Anda di halaman 1dari 2

Karakteristik Guru Profesional

            Agaknya, kini semua produk diukur dari standar kualitasnya. Banyak orang
memperbincangkan mengenai kualitas produk karena dapat dijadikan sebagai jaminan bahkan
menjadi ajang promosi bisnis yang  menjanjikan. Begitu pun dengan produk jasa pendidikan,
maju-mundurnya suatu bangsa diukur dari kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan tak
terlepas dari seorang guru. Guru yang profesionallah sebagai kunci keberhasilan pendidikan.
Tolak ukur atau kompentensi keberhasilan dilihat dari guru sebagai sosok yang serba menarik
dan mampu memotivasi siswanya senantiasa berprestasi. Jadi, profesionalisme guru sangat
penting, sejalan dengan UU Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Karena  hal tersebut
memberi jaminan kepada masyarakat umum, memperbaiki polemik rendahan terhadap profesi
pendidikan, dan memberi pelayanan dan kompetensi yang maksimal. 
            Sebenarnya seperti apa guru profesional itu? Menurut penulis, ada sepuluh kriteria atau
karakteristik (ciri-ciri) yang dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama, mempunyai komitmen
pada siswa dan proses belajar atau komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan
siswanya. Berarti seorang guru mesti memiliki etos kerja dan disiplin terhadap tugas utamanya
(berdasarkan UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005) yaitu mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik  daripada urusan atau
kepentingan pribadi. Namun jika memang itu penting sekali maka ada rentetan prosedur yang
perlu dipatuhi. Kedua, menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkan
serta metode mengajarkannya kepada siswa. Berarti seorang guru harus paham betul apa dan
bagaimana menguasai materi pelajaran sesuai substansi bidang studi dan metodologi
keilmuannya. Dan pula, seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan
antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan
menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan (jika perlu) bekerja sama dengan bidang
studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.
                 Selanjutnya, ketiga, bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar. Berarti
seorang guru benar-benar mengamati perkembangan belajar siswanya secara totalitas. Keempat,
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
Berarti seorang guru dalam mengajar di kelas mesti bisa mengatur waktu yang efektif dan
efisien. Dengan kata lain: cepat, tepat, dan siswa paham. Dan pula, metode mengajarnya makin
lama makin bagus. Kelima, seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya. Berarti seorang guru perlu terus meningkatkan mutu atau kualitas
pembelajaran maupun materi pembelajarannya. Bisa saja melalui evaluasi dan penelitian atau
pun aktif berkecimpung pada kegiatan komunitas MGMP dan tim teaching.
            Seterusnya, keenam, mempunyai keterampilan manajemen kelas yang baik. Berarti
seorang guru yang baik, memiliki keterampilan mendisiplinkan yang efektif  atau manajemen
kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang positif/ baik, saat siswa belajar dan
bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen
di dalam kelas. Selain itu pula, memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua
siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik
mereka. Ketujuh, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran. Berarti seorang guru sebaiknya bersahabat dekat dengan information and
communication technology (ICT) dan mampu mengoperasikan peralatan canggih seperti infokus,
peralatan labor/ multimedia, dan lain-lain. 
            Kemudian, kedelapan, mampu menguasai pengetahuan materi kurikulum bidang studi.
Berarti seorang guru yang baik, dapat menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan
bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas. Selain itu, juga memiliki
pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Jadi, perlu
memastikan pengajaran nantinya apakah memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Kesembilan, selalu punya energi atau semangat untuk siswanya. Berarti seorang guru
yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru
yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan saksama. Serta seorang guru yang baik
bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa
dalam kehidupan  mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam
kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.
            Terakhir, sepuluh, punya hubungan yang baik dengan siswa dan orang tua siswa.
Berarti  seorang guru yang baik dapat mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat
menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya. Serta senantiasa
menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi
tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya.
Membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan.
            Dan, bagaimana pula seharusnya seorang guru bersikap profesional terhadap dunia
profesinya?  Jawabannya, bersikaplah tunduk dan taat kepada peraturan perundang-undangan
yakni Kode Etik Guru Indonesia. Lalu, bersikaplah selalu bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi profesi yakni PGRI. Kemudian, bersikaplah memiliki hubungan
harmonis terhadap teman sejawat yakni hubungan formal dan kekeluargaan. Seterusnya,
bersikaplah mengutamakan perkembangan seluruh pribadi anak didik. Baik kognitifnya, jasmani,
rohani, sosial, maupun yang lainnya sesuai hakikat pendidikan. Berikutnya, bersikaplah menjalin
kerjasama di tempat kerja baik antara guru, orang tua, dan masyarakat sekitar.  Selanjutnya,
bersikaplah positif terhadap pimpinan dalam artian melaksanakan kebijakan sekolah pada
program yang disepakati baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dan, terakhir, bersikaplah
selalu meningkatkan mutu martabat profesinya atau pekerjaannya baik dilakukan secara formal
maupun informal.
            Pengembangan sikap profesional keguruan mesti berkelanjutan. Maksudnya,
profesionalisme di mulai tatkala masih berstatus sebagai calon guru maupun tatkala benar-benar
menjadi guru sebagai profesi tetap. Profesonalisme memang dibutuhkan selama masih berprofesi
sebagai guru ataupun, tak menutup kemungkinan, bisa saja sudah purnabakti. Artinya,
profesionalisme profesi jangan sampai dirusak martabatnya lantaran kekeliruan diri sendiri.
Profesionalisme merupakan syarat mutlat untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang
berkualitas. Yang merupakan juga syarat utama untuk mewujudkan kemakmuran dan kemajuan
suatu bangsa. Semoga, amin. ***

Anda mungkin juga menyukai