KIE tentang menjaga agar tubuh bayi tetap dalam keadaan

hangat, imunisasi, ASI eksklusif dan perawatan bayi sehari-hari,

KIE diberikan secara bertahap agar ibu lebih mudah dalam

memahami penjelasan yang diberikan, imunisasi, kontrol ulang.

Menurut penulis penatalaksanaan ini merupakan fisiologis.

Menurut Vivian (2012), penatalaksanaan BBL fisiologis, meliputi

KIE tentang imunisasi, ASI eksklusif dan perawatan bayi sehari-

hari. KIE diberikan secara bertahap agar ibu lebih mudah dalam

memahami penjelasan yang telah diberikan, mengenai imunisasi

dan kontrol ulang. Berdasarkan hal diatas penatalaksanaan BBL

Ny “E” sudah sesuai dengan asuhan bayi baru lahir normal, dan

tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta.

E. Asuhan Kebidanan pada Neonatus

Pada pembahasan kelima ini akan dijelaskan tentang

kesesuaian teori dan fakta asuhan kebidanan pada neonatus.

Berikut ini akan disajikan data-data yang mendukung untuk dibahas

dalam pembahasan tentang asuhan kebidanan pada neonatus.

Dalam pembahasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan

pada neonatus, maka dapat diperoleh data sebagai berikut:

199
Tabel 3.0 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel Neonatus Ny “E” di PKM
Bontobangun, Kec.Rilau ale, Bulukumba.

Tgl. Kunjungan 24 agutus 2020 27 agustus 2020 09 september


2020
Neonatus

ASI Ya Ya Ya

BAK BAK ± 7 kali dalam BAK ± 7 kali dalam BAK ± 8 kali


24 jam, warnah 24 jam warnag dalam 24 jam
kuning jernih kuning jernih warna kuning
jernih

BAB 4x/hari
BAB 3x/hari BAB 4x/hari warna warna kuning,
kuning, konsistensi konsistensi
BAB Kuning kehijauan, lembek lembek
konsistensi lembek
BB3600

BB 3650 gram Tidak


3600 gram
Tidak Sudah lepas
Tidak
BB
Sudah lepas
Belum lepas
Ikterus

Tali pusat

Sumber : Buku KIA

1. Data Subyektif

a. Eliminasi

Berdasarkan fakta, pada usia 6 jam bayi Ny “E” sudah

BAK, 4 kali warna kuning jernih, dan BAB 1 kali warna hitam.

Menurut penulis hal ini fisiologis, sesuai dengan teori Walyani

(2015), proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi selama 24

jam pertama setelah bayi lahir adalah 20-300 cc/24 jam atau 1-

200
2 cc/kg BB/jam/8 kali/hari. Berdasarkan hal diatas proses

eliminasi pada bayi Ny “E” berjalan normal.

b. Nutrisi

Berdasarkan fakta, bayi Ny “E” sudah menyusui pada

saat dilakukan IMD. Menurut penulis hal ini fisiologis karena

nutrisi ASI sangat penting untuk mencukupi kebutuhan tumbuh

kembang bayi, menurut Walyani (2015), setelah lahir bayi

segera disusukan pada ibunya. Pada bayi usia 1 hari,

membutuhkan 5-7 ml atau satu sendok makan ASI sekali

minum, dan diberikan dengan jarak sekitar 2 jam. Kebutuhan

ASI memang baru sedikit, karena ukuran lambung bayi pada

usia ini hanya sebesar biji kemiri. Bayi usia 3 hari,

membutuhkan 22-27 ml ASI sekali minum yang diberikan 8-12

kali sehari atau hampir satu gelas takar air untuk satu hari.

Pada usia ini lambung berkembang menjadi sebesar buah ceri

atau anggur berkurang sedang. Bayi usia 1 minggu,

membutuhkan ASI 45-60 ml dalam 1x minum, dan dapat

menghabiskan 400-600 ml ASI atau satu setengah gelas

hingga dua setengah gelad takar air dalam 1 hari. Bayi usia 1

bulan, membutuhkan ASI 80-150 ml dalam 1x minum, dan

diberikan 8 hingga 12 kali dalam 1 hari, dengan jeda 1,5 jam

sampai 2 jam pada siang dan pada malam hari dijeda selama 3

201
jam. Berdasarkan hal diatas nutrisi yang diberikan pada bayi Ny

“E” hanya ASI saja.

2. Data Obyektif

a. Tanda-tanda vital

Berdasarkan fakta, tanda-tanda vital bayi Ny “E” dalam

batas normal. Menurut penulis, pemeriksaan tanda-tanda vital

bayi sangat mutlak untuk dilakukan karena dari pemeriksaan

tersebut kita bisa mengetahui apakah keadaan bayi dalam

keadaan sehat atau timbul tanda bahaya pada bayi baru lahir

seperti hipotermi, asfiksia, dan sebagainya. Tanda-tanda vital

harus dipantau setiap melakukan kunjungan neonatus, karena

untuk mengetahui perkembangan berat badan bayi, panjang

badan, lingkar kepala serta pemeriksaan refleks juga dilakukan

untuk mengetahui apakah bayi tumbuh dengan optimal.

Menurut Walyani (2015) suhu bayi normal adalah antara

36,5°C-37,5°C, laju nafas normal neonatus berkisar antara 40-

60 x/menit dan nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-

180x/menit. Berdasarkan hal diatas pemeriksaan tanda-tanda

vital pada bayi Ny “E” telah dilakukan.

b. Pemeriksaan fisik

Pada bayi Ny “E” warna kulit selama kunjungan rumah

merah muda, tidak ada kelanan pada anggota tubuh, tidak ada

tanda-tanda infeksi pada tali pusat, anus ada, tidak ada

202
kelainan pada ekstremitas tidak ada ruam pada genitalia dan

lipatan hal ini disebabkan karena ibu sering mengganti popok.

Menurut penulis pemeriksaan fisik pada neonatus sangat

penting karena dengan melakukan pemeriksaan kita bisa

menyimpulkan resiko atau komplikasi yang menyertai, selain itu

bisa mencegah terjadinya tanda bahaya pada bayi, bayi yang

mengalami kelainan dapat disebabkan karena kurangnya

nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu. Menurut Walyani (2015)

warna kulit bayi harus berwarnah merah muda yang bersih,

tidak ada kelainan pada anggota tubuh, dan tidak tanda-tanda

infeksi tali pusat. Berdasarkan hal diatas pemeriksaan fisik

pada bayi Ny “E” masih dalam batas normal.

3. Analisa Data

Analisa data pada Ny “E” adalah neonatus aterm usia 1 hari

fisiologis. Menurut penulis, neonatus fisiologis adalah neonatus

yang lahir aterm/cukup bulan dan selama bayi maupun neonatus

tidak terjadi komplikasi. Menurut Padila (2010), neonatus normal

mulai dari usia 0-28 hari.

4. Penatalaksanaan

Pada asuhan neonatus, penulis melakukan penatalaksanaan

pada bayi Ny “E” sebagaimana untuk asuhan neonatus normal

karena tidak ditemukan adanya masalah selama kunjungan.

Asuhan yang diberikan yaitu memberikan KIE, seperti KIE tentang

203
tanda bahaya neonatus, imunisasi, ASI Eksklusif, perawatan bayi

sehari-hari, dan sebagainya. KIE diberikan secara bertahap agar

ibu lebih mudah memahami penjelasan yang diberikan, imunisasi,

kontrol ulang. Menurut Walyani (2015) penatalaksanaan pada

neonatus fisiologis, meliputi KIE tanda bahaya neonatus,

imunisasi, ASI Eksklusif, perawatan bayi sehari-hari dan

sebagainya. KIE diberikan secara bertahap agar ibu lebih mudah

dalam memahami penjelasan yang diberikan, imunisasi dan kontrol

ulang. Berdasarkan hal diatas penatalaksanaan bayi pada Ny “E”

sudah sesuai dengan asuhan neonatus.

F. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Pada pembahasan yang keenam akan dijelaskan tentang

kesesuaian teori dan fakta asuhan kebidanan pada keluarga

berencana. Berikut ini akan disajikan data-data yang mendukung

untuk dibahas dalam pembahasan tentang asuhan kebidanan pada

keluarga berencana. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan

asuhan kebidanan pada keluarga berencana, maka dapat diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel KB Ny “E” di PKM
Bontobangun, Kec.Rilau ale, Bulukumba.

Tanggal kunjungan KB 20 september 2020

Subyektif Ibu mengatakan ingin


memakai alat kontrasepsi
suntik 3 bulan

204
Tensi 100/70 mmHg

Haid Belum haid

Sumber : Kunjungan rumah

1. Data Subyektif

Berdasarkan fakta, pada 28 hari post partum Ny “E” ibu ingin

menggunakan metode kontrasepsi . Menurut penulis keadaan ibu

dalam batas normal semua, serta keinginan ibu untuk

menggunakan metode kontrasepsi suntik 3 bulan adalah hal yang

efektif karena ibu tidak menggunakan KB jangka pendek yang

mengandung hormon serta tidak mempengaruhi produksi ASI.

Menurut Fitri (2017), metode kontrasepsi suntik 3 bulan adalah

metode kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon

progesteron, namun tidak mengandung estrogen. Kontrasepsi ini

bekerja dengan mencegah pengeluaran sel telur oleh sperma.

Satu suntikan diberikan setiap 3 bulan dan suntikn tersebut sangat

efektif apabila rutin diberikan secara tepat waktu.

2. Data Obyektif

Berdasarkan pemeriksaan Ny “E” dengan metode

kontrasepsi sunik 3 bulan , hasil pemeriksaan ibu normal. Menurut

penulis, hasil pemeriksaan ibu dalam batas normal salah satunya

tekanan darah ibu yaitu 110/70 mmHg. Menurut affandi (2013),

suntik kombinasi merupakan suntik yang hormone sitesis estrogen

dan progesteron, keuntungan pada suntik ini yaitu sangat efektif,

205
resiko kesehatan kecil tidak berpengaruh terhadap hubungan

suami istri, dapat dipakai dan diberikan pasca persalinana, tidak

mengganggu proses laktasi dan tumbuh kembang bayi

2. Analisa Data

Berdasarkan fakta pada analisa data Ny “E” dengan metode

kontrasepsi suntik 3 bulan . Ibu. Menurut penulis,metode

kontrasepsi suntik 3 bulan baik untuk ibu karena tidak mengurangi

produksi ASI serta tekanan darah ibu selama ini masih dalam

batas normal. Menurut Fitri (2017), metode kontrasepsi suntik 3

bulan merupakan metode yang efektif bagi ibu menyusui karena

tidak mengganggu produksi ASI serta pemberian ASI secara

eksklusif dapat mengurangi pendarahan pasca persalinan, dapat

mengurangi resiko anemia dan meningkatkan kasih sayang antara

ibu dan bayinya.

3. Penatalaksanaan

Pada asuhan kebidanan untuk KB suntik 3 bulan , Penulis

melakukan penatalaksanaan pada Ny “E” dengan KB suntik 3

bulan yaitu memberikan KIE tentang efek samping KB suntik 3

bulan , keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan. Menurut Fitri

(2017), penatalaksanaan pada akseptor KB suntik 3 bulan meliputi

KIE efek samping, keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan

dan tanda keberhasilan KB suntik 3 bulan . Berdasarkan

206
pernyataan diatas tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan

teori.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “E” telah dilakukan

selama kurang lebih empat bulan yang dimulai dari usia kehamilan

30 minggu, bersalin, BBL, neonatus, nifas sampai dengan Keluarga

Berencana (KB), sesuai dengan standar pelayanan kebidanan

dengan menggunakan pendekatan manajemen Asuhan Kebidanan

207
Komprehensif dan didokumentasikan dalam bentuk data Subyektif,

data Obyektif, Analisa data dan Penatalaksanaan (SOAP).

1. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Kehamilan Ny “E”

G1P0A0 Kehamilan Normal. Tidak terjadi komplikasi sampai

akhir masa kehamilan dan ditangani dengan baik oleh tenaga

kesehatan.

2. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada persalinan Ny “E” P1A0

Patologi. Tidak terjadi komplikasi pada kala I, kala II, kala III,

kala IV dan ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan.

3. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Masa Nifas Ny “E” P1A0

patologi, dan ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan.

4. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Bayi Baru Lahir Ny “E”

fisiologis. Tidak ada komplikasi atau penyulit yang menyertai.

5. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Neonatus Ny “E”

fisiologis. Tidak terjadi komplikasi atau penyulit yang menyertai.

6. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Keluarga Berencana

dengan KB suntik 3 bulan . Tidak terjadi komplikasi atau penyulit

yang menyertai.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan penulis selanjutnya dapat meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam

melaksanakan asuhan kebidanan secara Continuity Of Care

208
terutama pada ketidaknyamanan pada ibu hamil, serta dapat

membedakan kesenjangan antara lahan praktik dan teori dalam

penerapan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil.

2. Bagi Klien

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan

dan wawasan bagi para ibu hamil tentang bagaimana cara

mencegah dan penanganan yang tepat serta mengetahui

secara dini resiko atau bahaya abnormal bagi ibu hamil.

3. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas Bonto Nyeleng)

Diharapkan bagi para bidan agar dapat menerapkan

asuhan kebidanan Continuity Of Care dengan tepat dalam

melakukan pelayanan kebidanan agar dapat meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak serta dapat

meningkatkan pelayanan yang berkualitas bagi kesehatan

masyarakat.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan Institusi untuk meningkatkan praktek

pembelajaran mahasiswa yang lebih efektif dan efisien dalam

mengaplikasikan ilmu yang didapat dari kampus seperti

kegiatan pengabdian masyarakat serta selain menambah

asuhan kebidanannya mahasiswa juga mampu meningkatkan

ilmu enterpreuner dilapangan.

209
DAFTAR PUSTAKA

Andina vita sutanto, et.al. (2018). Asuhan Nifas dan Menyusui.


Yogyakarta: PT. Pustaka baru.

Antan Rahmadi, et.al. (2018). Pencegahan dan penanggulangan kurang


energi kronik dan anemia pada ibu hamil. Yogyakarta:

Arfiana. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Trans Medika.

Astuti Sri et al. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Jakarta:
Erlangga.

Astutik, Reni Yuli. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas da
Menyusui. Jakarta: CV. Trans Info Media.
210
Bayu irianti, dkk. (2010). jakarta.

bayu Irianti, e. m. (2010). Bandung.

cunningham, & dkk. (2013). jakarta.

Dainty Maternity, R. D. (2016). Asuhan kebidanan Persalinan. Tangerang


Selatan: Binarupa Aksara.

Deitra Leonard Lowdermilk, d. (2013). singapura: PT salemba medika.

Eka Puspita Sari & Kurnia Dwi Rimandini. (2014). asuhan kebidanan
masa nifas (post natal care). Jakarta: trans info media.

Eka Puspita Sari, K. D. (2014). Asuhan Kebidanan Persalinan. jakarta:


TIM.

Elisabeth Siwi Walyani, et.al. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan &


Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: PT. PUSTAKA BARU.

Icesmi, s. K. (2019). krhamilan persalinan dan nifas. yogyakarta : Nuha


Medika.

Ikatan Bidan Indonesia. (2016).

IKATAN BIDAN INDONESIA. (2016).

Ilmiah, W. S. ( 2015 ). Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:


Nuha Medika .

Ina Kuswanti, F. M. (2014). Askeb II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Intan Kumalasari. (2015). jakarta: salemba medika.

Jannah Nurul, S. (2017). Askeb II Persalinan Berbasis Kompotensi.


jakarta : buku kedokteran.

Jannah, N. (2014). Persalinan berbasis kompetensi. Jakarta: EGC.

Lowdermilk Perry cashion. (2013). edisi 8 buku 1.

Manggiasih, V. A. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,


Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: CV,Trans Info Media.

Marmi. (2016). Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan.


jakarta: Pustaka Pelajar.

211
Maryunani Anik. (2017). Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui.
bogor: In Media.

Maryunani, A. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-Sekolah.


Bogor: IN MEDIA.

Purwanti Eni. (2015). Asuhan kebidanan intuk ibu nifas, yogyakarta:


cakrawala ilmu.

Purwati Eni. (2015). Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta:


Cakrawala Ilmu.

Rohani, R. S. (2014). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta:


Salemba Medika.

Rukiyah Ai Yeyeh et al. (2014). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: CV.
Trans Info Media.

Saputra, D. L. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Tanggerang


Selatan: Binarupa Aksara.

Sudarti, et.al. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Sulistyawati Ari. (2013). ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA


KEHAMILAN. jakarta: Salemba Medika.

Sulistyawati, A. (2013).

Unicef. (2012). BUKU SAKU Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.


Jakarta Selatan.

yanti, S. M. (2010). yogyakarta: sewon, bantul.

Kumalasari, I. (2015). Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik


Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan
Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.

212
213

Anda mungkin juga menyukai