Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN

PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI


PUSKESMAS MANAHAN SOLO

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
NADYA PUSPITA ADRIANA
F 100.100.134

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN
PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI
PUSKESMAS MANAHAN SOLO

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana S-1 Psikologi

Oleh :
NADYA PUSPITA ADRIANA
F 100.100.134

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii
PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN
PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI
PUSKESMAS MANAHAN SOLO

Nadya Puspita Adriana


Dra. Partini, M.Si
puspita.cilik@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi : Penasun atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah


Injection Drug User's (IDU's) menjadi salah satu faktor risiko utama penularan HIV
AIDS pada beberapa tahun terakhir. Ditingkat nasional faktor penyebab HIV AIDS
mencapai angka 42% sedangkan di Jawa Tengah 21%. WHO memberikan upaya
pencegahan dengan program Harm Reduction atau pengurangan dampak buruk, salah
satunya Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Program ini adalah program yang
memberikan layanan rumatan atau pemeliharaan yang diberikan kepada penasun, yaitu
dengan menyediakan dan memberikan metadon (sebagai obat legal) yang dikonsumsi
secara oral (dengan cara diminum), sebagai pengganti NAPZA (obat illegal) yang
biasanya dikonsumsi dengan cara menyuntikkan ke tubuh. Kenyataannya, pada saat
dilakukan terapi banyak penasun yang mengalami kecemasan. Salah satu cara untuk
mengatasi kecemasan pada pengguna narkoba suntik (Penasun) yaitu dengan
menggunakan konseling yang rutin di Puskesmas Manahan Solo. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap penurunan kecemasan pada pasien terapi
rumatan metadon.
Guna mendeskripsikan secara mendalam pengaruh konseling terhadap penurunan
kecemasan pada pasien terapi program rumatan metadon, maka dilakukan penelitian
dengan menggunakan metode pendekatan eksperimen. Subjek dalam penelitian ini
berasal dari Pasien Program Terapi Rumatan Metadon berjumlah 30 pasien dan data ini
diambil dari 23 pasien yang termasuk dalam kategori memiliki kecemasan tinggi
berdasarkan skala TMAS. Peneliti ini menggunakan rancangan eksperimen one group
design. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengukuran menggunakan
uji wilcoxon, dimana diperoleh hasil uji wilcoxon untuk skala TMAS sebesar 0,000
dengan p<0.05. Dengan uji Z post1 ke pre sebesar -4,214 dan hasil Uji Z post2 ke post1
sebesar -4,376. Rerata skor TMAS sebelum perlakuan sebesar 39,91 sedangkan rerata
kecemasan setelah diberi konseling sebesar 30,87 dan rerata kecemasan setelah konseling
sebesar 28,5. Berdasarkan hasil uji-z dan hasil rerata dapat dismpulakan bahwa ada
pengaruh yang sangat signifikan dengan pemberian konseling terhadap penurunan
kecemasan. Dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa hipotesis yang menyatakan
bahwa konseling berpengaruh terhadap penurunan kecemasan dapat diterima

Kata Kunci :
Pengaruh, Kecemasan, dan Konseling

v
PENDAHULUAN
Permasalahan narkotika bujukan, atau tekanan dari
di Indonesia menunjukkan gejala seseorang maupun kawan sebaya.
yang mengkhawatirkan. Dari pemakaian sekali, kemudian
Berdasarkan penelitian yang beberapa kali dan akhimya
dilakukan oleh BNN dan menjadi ketergantungan terhadap
Puslitkes UI pada 10 kota besar zat yang digunakan. Dampak
di Indonesia menunjukkan data yang ditimbulkan tergantung
sebagai berikut. Dari total pada jenis NAPZA yang
populasi sejumlah 3,2 juta orang, digunakan dan cara
jumlah penyalah guna sebesar menggunakannya, dapat terjadi
1,5%, dengan kisaran 2,9 sampai berbagai masalah medis seperti
3,6 juta, terdiri dari 69% infeksi human immunodeficiency
kelompok teratur pakai dan 31 virus/ auto immunodeficiency
persen kelompok pecandu. Dari syndrome (HTV/ AIDS),
kelompok teratur pakai terdiri hepatitis C atau B, kecemasan,
dari penyalahguna ganja (71%), depresi, dan psikosis.
shabu (50%), ekstasi (42%), Pada beberapa tahun
penenang (22%). Singkatnya, terakhir, angka penderita
untuk kasus Indonesia tingkat HIV/AIDS di Jawa Tengah
angka kematian di kalangan meningkat sangat fantastis. Pada
pecandu adalah 1,5 per tahun tahun 2000 hanya ditemukan 14
yaitui 5 ribu orang per tahun kasus, tapi tahun 2009 sudah
(BNN dan Puslitkes UI, 2004 ). menjadi 2290 penderita. Faktor
Penyalahgunaan Narkotika, risiko utama penyebab penyakit
Psikotropika dan Zat Adiktif ini adalah akibat hubungan
lainnya (NAPZA) biasanya seksual dan Pengguna Napza
dimulai dengan pemakaian yang Suntik atau Penasun.
pertama kalinya pada saat usia Diperkirakan ke depan, Penasun
SD atau SMP karena tawaran, akan menjadi faktor risiko utama

1
menggeser hubungan seksual. dengan menggunakan jarum
Penasun atau dalam suntik bekas dan tidak steril.
bahasa Inggris dikenal dengan Seperti diketahui bahwa salah
istilah Injection Drug User's satu penularan HIV AIDS dapat
(IDU's) menjadi salah satu faktor terjadi karena penggunaan jarum
risiko utama penularan HIV suntik bekas yang tidak steril.
AIDS pada beberapa tahun Jarum suntik bekas dari
terakhir. Ditingkat nasional pengguna NAPZA yang
faktor penyebab HIV AIDS pada menderita penyakit HIV AIDS
kelompok ini sudah mencapai dapat menularkan kepada
angka 42% sedangkan di Jawa penasun yang lain. Karena virus
Tengah tercatat 21%. Di di dalam darah penasun yang
beberapa kota besar seperti terinfeksi, dapat bertahan di
Jakarta, Medan dan Surabaya dalam jarum suntik selama 4
bahkan telah menggeser minggu
hubungan seksual sebagai WHO memberikan upaya
penyebab nornor satu dengan pencegahan dengan program
angka prevalensi sebesar 56%. Harm Reduction atau
Hal ini semakin membuktikan pengurangan dampak buruk.
bahwa penularan HIV AIDS Istilah ini digunakan oleh WHO
melalui penggunaan jarum suntik untuk kegiatan yang dilakukan
NAPZA akan menjadi penular yang bertujuan untuk mengurangi
utama dan mungkin hal tersebut dampak buruk akibat penggunaan
akan terus menjadi pola jarum suntik di kalangan
penularan utama (Depkes penasun. Program ini tidak hanya
RI,2009). untuk mengurangi dampak buruk
Survei perilaku penasun akibat tertular HIV/AIDS, tetapi
yang dilakukan pada tahun 2000, juga penyakit lain yang
menunjukkan bahwa para ditularkan melalui penggunaan
penasun menggunakan jarum jarum suntik. Ada 12 kegiatan
suntik secara bersama-sama yang termasuk dalarn program

2
ini, salah satunya yang sedang NAPZA dari sindrom
dikembangkan pelayanannya ketergantungan obat-obatan,
oleh pemerintah Indonesia di sehingga digunakan dalam
Puskesmas dan Rumah Sakit, pengobatan dan rumatan terhadap
adalah Program Terapi Rumatan penasun yang menyuntikkan
Metadon (PTRM). Program ini napza golongan opiodis seperti
adalah program yang heron dan morpin tersebut.
memberikan layanan rumatan Peraturan Menteri
atau pemeliharaan yang diberikan Koordinator Kesejahteraan
kepada penasun, yaitu dengan Rakyat
menyediakan dan memberikan No.02/Permenko/Kesra/l/2007
metadon (sebagai obat legal) tentang Kebijakan Nasional
yang dikonsumsi secara oral Penangulangan HIV AIDS dan
(dengan cara diminum), sebagai Kepmenkes RI
pengganti NAPZA (obat illegal) No.494/Menkes/SK/VII/2006
yang biasanya dikonsumsi tentang Pedoman PTRM di
dengan cara menyuntikkan ke Rumah Sakit dan Satelit Uji
tubuh. Program ini merupakan coba. Klinik PTRM pertamakali
program pemeliharaan jangka dilaksanaan pada tahun 2006 di
panjang yang dapat diberikan RS Ketergantungan Obat, RSUP
hingga 2 tahun atau lebih. Hasan Saditdn, RSU Soetomo
Metadon sendiri adalah Surabaya dan RSU Sanglah Bali.
heroin sintetik. Ditemukan Di Jawa Tengah program ini
pertama kali di Jerman pada awalnya dilaksanakan di RS
tahun 1937. Secara kimiawi Kariadi Semarang pada tahun
metadon tidak sama dengan 2008. Agar lebih mendekatkan
heroin dan morpin, namun lagi pelayanan ini kepada
menimbulkan efek yang sama masyarakat terutama kepada
dengan kedua zat tersebut. komunitas penasun, tahun 2009
Didalam tubuh, metadon dapat melalui lembaga donor HCPI
menstabilkan kondisi pengguna (HIV Coorporation Program for

3
Indonesia). Program PTRM dapat mengikuti program terapi
pertamakali dikembangkan di 2 rumatan metadon. Terapi ini

Puskesmas di Jawa Tengah yang ditangani oleh 1 dokter /psikiater, 4


perawat dan 2 asisten apoteker. Pada
di wilayahnya terdapat banyak
saat konseling pasien harus
komunitas Penasun, yaitu
didampingi oleh orang tua atau
Puskesmas Manahan Surakarta
orang yang dianggap bertanggung
dan Puskesmas Poncol Kota
jawab. Waktu konseling yang
Semarang. dilakukan untuk pasien beragam,
Observasi yang telah sesuai kebutuhan individu atau
dilakukan oleh peneliti di pasien karena tergantung dari berapa
Puskesmas Manahan Solo, pada lama pasien memakai heroin dan
tanggal 30 Januari 2014, memulai terjangkit HIV, dan batas maksimal
klinik IMS (Infeksi Menular adalah 2 tahun terapi. Namun dalam
Seksual) pada tahun 2006, dan pada kenyataanya pada saat dilakukan
tahun itu juga dibuka klinik untuk terapi banyak penasun yang
screening pemeriksaan HIV. Dan mengalami kecemasan. Gangguan
pada tahun 2009 untuk mengikuti
kecemasan menurut Taylor (dalam
program dari pemerintah, dibukalah
Leonard dan Supardi, 2010)
klinik untuk terapi rumatan
mengatakan bahwa kecemasan
metadon. Pada awal berdirinya,
adalah suatu pengalaman
klinik ini mempunyai 20 pasien.
Seiring berjalannya waktu pasien
subjektif mengenai ketegangan

program terapi rumatan metadon ini mental yang menggelisahkan


bertambah banyak, hingga saat ini sebagai reaksi umum dan
ada 118 pasien. Setiap harinya klinik ketidakmampuan menghadapi
tersebut melakukan terapi untuk masalah atau adanya rasa aman.
kurang lebih 40 orang. Itulah Perasaan yang tidak
mengapa Puskesmas Manahan Solo menyenangkan ini umunmya
adalah Puskesmas terbaik di Jawa
menimbulkan gejala-gejala
Tengah. Program ini hanya
fisiologis (seperti gemetar,
dilakukan pada penderita
berkeringat, detak jantung
ketergantungan heroin jika
meningkat, dll) dan gejala
ketergantunggannya sabu tidak

4
psikologis (seperti panik, tegang, biasa saja tanpa konseling (Ward
bingung, tak dapat et al., 1998, cit. Departemen of
berkonsentrasi, dan sebagainya). health and Wellness New
Amato, dkk (2004) telah Brunswick, 2005).
memeriksa 12 penelitian yang Pengobatan dan dukungan
membandingkan 8 intervensi layanan seperti konseling
psikososial, yang ditambahkan tersebut telah terbukti menjadi
pada terapi rumatan metadon. bagian pengobatan yang penting
Tinjauan tersebut menyatakan untuk hasil yang dikatakan
bahwa terdapat keuntungan berhasil (National Consensus
intervensi psikososial dalam Development Panel, 1998).
melakukan tindakan penurunan Terapis mengajak penasun
pemakaian heroin selama dengan berbagai pennasalahan
dilakukan terapi rumatan hidup yang menyertainya untuk
metadon. Selain itu penambahan berpikir logis serta
konseling pada terapi rumatan memperhitungkan resiko dan
metadon (selain konseling dasar) konsekuensinya. Dan untuk
yang berhubungan dengan memahami perubahan tahapan
beberapa hal seperti efikasi, perilaku yang dilakukan atau
memperbaiki resistensi pasien, yang ditampilkan oleh penasun.
adanya penurunan penggunaan Maka dari latar belakang
zat terlarang (illicit drug), dan di atas, penulis berkeinginan
memperbaiki efikasi program. mengangkat topik penelitian
Selain itu ditemukan pula pada dengan rumusan masalah yang
penelitian lainnya yang berjudul pengaruh konseling
mengatakan bahwa, terapi terhadap penurunan kecemasan
rumatan metadon dengan pada pasien terapi rumatan
ditambah konseling mempunyai metadon di puskesmas Manahan
hasil yang lebih baik untuk solo.
pasien dibandingkan dengan Tujuan dari penelitian ini
terapi rumatan metadon yang adalah untuk mengetahui

5
pengaruh konseling terhadap dalam penelitian ini
penurunan kecemasan pada menggunakan TMAS
pasien terapi rumatan metadon di (Sarason, 2010). Skala ini
Puskesman Manahan Solo terdiri dari 50 jenis
pertanyaan. Jawaban dari tipe
METODE PENELITIAN pertanyaan tersebut adalah
Variabel yang digunakan "ya" atau "tidak" dengan
untuk penelitian ini adalah variabel memberi tanda (X) pada
tergantung (Kecemasan) dan variabel kolom "ya" atau '•tidak". Tiap
bebas (Konseling). Subjek penelitian jawaban yang cocok dengan
yang digunakan dalam penelitian ini kuncinya diberi nilai 1 (satu),
adalah pasien Program terapi jadi nilai total adalah 0
Rumatan Metadon yang berjumlah sampai 50.
30 subjek. Kriteria pemilihan subjek Teknik analisis data yang
adalah pasien aktif Program Terapi digunakan dalam penelitian ini
Rumatan Metadon, bersedia menjadi adalah teknik analisis wilcoxon, one
responden dan pasien pengguna group design.
NAPZA suntik.
Metode pengumpulan data HASIL PENELITIAN DAN
pada penelitian ini menggunakan PEMBAHASAN
pendekatan eksperimen dengan
menggunakan data skala yaitu skala Berdasarkan hasil penelitian
kecemasan atau TMAS. yang diperoleh, hasilnya sesuai
a. Skala Taylor Manifest dengan landasan teori dan pada uji
Anxiety Scale (TMAS) untuk hipotesis, yaitu didapatkan adanya
mengukur ada tidaknya pengaruh konseling terhadap
kecemasan pada responden. penurunan kecemasan pada pasien
Skala ini dibuat pada tahun terapi rumatan metadon di
1953 oleh Taylor . Puskesmas Manahan Surakarta.
Pengukuran ada tidaknya Dari hasil pengolahan data
kecemasan pada subyek menggunakan spss versi 15.0 dengan

6
uji Wilcoxon didapatkan rerata atau psikiater yang mendampingi, hal
kecemasan pre sebesar 39,91 rerata ini juga dibuktikan dari hasil
post1 sebesar 30,87 dan rerata post2 wawancara yang telah dilakukan
sebesar 28,5 dan uji Z post1 ke pre kepada 3 pasien bahwa pasien
sebesar -4,214 dengan signifikansi merasakan adanya perubahan dalam
yang diperoleh adalah 0,000 (p<0,05) hidupnya, paisen merasakan lebih
nilai p kurang dari 0,05 maka dapat optimis dan lebih semangat dalam
dikatakan ada pengaruh yang menjalani hidup, pasien selalu
signifikan antara konseling dengan menyemangati dirinya sendiri bahwa
penurunan kecemasan pada pasien sekarang adalah kehidupan baru
terapi rumatan metadon di pasien, dan pasien akan diterima oleh
Puskesmas Manahan Solo. Artinya, masyarakat dengan begitu pasien
semakin tinggi skor maka semakin tidak takut lagi berbaur dengan
tingkat kecemasan begitu juga lingkungan sekitar. Serta adanya
sebaliknya semakin rendah skor dukungan dari keluarga pasien, baik
semakin juga rendah tingkat orangtua maupun istri pasien untuk
kecemasannya. hal ini terjadi menjadi individu yang lebih baik
dikarenakan skor pre lebih tinggi lagi. Dan dari hasil tersebut, maka ke
disbandingkan dengan skor post1, 30 pasien tidak mengikuti konseling
penurunan ini terjadi karena lanjutan.
pemberian konseling pada pasien Konseling sendiri adalah
selama 4 kali dalam dua minggu percakapan antara dua orang atau
sehingga terjadi penurunan lebih (konselor dan konseli) yang
kecemasan yang dialami oleh pasien bertujuan untuk membantu
Program terapi Rumatan Metadon. memecahkan masalah konseli/klien
Hasil Uji Z post2 ke post1 sebesar - dan dapat mengubah
4,376 kelompok ini juga mengalami gagasan/pikiran, keyakinan tentang
penurunan hal ini dikarenakan diri konseli sendiri guna untuk
walaupun pasien tidak mendapatkan berperilaku lebih baik di kehidupan
konseling namun pasien melakukan mereka. Hal ini sesuai dengan teori
hal-hal yang disarankan oleh dokter Menurut Proscha dan Diclementi

7
(1998) perubahan perilaku itu sendiri dengan hal-hal baru terutama hal-hal
ada beberapa faktor antara lain yang positif untuk masa depannya.
tahapan perilaku prakontemplasi, Hal ini sesuai dengan aspek
kontemplasi, preparasi, aksi dan konseling yang dikemukakan oleh
rumatan. Pada masa prakontemplasi Saam,2013 aspek konseling yaitu:
dan kontemplasi, klien belum konseling sebagai suatu proses,
melakukan persiapan guna berubah. konseling sebagai hubungan
Pada tahap persiapan klien telah terapeutik, konseling merupakan
mengambil keputusan dan berencana usaha bantuan, konseling
mengubah perilaku meski masih mengarahkan tercapainya tujuan
terdapat resistensi. Kekurang klien, konseling mengarahkan
mampuan mengambil keputusan kemandirian klien.
sering kali diterjemahkan sebagai Dalam pelaksaan penelitian
denial dan atau resistensi. Sehingga ini masih terdapat beberapa
konseling yang dilakukan pada keterbatasan penelitian antara lain:
pasien program terapi rumatan 1. Masih adanya jarak antara
metadon dapat mengurangi tingkat peneliti dengan subjek yag
kecemasan pada pasien diteliti dikarenakan subjek tidak
ketergantungan opioid. ingin dirinya dipublikasikan.
Konseling dapat menurunkan 2. Peneliti tidak dapat menunggu
tingkat kecemasan pada pasien, dapat dan mengamati pengisian skala
dilihat dari wawancara kepada subjek dan proses konseling secara
setelah mengikuti konseling yang langsung oleh subjek
mengatakan bahwa subjek dapat dikarenakan peneliti tidak dapat
merasakan adanya penurunan terjun secara langsung
kecemasan pada diri subjek sehingga dikarenakan pembagian skala
subjek mempunyai motivasi untuk dan proses konseling harus
berubah menjadi lebih baik atau dilakukan oleh pihak yang
hidup yang lebih baik, lebih percaya bertanggung jawab dari
diri untuk berbaur dengan puskesmas.
lingkungan, dan mencoba terbuka

8
3. Analisis yang dipakai, karena 1. Bagi Puskesmas untuk lebih
hanya menganalisis kelompok mengoptimalkan adanya
yang memiliki cemas tinggi saja. konseling pada pasien untuk
4. Metode penelitian yang dapat mengatasi permasalahan
menggunakan one design grup, pasien khususnya kecemasan
hanya ada satu kelompok kontrol pada saat dilakukannya terapi
sehingga perbandingan metadon dan lebih
penururnan kecemasan tidak mensosialisasikan adanya
terlalu terlihat. program terapi metadon serta
PENUTUP memfasilitasi klinik program
Kesimpulan terapi metadon agar
Berdasarkan hasil analisis penyalahgunaan narkoba suntik
deskriptif dan pembahasan yang beralih ke program terapi
telah diuraikan pada bab metadon.
sebelumnya, maka dapat disimpulkan 2. Bagi konselor untuk
di klinik Program Terapi Rumatan meningkatkan konseling yang
Metadon (PTRM) Puskesmas sudah berjalan selama PTRM
Manahan Surakarta ada pengaruh dan konseling yang diberikan
konseling terhadap penurunan dapat membantu klien
kecemasan pada pasien program mengurangi beban hidupnya
terapi rumatan metadon 3. Bagi ilmuwan psikologi agar
Saran dapat mengembangkan
Berdasarkan hasil penelitian penelitian sebelumnya
dan kesimpulan diatas, ada beberapa khususnya di bidang konseling
saran yang dapat peneliti berikan pada pasien program terapi
antara lain : metadon.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amato., Starin, K., & Mattich, H. (2004). Day Treatmen Versus Enhanced

Standart Methadone Service for Opiate Dependent Patient. Am J

Psychiatry, 156: 27-33

Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Kesehatan. (2007). Modul dan Kurikulum Pelatihan Program Terapi

Rumatan Metadon (PTRM). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Leonard & Supardi. (2010). Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa pada

Matematika, dan Kecemasan Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika.

Jurnal Pendidikan. Jakarta: Universitas Indraprasta.

Saam, Z. (2013). Psikologi Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarason. 2010. The Test Anxiety Scale: Concept And Research.


http://web.psych.washington.edu/research/sarason/files/testanxietyscale
pdf./. (12 Maret 2014)

10

Anda mungkin juga menyukai