3 Tiga Kasus Perkembangan Seksual Manusia yang Eksepsional
“Kasus Anne S., Perempuan yang Bukan Perempuan”
Anne S., seorang perempuan atraktif yang berumur 26 tahun, mencari penanganan untuk dua gangguan terkait seks : tidak adanya menstruasi dan kesakitan saat berhubungan seksual (Jonas & Pak, 1971) Anne menderita androgenic insensitivity syndrome total; seluruh gejalanya berasal dari mutasi pada gen reseptor androgen yang membuat reseptor-reseptor androgennya tidak responsif. Kromosom seks Anne adalah kromosom seks laki-laki, Anne memiliki gen laki-laki genetic. Tiga lini pembuktian mendukung diagnosis para dokter. Pertama, sel yang diambil dalam mulut Anne menunjukkan tipe XY laki-laki. Kedua, torehan kecil pada abdomen yang memungkinkan dokter melihat kedalam menemukan sepasang testis yang dinetralisasikan, tetapi tidak ada indung telur. Terakhir, tes-tes hormone menemukan bahwa kadar hormon Anne adalah laki-laki. “Kasus Gadis Kecil yang Tumbuh Menjadi Seorang Laki-laki” Elaine, mencari bantuan pada tahu 1972. Elaine lahir dengan genitalia yang ambigu, tetapi diasuh oleh orang tuanya sebagai perempuan tanpa insiden apapun, sampai tiba saat onset pubertas, ketika ia tiba-tiba mulai mengembangkan ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki yang membuatnya stress. Elaine mengalami Sindroma Andrenogenital, yang disebabkan oleh Hiperplasia Adrenal Kongenital defesiensi kongenital dalam pelepasan hormon kortisol dari korteks adrenal, yang mengakibatkan hiperaktivitas adrenal sebagai kompensasinya dan pelepasan androgen adrenal yang eksesif. Kebanyakan kasus Sindroma Adrenogenital perempuan didiagnosis pada saat kelahiran. Dalam kasus-kasus seperti itu, abnormalitas genitalia diadministrasikan untuk menurunkan kadar androgen adrelnal yang bersirkulasi. Gadis remaja adrenogenital biasanya terlihat sifat tomboy dan tidak menyukasi sikap keibuan. Mereka lebih cenderung berpakaian ala laki-laki. ”Kasus Si Kembar yang Kehilangan Penisnya” Pasangan kembar identik yang penisnya tidak sengaja rusak saat khitan diusia 7 bulan. Karena tidak ada cara yang memuaskan untuk menggantikan penis yang hilang melalui operasi, John Money seorang ahli yang disegani pada bidang itu merekomendasikan untuk anak laki-laki itu dikastrasi, dibuatkan vagina buatan dan dibesarkan sebagai anak perempuan dan estrogen diadministrasikan pada masa pubertas untuk memfiminimkan tubuhnya. Menurut Money, hasil kasus ini sangat mendukung teori belajar untuk identitas seksual. Pada tahun 1975, ketika pasien itu berusia 12 tahun berkembang sebagai perempuan normal sehingga mengonfirmasikan prediksinya bahwa gonadektomi, diubah genitalianya melalui operasi dan dibesarkan sebagai anak perempuan akan menyingkirkan efek-efek gen laki-laki dan androgen awal yang bersifat memaskulinkan. Akan tetapi, studi tindak lanjut jangka panjang yang dipublikasikan para ahli menghasilkan cerita yang berbeda. Terlepas memiliki genitalia perempuan dan diperlakukan sebagai perempuan, Joan/John berkembang disepanjang garis laki-laki. Tampaknya organ yang menentukan perjalanan perkembangan psikososial adalah otak, bukan genitalia(Reiner, 1977).