Anda di halaman 1dari 19

TUGAS FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

TABLET HISAP VITAMIN C

Dosen pengampu : Eni Masruriati, M. Sc., Apt

Disusun oleh :
Indra Wahyudin Nim 165020024
Rifqy Aufar Dhamay Rismawan Nim 165020045
Nurpajriah Nim 165020038
Adeline I.N Nim 165020059
Nabila Nim 165020052
Eka Sri Wulandari Nim 165020066
Zahra Nim 165020010
Akroman Rohmat Di’fain Nim 165020017
Muhamad Kholiq Hidayat Nim 165020031
Nurfitratul Aqidah Nim 165020001

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat

di era globalisasi yang serba instan ini, mengharuskan bidang teknologi farmasi untuk

selalu mengikutinya. Untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang, studi

tentang cara pembuatan dan formulasi sediaan obat yang lebih optimal selalu

dikembangkan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Salah satu bentuk sediaan

farmasi yang banyak digunakan adalah tablet, karena mempunyai beberapa keuntungan

antara lain ketepatan dosis, dapat dikemas secara baik, praktis transportasi, serta mudah

pemakaiannya dan stabilitas obat yang baik selama penyimpanan (Voight, 1994) Tablet

hisap merupakan suatu sediaan padat yang dimaksudkan dimana tablet akan hancur

secara perlahan di dalam rongga mulut mengandung komponen penyusun antara lain zat

aktif, bahan tambahan serta bahan pemanis untuk menimbulkan rasa menyenangkan.

Sediaan tablet hisap dapat ditujukan untuk memberikan efek lokal, tetapi juga dapat

digunakan untuk memberikan efek sistemik (Mohr, 2009)

Berdasarkan hal tersebut industri mengembangkan ilmu dengan membuat tablet

hisap pada sediaan vitamin C mengingat bahwa vitamin C adalah kubutuhan tubuh harus

terpenuhi dengan kata lain tidak kurang dan tidak lebih.


B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dari makalah ini adalah bagaimana formulasi dan metode dari sediaan tablet

hisap vitamin C?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana

formulasi dan metode dari sediaan tablet hisap vitamin C dan untuk memenuhi tugas

mata kuliah teknologi sediaan Farmasi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. VITAMIN C
Vitamin C adalah asam organik yang terasa asam, berbentuk kristal putih, akan
lebih tahan terhadap panas lama, stabil dalam bentuk kering tetapi mudah teroksidasi
dalam keadaan larutan dan basa. Sifat Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut
dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut.
Mudah rusak karena berseuntuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas.
Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Tidak stabil dalam larutan
alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Merupakan Vitamin yang paling labil.
Berat molekul 150.000. Ko-enzim mengandung 6 atom tembaga untuk setiap molekul
protein. Berperan dalam batas yang luas dari pH 4-7, tetapi pengaruh maksimal adalah
antara pH 5,6 – 6,0 dan jika pH diturunkan 2,0 maka enzim menjadi inaktif. Vitamin C
mudah diabsorpsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus
halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorpsi adalah 90%
untuk konsumsi diantara 20 dan 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram
(sebagai pil) hanya diabsorpsi sebagai 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua
jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitari dan retina.
Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila konsumsi mencapai 100 mg
sehari. Jumlah ini dapat mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan. Tanda-tanda
skorbut akan terjadi bila persediaan tinggal 300 mg. Konsumsi melebihi taraf kejenuhan
berbagaija ringan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk asam oksalat. Pada konsumsi
melebihi 100 mg sehari kelebihan akan dikeluarkan sebagai asam askorbat  atau sebagai
karbon dioksida melalui pernapasan. Walaupun tubuh mengandung sedikit vitamin C,
sebagian tetap akan dikeluarkan. Makanan yang tinggi dalam senga atau pektin dapat
mengurangi absorpsi sedangkan zat-zar di dalam ekstark jeruk dapat meningkatkan
absorpsi. Status vitamin C didalam tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik dan
pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda-tanda klinik antara lain, perdarahan
gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda dini kekurangan vitamin C dapat
diketahui bila kadar vitamin C darah di bawah 0,20 mg/dl. Vitamin C mempunyai
banyak fungsi di dalam tubuh sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah
bahan yang kuat  kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam
reaksi-reaksi hidroksilasi. Beberapa turunan vitamin C ( seperti asam eritrobik dan
askorbik palmitat) digunakan sebagai antioksidan, di dalam industri pangan untuk
mencegah proses menjadit engik, perubahan warna ( browning) pada buah-buahan dan
untuk mengawetkan daging. Banyak proses metabolisme dipengaruhi oleh asam
askorbat, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti.
1. Sintesis kolagen
2. Sintesis karnitin, Serotonin, dll
3. Absorpsi dan metabolisme besi
4. Absorpsi kalsium
5. Mencegah infeksi
6. Mempertahankan permeabilitas kapiler darah
7. Mencegah timbulnya hipertensi
8. Mencegah kanker dan penyakit jantung
URAIAN VITAMIN C
Asam Askorbat [Vitamin C] ( Farmakope Indonesia edisi IV
hal 39, Martindale edisi 36 hal 1983)

Rumus Molekul : C6H8O6

Berat Molekul : 176,13

Rumus Bangun :

Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning oleh pengaruh
cahaya, lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam
keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat
teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190ºC.
Kelarutan: Tidak larut dalam air, dalam etanol mutlak, dalam eter,
dalam benzen, dan dalam toluen; larut dalam
dimetilformamida, dalam dimetil sulfoksida dan dalam
propilen glikol; sukar larut dalam metanol.
Dosis : 1. Dosis untuk anak: DL sehari 200-300 mg terbagi dalam 3-4
dosis (cara pakai oral, im dan iv).
1. Dosis untuk dewasa: DL sehari 75 mg-1 gram biasa 500 mg (rute
pemberian oral, im dan iv).
pH : antara 6,0 dan 8,5

Inkompatibilitas :
 Vitamin C mudah teroksidasi/ terurai oleh cahaya, sebaiknya
digunakan wadah berupa vial yang gelap.
 Harus Isotonis digunakan bahan pengisotonis

Stabilitas :
- terhadap larutan : Dalam larutan cepat teroksidasi
- terhadap cahaya : lambat laun warna menjadi gelap
- terhadap oksigen : dalam keadaan kering mantap di udara

Khasiat : Menambah kekebalan tubuh, penangkal radikal bebas


Wadah : Bentuk injeksi harus disimpan di kulkas (2-8°C),
terlindung dari cahaya dan udara

Sayur-sayuran yang Mengandung Vitamin C

Ada brokoli, kembang kol, kubis, dan paprika merah. Seperti paprika merah yaitu
tanaman sejenis cabai yang mana dulunya ditanam di Amerika. Buahnya yang besar dan
warnanya tidak hanya merah, ada hijau dan kuning juga (seperti cabai). Ada yang
mengatakan tanaman ini pedas, ada yang tidak tetapi manis. Buah ini bisa dibudidaya
dimanapun. Bahkan kandungannya 100 gram paprika merah terkandung 190 miligram
vitamin C. Kubis sendiri yaitu sayuran daun yang berbentuk bola. Kubis ini sendiri
ditanam di Eropa pertama kali. Kubis sendiri ada 3 macam yang berwarna hijau pucat,
hijau segar, dan keunguan. Dan banyak dibudidaya di daerah perbukitan atau
pegunungan. Karena jika ditanam di dataran rendah, daun kubis tidak dapat berkembang
maksimal dan mudah terserang penyakit. Kubis sendiri dapat mencegah sariawan karena
kandungan vitamin C dalam kubis 100 gram adalah 161 miligram vitamin C. Lalu ada
juga brokoli yaitu tanaman sayuran yang termasuk kubis-kubisan dan sudah sejak lama
di daerah laut Tengah dan masuk ke Indonesia setelah masa penjajahan. Brokoli ini
murni hidup di cuaca yang dingin. Kemudian warnanya hanya satu yaitu hijau dan mirip
dengan bunga kol. Brokoli yang baik dalam satu sajian sekitar 140 gram brokoli
mengandung sekitar 130 miligram vitamin C. Nah, sekarang sudah paham kan sayuran
apa saja yang mengandung vitamin C, sehingga kebutuhan vitamin C alami anda tidak
hanya dari buah jeruk saja.
Buah-buahan yang Kaya Vitamin C
Buah yang banyak dengan vitamin C antara lain pepaya, stroberi, jeruk dan kiwi. Yang
biasanya lebih dikenal memang buah jeruk yang mengandung vitamin C. Buah jeruk
mengandung vitamin C 50 miligram setiap 100 gram buah jeruk. Jeruk pun banyak
macamnya. Jeruk sendiri sudah lama tumbuh di Indonesia. Seperti jeruk bali, jeruk purut,
dan jeruk nipis merupakan buah yang banyak tumbuh di Asia Tenggara. Sedangkan
pepaya yaitu tanaman buah yang berasal dari Negara Meksiko yang sekarang sudah
banyak ditanam di Indonesia. Pepaya adalah tanaman buah berumah tunggal sehingga
ada tanaman yang jantan dan ada yang betina. Sedangkan yang betina lah yang
menghasilkan buah. Dalam 100 gram buah pepaya mengandung 62 miligram vitamin C.
Buah selanjutnya yaitu stroberi. Buah ini paling banyak di hasilkan di Amerika serikat
dan merupakan buah komoditi ekspor yang menguntungkan bagi Negara Amerika.
Karena pertumbuhan ekspornya terus naik dari tahun ke tahun. Di Indonesia, buah ini
sering dijumpai di daerah yang bersuhu dingin seperti di perbukitan jawab barat atau
jawa timur. Kandungan vitamin C setiap 100 gram buah stroberi adalah 82 miligram.
Terakhir buak kiwi. Buah ini dulunya bukan kiwi seperti sekarang tapi gosberi cina. Tapi
karena banyak ditanam di Selandia Baru maka buah ini diganti namanya menjadi kiwi.
Penamaannya diambil dari burung yang tidak bisa terbang yaitu kiwi. Jika dilihat buah
kiwilah yang mengandung vitamin C lebih banyak dari buah jeruk. Untuk setiap 100
gram buah kiwi mengandung 100 miligram vitamin C.
Sumber Hewani Vitamin C
Tidak hanya pada buah dan sayuran, pada sumber makanan hewan pun terdapat vitamin
C. Untuk hati ayam setiap 100 gram terkandung vitamin C sebanyak 33,8 miligram.
Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang sumber hewani ini yang mengandung vitamin
C. Malah ada beberapa sumber artikel yang mengatakan untuk mengkonsumsi vitamin C
beriringan dalam konsumsi daging-dagingan. Sehingga jumlah zat besi yang diserap
dalam tubuh bisa maksimal.
Sumber Makanan Lain yang Banyak Mengandung Vitamin C
Buah yang masih mengandung vitamin C yang belum tercantum yaitu jambu biji,
kelengkeng, melon, anggur, mangga, nanas, pisang dan alpukat. Kalau sayuran yang
mengandung vitamin C selain yang telah disebutkan diatas seperti cabai rawit, bayam
mentah, sawi, seledri dan mentimum. Seperti susu sapi juga mengandung vitamin C.
Atau produk olahan lainnya seperti minuman bervitamin C dengan rasa buah-buahan
atau susu olahan dengan rasa buah-buahan juga mengandung vitamin C.
Tabel Nilai vitamin C berbagai bahan makanan (mg/100 gram)

Bahan makanan Mg Bahan makanan Mg


Daun singkong 275 Jambu monyet buah 197
Daun katuk 200 Gandaria (masak) 110
Daun melinjo 150 Jambu biji 95
Daun pepaya 140 Pepaya 78
Sawi 102 Mangga muda 65
Kol 50 Mangga masak pohon 41
Kol kembangbayam 65 Durian 53
Bayam 60 Kedondong (masak) 50
Kemangi 50 Jeruk manis 49
Tomat masak 40 Jeruk nipis 27
Kangkung 30 Nanas 24
Ketela pohon kuning 30 Rambutan 58
AKIBAT KEKURANGAN VITAMIN C
Skorbut dalam bentuk berat sekarang jarang terjadi, karena sudah diketahui cara
mencegah dan mengobatinya. Tanda-tanda awal antara lelah, lemah, napas pendek,
kejang otot, tulang, otot dan persendian sakit serta kurang nafsu makan, kulit menjadi
kering, kasar dan gatal, warna merah kebiruan dibawah kulit, perdarahan gusi,
kedudukan gigi menjadi longgar, mulut dan mata kering dan rambut rontok. Di samping
itu luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang-kadang jumlah sel darah putih menurun,
serta depresi dan timbul gangguan saraf. Gangguan saraf dapat terjadi berupa histeria,
depresi diikuti oleh gangguan psikomotor. Gejala skorbut akan terlihat bila taraf asam
askorbat dalam seru, turun di bawah 0,20 mg/dl.
Anemia, Panyakit ini memiliki gejala kurang energi, lemas, mudah mengantuk, dan pada
kondisi yang lebih parah dapat menyebabkan nafas tersengal-sengal kemudian pingsan.
Anemia sendiri adalah penyakit dimana tubuh kekurangan sel darah merah. Sel darah
merah dihitung dalam jumlah hemogoblin. Biasanya juga terjadi pada wanita saat
menstruasi atau masa kehamilan. Untuk menanganinya biasanya mengkonsumsi
makanan-makanan yang mengandung zat besi. Dengan mengkonsumsi juga vitamin C
untuk dapat mempermudah penyerapan zat besi tersebut. Konsumsi zat besi bisa pada
ikan, daging dan sayur-sayuran. Hindari juga ketergantungan pada obat atau
menghentikannya dulu sampai sel darah merah Anda kembali ke jumlah semula.
Kulit Kering, Kasar dan Bersisik. Kulit kering juga bisa terjadi akibat dari kekurangan
vitamin C pada tubuh. Pada saat kulit kering, tentu tubuh dalam keadaan tidak fit atau
lelah. Misalnya saja saat mencoba menggarukkan kuku Anda ke kulit maka dengan jelas
ada guratan putih, maka kulit anda menandakan kulit yang kering. Banyak cara untuk
menganggulangi kulit kering ini. Atau pada sela – sela jari kaki terlihat banyak kerutan
seperti keriput maka sangat mungkin anda sendang kekurangan vitamin C. Sebabnya
banyak, bisa jadi terpapar sinar matahari terlalu lama juga bisa mengakibatkan kulit
kering. Lalu atasilah dengan mengkonsumsi vitamin C secara harian.
Haemorhages, Pendarahan ini biasanya pada pendarahan kelopak mata, selaput jala mata,
dan memungkinkan untuk mengakibatkan katarak. Saat kekurangan vitamin C maka
pembuluh darah yang berada pada sekitar mata akan sulit melunak sehingga terjadi
pendarahan dalam. Vitamin C inilah yang berfungsi dalam melunakkan pembuluh darah,
serta memelihara sel-sel yang ada. Serta melindungi mata pada oksidasi yang ada
sehingga mata tidak mudah mengalami penyakit pendarahan internal. Mengkonsumsi
vitamin C harian mampu mencegah dari pendarahan internal ini.
Gingivitis, Biasanya radang gusi bermula dari plak yang mengendap dan menjadi karang
gigi. Akibat dari penggunaan benang permbersih gigi. Kemudian karang gigi tersebut
mengakibatkan gusi berdarah. Selain itu, kekurangan vitamin C menyebabkan gusi
mudah berdarah sehingga peradangan pun terjadi. Gusi meradang yaitu gusi akan tampak
lebih merah dari yang gusi lain, gusi akan tampak bengkak dan jika disentuh mudah
digerakkan, lalu merasa nyeri dan gusi mulai berdarah. Konsumsi vitamin C untuk
menanggulangi adanya radang gusi ini.
Tulang Menjadi Kurang Stabil, Kurangnya konsumsi vitamin C juga dapat
mengakibatkan perubahan pada tulang rawan yang mendukung tulang biasa. Walaupun
sebenarnya mengkonsumsi kalsium juga mampu dalam pembentukan tulang menjadi
stabil namun kekurangan vitamin C dapat mempengaruhi penyakit-penyakit yang
menyerang tulang. Dengan kurangnya vitamin C maka hubungan antar jaringan tubuh
terutama antar tulang terganggu. Di sini tulang rawan dan tulang biasa hubungannya
akan terganggu. Sehingga pemberian vitamin C tetap harus dilakukan untuk mencegah
tulang menjadi kurang stabil.
Kerusakan pada Jantung, Jantung juga menjadi lebih kuat dengan mengkonsumsi rutin
vitamin C ini. Saat konsumsi vitamin C berkurang, maka susunan sel pada pembuluh
darah pun rusak, kerusakan pun akhirnya terjadi pada dinding-dinging jantung. Sel yang
rusak akan diisi oleh kolesterol dan penyakit jantung pun bisa terjadi dengan banyaknya
kolesterol yang terisi pada sel yang rusak ini. Sehingga otot jantung pun melemah.
Mengkonsumsi vitamin C inilah yang akan menyehatkan otot jantung yang terdiri dari
jaringan pembuluh darah dan memacu kolesterol yang dibuang melalui asam empedu.
Penurunan Sistem Imun, Sistem imun manusia juga dapat menurun. Seperti pada artikel
tentang vitamin C yang telah dibuat sebelumnya, dimana kekurangan vitamin C dapat
menurunkan sistem imunitas tubuh. Sehingga infeksi terhadap bakteri dan virus yang
masuk ke dalam tubuh tidak mampu ditangkal. Seperti seseorang terkena flu adalah
bentuk tubuh tidak mampu melawan infeksi dari luar tubuh. Konsumsilah vitamin C agar
kemampuan imunitas tubuh tidak lagi menurun akibat rutinitas yang sibuk dan padat.
Penurunan Penyembuhan Luka, Vitamin C ini berperan dalam pembentukan kolagen.
Kolagen inilah yang merupakan serabut kuat yang dibutuhkan di setiap tubuh. Jaringan
kolagen inilah yang membantu tubuh dalam penyembuhan luka. Karena kolagen juga
terdapat di pembuluh darah. Cegah penurunan tingkat penyembuhan luka tentu dengan
konsumsi vitamin C. Belum kami bahas disini berapa yang dibutuhkan tubuh untuk
vitamin C ini. Untuk kebutuhan vitamin C harian Anda sekitar 60 mcg perhari. Pada
buah jeruk 100 gram terkandung sekitar 40 mcg vitamin C. Jika Anda ingin
mengkonsumsi secara instan, Anda bisa mengkonsumsinya dengan menggunakan
suplemen vitamin C.
AKIBAT KELEBIHAN VITAMIN C
Kelebihan vitamin C berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala. Tetapi konsumsi
vitamin C berupa suplemen secara berlebihan tiap hari dapat menimbulkan
hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi terhadap batu ginjal. Dengan konsumsi 5-10 gram
vitamin C baru sedikit asam askorbat dikeluarkan melalui urin. Risiko batu oksalat
dengan suplemen vitamin C dosis tinggi dengan demikian rendah, akan tetapi hal ini dapt
menjadi berarti pada seseorang yang mempunyai kecendrunga untuk pembentukan batu
ginjal.
B. TABLET HISAP
Tablet hisap merupakan suatu sediaan padat yang dimaksudkan dimana tablet akan
hancur secara perlahan di dalam rongga mulut mengandung komponen penyusun antara
lain zat aktif, bahan tambahan serta bahan pemanis untuk menimbulkan rasa
menyenangkan. Sediaan tablet hisap dapat ditujukan untuk memberikan efek lokal, tetapi
juga dapat digunakan untuk memberikan efek sistemik (Mohr, 2009).
Proses pembuatan tablet hisap dengan tablet konvensional secara umum sama.
Perbedaan utama tablet hisap dengan tablet biasa terletak pada: jenis bahan mentah
khusus yang paling banyak digunakan, persyaratan disintegrasi, pertimbangan tekanan
dan granulasi tablet, dan karakteristik organoleptik (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Bahan pengisi (diluent) digunakan sebagai bulking agent atau ditambahkan sebagai
pengisi dalam suatu sediaan (Chan dan Chew, 2007). Bahan pengisi ini menjamin tablet
memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (0,1-0,8 g). Bahan pengisi yang digunakan
harus netral secara kimia dan fisiologis, konstituen semacam itu sebaiknya juga dapat
dicerna dengan baik di dalam tubuh (Voigt, 1984). Laktosa merupakan suatu gula yang
diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat.
Dengan bentuk serbuk bermasa hablur, keras, putih, atau putih krem, tidak berbau dan
memiliki rasa sedikit manis, stabil diudara dan dapat menyerap bau (DepKes RI, 1995).
Bahan pengikat merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat serbuk menjadi
granul sehingga dapat dibuat menjadi sediaan tablet (Chan dan Chew, 2007). Pengikat
yang paling efektif untuk tablet hisap antara lain: amylum dan akasia (gom arab).
Amylum manihot adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl
(Familia Euphorbiaceae) (DepKes RI, 1995). Bahan pelicin berfungsi untuk mengurangi
gesekan antara granul dan dinding serta memudahkan pengeluaran tablet ke luar ruang
cetak (Chan dan Chew, 2007). Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah magnesium
stearat, asam stearat, dan kalsium stearat (Siregar dan Wikarsa, 2010), talk (Banker dan
Anderson, 1986). Pemanis adalah zat yang digunakan untuk meningkatkan rasa dari
suatu sediaan tablet hisap (Chan dan Chew, 2007). Penambahan pemanis bertujuan untuk
meningkatkan cita rasa, aroma, memperbaiki sifat fisik dan kimia, serta sebagai sumber
kalori, dan lain–lain (Cahyadi, 2009). Syarat untuk memformulasikan suatu tablet hisap
dengan waktu huni yang lama di dalam rongga mulut adalah perlunya penambah rasa
yang dapat menutupi rasa pahit dari formulasi (Siregar dan Wikarsa, 2010). Penambah
rasa yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap dapat berupa pemanis alami seperti
sukrosa, sorbitol dan pemanis buatan seperti aspartam, siklamat, dan sakarin. Sukrosa
merupakan gula yang diperoleh dari Saccharum officinarum Linne (Familia
Gramineae), Beta vulgaris Linne (Familia Chenopodiaceae) dan sumber-sumber lain dan
tidak mengandung bahan tambahan lainnya (DepKes RI, 1995). Penambah rasa
merupakan aspek penting dalam pengembangan produk tablet hisap. Fungsi penambah
rasa yaitu agar tablet hisap mempunyai rasa yang menyenangkan di dalam mulut dan
untuk menutupi rasa tidak enak dari zat aktif. Beberapa penambah rasa yang digunakan
dalam sediaan tablet antara lain : perisa mint, perisa buah. Perisa mint banyak digunakan
dalam makanan, kosmetik, dan obat (Siregar dan Wikarsa, 2010).
a. Metode pembuatan tablet hisap
Metode pembuatan tablet yang umum digunakan dalam pembuatan tablet hisap
adalah granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Tablet hisap harus
hancur perlahan–lahan di mulut tanpa disintegrasi. (Mendes dan Bhargava, 2007).

b. Pemeriksaan sifat fisik granul


Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan untuk mengetahui sifat alir granul yang
berpengaruh terhadap kualitas tablet yang dihasilkan. Beberapa pemeriksaan yang biasa
digunakan untuk mengetahui sifat fisik granul, yaitu:

1) Kecepatan alir
Kecepatan alir yaitu kecepatan yang diperlukan sejumlah granul atau
serbuk untuk mengalir per satuan waktu. Campuran serbuk dikatakan memiliki
sifat alir baik jika kecepatan alirnya lebih dari 10 gram/detik (Sheth dkk., 1980).

2) Sudut diam
Sudut diam adalah sudut maksimum yang terbentuk pada permukaan
serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu berputar. Bila sudut diam lebih
kecil atau sama dengan 30o maka menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir
bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40o biasanya daya mengalirnya
kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).

Hubungan antara sudut diam dengan aliran serbuk menurut (Aulton, 1988)
terlihat pada tabel I.

Tabel I. Hubungan antara Sudut Diam dengan Aliran Serbuk

(Aulton, 1988)

Sudut Diam (derajat) Tipe Aliran


<25 Sangat baik
25 – 30 Baik
30 – 40 Sedang
> 40 Sangat buruk

3) Kompresibilitas
Indeks kompresibilitas adalah ukuran suatu serbuk atau granul untuk
dimampatkan. Indeks kompresibilitas mempunyai hubungan dengan interaksi
antar partikel. Hal ini mempengaruhi sifat alir suatu serbuk atau granul. Serbuk
atau granul yang mengalir bebas, umumnya kurang terjadi interaksi antar partikel,
begitu juga sebaliknya (USP, 2007).

Hubungan antara aliran serbuk dan persentase kompresibilitas menurut


(Aulton, 1988) terlihat pada tabel II.

Tabel II. Hubungan antara Aliran Serbuk dan % Kompresibilitas

(Aulton, 1988)

% Kompresibilitas Tipe Aliran


5-15 Sangat baik
12-16 Baik
18-21 Cukup baik
23-35 Buruk
35-38 Sangat buruk
>40 Amat sangat buruk

c. sifat fisik tablet


Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan untuk mengetahui kualitas dari tablet
yang dihasilkan sebelum dipasarkan, meliputi :

1) Keseragaman bobot
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan pada besar dan kecilnya
penyimpangan bobot tablet yang dihasilkan dibandingkan terhadap bobot rata-
rata tablet yang masih diperbolehkan untuk syarat yang telah ditentukan oleh
Farmakope Indonesia (DepKes RI, 1979).

Penyimpangan bobot tablet menurut Farmakope Indonesia dapat dilihat


pada tabel III.

Tabel III. Penyimpangan Bobot Tablet (DepKes RI, 1979)

Bobot rata – rata Penyimpangan bobot rata - rata


(%)
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 mg sampai dengan 150 mg 10 20
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 mg 5 10

2) Kekerasan tablet
Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti kerusakan dan keretakan tablet
selama pengemasan, penyimpanan, transportasi. Kekerasan tablet hisap yang baik
adalah 10 kg sampai 20 kg (Parrott, 1971).

3) Kerapuhan tablet
Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan
dari tablet akibat adanya beban penguji mekanik. Kerapuhan dinyatakan dalam
persen yang mengacu pada massa tablet awal sebelum pengujian dilakukan.
Kerapuhan tablet diukur dengan menggunakan friability tester. Nilai kerapuhan
yang baik tidak boleh melebihi 0,8% (Voigt, 1984).

4) Waktu melarut tablet


Waktu melarut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk melarut
atau terkikis secara perlahan di dalam rongga mulut, karena sediaan tablet hisap
ini diharapkan mampu memberikan efek lokal pada mulut dan kerongkongan,
meskipun dapat juga dimaksudkan untuk diabsorbsi secara sistemik setelah
ditelan. Waktu melarut yang ideal bagi tablet hisap adalah sekitar 5-10 detik
(Banker dan Anderson, 1986).

d. Pengujian tanggapan rasa


Tanggapan rasa sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan suatu
formulasi tablet hisap.Tablet hisap mengalami kontak pertama kali didalam mulut
dan mengalami proses penghancuran secara mekanis juga didalam mulut.Tablet
hisap harus mempunyai rasa enak agar dapat diterima dan disukai oleh pasien
(Lachman dkk., 1986).

C. FORMULASI SEDIAAN TABLET HISAP

FORMULASI STANDAR
Tablet vitamin C
Komposis Tiap tablet mengandung
Acidum ascorbicum 50 mg
Zat tambahan yang cocok secukupnya
FORMULASI TERPILIH

BAHAN Formula
Vitamin C 500 mg
Amilum Manihot 7%
Avicel 7%
Talk 2%
Mg. Stearat 2%
Aspartam 0,8%
Laktosa Spray Dried ad 1000 mg
Bobot tablet 1000 mg

D. PERHITUNGAN BAHAN
1. Vitamin C = 500 mg x 1000 = 500 gram
2. Amylum Manihot 7% = 70 mg x 1000 = 70 gram
3. Avicel 7% = 70 mg x 1000 = 70 gram
4. Talk 2% = 20 mg x 1000 = 20 gram
5. Mg. Stearat 2% = 20 mg x 1000 = 20 gram
6. Aspartam 0,8% = 8 mg x 1000 = 8 gram
7. Laktosa Spray Dried ad 1000 mg = (1000 – (500 + 70 + 70 + 20 + 20 + 8) )
= 312 gram
E. ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN
Pemilihan bentuk sediaan vitamin C dalam tablet hisap karena vitamin C Tidak
stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Serta penggunaan
tablet hisap lebih mudah bagi pengguna, mengigat bahwa vitamin C harus terpenuhi
didalam tubuh, ketepatan dosis, relatif stabil dibanding sediaan oral cair, secara fisik
lebih stabil dibanding kapsul, serta lebih aman dibnandingkan dengan sediaan parenteral.

F. ALASAN PEMILIHAN METODE PEMBUATAN


Pembutan sedian vitamin C dalam bentuk tablet hisap dengan metode kempa
langsung dikarenakan vitamin C tidak tahan pemanasan, stabil diudara kering, kurang
cocok dalam bentuk larutan karena cepat teroksidasi sehingga tidak digunakan dengan
metode granulasi basah, dan karena dosisnya kecil ditambahkan dengan eksipien yang
kompresibel dan mudah mengalir.
G. ALASAN PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN
1. Amylum manihot
Pemerian        : serbuk sangat halu, putih.
Kelarutan       : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
Khasiat           : zat tambahan (sebagai bahan pengikat dan penghancur).
Penggunaan    : 5-10%.
Alasan            :sebagai pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang
terdisintegrasi cepat
2. Avicel
Pemerian                 : berupa serbuk kristal poros, putih, tidak berbau, tidak berasa
dan memiliki aliran yang baik.
Kelarutan                : praktis tidaklarut dalam air, cairan asam dan kebanyakan
pelarut organik, sedikit larut dalam larutan NaOH 5% b/v.
Khasiat                   : zat tambahan (sebagai disintegran).
Penggunaan            : 5-15% b/b.
Alasan                    : karena avicel meskipun higroskopis tetapi stabil dan juga
kompresibel dengan vitamin C.
3. Talcum
Pemerian                 : serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit,
bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu. Berkilat, tidak melekat pada kulit
dan terbebas dari butiran.
Kelarutan                : tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Khasiat                   : zat tambahan (sebagai bahan pelicin)
Penggunaan            : 2 %
Alasan                    : Dapat meminimalisir kecenderungan saat melekat pada
permukaan punch dengan lebih baik dan membantu memperbaiki sifat alir serbuk.

4. Mg stearat
Pemerian                 : serbuk halus, putih dan voluminus, bau khas lemah, mudah
melekat dikulit, bebas dari butiran.
Kelarutan                : tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter.
Khasiat                   : zat tambahan (sebagai antiadheren).
Penggunaan            : 0,25-5%.
Alasan                    : bersifat seperti lemak dan tersedia dalam ukuran partikel kecil.
Mg stearat paling efisien dan lazim digunakan sebagai antiadheren.
5. Aspartam
Khasiat : sebagai bahan pemberi rasa dan pemanis
Penggunaan : 0,8%
Alasan : tidak terdapat interaksi dengan vitamin C dan bahan tambahan
lain serta dilihat dari segi ekonomi aspartam lebih murah.
6. Lactosa spried dried
Pemerian           : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.
Kelarutan          : larut dalam 6 bag.air, larut dalam 1 bag.air mendidih, sukar larut
dalam etanol 96% P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Khasiat             : zat tambahan (sebagai bahan pengisi).
Penggunaan      : ad 100%.
Alasan               : Memiliki rasa yang manis sehingga memperbaiki rasa sediaan.
Dan juga memiliki sifat alir yang baik sehingga dapat memperkuat sifat lubrikan
pada campuran sediaan.

8. CARA KERJA PEMBUATAN

Menimbang semua bahan sesuai perhitungan


Mencampur vitamin C, laktosa, sukrosa, aspartam, amylum aduk selama 15 menit ad
homogen

Menvampur Mg stearat dan perisa mint aduk selama 5 menit ad homogen

Melakukan evaluasi campuran serbuk yang dihasilkan

Mencetak tablet dengan massa 1000 mg

Tablet hisap (tablet ruahan)

Melakukan evaluasi tablet yang dihasilkan

9. EVALUASI TABLET HISAP

1. Keseragaman Bobot
2. Kekerasan
3. Kerapuhan
4. Waktu Melarut
5. Pengujian terhadap rasa

BAB III

KESIMPULAN
Pembuatan sediaan tablet hisap vitamin C menggunakan vitamin C sebagai zat aktif, dan zat
tambahan yang meliputi Amylum Manihot sebagai bahan pengikat, Avicel sebagai bahan
desintegran, Talk sebagai bahan pelicin, Mg. Stearat sebagai bahan antiadheren, Aspartam
sebagai bahan pemanis, Laktosa Spray Dried sebagai bahan pengisi. Pembuatan tablet hisap
vitamin C dengan bobot 1000 mg atau 1 gram per tablet menggunakan metode kempa
langsung.

REFERENSI

Ansel, H. C, 1989,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh FaridaIbrahim,


Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi IV, UI Press,Jakarta.

Banker, G. S., dan Anderson, N. R., 1986., Tablet, dalam Lachman, L., Lieberman, H. A.,
dan Kanig, J. L., Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti
Suyatmi, Edisi III, Jilid II, UI Press, Jakarta.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Wang, H., 2006, Aspartame, in Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C.,(ed) Handbook of
Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London, 53-54.
Siregar, C. J. P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 196, 505-518.
Depkes RI, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th edition, 2009,  Edited by. Raymond C Rowe
BPharm, PhD, DSC, FRPharmS, FRSC, CPhys, MInstP. Chief Scientist, UK :
Pharmaceutical Press American Pharmacist

Anda mungkin juga menyukai