Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Nama : Yusuf Salsa Aji Syah Widodo


NIM : 201905005
Prodi : Pariwisata 4

Kasus 1
Menurut saya mirisnya keadaan mental generasi muda ini tidak bisa sepenuhnya
dibebankan kepada public figure. Kita juga harus memahami terciptanya tren pamer-pamer
harta di TV maupun di media sosial dikarenakan permintaan akan konten-konten seperti itu
Tinggi di masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia cenderung menyukai tontonan yang
memamerkan kekayaan seperti mobil-mobil mewah, rumah bak istana, tas-tas branded jutaan
rupiah, karena masyarakat menengah kebawah merasa asing dan takjub dengan kemampuan
orang lain untuk membeli barang-barang mahal yang harganya tidak masuk akal jika
dibandingkan dengan pendapatan mereka.
Budaya Hedonisme yang bisa memengaruhi cara hidup generasi muda ini merupakan
peranan dari semua orang tua dalam memfilter tontonan dan menanamkan nilai-nilai luhur
kepada para anak-anaknya. Apakah para orang tua mau menyerahkan pendidikan karakter
anak-anaknya diserahkan kepada para public figure yang hanya mengikuti permintaan
masyarakat untuk mencari nafkah terlepas dari baik atau buruknya prilaku mereka? Tentu tidak
bukan. Jadi akar permasalahan dalam kasus ini bukanlah akibat dari prilaku public figure, tetapi
dikarenakan sosialisasi tidak sempurna dalam keluarga. Ditandai dengan sulitnya para orangtua
dalam membentuk kepribadian luhur pada anak-anaknya.

Kasus 2
Saya yakin kasus-kasus KDRT, perselisihan dalam keluarga mengenai hal-hal mendasar
seperti pembagian tugas Antara suami dengan istri dalam rumah tangga, maupun tuntutan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah hal yang cukup lumrah di Indonesia.
Jika kita kaji lebih dalam lagi, ini semua dapat terjadi karena beberapa faktor seperti pernikahan
dini, tidak sehat secara finansial, tidak merencanakan kehamilan dengan baik. Mari kita bahas
satu persatu.
Pernikahan dini. Studi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan wanita yang menikah
pada usia dewasa, perempuan yang menikah pada usia di bawah 18 tahun lebih cenderung
mengalami kekerasan dari pasangannya. Alasannya karena pada usia ini, ditambah dengan
kurangnya pengetahuan dan pendidikan, seorang perempuan di usia muda akan lebih sulit dan
cenderung tidak berdaya menolak hubungan seks. Meski awalnya pernikahan dini dimaksudkan
untuk melindungi diri dari kekerasan seksual, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Risiko
kekerasan semakin tinggi, terutama jika jarak usia antara suami dan istri semakin jauh. Tidak
hanya dampak fisik, gangguan mental dan psikologis juga berisiko lebih tinggi terjadi pada
wanita yang menikah di usia remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin muda
usia wanita saat menikah, maka semakin tinggi risikonya terkena gangguan mental, seperti
gangguan kecemasan, gangguan mood, dan depresi, di kemudian hari.
Tidak sehat secara finansial. Setiap pasangan yang sudah memasuki tahapan hubungan
yang serius pasti akan membicarakan pernikahan. Bahasan tentang pernikahan itu beragam,
dan sebaiknya Anda takhanya fokus pada obrolan seputar konsep dan biaya nikah saja. Ketika
merencanakan pernikahan, salah satu pembahasan penting yang tak boleh dilewatkan adalah
keuangan. Sayangnya, bagi sebagian besar orang atau pasangan, berbicara soal uangsebelum
menikah itu dianggap tabu.Keuangan dianggap sebagai topik sensitif, bahkan mereka takut
dianggap materialistis olehpasangannya jika membahas keuangan bersama. Banyak pasangan
bertengkar gara-gara uang, bahkan hal ini bisa memicu perceraian. Jadi, supaya pernikahan
Anda nanti langgeng dan bahagia selalu, alangkah baiknya sebelumnikah mulailah mengajak
pasangan untuk bicara finansial.
Melakukan Perencanaan kehamilan. Selain untuk mengantisipasi gangguan kesehatan
pada calon bayi, perencanaan kehamilan juga dapat membatu para calon orangtua dalam
mengatur rencana keuangan untuk biaya pendidikan, maupun jarak kelahiran Antara anak
pertama dengan anak kedua agar dalam mengasuh anak kita tidak kewalahan seperti contoh
yang diberikan diatas.

Kasus 3
Saya sebagai orang dengan mayoritas anggota keluarga yang bekerja di bidang
kesehatan merasa prihatin melihat kasus ini. Ini bukan kali pertama kasus kekerasan pada
tenaga medis oleh keluarga pasien. Saya bisa memahami kepanikan oknum orangtua saat
melihat anaknya berdarah karena pelepasan infus, tapi saya tidak bisa memaklumi perbuatan
penganiyayaan yang mereka lakukan. Harusnya mereka tau bahwa para tenaga kesehatan yang
melayani di rumah sakit sudah terakreditasi dan bekerja sesuai SOP yang berlaku.
Mereka(tenaga kesehatan khusunya perawat) harus siaga melawan kantuk di bangsal-bangsal
untuk mengawasi, membantu, dan merawat para pasien dengan sebaik-baiknya. Mereka juga
menjadi garda terdepan dalam menanani virus, penyakit-penyakit menular, dan berbagai
masalah kesehatan yang cenderung menjijikan. Sepertinya kita sebagai warga sipil sudah
seharusnya memberi apresiasi yang lebih kepada para tenaga kesehatan yang ada karena tanpa
mereka kita akan sangat kesulitan menangani berbagai luka atau penyakit yang kita derita.

Kasus 4
Saya sebagai umat muslim miris melihat fenomena ini. Bagaimana bisa saudara saudara
saya yang sudah dibesarkan dengan ajaran islam sejak kecil bisa goyah ideologinya karena
tekanan ekonomi? Kenapa saya bisa bilang salah satu faktornya dikarenakan faktor ekonomi?
Ini karena setelah dilakukan penyedikan lebih lanjut mengenai latarv belakang para pelaku bom
bunuh diri ini, diketahui mereka semua berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah
seperti pedagang cilok, petani, dll. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki para pelaku bom
bunuh diri juga menjadi salah satu faktor mengapa mereka cenderung lebih mudah dipengaruhi
daripada orang yang berpendidikan tinggi. Hanya dengan iming-iming masuk surga lewat jalur
jihad dengan membunuh orang-orang kafir, mereka terlena dan mengikuti apa kata dalang dari
semua kejadian ini. Padahal faktanya, dalam islam orang yang pergi dengan tujuan mencari
ilmu, mencari nafkah untuk keluarganya dan meninggal diperjalanannya maka mereka
insyaalah khusnul khotimah karena tujuan mereka termasuk dalam jihad fisabilillah dan tertulis
dalam surat mujadilah ayat 11. Jadi sangat disayangkan saudara-saudara saya yang sudah salah
memilih jalan untuk menjadi pelaku bom bunuh diri tidak mengetahui bahwa disetiap
aktivitasnya yang bertujuan menafkahi keluarganya sudah termasuk jihad fisabililah tanpa harus
bunuh diri yang sudah jelas-jelas merupakan tindakan yang dilarang oleh Allah SWT.

Kasus 5
Saya satuju dengan pernyataan yang disampaikan pada Kasus 5. Memang kita sebagai
penyandang gelar Negara kepulauan dan Maritim terbesar di Dunia memiliki kekayaan kelautan
yang sangat melimpah. Dari jumlah dan jenis flora dan fauna terbanyak di dunia, tentu Negara-
negara yang tidak memiliki kekayaan laut seperti kita akan tertarik untuk mengeruk kekayaan
laut kita. Tanpa adanya ketegasan seperti penenggelaman kapal-kapal illegal yang masuk ke
kawasan perairan Indonesia oleh mentri kelautan yang lalu, kita akan sangat sulit
mempertahankan kekayaan laut yang bahkan belum kita olah secara maksimal. PR kita bersama
adalah membuat regulasi yang jelas dan tegas untuk mencegah adanya pencurian
ikan/terumbu karang yang kerap dilakukan oleh Negara-negara tetangga, agar kekayaan
kelautan kita tetap terjaga untuk anak cucu kita nanti.

Kasus 6
Selalu saja kasus bullying di Lingkungan Pendidikan terus terjadi setiap tahunnya.
Seolah kasus yang telah terjadi tidak diambil pembelajarannya oleh instansi pendidikan lain.
Seolah tragedi ini tidak akan berakhir dengan penyelesaian masalah secara kekeluargaan.
Hanya dengan membuat video klarifikasi di kantor polisi, seakan tekanan psikologis yang
dialami Korban bisa pulih begitu saja. Untuk kalian yang tidak mengetahui bagaimana kondisi
korban dan hanya menormalisasi tindakan tersebut dengan mengatakan “lu mah masih
mending, lah gua”. Membanding-bandingkan kondisi mentalnya dengan orang lain yang
merupakan korban dari bullying bukanlah tindakan yang terpuji. Mereka yang memiliki kondisi
mental lemah dalam menhadapi tekanan, harus menjalani serangkaian terapi dengan
didampingi oleh psikeater untuk mengatasi trauma yang didapatkan setelah kejadian itu. Saya
berharap budaya Bullying di instansi Pendidikan maupun di media sosial bisa dihentikan untuk
meminimalisir kasus serupa terjadi di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai