Anda di halaman 1dari 28

[BUKU MODEL] January 1, 2018

BUKU MODEL
Pengembangan Modul Pembelajaran
Menulis Teks Beragumen
Berbasis Problem Based Learning (PBL)
Kelas X SMA

Prof. Dr. Syahrul R., M.Pd.

1
[BUKU MODEL] January 1, 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. berkat rahmat dan karunia-
Nya, buku model ini dapat diselesaikan. Buku model ini merupakan filosofi yang
mendasari modul pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based
Learning (PBL) dengan judul modul Terampil Menulis Teks Beragumen untuk
SMA/MA Kelas X. Dengan demikian, buku model ini menjadi pedoman untuk
dibuatnya modul pembelajaran.
Pengembangan modul pembelajaran menulis teks beragumen berbasis
Problem Based Learning (PBL) untuk siswa kelas X SMA ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam melaksanakan proses pembelajaran bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, buku model ini memberikan panduan kepada guru
dalam melatih keterampilan menulis siswa. Selain itu, buku model ini berisi
konsep-konsep modul pembelajaran yang berbasis Problem Based Learning (PBL)
dan dilengkapi dengan teori-teori pendukung mengenai modul pembelajaran yang
dikembangkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
penyelesaian buku model ini. Buku model ini menjadi harapan agar model modul
pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning (PBL)
dapat dipahami dan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Buku model ini masih
merupakan draft dan belum merupakan hasil akhir. Penulis terbuka untuk segala
saran, masukan, dan kritikan agar dapat disempurnakan dan dapat dimaksimalkan
dalam penggunaannya. Penulis ucapkan terima kasih atas saran, masukan, dan
kritik yang diberikan. Semoga buku model ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Padang, Januari 2018

Penulis

i
[BUKU MODEL] January 1, 2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... iii

BAB II MODEL MODUL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS


BERAGUMEN BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ....... 1

A. Model Modul Pembelajaran ...................................................................... 1


1. Sintak Model Pengembangan.............................................................. 7
2. Prinsip Reaksi ..................................................................................... 9
3. Sistem Sosial ....................................................................................... 9
4. Sistem Pendukung ............................................................................... 10
5. Dampak Intruksional dan Pengiring ................................................... 10

B. Teori Pendukung ....................................................................................... 10


1. Menulis Teks Beragumen ................................................................... 11
2. Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning .................... 16

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 22


DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 23

ii
[BUKU MODEL] January 1, 2018

BAB I
PENDAHULUAN

Menulis merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dan


esensial dalam pembelajaran bahasan Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan
Kompetensi Dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah
menulis teks yang sesuai dengan struktur dan ciri kebahasaan yang terdapat dalam
Kompetensi Dasar (KD-4), yaitu “mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.”
Keterampilan menulis pada kalangan siswa masih rendah (Sudaryat, 2009).
Rendahnya keterampilan menulis siswa disebabkan oleh lemahnya sistem
pembelajaran menulis di sekolah (Anshori, 2003). Kenyataan menunjukan bahwa
pembelajaran menulis kurang mendapatkan perhatian yang sewajarnya (Slamet,
2007). Padahal keterampilan menulis merupakan kompetensi yang wajib dikuasai
siswa dalam pembelajaran, khususnya Bahasa Indonesia yang tercantum dalam
Kompetensi Dasar.
Salah satu tipe tulisan yang penting dipelajari di sekolah adalah menulis
argumentasi (Alarcon and Morales, 2011; Nippold, 2000; Preiss et al, 2013). Hal
tersebut dikarenakan kemampuan untuk mengungkapkan ide yang baru hendaknya
disampaikan secara meyakinkan. Selain itu, kemampuan menyampaikan pendapat
sangat dibutuhkan ketika siswa telah terjun di dalam masyarakat atau ketika siswa
memipiki pekerjaan yang membutuhkan kemampuan menyampaikan pendapat.
Teks berargumen ditulis melalui proses perluasan/pengembangan sebuah
proposisi/pernyataan untuk meyakinkan pembaca agar memiliki kesamaan sudut
pandang. Melalui proses sosial inilah lahir berbagai teks diskusi, interpretasi,
evaluasi, eksposisi, penjelasan, dan penjelasan singkat/esai (Mahsun, 2014:16).
Tujuan pembelajaran menulis teks, seperti teks berargumen yaitu memancing siswa
untuk mampu menyampaikan pendapatnya baik secara lisan maupun tulisan.
Kemampuan untuk menyampaikan argumen merupakan salah satu
keterampilan yang sangat penting dimiliki siswa. Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Knaap dan Watkins (2005) yaitu “The genre of arguing is very important

1
[BUKU MODEL] January 1, 2018

in effective social participation and in school as well because it involves reasoing,


evaluation, and persuasion.” Berdasarkan penjelasan tersebut, beragumen secara
lisan maupun tulisan merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh setiap
individu terutama siswa. Siswa yang dapat menyampaikan argumen dengan baik,
dapat meningkatkan keterampilan berbahasanya, baik sebagai siswa, maupun
sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, penting bagi siswa
untuk mempelajari teks berargumen.
Fakta di lapangan menunjukan bahwa kemampuan berargumen siswa masih
rendah, terutama dalam menulis. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di salah
satu SMA Negeri di Kota Padang, yaitu SMA Negeri 7 Padang. Selain hasil
wawancara, rendahnya nilai siswa dapat dilihat dari nilai menulis siswa. Selain itu,
juga dapat dibuktikan dengan analisis salah satu teks berargumen, yaitu teks
eksposisi karangan siswa.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi mengenai
rendahnya nilai siswa dalam menulis teks eksposisi. Permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut. Pertama, guru merasa kesulitan untuk menemukan referensi untuk
melengkapi bahan ajar. Misalnya materi teks eksposisi, guru masih memiliki
keragu-raguan antara teks eksposisi yang berupa argumen, dengan teks eksposisi
jenis berita. Hal itu disebabkan karena perubahan pengertian antara Kurikulum
2013 dengan KTSP. Kedua, sumber belajar yang digunakan pada pembelajaran
menulis teks eksposisi hanya buku yang dikeluarkan oleh Kemendikbud. Selain
buku tersebut, tidak ada sumber belajar lain yang digunakan untuk pembelajaran
menulis teks ini, sehingga bahan ajar yang digunakan oleh guru tidak bervariasi.
Ketiga, model pembelajaran ataupun pendekatan pembelajaran yang diterapkan
guru belum bervariasi. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran adalah
pendekatan discovery learning. Pada pembelajaran tersebut siswa aktif dalam
beragumen secara lisan, tetapi tidak maksimal dalam menyampaikan argumen
dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, hal yang paling mendasar berkaitan
dengan sumber belajar yang digunakan siswa. Sumber belajar yang digunakan pada
pembelajaran menulis teks eksposisi hanya satu. Buku tersebut adalah buku

2
[BUKU MODEL] January 1, 2018

pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia dijadikan sebagai sumber belajar
utama yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Buku ini
disusun oleh tim ahli dan diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 2015. Buku ini bisa didapatkan melalui cetak yang dipinjamkan oleh
sekolah atau dengan mendapatkan softcopy yang dapat diunduh di internet dan bisa
dicetak menjadi buku.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan tersebut, solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan mengembangkan suatu sumber belajar yang dapat
digunakan untuk menunjang penggunaan buku utama, salah satunya adalah sumber
belajar yang dibuat oleh guru. Pembuatan modul bertujuan untuk mendampingi
buku paket yang telah disebarkan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan pada
tahun 2015 terjadi lagi perevisian kurikulum serta KD yang dituntut di dalamnya.
Dengan demikian, buku paket merupakan satu-satunya pedoman yang dapat
digunakan guru dalam membantu proses pembelajaran.
Modul dikembangkan dengan mengikuti prinsip penyusunan, karakteristik
dan kaidah membuat modul. Hal tersebut dilakukan agar modul yang dirancang
dapat bermakna bagi pembelajaran menulis teksberargumen. Tahap pembuatan
modul dilakukan dengan cara menganalisis kebutuhan siswa, penyusunan naskah
modul, uji coba, validasi, dan revisi. Selain itu, dalam penyusunan modul juga akan
mengikuti prinsip pembelajaran, yaitu mulai dari yang mudah dipahami sampai
yang sulit dipahami.
Modul pembelajaran menulis teks berargumen dikembangkan berbasis
problem based learning (PBL). Konsep PBL ini sejalan dengan pendekatan
saintifik dan pembelajaran berbasis teks. Dengan demikian, PBL yang digunakan
sebagai basis pengembangan modul ini menghendaki pembelajaran menulis teks
berargumen yang dapat dilakukan secara mandiri dengan langkah-langkah dan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Pemilihan PBL sebagai basis model pembelajaran dilatarbelakangi oleh
penelitian yang telah dilakukan oleh Ansarian et.al. Menurut Ansarian et.al.,
(2016:1), model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan
keterampilan produktif, yaitu berbicara. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan, bahwa teks berargumen merupakan kemampuan menyampaikan

3
[BUKU MODEL] January 1, 2018

gagasan dan pendapat menjadi tulisan. Menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa produktif sama dengan keterampilan berbicara.
Pemilihan PBL sebagai basis model pembelajaran untuk pengembangan
modul juga dilatarbelakangi oleh penelitian yang dilakukan oleh Gunduz et.al.
tahun 2016. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pendekatan berbasis masalah
memberikan manfaat untuk meingkatkan aktivitas siswa dalam belajar seperti yang
dikemukan berikut ini. “Problem based learning approach present several
advantages such as improving student engagement in learning and fostering their
higher order thinking skill”.
Problem Based Learning (PBL) yang digunakan sebagai basis menyusun
modul pembelajaran ini disusun berdasarkan lima langkah. Kelima langkah tersebut
antara lain, orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Oleh karena itu, kelima langkah tersebut dijadikan sebagai landasan dalam
menyusun modul pembelajaran menulis teks beragumen.
Mengacu pada penjelasan yang telah dikemukakan maka diperlukan sebuah
buku model yang berguna untuk pembaca, terutama guru, untuk memahami hakikat
modul pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning
(PBL). Buku model ini dapat dijadikan pedoman untuk menggunakan modul
pembelajaran yang dikembangkan. Buku model yang akan disusun berisi teori-teori
mengenai keterampilan menulis yang dihubungkan dengan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL), modul pembelajaran keterampilan menulis yang
sesuai dengan Kurikulum 2013 (K-13).

4
[BUKU MODEL] January 1, 2018

BAB II
MODEL MODUL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERAGUMEN
BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

A. Model Modul Pembelajaran


Joice dan Weil (2015) menyatakan bahwa model adalah rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk sesuatu (dalam kaitan ini adalah modul
pembelajaran) dan pedoman bagaimana menggunakannya dalam latar tertentu.
Lebih lanjut, Joyce dan Weil (2015) menyatakan bahwa suatu model sekurang-
kurangnya memiliki lima hal, yaitu (a) urutan langkah-langkah pembelajaran
(syntax); (b) adanya prinsip-prinsip reaksi yang menjelaskan bagaimana guru
menilai siswa serta bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran; (c) sistem sosial yang menggambarkan bentuk kerjasama guru
dan siswa dalam pembelajaran serta jenis-jenis aturan yang harus diterapkan atau
dilaksanakan; dan (d) sistem pendukung yang menunjuk pada kondisi yang
diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana
dan prasarana, misalnya alat dan bahan, lingkungan belajar, kesiapan guru dan
siswa. (e) dampak instruksional dan dampak pengiring merujuk kepada pengaruh
langsung dan tidak langsung yang dialami siswa saat penerapan model dilakukan
dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar
berikut.

5
[BUKU MODEL] January 1, 2018

Sintak:
1. Orientasi terhadap masalah
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
3. Membimbing investigasi berkelompok dan individual.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. menganasis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pengembangan Model Modul Pembelajaran Menulis Teks

Prinsip Reaksi:
Beragumen Berbasis Problem Based Learning (PBL)

Guru memberikan penilaian kepada siswa melalui tes-tes yang


dilakukan terhadap pemanfaatan modul pembelajaran yang ada.
Penilaian yang diberikan tersebut terdiri atas tiga, yaitu penilaian
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor
(keterampilan)

Sistem Sosial
Guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa melalui penggunaan
modul pembelajaran yang telah ada.
Siswa berperan sebagai pelaku aktif dalam pembelajaran.

Sistem Pendukung
1. Modul Pembelajaran
2. Buku Guru dan Buku Siswa

Dampak Interaksional
1. Peningkatan kemampuan menulis
2. Kemampuan memahami materi pembelajaran teks beragumen
baik berupa pengertian, struktur teks, kebahasaan teks, dsb.
3. Kemampuan menulis teks beragumen sesuai dengan struktur
dan ciri kebahasaan teks beragumen
Dampak pengiring
Jujur, Disiplin, Bertanggung jawab, Aktif, Kritis, Mandiri

Gambar 1. Kerangka Model Pengembangan

6
[BUKU MODEL] January 1, 2018

1. Sintak Model Pengembangan


Sintak dapat diartikan sebagai langkah-langkah pembelajaran yang
diterapkan di dalam kelas selama proses pembelajaran. Selain itu, urutan aktivitas
atau fase dalam pembelajaran diartikan sebagai panduan bagi pendidik dalam
bertindak di dalam kelas agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Sintak yang digunakan dalam pengembangan modul pembelajaran menulis teks
beragumen berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk siswa Kelas X SMA
akan dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 1. Sintak Model Pengembangan Modul Pembelajaran
Menulis Teks Beragumen Berbasis Problem Based Learning (PBL)

No. Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


1. Pengantar 1. Mengkondisikan 1. Mempersiapkan diri
kesiapan belajar siswa. untuk belajar.
2. Memberikan penjelasan 2. Mendengarkan dan
mengenai kegiatan memahami penjelasan
pembelajaran yang akan dari guru mengenai
dilakukan. kegiatan pembelajaran
3. Membaca pendahuluan yang akan dilakukan.
di dalam modul 3. Membaca pendahuluan
pembelajaran. di dalam modul
pembelajaran.

2. Orientasi siswa Membimbing siswa untuk Memberikan argumen


terhadap masalah mengemukakan terhadap permasalahan yang
pendapatnya berdasarkan diilustrasikan di dalam
permasalahan yang modul pembelajaran.
disampaikan di dalam Jawaban tersebut ditulis di
modul pembelajaran dalam modul pembelajaran.

3. Mengorganisasi 1. Membimbing siswa 1. Memahami materi


siswa untuk untuk memahami pembelajaran yang
belajar materi pembelajaran terdapat di dalam modul
yang terdapat di dalam pembelajaran.
modul pembelajaran. 2. Membaca contoh teks
2. Membimbing siswa yang disedikan dan
dalam mengerjakan menjawab pertanyaan
latihan. yang diajukan perihal
3. Memberikan penilaian teks yang dibaca.
terhadap latihan/lembar 3. Berlatih untuk
kerja siswa. menentukan struktur teks
dan menganalisis ciri
kebahasaan teks
beragumen.

7
[BUKU MODEL] January 1, 2018

4. Membimbing 1. Membimbing siswa 1. Siswa menentukan


investigasi untuk berlatih menulis topik dan tujuan teks
kelompok/individu teks beragumen sesuai beragumen.
dengan langkah- 2. Siswa menentukan
langkah yang materi yang akan
dijelaskan di dalam dirumuskan sebagai
modul pembelajaran. gagasan pokok atau
2. Memfasilitasi siswa gagasan utama.
dengan memberikan 3. Mendata argumen
solusi terhadap 4. Menulis penegasan
pertanyaan yang ulang/simpulan.
diajukan perihal 5. Mengembangkan teks
menulis teks. beragumen berdasarkan
gagasan pokok dan
argumen sebagai
penjelasannya.

5. Mengembangkan Membimbing siswa untuk Menulis teks beragumen


dan menyajikan menulis teks beragumen sesuai dengan struktur dan
hasil karya sesuai dengan langkah- ciri kebahasaan dan sesuai
langkah yang telah dengan langkah-langkah
dilatihkan sebelumnya. yang telah dilatihkan
sebelumnya.

6. Menganalisis dan 1. Merangkum 1. Siswa memberikan


mengevaluasi pembelajaran tanggapan terhadap teks
proses pemecahan 2. Memberikan umpan yang ditulis oleh siswa
masalah balik terhadap lain.
pertanyaan yang 2. Bertanya kepada guru
diajukan siswa. jika ada yang tidak
3. Memberikan dipahami di dalam
pemecahan masalah pembelajaran.
terhadap kesulitan yang 3. Menyampaikan
dihadapi siswa ketika tanggapan, kesulitan, dan
belajar menulis teks harapan terhadap
beragumen pembelajaran
menggunakan modul selanjutnya.
pembelajaran.

7. Penutup 1. Guru memberikan 1. Siswa melakukan


penjelasan akhir dalam penilaian diri dengan
pembelajaran. berpedoman kepada
2. Memberikan tugas atau modul pembelajaran,
latihan. baik berupa tes maupun
3. Memberikan penilaian sikap.
kepada siswa baik 2. Menuliskan pendapat,
sikap, pengetahuan, dan harapan di dalam
maupun keterampilan. modul pembelajaran.

8
[BUKU MODEL] January 1, 2018

Tabel tersebut menggambarkan secara langsung kepada siswa untuk


melakukan aktivitas kegiatan sesuai dengan sintak pembelajaran pengembangan
modul pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning
(PBL). Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintak ini membantu
siswa untuk memahami bahan ajar menulis teks beragumen yang disusun
berdasarkan Problem Based Learning (PBL).

2. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi berhubungan dengan cara penilaian guru terhadap kinerja
siswa di dalam kelas dan cara guru menanggapi proses pembelajaran yang telah
dilakukan oleh siswa. Misalnya, cara guru memahami, memperhatikan,
menanggapi, dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Selain itu, prinsip reaksi juga berhubungan dengan cara siswa belajar dan
memahami proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini berkaitan dengan cara
siswa bertanya, merespon pertanyaan guru, berpartisipasi dalam diskusi, membantu
temannya selama proses pembelajaran dan mengikuti instruksi-instruksi yang
diberikan guru selama pembelajaran.

3. Sistem Sosial
Sistem sosial dalam pembelajaran ini berhubungan dengan peran guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Misalnya guru berperan sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran karena guru bertugas untuk mengarahkan siswa agar mampu
belajar dengan bahan ajar yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran,
sedangkan siswa akan diminta untuk menyusun pemahaman mereka sendiri melalui
pembelajaran yang dilakukan. Jadi, secara tidak langsung guru meminta siswa
untuk aktif dalam pembelajaran dengan menciptakan pemahaman mereka sendiri
mengenai materi yang dibahas. Pada pembelajaran ini, sistem sosial yang dilakukan
meliputi (a) memberikan pengarahan kepada siswa mengenai materi yang akan
dibahas, (b) penggunaan modul pembelajaran yang telah dibuat untuk membantu
siswa dalam belajar, dan (c) memberikan kebebasan bagi siswa untuk menyusun
pemahaman mereka terhadap materi.

9
[BUKU MODEL] January 1, 2018

4. Prinsip Pendukung
Sistem pendukung berkaitan dengan kondisi-kondisi serta sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran yang akan
dilakukan. Misalnya alat dan bahan, bahan ajar, modul pembelajaran, alat tes,
kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.selain itu, juga diperlukan sarana-sarana
penunjang yang akan membantu efektivitas pembelajaran dengan baik, misalnya
ketersediaan infokus, papan tulis, serta spidol dan bahan bacaan-bahan bacaan yang
akan digunakan selama proses pembelajaran dan membantu siswa selama
pembelajaran.

5. Dampak Intruksional dan Dampak Pengiring


Dampak instruksional pembelajaran mengacu kepada hasil belajar yang
diperoleh secara langsung selama proses pembelajaran, sedangkan dampak
pengiring adalah hasil belajar yang diperoleh secara tidak langsung, tetapi muncul
selama pembelajaran dan mempengaruhi proses pembelajaran. Pada pembelajaran
yang dilakukan dampak instruksional yang diharapkan diperoleh siswa dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Peningkatan kemampuan menulis teks
beragumen, (2) Kemampuan memahami materi berupa hakikat teks beragumen,
struktur teks beragumen, kebahasaan teks beragumen, dan materi pendukung
lainnya. (3) Kemampuan untuk menulis teks beragumen. Semua dampak
instruksional tersebut didapatkan siswa selama pembelajaran dan diharapkan
berkembang setelah pembelajaran dilakukan.
Dampak pengiring adalah dampak yang diharapkan ada pada siswa selama
dan setelah pembelajaran dilakukan. Dampak pengiring berhubungan dengan
karakter pembentukan dalam diri siswa. Ada beberapa dampak pengiring yang
diharapkan diperoleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu jujur,
disiplin, bertanggung jawab, aktif, kritis dan mandiri. Semua dampak pengiring ini
akan membantu siswa untuk lebih berkembang seiring dengan penerapan modul
pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning (PBL).

B. Teori Pendukung
Pada bagian ini dijelaskan teori-teori yang berkaitan dengan Modul
pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning (PBL).

10
[BUKU MODEL] January 1, 2018

Teori-teori yang dimaksudkan dalam subbab ini, yaitu (1) pembelajaran menulis
teks beragumen, dan (2) modul pembelajaran berbasis Problem Based Learning
(PBL). Penjelasan mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran Menulis Teks Beragumen
Keterampilan menulis merupakan keterampilan bahasa yang digunakan
manusia sebagai komunikasi secara tidak langsung. Penulis harus mampu berpikir
secara tepat untuk memilih kata dan variasi kalimat yang akan digunakan sehingga
tulisannya dapat dipahami oleh pembaca. Menulis adalah suatu bentuk berpikir
karena memerlukan proses, yaitu saat mengumpulkan ide, gagasan, ataupun
khayalan yang dituangkan dallam bentuk kata dan kalimat (Hapsari, 2015:153).
Halaluddin (2016:207), menyatakan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan menuangkan ide, pikiran, dan gagasan dari penulis ke dalam media tulis.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak mudah karena melibatkan banyak
aspek. Berdasarkan hal tersebut, maka peserta didik harus dibimbing secara dini
tentang bagaimana menulis dengan bak, mengorganisasikan tulisan secara
sistematis, sampai memilih topik yang sesuai dan aktual. Sementara itu, Pujiono
(2012:778) menyatakan bahwa menulis merupakan aktivitas berpikir yang
diwujudkan dalam susunan huruf-huruf yang mempunyai makna. Isi tulisan akan
mencirikan kepribadian penulis sesuai dengan karakter bahasa yang dikuasai.
Secara umum bahasa yang dipakai sesuai dengan tujuan dan karakter penulisnya.
Kualitas berbahasa seseorang mencerminkan kualitas berpikirnya. Artinya
terdapat hubungan yang sangat erat antara kemampuan berbahasa dengan
kemampuan berpikir dan bernalar. Olson (1977) menyatakan bahwa berbahasa
(khususnya menulis) dan berpikir merupakan suatu proses yang saling bergantung
dan melahirkan makna (Sholeh, 2014:281). Sejalan dengan itu, Thahar (2008:12)
menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan intelektual. Seorang yang
intelektual ditandai dengan kemampuannya mengekspresikan jalan pikirannya
melalui tulisan dengan media bahasa yang sempurna.
Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan proses menyampaikan ide, gagasan, dan pikiran melalui
tulisan. Tulisan tersebut bisa berupa penyampaikan gagasan yang bersifat ilmiah
dan tulisan yang berisikan cerita yang berasal dari kreatifitas penulis. Salah satu

11
[BUKU MODEL] January 1, 2018

jenis teks adalah teks beragumen. Teks argumen merupakan teks yang berisikan
opini penulis berdasarkan fakta-fakta yang ada. Teks yang termasuk jenis teks
beragumen ada beberapa macam, untuk penelitian dan pengembangan modul
pembelajaran ini dibatasi menjadi tiga teks yaitu teks eksposisi, teks ikhtisar dan
teks debat. Penjelasan mengenai teks-teks tersebut adalah sebagai berikut.
a. Teks Eksposisi
Menurut Mahsun (2014:31), teks eksposisi berisi paparan gagasan atau
usulan tentang sesuatu yang bersifat pribadi. Oleh kerena itu, teks eksposisi dapat
dikategorikan sebagai teks berargumen satu sisi. Lebih lanjut, Kemendikbud
(2014:78) menjelaskan bahwa teks eksposisi merupakan genre teks berisi gagasan
yang bertujuan agar orang lain memahami pendapat yang disampaikannya.
Gagasan tersebut disampaikan oleh penulis atau pembicara berdasarkan sudut
pandang tertentu. Untuk menguatkan gagasan yang disampaikan, penulis atau
pembicara harus menyertakan alasan-alasan logis. Menurut Doddy (2008:62),
fungsi teks eksposisi adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa ide yang
disampaikan adalah hal yang penting.
Kemendikbud (2014:78) mengemukan tiga struktur teks eksposisi yaitu
tesis, berargumen, dan pernyataan ulang. Tesis atau pernyataan pendapat adalah
bagian pembuka dalam teks eksposisi. Bagian tersebut berisi pendapat umum yang
disampaikan penulis terhadap permasalahan yang diangkat dalam teks eksposisi.
Berargumen merupakan unsur penjelas untuk mendukung tesis yang disampaikan.
Berargumen dapat berupa alasan logis, data hasil temuan, fakta-fakta, bahkan
pernyataan para ahli. Argumen yang baik harus mampu mendukung pendapat yang
disampaikan penulis atau pembicara. Penegasan ulang bertujuan untuk menegaskan
pendapat awal serta menambah rekomendasi atau saran terhadap permasalahan
yang diangkat.
Menurut Doddy (2008:62), tesis adalah sebuah teks yang memperkenalkan
sebuah topik dan menunjukkan posisi penulis, serta menguraikan pendapat utama
yang akan disajikan. Tesis juga merupakan gambaran atau aba-aba tentang apa yang
akan dibahas oleh penulis. Berargumen adalah pendapat-pendapat utama yang
diuraikan sebelumnya, mengembangkan dan mendukung masing-masing pendapat.
Penegasan ulang pendapat merupakan bagian akhir dari sebuah teks eksposisi yang

12
[BUKU MODEL] January 1, 2018

berupa penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta
dalam bagian berargumen. Pada bagian ini pula bisa disematkan hal-hal yang patut
diperhatikan atau dilakukan supaya pendapat atau prediksi penulis dapat terbukti.
Kemendikbud (2014:96) mengungkapkan ciri-ciri kebahasaan teks
eksposisi sebagai berikut. Pertama, menggunakan pronomina. Menurut Alwi et.al
(2003:249), pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina
lain. Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk mengganti nomina.
Pronomina yang sering digunakan seperti, kita, kami, dan saya. Kedua,
menggunakaan konjungsi. Menurut Kridalaksana (2008:99), konjungsi adalah
katagori yang berfungsi untuk meluaskan sesuatu yang lain dalam kontruksi
hipotesis dan selalu menghubungkan dua klausa atau lebih. Selanjutnya, Moeliono
(2008:724) mengungkapkan konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk
menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa,
kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf. Konjungsi atau kata
sambung dapat dikatakan sebagai kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau
lebih. Konjungsi yang banyak digunakan adalah pada kenyataannya, kemudian,
dan lebih lanjut. Ketiga, adanya berargumen satu sisi, yaitu sisi yang mendukung
atau sisi yang menolak pernyataan pendapat.

b. Teks Ulasan
Menurut Kemendikbud (2014:114), teks ulasan (review text) adalah
tinjauan, ringkasan buku atau yang lain untuk koran atau penerbitan. Menurut
Depdiknas (2008), ulasan bisa disebut dengan istilah kupasan, tafsiran ataupun
komentar terhadap suatu hal. Teks ulasan dikenal juga dengan resensi. Thahar
(2008:92) menjelaskan bahwa secara etimologi resensi berasal dari bahasa Belanda
yaitu recensie dan bahasa Latin yaitu resenso yang berarti memeriksa kembali,
meninjau, atau menimbang. Dalam bahasa Inggris, ulasan atau resensi disebut
review tentang suatu laporan tanpa kritik tentang suatu peristiwa. Kemudian,
Dalman (2012:166) menyatakan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang
membahas isi sebuah buku, termasuk kelemahan dan keunggulan untuk diberikan
kepada pembaca.
Alek dan Achmad (2011:133) mengemukakan beberapa pengertian tentang
resensi menurut istilah sebagai berikut. (1) Webster Collegatte Dictinary (1995)

13
[BUKU MODEL] January 1, 2018

review is a critical evaluation. Pada hakikatnya, resensi harus menjelaskan apa


adanya suatu buku; baik kelemahan maupun keunggulan. Jadi, resensi bukanlah
tulisan yang menjual buku. Tidak ada pesan sponsor bagi resensi buku karena
resensi yang baik hanya mengungkapkan apa yang dibaca oleh peresensi secara
kritis. (2) Resensi adalah suatu ulasan atau tulisan mengenai sebuah hasil karya
buku, baik berupa fiksi maupun nonfiksi. (3) Resensi buku adalah pertimbangan
atau ulasan tentang sebuah buku yang bertujuan untuk memberitahukan kepada
pembaca perihal buku-buku baru dari ulasan kelebihan maupun kekurangan buku
tersebut. Lebih lanjut, Keraf (1994:275) juga menambahkan bahwa suatu jenis
tulisan lain yang mempunyai titik singgung dengan ringkasan dan ikhrisar adalah
resensi. Resensi merupakan suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil
karya atau buku.
Kemendikbud (2014:149) membagi teks ulasan menjadi empat struktur,
yaitu bagian orientasi, bagian tafsiran isi, bagian evaluasi, dan bagian rangkuman.
Orientasi berisi gambaran umum karya sastra yang akan diulas, misalnya, berisi
tentang gambaran umum sebuah karya atau benda yang akan diulas. Gambaran
umum karya atau benda tersebut dapat berupa nama, kegunaan, dan sebagainya.
Tafsiran berisi pandangan sendiri mengenai karya atau benda yang diulas. Bagian
ini dilakukan setelah mengevaluasi karya atau barang tersebut. Pada bagian ini
penulis biasanya membandingkan karya atau benda tersebut dengan karya atau
benda yang mirip. Penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya yang
diulas. Evaluasi berisi pandangan penulis tentang karya, penampilan, dan produksi.
Bagian evaluasi juga berisi gambaran tentang detail suatu karya atau benda yang
diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri-ciri, dan kualitas karya tersebut. Rangkuman
berisi ulasan akhir tentang simpulan karya tersebut.
Kemendikbud (2014:119) membagi ciri kebahasaan teks ulasan menjadi
lima antara lain, menggunakan kata sifat (sikap), metafora, merujuk pada partisipan
tertentu, dan kalimat-kalimatnya cenderung panjang (menggunakan kalimat
kompleks). Kata sifat (sikap) adalah kata yang berfungsi mendeksripsikan pelaku
dalam penampilan fisik atau kepribadiannya. Misalnya, cerdas, bodoh, cantik. Kata
kerja yaitu kata yang mengandung makna perbuatan/aksi. Metafora merupakan kata
yang bukan makna sebenarnya, melainkan seperti sebuah kiasan. Misalnya, hati

14
[BUKU MODEL] January 1, 2018

yang lembut (baik hati). Rujukan kata dalam teks ulasan ditandai dengan adanya
kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Kalimat majemuk setara dan
bertingkat ditandai dengan adanya kalimat kompleks (kalimat majemuk), baik
kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.

c. Teks Debat
Debat memiliki arti penyampaian pendapat dari dua orang atau kelompok
yang berbeda disertai dengan alasan dan fakta yang kuat, sehingga pendengar yakin
akan memilih yang akan ia ikuti. Debat adalah proses saling bertukar pendapat
untuk membahas suatu isu dengan masing-masing pihak yang berdebat memberi
alasan. Apabila perlu, ditambah dengan informasi, bukti, dan data untuk
mempertahankan pendapat masing-masing. Hasil debat biasanya menghasilkan
sudut pandang baru yang bisa diterima kedua belah pihak (Kemendikbud, 2015).
Jadi, teks debat adalah teks yang berisi permasalahan kontroversial atau
masalah yang sedang hangat dibicarakan yang dibahas berdasarkan beberapa sudut
pandang yang berbeda yang menghasilkan sudut pandang baru. Debat merupakan
suatu kegiatan untuk mempertahankan pendapat dengan disertai argumen yang
mendukung pendapat.
Menurut kemendikbud (2015), karakteristik teks debat, yaitu sebagai
berikut. (1) Terdapat dua sudut pandang, yaitu afirmasi (pihak yang menyetujui
topik) dan oposisi (pihak yang tidak menyetujui topik). (2) Terdapat proses untuk
saling mempertahankan pendapat masing-masing. (3)Terdapat alasan yang logis
untuk mendukung pendapat.
Selain karakteristik tersebut, teks debat memiliki beberapa unsur, di
antaranya (a) mosi, (b) tim afirmasi, (c) tim oposisi, (d) tim netral, penonton/ juri
yang dipanggil, (e) moderator, dan (f) penulis. Mosi adalah permasalahan yang
diperdebatkan. Mosi menjadi dasar bagi pihak-pihak yang terlibat debat untuk
menentukan sikap apakah mendukung atau menolak mosi. Berdasarkan mosi,
semua pihak dapat menyiapkan argumen untuk mendukung pendapatnya tentang
mosi. Kemudian, tim afirmasi/pro adalah kelompok yang menyetujui atau
mendukung mosi yang disampaikan. Selanjutnya, tim oposisi/kontra adalah
kelompok yang menolak atau tidak mendukung mosi yang disampaikan. Tim netral
adalah tim yang menyampaikan jalan tengah atau solusi atas permasalahan yang

15
[BUKU MODEL] January 1, 2018

disampaikan. Moderator adalah seseorang yang memiliki tugas untuk mengatur


jalannya debat, membacakan tata tertib debat, memperkenalkan pembicara baik tim
pro, atau kontra, dan menyampaikan latar belakang masalah atas mosi yang
disampaikan. Unsur berikutnya, yaitu penulis atau notulis. Notulis adalah seseorang
yang bertugas mencatat jalannya debat dan menyampaikan hasil dari pelaksanaan
debat (Kemendikbud, 2015:179).
Keterampilan menulis teks debat secara tidak langsung dapat meningkatkan
ketelitian siswa dalam berargumen. Debat dapat mendorong para siswa untuk
meneliti teks kompleks, membahas berbagai perspektif suatu isu, dan menggunakan
suara mereka untuk mendukung untuk keadilan. Hal tersebut juga membantu siswa
untuk berpikir kritis (Mirra, N., Honoroff, B., Elgendy, S., dan Pietrzak, G., 2016).

2. Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL)


Menurut Mulyasa (2006:231), modul adalah suatu proses pembelajaran
mengenai suatu satuan bahasa tertentu yang disusun secara sistematis, operasional,
dan terarah. Modul memungkinkan siswa memperoleh kompetensi-kompetensi
yang belum dikuasai dan mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur
keberhasilan belajar. Prastowo (2012:106) menyatakan bahwa modul pada
dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa
yang mudah dipahami siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia, agar dapat
dipelajari secara mandiri dengan sedikit bantuan dari pendidik. Dengan modul,
siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan terhadap materi yang dibahas
pada setiap satu modul, apabila telah menguasainya maka dapat dilanjutkan pada
satu satuan modul tingkat lainnya.
Daryanto dan dan Dwicahyono (2014:189) menyatakan tujuan penulisan
modul sebagai berikut ini. (a) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan
agar tidak terlalu bersifat verbal. (b) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya
indera, baik peserta belajar maupun guru/instruktur. (c) Dapat digunakan secara
tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar,
mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan
sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pembelajar belajar mandiri
sesuai kemampuan dan minatnya. (d) Memungkinkan siswa atau pelajar untuk
mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

16
[BUKU MODEL] January 1, 2018

Asyar (2011:165) mengatakan bahwa struktur penulisan modul terdiri atas


beberapa hal berikut. (a) Bagian pembuka terdiri atas judul modul, daftar isi, serta
informasi berupa bagan tentang isi bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya,
daftar tujuan kompetensi, cek kemampuan awal. (b) Bagian inti terdiri atas tinjauan
umum materi berfungsi untuk memberikan gambaran umum tentang materi yang
disajikan dalam modul, mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan yang akan
dipelajari, hubungan materi dengan pelajaran lain, uraian materi merupakan
penjelasan terperinci tentang materi yang disampaikan dalam modul, penugasan
dan rangkuman. (c) Bagian penutup terdiri atas tes akhir berupa latihan yang dapat
dikerjakan siswa setelah mempelajari satu kegiatan dalam modul. Aturan umum
untuk tes akhir adalah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh siswa dalam waktu
sekitar 20% dari waktu mempelajari modul, daftar istilah berisi definisi-definisi
konsep yang dibahas dalam modul, indeks memuat istilah-istilah penting dalam
modul disertai halaman letak istilah tersebut ditemukan.
Widodo dan Jasmadi (dalam Asyar, 2011:159) menyebutkan beberapa
kaidah umum atau langkah-langkah kegiatan dalam proses penyusunan modul,
yaitu analisis kebutuhan modul, penyusunan naskah atau draft modul, uji coba,
validasi, revisi dan produksi. Analisis kebutuhan dilakukan dengan menelaah
komptensi sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Tahap penyusunan naskah
atau draf modul dilakukan dengan kegiatan memilih, menyusun, dan
mengorganisasikan materi pembelajaran, yaitu mencakup judul media, judul bab,
judul subbab, materi pembelajaran yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang perlu oleh pembaca dan daftar pustaka. Draft disusun secara sistematis
dalam satu kesatuan, sehingga dihasilkan suatu prototype modul yang siap diujikan.
Sebelum proses uji coba dilakukan, terlebih dahulu draft modul diserahkan kepada
tim ahli untuk diminta saran dan komentarnya tentang konten materi, pedagogik,
dan bahasa modul. Tahap uji coba dilaksanakan untuk mengetahui keterlaksanaan
dan manfaat serta efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran untuk bahan
revisi atau penyempurnaan sebelum diproduksi. Uji coba kedua dilaksanakan pada
kelompok siswa yang lebih besar (satu kelas). Tahap validasi dilakukan untuk
mendapatkan pengakuan kesesuaian modul dengan kebutuhan. Kesesuaian modul
mencakup empat aspek yaitu kelayakan isi, penyajian, kebahasaan, dan

17
[BUKU MODEL] January 1, 2018

kegrafikaan. Tahap revisi dan produksi dilaksakan setelah divalidasi oleh ahli.
Setelah diperbaiki sesuai dengan komentar ahli, modul diproduksi untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau disebarkan kepada pengguna
lainnya.
Modul pembelajaran dikembangkan berbasis Problem Based Learning
(PBL) atau dikenal dengan berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk
melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, dalam
Rusman, 2012:232). Sejalan dengan itu, Majid (2014:162) menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual, sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Bagi kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini
digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik
mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus
dipecahkan
Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang
lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri (Arends, dalam Hosnan, 2014:298). Model ini bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih
dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, dan tugas guru harus
memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan
diri. Pembelajaran berbasis masalahdigunakan dalam tingkat berpikir yang lebih
tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.

18
[BUKU MODEL] January 1, 2018

Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut. (a)


Penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner. (b) Penguasaan
keterampilan proses dan disiplin heuristic. (c) Belajar keterampilan pemecahan
masalah. (d) Belajar keterampilan kolaboratif. (e) Belajar keterampilan kehidupan
yang lebih luas (Rusman, 2012:233).
Hosnan (2014) menjabarkan karakteristik pembelajaran PBL, yang
dijelaskan sebagai berikut.
a. Pengajuan masalah atau pertanyaan. Pengaturan pembelajaran berkisar pada
masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat.
Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik,
jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu. Masalah yang diajukan
dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan
berbagai disiplin ilmu.
c. Penyelidikan yang autentik. Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran
berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu, penyelidikan diperlukan untuk
mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan
merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
menarik kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan dan memamerkan hasil karya. Pada pembelajaran berbasis
masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan
memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa
ditampilkan atau dibuatkan laporannya.
e. Kolaborasi. Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah
harus diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik dalam
kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antarsiswa dengan guru.

Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata
adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat
langsung apabila diselasaikan (Hosnan, 2014).

19
[BUKU MODEL] January 1, 2018

Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai


basis model dilaksanakan dengan mengikut prinsip-prinsip berikut (Majid,
2014:164-165). Pertama, konsep dasar (Basic Consept). Jika dipandang perlu, guru
dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan kunci utama
materi pembelajaran yang berupa garis besar yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran. Kedua, pendefenisian masalah (defining the problem). Dalam
langkah ini guru menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan, yaitu brainstorming,
melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fukus, menentukan
permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok dan mencari
referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Setiap langkah ini
dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
Ketiga, pembelajaran mandiri (self learning). Setelah mengetahui tugasnya,
masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu
yang sedang diinvestigasi. Keempat, pertukaran pengetahuan (exchange
knowledge). Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik
berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya, presentasi hasil dan menentukan
kesimpulan akhir. Kelima, penilaian (assesment) Penilaian dilakukan dengan
memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitute).

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, yaitu analisis inisial,


mengangkat isu-isu belajar, literasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan
masalah, integritas pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi (Rusman,
2012:233). Selajalan dengan pendapat sebelumnya, Hosnan (2014) menyatakan
bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima langkah
utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah
dan diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa.
a. Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pebelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

20
[BUKU MODEL] January 1, 2018

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefenisikan


dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong siswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan
model serta membantu berbagai tugas dengan temannya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu
siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-
proses yang mereka gunakan.
Model pembelajaran PBL memiliki beberapa kelebihan, yaitu (1) dengan
PBL akan terjadi pembelajaran bermakna, peserta didik belajar memecahkan suatu
masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau
berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan dan belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi yang
berkaitan dengan konsep diterapkan, (2) dalam situasi PBL, peserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, dan (3) PBL dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam
bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok (Kemendikbud, 2014:33).

21
[BUKU MODEL] January 1, 2018

BAB III
PENUTUP

Buku model ini diperuntukan untuk guru mata pelajaran bahasa Indonesia
kelas X SMA sebagai petunjuk untuk memahami penggunaan modul pembelajaran
menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning (PBL). Selain itu, buku
model ini dapat juga dimanfaatkan oleh mahasiswa, dosen, dan civitas pendidikan
lainnya untuk sebagai contoh pengembangan buku model untuk penelitian
pengembangan.
Buku model ini berisikan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan
dalam pembelajaran menulis teks beragumen Problem Based Learning (PBL).
Selain itu, buku model ini juga dilengkapi dengan beberapa penjelasan mengenai
model pembelajaran yang berisikan sintak, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem
pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring dalam pembelajaran
menggunakan modul. Buku model ini juga dilengkapi dengan teori-teori pendung
untuk memudahkan pembaca dalam memahami modul pembelajaran yang
dikembangkan.

22
[BUKU MODEL] January 1, 2018

DAFTAR RUJUKAN

Alarcon, J. B., Morales, K. N. S. (2011). Grammatical cohesion in student’s


argumentative essay. J English Lit. Vol. 2, No. 5. Pp. 114-127.
Alek, dan Achmad H.P. (2010). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Alwi, et al. (2003). Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ansarian, L., et. al. (2016). The Impact of Problem-Based Learning on Iranian EFL
Learners’ Speaking Proficiency. Advances in Language and Literary Studies.
Vol. 7 No. 3; June 2016. Pp. 84—94.
Anshori, D. S. 2003. Membaca dan menulis: tentang budaya yang gagap.
Mendamba Indonesia yang literat, Esai-esai Bahasa, Sastra, dan
pengajarannya. Bandung: FPBS Universitas Pendidikan Indonesia.
Asyhar, Rayandra. (2011). Kreatif mengembangkan media pembelajaran. Gaung
Persada Press, Jakarta.
Dalman. (2012). Keterampilan membaca. Jakarta: Rajawali Press.
Daryanto dan Dwicahyono A.. (2014). Pengembangan perangkat pembelajaran
(Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar). Gava Media: Yogyakarta.
Depdiknas. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Doddy, dkk. (2008). Developing English competencies 2: for senior high school
(SMA/MA) grade XI (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan.
Gündüz, A. Y., et. al. (2016). Design of a Problem-Based Online Learning
Environment and Evaluation of itsEffectiveness. The Turkish Online
Journal of Educational Technology. July 2016, volume 15 issue 3. Pp. 49—
57.
Halaluddin. (2016). Penerapan strategi ‘catalisting’ dalam menulis paragraf
prosesual. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Vol 3, No. 2, pp 216—228.
Hapsari, S. N. (2015). Pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap
kemampuan menulis narasi. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol 2, No. 2, pp 151—170.
Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Joyce & Weil, (2015) Models of teaching, 9th Edition. London: The Phoenix
Alliance

23
[BUKU MODEL] January 1, 2018

Knaap, P. & Watkints, M. (2005). Genre, text, grammar: technology for teaching
an assesing for teaching and assesing writing. Australia: University of New
South Wales Press.
Kridalaksana, H. (2008). Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. (2014). Teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013.
Rajawali Pers, Jakarta.
Majid, A. (2014). Implementasi kurikulum 2013: kajian teoretis dan praktis.
Bandung: Interes Media.
Mirra, N., Honoroff, B., Elgendy, S., dan Pietrzak, G. (2016). Reading and writing
eith a public purpose: fostering middle school students’ academic and
critical community literacies through debate. Journal of Language and
literacy education, vol. 12. Pp 1-22.
Moeliono, Anton, M. 2008. Kamus besar bahasa Indonesia edisi keempat. Jakarta:
Gramedia.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum yang disempurnakan: pengembangan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nippold, M. A. (2000). Language development during the adolescent years: aspects
of pragmatics, syntax, and semantics. Topic in Language Disorders. Vol.
20, No. 2. Pp. 15-28.
Kemendikbud. (2008). Kamus besar bahasa Indoensia. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Kemendikbud. (2013). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013.
Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Kemendikbud. (2014). Bahasa Indonesia ekspresi diri dan akademik: buku siswa
kelas X SMA. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Kemendikbud. (2015). Bahasa Indonesia: buku siswa kelas X SMA. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Prastowo. (2012). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. DIVA Press,
Yogyakarta.

Preiss, D. D., Carlos, J., Grigorenko, E. L., Manzi, J. (2013). Argumentative writing
and academic achievement: a longitudinal study. Learn Imdivid Diff. Vol. 28.
Pp. 204-211.
Pujiono, S. (2012). Berpikir kritis dalam literasi membaca dan menulis untuk
memperkuat jati diri bangsa. PIBSI XXXIV, hlm 778—782.
Rusman. 2012. Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme
guru. Jakarta: Rajawali Press.

24
[BUKU MODEL] January 1, 2018

Sholeh, K. (2014). Model participatory multiple intelegence (parmi) untuk


pembelajaran menulis karya ilmiah. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol 1, No. 2, pp 278—296.
Slamet, S. Y. (2007). Dasar-dasar keterampilan berbahasa Indonesia. Surakarta:
LPP UNP dan UNS Press.

Sudaryat, Y. (2009). Pembelajaran menulis berbasis modeling. Jurnal Pendidikan


dan Pembelajaran. Vol. 16, No. 1, pp 37—48.
Thahar, H. E. (2008). Kiat menulis cerita pendek. Bandung: Angkasa Bandung.

25

Anda mungkin juga menyukai