BUKU MODEL
Pengembangan Modul Pembelajaran
Menulis Teks Beragumen
Berbasis Problem Based Learning (PBL)
Kelas X SMA
1
[BUKU MODEL] January 1, 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. berkat rahmat dan karunia-
Nya, buku model ini dapat diselesaikan. Buku model ini merupakan filosofi yang
mendasari modul pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based
Learning (PBL) dengan judul modul Terampil Menulis Teks Beragumen untuk
SMA/MA Kelas X. Dengan demikian, buku model ini menjadi pedoman untuk
dibuatnya modul pembelajaran.
Pengembangan modul pembelajaran menulis teks beragumen berbasis
Problem Based Learning (PBL) untuk siswa kelas X SMA ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam melaksanakan proses pembelajaran bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, buku model ini memberikan panduan kepada guru
dalam melatih keterampilan menulis siswa. Selain itu, buku model ini berisi
konsep-konsep modul pembelajaran yang berbasis Problem Based Learning (PBL)
dan dilengkapi dengan teori-teori pendukung mengenai modul pembelajaran yang
dikembangkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
penyelesaian buku model ini. Buku model ini menjadi harapan agar model modul
pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning (PBL)
dapat dipahami dan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Buku model ini masih
merupakan draft dan belum merupakan hasil akhir. Penulis terbuka untuk segala
saran, masukan, dan kritikan agar dapat disempurnakan dan dapat dimaksimalkan
dalam penggunaannya. Penulis ucapkan terima kasih atas saran, masukan, dan
kritik yang diberikan. Semoga buku model ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Penulis
i
[BUKU MODEL] January 1, 2018
DAFTAR ISI
ii
[BUKU MODEL] January 1, 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1
[BUKU MODEL] January 1, 2018
2
[BUKU MODEL] January 1, 2018
pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia dijadikan sebagai sumber belajar
utama yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Buku ini
disusun oleh tim ahli dan diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 2015. Buku ini bisa didapatkan melalui cetak yang dipinjamkan oleh
sekolah atau dengan mendapatkan softcopy yang dapat diunduh di internet dan bisa
dicetak menjadi buku.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan tersebut, solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan mengembangkan suatu sumber belajar yang dapat
digunakan untuk menunjang penggunaan buku utama, salah satunya adalah sumber
belajar yang dibuat oleh guru. Pembuatan modul bertujuan untuk mendampingi
buku paket yang telah disebarkan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan pada
tahun 2015 terjadi lagi perevisian kurikulum serta KD yang dituntut di dalamnya.
Dengan demikian, buku paket merupakan satu-satunya pedoman yang dapat
digunakan guru dalam membantu proses pembelajaran.
Modul dikembangkan dengan mengikuti prinsip penyusunan, karakteristik
dan kaidah membuat modul. Hal tersebut dilakukan agar modul yang dirancang
dapat bermakna bagi pembelajaran menulis teksberargumen. Tahap pembuatan
modul dilakukan dengan cara menganalisis kebutuhan siswa, penyusunan naskah
modul, uji coba, validasi, dan revisi. Selain itu, dalam penyusunan modul juga akan
mengikuti prinsip pembelajaran, yaitu mulai dari yang mudah dipahami sampai
yang sulit dipahami.
Modul pembelajaran menulis teks berargumen dikembangkan berbasis
problem based learning (PBL). Konsep PBL ini sejalan dengan pendekatan
saintifik dan pembelajaran berbasis teks. Dengan demikian, PBL yang digunakan
sebagai basis pengembangan modul ini menghendaki pembelajaran menulis teks
berargumen yang dapat dilakukan secara mandiri dengan langkah-langkah dan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Pemilihan PBL sebagai basis model pembelajaran dilatarbelakangi oleh
penelitian yang telah dilakukan oleh Ansarian et.al. Menurut Ansarian et.al.,
(2016:1), model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan
keterampilan produktif, yaitu berbicara. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan, bahwa teks berargumen merupakan kemampuan menyampaikan
3
[BUKU MODEL] January 1, 2018
gagasan dan pendapat menjadi tulisan. Menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa produktif sama dengan keterampilan berbicara.
Pemilihan PBL sebagai basis model pembelajaran untuk pengembangan
modul juga dilatarbelakangi oleh penelitian yang dilakukan oleh Gunduz et.al.
tahun 2016. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pendekatan berbasis masalah
memberikan manfaat untuk meingkatkan aktivitas siswa dalam belajar seperti yang
dikemukan berikut ini. “Problem based learning approach present several
advantages such as improving student engagement in learning and fostering their
higher order thinking skill”.
Problem Based Learning (PBL) yang digunakan sebagai basis menyusun
modul pembelajaran ini disusun berdasarkan lima langkah. Kelima langkah tersebut
antara lain, orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Oleh karena itu, kelima langkah tersebut dijadikan sebagai landasan dalam
menyusun modul pembelajaran menulis teks beragumen.
Mengacu pada penjelasan yang telah dikemukakan maka diperlukan sebuah
buku model yang berguna untuk pembaca, terutama guru, untuk memahami hakikat
modul pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning
(PBL). Buku model ini dapat dijadikan pedoman untuk menggunakan modul
pembelajaran yang dikembangkan. Buku model yang akan disusun berisi teori-teori
mengenai keterampilan menulis yang dihubungkan dengan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL), modul pembelajaran keterampilan menulis yang
sesuai dengan Kurikulum 2013 (K-13).
4
[BUKU MODEL] January 1, 2018
BAB II
MODEL MODUL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERAGUMEN
BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
5
[BUKU MODEL] January 1, 2018
Sintak:
1. Orientasi terhadap masalah
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
3. Membimbing investigasi berkelompok dan individual.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. menganasis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pengembangan Model Modul Pembelajaran Menulis Teks
Prinsip Reaksi:
Beragumen Berbasis Problem Based Learning (PBL)
Sistem Sosial
Guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa melalui penggunaan
modul pembelajaran yang telah ada.
Siswa berperan sebagai pelaku aktif dalam pembelajaran.
Sistem Pendukung
1. Modul Pembelajaran
2. Buku Guru dan Buku Siswa
Dampak Interaksional
1. Peningkatan kemampuan menulis
2. Kemampuan memahami materi pembelajaran teks beragumen
baik berupa pengertian, struktur teks, kebahasaan teks, dsb.
3. Kemampuan menulis teks beragumen sesuai dengan struktur
dan ciri kebahasaan teks beragumen
Dampak pengiring
Jujur, Disiplin, Bertanggung jawab, Aktif, Kritis, Mandiri
6
[BUKU MODEL] January 1, 2018
7
[BUKU MODEL] January 1, 2018
8
[BUKU MODEL] January 1, 2018
2. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi berhubungan dengan cara penilaian guru terhadap kinerja
siswa di dalam kelas dan cara guru menanggapi proses pembelajaran yang telah
dilakukan oleh siswa. Misalnya, cara guru memahami, memperhatikan,
menanggapi, dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Selain itu, prinsip reaksi juga berhubungan dengan cara siswa belajar dan
memahami proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini berkaitan dengan cara
siswa bertanya, merespon pertanyaan guru, berpartisipasi dalam diskusi, membantu
temannya selama proses pembelajaran dan mengikuti instruksi-instruksi yang
diberikan guru selama pembelajaran.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial dalam pembelajaran ini berhubungan dengan peran guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Misalnya guru berperan sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran karena guru bertugas untuk mengarahkan siswa agar mampu
belajar dengan bahan ajar yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran,
sedangkan siswa akan diminta untuk menyusun pemahaman mereka sendiri melalui
pembelajaran yang dilakukan. Jadi, secara tidak langsung guru meminta siswa
untuk aktif dalam pembelajaran dengan menciptakan pemahaman mereka sendiri
mengenai materi yang dibahas. Pada pembelajaran ini, sistem sosial yang dilakukan
meliputi (a) memberikan pengarahan kepada siswa mengenai materi yang akan
dibahas, (b) penggunaan modul pembelajaran yang telah dibuat untuk membantu
siswa dalam belajar, dan (c) memberikan kebebasan bagi siswa untuk menyusun
pemahaman mereka terhadap materi.
9
[BUKU MODEL] January 1, 2018
4. Prinsip Pendukung
Sistem pendukung berkaitan dengan kondisi-kondisi serta sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran yang akan
dilakukan. Misalnya alat dan bahan, bahan ajar, modul pembelajaran, alat tes,
kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.selain itu, juga diperlukan sarana-sarana
penunjang yang akan membantu efektivitas pembelajaran dengan baik, misalnya
ketersediaan infokus, papan tulis, serta spidol dan bahan bacaan-bahan bacaan yang
akan digunakan selama proses pembelajaran dan membantu siswa selama
pembelajaran.
B. Teori Pendukung
Pada bagian ini dijelaskan teori-teori yang berkaitan dengan Modul
pembelajaran menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning (PBL).
10
[BUKU MODEL] January 1, 2018
Teori-teori yang dimaksudkan dalam subbab ini, yaitu (1) pembelajaran menulis
teks beragumen, dan (2) modul pembelajaran berbasis Problem Based Learning
(PBL). Penjelasan mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran Menulis Teks Beragumen
Keterampilan menulis merupakan keterampilan bahasa yang digunakan
manusia sebagai komunikasi secara tidak langsung. Penulis harus mampu berpikir
secara tepat untuk memilih kata dan variasi kalimat yang akan digunakan sehingga
tulisannya dapat dipahami oleh pembaca. Menulis adalah suatu bentuk berpikir
karena memerlukan proses, yaitu saat mengumpulkan ide, gagasan, ataupun
khayalan yang dituangkan dallam bentuk kata dan kalimat (Hapsari, 2015:153).
Halaluddin (2016:207), menyatakan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan menuangkan ide, pikiran, dan gagasan dari penulis ke dalam media tulis.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak mudah karena melibatkan banyak
aspek. Berdasarkan hal tersebut, maka peserta didik harus dibimbing secara dini
tentang bagaimana menulis dengan bak, mengorganisasikan tulisan secara
sistematis, sampai memilih topik yang sesuai dan aktual. Sementara itu, Pujiono
(2012:778) menyatakan bahwa menulis merupakan aktivitas berpikir yang
diwujudkan dalam susunan huruf-huruf yang mempunyai makna. Isi tulisan akan
mencirikan kepribadian penulis sesuai dengan karakter bahasa yang dikuasai.
Secara umum bahasa yang dipakai sesuai dengan tujuan dan karakter penulisnya.
Kualitas berbahasa seseorang mencerminkan kualitas berpikirnya. Artinya
terdapat hubungan yang sangat erat antara kemampuan berbahasa dengan
kemampuan berpikir dan bernalar. Olson (1977) menyatakan bahwa berbahasa
(khususnya menulis) dan berpikir merupakan suatu proses yang saling bergantung
dan melahirkan makna (Sholeh, 2014:281). Sejalan dengan itu, Thahar (2008:12)
menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan intelektual. Seorang yang
intelektual ditandai dengan kemampuannya mengekspresikan jalan pikirannya
melalui tulisan dengan media bahasa yang sempurna.
Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan proses menyampaikan ide, gagasan, dan pikiran melalui
tulisan. Tulisan tersebut bisa berupa penyampaikan gagasan yang bersifat ilmiah
dan tulisan yang berisikan cerita yang berasal dari kreatifitas penulis. Salah satu
11
[BUKU MODEL] January 1, 2018
jenis teks adalah teks beragumen. Teks argumen merupakan teks yang berisikan
opini penulis berdasarkan fakta-fakta yang ada. Teks yang termasuk jenis teks
beragumen ada beberapa macam, untuk penelitian dan pengembangan modul
pembelajaran ini dibatasi menjadi tiga teks yaitu teks eksposisi, teks ikhtisar dan
teks debat. Penjelasan mengenai teks-teks tersebut adalah sebagai berikut.
a. Teks Eksposisi
Menurut Mahsun (2014:31), teks eksposisi berisi paparan gagasan atau
usulan tentang sesuatu yang bersifat pribadi. Oleh kerena itu, teks eksposisi dapat
dikategorikan sebagai teks berargumen satu sisi. Lebih lanjut, Kemendikbud
(2014:78) menjelaskan bahwa teks eksposisi merupakan genre teks berisi gagasan
yang bertujuan agar orang lain memahami pendapat yang disampaikannya.
Gagasan tersebut disampaikan oleh penulis atau pembicara berdasarkan sudut
pandang tertentu. Untuk menguatkan gagasan yang disampaikan, penulis atau
pembicara harus menyertakan alasan-alasan logis. Menurut Doddy (2008:62),
fungsi teks eksposisi adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa ide yang
disampaikan adalah hal yang penting.
Kemendikbud (2014:78) mengemukan tiga struktur teks eksposisi yaitu
tesis, berargumen, dan pernyataan ulang. Tesis atau pernyataan pendapat adalah
bagian pembuka dalam teks eksposisi. Bagian tersebut berisi pendapat umum yang
disampaikan penulis terhadap permasalahan yang diangkat dalam teks eksposisi.
Berargumen merupakan unsur penjelas untuk mendukung tesis yang disampaikan.
Berargumen dapat berupa alasan logis, data hasil temuan, fakta-fakta, bahkan
pernyataan para ahli. Argumen yang baik harus mampu mendukung pendapat yang
disampaikan penulis atau pembicara. Penegasan ulang bertujuan untuk menegaskan
pendapat awal serta menambah rekomendasi atau saran terhadap permasalahan
yang diangkat.
Menurut Doddy (2008:62), tesis adalah sebuah teks yang memperkenalkan
sebuah topik dan menunjukkan posisi penulis, serta menguraikan pendapat utama
yang akan disajikan. Tesis juga merupakan gambaran atau aba-aba tentang apa yang
akan dibahas oleh penulis. Berargumen adalah pendapat-pendapat utama yang
diuraikan sebelumnya, mengembangkan dan mendukung masing-masing pendapat.
Penegasan ulang pendapat merupakan bagian akhir dari sebuah teks eksposisi yang
12
[BUKU MODEL] January 1, 2018
berupa penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta
dalam bagian berargumen. Pada bagian ini pula bisa disematkan hal-hal yang patut
diperhatikan atau dilakukan supaya pendapat atau prediksi penulis dapat terbukti.
Kemendikbud (2014:96) mengungkapkan ciri-ciri kebahasaan teks
eksposisi sebagai berikut. Pertama, menggunakan pronomina. Menurut Alwi et.al
(2003:249), pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina
lain. Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk mengganti nomina.
Pronomina yang sering digunakan seperti, kita, kami, dan saya. Kedua,
menggunakaan konjungsi. Menurut Kridalaksana (2008:99), konjungsi adalah
katagori yang berfungsi untuk meluaskan sesuatu yang lain dalam kontruksi
hipotesis dan selalu menghubungkan dua klausa atau lebih. Selanjutnya, Moeliono
(2008:724) mengungkapkan konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk
menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa,
kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf. Konjungsi atau kata
sambung dapat dikatakan sebagai kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau
lebih. Konjungsi yang banyak digunakan adalah pada kenyataannya, kemudian,
dan lebih lanjut. Ketiga, adanya berargumen satu sisi, yaitu sisi yang mendukung
atau sisi yang menolak pernyataan pendapat.
b. Teks Ulasan
Menurut Kemendikbud (2014:114), teks ulasan (review text) adalah
tinjauan, ringkasan buku atau yang lain untuk koran atau penerbitan. Menurut
Depdiknas (2008), ulasan bisa disebut dengan istilah kupasan, tafsiran ataupun
komentar terhadap suatu hal. Teks ulasan dikenal juga dengan resensi. Thahar
(2008:92) menjelaskan bahwa secara etimologi resensi berasal dari bahasa Belanda
yaitu recensie dan bahasa Latin yaitu resenso yang berarti memeriksa kembali,
meninjau, atau menimbang. Dalam bahasa Inggris, ulasan atau resensi disebut
review tentang suatu laporan tanpa kritik tentang suatu peristiwa. Kemudian,
Dalman (2012:166) menyatakan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang
membahas isi sebuah buku, termasuk kelemahan dan keunggulan untuk diberikan
kepada pembaca.
Alek dan Achmad (2011:133) mengemukakan beberapa pengertian tentang
resensi menurut istilah sebagai berikut. (1) Webster Collegatte Dictinary (1995)
13
[BUKU MODEL] January 1, 2018
14
[BUKU MODEL] January 1, 2018
yang lembut (baik hati). Rujukan kata dalam teks ulasan ditandai dengan adanya
kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Kalimat majemuk setara dan
bertingkat ditandai dengan adanya kalimat kompleks (kalimat majemuk), baik
kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.
c. Teks Debat
Debat memiliki arti penyampaian pendapat dari dua orang atau kelompok
yang berbeda disertai dengan alasan dan fakta yang kuat, sehingga pendengar yakin
akan memilih yang akan ia ikuti. Debat adalah proses saling bertukar pendapat
untuk membahas suatu isu dengan masing-masing pihak yang berdebat memberi
alasan. Apabila perlu, ditambah dengan informasi, bukti, dan data untuk
mempertahankan pendapat masing-masing. Hasil debat biasanya menghasilkan
sudut pandang baru yang bisa diterima kedua belah pihak (Kemendikbud, 2015).
Jadi, teks debat adalah teks yang berisi permasalahan kontroversial atau
masalah yang sedang hangat dibicarakan yang dibahas berdasarkan beberapa sudut
pandang yang berbeda yang menghasilkan sudut pandang baru. Debat merupakan
suatu kegiatan untuk mempertahankan pendapat dengan disertai argumen yang
mendukung pendapat.
Menurut kemendikbud (2015), karakteristik teks debat, yaitu sebagai
berikut. (1) Terdapat dua sudut pandang, yaitu afirmasi (pihak yang menyetujui
topik) dan oposisi (pihak yang tidak menyetujui topik). (2) Terdapat proses untuk
saling mempertahankan pendapat masing-masing. (3)Terdapat alasan yang logis
untuk mendukung pendapat.
Selain karakteristik tersebut, teks debat memiliki beberapa unsur, di
antaranya (a) mosi, (b) tim afirmasi, (c) tim oposisi, (d) tim netral, penonton/ juri
yang dipanggil, (e) moderator, dan (f) penulis. Mosi adalah permasalahan yang
diperdebatkan. Mosi menjadi dasar bagi pihak-pihak yang terlibat debat untuk
menentukan sikap apakah mendukung atau menolak mosi. Berdasarkan mosi,
semua pihak dapat menyiapkan argumen untuk mendukung pendapatnya tentang
mosi. Kemudian, tim afirmasi/pro adalah kelompok yang menyetujui atau
mendukung mosi yang disampaikan. Selanjutnya, tim oposisi/kontra adalah
kelompok yang menolak atau tidak mendukung mosi yang disampaikan. Tim netral
adalah tim yang menyampaikan jalan tengah atau solusi atas permasalahan yang
15
[BUKU MODEL] January 1, 2018
16
[BUKU MODEL] January 1, 2018
17
[BUKU MODEL] January 1, 2018
kegrafikaan. Tahap revisi dan produksi dilaksakan setelah divalidasi oleh ahli.
Setelah diperbaiki sesuai dengan komentar ahli, modul diproduksi untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau disebarkan kepada pengguna
lainnya.
Modul pembelajaran dikembangkan berbasis Problem Based Learning
(PBL) atau dikenal dengan berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk
melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, dalam
Rusman, 2012:232). Sejalan dengan itu, Majid (2014:162) menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual, sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Bagi kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini
digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik
mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus
dipecahkan
Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang
lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri (Arends, dalam Hosnan, 2014:298). Model ini bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih
dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, dan tugas guru harus
memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan
diri. Pembelajaran berbasis masalahdigunakan dalam tingkat berpikir yang lebih
tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.
18
[BUKU MODEL] January 1, 2018
Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata
adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat
langsung apabila diselasaikan (Hosnan, 2014).
19
[BUKU MODEL] January 1, 2018
20
[BUKU MODEL] January 1, 2018
21
[BUKU MODEL] January 1, 2018
BAB III
PENUTUP
Buku model ini diperuntukan untuk guru mata pelajaran bahasa Indonesia
kelas X SMA sebagai petunjuk untuk memahami penggunaan modul pembelajaran
menulis teks beragumen berbasis Problem Based Learning (PBL). Selain itu, buku
model ini dapat juga dimanfaatkan oleh mahasiswa, dosen, dan civitas pendidikan
lainnya untuk sebagai contoh pengembangan buku model untuk penelitian
pengembangan.
Buku model ini berisikan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan
dalam pembelajaran menulis teks beragumen Problem Based Learning (PBL).
Selain itu, buku model ini juga dilengkapi dengan beberapa penjelasan mengenai
model pembelajaran yang berisikan sintak, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem
pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring dalam pembelajaran
menggunakan modul. Buku model ini juga dilengkapi dengan teori-teori pendung
untuk memudahkan pembaca dalam memahami modul pembelajaran yang
dikembangkan.
22
[BUKU MODEL] January 1, 2018
DAFTAR RUJUKAN
23
[BUKU MODEL] January 1, 2018
Knaap, P. & Watkints, M. (2005). Genre, text, grammar: technology for teaching
an assesing for teaching and assesing writing. Australia: University of New
South Wales Press.
Kridalaksana, H. (2008). Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. (2014). Teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013.
Rajawali Pers, Jakarta.
Majid, A. (2014). Implementasi kurikulum 2013: kajian teoretis dan praktis.
Bandung: Interes Media.
Mirra, N., Honoroff, B., Elgendy, S., dan Pietrzak, G. (2016). Reading and writing
eith a public purpose: fostering middle school students’ academic and
critical community literacies through debate. Journal of Language and
literacy education, vol. 12. Pp 1-22.
Moeliono, Anton, M. 2008. Kamus besar bahasa Indonesia edisi keempat. Jakarta:
Gramedia.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum yang disempurnakan: pengembangan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nippold, M. A. (2000). Language development during the adolescent years: aspects
of pragmatics, syntax, and semantics. Topic in Language Disorders. Vol.
20, No. 2. Pp. 15-28.
Kemendikbud. (2008). Kamus besar bahasa Indoensia. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Kemendikbud. (2013). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013.
Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Kemendikbud. (2014). Bahasa Indonesia ekspresi diri dan akademik: buku siswa
kelas X SMA. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Kemendikbud. (2015). Bahasa Indonesia: buku siswa kelas X SMA. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Prastowo. (2012). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. DIVA Press,
Yogyakarta.
Preiss, D. D., Carlos, J., Grigorenko, E. L., Manzi, J. (2013). Argumentative writing
and academic achievement: a longitudinal study. Learn Imdivid Diff. Vol. 28.
Pp. 204-211.
Pujiono, S. (2012). Berpikir kritis dalam literasi membaca dan menulis untuk
memperkuat jati diri bangsa. PIBSI XXXIV, hlm 778—782.
Rusman. 2012. Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme
guru. Jakarta: Rajawali Press.
24
[BUKU MODEL] January 1, 2018
25