Anda di halaman 1dari 13

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan

tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang
diusulkan.
RINGKASAN
Latar Belakang : Masalah status gizi anak ini akan menjadi cerminan status gizi
masyarakat di suatu negara. Tentunya kualitas kehidupan bangsa terletak pada kualitas para
calon generasi penerus bangsa. Hasil dari survey Riskerdas Indonesia 2018 menunjukkan
proporsi balita dengan gizi kurang dan gizi buruk menunjukkan sebesar 17,7%. Dari 34 provinsi
di Indonesia terdapat 2 provinsi yang memiliki masalah gizi dengan kategori akut yakni pendek
<20% dan kurus >5% yakni Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta . Kabupaten Bantul
merupakan salah satu daerah yang prioritas perbaikan gizi balita, berdasarkan laporan dinas
kesehatan Kab.Bantul tahun 2017 dilaporkan jumlah kasus balita gizi buruk terdapat 202 balita.
Kekurangan gizi ini tentu memiliki dampak dalam jangka pendek yaitu lambatnya
perkembangan kognitif anak dan dapat mengganggu pertumbuhan anak ; sedangkan jika anak
menderita kekurangan gizi kronis dapat menyebabkan kematian. Perlu adanya modifikasi dan
inovasi makanan sehat yang memanfaatkan bahan alam berbasis kearifan lokal untuk
peningkatan status gizi balita.
Tujuan Penelitian : Tujuan jangka panjang untuk mengetahui pengaruh Intervensi Cookies
“Healthy Child” (Cookies kombinasi Labu Kuning dan Daun Kelor) Sebagai Alternatif PMT
Balita untuk peningkatan Status Gizi Balita. Target khususnya dengan adanya produk
modifikasi dan inovasi makanan sehat yang memanfaatkan bahan alam berbasis kearifan lokal
dalam bentuk Cookies “Healthy Child” dapat secara efektif untuk peningkatan Status Gizi
Balita.
Metode penelitian : Cookies “Healthy Child” (Cookies kombinasi Labu kuning dan Kelor)
dibuat dengan substitusi antara tepung terigu dengan tepung labu kuning dan kelor. Penelitian ini
menggunakan studi quasi experimental design, sedangkan rancangannya menggunakan
Randomized Control Group Pretest-Posttest Design yang dilakukan di Puskesmas Pandak 1,
Kabupaten Bantul dengan jumlah sampel 50 sampel yang terbagi menjadi 2 kelompok yakti
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pemberian intervensi ini selama 7 hari, sebelum dan
sesudah perlakukan dilakukan pengukuran status gizi balita menggunakan perbandingan Berat
Badan dengan Tinggi Badan (BB/TB). Analisis data dengan univariat dan bivariat. Untuk
menguji pre test-post test menggunakan uji Wilcoxon pada program SPSS, hasil uji dikatakan
signifikan bila didapat p – value < 0,05.
Tahapan Penelitian : Dimulai dengan analisis masalah, proses pengeringan dan pembuatan
tepung labu kuning dan kelor, formulasi cookies, melakukan uji kandungan gizi dan
organoleptik, analisis kualitas mutu dan daya terima cookies, melakukan pengemasan dilanjutkan
dengan pemberian intervensi dan pengukuran status gizi balita, diakhiri dengan pembuatan
laporan serta publikasi.
Luaran yang ditergetkan : Penelitian ini memiliki luaran wajib berupa Jurnal Publikasi
Nasional Terakreditasi di Jurnal Gizi Klinik Indonesia, serta luaran tambahan berupa HAKI
dan Merk Dagang cookies “Healthy Child” ; publikasi internasional di International
Journal of Nursing, Health and Medicine.

Kata kunci maksimal 5 kata


Status Gizi, Balita, Labu Kuning, Kelor
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Masalah gizi balita merupakan masalah kesehatan yang diprioritaskan pada program
pembangunan kesehatan Indonesia periode 2015-20191. Masa lima tahun pertama kehidupan
pada anak merupakan usia yang perlu diperhatikan kecukupan gizinya, mengingat periode ini
sangat pendek dan menjadi critical period yang perlu didukung untuk proses tumbuh kembang
anak yang optimal2. Masalah status gizi anak ini akan menjadi cerminan status gizi masyarakat
di suatu negara. Tentunya kualitas kehidupan bangsa terletak pada kualitas para calon generasi
penerus bangsa.
Survey Riskerdas Indonesia 2018 menunjukkan proporsi balita dengan gizi kurang dan
gizi buruk menunjukkan sebesar 17,7%3. Dari 34 provinsi di Indonesia terdapat 2 provinsi yang
memiliki masalah gizi dengan kategori akut yakni pendek <20% dan kurus >5% yakni Bali dan
DIY4. Kabupaten Bantul salah satu daerah prioritas perbaikan gizi balita, berdasarkan laporan
dinas kesehatan Kab.Bantul tahun 2017 dilaporkan jumlah kasus balita gizi buruk terdapat 202
balita5.
Permasalahn gizi timbul ketika asupan jumlah gizi yang dikonsumsi anak ternyata tidak
sesuai dengan kebutuhan asupan gizinya. Kekurangan gizi ini tentu memiliki dampak dalam
jangka pendek yaitu lambatnya perkembangan kognitif anak dan dapat mengganggu
pertumbuhan anak ; sedangkan jika anak menderita kekurangan gizi kronis dapat menyebabkan
kematian6. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak. Bahan alam yang dapat dengan mudah
diperoleh di masyarakat dapat digunakan untuk pembuatan PMT yang tentunya memiliki nilai
gizi yang tinggi.
Labu kuning termasuk tanaman yang memiliki nilai gizi yang tinggi, rendah karbohidrad
namun kaya akan serat, mineral dan vitamin 7. Kandungan gizi pada labu kuning ini yang sangat
dibutuhkan oleh seorang balita. Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelor dimana
tanaman ini hidup di derah tropis dan banyak digunakan oleh masyarakat untuk disayur. Daun
kelor ini memiliki kandungan karbohidrat, protein, zat besi, kalsium, Vitamin C, Vitamin A dan
kalium yang tinggi8. Cookies “Healthy Child” merupakan modifikasi dan inovasi makanan sehat
yang memanfaatkan bahan alam berbasis kearifan lokal dengan bahan yang mudah ditemukan
oleh masyarakat sekitar yang dikemas secara praktis untuk meningkatkan status gizi balita.
Konstribusi penelitian ini adalah menghasilkan produk inovasi modifikasi makanan sehat yang
memanfaatkan bahan alam berbasis kerifan lokal dalam bentuk cookies sebagai alternatif PMT
bagi balita untuk peningkatan status gizi balita.

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti. Bagan dapat dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan
dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil
penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber
pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Status Gizi
Status gizi merupakan gambaran keadaan tubuh yang merupakan akibat dari konsumsi
zat makanan serta penggunaan zat gizi. Status gizi yang baik berarti tubuh telah memperoleh
zat-zat gizi yang yang cukup untuk digunakan secara efisien sehingga memungkinkan untuk
digunakan dalam proses pertumbuhan fisik, perkembangan otak, produktivitas serta
kesehatan secara optimal. Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal antara lain adalah adanya
riwayat penyakit anak, pola asuh, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, status
sosial ekonomi, faktor demografi, perawatan antenatal yang kurang optimal, berat badan
lahir rendah dan jumlah anak dalam keluarga9,10,11.
Kekurangan gizi ini tentu memiliki dampak dalam jangka pendek yaitu lambatnya
perkembangan kognitif anak dan dapat mengganggu pertumbuhan anak ; sedangkan jika
anak menderita kekurangan gizi kronis dapat menyebabkan kematian 6. Status gizi biasanya
dikategorikan berdasarkan indeks antropometri yakni Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB); yang dikategorikan sebagai berikut : Gizi Buruk : <-3 SD; Gizi Kurang:-3 SD
sampai dengan <-2 SD ; Gizi Baik: -2 SD sampai dengan 2 SD ; Gizi Lebih: >2SD12.
Adapun Kecukupan gizi pada anak balita usia 12-36 bulan sebagai berikut13:
Zat Gizi Kebutuhan Zat Gizi Kebutuhan
Energi (kkal) 1000 Vitamin C (mg) 40
Protein (gram) 25 Kalsium (mg) 500
Vitamin A (RE) 400 Fosfor (mg) 400
Vitamin D (µg) 5 Magnesium (mg) 60
Vitamin E (mg) 6 Besi (mg) 8
Vitamin K (µ) 15 Yodium (µg) 120
Tiamin (mg) 0,5 Seng (mg) 8,3
Riboflavin (mg) 0,5 Selenium (µg) 17
Niacin (mg) 6 Mangan (mg) 1,2
Asam Folat (µg) 150 Flour (mg) 0,6
Piridoksin (mg) 0,5 Vitamin C (mg) 40
Vitamin B12 (µg) 0,9 Kalsium (mg) 500

2. Labu Kuning
Labu kuning merupakan makanan yang sangat mudah ditemukan di masyarakat
Indonesia. Tanaman ini sering dikenal dengan sebutan waluh. Sayur buah ini memiliki
variasi warna dan ukuran beragam. Beratnya kisaran 3-5 kg, berbentuk lonjong dan memiliki
beberapa alur. Labu kuning termasuk tanaman yang memiliki nilai gizi yang tinggi, rendah
karbohidrad namun kaya akan serat, mineral dan vitamin. Kandungan dan vitamin dalam
250 gram Labu kuning matang terkadung berbagai macam vitamin antara lain Vitamin A
12230 IU ; Vitamin C 11,5 mg ; Vitamin K 2,0 ; Folate 22mcg ; Niacin 1,01 mg ; Kalium
384 mg ; Fosfor 74 mg ; Magnesium 2 mg ; dan Zat Besi 1,40 mg 7. Pemanfaatan labu
kuning diIndonesia masih sangat sedikit dibandingkan dengan tingginya produksi labu
kuning. Oleh karenanya sangat perlu olahan labu kuning ini dikembangkan menjadi produk
inovatif makanan sehat yang lebih variatif namun tetap mempertahankan nilai gizi yang
terdapat dalam tanaman labu kuning ini14.
3. Kelor
Di daerah tropis seperti di Indonesia kelor merupakan tanaman yang sering dijumpai.
Kelor memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, kadar viatamin dan mineral yang cukup
tinggi dan mengandung 8 asam amino esensial yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi
permasalahan kekurangan gizi pada balita. Setiap 100 gram kelor kering mengandung 205,0
Cal, 27,1 gram protein, 2,3 gram lemak, 38,2/g karbohidrat, 2003 kalisium, 28,2 mg zat besi,
16,3 mg viatamin A, 20,5 mg Vitamin B2, 2,12 Ug Vitamin D, 113,0 mg Vitamin E. Dalam
penelitian sebelumnya menyebutkan pemberian tepung kelor efektif dalam meningkatkan
status gizi pada balita yang diukur dengan indikator IMT/U15.
4. Cookies kombinasi Labu Kuning dan kelor
Orang Indonesia termasuk senang dengan jenis makanan yang berbahan dasar tepung seperti
cracres, biskuit, cookist serta mie16. Cooekies merupakan salah satu jenis bisuit yang sifatnya
renyah, mudah dipatahkan, terbuat dari adonan lunak. Cookies bisa bersifat fungsional jika
dalam proses pembuatannya ditambahkan dengan bahan-bahan yang dapat meningkatkan
kesehatan seperti vitamin dan penambahan serat. Berdasarkan adonan yang dibuat, cookies
terbagi menjadi dua golongan yakni butter type dan foam type17.
5. Roadmap penelitian
Tabel 1. Roadmap Penelitian

Tahun Target Capaian


2019 Pembuatan Cookies “Healthy Child” (Cookies kombinasi Labu Kabocha
dan Kelor) Sebagai Alternatif Pemberian Makanan Tambahan untuk
peningkatan Status Gizi balita
2020 Pengembangan produk inovasi lain yang berbasis bahan alam dengan
kearifan lokal untuk peningkatan gizi balita

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.
METODE
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi quasi experimental design dengan rancangan Randomized
Control Group Pretest-Posttest Design. Kelompok dalam penelitian ini terdiri dari 2 yakni
kelompok intervensi yakni kelompok yang diberikan perlakuan pemberian cookies “Healthy
Child” dan kelompok kontrol yakni dengan memberikan intervensi cookies yang dicampur
dengan air biasa. Untuk pemberian jumlah cookies tergantung pada berat badan, yang
diukur kalorinya (rda) anak sesuai dengan usia.
Rancangan penelitian sebagai berikut :
Pre Test Post test

O1 X O2

O3 C O4

Gambar 1. Rancangan Penelitian

Keterangan :
O1 : Nilai sebelum pada kelompok intervensi
O3 : Nilai sebelum pada kelompok kontrol
O2 : Nilai sesudah pada kelompok intervensi
O4 : Nilai sesudah pada kelompok kontrol
X : Intervensi dengan cookies “Healthy Child”
C : Intervensi cookies yang dicampur dengan air biasa

B. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Cookies “Healthy Child” (Cookies kombinasi Labu Kuning dan Kelor)
Variabel terikat : Status Gizi Balita (usia 12-36 bulan)

C. Partisipan
Subjek penelitian ini balita usia 12-36 bulan yang tinggal di Puskesmas Pandak 1,
Kab.Bantul yang memiliki kriteria sesuai ketentuan peneliti. Jumlah sampel 25 dimasing-
masing kelompok. Penentuan sampel masuk dikelompok intevensi/kontrol dengan cara
diacak dengan sistem komputer.
Kriteria inklusi adalah balita usia 12-36 bulan dengan status gizi kurang dilihat
dengan indikator BB/TB termasuk kriteria status gizi berada pada -3 SD sampai dengan <-2
SD, balita yang tidak mengalami cacat/kelainan fisik maupun mental, bersedia menjadi
responden dan mengikuti intervensi peneliti. Kriteria ekslusi balita yang berpindah tempat
tinggal saat penelitian. Balita dikatakan drop out apabila, balita tidak mengonsumsi cookies
2 hari berturut-turut; mengundurkan diri saat intervensi ataupun kontrol diberikan.

D. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasinal Alat ukur Skala Kategori


No
1 Cookies Makanan yang - Nominal 1 : Ya
“Healthy dikembangkan sebagai 2 : Tidak
Child” salah satu PMT balita
(Cookies yang telah diuji
kombinasi kandungan gizinya dan
Labu Kuning daya terimanya sebagai
dan Kelor) upaya meningkatkan
status gizi balita
2 Status Gizi Kondisi tubuh balita Kategori Ordinal Gizi Buruk : <-3
Balita yang menggambarkan dan SD
kecukupan gizi ambang Gizi Kurang:-3
berdasarkan batas SD sampai
pengukuran status gizi dengan <-2 SD
antropometri yakni anak Gizi Baik: -2 SD
membandingkan antara menurut sampai dengan 2
BB (kg) dengan Tinggi BB/TB SD
Badan (bulan) sesuai Gizi Lebih:
dengan >2SD
ketentuan
Kementeri
an
Kesehatan
yang
diukur dg
timbangan
dan metlin
E. Alur Penelitian
1) Pembuatan tepung labu kuning dan kelor dengan cara mengeringkan terlebih dahulu
bahan tersebut yang didapat dengan menggunakan oven, kemudian dihaluskan dengan
blender dan proses pengayakan. Dilanjutkan dengan melakukan uji kimiawi.
2) Pembuatan cookies labu kuning dan kelor yakni dengan mencampurkan beberapa bahan
seperti gula, tepung, garam, telur, air, susu, margarin serta minyak loyang.
3) Formulasi cookies dengan 4 macam varian dan ditambah 1 formulasi yang hanya dengan
campuran air biasa untuk kelompok kontrol
4) Melakukan uji kandungan gizi dan organoleptik cookies
5) Melakukan analisis kualitas mutu dan daya terima cookies
6) Melakukan pengemasan dan pemberian intervensi

F. Job Discription
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat menjelaskan hasil dari jumlah responden dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi yang berisi presentase variabel yang menggambarkan nilai
mean,median, standart devisiasi, nilai maksimal dan nilai minimal.
2. Analisis Bivariat
Uji bivariat menggunakan uji Wilcoxon pada program SPSS, hasil uji dikatakan
signifikan apabila p – value < 0,05.

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL

No Nama Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Analisis Masalah dan √
penyusunan proposal
2 Proses pembuatan √ √ √
produk cookies
3 Uji Produk sampai √
pengemasan dan
perijinan
4 Pemberian Intervensi √ √ √
& Pengumpulan data
5 Analisis data √
6 Menyusun Laporan √
kemajuan
7 Menyusun Laporan √
Akhir
8 Pengurusan Luaran √

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. InfoDATIN Pusat Data dan Informasi
Kemeterian Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2016.
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta. 2010.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riskerdas Nasional tahun 2018.
Badan penelitian Pengembangan Depertemen Kesehatan RI. Jakarta. 2018
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pemantaun Status Gizi Tahun 2017.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.2018
5. Departemen Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul. Profil Kesehatan Tahun 2018.
Dinkes Kab.Bantul. 2018
6. Kementrian Sosial RI (2013). 1000 Hari Pertama Kehidupan Penentu Ribuan Hari
Berikutnya. Jakarta: Wahana Visi Indonesia
7. Krisnawati,Inti. Olahan Labu Kuning Untuk Bai Dn Balita Sehat Lezat Dan Alami.
Gramedia pustaka utama. Jakarta. 2009.
8. Krisnandi, AD (2015). Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi Dan Pengembangan
Tanaman Kelor Indonesia
9. Handayani, Reska. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita. Journal Endurance 2(2) June hal 217-2242017 ()
10. Tette, Edem MA. Sifah,Erik K, Nartey, Edmund T. Factors affecting malnutrition in
children and the uptake of interventions to prevent the condition. BMC ediatrics
volume 15, Article number: 189. 2015
11. Putri, Rona Firmana. Sulastri,Delmi. Lestari,Yuniar. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal
kesehatan Andalas Vol 4 No 1 hal 254-261. 2015.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Tatakelola Status Gizi Buruk.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.2019
13. Almatsier, S. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
2011.
14. Purwanto, dkk, 2013. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tepung Labu Kuning (Cucurbita
maxima) dengan Perlakuan Blanching dan Perendaman Natrium Metabisulfit
(Na2S2O5)
15. Rahayu Tri Budi. Nurindahsari,Yespy Anna Wahyu. Peningkatan Status Gizi Balita
Melalui Pemberian Daun Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal Kesehatan Madani Medika,
Vol 9 No 2 Desember Hal 87-91. 2018
16. Balitbankes. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Kementerian RI. 2013
17. Davidson I. Bicduit Baking Technology : processing and engeneering manual, 2nd
edition. Elsevier, Academic Press. 2016

Anda mungkin juga menyukai