Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ABDUL AZIS

NIM : 180102040010
LOKAL : HES’A 2018
SOAL :
1. Apa yang dimaksud dengan pewaris, ahli waris, hukum waris, dan harta warisan?
2. Apakah perbedaan antara ahli Waris yang diangkat (melalui testamen) dengan ahli
Waris ab intestato?
3. Pak Ahmad meninggal dunia dan meninggalkan seorang anak yaitu Fatimah dari
perkawinan pertamanya dengan Khadijah yang telah meninggal. Selain itu, Pak
Ahmad meninggalkan satu anak lainnya yaitu Ali dari pernikahan keduanya dengan
Aisha, Aisha masih hidup. Harta yang ditinggalkannya adalah 100 juta rupiah.
a. Siapa sajakah yang berhak menjadi ahli waris?
b. Berapakah bagian masing-masing? Sertakan dasar hukumnya dalam KUH Per
4. Secara umum ada 4 sistem bagi warisan yang masih diberlakukan secara hukum adat
di Indonesia, sebutkan dan jelaskan!
JAWAB :
1. Pewaris adalah orang yang meninggal dunia yang memiliki harta peninggalan/ warisan
untuk diberikan ke ahli waris. Kalau hukum waris adalah orang yang menerima
pengalihan atau penerusan atau pembagian harta warisan. Kalau hukum waris diartikan
sebagai hukum yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaan seseorang setelah
pewaris meninggal dunia, dan cara-cara berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang
lain atau ahli waris. Kalau harta warisan adalah harta kekayaan peninggalan seseorang
kepada ahli waris atau keluarga yang ditinggalkan atau harta peninggalan.

2. Ahli waris yang diangkat melalui tastamen dengan cara Surat Wasiat, dimana sebelum
meninggal dunia si pewaris membuat surat wasiat dan menetapkan di dalam surat
wasiatnya siapa-siapa yang dia inginkan menjadi ahli waris, surat wasiat dalam hukum
waris perdata barat haruslah dibuat tertulis oleh si pewaris. Sedangkan Ahli waris ab
instestato berhak menerima bagian warisan (ahli waris) adalah para keluarga sedarah,
baik sah maupun di luar perkawinan dan suami atau istri yang hidup terlama.

3. A. Keluarga sedarah, baik yang sah menurut undang-undang maupun yang di luar
perkawinan seperti dalam UU.
B. Ada 3 Ahli waris anak dari istri pertama, istri kedua, dan anak dari istri kedua. Karena
ada 3 (tiga) orang ahli waris, maka masing-masing seharusnya mendapatkan bagian 1/3.
Akan tetapi, didalam Pasal 852a KUHPer bahwa bagian dari istri kedua tidak boleh lebih
besar dari bagian terkecil anak dari istri pertama dan tidak boleh lebih besar dari 1/4
bagian. Maka, istri kedua tetap hanya mendapatkan 1/4 bagian, dan sisanya diberikan
kepada kedua anak pewarisnya.

4. Secara umum ada 4 sistem yaitu:


a. Sistem keturunan: sistem ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu sistem
patrilineal yaitu berdasarkan garis keturunan bapak, sistem matrilineal
berdasarkan garis keturunan ibu, dan sistem bilateral yaitu sistem berdasarkan
garis keturunan kedua orang tua.
b. Sistem Individual: berdasarkan sistem ini, setiap ahli waris mendapatkan atau
memiliki harta warisan menurut bagiannya masing-masing. Pada umumnya
sistem ini diterapkan pada masyarakat yang menganut sistem kemasyarakatan
bilateral seperti Jawa dan Batak.
c. Sistem Kolektif: ahli waris menerima harta warisan sebagai satu kesatuan
yang tidak terbagi-bagi penguasaan ataupun kepemilikannya dan tiap ahli
waris hanya mempunyai hak untuk menggunakan atau mendapat hasil dari
harta tersebut.
d. Sistem Mayorat: dalam sistem mayorat, harta warisan dialihkan sebagai satu
kesatuan yang tidak terbagi dengan hak penguasaan yang dilimpahkan kepada
anak tertentu. Misalnya kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin
keluarga menggantikan kedudukan ayah atau ibu sebagai kepala keluarga.
Analisis Aturan Hukum Waris Islam di Indonesia Menggunakan Hibrida
Pembelajaran Berbasis Aturan

S Khosyi'ah, M Irfan, DS Maylawati dan OS Mukhlas

Nama Jurnal penerbit :


Jurusan Hukum Keluarga UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jurusan Teknik Informatika UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Surel: diansm@uinsgd.ac.id
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1757-899X/288/1/012133/pdf

Review : ABDUL AZIS (180102040010) UIN Antasari Banjarmasin

Latar belakang singkat : Perkembangan peradaban manusia, khususnya di Indonesia yang


populasinya mencapai 200 juta jiwa yang diwarnai dengan keragaman suku, adat istiadat, dan
budaya, mempengaruhi hukum suksesi. Ilmu hukum waris Islam telah diterapkan di
Indonesia sejak kerajaan Islam menguasai nusantara. Hukum waris dilaksanakan sesuai
dengan madzhab yang diikuti oleh raja. Bahkan pada masa Belanda, hukum Islam termasuk
hukum waris masih dilestarikan dan disahkan bersama dengan hukum adat. Pengetahuan
hukum waris Islam di Indonesia secara otomatis dapat digunakan dengan menggunakan
sistem pakar. Sistem pakar merupakan kecerdasan buatan yang dapat menyimpan
pengetahuan pakar sehingga komputer dapat memecahkan masalah dan mengambil
keputusan berdasarkan pengetahuan yang disimpan.

Tujuan Penulisan : menurut saya tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Sistem pakar harus
diverifikasi dan divalidasi secara fungsional oleh. Proses verifikasi dan validasi ini dikenal
sebagai penilaian ahli.

Metode penulisan : Penelitian ini menggunakan metode Algoritma didalam Forward


Chaining, Algoritma ini tidak hanya sesuai dengan hukum waris, tetapi juga sederhana,
efisien, dan memiliki kinerja yang baik. Algoritma FC merupakan algoritma berbasis aturan
yang menggunakan modus ponens sebagai argumen yang terbukti valid dan Breadth First
Search. Algoritma FC digunakan karena data masukannya sudah tersedia sebagai masalah
inisialisasi. Data ini adalah aturan pewarisan Islam itu sendiri, di mana hipotesis dan
kesimpulan tersedia di dalamnya. Algoritma DPLL digunakan untuk mengukur kepuasan
proposisi.

Hasil dari penelitian jurnal :


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aturan tersebut telah memenuhi syarat pembagian
harta warisan berdasarkan hukum waris Islam di Indonesia. Secara keseluruhan, aturan telah
siap digunakan dalam sistem pakar. Namun demikian, perlu dilakukan perbaikan pada
algoritma FC karena belum ada pohon keputusan yang dapat memfasilitasi implementasi
aturan tersebut. Selain itu, algoritma DPLL belum sepenuhnya mengevaluasi kepuasan setiap
aturan.
Kelebihan jurnal : Memaparkan secara jelas sehingga bahasa yang dipakai mudah dipahami,
mencantumkan hasil diskusi, kemudian kata yang digunakan dalam jurnal ini begitu baku
sesuai dengan EYD bahasa Indonesia dan menyertakan referensi jadi jurnal ini menurut saya
cukup jelas.

Kekurangan jurnal : tidak ada latar belakang paragraf diawal kalimat tidak menjorong ke
dalam, font yang digunakan tidak selalu sama di beberapa paragraf, dan tidak mendorong
adanya penelitian lanjutan.

Kesimpulan jurnal : Mayoritas umat Islam Indonesia menerapkan hukum Islam dalam
setiap aspek kehidupannya, salah satunya adalah hukum waris. Hukum waris Islam di
Indonesia telah berkembang dan menyesuaikan dengan kondisi dan budaya masyarakat
muslim di Indonesia; tidak hanya berdasarkan Alquran dan Fiqih, tetapi juga berdasarkan
ijtihad ulama yang terkandung dalam KHI. Dalam penelitian ini, hukum waris Islam di
Indonesia direpresentasikan dalam aturan menggunakan algoritma FC dan dievaluasi
menggunakan algoritma DPLL. Berdasarkan hasil evaluasi dan validasi dalam FGD dan
validasi oleh para ahli hukum waris Islam, dapat disimpulkan bahwa semua aturan sudah
mewakili hukum waris Islam di Indonesia. Secara umum, semua aturan siap digunakan dalam
sistem pakar meskipun tidak memiliki pohon keputusan.

Anda mungkin juga menyukai