Anda di halaman 1dari 2

Penggunaan Tanda Baca

Sepele, tapi Penting

Kamu suka nulis? Sering kirim tulisan ke berbagai media, tapi nggak pernah
tembus? Hm, mungkin masalah tanda baca penyebabnya. Sobat, menulis kreatif untuk
dikirim ke media massa atau penerbit itu gampang-gampang susah. Berbeda dengan
menulis untuk kepentingan pribadi—seperti membuat status di media sosial, dan
sebagainya. Menulis profesional itu ada aturannya.
Aturan ini, sejatinya tidak mutlak. Semua bergantung pada media atau penerbit
yang dituju. Namun, ada standar baku yang kerap dijadikan pedoman oleh banyak
media atau penerbit untuk menyeleksi naskah yang masuk.
Nah, kalau kamu memang suka menulis, dan pengin banget lihat tulisanmu
nongol di media massa—baik cetak maupun online—atau bahkan terbit menjadi sebuah
buku, yuk simak tips penggunaan beberapa tanda baca yang tepat berikut ini.
Tanda Titik (.)
Secara umum, tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat pernyataan. Teknis
penggunaannya adalah dengan mengikuti kata sebelumnya, kemudian diikuti spasi dan
huruf kapital (huruf besar) pada kalimat selanjutnya. Misalnya: Hari ini turun hujan.
Jalanan pun menjadi licin.
Dalam penulisan kalimat langsung, jika kalimat tersebut tidak ditambah narasi,
tanda titik harus diletakkan bersambung dengan kata terakhir dan diikuti dengan tanda
petik dua (”).
Contoh benar: “Aku makan banyak sekali.” ✅
Contoh salah: “Aku makan banyak sekali”. ❎
Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai untuk memisahkan beberapa anak kalimat dalam satu
rangkaian kalimat. Penulisannya dengan disambung pada kata terakhir anak kalimat
pertama, kemudian diikuti spasi dan uraian anak kalimat selanjutnya. Contoh: Aku
masih lapar, tetapi makanan sudah habis.
Jangan ditulis begini ya: Aku masih lapar,tetapi makanan sudah habis. Atau
bahkan: Aku masih lapar , tetapi makanan sudah habis.
Dalam kalimat langsung, tanda koma dapat dipakai untuk mengakhiri dialog
yang diikuti rangkaian narasi.
Contoh benar: “Ini untuk membantu orang tua,” ujar siswi itu. ✅
Contoh salah: “Ini untuk membantu orang tua”, ujar siswi itu. ❎
Contoh salah: “Ini untuk membantu orang tua” ujar siswi itu. ❎
Contoh salah: “Ini untuk membantu orang tua.” ujar siswi itu. ❎
Jika ingin membuat kalimat langsung dengan akhiran titik, tetapi masih
dilanjutkan dengan rangkaian narasi, Sobat bisa melihat contoh ini: “Ini untuk
membantu orang tua.” Siswi itu berkata sambil tersenyum.
Perbedaannya, setelah tanda titik dan petik dua, kata pertama pada narasi
selanjutnya ditulis dengan huruf kapital. Sementara pada kalimat langsung yang diakhiri
tanda koma dan petik dua, maka wajib diikuti spasi dan huruf kecil pada kata pertama
dalam narasi selanjutnya—kecuali jika kata pertama adalah nama orang atau kota atau
kata lain yang wajib ditulis dengan huruf kapital.
Tanda Tanya (?) dan Tanda Seru (!)
Teknis penggunaan kedua tanda ini mirip dengan tanda titik. Hanya saja, tanda
tanya dipakai untuk kalimat tanya, dan tanda seru dipakai untuk kalimat seruan atau
perintah.
Secara umum, masih banyak tanda baca lainnya. Jika ingin terus belajar, kamu
bisa cek di buku panduan Ejaan Bahasa Indonesia yang bisa didapatkan dalam versi
cetak atau ebook. Konklusinya, ketika ingin menulis sesuatu—khususnya untuk dikirim
ke media massa atau penerbit—kamu perlu perhatikan hal-hal teknis terkait tanda baca.
Sepele sih, memang. Namun, jika diabaikan, bisa jadi justru merusak keseluruhan
kontenmu. Sebagus apa pun tulisan/ceritamu, kalau ditulis dengan acak-acakan (banyak
typo, tanda baca ngawur, spasi berantakan, susunan huruf besar dan huruf kecil
diabaikan, dan sebagainya), bakal bikin editor atau seseorang yang mengoreksi karyamu
malas melanjutkan. So, perhatikan baik-baik ya! [Ibnu Majah/Dari Berbagai Sumber]

Anda mungkin juga menyukai