Anda di halaman 1dari 408

PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG


NOMOR 04 TAHUN 2018

TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN TULANG BAWANG TAHUN 2017-2022

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULANG BAWANG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 263


ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015,
perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2017-2022 dengan Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang–Undang Nomor 02 Tahun 1997 tentang
Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang
Bawang dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tanggamus
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3667);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata
Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1312);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2018
tentang Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
459);
17. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Provinsi Lampung Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Provinsi Lampung Tahun 2007 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor
314 Seri E Nomor 2);
18. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Lampung Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Lampung Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Lampung Nomor 346);
19. Peraturan Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 (Lembaran
Daerah Provinsi Lampung Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor
404);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2008 Nomor 26, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 26);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 05
Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tulang Bawang 2012-2032 (Lembaran
Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013 Nomor
05, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2013 Nomor 05);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Tulang Bawang
(Lembaran Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG
dan
BUPATI TULANG BAWANG

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN TULANG BAWANG TAHUN 2017-2022

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Tulang Bawang
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Bupati dan Wakil Bupati adalah Bupati dan Wakil Bupati
Tulang Bawang.
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun
2017-2022, yang selanjutnya disebut RPJMD, adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2017
sampai dengan tahun 2022;
5. Rencana Strategis Perangkat Daerah Tahun 2017-2022,
yang selanjutnya disebut Renstra Perangkat Daerah
adalah dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk
periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2017
sampai dengan tahun 2022;
6. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya
disebut RKPD adalah dokumen perencanaan daerah
untuk periode 1 (satu) tahun.
7. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan;
8. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi;
9. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-
program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi;
10. Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh
Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan;
11. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu
atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat
yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 2

(1) RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan


program Bupati dan Wakil Bupati hasil Pemilihan Bupati
tahun 2017;
(2) RPJMD memuat tujuan, sasaran, strategi, arah
kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah,
serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat
Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan
bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang
disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN;
(3) RPJMD berfungsi sebagai:
a. pedoman bagi Perangkat Daerah dalam menyusun
Renstra Perangkat Daerah;
b. bahan penyusunan dan penyesuaian Renstra
Perangkat Daerah, dengan memperhatikan tugas dan
fungsi Perangkat Daerah dalam mencapai sasaran
daerah;
c. pedoman pemerintah daerah dalam menyusun RKPD;
dan
d. acuan dasar dalam pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan RPJMD.
(4) RPJMD dapat menjadi acuan bagi masyarakat
berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan daerah;
(5) RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1),
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Penjabaran
visi, misi dan program sebagaimana dimaksud ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB II
SISTEMATIKA

Pasal 3

Sistematika RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,


terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan;
Bab II : Gambaran Umum Kondisi Daerah;
Bab III : Gambaran Keuangan Daerah;
Bab IV : Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah;
Bab V : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;
Bab VI : Strategi, Arah Kebijakan dan Program
Pembangunan Daerah;
Bab VII : Kerangka Pendanaan Pembangunan dan
Program Pembangunan Daerah;
Bab VIII : Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
Bab IX : Penutup

Pasal 4

(1) Perangkat Daerah melaksanakan program dalam RPJMD


yang dijabarkan dalam Renstra Perangkat Daerah;

(2) Perangkat Daerah yang memiliki tugas dan fungsi di


bidang perencanaan pembangunan daerah
mengkoordinasikan proses penyusunan Renstra
Perangkat Daerah dan melaksanakan verifikasi terhadap
Rancangan Renstra Perangkat Daerah.

BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Pasal 5

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan


evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD;

(2) Pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

Perubahan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila:


a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa
proses perumusan tidak sesuai dengan tahapan dan
tatacara penyusunan rencana pembangunan daerah
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa
substansi yang dirumuskan, tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
c. terjadi perubahan yang mendasar, mencakup antara lain
terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis
ekonomi, konflik sosial budaya, gangguan keamanan,
pemekaran daerah, atau perubahan kebijakan nasional;
dan/atau
d. merugikan kepentingan nasional, yaitu apabila
bertentangan dengan Kebijakan Nasional.

Pasal 7

Perubahan RPJMD sebagaimana dimaksud pada Pasal 6


ditetapkan dengan Peraturan Daerah
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Seluruh perencanaan pembangunan Daerah dan perangkat


Daerah 5 (lima) tahunan dan tahunan yang disusun setelah
berlakunya Peraturan Daerah ini harus berpedoman pada
RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022
berdasarkan Peraturan Daerah ini.

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
pada Lembaran Daerah Kabupaten Tulang Bawang.

Ditetapkan di Menggala
pada tanggal 13 September 2018
BUPATI TULANG BAWANG,

WINARTI

Diundangkan di Menggala
pada tanggal 13 September 2018

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TULANG BAWANG,

ANTHONI

NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG,


PROVINSI LAMPUNG NOMOR 01/742/TB/2018 .....
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG
NOMOR 04 TAHUN 2018

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH


KABUPATEN TULANG BAWANG TAHUN 2017-2022

I. Penjelasan Umum

Sesuai ketentuan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah beserta peraturan teknisnya, kepala
daerah dan wakil kepala daerah terpilih harus menyusun rencana
pembangunan jangka menengah sesuai periode jabatannya. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD
adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

Penyusunan RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022


menggunakan pendekatan perencanaan pendekatan politik, teknokratik,
partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up) sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.

RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 merupakan


penjabaran visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada
pemilihan kepala daerah tahun 2017. RPJMD Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2017-2022 disusun dengan berdasar pada arah kebijakan RPJPD
Tahun 2005-2025, memperhatikan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-
2019 dan RPJMN Tahun 2015-2019. Strategi, kebijakan dan program prioritas
pembangunan jangka menengah daerah yang disusun diarahkan agar dapat
mewujudkan sasaran pembangunan daerah dan mendukung pencapaian
sasaran yang ditetapkan pemerintah Provinsi Lampung serta pemerintah
pusat.

II. Penjelasan Pasal demi Pasal

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3

Cukup Jelas

Pasal 4

Cukup Jelas

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup Jelas

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Cukup Jelas

Pasal 9

Cukup Jelas

Pasal 10

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 04


LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG
NOMOR : 04 TAHUN 2018
TANGGAL : 13 SEPTEMBER 2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... I-1

1.1. Latar Belakang ................................................................ I-1

1.2. Dasar Hukum Penyusunan.................................................... I-2

1.3. Hubungan Antar Dokumen ................................................... I-8

1.4. Maksud dan Tujuan .......................................................... I-13

1.5. Sistematika Penulisan ....................................................... I-14

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ......................................II-1

2.1. Aspek Geografi dan Demografi .............................................. II-4

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ......................................... II-29

2.3. Aspek Pelayanan Umum .................................................... II-62

2.4. Aspek Daya Saing Daerah ................................................. II-165

BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH .......................................... III-1

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu ................................................ III-3

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD ......................................... III-3


3.1.2. Neraca Daerah ......................................................III-16

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu ............................III-20

3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran ...................................III-25


3.2.2. Analisis Pembiayaan ...............................................III-31

3.3. Kerangka Pendanaan .......................................................III-35

3.3.1. Proyeksi Pendapatan dan Belanja ...............................III-37


3.3.2. Penghitungan Kerangka Pendanaan .............................III-43

BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH ....................IV-1

4.1. Permasalahan Pembangunan ............................................... IV-1

4.2. Isu Strategis................................................................. IV-18

i
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ........................................ V-1

5.1. Visi ..............................................................................V-1

5.2. Misi ..............................................................................V-3

5.3. Tujuan dan Sasaran ...........................................................V-6

BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM


PEMBANGUNAN DAERAH ..................................................VI-1

6.1. Strategi Pembangunan Daerah ............................................. VI-2

6.2. Arah Kebijakan ............................................................. VI-16

6.3 Program Pembangunan Daerah .......................................... VI-30

BAB VII KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM


PEMBANGUNAN DAERAH .................................................. VII-1

7.1. Kerangka Pendanaan Pembangunan ...................................... VII-1

7.2. Program Perangkat Daerah ................................................ VII-3

BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ........... VIII-1

8.1. Indikator Kinerja Utama .................................................. VIII-2

8.2. Indikator Kinerja Daerah .................................................. VIII-7

BAB IX PENUTUP ..................................................................... IX-1

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubugan Antar Dokumen Perencanaan .......................... I-12

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang .................... II-5

Gambar 2.2 Peta Rawan Bencana Kabupaten Tulang Bawang .............. II-23

Gambar 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2012-2017 (jiwa) ........................ II-25

Gambar 2.4 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017
(jiwa/km2)........................................................... II-26

Gambar 2.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2012-2017 ................................ II-27

Gambar 2.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang


Struktur Usia/Kelompok Umur Tahun 2016 ..................... II-27

Gambar 2.7 Piramida Penduduk Kabupaten Tulang Bawang


Menurut Kelompok Umur .......................................... II-28

Gambar 2.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten


Tulang Bawang dan Provinsi Lampung,
Tahun 2012-2016 .................................................. II-32

Gambar 2.9 PDRB Per Kapita Kabupaten Tulang Bawang


Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2012-2016
(dalam jutaan rupiah) ............................................. II-33

Gambar 2.10 Distribusi Persentase Terhadap Total PDRB


Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha, (persen) ................................................... II-35

Gambar 2.11 Perkembangan Inflasi Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2012-2016 ................................................... II-36

xiii
Gambar 2.12 Garis Kemiskinan Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016 ................................................... II-40
Gambar 2.13 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tualng Bawang
Tahun 2013-2016 ................................................... II-40

Gambar 2.14 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ............................... II-41

Gambar 2.15 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................ II-42

Gambar 2.16 Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2013-2016 ......... II-43

Gambar 2.17 Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................ II-45

Gambar 2.18 Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................ II-50

Gambar 2.19 Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH)


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2016
(tahun) ............................................................... II-51

Gambar 2.20 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2012-2017 ................................................... II-52

Gambar 2.21 Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2017 ................................................... II-53

Gambar 2.22 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tahun 2013-2016 ................................................... II-56

Gambar 2.23 Pengeluaran Perkapita Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2017 ................................................... II-57

Gambar 2.24 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2012-2017 ................................ II-58

Gambar 2.25 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2012-2016 ............................... II-112

Gambar 2.26 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dalam PDRB


Menurut penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2012-2016 (juta rupiah) ............... II-166

xiv
Gambar 2.27 Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Bukan Makanan
Dalam PDRB menurut Penggunaan ADHB Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2012-2016 (juta rupiah) ............... II-167

Gambar 2.28 Nilai Tukar Petani di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016 .................................................. II-170

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi, Luas Wilayah


dan Jumlah Kampung/Kelurahan
di Kabupaten Tulang Bawang .......................................... II-6

Tabel 2.2 Panjang Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS)


di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang .............................. II-10

Tabel 2.3 Rata-rata Suhu, Kelembaban Udara dan Curah Hujan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2016.......................... II-11

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang Menurut


Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016* ....................... II-29

Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan


Usaha (persen), Tahun 2012-2016 ................................... II-31

Tabel 2.6 PDRB Kabupaten Tulang Bawang Menurut Lapangan Usaha


Tahun 2012-2016 (dalam jutaan rupiah) ........................... II-32

Tabel 2.7 Distribusi Persentase Terhadap Total PDRB Atas


Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha,
Tahun 2012-2016 (persen) ............................................ II-34

Tabel 2.8 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa


(% yoy)................................................................... II-37

Tabel 2.9 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman


Kemiskina (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ...................... II-39

Tabel 2.10 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)


Tahun 2013-2016....................................................... II-46

Tabel 2.11 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM)


Tahun 2013-2016....................................................... II-47

iii
Tabel 2.12 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tahun 2013-2016....................................................... II-48

Tabel 2.13 Perkembangan Angka Kelulusan


Tahun 2013/2014 - 2016/2017 ....................................... II-49

Tabel 2.14 Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016....................................................... II-54

Tabel 2.15 Perkembangan Seni dan Budaya Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016....................................................... II-59

Tabel 2.16 Perkembangan Olahraga di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013–2016....................................................... II-60

Tabel 2.17 Perkembangan Organisasi Kepemudaan dan Olahraga


Tahun 2013-2016....................................................... II-62

Tabel 2.18 Capaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-62

Tabel 2.19 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-75

Tabel 2.20 Perkembangan Angka Putus Sekolah


Tahun 2013-2016....................................................... II-75

Tabel 2.21 Angka Melanjutkan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016....................................................... II-76

Tabel 2.22 Guru yang Memenuhi Kualifikasi S-1/D-IV


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................... II-77

Tabel 2.23 Guru yang Telah Bersertifikat Pendidik di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-78

Tabel 2.24 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah


SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016....................................................... II-78

Tabel 2.25 Rasio Guru/Murid SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-79

Tabel 2.26 Rombongan Belajar SD/MI di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016....................................................... II-80

iv
Tabel 2.27 Rombongan Belajar SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016....................................................... II-81

Tabel 2.28 Ruang Kelas dengan Kondisi Baik di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-82

Tabel 2.29 Rasio Posyandu per Satuan Balita di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-84

Tabel 2.30 Rasio Puskesmas, Klinik dan Pustu per Satuan Penduduk
di Kabupaten Tulang Bawang Tahu 2013-2016 .................... II-85

Tabel 2.31 Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-86

Tabel 2.32 Perkembangan Jumlah Pasien RSUD Menggala


Tahun 2013-2016....................................................... II-87

Tabel 2.33 Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Menggala


Tahun 2013-2016....................................................... II-88

Tabel 2.34 Rasio Dokter per Satuan Penduduk di Kabupaten


Tulang bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-88

Tabel 2.35 Rasio Perawat per Satuan Penduduk di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-89

Tabel 2.36 Rasio Bidan per Satuan Penduduk di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................................... II-90

Tabel 2.37 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................... II-92

Tabel 2.38 Cakupan Kampung/Kelurahan Universal Child Immunization


(UCI) di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ............ II-93

Tabel 2.39 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................... II-94

Tabel 2.40 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit


DBD di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ............. II-95

Tabel 2.41 Persentase Jalan Kabupaten Kondisi Mantap


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................... II-97

v
Tabel 2.42 Jenis Prasarana Irigasi/Pengairan di Kabupaten
Tulang Bawang ......................................................... II-98

Tabel 2.43 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ...................... II-99

Tabel 2.44 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Utama


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ..................... II-100

Tabel 2.45 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber


Penerangan Utama di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016...................................................... II-101

Tabel 2.46 Persentase Rumah Tangga Bersanitasi di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-101

Tabel 2.47 Sebaran Kawasan Kumuh di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2014 ............................................................ II-102

Tabel 2.48 Rumah Tidak Layak Huni Menurut Kecamatan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2015......................... II-103

Tabel 2.49 Capaian Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan


Lingkungan Tahun 2013-2016 ....................................... II-105

Tabel 2.50 Perkembangan Jumlah LSM dan Ormas


Tahun 2013-2016...................................................... II-107

Tabel 2.51 Banyaknya Tempat Peribadatan Tahun 2013-2016 .............. II-108

Tabel 2.52 Perkembangan Jumlah TPA dan Jama’ah Haji Asal


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ..................... II-109

Tabel 2.53 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................. II-110

Tabel 2.54 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan


Tahun 2013-2016...................................................... II-113

Tabel 2.55 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ..................... II-114

Tabel 2.56 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut


Lapangan Usaha di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016...................................................... II-115

vi
Tabel 2.57 Banyaknya Tenaga Pencari Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2013-2016........................................ II-115

Tabel 2.58 Jenis Pelatihan Keterampilan dan Jumlah Pencari Kerja


Yang Dilatih Tahun 2013-2016 ...................................... II-116

Tabel 2.59 Perkembangan Jumlah TKI Asal Tulang Bawang Menurut


Negara Tujuan Tahun 2013-2016 ................................... II-117

Tabel 2.60 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ..................... II-118

Tabel 2.61 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2017 ..................... II-119

Tabel 2.62 Rasio KDRT di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-120

Tabel 2.63 Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-121

Tabel 2.64 Perkembangan Ketersediaan Pangan Utama (Beras),


Energi, Lemak dan Protein Tahun 2013-2016 ..................... II-123

Tabel 2.65 Perkembangan Perusahaan yang memiliki AMDAL, IPAL


dan UKL/UPL Tahun 2013-2016 ..................................... II-125

Tabel 2.66 Pelayanan Catatan Sipil Tahun 2013-2016 ........................ II-126

Tabel 2.67 Jumlah PKK Aktif di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-128

Tabel 2.68 Perkembangan Contraseptive Prevalence Rate (CPR)


Tahun 2013-2016...................................................... II-130

Tabel 2.69 Cakupan PUS yang ingin ber-KB Tidak Terpenuhi


(unmet need) di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016...................................................... II-130

Tabel 2.70 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk dan TFR


Tahun 2013-2016...................................................... II-132

Tabel 2.71 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ..................... II-133

vii
Tabel 2.72 Perkembangan Jumlah Kendaraan yang Uji Kendaraan
Tahun 2013-2016...................................................... II-134

Tabel 2.73 Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR)


di Kabupaten tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................. II-135

Tabel 2.74 Perkembangan Jumlah Sumbangan Pendapatan


dari Pos Uji Kendaraan Tahun 2013-2016 ......................... II-135

Tabel 2.75 Jumlah Base Transceiver Station (BTS) dan Penyedia


Jasa Layanan Telekomunikasi di Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-136

Tabel 2.76 Perkembangan Surat Kabar Nasional/Lokal dan


Lembaga Penyiaran Radio dan Televisi Nasional/Lokal
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................. II-137

Tabel 2.77 Perkembangan Jumlah Koperasi dan UMKM


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................. II-138

Tabel 2.78 Perkembangan PMA dan PMDN di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-140

Tabel 2.79 Perkembangan Organisasi Kepemudaan dan Olahraga


Tahun 2013 – 2016 .................................................... II-142

Tabel 2.80 Publikasi Buku Statistik di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-143

Tabel 2.81 Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-146

Tabel 2.82 Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-146

Tabel 2.83 Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ..................... II-147

Tabel 2.84 Produksi Ikan Menurut Sumbernya di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-149

Tabel 2.85 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-150

viii
Tabel 2.86 Jumlah Produksi Komoditas Pertanian di Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-151

Tabel 2.87 Populasi Ternak di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-152

Tabel 2.88 Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-153

Tabel 2.89 Perkembangan Sarana Perdagangan di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-155

Tabel 2.90 Perkembangan Jumlah Industri dan Tenaga Kerja


Yang terserap Tahun 2013-2016 .................................... II-157

Tabel 2.91 Perkembangan Produk Surat Bupati, Peraturan Bupati


dan Surat Perjanjian Tahun 2013-2016 ............................ II-158

Tabel 2.92 Perkembangan Pelaksanaan Fungsi Pengawasan


Tahun 2013-2016...................................................... II-160

Tabe 2.93 Jumlah Pegawai Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-162

Tabel 2.94 Rekapitulasi Jumlah PNS yang telah mengikuti Diklat


Selama Tahun 2013-2016 ............................................ II-164

Tabel 2.95 Jumlah PNS yang Mengikuti Tugas Belajar


dan Lainnya Tahun 2013-2016 ...................................... II-164

Tabel 2.96 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016 .................. II-171

Tabel 2.97 Angka Kriminalitas per 10.000 Penduduk di Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2013-2016 ................................... II-174

Tabel 2.98 Jumlah Demonstrasi di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016...................................................... II-175

Tabel 2.99 Penduduk Usia Kerja Menurut Pendidikan


Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013-2016 ..................... II-177

Tabel 2.100 Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap


Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Tulang Bawang .......................................... II-178

ix
Tabel 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2017 .............. III-5

Tabel 3.2 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah


Tahun 2012-2017........................................................ III-6

Tabel 3.3 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2017 ...................... III-7

Tabel 3.4 Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2012-2017 .............. III-8

Tabel 3.5 Target dan Realisasi Retribusi Daerah


Tahun 2012-2017........................................................ III-9

Tabel 3.6 Target dan Realisasi Pengelolaan Kekayaan Daerah


Yang Dipisahkan Tahun 2012-2017 ..................................III-10

Tabel 3.7 Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah


yang Sah Tahun 2012-2017 ...........................................III-10

Tabel 3.8 Rincian Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Tahun 2012-2017.......................................................III-11

Tabel 3.9 Target dan Realisasi Dana Perimbangan


Tahun 2012-2017.......................................................III-12

Tabel 3.10 Target dan Realisasi Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak Tahun 2012-2017 ...............................................III-13

Tabel 3.11 Target dan Realisasi Dana Alokasi Umum


Tahun 2012-2017.......................................................III-13

Tabel 3.12 Target dan Realisasi Dana Alokasi Khusus


Tahun 2012-2017.......................................................III-14

Tabel 3.13 Rincian Target dan Realisasi Dana Perimbangan


Tahun 2012-2017.......................................................III-15

Tabel 3.14 Target dan Realisasi Lain-Lain Pendapat Daerah


yang Sah Tahun 2012-2017 ...........................................III-16

Tabel 3.15 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten


Tulang Bawang ........................................................ III-17

x
Tabel 3.16 Analisa Rasio Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2015-2016 (%) ...............................III-19

Tabel 3.17 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014-2017
(jutaan rupiah) .........................................................III-26

Tabel 3.18 Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2012-2017 ..........III-29

Tabel 3.19 Target dan Realisasi Belanja Tidak Langsung


dan Belanja Langsung Tahun 2012-2017 ............................III-30

Tabel 3.20 Defisit Riil Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten


Tulang Bawang Tahun 2014-2017 (juta rupiah) ...................III-31

Tabel 3.21 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Pemerintah Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014-2017 (%)..................III-32

Tabel 3.22 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)


Kabupaten Tulang Bawang (juta rupiah) ...........................III-32

Tabel 3.23 Target dan Realisasi Penerimaan Pembiayaan


Tahun 2012-2017.......................................................III-33

Tabel 3.24 Target dan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan


Tahun 2012-2017.......................................................III-33

Tabel 3.25 Rincian Target dan Realisasi Pembiayaan


Tahun 2012-2017.......................................................III-34

Tabel 3.26 Proyeksi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 ......................III-40

Tabel 3.27 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2017-2022.......................................................III-43

Tabel 3.28 Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Daerah


Tahun 2017-2022.......................................................III-44

Tabel 3.29 Rencana Pembangunan Kapasitas Riil Kemampuan


Keuangan Daerah Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2017-2022.......................................................III-45

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi Nasional, Provinsi dan Kabupaten


Tulang Bawang ...........................................................V-3

xi
Tabel 5.2 Indikator Tujuan dan Target yang Akan Dicapai
Pada Akhir Periode RPJMD ........................................... V-11

Tabel 5.3 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah


Kabupaten Tulang Bawang ........................................... V-12

Tabel 6.1 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ............ VI-7

Tabel 6.2 Analisis SWOT ........................................................... VI-9

Tabel 6.3 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Kabupaten


Tulang Bawang ........................................................ VI-13

Tabel 6.4 Perumusan Arah Kebijakan Pembangunan ........................ VI-16

Tabel 6.5 Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten


Tulang Bawang ........................................................ VI-19

Tabel 6.6 Indikasi Tema/Fokus Pembangunan Lima Tahunan .............. VI-24

Tabel 6.7 Program Pembangunan Daerah yang Disertai


Pagu Indikatif Kabupaten Tulang Bawang ......................... VI-38

Tabel 6.8 Program Prioritas Kabupaten Tulang Bawang


Terhadap TPB/SDG’s ................................................. VI-47

Tabel 6.9 Program Prioritas Kabupaten Tulang Bawang Terhadap


Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) .................... VI-53

Tabel 7.1 Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah


Tahun 2017-2022 Kabupaten Tulang Bawang ...................... VII-2

Tabel 7.2 Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai


Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Tulang Bawang ................ VII-4

Tabel 8.1 Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Daerah..................... VIII-3

Tabel 8.2 Penetapan Indikator Kinerja Utama


Kabupaten Tulang Tahun 2017-2022 ............................... VIII-5

Tabel 8.3 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian


Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Tulang Bawang .......................................... VIII-9

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

K
abupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten
di Provinsi Lampung yang menyelenggarakan Pemilihan
Kepala Daerah secara serentak pada tahun 2017. Sesuai
ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah beserta peraturan
teknisnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih harus
menyusun rencana pembangunan jangka menengah sesuai periode
jabatannya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk
periode 5 (lima) tahun. RPJMD merupakan penjabaran Visi dan Misi
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang telah disampaikan
pada saat kampanye dan akan dicapai selama 5 (lima) tahun masa
jabatan.

Penyusunan RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022


menggunakan pendekatan perencanaan pendekatan politik, teknokratik,
partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up)
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pendekatan teknokratis
menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Pendekatan partisipatif
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Pendekatan politis dilaksanakan dengan menerjemahkan visi dan misi
kepala daerah terpilih ke dalam dokumen perencanaan pembangunan

I-1
jangka menengah yang dibahas bersama dengan DPRD. Pendekatan atas-
bawah dan bawah-atas merupakan hasil perencanaan yang diselaraskan
dalam musyawarah pembangunan. Dengan demikian diharapkan RPJMD
yang ditetapkan dapat benar-benar menjawab permasalahan
pembangunan daerah dan mengakomodir kebutuhan masyarakat.

Untuk mewujudkan konsistensi dan sinkronisasi perencanaan


pembangunan, RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022
dengan berdasar pada arah kebijakan RPJPD Tahun 2005-2025,
memperhatikan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 dan RPJMN
Tahun 2015-2019. Strategi, kebijakan dan program prioritas
pembangunan jangka menengah daerah yang disusun diarahkan agar
dapat mewujudkan sasaran pembangunan daerah dan mendukung
pencapaian sasaran yang ditetapkan pemerintah Provinsi Lampung serta
Pemerintah Pusat.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 dilandasi dasar hukum
sebagai berikut :

1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1997 tentang Pembentukan


Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang dan Kabupaten Daerah
Tingkat II Tanggamus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3667);

2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

I-2
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan


Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4868);

10) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

I-3
11) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);

12) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan


Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5068);

13) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);

14) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

15) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

16) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);

17) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem


Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576);

I-4
18) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

19) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan


Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

20) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

21) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

22) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman


Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

23) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman


Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

24) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata


Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

I-5
Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4698);

25) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);

26) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);

27) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);

28) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

29) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara


Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941);

30) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan


Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6042);

31) Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan


Penanggulangan Kemiskinan;

I-6
32) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-
2025;

33) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015–2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

34) Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan


Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 136);

35) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

36) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah,dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1312);

37) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2018 tentang


Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 459);

38) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2007 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Lampung Tahun

I-7
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2007
Nomor 6);

39) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung Tahun 2009-
2029 (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2010 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 346);

40) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2014 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Lampung Tahun 2015-2019 (Lembaran Daerah Provinsi Lampung
Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Lampung Nomor 404);

41) Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 26 Tahun 2008


tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2008 Nomor 26);

42) Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 05 Tahun 2013


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang
2012-2032 (Lembaran Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013
Nomor 05, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013 Nomor 05);

43) Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2016


tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Tulang Bawang (Lembaran Daerah Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Tulang Bawang Nomor 12).

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Dalam rangka pengintegrasian perencanaan pembangunan daerah


kedalam sistem pembangunan nasional, seluruh Pemerintah Daerah baik
provinsi dan kabupaten/kota wajib menyusun dokumen perencanaan

I-8
pembangunan daerah, berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).

Kegiatan penyusunan dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud


diatas merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, dengan memperhatikan Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Penyusunan RPJM Daerah dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

a. RPJM Daerah Provinsi berpedoman pada RPJP Daerah dan RTRW


Provinsi;

b. RPJM Daerah Provinsi memperhatikan RPJM Nasional, RPJM Daerah


dan RTRW Provinsi Lainnya;

c. RPJM Daerah Kabupaten/Kota berpedoman pada RPJP Daerah dan


RTRW kabupaten/kota;

d. RPJM Daerah Kabupaten/Kota memperhatikan RPJM Nasional, RPJM


Daerah Provinsi, RPJM Daerah dan RTRW Kabupaten/Kota lainnya;

e. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan


pembangunan melalui penyelenggaraan musrenbang RPJM Daerah;

f. Apabila RPJM Daerah Provinsi belum tersedia, maka penyusunan


RPJM Daerah Kabupaten/Kota memperhatikan Renstrada Provinsi;

g. Sebelum RPJP Daerah ditetapkan, penyusunan RPJM Daerah tetap


dilaksanakan dengan mengesampingkan RPJP Daerah sebagai
pedoman.

Dokumen RPJMD sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah


untuk jangka waktu lima tahun ke depan, maka dokumen ini menjadi
acuan dalam pedoman pencapaian visi dan misi pasangan Kepala Daerah

I-9
hasil proses Pemilihan Kepala Daerah secara langsung (Pilkada). Oleh
karena itu, dokumen RPJMD ini tidak terlepas dari dokumen-dokumen
perencanaan daerah lainnya yang telah ada sebelumnya terutama
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2005-2025 dan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2032. Selain itu, dalam
upaya menciptakan sinergisme pembangunan dengan pemerintah provinsi
dan pola pembangunan jangka menengah nasional maka dokumen RPJMD
ini juga mengacu kepada dokumen RPJM Provinsi Lampung dan RPJM
Nasional.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tidak dapat


dilepaskan dan harus terintegrasi dengan dokumen perencanaan
pembangunan lainnya sebagai dasar penyelenggaraan pemerintahan.
Berikut ini kaitan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Tulang Bawang dengan dokumen-dokumen
perencanaan pembangunan lainnya.

1.3.1. Hubungan RPJMD dengan RPJPD

Dokumen RPJMD Kabupaten merupakan penjabaran RPJPD Kabupaten.


RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 disusun dengan
berpedoman pada RPJPD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2005-2025
sebagai dokumen perencanaan yang berlaku 20 (dua puluh) tahun.

1.3.2. Hubungan RPJMD Kabupaten dengan RPJMN

Dalam penyusunan RPJMD harus mempedoman RPJMN yang dilakukan


melalui penyelarasan pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,
strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah kabupaten
dengan arah, kebijakan umum serta prioritas pembangunan nasional,
arah kebijakan dan prioritas untuk bidang-bidang pembangunan dan
pembangunan kewilayahan sesuai dengan kewenangan, kondisi dan
karakteristik Kabupaten Tulang Bawang.

I - 10
1.3.3. Hubungan RPJMD Kabupaten dengan RPJMD Provinsi Lampung

Penyusunan dokumen RPJMD kabupaten/kota harus memperhatikan


dokumen RPJMD provinsi. Memperhatikan RPJMD provinsi dilakukan
melalui penyelarasan pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,
strategi dan program pembangunan jangka menengah daerah
kabupaten/kota dengan arah, kebijakan, prioritas pembangunan jangka
menengah provinsi.

1.3.4. Hubungan RPJMD dengan RKPD

Dokumen RPJMD dijabarkan kedalam RKPD sebagai dokumen operasional


tahunan yang memuat rancangan kerangka ekonomi makro daerah
beserta kerangka pendanaan, prioritas, sasaran pembangunan dan
rencana program dan kegiatan prioritas daerah.

1.3.5. Hubungan RPJMD dengan Renstra Perangkat Daerah

Dokumen RPJMD Kabupaten sebagai pedoman penyusunan dan penetapan


Renstra Perangkat Daerah. Rencana Strategis Perangkat Daerah memuat
tujuan, sasaran, program dan kegiatan pembangunan dalam rangka
pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib dan/atau Urusan Pemerintahan
Pilihan sesuai dengan dan fungsi setiap Perangkat Daerah.

1.3.6. Hubungan RPJMD dengan RTRW Kabupaten Tulang Bawang

RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 harus memperhatikan


dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tulang Bawang
sebagaimana telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Tulang Bawang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2032, agar pelaksanaan
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat sesuai dengan tata ruang yang ditetapkan.

I - 11
1.3.7. Hubungan RPJMD Kabupaten Tulang Bawang dengan RPJMD dan
RTRW Kabupaten/Kota Lain

Bahwa dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Tulang Bawang


memperhatikan RPJMD dan RTRW kabupaten/kota lainnya yang dilakukan
melalui penyelarasan antara rencana pembangunan jangka menengah
daerah kabupaten/kota dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang
kabupaten/kota lain sekitarnya (tetangga) terutama yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Tulang Bawang.

1.3.8. Hubungan RPJMD dengan KLHS RPJMD

Bahwa dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Tulang Bawang


memperhatikan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana dan/atau program. Hubungan antar dokumen
perencanaan tersebut secara lebih jelas dapat dilihat dalam gambar
berikut:

Gambar 1.1 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

I - 12
1.4. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 adalah menjabarkan Visi,
Misi dan Program Kepala Daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi,
arah kebijakan, pembangunan daerah dan keuangan daerah serta
program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai
dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5
(lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.

Tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022


adalah:

1) Sebagai pedoman bagi OPD dalam menyusun dokumen Rencana


Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut
Renstra OPD;

2) Sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah


(RKPD);

3) Sebagai acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan


RPJMD;

4) Sebagai alat koordinasi dan acuan kerja bagi penyelenggaraan


pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah
dalam periode waktu 5 (lima) tahun;

5) Memberikan arah dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan


pembangunan daerah baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia
usaha dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, strategi, dan sasaran
pembangunan daerah;

6) Menjamin terlaksananya koordinasi antar pelaku pembangunan;

7) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergitas


perencanaan pembangunan antar wilayah, antar ruang, antar fungsi
pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; dan

I - 13
8) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengendalian.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 mengacu pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
1.3. Hubungan Antar Dokumen
1.4. Maksud dan Tujuan

1.5. Sistematika Penulisan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.3 Aspek Pelayanan Umum


2.4 Aspek Daya Saing Daerah

BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH


3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu


3.3 Kerangka Pendanaan

I - 14
BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

4.1 Permasalahan Pembangunan


4.2 Isu Strategis

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.1 Visi
5.2 Misi
5.3 Tujuan dan Sasaran

BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN


DAERAH

BAB VII KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM


PERANGKAT DAERAH

BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB IX PENUTUP

I - 15
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

d
alam sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara,
Tulang Bawang digambarkan merupakan salah satu kerajaan
tertua di Indonesia, disamping kerajaan Melayu, Sriwijaya,
Kutai, dan Tarumanegara. Meskipun belum banyak catatan
sejarah yang mengungkapkan keberadaan kerajaan ini,
namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4
seorang peziarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, dalam
perjalanannya menuju India pernah singgah di sebuah kerajaan yang
makmur dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman
Chryse (pulau emas Sumatera). Sampai saat ini belum ada yang bisa
memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah
Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu
Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih
dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.

Seiring dengan semakin berkembangnya kerajaan Che-Li-P’o Chie


(Sriwijaya), nama dan kebesaran Tulang Bawang sedikit demi sedikit
semakin pudar. Akhirnya sulit sekali mendapatkan catatan sejarah
mengenai perkembangan kerajaan ini.

Ketika Islam mulai masuk ke bumi Nusantara sekitar abad ke-15,


Menggala dan alur sungai Tulang Bawang yang kembali marak dengan
aneka komoditi, mulai kembali di kenal Eropa. Menggala dengan
komoditi andalannya Lada Hitam, menawarkan harga yang jauh lebih
murah dibandingkan dengan komoditi sejenis yang didapat VOC dari
Bandar Banten. Perdagangan yang terus berkembang, menyebabkan
denyut nadi Sungai Tulang Bawang semakin kencang, dan pada masa itu

II - 1
kota Menggala dijadikan dermaga “BOOM“, tempat bersandarnya kapal-
kapal dari berbagai pelosok Nusantara, termasuk Singapura.

Perkembangan politik Pemerintahan Belanda yang terus berubah,


membawa dampak dengan ditetapkanya Lampung berada dibawah
pengawasan langsung Gubernur Jenderal Herman Wiliam Deandles mulai
tanggal 22 November 1808. Hal ini berimbas pada penataan sistem
pemerintahan adat yang merupakan salah satu upaya Belanda untuk
mendapatkan simpati masyarakat.

Pemerintahan adat mulai ditata sedemikian rupa, sehingga terbentuk


Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala Marga (Kebuayan).
Wilayah Tulang Bawang sendiri dibagi dalam 3 kebuayan, yaitu Buay
Bulan, Buay Tegamoan dan Buay Umpu (tahun 1914, menyusul dibentuk
Buay Aji).

Sistem Pemerintahan Marga tidak berjalan lama, dan pada tahun 1864
sesuai dengan Keputusan Kesiden Lampung No. 362/12 tanggal 31 Mei
1864, dibentuk sistem Pemerintahan Pesirah. Sejak itu pembangunan
berbagai fasilitas untuk kepentingan kolonial Belanda mulai dilakukan
termasuk di Kabupaten Tulang Bawang.

Pada zaman pendudukan Jepang, tidak banyak perubahan yang terjadi di


daerah yang dijuluki “Sai Bumi Nengah Nyappur” ini. Dan akhirnya
sesudah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, saat Lampung
ditetapkan sebagai daerah Keresidenan dalam wilayah Propinsi Sumatera
Selatan, Tulang Bawang dijadikan wilayah Kewedanaan.

Sejalan dengan perkembangan Negara RI, maka setelah Lampung


memisahkan diri dari Provinsi Sumatera Selatan, dengan membentuk
Provinsi Lampung, status Menggala juga ditetapkan sebagai kecamatan di
bawah naungan Kabupaten Lampung Utara.

II - 2
Proses berdirinya Kabupaten Tulang Bawang tidak begitu saja terjadi.
Diawali dari rencana sesepuh dan tokoh masyarakat bersama pemerintah
yang sejak tahun 1972 merencanakan mengembangkan Provinsi Lampung
menjadi 10 Kabupaten/Kota, maka pada tahun 1981, Pemerintah Provinsi
membentuk 8 Lembaga Pembantu Bupati, yang salah satunya adalah
Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Menggala, berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 821.26/502 tanggal 8 Juni 1981
tentang Pembentukan Wilayah Kerja Pembantu Bupati Lampung Selatan,
Lampung Tengah, dan Lampung Utara Wilayah Propinsi Lampung.

Pada tahun 1997, dibentuklah Sekretariat Persiapan Kabupaten Tulang


Bawang, dengan Sekretaris merangkap Pembantu Bupati Lampung Utara
Wilayah Menggala Hi. Santori Hasan, SH. Selanjutnya untuk memuluskan
pembentukan kabupaten, ditunjuklah Hi. Santori Hasan, SH sebagai
Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Tulang Bawang sejak tanggal 20 Maret
sampai dengan 9 Desember 1997 melalui Surat Keputusan Gubernur
Nomor 821.2/II/09/97 tanggal 14 Januari 1997 tentang Penunjukan Plt.
Bupati Kabupaten Tingkat II Persiapan Tulang Bawang.

Melalui serangkaian proses yang cukup panjang, akhirnya Kabupaten


Tulang Bawang lahir dengan ibukota pemerintahan di Menggala, dan
diresmikan keberadaannya oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20
Maret 1997, sebagai tindak lanjut ditetapkan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1997 tentang pembentukan daerah tingkat II Tulang Bawang dan
Kabupaten Daerah Tingkat II Tanggamus.

II - 3
2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu dari 15 (lima belas)


kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung. Setelah dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten
Mesuji dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Tulang Bawang Barat, maka terjadi pemekaran 2 (dua) daerah
otonomi baru, dan Kabupaten Tulang Bawang sebagai Kabupaten Induk.

Batas wilayah administratif Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai


berikut:

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Mesuji

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Jawa

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang

Barat

Wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari


15 Kecamatan, 147 kampung dan 4 kelurahan. Gambaran wilayah secara
administratif dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

II - 4
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang

Sumber : RTRW Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2032

II - 5
Luas wilayah Kabupaten Tulang Bawang adalah 3.466,32 km². Kecamatan
Dente Teladas merupakan kecamatan terluas dengan luas 685,65 Km2
atau 19,78 persen dari luas wilayah Kabupaten Tulang Bawang,
sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan
Meraksa Aji dengan luas 94,71 Km2 atau 2,73 persen dari luas wilayah
Kabupaten Tulang Bawang. Wilayah Kabupaten Tulang Bawang secara
administratif terdiri dari 15 kecamatan dengan jumlah kampung/
kelurahan sebanyak 147 kampung dan 4 kelurahan, 828 Rukun Warga
(RW) serta 3.277 Rukun Tetangga (RT).

Tabel 2.1 Pembagian Wilayah administrasi, Luas Wilayah dan


Jumlah Kampung/Kelurahan di Kabupaten Tulang Bawang

RASIO
LUAS JUMLAH
TERHADAP
NO KECAMATAN KECAMATAN KAMPUNG/ IBUKOTA
LUAS
(Km²) KELURAHAN
KABUPATEN

1 Banjar Agung 230,88 6,66 11 Banjar Agung

2 Banjar Margo 132,95 3,84 12 Agung Dalem

3 Gedung Aji 114,47 3,30 10 Gedung Aji

4 Penawar Aji 104,45 3,01 9 Gedung Rejo Sakti

5 Meraksa Aji 94,71 2,73 8 Panduan Rajawali

6 Menggala 344,00 9,92 9 Ujung Gunung

7 Penawartama 210,53 6,07 14 Bogatama

8 Rawajitu Selatan 123,94 3,58 9 Medasari

9 Gedung Meneng 657,07 18,96 11 Gedung Meneng

10 Rawajitu Timur 176,65 5,10 8 Bumi Dipasena Mulya

11 Rawa Pitu 169,18 4,88 9 Batanghari

12 Gedung Aji Baru 95,36 2,75 9 Sidomukti

13 Dente Teladas 685,65 19,78 12 Teladas

14 Banjar Baru 132,95 3,84 10 Kahuripan Jaya

15 Menggala Timur 193,53 5,58 10 Lebuh Dalem

Kabupaten Tulang Bawang 3.466,32 100,00 151 Menggala

Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka 2017

II - 6
b. Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Tulang Bawang terletak antara posisi 04°08'


sampai 04°41' Lintang Selatan dan 105°09' sampai 105° 55' Bujur Timur,
yang terletak di bagian hilir dari dua sungai besar yaitu Way Mesuji dan
Way Tulang Bawang dan bermuara di Laut Jawa yang berada di bagian
timur wilayah Tulang Bawang. Mengingat letaknya yang berada di antara
0 – 10° Lintang Selatan maka Kabupaten Tulang Bawang seperti halnya
daerah-daerah lain di Indonesia juga merupakan daerah beriklim tropis.

c. Topografi

Secara topografi, Kabupaten Tulang Bawang dapat dibagi menjadi


4 (empat) daerah yaitu:

1) Daerah dataran (landai), yang merupakan daerah dataran sampai


dengan dataran bergelombang, berada pada kemiringan antar 15% -
30% yang dimanfaatkan area pertanian, perkebunan dan cadangan
pengembangan transmigrasi.

2) Daerah rawa, terdapat di sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian


0-1 m yang merupakan muara dari Way Tulang Bawang dan Way
Mesuji. Rawa-rawa tersebut terdapat di tiga wilayah kecamatan
yaitu Kecamatan Rawajitu Timur, Rawajitu Selatan dan Kecamatan
Dente Teladas. Daerah-daerah tersebut merupakan areal yang cukup
produktif untuk pengembangan budidaya tambak dan perikanan laut.

3) Daerah River Basin, Terdapat 2 River Basin yang utama yaitu River
Basin Tulang Bawang dan River Basin sungai-sungai kecil lainnya.
Daerah ini berupa cekungan yang memungkinkan untuk diisi air pada
musim penghujan membentuk rawa-rawa atau lebung-lebung.
Pada areal River Basin Way Tulang Bawang dengan anak-anak
sungainya membentuk pola aliran dendritic. Daerah ini memiliki luas
10.150 Km2 dengan panjang 753 Km yang digunakan untuk
pengembangan tambak udang.

II - 7
4) Daerah alluvial, meliputi pantai sebelah timur yang merupakan
bagian hilir (down steem) dari sungai-sungai besar yaitu Way Tulang
Bawang dan Way Mesuji yang dimanfaatkan untuk pelabuhan dan
areal persawahan pasang surut.

d. Geologi

Berdasarkan peta Geologi Lembar Menggala, 1985 (Direktorat Jenderal


Geologi dan Sumber Daya Mineral, P3G, Bandung), diketahui wilayah
Tulang Bawang secara geologis tersusun oleh batu-batuan dari berbagai
unsur, mulai dari yang termuda sampai yang tertua, diantaranya adalah:

1. Endapan Rawa (Qs): terutama terdiri material lumpur, lanau, dan


pasir. Endapan rawa ini dijumpai di sepanjang pantai timur, kiri
kanan daerah aliran Way Tulang Bawang. Secara administrasi
termasuk wilayah Kecamatan Rawajitu Timur, Rawajitu Selatan,
Gedung Meneng dan sekitar Penawar Tama;

2. Endapan Aluvial (Qa): terdiri dari material kerakal, kerikil, pasir,


lempung dan gambut. Penyebaran endapan aluvial ini terutama
terdapat di daerah dataran dan di sekitar aliran sungai;

3. Pasir Kwarsa (Qak): Pasir kasar kerikilan sampai sedang, lepas,


penyusun dominan mineral kwarsa. Penyebarannya setempat-
setempat yaitu sekitar Gedung Jaya, Rawa Ragil, Hargo Mulyo,
Bumiratu wilayah Kecamatan Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente
Teladas sekitar aliran Way Palembang anak sungai Way Seputih;

4. Formasi Terbanggi (Qpt): terdiri dari batu pasir dengan sisipan batu
lempung. Formasi batuan ini diantaranya ditemui di sebagian wilayah
Gedung Meneng dan Rawajitu Selatan;

5. Formasi Kasai (Qtk): terdiri dari tuf, batu lempung tufaan, batu
lempung, batu pasir dan konglomerat. Formasi ini ditemui setempat-
setempat dengan penyebaran yang luas, disekitar wilayah Gedung
Aji, Menggala, Penawar Tama, dan Banjar Agung;

II - 8
6. Formasi Muara Enim (Tmpm): terdiri dari perselingan batu lempung
pasiran dan batu lanau, tufaan dengan sisipan batu pasir tufaan, dan
batu lempung hitam. Terutama dijumpai dibagian utara wilayah
Kabupaten Tulang Bawang sekitar Penawar Tama, Banjar Margo dan
Banjar Agung.

Secara garis besar tanah di wilayah Tulang Bawang dapat dikelompokkan


menjadi 8 (delapan) jenis tanah (Masterplan Pengendalian Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang, 2008), yaitu :
Dystropepts, haplodux, hydraquents, kanha pludults, sulfaquents,
sulfihemists, tropaquents, tropaqueps dan tropop samment.

e. Hidrologi

Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi yang tinggi untuk


perkembangan sektor pertanian sebab sebagian besar sungai-sungai yang
mengalir dari barat ke timur berpotensi untuk pengembangan irigasi,
sungai-sungai yang dimaksud adalah Way Tulang Bawang. Way Tulang
Bawang merupakan sungai yang membelah dari barat ke timur di wilayah
Kabupaten Tulang Bawang, dengan panjang 136 Km dan daerah alir
1.285 Km2.

Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau


dari kajian Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang
alam yang dibatasi oleh pemisah alami berupa topografi pegunungan/
perbukitan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan
air, sedimen dan unsur hara kesungai utama yang akhirnya bermuara
pada satu outlet tunggal.

II - 9
Tabel 2.2 Panjang Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS)
di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang

No. Nama DAS Panjang (Km) Luas (Ha)

I. Way Tulang Bawang 46.00 934.400

1. Way Kiri 20.00 125.400


2. Way Rarem 28.00 9.700
3. Way Abung 22.00 17.800

4. Way Sabuk 4.00 17.100

5. Way Kanan 59.00 167.600


6. Way Besai 89.00 27.200
7. Way Umpu 46.00 5.300

8. Way Pisang 5.00 20.500


9. Way Giham 18.00 50.400
10. Way Neki 10.00 21.200

11. Way Tahmi 24.00 22.700

Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka 2017

f. Klimatologi

Kabupaten Tulang Bawang beriklim tropis dengan musim hujan dan


musim kemarau berganti sepanjang tahun, temperatur rata-rata 31°C.
Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah amat basah, dengan
perbandingan devisit air 0-1,5 bulan. Kenyataan ini menunjukan bahwa
budidaya sawah dengan harapan produksi sedang atau kurang optimal,
atau apabila diusahakan secara luas memerlukan usaha dan
pertimbangan ketat dalam menentukan jadwal tanamannya. Guna
mendapatkan keandalan dalam budidaya sawah perlu dikembangkan
jenis padi lokal dengan suplai air berasal dari tadah hujan.

Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah yang mengalami siklus


musiman dengan dominasi kondisi basah dimana bulan Desember
merupakan bulan terbasah di Kabupaten Tulang Bawang. Daerah basah
terdapat di bagian Barat atau hulu sungai, sedangkan daerah yang kering

II - 10
terdapat di bagian Timur mendekati pantai. Kondisi topografi Kabupaten
Tulang Bawang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terbentuknya hamparan rawa di daerah sepanjang aliran sungai sebelah
hulu yang mengindikasikan adanya sistem drainase alam yang kurang baik
secara permanen.

Ketersediaan air yang paling rendah di Kabupaten Tulang Bawang terjadi


pada bulan Juli dan Agustus sehingga pada bulan-bulan tersebut pada
umumnya terjadi kekeringan khususnya di wilayah pantai. Hal ini
ditandai dengan ketersediaan hujan yang relatif rendah (75 mm/bulan)
dan lama hari tidak hujan mencapai 16 hari (rerata). Kondisi ini
mempengaruhi kualitas air setempat terutama pada kualitas air sungai
yang ditandai dengan adanya intrusi air laut yang semakin ke hulu. Hal
ini akan berpengaruh terhadap situasi dan kondisi peri kehidupan
masyarakat dan tata kehidupan flora dan fauna.

Tabel 2.3 Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara dan Curah Hujan
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2016

Suhu Udara/Temperatur (°C) Curah


Kelembaban
No Bulan Hujan
Udara (%)
Min Max Rata-rata (mmᵌ)
1. Januari 23.2 34.0 28.6 79 274.5

2. Februari 22.8 34.0 28.4 79 312.0

3. Maret 23.0 34.2 28.6 78 297.5


4. April 23.2 33.5 28.4 79 273.0

5. Mei 23.8 34.9 29.4 78 41.3


6. Juni 22.8 34.2 28.5 75 52.0
7. Juli 21.6 33.6 27.6 78 55.8
8. Agustus 20.4 35.0 27.7 71 11.0
9. September 22.0 34.6 28.3 74 8.0
10. Oktober 23.0 34.4 27.2 74 8.0
11. November 23.0 33.4 28.2 76 116.0
12. Desember 22.0 33.0 27.5 74 386.6

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tulang Bawang

II - 11
g. Penggunaan Lahan

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2012-2032, penggunaan lahan di Kabupaten Tulang Bawang
meliputi Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung.

1) Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi


utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.

Kawasan Budidaya di Kabupaten Tulang Bawang memilki luas


± 289.585 Ha yang diklasifikasikan menjadi kawasan peruntukan
hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan
perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan
permukiman, kawasan peruntukan pesisir dan kawasan peruntukan
lainnya.

2) Kawasan Lindung

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi


utama melindungi kelestarian Iingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Kawasan lindung di Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas
± 57.047 Ha meliputi kawasan perlindungan setempat, kawasan
suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya.

II - 12
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2012-2032, potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Tulang
Bawang meliputi beberapa Kawasan antara lain:

a). Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Tulang Bawang


dengan luas ± 4.000 Ha meliputi Kecamatan Banjar Agung,
Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan
Penawar Aji, Kecamatan Meraksa Aji, Kecamatan Menggala,
Kecamatan Penawar Tama, Kecamatan Rawajitu Selatan, Kecamatan
Gedung Meneng, Kecamatan Rawa Pitu, Kecamatan Gedung Aji Baru,
Kecamatan Dente Teladas, Kecamatan Banjar Baru, Kecamatan
Rawajitu Timur dan Kecamatan Menggala Timur.

b). Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan budidaya yang


dialokasikan dan memenuhi kriteria untuk budidaya tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan.

1) Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan

Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dengan luas ±


41.800 Ha meliputi:

 Tanaman pangan pada lahan basah dengan luas ± 32.889 Ha


dengan kawasan sentra meliputi Kecamatan Rawajitu
Selatan, Kecamatan Rawa Pitu, Kecamatan Menggala Timur,
Kecamatan Gedung Aji Baru dan Kecamatan Penawar Aji.

 Tanaman pangan pada lahan kering dengan luas


± 8.914 Ha dengan kawasan sentra meliputi: Kecamatan
Meraksa Aji, Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan Banjar

II - 13
Agung, Kecamatan Banjar Baru, Kecamatan Banjar Margo,
Kecamatan Menggala, Kecamatan Menggala Timur dan
Kecamatan Gedung Meneng.

 Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan berupa


lahan basah dan lahan kering seluas ± 25.080 Ha di
Kecamatan Meraksa Aji, Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan
Rawajitu Selatan, Kecamatan Rawa Pitu, Kecamatan
Menggala Timur, Kecamatan Gedung Aji Baru dan Kecamatan
Penawar Aji, yang komoditasnya meliputi padi, kedelai,
jagung, ketela pohon dan, dan komoditas singkong dengan
kawasan sentra terdapat di Kecamatan Banjar Agung,
Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan
Penawar Aji; Kecamatan Meraksa Aji; Kecamatan Menggala,
Kecamatan Penawar Tama, Kecamatan Gedung Meneng,
Kecamatan Gedung Aji Baru, Kecamatan Menggala,
Kecamatan Dente Teladas, Kecamatan Banjar Agung,
Kecamatan Meraksa Aji, Kecamatan Banjar Baru, dan
Kecamatan Menggala Timur.

2) Kawasan Peruntukan Pertanian Hortikultura

Kawasan pertanian hortikultura seluas ± 63.520 Ha dengan


kawasan sentra di Kecamatan Menggala, Kecamatan Menggala
Timur, Kecamatan Banjar Agung, Kecamatan Banjar Baru,
Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan Penawar Aji dan
Kecamatan Gedung Aji Baru.

3) Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan perkebunan dengan luas ± 100.978 Ha meliputi:

 Komoditas kelapa sawit dengan kawasan sentra di Kecamatan


Banjar Agung, Kecamatan Penawar Tama, Kecamatan Gedung
Aji Baru,Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan Rawa Pitu

II - 14
Kecamatan Meraksa Aji, Kecamatan Banjar Margo,
Kecamatan Baru dan Kecamatan Gedung Meneng;

 Komoditas tebu dengan kawasan sentra di Kecamatan


Gedung Meneng dan Kecamatan Dente Teladas.

 Komoditas karet dengan kawasan sentra terdapat di


kecamatan Banjar Agung, Kecamatan Banjar Margo,
Kecamatan Penawar Tama, Kecamatan Gedung Aji,
Kecamatan Gedung Aji Baru, Kecamatan Menggala Timur,
Kecamatan Gedung Meneng, Kecamatan Dente Teladas,
Kecamatan Meraksa Aji, Kecamatan Banjar Baru; dan

 Komoditas singkong dengan kawasan sentra terdapat di


Kecamatan Banjar Agung, Kecamatan Banjar Margo,
Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan Penawar Aji; Kecamatan
Meraksa Aji, Kecamatan Menggala, Kecamatan Penawar
Tama, Kecamatan Gedung Meneng, Kecamatan Gedung Aji
Baru, Kecamatan Menggala, Kecamatan Dente Teladas,
Kecamatan Banjar Agung, Kecamatan Meraksa Aji,
Kecamatan Banjar Baru dan Kecamatan Menggala Timur.

4) Kawasan Peruntukan Peternakan meliputi:

 Pengembangan sentra ternak besar berada pada Kecamatan


Menggala, Kecamatan Banjar Agung, Kecamatan Meraksa Aji,
Kecamatan Gedung Aji Baru, Kecamatan Menggala Timur,
Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan Penawar Aji dan
Kecamatan Penawar Tama;

 pengembangan sentra ternak kecil berada pada Kecamatan


Banjar Agung, Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan Gedung
Aji, Kecamatan Menggala, Kecamatan Penawar Tama dan
Kecamatan Gedung Aji Baru; dan

II - 15
 pengembangan sentra peternakan unggas berada pada
Kecamatan Banjar Agung, Kecamatan Banjar Margo,
Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan Menggala, Kecamatan
Penawar Tama, Kecamatan Rawajitu Selatan, dan Kecamatan
Rawa Pitu.

c). Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan perikanan adalah kawasan budidaya perikanan yang


ditetapkan dengan kriteria wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan penangkapan, budidaya perikanan, industri pengolahan
hasil perikanan, dan tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

1) Kawasan perikanan tangkap meliputi:

 Perikanan tangkap di perairan umum berupa sungai Way


Tulang Bawang terdapat di seluruh wilayah kabupaten
dengan jenis komoditas berupa ikan tawar, udang tawar dan
kepiting; dan

 Perikanan tangkap di perairan laut terdapat di Kecamatan


Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas dengan jenis
komoditas berupa ikan udang, kerang, dan kepiting.

2) Kawasan perikanan budidaya berupa budidaya pembibitan dan


budidaya pembesaran dengan luas ± 29.910 Ha berada pada
seluruh kecamatan di sepanjang aliran sungai Way Tulang
Bawang.

3) Kawasan pengolahan perikanan dikembangkan di Kecamatan


Rawajitu Timur dan Kecamatan Dente Teladas.

4) Kawasan minapolitan berada di Kecamatan Rawajitu Timur dan


Kawasan Dente Teladas dengan komoditas unggulan udang windu
dan vanname.

II - 16
5) Prasarana perikanan meliputi Pelabuhan Perikanan Pantai
Teladas dan Pangkalan Pendaratan Perikanan (PPI) di Kecamatan
Dente Teladas dan Kecamatan Rawajitu Timur;

6) Tempat Pelelangan Ikan di Kuala Teladas Kecamatan Dente


Teladas; dan

7) Balai Benih Ikan di Kecamatan Dente Teladas dan Kecamatan


Rawajitu Timur.

d). Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten


Tulang Bawang meliputi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) minyak
dan gas bumi dan Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) mineral dan
batubara.

1) Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) minyak dan gas bumi berada


di wilayah timur Kabupaten Tulang Bawang.

2) Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) mineral dan batubara


meliputi:

 Pertambangan Pasir di Kecamatan Menggala, Kecamatan


Menggala Timur, Kecamatan Gedung Meneng, Kecamatan
Dente Teladas dan Kecamatan Rawajitu Selatan dengan luas
± 25.278 Ha; dan termasuk pengelolaan wilayah laut
Kabupaten Tulang Bawang 0-4 mil, dan

 Pertambangan batubara di Kecamatan Penawar Tama,


Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan Banjar Agung,
Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan Meraksa Aji, Kecamatan
Penawar Aji, Kecamatan Gedung Aji Baru dan Kecamatan
Rawa Jitu Selatan.

II - 17
e). Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Tulang Bawang meliputi


kawasan peruntukan industri besar, kawasan peruntukan industri
sedang dan kawasan peruntukan industri rumah tangga.

1) Kawasan peruntukan industri besar berada di Kecamatan Dente


Teladas, Gedung Meneng, dan Menggala Timur.

2) Kawasan peruntukan industri sedang meliputi sentra-sentra


penghasil gula, tapioca, CPO, latex, tambak udang berada di
Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan Gedung Meneng,
Kecamatan Gedung Aji, Kecamatan Banjar Agung, dan
Kecamatan Penawar Tama.

f). Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata meliputi kawasan


wisata alam, kawasan wisata budaya, dan kawasan wisata buatan.

1) Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi:

 Kawasan ekosistem essensial perlindungan satwa Rawa


Pacing dikembangkan di Kecamatan Menggala Timur dan
Kecamatan Gedung Aji; Rawa Rantau Kandis dan Rawa Lambu
Purus di Kecamatan Menggala;

 Pantai Rawajitu Timur di Kecamatan Rawajitu Timur;

 Pantai Kuala Teladas di Kecamatan Dente Teladas;

 Rawa Bujung Tenuk di Kecamatan Menggala;

 Bawang Latak di Kecamatan Menggala;

 Rawa Cakat di Kecamatan Menggala;

 Pulau Daging di Kecamatan Menggala; dan

 Tangga Raja di Kecamatan Menggala dan Gedung Aji.

II - 18
2) Kawasan wisata budaya meliputi:

 Permukiman adat asli (rumah adat) di Kecamatan Gedung


Aji, Kecamatan Menggala dan Kecamatan Menggala Timur;

 Makam leluhur di Kecamatan Menggala; dan

 Kawasan sejarah (Tangga Raja) di Kecamatan Menggala dan


Kecamatan Gedung Aji.

3) Kawasan wisata buatan berupa wisata terpadu Cakat Nyenyik


dikembangkan di Kecamatan Menggala Timur.

g). Kawasan Peruntukan Pemukiman

Pengembangan kawasan peruntukan permukiman dengan luas ±


13.731 Ha meliputi kawasan peruntukan permukiman perkotaan dan
kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

1) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi:

 Kawasan permukiman perkotaan Menggala di Kecamatan


Menggala;

 Kawasan permukiman Perkotaan Unit II Banjar Agung di


Kecamatan Banjar Agung;

 Kawasan permukiman Perkotaan Teladas di Kecamatan Dente


Teladas;

 Kawasan permukiman Perkotaan Batang Hari di Kecamatan


Rawa Pitu;

 Kawasan permukiman Perkotaan Medasari di Kecamatan


Rawajitu Selatan;

 Kawasan permukiman Perkotaan Bumi Dipasena Mulya di


Kecamatan Rawajitu Timur;

II - 19
 Kawasan permukiman Perkotaan Gedung Aji di Kecamatan
Gedung Aji;

 Kawasan permukiman Perkotaan Karya Bhakti di Kecamatan


Meraksa Aji;

 Kawasan permukiman Perkotaan Bogatama di Kecamatan


Penawar Tama;

 Kawasan permukiman Perkotaan Sidomukti di Kecamatan


Gedung Aji Baru;

 Kawasan permukiman Perkotaan Gedung Meneng di


Kecamatan Gedung Meneng;

 Kawasan permukiman Perkotaan Gedung Rejo Sakti di


Kecamatan Penawar Aji;

 Kawasan permukiman Perkotaan Agung Dalem di Kecamatan


Banjar Margo;

 Kawasan permukiman Perkotaan Kahuripan Jaya di


Kecamatan Banjar Baru; dan

 Kawasan permukiman Perkotaan Lebuh Dalem di Kecamatan


Menggala Timur.

2) Pengembangan kawasan peruntukan permukiman perdesaan di


Kabupaten Tulang Bawang tersebar di seluruh kecamatan di
wilayah kabupaten.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,


hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan

II - 20
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2012-2032, penetapan kawasan rawan bencana alam di Kabupaten
Tulang Bawang adalah sebagai berikut:

a). Kawasan rawan banjir;

b). Kawasan rawan puting beliung;

c). Kawasan rawan longsor; dan

d). Kawasan rawan abrasi.

Kawasan rawan banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang


diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana
alam banjir. Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah hilir dari
sungai Way Tulang Bawang, dimana pada saat musim hujan debit air
meningkat sehingga tidak tertampung dan menggenangi sebagian daerah
di sekitar sungai yang memiliki daya resapan yang sangat minim, selain
itu sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan juga berpotensi
menyebabkan banjir.

Kawasan rawan banjir di Kabupaten Tulang Bawang, meliputi :

a). Kecamatan Menggala;

b). Kecamatan Menggala Timur;

c). Kecamatan Gedung Aji;

d). Kecamatan Gedung Aji Baru;

e). Kecamatan Gedung Meneng;

f). Kecamatan Rawajitu Timur;

g). Kecamatan Rawajitu Selatan;

h). Kecamatan Dente Teladas; dan

i). Kecamatan Rawa Pitu.

II - 21
Kawasan rawan puting beliung meliputi :

a). Kecamatan Banjar Margo;

b). Kecamatan Banjar Agung;

c). Kecamatan Dente Teladas; dan

d). Kecamatan Menggala.

Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan


berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.
Kawasan rawan longsor di Kabupaten Tulang Bawang terdapat
dibeberapa kecamatan diantaranya :

a). Kecamatan Menggala;

b). Kecamatan Menggala Timur;

c). Kecamatan Gedung Aji;

d). Kecamatan Gedung Aji Baru;

e). Kecamatan Gedung Meneng;

f). Kecamatan Rawajitu Timur;

g). Kecamatan Rawajitu Selatan;

h). Kecamatan Dente Teladas; dan

i). Kecamatan Rawa Pitu.

Kawasan rawan abrasi meliputi :

a). Kecamatan Dente Teladas, dan

b). Kecamatan Rawajitu Timur.

II - 22
Gambar 2.2 Peta Rawan Bencana Kabupaten Tulang Bawang

Sumber : RTRW Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2032

II - 23
2.1.4. Demografi

Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam


perencanaan pembangunan. Penduduk menjadi salah satu modal dalam
keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Dinamika penduduk yang
terdiri dari besaran, komposisi, dan distribusi penduduk berpengaruh
besar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat dan struktur ruang.
Dalam proses pembangunan penduduk merupakan target utama yang
akan dituju, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Analisa
kependudukan yang menyangkut masalah perubahan keadaan penduduk
seperti kelahiran, kematian, jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin, proyeksi jumlah penduduk dan perkembangan penduduk sangat
penting dalam proses perencanaan pembangunan.

Jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2012 menurut


Badan Pusat Statistik sebanyak 410.725 jiwa dan pada tahun 2017
diperkirakan berjumlah 440.511 jiwa. Dibandingkan dengan kondisi pada
tahun 2012 terdapat peningkatan jumlah penduduk sebanyak 29.786 jiwa
atau rata-rata pertahun bertambah sebanyak 5.957 jiwa.

Apabila dibandingkan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah


Kabupaten Tulang Bawang, dapat diketahui bahwa rata-rata kepadatan
penduduk Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2012 sebesar 118
jiwa/Km2 dan pada tahun 2017 sebesar 127 jiwa/Km2.. Perkembangan
jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2012 - 2017
sebagaimana grafik berikut:

II - 24
Gambar 2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2017 (jiwa)

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi


penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses
pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi,
tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika
berkualitas rendah.

Berdasarkan data estimasi Badan Pusat Statistik jumlah penduduk


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017 sebanyak 440.511 jiwa. Dengan
luas wilayah 3.466,32 Km2 berarti tingkat kepadatan penduduk mencapai
127 jiwa per Km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi ada
di Kecamatan Banjar Margo mencapai 316 jiwa per Km² dan kepadatan
terendah di Kecamatan Gedung Meneng hanya 63 jiwa per Km².

Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Tulang Bawang terlihat


dalam tabel di bawah ini.

II - 25
Gambar 2.4 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017 (Jiwa/km²)

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tulang Bawang

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tulang Bawang tahun 2012


sampai dengan 2016 menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2012, laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,11 persen
disbanding tahun sebelumnya, tahun 2013 meknurun menjadi 1,72
persen, tahun 2014 menjadi 1,42 persen, tahun 2015 menjadi 1,37
persen, dan pada tahun 2016 lagi menjadi 1,31 persen sedangkan pada
tahun 2017 diperkirakan menjadi 1,24 persen. Sehingga laju
pertumbuhan penduduk rata- rata dari tahun 2012-2017 adalah 1,52
persen pertahun.

Perkembangan laju pertumbuhan penduduk tahun 2012–2017 dapat


dilihat pada gambar berikut:

II - 26
Gambar 2.5 Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2017

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tulang Bawang

Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang tahun 2016


menurut struktur umur atau kelompok usia sebagaimana gambar
berikut:

Gambar 2.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang


Menurut Struktur Usia/Kelompok Umur Tahun 2016

55,000

45,000

35,000

25,000

15,000

5,000

-5,000

Kelompok umur
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tulang Bawang

Komposisi penduduk Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015


menurut struktur usia atau kelompok umur 0 - 14 tahun (usia sekolah)
sebanyak 129.895 jiwa, kelompok umur 15 - 64 tahun (usia produktif)

II - 27
sebanyak 284.266 jiwa sedangkan di kelompok umur 65 tahun ke atas
(usia non produktif) sebanyak 15.354 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa
komposisi penduduk terbanyak ada di kelompok usia produktif yaitu usia
15 - 64 tahun yang juga menggambarkan rasio beban tanggungan yang
cukup rendah yaitu sebesar 33,82 %.

Komposisi penduduk Kabupaten Tulang Bawang menurut struktur usia


atau kelompok umur dan jenis kelamin, dapat tergambar pada piramida
penduduk berikut ini:

Gambar 2.7 Piramida Penduduk Kabupaten Tulang Bawang


Menurut Kelompok Umur

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Komposisi penduduk Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2016 berdasarkan


jenis Kelamin, laki-laki sebanyak 225,227 jiwa dan perempuan sebanyak
209,898 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak dari pada jumlah perempuan atau sex rasio sebesar

II - 28
107,30. Komposisi penduduk Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2016
berdasarkan jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang


Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016*

NO. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Banjar Agung 20,930 19,505 40,435

2 Banjar Margo 21,464 20,003 41,467


3 Gedung Aji 7,611 7,093 14,704
4 Penawar Aji 9,845 9,175 19,020
5 Meraksa Aji 7,830 7,297 15,127
6 Menggala 25,760 24,007 49,766
7 Penawar Tama 15,096 14,068 29,164
8 Rawajitu Selatan 17,155 15,987 33,142
9 Gedung Meneng 21,020 19,589 40,608
10 Rawajitu Timur 8,804 8,205 17,009
11 Rawa Pitu 10,639 9,915 20,554
12 Gedung Aji Baru 11,776 10,974 22,750
13 Dente Teladas 32,464 30,255 62,718
14 Banjar Baru 7,574 7,058 14,631
15 Menggala Timur 7,259 6,765 14,024
Kabupaten Tulang Bawang 225,227 209,898 435,125

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dari aspek kesejahteraan


masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan
olahraga.

II - 29
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1) Pertumbuhan PDRB

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu


wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun
atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara
tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang pada suatu tahun
tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan
untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi sedangkan PDRB atas
dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
pada suatu periode ke periode.

Laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari


tahun ke tahun dapat dilihat pada laju PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(riil). Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tulang Bawang Atas Dasar
Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 dapat dilihat
pada tabel berikut:

II - 30
Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Riil PDRB
Menurut Lapangan Usaha (persen), Tahun 2012-2016

No Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2,74 5.30 3,43 3,44 2,63

2. Pertambangan dan Penggalian 9,90 8.07 9,47 11,90 8.83

3. Industri Pengolahan 8,72 9,58 8,17 7.76 7.58

4. Pengadaan Listrik dan Gas 11,70 11,87 7,24 1.85 11,28


Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
5. 4,87 0,21 5,25 2,48 4.48
Ulang
6. Konstruksi 5,44 5,47 4,29 1,87 10.88

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan


7. 5,90 6,93 6,08 4.78 4.43
Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 8,58 8,29 8,61 11,60 7.55

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,43 7,50 7,40 11,17 7.71
10. Informasi dan Komunikasi 11,94 10,45 9,25 8,33 10.46

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 5,97 5,76 5,49 (1,18) 8.35
12. Real Estate 8,07 7,26 8,32 6,16 8.80
13. Jasa Perusahaan 13,02 13.42 12,90 7,26 4.57
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
14. 4,15 6,23 7,29 3,86 2.48
Sosial
15. Jasa Pendidikan 9,37 9,58 9,66 7,38 7.38

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,02 7,97 8,81 7,93 8.08

17. Jasa Lainnya 4,14 3,75 5,47 8,76 5.93

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto 5,29 6.75 5,52 5,02 5.42

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang


*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Laju pertumbuhan riil PDRB menurut lapangan usaha selama periode


2012-2016 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2016,
sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengadaan listrik
dan gas sebesar 11,28 %, diikuti oleh sektor konstruksi 10,88 %, sektor
informasi dan komunikasi 10,46 %.

II - 31
Gambar 2.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tulang Bawang
dan Provinsi Lampung, Tahun 2012-2016

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulang Bawang cenderung


mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 dan 2015 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Tulang Bawang lebih rendah dari pertumbuhan
ekonomi Provinsi lampung. Sedangkan pada tahun 2013, 2014 dan 2016
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulang Bawang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung .

Tabel 2.6 PDRB Kabupaten Tulang Bawang Menurut Lapangan Usaha


Tahun 2012-2016 (dalam jutaan rupiah)

Tahun
No Uraian
2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. PDRB ADHB 11.837.814,93 13.262.854,82 14.939.452,52 16.194.045,00 17.992.071,46

2. PDRB ADHK 2010 10.827.944,73 11.559.174,33 12.199.160,21 12.811.520,10 13.505.401,04

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Nilai PDRB Kabupaten Tulang Bawang selama tahun 2012-2016 dari


tahun ke tahun mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp. 1,5 Trilliun per tahun.

II - 32
Sedangkan rata-rata peningkatan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
2010 sebesar Rp. 0,67 trilliun per tahun.

Gambar 2.9 PDRB Per Kapita Kabupaten Tulang Bawang Menurut


Lapangan Usaha, Tahun 2012-2016 (dalam Jutaan Rupiah)

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per
kepala atau per satu orang penduduk, sedangkan PDRB per kapita atas
dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.

PDRB Per kapita Kabupaten Tulang Bawang selama tahun 2012-2016 dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan PDRB per
kapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp. 3,19 juta per tahun.
Sedangkan rata-rata peningkatan PDRB per kapita Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) 2010 sebesar Rp. 1,22 juta per tahun.

II - 33
Tabel 2.7 Distribusi Persentase Terhadap Total PDRB ADHB
Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2012-2016 (persen)

No Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 44.77 43.84 43.49 42.01 40.83

2 Pertambangan dan Penggalian 0.90 0.89 0.94 1.05 1.07

3 Industri Pengolahan 18.72 19.83 20.52 21.37 21.83

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.07 0.06 0.08 0.08 0.10


Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5 0.05 0.04 0.05 0.05 0.05
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 9.31 9.15 8.67 8.40 8.69

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi


7 10.51 10.16 9.77 9.97 10.02
Mobil dan Sepeda Motor

8 Transportasi dan Pergudangan 3.08 3.31 3.52 3.91 4.01


Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 1.20 1.21 1.26 1.35 1.39
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 2.84 2.88 2.82 3.00 3.16

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.37 1.38 1.35 1.25 1.26

12 Real Estate 1.97 1.90 1.93 1.90 1.97

13 Jasa Perusahaan 0.04 0.04 0.05 0.05 0.05


Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
14 2.73 2.83 3.02 3.00 2.92
dan Jaminan Sosial
15 Jasa Pendidikan 1.68 1.75 1.79 1.82 1.84

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.39 0.39 0.40 0.42 0.43

17 Jasa Lainnya 0.36 0.34 0.34 0.37 0.38

PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Struktur PDRB Kabupaten Tulang Bawang selama tahun 2012-2016


cenderung sama. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektoral yang tidak
banyak berubah. Empat sektor yaitu sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan, sektor industri pengolahan dan sektor Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor masih mendominasi dalam
pembentukan PDRB. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor-sektor
tersebut dalam pembentukan PDRB yang relatif lebih tinggi dibanding
sektor-sektor lainnya.

II - 34
Gambar 2.10 Distribusi Persentase Terhadap Total PDRB ADHB
Menurut Lapangan Usaha, (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Sektor paling dominan sebagai penyumbang terbesar terhadap PDRB


Kabupaten Tulang Bawang selama tahun 2012-2016 adalah sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan kontribusi rata-rata
42,54 persen, diperingkat kedua adalah sektor Industri Pengolahan
dengan kontribusi rata-rata 20,89 persen dan ditempat ketiga adalah
sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
dengan kontribusi rata-rata 9,98 persen.

2) Laju Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan


informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat dan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli
masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa tersebut menjadi
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya beli.

II - 35
Secara umum perkembangan laju inflasi di Kabupaten Tulang Bawang
selama 5 tahun terakhir mendekati angka inflasi Provinsi lampung, dan
terus mengalami penurunan pada tahun 2012 inflasi sebesar 4.23 %,pada
tahun 2013 dari sebesar 4,17%,, 4,11% di tahun 2014, kemudian di
tahun 2015 menjadi sebesar 4,08%, dan di tahun 2016 diperkirakan
menjadi sebesar 4,04%.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia Secara tahunan,


inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada triwulan III
2017 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni
dari 4,91% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 3,85% (yoy).
Penahan laju inflasi terbesar pada triwulan III 2017 berasal dari
kelompok volatile food sebagai fokus pengawasan dari Tim Kerja
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Selain itu, kelompok administered
price juga terus mengalami koreksi pasca Hari Besar Keagamaan (HBKN)
Idul Fitri 2017. Meskipun demikian, di saat yang sama terdapat
peningkatan harga pada kelompok inti (core) akibat kenaikan biaya
pendidikan di Kota Bandar Lampung di seluruh tingkatan.

II - 36
Memasuki triwulan IV 2017, diperkirakan terjadi peningkatan tekanan
inflasi yang didorong oleh meningkatnya harga komoditas volatile food
seiring dengan puncak musim hujan yang dapat berpotensi menghambat
kelancaran produksi dan distribusi pangan yang pada akhirnya akan
memengaruhi jumlah pasokan. Selain itu, menjelang liburan akhir tahun,
tekanan inflasi diperkirakan juga bersumber dari kelompok administered
prices, yakni peningkatan tarif angkutan udara. Untuk keseluruhan tahun
2017, inflasi Lampung diperkirakan masih tetap terjaga pada kisaran
target 4%±1% (yoy) dengan kecenderungan mendekati batas bawah
sasaran, sejalan langkah progresif pemerintah untuk mengendalikan
harga komoditas volatile.

Secara tahunan, tekanan inflasi di Provinsi Lampung pada triwulan III


2017 (September 2017) tercatat sebesar 3,85% (yoy), lebih rendah jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Juni 2017) yang sebesar
4,91% (yoy). Namun demikian, jika dibandingkan dengan inflasi nasional
dan rata – rata inflasi Provinsi Lainnya di Sumatra sebesar masing -
masing 3,72% (yoy) dan 3,63% (yoy), inflasi tahunan TW-III di Provinsi
Lampung masih tercatat lebih tinggi.

Tabel 2.8 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang & Jasa (% yoy)

Sumber: Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia

II - 37
Secara tahunan, menurunnya tekanan inflasi tersebut terutama
bersumber dari menurunnya harga-harga komoditas pada kelompok
bahan makanan utamanya pada komoditas pangan utama seperti bawang
merah dan bawang putih serta pada kelompok transpor dan komunikasi
yakni angkutan antar kota seiring dengan koreksi harga yang terjadi
pasca HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri 2017. Namun
demikian, sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru, tekanan inflasi
pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yakni biaya sekolah di
berbagai tingkat mengalami peningkatan.

Sedangkan Prospek inflasi triwulan I dan keseluruhan tahun 2018


diperkirakan dapat terkendali pada kisaran 3,5% ±1% (yoy), seiring
kecenderungan menurunnya tekanan inflasi IHK sejak semester II 2017
yang didukung langkah progresif pemerintah untuk mengendalikan harga
komoditas volatile. Faktor risiko yang diperkirakan dapat meningkatkan
tekanan inflasi pada triwulan I berasal dari kelompok volatile food
sejalan dengan tingginya intensitas hujan, sebaliknya siklus peningkatan
produksi tanaman pangan berpotensi menimbulkan koreksi harga. Kondisi
ini perlu diantisipasi dengan fokus pada upaya menjaga stabilitas harga
bahan makanan guna mempertahankan daya beli rumah tangga.

3) Kemiskinan

Penduduk dikategorikan menjadi penduduk miskin jika pendapatannya


tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Kemiskinan akan
semakin meluas jika perbedaan pendapatan antara kelompok penduduk
kaya dan miskin semakin melebar. Orientasi pemerataan merupakan
usaha untuk memerangi kemiskinan. Pengukuran kemiskinan dilakukan
dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan minimum (makanan
dan non makanan) yang harus dipenuhi seseorang untuk dapat hidup
secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut dinamakan
sebagai garis kemiskinan.

II - 38
Kemiskinan merupakan salah satu indikator kesejahteraan kunci yang
dihitung melalui konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Kemisikinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan. Badan Pusat Statistik (BPS)
menggunakan dua komponen dalam menghitung garis kemiskinan, yaitu
garis kemiskinan makanan, dan garis kemiskinan non makanan. Sehingga
pendataan penduduk miskin dilakukan terhadap penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah garis kemiskinan.

Perkembangan garis kemiskinan di Kabupaten Tulang Bawang


menunjukkan garis kemiskinan tahun 2013 sebesar Rp. 295,738,-, artinya
bahwa setiap penduduk Kabupaten Tulang Bawang dengan nilai
pengeluaran di bawah Rp. 295,738,- selama sebulan termasuk dalam
kategori penduduk miskin. Selanjutya garis kemiskinan meningkat pada
tahun 2016 di Kabupaten Tulang Bawang menjadi Rp. 362,185,-, artinya
setiap penduduk Kabupaten Tulang Bawang dengan nilai pengeluaran di
bawah Rp. 362,185,- selama sebulan termasuk dalam kategori penduduk
miskin.

Tabel 2.9 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman


Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Penduduk Miskin Indek Indek


Garis Kedalaman Kedalaman
Tahun
Kemiskinan Jumlah Persen Kemiskinan Kemiskinan
(P1) (P2)

2013 295.738 33.720 8.04 0.90 0.17

2014 307.349 36.832 8.66 1.61 0.46

2015 337.167 44.022 10.25 1.84 0.51

2016 362.185 44.260 10.20 2.00 0.59

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang (diolah)

II - 39
Gambar 2.12 Garis Kemiskinan Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang (diolah)

Gambar 2.13 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang (diolah)

Persentase penduduk miskin di Kabupaten Tulang Bawang dari tahun


2013 sampai dengan 2016 secara umum mengalami peningkatan, pada
tahun 2015 kemiskinan di Kabupaten Tulang Bawang meningkat menjadi
10,25 % setelah sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 8,66 %, namun
turun kembali menjadi 10,20 % di tahun 2016.

II - 40
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Tulang Bawang 2012-2016 selalu berada
di bawah Provinsi Lampung, jika dilihat dari penyebabnya, kemiskinan di
Kabupaten Tulang Bawang bervariasi dapat berupa pendapatan rendah
karena keterbatasan skill (ketrampilan), pendidikan yang tidak
memenuhi kualifikasi pasar kerja, dan minimnya lapangan pekerjaan.
Selain itu, evaluasi terhadap program penanggulangan kemiskinan juga
dibutuhkan untuk melihat efektivitas program yang ada selama ini telah
tepat sasaran. Penanggulangan kemiskinan yang tidak tepat sasaran
justru akan memperparah kemiskinan dengan meningkatnya disparitas
pendapatan.

Gambar 2.14 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang (diolah)

Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) merupakan ukuran


rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks kedalaman
kemiskinan (P1) Kabupaten Tulang Bawang selama tahun 2013-2016
perkembangannya menunjukkan tren meningkat dan selalu berada
dibawah indeks kedalaman kemiskinan (P1) Provinsi Lampung. Dengan
indeks P1 kurang dari 5 %, maka angka ini memperlihatkan bahwa
kemiskinan di Kabupaten Tulang Bawang lebih mudah ditanggulangi

II - 41
mengingat hanya sedikit selisihnya antara pengeluaran penduduk miskin.
Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengukur sejauh mana
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai
indeks, maka semakin tinggi pula ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten
Tulang Bawang tahun 2016 adalah 0,59. Perkembangannya menunjukkan
tren yang makin meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Namun demikian indeks ini masih dibawah Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Provinsi Lampung tahun 2016 yang sebesar 0,70.

Gambar 2.15 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang (diolah)

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial di Kabupaten Tulang Bawang terkait


dengan peningkatan kualitas sumbrdaya manusia dan kesejahteraan
masyarakat yang tercermin dari beberapa indikator sebagai berikut:

1) Angka Melek Huruf (AMH)

Angka Melek Huruf digunakan untuk mengetahui atau mengukur


keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf terutama di
daerah pedesaan. Selain itu AMH juga untuk menunjukkan kemampuan

II - 42
penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai
media. Angka Melek Huruf juga dapat menunjukkan kemampuan untuk
berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga AMH dapat dipakai
sebagai dasar kabupaten untuk melihat potensi perkembangan
intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Angka Melek Huruf (AMH) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,


dari 96,51% pada tahun 2013 meningkat menjadi 96,59% pada tahun
2016. Penanganan pemberantasan buta huruf selama ini dilakukan secara
sinergis dan terpadu antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan
perguruan tinggi bahkkan juga atas peran serta masyarakat dan
stekholder lainnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
daerah secara bertahap telah melakukan upaya pembelajaran melalui
Kejar Paket A, B dan C dengan harapan agar pada masa yang akan datang
tidak ada lagi penduduk buta aksara. Secara rinci perkembangan angka
melek huruf sebagaimana tabel berikut:

Gambar 2.16 Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2013-2016

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

Kecilnya kenaikan angka melek huruf penduduk tidak berarti bahwa


proses pembangunan di bidang pendidikan yang telah dilakukan tidak
mengalami kemajuan. Hal ini terjadi karena pendidikan merupakan
sebuah proses yang panjang dan hasilnya pun tidak dapat dilihat atau

II - 43
dirasakan secara instan. Sebagian besar penduduk yang buta huruf
merupakan penduduk yang termasuk dalam kelompok penduduk usia tua
(55 tahun ke atas) yang memang banyak yang belum pernah mengenyam
pendidikan sama sekali. Secara alamiah jumlahnya akan semakin
berkurang sedikit demi sedikit akibat proses kematian.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan angka melek huruf penduduk


diutamakan dengan meningkatkan angka partisipasi anak usia sekolah.
Program wajib belajar Sembilan tahun yang didukung melalui
mekanisme bantuan pemerintah seperti BOS (Bantuan Operasional
Sekolah) diharapkan mampu menaikkan angka partisipasi tersebut.
Disamping itu, program pemberantasan buta huruf bagi mereka yang
tidak tergolong usia sekolah masih perlu dilakukan untuk meningkatkan
akses masyarakat terhadap informasi terutama untuk mengakses media
umum cetak. Namun demikian, kendala yang dihadapi sangat besar.
Minat penduduk berusia tua yang berstatus buta huruf untuk mengikuti
kegiatan pelatihan baca tulis masih sangat rendah.

2) Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun yang


telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh
seluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani dari masuk sekolah dasar
sampai dengan tingkat pendidikan terakhir.

Rata-rata lama sekolah menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2013


sampai dengan tahun 2016. Hal ini dapat dimaknai bahwa penduduk
Tulang Bawang semakin sadar akan pentingnya pendidikan dalam rangka
peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

II - 44
Gambar 2.17 Angka Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

Angka Rata-rata lama sekolah penduduk Tulang Bawang meningkat pada


tahun 2016 sebesar 7,12, namun masih dibawah angka rata-rata lama
sekolah Provinsi Lampung yang sebesar 7,63. Hal ini disebabkan masih
adanya penduduk usia lebih dari 15 tahun yang belum menyelesaikan
sekolahnya, baik melalui satuan pendidikan formal maupun non formal.
Angka 7,12 menunjukkan bahwa penduduk usia lebih dari 15 tahun
memiliki rata-rata belum lulus SMP/MTs atau sederajat (7,00 dalam
tahun). Kecenderungan penduduk di atas antara lain yang tidak sedang
menjalankan pendidikan di sekolah formal yakni di SMP/MTs,
SMA/SMK/MA dan sederajatnya. Penduduk tersebut lebih cenderung
bekerja dengan ijazah terendahnya (misalnya SD), tidak melanjutkan
pendidikan formal pada usianya dan tidak melanjutkan pendidikan
melalui pendidikan non formal (Paket B, atau C).

3) Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk


secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang
paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di
masing-masing jenjang pendidikan.

II - 45
Angka Partisipasi Kasar (APK) berdasarkan tingkatan sekolah yaitu tingkat
SD/Paket A pada Tahun 2013 mencapai 103,25 persen sedangkan pada
tahun 2016 mencapai 108,08 persen atau meningkat 4,83 persen. Tingkat
SMP/Paket B meningkat 1,37 persen dari 77,48 persen pada tahun 2013
menjadi 78,85 persen pada tahun 2016. Tingkat SLTA/Paket C meningkat
11,10 % dari 46,32 persen pada tahun 2015 menjadi 57,42 % pada tahun
2016.

Secara rinci perkembangan angka partisipasi kasar sebagaimana tabel


berikut:

Tabel 2.10 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)


Tahun 2013 – 2016

Tahun
No Tingkatan Sekolah
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. SD/Paket A 103,25 105,03 105,25 108,08

2. SMP/Paket B 77,48 78,33 78,51 78,85

3. SMA/ SMK/Paket C 46,32 50,10 55,00 57,42

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

4) Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan partisipasi sekolah penduduk


usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM ini merupakan indikator
daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan.

Angka partisipasi Murni (APM) berdasarkan tingkatan sekolah yaitu


tingkat SD/Paket A pada Tahun 2013 mencapai 96,20 persen sedangkan
pada tahun 2016 mencapai 98,90 persen atau meningkat sebesar 2,70
persen. Tingkat SMP/Paket B meningkat 0,29 persen dari 63,66 persen
pada tahun 2013 menjadi 63,95 persen pada tahun 2016. Tingkat
SMA/SMK/Paket C meningkat 11,90 persen dari 37,59 pada tahun 2013
menjadi 49,49 % pada tahun 2016. Hal ini disebabkan semakin sadarnya

II - 46
masyarakat akan pentingnya pendidikan pada usia sekolah dan
banyaknya bantuan dari pemerintah dibidang pendidikan, sehingga
meningkatkan APM pendidikan.

Secara rinci perkembangan Angka Partisipasi Murni sebagaimana tabel


berikut:

Tabel 2.11 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM)


Tahun 2013 – 2016

Tahun
No Tingkatan Sekolah
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. SD/Paket A 96,20 96,83 97,11 98,90

2. SMP/Paket B 63,66 63,69 63,91 63,95

3. SMA/ SMK/Paket C 37,59 37,92 44,32 49,49

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

5) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap sistem


pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut
memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda.
Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan
jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu
ditampung di setiap jenjang sekolah, sehingga naiknya persentase
jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya
partisipasi sekolah. Bisa jadi kenaikan tersebut karena dipengaruhi oleh
semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi
dengan ditambahnya infrastruktur sekolah.

II - 47
Angka Partisipasi Sekolah (APS) selama kurun waktu 2013-2016 terjadi
peningkatan di semua kelompok umur yaitu dari umur 7-12 tahun, 13-15
tahun dan 16-18 tahun. APS kelompok umur 7-12 tahun pada tahun 2013
sebesar 99,03%, pada tahun 2016 menjadi 99,03%. Sementara itu pada
kelompok umur 13-15 tahun, nilai APS tahun 2013 sebesar 82,55% dan
tahun 2016 mencapai 90,99%. Kondisi yang sama pada kelompok umur
16-18 tahun dimana APS tahun 2013 sebesar 57,07% menjadi 64,37% pada
tahun 2016. Hal ini disebabkan disamping meningkatnya sarana dan
prasarana pendidikan juga karena semakin sadarnya orang tua akan
pentingnya pendidikan.

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2013-2016 dapat


dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.12 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Tahun 2013 – 2016

Tahun
No Kelompok Umur
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. 7 – 12 Tahun 99,03 99,03 99,03 99,03

2. 13 – 15 Tahun 82,55 90,00 90,79 90,99

3. 16 – 18 Tahun 57,07 56,69 56,74 64,37

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

6) Angka Kelulusan

Selain indikator diatas capaian kemajuan pembangunan pendidikan dari


segi kualitas dan daya saing pendidikan dapat dilihat dari Angka
Kelulusan. Perkembangan angka kelulusan siswa di Kabupaten Tulang
Bawang tahun 2013-2016 sebagaimana tabel berikut:

II - 48
Tabel 2.13 Perkembangan Angka Kelulusan
Tahun 2013/2014-2016/2017

No Tingkatan Sekolah 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. SD 100 100 100 100

2. SMP 100 100 100 100

3. SMA/ SMK 99,98 100 100 100

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

Angka kelulusan semua jenjang sekolah selama lima tahun terakhir


menunjukkan angka yang tinggi dengan capaian pada tahun 2013/2014
jenjang SD 100%, SMP 100% dan SMA/SMK 99,75%. Pada tahun 2016,
khususnya pada jenjang SMA/SMK angka kelulusan mengalami
peningkatan dari 99,98% pada tahun 2013/2014 menjadi 100% pada tahun
2016/2017. Hal ini menunjukkan semakin baiknya mutu pendidikan di
Kabupaten Tulang Bawang.

7) Angka Harapan Lama Sekolah

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) diartikan lamanya sekolah (dalam


tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di
masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap
bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk
yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini.
Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun
ke atas. Angka HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan
dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat
dicapai oleh setiap anak.

II - 49
Gambar 2.18 Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2017

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

8) Angka Harapan Hidup (AHH)

Tujuan dari pembangunan manusia di bidang urusan kesehatan adalah


untuk mencapai umur panjang dan sehat. Beberapa faktor yang
memepengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya adalah faktor
lingkungan yang berpengaruh sebesar 45 persen, perilaku kesehatan
sebesar 30 persen, pelayanan kesehatan sebesar 20 persen, dan
keturunan sebesar 5 persen.

Indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat


adalah Angka Harapan Hidup. Angka Harapan Hidup menunjung umur
rata-rata yang akan dicapai oleh seorang bayi yang baru lahir. Dalam
analisis demografi angka harapan hidup merupakan salah satu ukuran
mortalitas yang penting, karena merupakan satu bagian yang saling
mendukung secara berbanding terbalik dengan angka kematian bayi yang
merupakan probabilitas seorang bayi meninggal sebelum mencapai tepat
umur satu tahun.

Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2012-2017 (Tahun) dapat dilihat pada gambar 2.19 berikut ini:

II - 50
Gambar 2.19 Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH)
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2017 (Tahun)

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial


ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan
hidup penduduk dari suatu negara/ wilayah. Meningkatnya pelayanan
kesehatan melalui puskesmas dan meningkatnya kemampuan ekonomi
akan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kalori,
selanjutnya mampu memperoleh pendidikan yang lebih baik sehingga
memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada
gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memperpanjang usia harapan hidupnya.

Angka harapan hidup di Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2012–2017


terus mengalami peningkatan, pada tahun 2012, AHH penduduk Tulang
Bawang mencapai 68,57 tahun menjadi 69,41 tahun pada 2017. Hal ini
menggambarkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat di
Kabupaten Tulang Bawang.

II - 51
9) Angka Kematian Bayi (AKB)

Indikator ini dapat menunjukkan dimensi sosial dan kesehatan


masyarakat dengan bertitik tolak pada pandangan bahwa penduduk yang
rentan kualitas lingkungan adalah mereka yang berumur kurang dari satu
tahun. Kualitas kehidupan bayi sangat tergantung dari kondisi sosial
ekonomi orang tua atau orang yang mengasuh, dengan kecenderungan
bahwa semakin baik ekonomi orang tua, makin besar pula peluang
seorang bayi memperoleh kualitas hidup lebih baik serta berumur
panjang.

Gambar 2.20 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2012-2017

Sumber: Dinas Kesehatan


* = angka sementara

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tulang Bawang sejak tahun


2012 sampai dengan 2016 terus mengalami penurunan, pada tahun 2012
mencapai 8,3 per 1000 kelahiran hidup, menjadi 6,1 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2016. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Tulang
Bawang pada tahun 2016 lebih rendah dari Angka Kematian Bayi secara
nasional yang sebesar 25,5 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan data
Badan Pusat Statistik.

II - 52
Adanya penurunan ini menggambarkan peningkatan kualitas hidup dan
pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan cakupan Imunisasi bayi,
penempatan tenaga bidan atau paramedis di desa dan meningkatnya
kesadaran masyarakat khususnya Ibu Hamil untuk berpola hidup sehat.

10) Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat


kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan ksesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil,waktu melahirkan dan masa nifas.

Gambar 2.21 Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2017

Sumber: Dinas Kesehatan


* = angka sementara

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami


penurunan. Pada tahun 2013 sebanyak 15 kasus dari 7.487 Kelahiran
Hidup (AKI: 200,34/100.000 KH), pada tahun 2014 menurun menjadi 4
kasus dari 7.410 Kelahiran Hidup (AKI: 53,98/100.000 KH), tahun 2015
sebanyak 6 kasus dari 7.638 Kelahiran Hidup (AKI: 79/100.000 KH), pada
2016 diperkirakan menurun menjadi 4 kasus dari 7.638 Kelahiran Hidup
(AKI: 52,36/100.000 KH), dan pada tahun 2017 diperkirakan menurun
menjadi 3 kasus dari 7.638 Kelahiran Hidup (AKI:39/100.000 KH).

II - 53
Penurunan AKI merupakan salah satu indikator keberhasilan Pemerintah
Kabupaten Tulang Bawang dalam memberikan akses terhadap pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dan perawatan pasca
persalinan, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta
akses terhadap keluarga berencana.

11) Prevalensi Gizi Buruk

Prevalensi balita gizi buruk merupakan perbandingan dari jumlah balita


gizi buruk berdasarkan kriteria berat badan per umur dan jumlah balita
yang ditimbang. Perhitungan ini berguna untuk mengetahui berapa
persentase balita gizi buruk di Kabupaten Tulang Bawang, dan
selanjutnya digunakan sebagai acuan pengadaan program penanganan
masalah gizi buruk di Kabupaten Tulang Bawang. Berikut ini data
prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Tulang Bawang ditunjukkan
pada tabel berikut.

Tabel 2.14 Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Balita Gizi Buruk anak 13 15 3 5

2. Jumlah Balita anak 28.243 27.093 31.217 43.548

3. Prevalensi Balita Gizi Buruk persen 0,046 0,055 0,0096 0,011

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Jumlah balita yang mengalami gizi buruk berdasarkan kriteria berat


badan per umur di Kabupaten Tulang Bawang mengalami fluktuasi, pada
tahun 2015 mengalami penurunan berjumlah 3 anak, setelah sebelumnya
di tahun 2014 sebanyak 15 anak, pada tahun 2016, jumlah balita yang
mengalami gizi buruk meningkat menjadi 5 anak. Sementara itu,
prevalensi balita gizi buruk juga mengalami fluktuasi, dengan

II - 54
kecenderungan menurun. Pada tahun 2013, prevalensi balita gizi buruk
di Kabupaten Tulang Bawang sebesar 0,046 %, naik menjadi 0,055 % pada
tahun 2014, penurunan terjadi pada tahun 2015, menjadi sebesar
0,0096 %, kemudian pada tahun 2016 prevalensi balita gizi buruk kembali
meningkat menjadi 0,011 persen. Peningkatan prevalensi balita gizi
buruk harus diatasi dengan program-program terutama di bidang
kesehatan untuk mendukung peningkatan kualitas gizi balita.

Terjadi peningkatan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang yang


disebabkan adanya kesulitan pemantauan status gizi karena beberapa
orang tua/keluarga tidak membawa anaknya ke posyandu/puskesmas
dengan berbagai alasan, sehingga tidak dapat terpantau oleh kader
pendamping maupun oleh tenaga kesehatan.

12) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Perkembangan pembangunan ekonomi sangat dipengaruhi oleh


produktivitas tenaga kerja yang berkerja. Pembangunan ekonomi mampu
menyerap sebagian tenaga kerja, sehingga mengurangi angka
pengangguran. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan
rasio antara banyaknya Angkatan Kerja dengan banyaknya Penduduk Usia
Kerja. TPAK di Kabupaten Tulang Bawang selama kurun waktu 2013-2016
menunjukkan angka yang dinamis. Data pada tahun 2013 menunjukkan
TPAK sebesar 62,68% yang kemudian mengalami peningkatan pada
tahun 2014 menjadi sebesar 67,43%, angka ini menurun kembali di tahun
2015 menjadi 63,13%, dan pada tahun 2016 TPAK diproyeksi mengalami
kenaikan menjadi 65,35%.

II - 55
Gambar 2.22 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tahun 2012-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang

13) Pengeluaran Per Kapita

Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga


aspek esensial yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan
standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak
terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Dimensi terakhir yang
mewakili kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak yang
direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita yang disesuaikan.
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parity-
PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas,
dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran
per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan
paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana
66 komoditas merupakan makanan dan sisanyamerupakan komoditas non
makanan.

Perkembangan pengeluaran per kapita yang disesuaikan masyarakat


Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2013-2017 sebagaimana tabel
gambar berikut ini:

II - 56
Gambar 2.23 Pengeluaran Perkapita Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2017

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang

14) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Permasalahan pembangunan tidak bisa terlepas dari manusia atau


penduduk, karena penduduk itu adalah sebuah kekayaan yang nyata bagi
suatu daerah. Pembangunan manusia merupakan paradigma
pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran
akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan
atas sumberdaya guna memperoleh pendapatan untuk mencapai hidup
layak, peningkatan derajat kesehatan agar dapat meningkatkan panjang
usia hidup dan sehat meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis
dan ketrampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan
kegiatan ekonomi).

Untuk mengukur kualitas sumberdaya manusia digunakan Indeks


Pembanguan Manusia (IPM) yang dalam pengukurannya mencakup
kualitas bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
Trend IPM Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2012-2017 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
pemerintah Kabupaten Tulang Bawang semakin membaik dalam upaya

II - 57
membangun kualitas hidup manusia di Kabupaten Tulang Bawang. Selain
itu juga menggambarkan peningkatan pendududuk dalam mengakses
hasil pembangunan untuk memperoleh pendapatan, kesehatan dan
pendidikan.

Perkembangan pembangunan manusia Kabupaten Tulang Bawang tahun


2012-2017 dapat dilihat dari perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) berikut ini:

Gambar 2.24 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2012-2017

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Analisis atas kinerja Seni Budaya dan Olahraga dilakukan terhadap


indikator kebudayaan dan olahraga.

1) Kebudayaan

Meningkatnya apresiasi masyarakat pada pemerintah daerah terhadap


seni budaya daerah dapat dilihat dari berbagai kegiatan dan acara yang
diselenggarakan oleh masyarakat, baik dalam acara peringatan hari-hari
besar maupun acara-acara adat. Kesenian dan kebudayaan yang ada di
Kabupaten Tulang Bawang sangat banyak ragamnya, hal ini disebabkan
penduduk Kabupaten Tulang Bawang berasal dari berbagai suku dan

II - 58
daerah yang masing-masing tetap mempertahankan dan melestarikan
kesenian dan kebudayaan dari daerah asal seperti wayang kulit dari
daerah Jawa Tengah, Jaipong dari daerah Sunda, Reog dari Daerah
Ponorogo, dan lainnya sesuai daerah asal. Meskipun demikian banyak
masyarakat pendatang yang mempelajari kesenian dan kebudayaan asli
lampung, seperti tari-tarian khas lampung maupun gamelan/musik khas
lampung. Demikian juga sebaliknya banyak penduduk asli lampung yang
mempelajari kesenian dan kebudayaan dari daerah lain. Hal ini dapat
dilihat pada saat pawai/karnaval seni dan budaya daerah yang
diselenggarakan pada acara peringatan Hari Ulang Tahun Republik
Indonesia ataupun Hari Jadi Kabupaten Kabupaten Tulang Bawang.

Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan kualitas


hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan
beradab. Kabupatn Tulang Bawang yang terdiri dari 15 Kecamatan, 147
kampung dan 4 kelurahan memiliki adat-istiadat serta berbagai kesenian
yang menggambarkan dinamika yang ada dalam masyarakat, sekaligus
sebagai potensi yang dimiliki masyarakat.

Dibawah ini disajikan data tentang grup kesenian serta gedung kesenian
yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.15 Perkembangan Seni dan Budaya Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Jumlah Grup Kesenian grup 7 10 11 13

2 Jumlah Gedung Kesenian unit 1 1 1 1

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Tulang Bawang

II - 59
Kelompok/grup kesenian yang ada di masyarakat memiliki peran penting
dalam mewadahi pelaku pelaku seni untuk melaksanakan kegiatan
pelestarian budaya agar tetap terpelihara, sehingga tercipta masyarakat
yang berbudaya serta mendukung berkembangnya desa budaya.
Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa di Kabupaten
Tulang Bawang pada tahun 2013 memiliki kelompok/grup kesenian
sebanyak 7 grup yang tersebar di 15 kecamatan, pada tahun 2014
bertambah menjadi 10 grup, kemudian di tahun 2015 menjadi sebanyak
11 grup dan di tahun 2016 menjadi sebanyak 13 grup. Hal ini
menggambarkan bahwa kelompok-kelompok kesenian tetap terpelihara
dengan baik di masyarakat Kabupaten Tulang Bawang.

2) Olahraga

Dalam rangka mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai


masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera serta berkualitas, maka
sangat dibutuhkan generasi muda yang benar-benar tangguh, berbobot
dan sehat. Sebagaimana kata pepatah terkenal “Men Sana In
Corporesano” yang artinya adalah “Didalam tubuh yang sehat terdapat
jiwa yang kuat”. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut maka salah satu
indikator terpenuhinya generasi muda yang berkualitas adalah
tersedianya fasilitas olahraga. Di bawah ini data tentang jumlah klub
olahraga serta data gedung olahraga yang ada di Kabupaten Tulang
Bawang sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel 2.16 Perkembangan Olahraga di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No. Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Klub Olahraga klub 20 11 18 23


2. Jumlah Gedung Olahraga unit 3 3 2 2
3. Jumlah Kegiatan Olahraga kegiatan 10 11 14 8

Sumber: Dinas Pemuda dan Olahraga Kab. Tulang Bawang

II - 60
Berdasarkan data diatas jumlah klub olahraga pada tahun 2013 sebanyak
18 klub yang tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang
yang terdiri dari 7 cabang olahraga yaitu: Sepak Bola, Bulu Tangkis, Bola
Volli, Tenis Meja, Sepak Takraw, Bola Basket, dan Futsal. Dari cabang
olahraga tersebut tersedia prasarana dan sarana berupa gedung olahraga
indoor baik yang dimiliki perseorangan, dusun, desa, pemerintah daerah,
maupun lembaga pendidikan.

Selain itu jumlah organisasi kepemudaan di Kabupaten Tulang Bawang


terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2013
sebanyak 18 organisasi, meningkat 5 organisasi menjadi 23 organisasi
pada tahun 2014, kemudian pada tahun 2015 menjadi sebanyak 25
organisasi dan sampai dengan tahun 2016 jumlah organisasi kepemudaan
di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 26 organisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tahun partisipasi pemuda untuk ikut serta
memberikan andil dalam pembangunan semakin meningkat, karena
dengan ikut berorganisasi maka pemuda akan semakin kritis menghadapi
situasi sosial dan ekonomi yang berkembang di masyarakat, sehingga
akan ditemukan solusi untuk pemecahan permasalahan-permasalahan.

Meningkatnya jumlah organisasi kepemudaan di Kabupaten Tulang


Bawang juga didukung dengan perkembangan jumlah kegiatan
kepemudaan yang semakin meningkat, tahun 2013 jumlah kegiatan
kepemudaan di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 16 kali, meningkat
pada tahun 2014 menjadi sebanyak 18 kali, tahun 2015 kembali
meningkat menjadi 20 kali dan pada tahun 2016 jumlah kegiatan
kepemudaan di Kabupaten Tulang Bawang menjadi sebanyak 21 kali.
Selain itu jumlah kegiatan keolahragaan di Kabupaten Tulag Bawang juga
semakin meningkat, tahun 2013 sebanyak 10 kali, meningkat menjadi 11
kali pada tahun 2014, tahun 2015 menjadi sebanyak 14 kali dan di tahun
2016 kegiatan keolahragaan menjadi sebanyak 16 kali.

II - 61
Tabel 2.17 Perkembangan Organisasi Kepemudaan dan Olahraga
Tahun 2013–2016

Tahun
No. Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Organisasi Kepemudaan organisasi 18 23 25 26

2. Jumlah Kegiatan Kepemudaan kegiatan 16 18 20 21

Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kab. Tulang Bawang

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Aspek pelayanan umum menjelaskan kondisi pelayanan urusan wajib dan


urusan pilihan yang menjadi jangkauan pelayanan dari OPD Kabupaten
Tulang Bawang secara keseluruhan. Salah satu indikator aspek pelayanan
umum adalah pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Adapun
capaian Standar Pelayanan Minimal berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2018 yang telah ditetapkan sebanyak 6 (enam) bidang
yaitu Bidang Pendidikan; Bidang Kesehatan; Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, Bidag Perumahan Rakyat; Bidang Ketenteraman,
Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat; dan Bidang Sosial.
Capain Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2013-2016 selengkapnya disajikan pada tabel berikut:

II - 62
Tabel 2.18 Capaian Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1. SPM BIDANG PENDIDIKAN
I. Pendidikan Dasar Oleh Kabupaten/Kota 1. SD Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu persen 100 100 100 100 100
maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman
MI persen 100 100 100 100 100
permanen di daerah terpencil
SMP persen 100 100 100 100 100
MTs persen 100 100 100 100 100
2. SD Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 persen 100 100 100 100 100
orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar
MI persen 100 100 100 100 100
tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk
SD peserta didik dan guru, serta papan tulis; persen 76,02 77,21 80,66 86,72 87,63
MI persen 100 100 100 100 100
SMP persen 100 100 100 100 100
MTs persen 100 100 100 100 100
SMP persen 75,70 79,44 83,18 93,52 94,44
MTs persen 24,14 24,14 24,14 24,14 31,03
3. SMP Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja persen 75,70 79,44 83,18 93,52 94,44
dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek
MTs persen 24,14 24,14 24,14 24,14 31,03
IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik;
SMP persen 75,7 76,44 79,44 81,48 81,48
MTs persen 20,69 21,22 17,24 24,14 24,14
4. SD Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja persen 75,70 75,70 79,44 81,48 81,48
dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan
MI persen 34,48 41,38 48,28 58,62 58,62
di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru;
SMP persen 6,56 6,58 6,58 6,64 7,22
MTs persen 100 98,68 98,68 98,68 98,68

II - 63
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1. SPM BIDANG PENDIDIKAN
5. SD Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 persen 90,65 90,65 93,46 92,59 92,59
(enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4
MI persen 41,38 48,28 55,17 62,07 62,07
(empat) orang guru setiap satuan pendidikan
SD persen 93,46 93,46 93,46 92,59 92,59
MI persen 41,38 48,28 55,17 62,07 62,07
6. SMP Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan persen 85,45 84,16 82,72 82,78 82,68
untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;
MTs persen 100 100 100 100 100
7. SD Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 persen 51,23 51,44 50,00 50,41 50,10
atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik
MI persen 100 100 100 100 100
SD persen 98,13 98,13 98,13 100 100
MI persen 100 100 100 100 100
8. SMP Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifiasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak persen 100 100 100 100 100
70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat
MTs persen 93,33 100 100 88,16 88,16
pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%
SMP persen 100 100 100 100 100
MTs persen 93,33 95,43 96,05 96,05 96,05
9. SMP Di setiap SMP/MTs tersedia guru kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan memiliki persen 100 100 100 100 100
sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mapel Matematika, IPA, B.
MTs persen 93,33 95,17 96,05 96,05 96,05
Indonesia, B. Inggris, dan PKn
10. SD Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV persen 100 100 100 100 100
dan telah memiliki sertifikat pendidik
MI persen 100 100 100 100 100
11. SMP Di setiap kab/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan persen 93,46 98,34 100 100 100
telah memiliki sertifikat pendidik;
MTs persen 68,97 76,67 86,21 89,66 89,66
12. SD Di setiap kab/kota semua pengawas sekolah/ madrasah memiliki kualifikasi akademik persen 100 100 100 100 100
S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat Pendidik
MI persen 100 100 100 100 100

II - 64
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1. SPM BIDANG PENDIDIKAN
13. MI Pemerintah kab/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu persen 100 100 100 100 100
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang
SMP persen 100 100 100 100 100
efektif;
MTs persen 100 100 100 100 100
100 –> bila kab/ kota memiliki rencana dan telah melaksanakan kegiatan untuk membantu sekolah mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif
50 –> bila memiliki rencana tetapi belum melaksanakan
0 –> bila tidak memiliki rencana untuk membantu sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif.
14. SD Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan persen 60,66 61,28 61,32 62,24 62,27
setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan;
MI persen 26,23 26,32 26,32 25,97 25,97

SMP persen 100 100 100 100 100


MTs persen 100 100 100 100 100
II Pendidikan Dasar Oleh Satuan Pendidik 15. SD Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh persen 100 100 100 100 100
Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan
MI persen - - 80,42 85,94 100
PKn dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik
SD persen 100 100 100 100 94,22
MI persen - - - - 1,46
16. SMP Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh persen 84,28 89,54 92,94 96,01 100
Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk
MTs persen - - 75,95 80,33 89,85
setiap perserta didik
SMP persen 100 100 100 100 100
MTs persen - - 100 100 100
17. SD Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model persen 20,53 31,65 41,15 62,24 62,27
kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik,
MI kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA persen - - 74,03 81,82 82,89

II - 65
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1. SPM BIDANG PENDIDIKAN
18. SD Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi,dan setiap persen 41,07 45,22 48,35 64,32 64,54
SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi
MI persen - - 76,62 81,82 82,89
SMP persen 41,07 45,34 49,43 50,93 50,93
MTs persen - - - - -
19. SD Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk persen 95,43 98,46 99,05 99,12 99,12
merencanakan & melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
MI persen 100 100 100 100 100
membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan
SMP persen - - - - -
MTs persen 100 100 100 100 100
20. SD Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per persen 100 100 100 100 100
tahun dengan kegiatan pembelajaran sebagai berikut : a) Kelas I-II = 18 jam per
MI persen 100 100 100 100 100
minggu; b) Kelas III = 24 jam per minggu; c) Kelas IV-VI = 27 jam per minggu; atau d)
SMP Kelas VII-IX = 27 jam per minggu persen 100 100 100 100 100
MTs persen 100 100 100 100 100
21. SD Setiap satuan pendidikan menerapkan kurikulum sesuai ketentuan yang berlaku persen 100 100 100 100 100
MI persen 100 100 100 100 100
SMP persen 100 100 100 100 100
MTs persen 100 100 100 100 100
22. SD Setiap guru yang menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun persen 100 100 100 100 100
berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya
MI persen 100 100 100 100 100
SMP persen 100 100 100 100 100
MTs persen 100 100 100 100 100

II - 66
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1. SPM BIDANG PENDIDIKAN
23. SD Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu persen 100 100 100 100 100
meningkatkan kemampuan belajar peserta didik
MI persen - - - 100 100
SMP persen 100 100 100 100 100
MTs persen - - - - -
24. SD Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru persen 49,18 51,23 57,61 89,21 88,66
dua kali dalam setiap semester
MI persen - - - 89,47 89,47
SMP persen 71,03 73,44 76,64 81,48 81,48

MTs persen - - 100 100 100


25. SD Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil persen 100 100 100 100 100
penilaian setiap peserta didik kepada Kepala sekolah pada akhir semester dalam
MI persen 100 100 100 100 100
bentuk laporan hasil presentasi belajar peserta didik
SMP persen 100 100 100 100 100
MTs persen 100 100 100 100 100
26. SD Kepala sekolah atau Madrasah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester persen 100 100 100 100 100
(UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas(UKK) serta Ujian Akhir(US/ UN) kepada orang tua
MI persen - - - 87,01 88,16
peserta didik dan menyampaiakan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan
SMP kabupaten/ kota atau Kantor Kemenag Kab/ kota pada setiap akhir semester persen 100 100 100 100 100
MTs persen 68,97 79,45 86,21 89,66 89,66
27. Memiliki Laporan Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah persen 100 100 100 100 100
tahunan (MBS)
Memiliki rencana persen 100 100 100 100 100
kerja tahunan
Memiliki Komite persen 100 100 100 100 100
Sekolah

II - 67
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


2. SPM BIDANG KESEHATAN
I Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 persen 87,20 88,59 92,04 89,64 90,34
2. Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani persen 88,05 68,13 98,80 82,02 74,96
3. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan persen 91,94 99,62 99,71 99,81 99,93
4. Cakupan pelayanan Ibu Nifas persen 88,45 82,04 89,57 90,47 91,99
5. Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani persen 22,20 48,50 78,38 83,68 70,27
6. Cakupan kunjungan bayi persen 92,21 99,99 95,16 92,37 91,75
7. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) persen 97,92 100 100 100 100
8. Cakupan pelayanan anak balita persen 100 79,46 93,01 80,17 89,99
9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin persen 100 100 22,4 83,06 100
10. Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan persen 100 79,46 93,01 80,17 89,99
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat persen 100 100 22,4 83,06 100
12. Cakupan peserta KB Aktif persen 68,43 71,67 71,75 72,97 73,33
13. Cakupan Penemuan dan penanganan penderita penyakit:
a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun persen 97,29 98,64 94,07 97,36 98,02
b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita persen 100 100 19,9 5,07 15,21
c. Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif persen 55,63 100 35,34 42,46 53,13
d. Penderita DBD yang Ditangani persen 100 100 100 100 100
e. Penemuan Penderita Diare persen 100 100 100 44,65 59,16
14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin persen 100 100 100 100 100
II Pelayanan Kesehatan Rujukan 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin persen 100 96,36 100 100 100
16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota persen 100 100 100 100 100
III Penyelidikan 17. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam persen 100 100 100 100 100
IV Promosi 18. Cakupan Desa Siaga Aktif persen 100 100 100 100 100

II - 68
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


3. SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
I Sumber Daya Air
Prioritas Utama penyediaan Air untuk 1. Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari hari persen 60,00 55,85 70,00 70,00 83,08
kebutuhan masyarakat
2. Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada persen 55,60 55,60 60,00 60,00 61,67
II Jalan
Aksesbilitas 3. Tersedianya jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota. persen 100 100 100 100 100
Mobilitas 4. Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan persen 86,14 80,18 100 100 100
Keselamatan 5. Tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat persen 41,55 43,73 45,19 72,8 77,31

Ruas
Kondisi Jalan 6. Tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman persen 37,90 40,09 50,00 66,00 77,31
Kecepatan 7. Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan kecepatan rencana persen 37,90 40,09 50,00 66,00 77,31

III Air Minum


Cluster Pelayanan 8. Tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan persen 44,96 50,00 66,50 68,60 81,74
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/
Sangat Buruk
hari
Buruk
Sedang
Baik
Sangat Baik

II - 69
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


3. SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
IV Penyehatan Lingkungan Pemukiman
(Sanitasi Lingkungan dan Persampahan
Air Limbah Permukiman 9. Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai persen 50,07 50,5 50,5 50,74 52,86
10. Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota persen 2,23 2,82 3,81 4,49 5,35

Pengelolaan Sampah 11. Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan persen - 0,90 1,15 9,37 11,94
12. Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan persen 20,00 22,00 32,60 45,73 67,52
Drainase 13. Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan persen 68,60 68,89 68,97 72,92 78,59
(lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun

V Penanganan Permukiman Kumuh 14. Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan persen - - - 20,80 25,68
Perkotaan

VI Penataan Bangunan dan Lingkungan


Izin Mendirikan Bangunan 15. Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota persen 12,75 35,30 49,20 61,00 71,25
Harga Standar Bangunan Gedung Negara 16. Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di Kabupaten /kota persen 100 100 100 100 100
(HSBGN)

VII Jasa Konstruksi


Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 17. Penerbitan IUJK dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan lengkap persen 100 100 100 100 100
Sistem Informasi Jasa Konstruksi 18. Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi setiap tahun persen 57,14 71,43 85,71 85,71 85,71

II - 70
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


3. SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
VIII Penataan Ruang
Informasi Penataan Ruang 19. Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana persen 100 100 100 100 100
rincinya melalui peta analog dan peta digital
Pelibatan Peran Masyarakat Dalam 20. Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum konsultasi publik yang memenuhi syarat persen 100 100 100 100 100
Proses Penyusunan RTR inklusif dalam proses penyusunan RTR dan program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua)
kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang
Izin Pemanfaatan Ruang 21. Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah persen 29,55 31,82 34,09 34,09 34,09
tentang RTR wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya
Pelayanan Pengaduan Pelanggaran Tata 22. Terlaksanakannya tindakan awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang persen - - - -
Ruang penataan ruang, dalam waktu 5 (lima) hari kerja
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 23. Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan persen - - - - -
Publik

4. SPM BIDANG PERUMAHAN RAKYAT


I Rumah Layak Huni dan Terjangkau 1. Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni persen 47,98 50,51 58,66 60,21 60,21
2. Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau persen - - - - -
II Lingkungan yang Sehat dan Aman yang 3. Cakupan Lingkungan Yang Sehat dan Aman Yang Didukung Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) persen 100 100 100 100 100
Didukung dengan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum (PSU)

5. SPM BIDANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT


I Pemeliharaan Ketentraman dan 1. Cakupan Penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah di Kabupaten/Kota persen 50,00 44,73 70,73 75,56 76,43
Ketertiban Masyarakat
2. Cakupan Patroli Siaga Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat persen 100 100 100 100 100
3. Cakupan Rasio Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten/Kota persen 84,51 84,51 84,51 84,51 84,51

II - 71
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


5. SPM BIDANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT
II Penanggulangan Bencana Kebakaran 4. Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran di Kabupaten/Kota persen 15,15 15,15 15,15 15,15 15,15

5. Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate ) persen 100 100 100 100 100
6. Persentase Aparatur Pemadam Kebakaran yang Memenuhi Standar Kualifikasi persen 76,92 84,62 86,49 100 -

7. Jumlah Mobil Pemadam Kebakaran diatas 3000-5000 liter pada WMK (Wilayah Manajemen Kebakaran) persen - - - - -

6. SPM BIDANG SOSIAL


1 Pelaksanaan program/kegiatan bidang
sosial:
a. Pemberian bantuan sosial bagi 1. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan persen 65,42 67,09 73,25 37,31 46,49
Penyandang Masalah Kesejahteraan dasar.
Sosial skala Kabupaten/ Kota
b. Pelaksanaan kegiatan 2. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama
persen (KUBE)16,44
atau kelompok
11,25sosial 13,01
ekonomi sejenis
6,24 lainnya12,5
pemberdayaan sosial skala
Kabupaten/Kota
2 Penyediaan sarana dan prasarana sosial:

a. Penyediaan sarana prasarana 3. Presentase (%) pantai sosial skala kabupaten/ kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan persen 100 100 100 100 100
pantai sosial skala kabupaten/kota kesejahteraan sosial
b. Penyediaan sarana prasarana 4. Presentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana persen 100 100 100 100 100
pelayanan luar panti skala prasarana pelayanan kesejahteraan sosial.
Kabupaten/Kota

II - 72
Capaian (tahun)
No Jenis Pelayanan Dasar/Indikator SPM Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


6. SPM BIDANG SOSIAL
3 Penanggulangan korban Bencana:

a. Bantuan sosial bagi korban bencana 5. Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang menerima bantuan sosial selama masa persen 100 100 100 100 100
skala Kabupaten/Kota tanggap darurat
b. Evaluasi korban bencana skala 6. Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana persen 23,81 53,33 60,00 100 -
Kabupaten/kota prasarana tanggap darurat lengkap
4 Pelaksanaan dan pengembangan jaminan
sosial bagi penyandang cacat fisik dan
mental, serta lanjut usia tidak potensial:
a. Penyelenggaraan jaminan sosial 7. Presentase (%) penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima persen 1,12 1,50 1,44 2,80 8,59
skala Kabupaten/Kota jaminan sosial

II - 73
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib

2.3.1.1. Urusan Wajib Yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

A. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam pembangunan


nasional maupun daerah. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik
pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi. SDM
yang berkualitas akan membawa dampak pada kemajuan dibidang
teknologi, kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara
umum. Hal ini dikarenakan penduduk yang memiliki pendidikan yang
cukup akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan
barang dan jasa, melakukan inovasi teknologi, merancang dan
merekayasa lingkungan hidup, menjaga keteraturan sosial,
mengembangkan perekonomian dan pada akhirnya bermuara pada
peningkatan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.

Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat


penting untuk melihat kualitas sumber daya manusia. Tinggi rendahnya
tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh beberapa indikator
pendidikan sebagai berikut:

1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Indikator ini diperoleh dengan menghitung perbandingan antara jumlah


siswa yang belajar di Taman Kanak-Kanak (TK) dengan jumlah anak yang
berusia 4 – 6 tahun. Rasio (Angka Partisipasi) PAUD mengindikasikan
besarnya persentase anak-anak usia 4 – 6 tahun yang mendapatkan
pendidikan dasar, seperti sekolah di TK. Tabel berikut merupakan data
PAUD di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013 – 2016.

II - 74
Tabel 2.19 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016

Tahun
No. Uraian satuan
2013 2014 2015 2016

1. JumlahSiswaPadaJenjangTK anak 25.160 26.683 28.225 30.679

2. JumlahAnakUsia3-6 tahun anak 61.038 61.165 60.794 61.163

3. APK PAUD persen 41,22 43,62 46,43 50,16

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

Berdasarkan tabel diatas jumlah siswa TK di Kabupaten Tulang Bawang


terus mengalami peningkatan, sementara itu, jumlah anak usia 3 – 6
tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat.
Berdasarkan data di atas, rasio PAUD di Kabupaten Tulang Bawang dalam
periode tahun 2013–2016 terus mengalami peningkatan.

2) Angka Putus Sekolah (APS)

Perkembangan Angka Putus Sekolah (APS) tahun 2013-2016 di Kabupaten


Tulang Bawang terus mengalami penurunan. Secara rinci angka putus
sekolah sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.20 Perkembangan Angka Putus Sekolah Tahun 2013–2016

Tahun
No Tingkatan Sekolah
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. SD/MI 0,35 0,32 0,29 0,27

2. SMP/MTs 1,14 0,94 0,89 0,87

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

Angka Putus Sekolah semua jenjang sekolah mengalami penurunan. Hal


ini disebabkan karena terbantunya siswa dengan program Bantuan Khusus
Murid Miskin (BKMM), program Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
Program Indonesia Pintar (PIP), bantuan perlengkapan sekolah siswa SD,

II - 75
SMP dan SMA/SMK se-Kabupaten Tulang Bawang, pemberian beasiswa
kepada mahasiswa asal Kabupaten Tulang Bawang yang berprestasi dan
dari keluarga tidak mampu, serta tingginya minat siswa untuk
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.

3) Angka Melanjutkan

Angka melanjutkan (AM) sekolah merupakan perbandingan antara jumlah


siswa yang melanjutkan pendidikan ke tingkat berikutnya dengan jumlah
lulusan pada tahun sebelumnya pada tingkat pendidikan sebelumnya.
Angka melanjutkan ini menunjukkan seberapa besar minat masyarakat
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Data angka
melanjutkan di Kabupaten Tulang Bawang disajkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.21 Angka Melanjutkan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Jenjang Pendidikan Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. SD/MI ke SMP/MTs persen 99,65 99,68 99,71 99,73

2. SMP/MTs ke SMA/MA/SMK persen 98,86 99,06 99,11 99,13

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang

Berdasarkan tabel diatas, angka melanjutkan baik dari SD/MI ke SMP/MTs


maupun dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK di Kabupaten Tulang Bawang
terus mengalami peningkatan.

4) Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV

Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV merupakan perbandingan antara


jumlah guru yang berijazal minimal S1/D-IV dengan total seluruh guru
yang ada. Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan minimal S1/DIV
tentu akan memiliki kompetensi dan pemahaman tentang materi yang

II - 76
lebih baik. Kemampuan materi seorang guru akan bertambah seiring
dengan latar belakang pendidikan yang diterima, dengan pendidikan
yang lebih tinggi maka pemahaman akan materi pendidikan akan
menjadi lebih baik. Data guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV di
Kabupaten Tulang Bawang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.22 Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Guru Berijazah S1/D-IV orang 4.121 5.854 4.707 4.987

2. Jumlah Seluruh Guru (SD/MI, orang 5.683 6.419 5.580 5.713


SMP/MTs, SMA/SMK/MA)

3. Persentase Guru Berijazah S1/D-IV persen 72,51 91,19 84,35 87,29

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, persentase guru berijazah S1/D-IV di


Kabupaten Tulang Bawang dalam periode 2013–2016 cenderung
mengalami penurunan. Jumlah guru berijazah S1/D-IV maupun jumlah
guru secara keseluruhan mengalami fluktuasi, dengan kecenderungan
meningkat. Pada tahun 2014, jumlah guru berijazah S1/D-IV memiliki
jumlah paling tinggi, yaitu 5.854 orang, selain itu jumlah guru
keseluruhan juga memiliki jumlah paling tinggi, yaitu 6.419 orang.
Rata-rata persentase guru berijazah S1/D-IV pada periode 2013-2016
sebesar lebih dari 83 %, dengan persentase paling tinggi pada tahun 2014
sebesar 91,19 %.

Sedangkan persentase guru yang telah memiliki sertifikat pendidik pada


tahun 2013 sebesar 56,53 %, tahun 2014 sebesar 64,02 %, tahun 2015
sebesar 73,31 %, dan pada tahun 2016 sebesar 75,31 %.

II - 77
Tabel 2.23 Guru yang telah Bersertifikat Pendidik
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Seluruh Guru (SD/MI, orang 5.683 6.419 5.580 5.713


SMP/MTs, SMA/SMK/MA)

2. Jumlah Guru Bersertifikasi orang 3.213 4.110 4.091 4.303

3. Persentase Guru Bersertifikasi persen 56,53 64,02 73,31 75,31

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang (diolah)

5) Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah SD/MI dan


SMP/MTs

Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah merupakan


perbandingan antara jumlah sekolah dan penduduk usia sekolah tersebut
dalam setiap 10.000 penduduk. Pada indikator ini yang digunakan adalah
jumlah sekolah jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia 7–12 tahun dan 13-15 tahun. Rasio
ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah SD/MI dan
SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang selengkapnya dijelaskan pada
tabel berikut:

Tabel 2.24 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah SD/MI dan


SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Sekolah SD/MI dan Unit 345 350 355 359


SMP/MTs

2. Jumlah penduduk usia 7-12 dan orang 61.781 61.123 62.545 63.987
13-15 tahun

3. Rasio Ketersediaan Sekolah SD/MI 56 57 57 56


dan SMP/MTs

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang (diolah)

II - 78
Berdasarkan tabel diatas, rasio ketersediaan sekolah SD/MI dan SMP/MTs
di Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu 2013–2016 mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2013 terdapat 56 sekolah pendidikan dasar setiap
10.000 penduduk dan pada tahun 2014 rasio ketersediaan sekolah naik
menjadi 57 sekolah per 10.000 penduduk, namun dengan kondisi
penduduk usia sekolah yang berkurang (61.123 orang), kurangnya murid
di beberapa sekolah disebabkan karena tingginya persaingan kualitas
sekolah yang mengakibatkan orang tua memilih untuk menyekolahkan
anaknya di sekolah yang dianggap paling baik dan terjangkau. Jumlah
sekolah tersus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun pada tahun
2015 menjadi 355 unit, begitu pula dengan jumlah penduduk usia 7 – 15
tahun, sedangkan rasio ketersediaan sekolah tidak mengalami perubahan
(57 sekolah). Sementara itu rasio ketersediaan sekolah kembali
mengalami penurunan menjadi 56 sekolah.

6) Rasio Guru/Murid SD/MI dan SMP/MTs

Rasio guru/murid merupakan perbandingan antara jumlah guru dengan


jumlah murid pada suatu jenjang pendidikan. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pendidik atau guru. Selain itu, rasio ini digunakan
untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar mutu
pengajaran tercapai. Jumlah keseluruhan guru SD/MI dan SMP/MTs yang
dihitung adalah baik guru PNS maupun swasta (non-PNS).Berikut data
rasio guru/murid SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang.

Tabel 2.25 Rasio Guru/Murid SD/MI dan SMP/MTs


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. SD/MI Murid/1 guru 12,91 10,61 15,81 16,30

2. SMP/MTs Murid/1 guru 11,04 9,20 10,63 10,63

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang (diolah)

II - 79
Berdasarkan tabel diatas, rasio guru/murid SD/MI di Kabupaten
Tulang Bawang dalam kurun waktu tahun 2013-2016 cenderung
mengalami peningkatan, dengan perubahan yang cukup signifikan. Pada
tahun 2016 Rasio guru/murid SD/MI mencapai 16,30, berarti bahwa satu
orang guru mengajar 16 sampai 17 murid. Rata-rata rasio guru/murid
SMP/MTs lebih rendah pada tahun 2016, yaitu 10,63 yang berarti satu
guru mengajar 10 sampai 11 murid. Hal tersebut dikarenakan guru yang
diperlukan untuk mengajar siswa SMP/MTs tidak sama halnya seperti
guru SD/MI yang cenderung merupakan guru kelas, tetapi merupakan
guru mata pelajaran, sehingga membutuhkan lebih banyak guru dalam
satu kelas untuk mengajar mata pelajaran yang berbeda. Semakin
rendahnya rasio guru terhadap murid, akan berpengaruh pada semakin
besarnya perhatian guru terhadap murid yang diasuhnya. Oleh karena
itu, diharapkan kualitas murid akan semakin lebih baik karena murid
akan belajar dengan baik dan guru dapat mengajar dengan lebih efektif.

7) Rombongan Belajar SD/MI dan SMP/MTs

Indikator rombongan belajar SD/MI di Kabupaten Tulang Bawang


digunakan untuk mengetahui jumlah kebutuhan kelas yang ada. Idealnya,
dalam satu kelas terdapat satu rombongan belajar, atau satu rombongan
belajar menempati satu ruang kelas. Data rasio jumlah kelas per
rombongan belajar SD/MI di Kabupaten Tulang Bawang disajikan pada
tabel berikut.

Tabel 2.26 Rombongan Belajar SD/MI di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Kelas unit 1.817 1.790 1.786 1.645

2. Jumlah Rombongan Belajar kelompok 1.788 1.601 1.592 1.712

3. Rasio Jumlah Kelas per Rombongan Belajar unit/ kelompok 1,02 1,12 1,12 0,96

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang (diolah)

II - 80
Berdasarkan tabel diatas, rasio jumlah kelas per rombongan belajar
SD/MI di Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu 2013–2016 terus
mengalami peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi meningkatnya
jumlah rombongan belajar yang diimbangi dengan peningkatan jumlah
kelas. Semakin mendekati angka 1 maka akan semakin ideal (efektif)
karena terdapat kesesuaian antara jumlah kelas dan jumlah rombongan
belajar. Pada tahun 2013–2016 rasio jumlah kelas per rombongan belajar
sudah mengalami peningkatan menjadi sama dengan atau lebih dari 1,
yang menunjukkan seluruh rombongan belajar sudah mempunyai kelas
masing-masing atau kebutuhan kelas sudah tercukupi. Tahun 2016
terdapat penurunan rasio jumlah kelas per rombongan belajar SD/MI
walau tidak signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Rasio jumlah kelas per rombongan belajar SMP/MTs dihitung berdasarkan


jumlah kelas SMP/MTs dibandingkan dengan jumlah rombongan belajar
SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang. Idealnya, dalam satu kelas
SMP/MTs terdapat satu rombongan belajar, atau satu rombongan belajar
menempati satu ruang kelas. Tabel 2.27 merupakan data rasio jumlah
kelas per rombongan belajar SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang.

Tabel 2.27 Rombongan Belajar SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Kelas unit 664 687 699 713

2. Jumlah Rombongan Belajar kelompok 660 621 675 701

3. Rasio Jumlah Kelas per Rombongan Belajar unit/ kelompok 1,00 1,11 1,04 1,02

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, rasio jumlah kelas per rombongan belajar


SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang cenderung mengalami
peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi meningkatnya jumlah
rombongan belajar yang diimbangi dengan meningkatnya jumlah kelas

II - 81
SMP/MTs, seperti pada tingkat SD/MI pula. Rata-rata rasio jumlah kelas
per rombongan belajar SMP/MTs di Kabupaten Tulang Bawang adalah 1,
hal ini menunjukkan kesesuaian jumlah kelas dalam menampung
rombongan belajar dalam jumlah yang ideal.

8) Sekolah Dalam Kondisi Bangunan Baik

Sekolah atau bangunan pendidikan dalam kondisi baik merupakan


perbandingan antara gedung atau bangunan dalam kondisi baik dengan
total seluruh gedung atau bangunan. Data mengenai sekolah dalam
kondisi bangunan yang baik tidak didapatkan. Data pada indikator ini
diganti dengan data kelas dalam kondisi baik. Data jumlah kelas dalam
kondisi baik di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013–2016 disajikan
pada tabel berikut.

Tabel 2.28 Ruang Kelas dengan Kondisi Baik di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Jumlah Kelas Kondisi Baik

1. SD/MI unit 1.352 1.458 1.551 1.475

2. SMP/MTs unit 531 572 612 644

Jumlah Seluruh Kelas

1. SD/MI unit 1.817 1.790 1.786 1.645

2. SMP/MTs unit 664 687 699 713

Persentase Ruang Kelas Kondisi Baik

1. SD/MI unit 74,40 81,45 86,84 89,66

2. SMP/MTs unit 79,97 83,26 87,55 90,32

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir


keseluruhan ruang kelas pada semua jenjang pendidikan sudah berada
pada kondisi baik. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase ruang kelas

II - 82
dengan kondisi baik yang semuanya menunjukkan peningkatan. Hasil dari
indikator ini menunjukkan kondisi yang cukup baik. Hanya saja perlu
ditingkatkan hingga mencapai angka 100 persen agar para pelajar di
Kabupaten Tulang Bawang dapat terfasilitasi dengan baik, khususnya
dalam kegiatan belajar mengajar.

B. Kesehatan

Kualitas hidup masyarakat tidak saja ditentukan oleh tingkat pendapatan


dan pendidikan yang dicapai oleh masyarakat, tetapi juga kualitas
kesehatan masyarakat turut menentukan kualitas hidup masyarakat.
Pembangunan fasilitas kesehatan merupakan salah satu program
pembangunan pemerintah daerah. Pembangunan fasilitas kesehatan di
Kabupaten Tulang Bawang meningkat yaitu dengan adanya puskesmas
dan posyandu yang tersebar di seluruh kecamatan. Hal tersebut tentunya
mendukung bagi terciptanya kesehatan di masyarakat luas. Namun hal ini
juga harus didukung dengan kesadaran masyarakat sendiri untuk selalu
berpola hidup sehat.

1) Rasio Posyandu per Satuan Balita

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk


menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya,
sehingga diharapkan strategi operasional pemeliharaan dan perawatan
kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap
posyandu. Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
lebih tercapai. Posyandu di Kabupaten Tulang Bawang dibedakan
menjadi 4 (empat) macam, yaitu posyandu pratama, madya, purnama,
dan mandiri. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Hal tersebut ditujukan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada

II - 83
masyarakat, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Berikut ini
merupakan data rasio posyandu per satuan balita di Kabupaten
Tulang Bawang.

Tabel 2.29 Rasio Posyandu Per Satuan Balita


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Posyandu unit 289 285 282 284

2. Jumlah Balita anak 47.512 48.928 52.231 43.584

3. Rasio Posyandu per satuan balita Per 1.000 balita 6,08 5,82 5,39 6,52

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan Tabel diatas, rasio posyandu per satuan balita di Kabupaten


Tulang Bawang cenderung mengalami peningkatan, terutama pada tahun
2016. Pada tahun 2016, rasio posyandu per satuan balita sebesar 6,52,
yang artinya setiap 1.000 balita dilayani oleh 7 posyandu. Kecenderungan
rasio yang meningkat menunjukkan adanya peningkatan pada layanan
kesehatan bagi balita di posyandu yang tersebar di 15 kecamatan. Selain
itu, pada tahun 2016, terjadi penurunan jumlah balita yang cukup
signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, jumlah
posyandu sebesar 284 unit dan jumlah balita sebanyak 43.584 anak
(jumlah balita paling rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya).

2) Rasio Puskesmas, Klinik, Pustu per Satuan Penduduk

Puskesmas, klinik, dan puskesmas pembantu (pustu) merupakan salah


satu sarana penunjang kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Semakin banyak jumlah ketersediaannya, maka
semakin memudahkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan
kesehatan. Indikator rasio puskesmas per 100.000 penduduk adalah salah
satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan

II - 84
penduduk terhadap puskesmas. Rasio puskesmas, klinik, dan pustu per
satuan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang disajikan dalam tabel
berikut.

Tabel 2.30 Rasio Puskesmas, Klinik dan Pustu per Satuan Penduduk
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Puskesmas

 Rawat Inap unit 6 6 6 6

 Non Rawat Inap unit 12 12 12 12

 Pembantu unit 45 45 48 48

 Keliling unit 17 17 18 18

Klinik/Praktek Dokter unit 29 29 47 56

Total 109 109 131 140

2. Jumlah Penduduk jiwa 417.782 423.710 429.515 435.125

3. Rasio Puskesmas, Klinik dan Per 100.000 26,09 25,73 30,50 32,17
Pustu per Satuan Penduduk jiwa

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, rasio puskesmas, klinik, dan pustu di


Kabupaten Tulang Bawang dalam periode 2013–2016 mengalami kenaikan
rasio, meskipun pada tahun 2014 mengalami penurunan dan meningkat
kembali pada tahun 2015. Pada tahun 2016, rasio puskesmas, klinik, dan
pustu memiliki angka paling tinggi dalam periode 2013–2016, yaitu 32,17.
Rasio tersebut berarti sekitar 22 – 33 puskesmas/ klinik/ pustu melayani
100.000 penduduk atau satu puskesmas/klinik/pustu melayani 4.000
penduduk. Meningkatnya rasio puskesmas, klinik, pustu disebabkan oleh
meningkatnya jumlah puskesmas, klinik, dan pustu. Jumlah puskesmas,
klinik, dan pustu memiliki kecenderungan meningkat, hingga berjumlah
140 pada tahun 2016. Bertambahnya jumlah puskesmas, klinik, dan pustu
di Kabupaten Tulang Bawang adalah hal yang sangat baik. Puskesmas,
klinik, dan pustu yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar
memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung terwujudnya

II - 85
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Semakin meningkatnya rasio
ini diharapkan dapat semakin memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan.

3) Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi


menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan
secara berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan
yang memiliki tenaga medis profesional serta sarana kedokteran yang
permanen, dan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. Semakin
banyak rumah sakit yang tersedia, akan semakin mudah bagi masyarakat
dalam mengakses layanan kesehatan, sehingga rumah sakit memiliki
peranan penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Data
rasio rumah sakit per satuan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang
disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.31 Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Rumah Sakit unit 3 3 3 3

2. Jumlah Penduduk jiwa 417.782 423.710 429.515 435.125

3. Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk 0,01 0,01 0,01 0,01

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Data rasio rumah sakit per satuan penduduk menunjukkan tingkat


cakupan pelayanan kesehatan berupa rumah sakit terhadap jumlah
penduduk di wilayah tertentu. Berdasarkan data di atas, rasio rumah
sakit per satuan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang dalam periode
tahun 2013–2016 tidak mengalami perubahan. Rasio rumah sakit per

II - 86
satuan penduduk dari tahun 2013-2016 sebesar 0,01, yang berarti bahwa
untuk setiap 1.000 penduduk dilayani 0,01 rumah sakit, atau setiap
100.000 penduduk dilayani 1 rumah sakit.

RSUD Menggala telah ditetapkan menjadi Rumah Sakit Tipe B dan


menjadi Rujukan Regional III yang meliputi 7 kabupaten di Lampung
yaitu Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara, Way
Kanan, Lampung Barat, dan Pesisir Barat. Hal ini menuntut agar RSUD
Menggala dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau
masyarakat, sehingga dapat mendekatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Kabupaten Tulang Bawang dan sekitarnya yaitu dengan
meminimalkan rujukan ke Rumah Sakit provinsi.

Pada Tahun 2016 RSUD Menggala telah memberikan pelayanan kesehatan


dengan kunjungan pasien rawat inap sebanyak 5.733 pasien atau
mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2013
yang sebanyak 24.480 pasien, hal ini menunjukkan bahwa derajat
kesehatan masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang meningkat.

Secara rinci perkembangan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum


Daerah Menggala sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.32 Perkembangan Jumlah Pasien RSUD Menggala


Tahun 2013 - 2016

Jumlah Pasien
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (7)

1. Pasien Rawat Inap orang 24.480 5.525 5.710 5.733

2. Pasien Rawat Jalan orang 22.745 27.943 29.017 29.519

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah Menggala

Indikator pelayanan rawat inap merupakan gambaran untuk mengetahui


tingkatan pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rawat inap di

II - 87
rumah sakit. Perkembangan indikator pelayanan rawat inap RSUD
Menggala selama tahun 2013-2017 sebagai berikut:

Tabel 2.33 Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Menggala


Tahun 2013-2016

BOR LOS TOI BTO NDR GDR


No. Tahun
(Hari) (Hari) (Hari) (Hari) (/1000) (/1000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2013 44,97 2,94 4,15 48,38 15,35 36,16

2. 2014 33,76 2,84 5,71 42,28 10,39 28,66

3. 2015 30,54 2,78 6,19 40,95 13,95 35,06

4. 2016 33,12 2,96 5,30 46,21 12,31 31,42

Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah Menggala

4) Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

Dokter umum dan dokter spesialis yang dimaksud merupakan dokter yang
memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten Tulang Bawang, baik
berstatus PNS maupun bukan. Keberhasilan pelayanan kesehatan di
Kabupaten Tulang Bawang tidak terlepas dari peran tenaga medis
dokter. Jumlah dokter dihitung berdasarkan Surat Izin Praktik (SIP)
dokter di Kabupaten Tulang Bawang. Rasio praktek dokter per satuan
penduduk di Kabupaten Tulang Bawang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.34 Rasio Dokter per Satuan Penduduk


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Dokter orang 76 69 82 78


2. Jumlah Penduduk jiwa 417.782 423.710 429.515 435.125

3. Rasio Dokter per Satuan Penduduk Per 1.000 0,18 0,16 0,19 0,18
jiwa

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

II - 88
Berdasarkan tabel diatas, rasio praktik dokter (baik dokter umum
maupun spesialis) per satuan penduduk di Kabuaten Tulang Bawang
dalam kurun waktu 2013–2016 cenderung mengalami peningkatan pada
tahun 2015, dan menurun pada tahun 2014. Pada tahun 2013, rasio
dokter sebesar 0,18, artinya terdapat 1 dokter praktik melayani 10.000
penduduk. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan
terpadu, idealnya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk. Jumlah
dokter umum dan dokter spesialis di Kabupaten Tulang Bawang belum
memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk di Kabupaten Tulang
Bawang. Selain itu distribusi dokter umum dan dokter spesialis tidak
merata serta kualitasnya masih perlu ditingkatkan.

5) Rasio Perawat dan Bidan per Satuan Penduduk

Rasio perawat, dan bidan dihitung berdasarkan perbandingan jumlah


perawat dan bidan terhadap jumlah penduduk dalam setiap 100.000
penduduk. Perawat dan bidan merupakan tenaga medis non dokter yang
juga dapat memberikan pelayanan dengan kapasitas dan spesialisasi yang
berbeda. Semakin besar rasio perawat dan bidan maka dapat
merepresentasikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
lebih efektif. Berikut merupakan rasio perawat di Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2013-2016.

Tabel 2.35 Rasio Perawat per Satuan Penduduk


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Perawat orang 317 356 368 359

2. Jumlah Penduduk jiwa 417.782 423.710 429.515 435.125

Rasio Perawat per Satuan Penduduk Per 100.000 75,88 84,02 85,68 82,51
jiwa

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

II - 89
Rasio perawat di Kabupaten Tulang Bawang fluktuatif, dengan
kecenderungan menurun Jumlah perawat juga memiliki pola yang sama,
sementara jumlah penduduk memiliki kecenderungan menurun. Jumlah
perawat pada tahun 2013 sebanyak 317 orang meningkat pada tahun
2014 menjadi 356 orang, kemudian naik menjadi sebanyak 368 orang
pada tahun 2015 (368 orang) dan turun menjadi sebanyak 359 orang pada
tahun 2016. Rasio perawat per satuan penduduk idealnya adalah 117 per
100.000 penduduk, sementara itu di Kabupaten Tulang Bawang rasio
perawat per satuan penduduk memiliki nilai paling tinggi pada tahun
2015, yaitu 86 perawat per 100.000 penduduk. Jumlah perawat di
Kabupaten Tulang Bawang belum memenuhi kebutuhan sesuai rasio
jumlah penduduk di Kabupaten Tulang Bawang.

Disamping perawat, tenaga medis berupa bidan juga diperlukan untuk


memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, khususnya untuk ibu dan
anak. Definisi bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (2006) merupakan
seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
telah berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktik
(membantu proses persalinan/melahirkan). Rasio bidan dihitung
berdasarkan perbandingan jumlah bidan dan jumlah penduduk dalam
setiap 100.000 penduduk. Jumlah dan rasio bidan di Kabupaten Tulang
Bawang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.36 Rasio Bidan per Satuan Penduduk


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Bidan orang 296 332 388 386

2. Jumlah Penduduk jiwa 417.782 423.710 429.515 435.125

Rasio Bidan per Satuan Penduduk Per 100.000 70,85 78,36 90,33 88,71
jiwa

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

II - 90
Jumlah bidan di Kabupaten Tulang Bawang pada periode 2013–2016,
dengan kecenderungan fluktuatif, meskipun dengan jumlah yang tidak
begitu signifikan. Rata-rata jumlah bidan di Kabupaten Tulang Bawang
yaitu 350 orang, jumlah bidan paling banyak pada tahun 2015 yaitu
sebanyak 388 orang, jumlah bidan paling rendah pada tahun 2013, yaitu
sebanyak 296 orang. Rasio bidan mengalami kecenderungan meningkat.
Hal tersebut disebabkan jumlah bidan menurun dengan tidak signifikan,
sedangkan jumlah penduduk juga menurun tetapi dengan penurunan
yang lebih besar. Pada tahun 2013 rasio bidan per satuan penduduk
sebanyak 71 bidan per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014 menjadi
sebanyak 78 bidan per 100.000 penduduk, kemudian meningkat menjadi
90 bidan per 100.000 penduduk di tahun 2015, dan kembali turun
menjadi 89 bidan per 100.000 penduduk. Apabila dikaitkan dengan
standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya 100 orang bidan
melayani 100.000 penduduk, jumlah bidan di Kabupaten Tulang Bawang
belum memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk di Kabupaten
Tulang Bawang.

6) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin,


ibu nifas yang mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam
kehamilan meliputi abortus, hyperemesis gravidarum, perdarahan per
vaginam, hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia),
kehamilan lewat waktu, ketuban pecah. Komplikasi dalam persalinan
meliputi kelainan letak/presentasi janin, partus macet/distosia,
hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia), perdarahan pasca
persalinan, infeksi berat/sepsis, kontraksi dini/persalinan premature,
kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas meliputi hipertensi dalam
kehamilan (preeklamsia, eklamsia), infeksi nifas, perdarahan nifas.

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan


komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

II - 91
yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU
PONEK). Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalah setiap kasus komplikasi
kebidanan. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional
kepada bumil, bulin, dan bufas dengan komplikasi. Perkembangan
cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kabupaten Tulang
Bawang disajikan dalam berikut.

Tabel 2.37 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Komplikasi Kebidanan orang 642 671 733 756


yang mendapat Penanganan

2. Jumlah Ibu dengan Komplikasi orang 843 858 912 929


Kebidanan

3. Cakupan Komplikasi Kebidanan persen 76,16 78,21 80,37 81,38

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani


di Kabupaten Tulang Bawang dalam periode tahun 2013–2016
menunjukkan kecenderungan meningkat. Cakupan komplikasi kebidanan
paling tinggi yaitu pada tahun 2016, sebesar 81,38 %, sedangkan paling
rendah pada tahun 2013, sebesar 72,16 %. Semakin besar persentase
menunjukkan bahwa semakin besar penanganan yang diberikan kepada
ibu dengan komplikasi kebidanan. Jumlah penanganan komplikasi
kebidanan paling banyak yaitu pada tahun 2016, sebesar 756 orang,
sedangkan paling sedikit pada tahun 2012, sebesar 642 orang. Dengan
demikian, semakin besar terselesaikannya (penanganan) komplikasi

II - 92
kebidanan menunjukkan semakin baik kualitas dan kuantitas bidan dalam
menangani masalah kebidanan.

7) Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

Universal Child Immunization (UCI) merupakan tercapainya imunisasi


dasar secara lengkap pada bayi (0–11 bulan), ibu hamil, wanita usia
subur, dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, 1
dosis campak. Imunisasi memberikan konstribusi besar dalam
meningkatkan Human Development Index terkait dengan angka harapan
hidup. Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas
kesehatan. Semakin besar persentase maka semakin besar pula cakupan
desa/kelurahan Universal Child Immunization. Perkembangan cakupan
desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di Kabupaten Tulang
Bawang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.38 Cakupan Kampung/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Kampung/Kelurahan UCI orang 141 145 147 151


2. Jumlah Kampung/Kelurahan Kampung/kelurahan 151 151 151 151

3. Cakupan Kampung/Kelurahan UCI persen 93,38 96,03 97,35 100

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, cakupan desa/kelurahan Universal Child


Immunization (UCI) di Kabupaten Tulang Bawang dalam periode tahun
2013–2016 terus mengalami peningkatan, dan pada tahun 2016 telah
mencapai 100 %, berarti bahwa seluruh kampung/kelurahan di
Kabupaten Tulang Bawang (147 kampung dan 4 kelurahan) termasuk
dalam UCI. Angka tersebut sesuai dengan target nasional, menunjukkan
bahwa masyarakat Kabupaten Tulang Bawang telah mendapatkan

II - 93
pelayanan imunisasi baik melalui posyandu, puskesmas, maupun rumah
sakit. Kondisi ini harus dipertahankan untuk mendapatkan cakupan
desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) secara menyeluruh
(100 persen) setiap tahunnya.

8) Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan merupakan


perbandingan antara jumlah balita gizi buruk (berdasarkan kriteria berat
badan per umur) yang mendapat perawatan dibagi jumlah seluruh balita
gizi buruk (berdasarkan kriteria berat badan per umur) yang ditemukan.
Semakin besar persentase cakupan balita gizi buruk yang mendapat
perawatan menunjukkan semakin baik pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat, baik prasarana maupun saran kesehatan.
Perkembangan cakupan balita gizi buruk di Kabupaten Tulang Bawang
disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.39 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Balita Gizi Buruk anak 13 15 3 5

2. Jumlah Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan anak 13 15 3 5

3. Prevalensi Balita Gizi Buruk persen 100 100 100 100

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, kasus balita gizi buruk yang ditemukan di


Kabupaten tulang Bawang dalam kurun waktu 2013–2016 seluruhnya
telah mendapatkan perawatan (100%). Beberapa upaya untuk
meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat telah dilakukan
antara lain melalui Pelayanan Kesehatan Keluarga dan Reproduksi,
Perbaikan Gizi Masyarakat dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan),

II - 94
Pemulihan Ibu Hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan PMT Balita Gizi
Buruk dan Kurang, serta Peningkatan Pembinaan terhadap Posyandu.

9) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD dihitung


berdasarkan perbandingan antara jumlah penderita DBD yang ditangani
sesuai SOP di suatu wilayah kerja selama satu tahun dan jumlah
penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam kurun waktu yang
sama. Perkembangan cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit DBD di Kabupaten Tulang Bawang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.40 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah penderita DBD orang 349 6 122 122

2. Jumlah penderita DBD yang ditangani orang 349 6 122 122

3. Cakupan penemuan dan penanganan persen 100 100 100 100


penderita penyakit DBD

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, cakupan penemuan dan penanganan penderita


penyakit DBD di Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu 2013–2016
telah mencapai 100 %, berarti seluruh penderita penyakit DBD yang
ditemukan sudah ditangani. Meskipun secara penanganan sudah 100%,
masalah DBD ini harus menjadi perhatian. Jika dilihat dari jumlah
penderita DBD yang ada, terjadi fluktuasi peningkatan dan penurunan
dalam empat tahun terakhir. Diperlukan upaya pemberantasan DBD
untuk mengurangi kasus penderita DBD. Upaya yang harus dilakukan
antara lain peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans
vector, diagnosis dini dan pengobatan dini, serta peningkatan upaya

II - 95
pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Metode yang tepat guna
untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur
larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta
kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk
Aedes berkembang biak.

C. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Pembangunan dalam segala bidang tidak akan berjalan dengan signifikan


tanpa adanya dukungan infrastruktur. Pilar infrastruktur yang dimaksud
meliputi infrastruktur dasar, infrastruktur teknis, infrastruktur sains,
kesehatan dan lingkungan hidup, serta pendidikan.

1) Persentase Jalan Kabupaten Kondisi Mantap

Salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat krusial adalah tersedianya


jalur transportasi berupa jaringan jalan yang baik. Kebutuhan jalan
memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan
masyarakat. Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat
dalam menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur jalan
yang baik dan memadai.

Sesuai dengan Permen PU Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar


Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
disebutkan bahwa persentase kualitas sarana dan prasarana jalan dan
jembatan didapatkan dari perbandingan antara kondisi jalan baik dengan
panjang jalan penghubung pusat kota. Kondisi jalan baik diartikan
sebagai kondisi jalan dengan kondisi baik dan sedang. Kondisi jalan yang
baik diasumsikan mampu untuk mendukung pengembangan wilayah dari
segi kegiatan ekonomi maupun pengembangan infrastruktur.

II - 96
Tabel 2.41 Persentase Jalan Kabupaten Kondisi Mantap
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Kondisi Jalan Mantap km 521,03 325,43 354,13 314,08

2. Panjang Jalan Kabupaten km 927,61 927,61 927,61 927,61

Persentase Jalan Kabupaten Kondisi Mantap persen 56,17 35,08 38,18 33,86

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Tulang Bawang (diolah)

Presentase panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kabupaten


Tulang Bawang cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya, yang
berarti jalan di Kabupaten Tulang Bawang masih berada pada tingkatan
yang belum memadai guna mendukung pergerakan orang dan barang.
Jika pada tahun 2013 persentase jalan kabupaten kondisi mantap
mencapai 56,17 % mengalami penurunan menjadi sebesar 33,86% pada
tahun 2016. Hal ini berarti 1/2 panjang jalan di Kabupaten Tulang
Bawang dalam kondisi rusak (sedang atau berat).

2) Pengairan/Irigasi

Keberadaan sarana dan prasarana irigasi terkait langsung dengan


ketersediaan sumber daya air. Sumber daya air ini mempunyai nilai yang
sangat strategis dalam pembangunan daerah di Kabupaten Tulang
Bawang, terutama untuk menunjang peningkatan produksi pertanian.

Selama tahun 2013-2016 panjang saluran irigasi di Kabupaten Tulang


Bawang terus mengalami peningkatan dari sepanjang 196.865 m pada
tahun 2013 menjadi sepanjang 441.198 m pada tahun 2016 yang terdiri
dari saluran primer, saluran sekunder, saluran sub sekunder dan saluran
kolektor. Adapun secara rinci jenis prasarana irigasi/pengairan di
Kabupaten Tulang Bawang selama tahun 2013-2016 sebagai berikut:

II - 97
Tabel 2.42 Jenis Prasarana Irigasi/Pengairan
di Kabupaten Tulang Bawang

2013 2014 2015 2016


No Jenis
(m) (m) (m) (m)

1 Saluran Primer 61.572 62.767 107.501 114.772

2 Saluran Sekunder 69.680 70.344 151.925 186.767

3 Saluran Sub Sekunder 65.613 68.519 81.212 125.746

4 Saluran Kolektor - 12.405 12.405 13.913

TOTAL 196.865 214.035 353.043 441.198

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tulang Bawang

Selain itu capaian kinerja urusan pekerjaan umum dapat dilihat dari
persentase luas sawah yang terairi jaringan irigasi yang semakin
meningkat. Pada tahun 2013 persentase luas sawah yang terairi jaringan
irigasi yang tersedia sebesar 59,2 % meningkat menjadi 62,8 % pada
tahun 2014, kemudian pada tahun 2015 menjadi 66,2 % dan pada tahun
2016 persentase luas sawah yang terairi jaringan irigasi yang tersedia di
Kabupaten Tulang Bawang menjadi 70,4 %.

Persentase luas sawah yang terairi jaringan irigasi di Kabupaten


Tulang Bawang akan terus difokuskan pada upaya peningkatan fungsi
jaringan irigasi yang sudah dibangun tetapi belum berfungsi, rehabilitasi
pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan dan peningkatan
kinerja operasi dan pemeliharaan.

D. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman

Terdapat 5 (lima) indikator yang dirinci dalam urusan perumahan,


diantaranya adalah indikator rumah tangga pengguna air bersih, rumah
tangga pengguna listrik, penyediaan sanitasi, lingkungan permukiman
kumuh, serta indikator rumah layak huni.

II - 98
1) Rumah Tangga Pengguna Air Bersih

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara
konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang
dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan
pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaan manusia. Salah
satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah
untuk kebutuhan air minum. Air minum yang layak sangat penting dalam
menunjang kehidupan masyarakat, kualitas air minum yang layak
ditetapkan harus memenuhi persyaratan fisik, persyaratan kimiawi,
persyaratan mikrobiologis. Berdasarkan data akses air minum layak di
Kabupaten Tulang Bawang, persentase air minum layak setiap tahunnya
mengalami peningkatan dari tahun 2013 yang hanya 57,46 % menjadi
65,28 % pada tahun 2016. Hal ini berarti, pemerintah Kabupaten Tulang
Bawang masih memiliki tugas untuk meningkatkan kualitas air minum
sekitar 34,72 % rumah tangga yang belum bisa mengakses air minum
layak. Kebutuhan air minum layak Kabupaten Tulang Bawang semakin
meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Permasalahan
penyediaan air bersih di Kabupaten Tulang Bawang saat ini tidak saja
hanya mencakup kuantitas tetapi juga kualitas dan kontinuitas

Tabel 2.43 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Sumber Air Minum Sumber Air Minum


Tahun *) **)
Bersih Layak

2013 64,21 57,46


2014 66,39 59,27
2015 69,47 63,47
2016 71,65 65,28

Sumber: BPS Provinsi Lampung


*) Terdiri dari air kemasan, air isi ulang, dan (sumur bor/pompa, sumur
terlindung, dan mata air terlindung)
**) Terdiri dari ledeng, air hujan, dan (sumur bor/pompa, sumur terlindung,
dan mata air terlindung)

II - 99
Tabel 2.44 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Utama
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Sumber Air Utama
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Air kemasan bermerk, air isi ulang, Ledeng 23,80 22,16 0,20 0,51
meteran
2. Sumur Bor/Pompa 10,71 10,82 10,92 12,15
3. Sumur Terlindung, Sumur Tak Terlindung 61,29 62,15 70,46 76,58

4. Mata Air Terlindung, Mata Air Tak Terlindung 0,37 0,66 2,30 0,60
5. Air Permukaan, Air Hujan, dan lainnya 3,83 4,21 16,12 10,16

Total 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Lampung

2) Rumah Tangga Pengguna Listrik

Pelayanan jaringan listrik oleh PLN di wilayah Kabupaten Tulang Bawang


saat ini masih terbatas. Sehingga harus meggunakan mesin disel/genset
pribadi atau secara komunal. Hal ini menyebabkan tidak semua warga
mampu memenuhi kebutuhan listrik. Listrik non PLN berasal dari mesin
disel/genset, umumnya dikelola secara komunal dan beroperasi setiap
harinya dari pukul 17.00 WIB sampai dengan pukul 00.00 WIB.

Pada tahun 2013 persentase rumah tangga yang menjadi pelanggan PLN
sebesar 57,13 %, Non-PLN sebesar 39,24 %, kemudian pada tahun 2016
persentase rumah tangga yang menjadi pelanggan PLN meningkat
menjadi sebesar 66,63 % dan Non-PLN berkurang menjadi sebesar
29,97 %. Selengkapnya persentase rumah tangga menurut sumber
penerangan utama dapat dilihat pada tabel berikut.

II - 100
Tabel 2.45 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan Utama
di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013-2016

Listrik
Tahun
PLN Non PLN Jumlah
2013 57.13 39.24 96.37
2014 60.82 37.12 97.94
2015 66.44 30.88 97.32
2016 66.63 29.97 96.60
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang

3) Persentase Rumah Tangga Bersanitasi

Salah satu yang menjadi penilaian rumah layak huni adalah rumah
berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk
memperoleh layanan sanitasi sebagai berikut: 1) fasilitas air bersih;
2) pembuangan air besar/tinja; 3) pembuangan air limbah air bekas; dan
4) pembuangan sampah. Persentase rumah tangga bersanitasi di
Kabupaten Tulang Bawang sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.46 Persentase Rumah Tangga Bersanitasi


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Jumlah Rumah Tangga 113,767 116,919 120,158 123,483

2. Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi 67,048 72,215 74,983 79,682


3. Persentase 58.93 61.76 62.40 64.53

Sumber : BPS (Buku Putih Sanitasi), SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten);


Dinas Perumahan Rayat dan Kawasan Permukiman

Sanitasi adalah upaya untuk menjamin dan meningkatkan penyehatan


lingkungan dalam suatu kawasan permukiman, termasuk pengumpulan,
pengolahan, dan pembuangan air limbah, air hujan atau drainase, dan
sampah. Dari definisi tersebut didapatkan bahwa penyediaan sanitasi

II - 101
terbagi menjadi lima indikator, yakni persentase penduduk yang
terlayani sistem air limbah yang memadai, persentase pengurangan
sampah di perkotaan, persentase pengangkutan sampah, persentase
pengoperasian tempat pembuangan akhir (TPA), persentase penduduk
yang terlayani sistem drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan
(lebih dari 30 cm, selama 2 jam) lebih dari 2 kali setahun.

Sebaran Kawasan Kumuh di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan Surat


Keputusan Bupati Tulang Bawang Nomor: B/316/III.2/HK/TB/2014
tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014 sebagai berikut:

Tabel 2.47 Sebaran Kawasan Kumuh


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014

No Nama Lokasi Kelurahan/Kampung Kelurahan/Kampung Luas (Ha)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Lingkungan Menggala Menggala Kota Menggala 1,570

2. Lingkungan Palembang Menggala Kota Menggala 0,671

3. Lingkungan Bugis Menggala Kota Menggala 1,073

4. Dwi Warga Tunggal Jaya Dwi Warga Tunggal Jaya Banjar Agung 132,727

5. Medasari Medasari Rawajitu Selatan 3,866

6. Gedung Karya Jitu Gedung Karya Jitu Rawajitu Selatan 4,144

7. Sungai Nibung Sungai Nibung Dente Teladas 11,812

8. Bunga Indah Kekatung Dente Teladas 5,850

9. Sungai Burung Sungai Burung Dente Teladas 39,487


10. Teladas Teladas Dente Teladas 16,011

11. Kuala Teladas Kuala Teladas Dente Teladas 27,450

Total Luas Kawasan Kumuh 244,661

Dari total keseluruhan kawasan kumuh Kabupaten Tulang Bawang seluas


244,661 Ha, sebagian besar kawasan kumuh terletak di Kecamatan
Banjar Agung yaitu seluas 132,727 Ha atau 54,24%. Kecamatan Dente
Teladas memiliki kawasan kumuh seluas 100,61 Ha atau 41,12%,
Kecamatan Rawajitu Selatan memiliki kawasan kumuh seluas 8.010 Ha

II - 102
atau 3,27% dan Kecamatan Menggala memiliki kawasan kumuh seluas
3.314 Ha atau 1,35%. Kondisi sebaran kawasan kumuh tersebut dapat
menggambarkan adanya kesenjangan antar wilayah di Kabupaten
Tulang Bawang.

Tabel 2.48 Rumah Tidak Layak Huni Menurut Kecamatan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2015

Kondisi Rumah dengan Dinding dan


Lantai Tidak Layak
No. Kecamatan Total
Sangat Hampir
Miskin
Miskin Miskin
1. Banjar Agung 5 120 3 128

2. Banjar Margo 10 157 7 174

3. Gedung Aji 12 239 15 266

4. Penawar Aji 17 295 22 334

5. Meraksa Aji 2 125 6 133

6. Menggala 4 101 27 132

7. Penawar Tama 3 142 13 158

8. Rawajitu Selatan 25 138 33 196

9. Gedung Meneng 32 257 42 331

10. Rawajitu Timur 22 111 12 145

11. Rawa Pitu 46 651 63 760

12. Gedung Aji Baru 35 351 37 423

13. Dente Teladas 68 372 77 517

14. Banjar Baru 34 56 69 159

15. Menggala Timur 55 76 11 142

Jumlah 3.998
Sumber : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kab. Tulang Bawang

Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang harus terus berusaha untuk


semakin mengurangi luas kawasan kumuh yang ada dengan melakukan
program-program perbaikan lingkungan, termasuk lingkungan tempat
tinggal. Salah satu program unggulan di Kabupaten Tulang Bawang
adalah melalui Bedah Rumah.

II - 103
Kriteria rumah tidak layak huni adalah rumah tempat tinggal yang
memenuhi kriteria indikator sebagai berikut: 1) jenis lantai bangunan
tempat tinggal terluas (60% lebih) terbuat dari tanah/bambu/kayu
kualitas rendah, 2) jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas (60%
lebih) terbuat dari bambu/kayu kualitas rendah.

Dalam rangka peningkatan kualitas tempat hunian bagi masyarakat


kurang mampu (MBR), maka Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang
mengadakan bedah rumah melalui program “Bedah Rumah”. Program
bedah rumah merupakan program sosial dan pemberdayaan masyarakat
dimana sumber dana yang digunakan sama sekali bukan berasal dari
APBD tetapi merupakan sumbangan yang tidak mengikat dari berbagai
pihak dan juga yang bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi
maupun APBN.

Permasalahan yang dihadapi dalam hal perumahan masih tingginya angka


defisit rumah (backlog), kawasan kumuh dengan rumah tidak layak huni
(RTLH) yang belum teratasi tuntas, dari sisi kemitraan peran serta dan
keswadayaan masyarakat masih rendah, terbatasnya akses masyarakat
terhadap sumberdaya kunci termasuk didalamnya informasi mengenai
pembiayaan perumahan.

Selain hal tersebut juga disebabkan daya beli masyarakat, khususnya


yang berpenghasilan rendah (MBR) dan masyarakat berpenghasilan
menengah (MBM) masih lemah. Sedangkan permasalahan di lingkungan
perumahan umum yaitu: genangan air atau banjir disebabkan
penanganan sistem drainase yang tidak terpadu dalam satu daerah
tangkapan air, rumah sudah terbangun namun prasarana pendukung
lingkungannya belum optimal, sehingga PSU tidak terpadu antar sistem.

Dengan melihat kondisi dan permasalahan yang ada maka kedepan harus
meningkatkan kualitas pelayanan perumahan, mendorong peran
masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan rumah layak huni,
penguatan peran kelembagaan perumahan, penyediaan perumahan yang

II - 104
terintegrasi dengan air bersih dan sanitasi dan peningkatan koordinasi
dengan provinsi maupun pemerintah pusat dalam penyelesaian
perumahan.

E. Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan


Masyarakat

Ketentraman dan ketertiban merupakan kondisi yang diharapkan


masyarakat agar dapat melangsungkan kehidupan dengan tenang dan
damai, dan merupakan jaminan bagi terselenggaranya pembangunan
untuk mewujudkan harapan dan cita-cita bersama. Upaya untuk
mewujudkan ketentraman dan ketertiban dilakukan dengan
meningkatkan keamanan dan kenyamanan lingkungan, peningkatan
wawasan kebangsaan dan politik masyarakat.

Penegakan Perda dan Perbup dilaksanakan dalam rangka menciptakan


kesadaran masyarakat untuk mentaati undang-undang serta untuk
memberikan perlindungan terhadap masyarakat. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah operasi yang bersifat pembinaan (non yustisi) dan
Operasi Yustisi (diselesaikan secara hukum). Penegakan Perda dan
Perbub untuk menciptakan kondisi yang aman, tertib dan sadar hukum di
masyarakat, sehingga hal ini akan mendukung pelaksanaan
pembangunan. Adapun kondisi pelanggaran Perda, Linmas dan patrol
dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 2.49 Capaian Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan


Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Jumlah Pelanggaran yang Ditegakkan pelanggaran 10 17 29 34


2 Jumlah Pelanggaran pelanggaran 20 38 41 45
3 Jumlah Patroli kali 100 100 100 100

Sumber: Satuan Pol PP Kab. Tulang Bawang

II - 105
Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016 pelanggaran yang ditegakkan terhadap terjadinya
pelanggaran belum dapat dilaksanakan secara optimal. Adapun Kasus
yang ditangani antara lain penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL),
kenakalan remaja, Surat Izin Tempat Usaha (SITU), bangunan liar dan
penyakit masyarakat (Pekat).

Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat Pemerintah Daerah yang


melaksanakan tugas Kepala Daerah dalam memelihara dan
menyelenggarakan Ketentraman dan Ketertiban Umum yang mantap di
wilayah/daerah-daerah, dalam arti suatu kondisi dimana Pemerintah dan
Rakyat dapat melakukan kegiatan Pembangunan secara aman, tertib dan
teratur.

Jumlah personil satpol PP di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013


sebanyak 253 personil, meningkat menjadi 273 personil pada tahun 2014,
kemudian di tahun 2015 menjadi sebanyak 263 personil dan di tahun
2016 menjadi sebanyak 296 personil. Selain itu pencapaian indikator
kinerja dalam meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat di
Kabupaten Tulang Bawang juga didukung dengan adanya peningkatan
Jumlah Linmas dari 15 orang personil perkampung pada tahun 2013
menjadi 16 orang personil pada tahun 2014, kemudian di tahun 2015
menjadi sebanyak 18 orang personil dan menjadi sebanyak 20 orang
personil pada tahun 2016. Disamping adanya peningkatan kemampuan
personil pamong praja dan linmas di tahun 2016 telah dilaksanakan
Pelatihan Anggota Hansip sebanyak 465 orang dan pelatihan personil
Polisi Pamong Praja sebanyak 31 orang.

Keberadaan Organisasi Sosial, Organisasi Masyarakat, LSM dan Partai


Politik diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan politik
masyarakat dan keterlibatan lembaga swadaya masyarakat/organisasi
masyarakat dalam rangka percepatan pembangunan. Semakin
meningkatnya kerukunan hidup antar umat beragama dan antar

II - 106
kelompok masyarakat, keamanan dan ketertiban masyarakat, tumbuh
dan berkembangnya organisasi masa, LSM dan Partai Politik di
Masyarakat. Tumbuh dan berkembangnya demokrasi dapat dilihat dari
perkembangan jumlah LSM, Ormas dan Parpol yang terdaftar secara
resmi di pemerintah daerah terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2013 jumlah LSM yang terdaftar sebanyak 13 buah dan
organisasi masyarakat sebanyak 12 buah, pada tahun 2016 jumlahnya
semakin meningkat LSM yang terdaftar sebanyak 17 buah, dan organisasi
masyarakat sebanyak 18 buah. Adapun perkembangan jumlah LSM dan
Organisasi Masyarakat yang terdaftar selengkapnya dalam tabel berikut:

Tabel 2.50 Perkembangan Jumlah LSM dan Ormas


Tahun 2013-2016

Tahun
No. Jenis Lembaga
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Lembaga Swadaya Masyarakat 13 13 20 17

2. Organisasi Masyarakat 12 12 18 18

Sumber : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah Kab. Tulang Bawang

Keberhasilan tersebut menunjukkan perkembangan dan kedewasaan


demokrasi di Kabupaten Tulang Bawang, dimana masing-masing
organisasi tersebut memiliki pendapat dan pemahaman yang berbeda
dalam mensikapi perkembangan situasi dan kondisi yang bekembang di
masyarakat maupun dalam mensikapi atas kebijakan pemerintah daerah.
Namun demikian semuanya mempunyai maksud dan tujuan dan keinginan
yang sama yaitu memberikan andil dalam pembangunan baik dalam skala
daerah maupun nasional.

Indikator-indikator tersebut di atas secara tidak langsung menunjukan


bahwa masyarakat Kabupaten Tulang Bawang semakin meningkat
kehidupan dan ketaatan beragamanya, serta senantiasa menjunjung
tinggi rasa toleransi sehingga situasi dan kondisi yang kondusif tetap

II - 107
terjaga. Dalam upaya meningkatkan keamanan dan ketertiban
masyarakat pemerintah daerah senantiasa berkoordinasi dan
bekerjasama dengan jajaran kepolisian dan pihak-pihak terkait, dalam
menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat, baik melalui patroli
keliling ataupun operasi rutin.

Meningkatnya kehidupan beragama, kerukunan hidup antar umat


beragama dan antar kelompok masyarakat juga didukung oleh
perkembangan jumlah rumah ibadah yang semakin meningkat. Pada
tahun 2013 jumlah rumah ibadah di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak
1.398 buah dan pada tahun 2016 jumlah rumah ibadah di Kabupaten
Tulang Bawang mencapai 1.682 buah. Secara rinci jumlah rumah ibadah
sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.51
Banyaknya Tempat Peribadatan Tahun 2013–2016

Tahun
No Jenis Rumah Ibadah Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Masjid unit 325 332 478 478

2. Musholla unit 974 1.007 1.055 1.055

3. Gereja unit 43 55 59 64

4. Pura unit 49 67 81 81

5. Vihara unit 7 7 4 4

TOTAL 1.398 1.468 1.677 1.682


Sumber : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah

Meningkatnya kehidupan beragama, kerukunan hidup antar umat


beragama dan antar kelompok masyarakat dapat didukung pula oleh
Jumlah Kegiatan Pembinaan Keagamaan. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu juga
selalu dilakukan komunikasi antar tokoh agama melalui forum komunikasi
umat beragama yang membahas tentang kondisi dan situasi yang

II - 108
berkembang dimasyarakat, memberikan andil yang cukup besar dalam
menciptakan kerukunan umat beragama.

Selain itu meningkatnya kehidupan beragama dapat dilihat dari


perkembangan Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) yang memberikan
pendidikan kepada anak-anak dalam mempelajari Kitab Suci Al Qur’an
dan memberikan pemahaman untuk menjalankan ibadah secara benar,
serta menjunjung tinggi rasa toleransi baik antar sesama agama maupun
dengan agama lain. Sampai dengan tahun 2016 jumlah TPA berjumlah
294 buah meningkat dari tahun 2013 yang hanya mencapai 139 TPA.
Disamping hal tersebut diatas dapat pula dilihat dari perkembangan
jumlah masyarakat yang menunaikan ibadah haji pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2016 jumlah masyarakat Kabupaten Tulang Bawang yang
menunaikan ibadah haji sebanyak 228 jema’ah haji meningkat
dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 170 jema’ah haji. Secara rinci
perkembangan jumlah TPA dan Jumlah Jamaah haji asal Kabupaten
Tulang Bawang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.52 Perkembangan Jumlah TPA dan Jama’ah Haji Asal


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013–2016

Tahun
No. Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) orang 139 109 197 294

2. Banyaknya Jama’ah Haji orang 170 171 226 228

Sumber: Badan Kesatuan Bangsa, Politik Daerah

Selain itu Kabupaten Tulang Bawang juga didaulat sebagai salah satu
kabupaten yang mampu menangani konflik sosial dan mendapatkan
penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.

II - 109
F. Sosial

Secara umum keberhasilan di bidang urusan sosial, dapat dilihat dari


menurunnya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial serta
meningkatnya rasio penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS). Hal ini disebabkan adanya program/kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah pusat dalam rangka penanganan PMKS,
seperti Program Keluarga Harapan, Pelayanan dan Jaminan Sosial Usia
Lanjut, ASKESOS, Rehabilitasi bagi penyandang cacat berat, serta
Rehabilitasi dan perlindungan sosial anak.

Pembangunan bidang sosial senantiasa berhadapan dengan berbagai


kendala dan tantangan yang semakin luas dan kompleks. Sangat disadari
sejalan dengan perkembangan kondisi sosial saat ini, maka semakin
berpengaruh terhadap kondisi jumlah PMKS di masyarakat. Penanganan
PMKS di Kabupaten Tulang Bawang berjalan cukup baik ditandai dengan
semakin menurunnya jumlah PMKS. Adapun jumlah Penyandang masalah
kesejahteraan sosial di Kabupaten Tulang Bawang semakin turun dari
tahun 2013 sampai dengan tahun 2016, pada tahun 2013 jumlah PMKS di
Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 42.711 jiwa, turun menjadi 34.429
jiwa pada tahun 2014 dan diperkirakan sampai dengan tahun 2016 turun
menjadi 30.217 jiwa. Jumlah PMKS di Kabupaten Tuang Bawang tahun
2013-2016 secara rinci dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.53 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Persentase
No Tahun Jumlah PMKS Yang Ditangani
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)

1. 2013 42.711 2.431 5,69


2. 2014 34.429 2.671 7,76
3. 2015 32.546 2.873 8,83
4. 2016 29.217 2.981 10,20

Sumber: Dinas Sosial Kab. Tulang Bawang

II - 110
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang ditangani tahun
2013-2016 semakin meningkat, pada tahun 2013 sebanyak 2.431 jiwa
atau 5,69 % dari jumlah PMKS di Kabupaten Tulang Bawang, menjadi
2.671 jiwa atau 7,76 % pada tahun 2014, kemudian pada tahun 2015
sebanyak 2.873 jiwa atau 8,83 % dari jumlah PMKS di Kabupaten
Tulang Bawang dan pada tahun 2016 menjadi sebanyak 2.981 jiwa atau
10,20 %.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial bagi penyandang


masalah kesejahteraan sosial, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang
melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah melakukan
berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan sosial mereka. Dalam hal penanganan
kemiskinan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah
melakukan pemberdayaan terhadap keluarga miskin melalui kegiatan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Usaha Ekonomis Produktif (USEP)
serta memberikan peningkatan kemampuan warga miskin untuk dapat
mengakses permodalan atau pengembangan kegiatan usahanya melalui
Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

2.3.1.2. Urusan Pemerintahan Wajib Bukan Pelayanan Dasar

A. Tenaga Kerja

Pembangunan bidang ketenagakerjaan dewasa ini masih menghadapi


brbagai permasalahan antara lain tingginya pencari kerja (penganggur),
terbatasnya penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, serta
rendahnya produktivitas kerja.

Pelaksanaan urusan ketenagakerjaan diarahkan sebagai upaya


pengurangan pengangguran dan melindungi tenaga kerja maupun
perusahaan. Angka pengangguran adalah salah satu indikator penting
untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat, sehingga menjadi ukuran
kinerja pemerintah. Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor

II - 111
penting bagi pembangunan ekonomi daerah, khususnya dalam upaya
pemerintah daerah mengurangi jumlah penduduk miskin.

Dengan semakin bertambahnya penduduk maka tidak bisa dipungkiri


bahwa jumlah penduduk usia kerja (tenaga kerja) dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Mengingat jumlah penduduk Kabupaten Tulang
Bawang didominasi oleh penduduk usia produktif, maka ketersediaan
lapangan kerja menjadi indikator yang penting, di samping
mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat usia produktif.

Gambar 2.25 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tulang Bawang

Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Tulang Bawang


tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,70%. Beberapa faktor
yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di Kabupaten Tulang
Bawang antara lain, yaitu:

1. Faktor kependudukan yang terdiri dari jumlah penduduk usia


produktif yang cukup tinggi yang tidak diimbangi dengan luasnya
lapangan kerja yang tersedia.

II - 112
2. Tren pertumbuhan ekonomi yang terjadi belum diiringi oleh
penurunan angka penggangguran. Hal tersebut terjadi karena
kontribusi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang
terbesar ditopang oleh sektor non tradable (sektor yang tidak
menyerap tenaga kerja banyak) dan elastisitas pertumbuhan ekonomi
dalam menyerap tenaga kerja semakin rendah.

3. Masih besarnya proporsi tenaga kerja unskill dengan tingkat


pendidikan rendah di Kabupaten Tulang Bawang mendorong masih
tingginya tingkat pengangguran di Kabupaten Tulang Bawang serta
akan meningkatkan keberadaan sektor informal.

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2013


sebanyak 178.229 orang, jumlah angkatan kerja tersebut meningkat
menjadi 196.178 orang pada tahun 2016 atau sebesar 64,49 % dari total
penduduk berumur 15 tahun keatas.

Tabel 2.54 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan


Tahun 2013–2016

Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Angkatan Kerja 178.229 199.425 189.682 196.178

2. Bukan Angkatan Kerja 106.756 96.307 110.768 107.974

1. Sekolah 24.257 18.279 22.858 23.214

2. Mengurus Rumah Tangga 71.925 69.927 83.850 80.981

3. Lainnya 10.574 8.001 4.060 3.779

Jumlah 284.985 295.732 300.450 304.152

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tulang Bawang

II - 113
Tabel 2.55 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Tingkat Pendidikan Satuan
2013 2014 2015 2016*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Maksimum SD Orang 80.337 79.010 85.174 82.884

2. SLTP Orang 53.538 59.190 42.232 45.092

3. SLTA/SMK Orang 40.996 51.620 52.477 54.321

4. Perguruan Tinggi Orang 3.358 9.605 7.799 13.761

Jumlah 178.229 199.425 189.682 196.178

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Tulang Bawang

Dari tahun 2013-2016 walaupun fluktuatif tetap didominasi oleh


angkatan kerja dengan tingkat pendidikan tingkat terendah yaitu SD
(45,07 % tahun 2013, 39,61 % tahun 2014, 44,90 % tahun 2015 dan
42,24 % tahun 2016) diikuti pendidikan SLTP, keculai pada tahun 2015
dan tahun 2016 SLTA/SMK menduduki posisi kedua terbesar. Angkatan
kerja terkecil berasal dari tingkatan perguruan tinggi yaitu 1,88 % pada
tahun 2013, naik menjadi 4,81 % tahun 2014, kemudian pada tahun 2015
turun menjadi 4,11 % dan tahun 2016 naik menjadi 7,01 %.

Lapangan usaha yang menjadi sumber penyerapan tenaga kerja dan


perkembangan ekonomi daerah tumbuh variatif, sehingga daya serap
tenaga kerja dan kontribusinya pada PDRB berbeda. Kemampuan
lapangan usaha sektor utama dalam penyerapan tenaga kerja pada
periode 2013-2016 cukup fluktuatif. Sektor pertanian mengalami
penurunan, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas
dan air minum, konstruksi, perdagangan, rumah makan dan jasa
akomodasi serta jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan mengalami
kenaikan.

II - 114
Tabel 2.56 Penduduk Berumur 15 tahun ke atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Jenis Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016*
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 101.938 107.389 97.599 99.876

2. Pertambangan dan Penggalian 228 386 486 501

3. Industri 12.387 11.949 21.172 17.331

4. Listrik, Gas dan Air Minum 110 121 138 223

5. Konstruksi 6.298 7.231 7.128 8.762

6. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 30.872 29.964 30.484 33.542

7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 1.871 2.676 3.315 3.121

8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan 422 1.297 551 881
Jasa Perusahaan

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 16.091 16.109 18.776 19.871

Jumlah 170.217 177.122 179.649 184.108

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Tulang Bawang

Tingginya angka pencari kerja serta semakin tingginya tingkat


kompetensi pencari kerja semakin mempersempit kesempatan tenaga
kerja lokal untuk bersaing dengan para pendatang. Banyaknya tenaga
pencari kerja menurut tingkat pedidikan di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016 selengkapnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.57 Banyaknya Tenaga Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan


Tahun 2013-2016

Tahun
No Tingkat Pendidikan Satuan
2013 2014 2015 2016*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. SD/Sederajat orang 16 12 4 2
2. SLTP/Sederajat orang 242 175 143 159
3. SLTA/Sederajat orang 5.156 6.128 5.769 6.181
4. Diploma orang 342 253 397 456
5. Akademi/Universitas orang 1.392 1.247 1.670 1.842
Jumlah 7.148 7.815 7.983 8.640

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Tulang Bawang

II - 115
Pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan
pencari kerja dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia
usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, terciptanya tenaga
kerja yang terampil, berpengetahuan yang mengacu kepada kompetensi
kerja. Jenis pelatihan keterampilan dan jumlah pecari kerja yang dilatih
pada tahun 2013-2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.58 Jenis Pelatihan Keterampilan dan Jumlah Pencari Kerja yang
Dilatih Tahun 2013-2016

Tahun
No Jenis Pelatihan Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pelatihan Perhotelan orang 20 - 20 -
2. Pelatihan Mekanik Roda 2 orang 40 20 20 20
3. Pelatihan Teknisi Handphone orang - 20 20 20
4. Pelatihan Teknisi Komputer orang - - 20 20
5. Pelatihan Pengelasan orang - 20 20 20
6. Pelatihan Salon Kecantikan orang 20 20 - 20
7. Pelatihan Mengemudikan Mobil orang 20 20 20 20
8. Pelatihan Tata Boga orang 40 20 - 20
9. Pelatihan Souvenir orang - 20 20 20
Jumlah 140 140 140 140

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Tulang Bawang

Kontribusi masyarakat Kabupaten Tulang Bawang yang bekerja di luar


negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terus mengalami penurunan
dari tahun ke tahun. Perkembangan jumlah TKI asal Tulang Bawang
menurut negara tujuan selengkapnya dijelaskan pada tabel berikut:

II - 116
Tabel 2.59 Perkembangan Jumlah TKI Asal Tulang Bawang
Menurut Negara Tujuan Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Malaysia orang 29 34 30 28

2. Saudi Arabia orang 5 6 5 4

3. Hongkong orang 6 10 8 5

4. Taiwan orang 4 4 3 2

5. Singapura orang 4 4 4 1

6. United Emirate Arab (UEA) orang 1 2 1 -

7. Kuwait orang 1 1 - -

Jumlah 50 61 51 40

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Tulang Bawang

B. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak


merupakan komitmen nasional sebagai bagian integral dari pembangunan
sumber daya manusia yang dimaksudkan untuk meningkatkan status,
posisi, dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang
setara. Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan dan
masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan,
juga masih terdapatnya kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan
yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat.

Upaya peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta


kesejahteraan dan perlindungan anak terus dilakukan dengan
pelaksanaan secara lintas bidang dan lintas program. Keberhasilan dari
berbagai bidang pembangunan, khususnya pendidikan, kesehatan,
ekonomi, dan politik turut menurunkan kesenjangan pencapaian
pembangunan antara perempuan dan laki-laki.

II - 117
1) Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah

Indikator ini bertujuan untuk melihat seberapa besar persentase


partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan. Cara untuk mengetahui
persentase partisispasi perempuan di lembaga pemerintahan adalah
dengan membandingkan dari jumlah pekerja perempuan di lembaga
pemerintahan dengan jumlah seluruh pekerja perempuan. Data
presentasi partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2013-2016 disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.60 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016
Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

1. Pekerja Perempuan di Lembaga Pemerintah jiwa 2.303 2.324 2.265 2.211

2. Jumlah Pekerja Perempuan jiwa 22.834 22.420 21.787 21.064

Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemeritah persen 10,09 10,37 10,40 10,50

Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Tulang Bawang

Berdasarkan tabel diatas, persentase partisipasi perempuan di lembaga


pemerintahan di Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu
2013-2016 bersifat fluktuatif. Jumlah pekerja perempuan di lembaga
pemerintahan mengalami penurunan dari 2.303 jiwa di tahun 2013,
menjadi 2.211 jiwa di tahun 2016. Namun, persentasenya meningkat dari
10,09 % tahun 2013, menjadi 10,50 % di tahun 2016, karena jumlah
seluruh pekerja perempuan yang juga mengalami penurunan sebesar
kurang lebih seribu tujuh ratus jiwa. Melihat kemungkinan yang akan
terjadi di masa mendatang, dikabarkan akan ada penerimaan CPNS dari
bidang kesehatan dan pendidikan, sehingga diprediksikan pula akan ada
lebih banyak pekerja perempuan di lembaga pemerintah.

II - 118
2) Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta

Pada indikator ini dihitung persentase partisipasi perempuan di lembaga


swasta. Indikator ini berguna untuk melihat seberapa besar persentase
perempuan yang bekerja di lembaga swasta dan perbandingannya dengan
jumlah pekerja perempuan di Kabupaten Tulang Bawang. Persentase
partisipasi perempuan di lembaga swasta di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016 selengkapnya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.61 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016
Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

1. Pekerja Perempuan di Lembaga Swasta jiwa 20.530 20.095 19.521 18.852

2. Jumlah Pekerja Perempuan jiwa 22.834 22.420 21.787 21.064

Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta persen 89,91 89,63 89,60 89,50

Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Tulang Bawang

Berdasarkan tabel diatas, persentase partisipasi perempuan di lembaga


swasta di Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu 2013-2016
bersifat fluktuatif. Jumlah pekerja perempuan di lembaga swasta
mengalami penurunan dari 20.530 jiwa di tahun 2013, menjadi 18.852
jiwa di tahun 2016. Begitu pula dengan persentasenya yang mengalami
penurunan, dari 89,91% di tahun 2013, menjadi 89,50% di tahun 2016.
Hal ini mengindikasikan semakin terbukanya kesempatan bekerja bagi
perempuan di ranah lembaga swasta.

3) Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan


Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

II - 119
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga. Indikator ini bertujuan untuk
melihat seberapa besar rasio KDRT di Kabupaten Tulang Bawang. Rasio
KDRT dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah KDRT dengan
jumlah rumah tangga. Berikut ini merupakan rasio KDRT di Kabupaten
Tulang Bawang tahun 2013-2016.

Tabel 2.62 Rasio KDRT di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

1. Jumlah KDRT kasus 13 10 8 12

2. Jumlah Rumah Tangga (KK) jiwa 113.767 116.919 120.158 123.483

Rasio KDRT persen 0,01 0,01 0,01 0,01

Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Tulang Bawang

Berdasarkan tabel diatas, rasio KDRT di Kabupaten Tulang Bawang dalam


kurun waktu 2013-2016 berada dalam kondisi yang baik, ditunjukkan
dengan rasio KDRT sebesar 0,01 persen setiap tahunnya. Pada tahun
2013, ditemukan 13 kasus KDRT, jumlah kasus ini semakin menurun
hingga mencapai 12 kasus di tahun 2016. Rendahnya kasus KDRT di
Kabupaten Tulang Bawang bukan berarti memang hanya terjadi sedikit
kasus KDRT, namun disebabkan karena masyarakat belum berani
melaporkan adanya tindakan KDRT atau ketidaktahuan harus melaporkan
kemana.

4) Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan

Indikator ini bertujuan untuk melihat seberapa besar persentase


partisipasi angkatan kerja perempuan. Partisipasi angkatan kerja
perempuan merupakan proporsi jumlah partisipasi angkatan kerja
perempuan terhadap jumlah angkatan kerja perempuan. Partisipasi
angkatan kerja perempuan ini menggambarkan jumlah penduduk
perempuan yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi terhadap

II - 120
total penduduk perempuan usia kerja. Semakin besar partisipasi
angkatan kerja perempuan, maka semakin banyak penduduk perempuan
yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi. Berikut ini merupakan
data partisipasi angkatan kerja perempuan di Kabupaten Tulang Bawang
tahun 2013-2016.

Tabel 2.63 Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan persen 43,22 45,71 48,59 50,31

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Tulang Bawang

Berdasarkan tabel diatas, partisipasi angkatan kerja perempuan di


Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu 2013-2016 cenderung
mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, partisipasi angkatan kerja
perempuan mencapai 43,22 %. Kemudian mengalami peningkatan hingga
menjadi 50,31 % pada tahun 2016. Sumber penghasilan keluarga tidak
hanya dari suami, namun istri juga berperan aktif dalam kegiatan
ekonomi. Selain bisa menambah penghasilan keluarga, beberapa
perempuan bekerja untuk mengaktualisasikan diri, mengisi kegiatan
sehari-sehari atau bersosialisasi, serta untuk menambah wawasan
pengetahuan.

Selain itu selama tahun 2013-2016 peningkatan kualitas hidup dan


perlindungan terhadap pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
dilakukan melalui: (1) berbagai bentuk pola pemberdayaan perempuan
untuk mendorong pembentukan embrio usaha pada kelompok perempuan
pengembangan ekonomi produktif, (2) perlindungan perempuan dan anak
terhadap tindak kekerasan melalui upaya peningkatan layanan
pengaduan, pendampingan dan rehabilitasi bagi korban, (3) penguatan

II - 121
kader Gerakan Sayang Ibu (GSI), (4) pemenuhan hak-hak anak yang
meliputi pencatatan kelahiran, layanan kesehatan dan pendidikan, serta
kesejahteraan sosial.

C. Pangan

Pembangunan ketahanan pangan difokuskan pada peningkatan


ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan dan percepatan
penganekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik daerah, serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat petani melalui upaya
pemberdayaan kelompok pelaku usaha dan pelaku utama pada bidang
agribisnis khususnya komoditas-komoditas unggulan.

Secara umum keberhasilan pelaksanaan pembangunan urusan ketahanan


pangan dapat dilihat dari skor Pola Pangan harapan (PPH), Ketersediaan
Pangan Utama (beras) per kapita per tahun, dan ketersedian energi,
lemak dan protein.

1) Ketahanan Pangan Utama

Ketersediaan pangan di Kabupaten Tulang Bawang selama tahun 2013-


2016 berdasarkan hasil produksi yang telah dicapai oleh Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Bulog serta Dinas Pekerjaan Umum
selanjutnya diolah kedalam Neraca Bahan Makanan (NBM).

Sampai dengan tahun 2016 ketersediaan pangan utama (beras) di


Kabupaten Tulang Bawang sebesar 156,424 ton atau rata-rata 113,85 kg
per kapita per tahun. Sedangkan apabila dilihat dari ketersediaan energi,
lemak dan protein pada tahun 2016, ketersediaan energi perkapita
perhari 2.346,60 kalori. Sedangkan ketersediaan lemak perkapita perhari
44,02 gram dan ketersediaan protein perkapita perhari 88,87 gram.
Secara rinci perkembangan ketersediaan pangan utama (beras), energi,
lemak dan protein pada tahun 2013-2016 dijabarkan pada tabel berikut:

II - 122
Tabel 2.64 Perkembangan Ketersediaan Pangan Utama (Beras),
Energi, Lemak dan Protein Tahun 2013-2016

No. Uraian 2013 2014 2015 2016 Ket

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Ketersediaan Beras 111.660 154,215 156,424 156,424 ton/tahun

2. Ketersediaan Energi 1.627,10 2.083,63 2.143,76 2.342,60 kalori/hari

3. Ketersediaan Lemak 37,36 41,23 42,24 44,02 gram/hari

4. Ketersediaan Protein 55,05 75,46 73,88 88,87 gram/hari

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kab. Tulang Bawang

2) Pola Pangan Harapan (PPH)

Kuantitas dan kualitas konsumsi pangan merupakan hal penting yang


harus diperhatikan, karena kelebihan atau kekurangan terhadap satu
atau beberapa jenis pangan akan mengakibatkan keadaan malnutrisi
(gizi salah) serta penyakit yang menyertainya kemudian. Tercapainya
penganekaragaman konsumsi pangan penduduk diukur melalui
pencapaian nilai komposisi pola pangan dan gizi seimbang.
Implementasi indikator kuantitatif tersebut yang selama ini kita kenal
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan (PPH)
atau Desirable Dietary Pattern (DDP) adalah susunan keragaman pangan
yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama.
Melalui pendekatan PPH ini, kualitas konsumsi pangan penduduk dapat
dicerminkan dari besaran skor PPH, dengan skor maksimal sebesar 100.

Mengacu pada PPH tersebut, keadaan perencanaan penyediaan dan


konsumsi pangan penduduk diharapkan dapat memenuhi tidak hanya
kecukupan gizi (nutritional adequency) akan tetapi juga
mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance) yang
didukung oleh cita rasa (palatability), daya cerna (digestability), daya

II - 123
terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli
(affortability).

Pada periode tahun 2013-2016 skor pola pangan haraan (PPH) Kabupaten
Tulang Bawang terus mengalami peningkatan, pada tahun 2013 sebesar
85, meningkat menjadi sebesar 86 pada tahun 2014, kemudian pada
tahun 2015 sebesar 86,2 dan pada tahun 2016 skor PPH mencapai 87,3.
Hal ini disebabkan pola konsumsi masyarakat yang mulai berimbang antar
kelompok pangan sumber zat gizi dimana konsumsi padi-padian terutama
beras mulai diimbangi dengan konsumsi pangan hewani, kacang-
kacangan, sayuran dan buah.

D. Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa kualitas lingkungan
hidup yang semakin menurun mengancam kelangsungan kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga perlu dilakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh
dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Untuk dapat
mewujudkan hal tersebut maka upaya peningkatan pengetahuan dan
penyadaran para pemangku kepentingan, melalui berbagai metode dan
media yang efektif perlu terus dilaksanakan.

Secara prioritas nasional, pembangunan urusan lingkungan hidup


dititikberatkan pada lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, yang
diarahkan pada konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup guna
mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang
berkelanjutan, disertai penguasaan dan pengelolaan resiko bencana
untuk mengantisipasi perubahan iklim.

Keberhasilan pencapaian indikator kesadaraan perusahaan terhadap


pengelolaan lingkungan hidup dapat dilhat dari jumlah
perusahaan/industri yang memiliki Dokumen AMDAL bagi industri yang

II - 124
wajib AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), Dokumen UKL/UPL
bagi industri yang wajib UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) - UPL
(Upaya Pemantauan Lingkungan) dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) bagi industri yang menghasilkan limbah berupa limbah cair.

Sampai dengan tahun 2016 jumlah perusahaan yang memiliki AMDAL


di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 7 perusahaan atau 100 % dari
jumlah perusahaan wajib memiliki AMDAL, jumlah perusahaan yang
memiliki izin IPAL mengalami peningkatan dari sebanyak 11 perusahaan
pada tahun 2013 menjadi sebanyak 15 perusahaan pada tahun 2016,
sedangkan jumlah industri yang wajib UKL-UPL di Kabupaten Tulang
Bawang mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 20 industri pada tahun
2013 menjadi sebanyak 44 industri pada tahun 2016. Dari seluruh industri
tersebut tercatat telah memiliki dokumen UKL-UPL. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran pihak perusahaan untuk
melakukan pengelolaan lingkungan semakin meningkat.

Secara rinci perkembangan perusahaan yang memiliki AMDAL, IPAL dan


UKL/UPL sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.65 Perkembangan Perusahaan yang memiliki AMDAL, IPAL


dan UKL/UPL Tahun 2013-2016

Tahun
No. Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Perusahaan yang memilki AMDAL perusahaan 7 7 7 7

2. Jumlah Perusahaan yang memiliki IPAL perusahaan 11 14 14 15

3. Jumlah Perusahaan yang memiliki UKL/UPL perusahaan 20 22 39 44

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tulang Bawang

II - 125
E. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Setiap penduduk yang berusia diatas 17 tahun atau telah menikah wajib
memiliki KTP hal ini untuk mewujudkan tertib administrasi
kependudukan. Untuk meningkatkan akurasi data, pada tahun 2013
dilakukan perekaman data kependudukan dengan program e-KTP.
Hal ini untuk mencegah terjadinya kepemilikan KTP ganda dan
pengadministrasian yang lebih akurat penduduk yang telah meninggal
dunia.

Tabel 2.66 Pelayanan Catatan Sipil Tahun 2013-2016

Tahun
No. Uraian
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Cakupan Penduduk ber-KTP 63,45 79,41 80,85 81,36

Jumlah Penduduk Wajib KTP 345.975 267.315 283.055 291.132

Jumlah Penduduk yang memiliki KTP 219.509 212.292 228.857 236.876

2. Cakupan Bayi Berakte Kelahiran 91,92 92,97 93,81 94,43

Jumlah Bayi Lahir Berakte Kelahiran 5.099 4.713 5.198 4.514

Jumlah Keseluruhan Bayi Lahir 4.687 4.382 4.876 4.263

3. Jumlah Kartu Keluarga yang Diterbitkan 23.187 7.829 13.371 23.041

4. Jumlah Akte Perkawinan yang Diterbitkan 47 200 184 272

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Tulang Bawang

F. Pemberdayaan Masyarakat Desa

Secara umum capain pembangunan urusan pemberdayaan masyarakat


dan desa dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya jumlah Badan
Pemusyawaratan Kampung/Kelurahan (BPK) yang telah terbentuk, Badan
Pemusyawaratan Kampung/Kelurahan (BPK) di Kabupaten Tulang Bawang
jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2013

II - 126
jumlah BPK yang telah dibentuk sebanyak 131 BPK, meningkat menjadi
144 BPK pada tahun 2014, dan sampai dengan tahun 2016 jumlah BPK
yang telah dibentuk sebanyak 147 BPK. Capaian ini didukung oleh Peran
Badan Pemusyawaratan Kampung/Kelurahan (BPK) dalam mendukung
kegiatan pembangunan, Pengelola lembaga pemberdayaan masyarakat
lebih banyak tenaga muda dan adanya dukungan dari lintas sektor.

Keberadaan lembaga pemberdayaan ekonomi desa sebagai bentuk


pemberdayaan masyarakat desa diarahkan melalui inisiasi, pembinaan
dan pendampingan Badan Usaha Milik Kampung (BUMDes), yang dapat
menjadi salah satu sumber pendapatan Asli Desa. Persentase Desa yang
telah membentuk Bumdes pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 100 %
dengan capaian sebesar 100 %. keberhasilan ini tidak terlepas dari
dukungan Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada
Bab X: Badan Usaha Milik Desa Pasal 87 ayat (1) Desa dapat mendirikan
Badan Usaha Miliki Desa yang disebut BUMDes, Terbitnya Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian Pengurus dan Pengelolaan, dan
pembubaran Badan Usaha Milik Desa, Adanya Upaya dari Pemda
Kabupaten Tulang Bawang melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Kampung/Kelurahan yang memberikan pelatihan untuk
menginisiasi Pembentukan BUM Desa di 147 Desa yang belum membentuk
BUMDes dari target 147 desa realisasi 147 desa, sehingga pada tahun
2016 sudah terdapat 147 desa yang memiliki BUM Desa dan 5 Badan
Usaha Antar Kampung (BUMAKAM).

Pembinan Kesejahteraan Kelurga (PKK) adalah kegiatan sekelompok


kaum wanita yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan keluarga.
Keaktifan PKK untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga merupakan
sebuah kekuatan mendasar pada setiap keluarga. Pembangunan terkecil
dilakukan oleh PKK di rumah tangganya masing-masing. Untuk itu peran
PKK menjadi sangat strategis untuk merealisasikan visi dan misi
pemerintah pada skup yang paling kecil. Pemantauan kegiatan PKK

II - 127
menjadi sangat penting untuk mengetahui usaha-usaha aktif di tingkat
akar rumput dalam merealisasikan program pembangunan. Monitoring
terhadap kegiatan PKK dilakukan untuk melihat peran serta dalam
mencapai tujuan pembangunan. Tabel informasi di bawah ini
menunjukkan bahwa kegiatan PKK di Kabupaten Tulang Bawang muncul
di tiap-tiap jenjang administrasi, mulai dari RT/RW, kelurahan,
kecamatan hingga kota. Keaktifan PKK sebenarnya dapat membantu ibu-
ibu untuk meningkatkan kreativas di berbagai bidang, yang mungkin
dapat dikembangkan untuk membantu ekonomi keluarga. Data jumlah
PKK aktif di Kabupaten Tulang Bawang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.67 Jumlah PKK Aktif di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Kelompok Binaan PKK kelompok 328 328 276 276

2. Jumlah PKK Aktif kelompok 152 152 167 167

Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung/Kelurahan Kab. Tulang Bawang

G. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, pengendalian penduduk dan keluarga berencana
merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar yang kewenangannya secara konkuren menjadi
kewenangan pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Dalam Undang-Undang
ini secara tegas dijelaskan 4 (empat) Sub urusan yang menjadi
kewenangan bersama, yaitu; 1) Pengendalian Penduduk, 2) Keluarga
Berencana (KB), 3) Keluarga Sejahtera, serta 4) Standarisasi Pelayanan
KB dan Sertifikasi Tenaga Penyuluh KB (PKB/PLKB). Adanya perubahan
lingkungan strategis seperti perubahan pemerintahan dengan segala

II - 128
perubahan perilaku manajemen kepemerintahan negara, perubahan
peraturan perundangan yang menjadi dasar penggerakan operasional
program KKBPK sehingga mengubah beberapa kewenangan yang telah
diserahkan ke daerah yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor
38 tahun 2007 dan dijadikan lampiran Undang-Undang Nomor 23 tahun
2014.

Kebijakan Penyelenggaraan Program Kependudukan Keluarga Berencana


dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) sebagai upaya pengendalian
penduduk dan Keluarga Berencana yang berdampak juga kepada
berbagai persoalan yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia
dan kesehatan. Fokus program KKBPK adalah meningkatkan kualitas
manusia dan mengendalikan kuantitasnya. Konsentrasi program KKBPK
pada peningkatan kualitas SDM dan pelayanan KB. Program Pembangunan
Keluarga pada peningkatan ketahanan keluarga melalui kegiatan Tribina
Keluarga (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga
Lansia), Pusat Informasi dan Komunikasi (PIK) remaja serta
Pemberdayaan ekonomi keluarga.

Keikutsertaan masyarakat terutama ibu-ibu dalam ber KB bertujuan baik


untuk menjarangkan kelahiran maupun membatasi kelahiran yang
meliputi penggunaan semua jenis alat kontrasepsi dan lama pemakaian
dari kontrasepsi yang dipakai terakhir. Dimana persentase Contraseptive
Prevalence Rate (CPR) di Kabupaten Tulang Bawang mengalami
peningkatan, pada tahun 2013 sebesar 68,43% dari total jumlah PUS
sebanyak 122.650 orang, terdapat 83.927 orang sebagai peserta KB aktif,
meningkat pada tahun 2016 menjadi sebesar 72,97 % dari total jumlah
PUS sebanyak 106.302 orang, terdapat 77.572 orang sebagai peserta KB
aktif.

II - 129
Tabel 2.68 Perkembangan Contraseptive Prevalence Rate (CPR)
Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian
2013 2014 20 15 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pasangan Usia Subur (PUS) 122.650 120.450 115.508 106.302

2 PUS Peserta KB Aktif 83.927 86.332 82.873 77.572

Contraseptive Prevalence Rate (CPR) 68,43 71,67 71,75 72,97

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Pasangan Usia Subur (PUS) yang menginginkan anak lagi tetapi ditunda
dan tidak menginginkan anak lagi tetapi tidak ber-KB disebut sebagai
PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (unmet need). Sampai dengan saat
ini masih cukup tinggi, cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi
(unmet need) di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016
selengkapnya dijelaskan pada tebel berikut.

Tabel 2.69 Cakupan PUS yang ingin ber-KB Tidak Terpenuhi (Unmet Need)
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No. Uraian
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pasangan Usia Subur (PUS) 122.650 120.450 115.508 106.302

2. PUS yang ingin ber-KB tidak terlayani 38.723 34.118 32.635 28.984

Unmet Need (%) 31,57 28,32 28,25 27,26

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Tingkat unmet need di Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami


penurunan dari sebesar 31,57 % pada tahun 2013, turun menjadi sebesar
28,32 % pada tahun 2014, pada tahun 2015 turun menjadi sebesar 28,25
% dan di tahun 2016 menjadi sebesar 27,26. Meskipun mengalami
penurunan namun jika dilihat dari taget nasional angka tersebut masih

II - 130
sangat tinggi, tinggingnya angka unmet need atau Pasangan Usia Subur
(PUS) yang ingin ber KB namun mereka tidak memakai alat/obat
kontrasepsi karena berbagai macam penyebab atau alasan. Unmet need
dalam Keluarga Berencana (KB) ini mengindikasikan adanya kesenjangan
antara tujuan reproduksi perempuan dengan perilaku kontrasepsi
Pasangan Usia Subur (PUS). Hal ini berarti perempuan atau Pasangan Usia
Subur (PUS) memiliki keinginan untuk menghindari kehamilan karena
ingin menunda memiliki anak maupun ingin mengakhiri kelahiran tetapi
tidak melakukan tindakan pencegahan terhadap potensi terjadinya
kehamilan yang salah satunya dapat dilakukan melalui pemakaian
alat/obat kontrasepsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
unmet need antara lain adalah fasilitas pelayanan yang masih jauh atau
justru belum tersedia tempat pelayanan yang memadai di daerah tempat
tinggal Pasangan Usia Subur (PUS), tidak tersediaya biaya, kualitas
pelayanan yang masih rendah, serta penyediaan kontrasepsi yang tidak
terjangkau oleh Pasangan Usia Subur (PUS), tidak meratanya distribusi
alat/obat kontrasepsi dan kejadian unmet need karena berbagai macam
penyebab baik alasan sosial, budaya maupun alasan geografis

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di


suatu wilayah tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah
memprediksi jumlah penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang.
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013
sampai dengan 2016 menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2013, laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,72 persen turun
menjadi 1,31 persen pada tahun 2016. Laju pertumbuhan penduduk ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat kelahiran, tingkat
kematian serta migrasi atau mobilitas.

Salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan


penduduk ini antara lain dengan mensukseskan program ber KB. Tujuan
Program Keluarga Berencana secara demografi adalah untuk menurunkan
angka kelahiran dan secara filosofis adalah untuk mewujudkan keluarga

II - 131
kecil bahagia dan sejahtera. Jumlah anak dalam keluarga yang
dianjurkan oleh Pemerintah adalah 2 (dua) anak lebih baik.

Tabel 2.70 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk dan TFR


Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian
2013 2014 20 15 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,72 1,42 1,37 1,31

2 Total Fertility Rate (TFR) 2,41 2,35 2,28 2,13

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Berkaitan dengan hal di atas, dapat diketahui bahwa Total Fertility Rate
(TFR) di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013 adalah 2,35% menurun
menjadi 2,13 pada tahun 2016. Hal ini berarti jumlah anak dalam
keluarga di Kabupaten Tulag Bawang selama kurun waktu tahun 2013-
2016 rata-rata berjumlah 2-3 orang anak. Penurunan rata-rata jumlah
anak dapat berarti menurunnya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan
oleh seorang wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),


pengertian Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat
memenuhi salah satu atau sebagian atau seluruh kebutuhan dasar
minimal yaitu dalam hal spiritual, sangan, pangan, papan dan pelayanan
kesehatan yang sangat dasar. Sedangkan Keluarga Sejahtera I merupakan
keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal dalam hal
spiritual, sandang, pangan, papan, dan kebutuhan pelayanan kesehatan
yang sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya. Indikator ini tidak digunakan untuk mengukur angka
kemiskinan, melainkan untuk mengukur 8 fungsi keluarga menurut
BKKBN, diantaranya fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih,
perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi dan fungsi lingkungan.

II - 132
Selama tahun 2013-2016 jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera I di
Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami penurunan, pada tahun 2013
sebanyak 81.705 keluarga, menjadi 80.902 keluarga pada tahun 2014,
kemudian menjadi 70.185 keluarga pada tahun 2015 dan pada tahun
2016 diperkirakan menjadi 69.007 keluarga. Secara rinci jumlah keluarga
pra sejahtera dan sejahtera I dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.71 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian
2013 2014 20 15 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Keluarga Pra Sejatera 45.870 45.077 33.532 32.876

2 Keluarga Sejahtera I 35.835 35.825 36.653 36.131

Total 81.705 80.902 70.185 69.007

Sumber : Badan Pusat Satatistik Kab. Tulang Bawang


**) angka sementara

Untuk mengatasi berbagai masalah di atas perlu dilakukan upaya


peningkatan ketahanan keluarga melalui berbagai program kegiatan pada
kelompok kelompok kegiatan di masyarakat pada umumnya dan secara
khusus di kampung KB. Di Kabupaten Tulang Bawang telah terbentuk 15
Kampung KB di tahun 2017 dan merupakan salah satu program nasional
Pemerintah.

Kampung KB dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup


masyarakat di tingkat kampung atau yang setingkat melalui program
KKBPK serta pembangunan sektor terkait lainnya dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil berkualitas.

Secara khusus, kampung KB dibentuk selain untuk meningkatkan peran


serta pemerintah, lembaga non pemerintah dan swasta dalam
memfasilitasi, mendampingi dan membina masyarakat untuk

II - 133
menyelenggarakan program KKBPK dan pembangunan sektor terkait, dan
juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan
berwawasan kependuduk.

H. Perhubungan

Peningkatan jumlah sarana angkutan publik, kendaraan roda 2 maupun


roda 4 serta angkutan umum menuntut ketersediaan sarana dan
prasarana perhubungan yang memadai. Dengan semakin bertambahnya
kendaraan dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya uji
kendaraan bermotor maka jumlah uji kir angkutan umum dan angkutan
barang selama kurun waktu tahun 2013-2016 terus mengalami
peningkatan, pada tahun 2013 jumlah kendaraan yang melakukan uji
kendaraan di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 1.782 kendaraan dan
terus mengalami peningkatan menjadi sebanyak 2.304 kendaraan pada
tahun 2016. Hal ini disebabkan semakin baiknya kualitas teknis hasil
pengujian kendaraan bermotor dan tersedianya peralatan pengujian lulus
kalibrasi sesuai ambang batas serta semakin meningkatnya kesadaran
pemilik atau pengusaha angkutan umum untuk menguji kendaraannya.

Tabel 2.72 Perkembangan Jumlah Kendaraan


Yang Uji Kendaraan Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Kendaraan Yang Uji KIR unit 1.919 2.029 2.283 2.304

Sumber: Dinas Perhubungan Kab. Tulang Bawang

Lama pengujian kelayakan angkutan umum di Kabuaten Tulang Bawang


adalah 45 menit sesuai dengan Standar Operasional Prosesdur Pengujian
Kendaran Bermotor (SOP PKB). Kegiatan pengujian meliputi pendaftaran
dan verifikasi data pemohon selama 5 menit, pengisian formulir selama 5
menit, pengujian atau pemeriksaan selama 15-20 menit, pengetokan plat

II - 134
dan pemberian tanda samping selama 5 menit, dan pengesahan hasil uji
selama 5 menit. Sehingga total waktu yang dibutuhkan adalah 45 menit
untuk masing-masing kendaraan.

Tabel 2.73 Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR)


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Lama pengujian kelayakan angkutan menit 45 45 45 45


(KIR)

Sumber: Dinas Perhubungan Kab. Tulang Bawang

Sumbangan pendapatan dari pos uji kendaraan yang melakukan uji


kendaraan di Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami peningkatan,
pada tahun 2013 sebesar Rp. 76.040.490,- dan terus meningkat menjadi
sebesar Rp. 95.496.500,- pada tahun 2016. Perkembangan jumlah
sumbangan pendapatan dari pos uji kendaraan tahun 2012-2016
diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 2.74 Perkembangan Jumlah Sumbangan Pendapatan


Dari Pos Uji Kendaraan Tahun 2013–2016

2013 2014 2015 2016


No. Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Jumlah Sumbangan Pendapatan 76.040.490 79.440.190 91.057.000 95.496.500

Sumber: Dinas Perhubungan Kab. Tulang Bawang

Meningkatnya disiplin dan ketertiban berlalu lintas dengan melaksanakan


kegiatan sosialisasi Keselamatan Transportasi Darat, Operasi dan
Pembinaan Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum serta terpasangnya
sarana keselamatan transportasi darat.

II - 135
I. Komunikasi dan Informatika

Semakin meningkatnya kemampuan masyarakat dalam penggunaan dan


penguasaan teknologi komunikasi dan informatika, maka pemerintah
sebagai regulator maupun aktor dalam pembangunan perlu mengatur
dan mengendalikan khususnya tersedianyan infrastruktur menara
telekomunikasi sebagai pendukung yang utama dalam penyelenggaraan
telekomunikasi. Cakupan layanan menara telekomunikasi/ Base
Transceiver Station (BTS) pada tahun 2013 - 2016 disajikan pada tabel
berikut ini:

Tabel 2.75 Jumlah Base Transceiver Station (BTS) dan Penyedia Jasa
Layanan Telekomunikasi di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Base Transceiver Station (BTS) Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Indosat unit 1 2 2 3

2. Telkomsel unit 3 5 7 7

3. Three unit - 1 1 1

4. XL Axiata unit 2 2 4 4

Jumlah unit 6 10 14 15

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kab. Tulang Bawang

Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang terus memfasilitasi


penyebarluasan informasi hasil-hasil pembangunan kepada masyarakat
melalui media cetak dan elektronik. Keberhasilan ini dicapai melalui
upaya peningkatan SDM kehumasan melalui pendidikan dan pelatihan,
peningkatan kualitas informasi dengan menyajikan informasi yang akurat
dan terbaru, serta berpartisipasi dalam pameran/expo.

Beberapa indikator kinerja pendukung bidang komunikasi dan informasi


dapat dilihat dari jumlah kunjungan ke website tulangbawangkab.go.id,
tersebarnya informasi pembangunan kepada masyarakat melalui siaran

II - 136
Radio Tuba FM, dan jumlah surat kabar nasional/lokal yang beredar di
Kabupaten Tulang Bawang.

Jumlah kunjungan ke website tulangbawang.go.id terus mengalami


peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2013 sebanyak 10.423
pengunjung, meningkat menjadi 50.362 pengunjung pada tahun 2014,
kemudian pada tahun 2015 sebanyak 102.346 pengunjung dan sampai
dengan tahun 2016 sebanyak 238.451 pengunjung.

Selain itu penyebaran informasi pembangunan kepada masyarakat


melalui siaran Radio Tuba FM juga mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, dari sebanyak 32 dialog interaktif pada tahun 2013, meningkat
menjadi 75 dialog interaktif, kemudian pada tahun 2014 meningkat
menjadi 80 dialog interaktif dan pada tahun 2016 menjadi sebanyak 112
dialog interaktif.

Sampai dengan tahun 2016 jumlah surat kabar nasional/lokal yang


beredar di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 67 surat kabar terdiri dari
23 surat kabar harian dan 44 surat kabar mingguan/tabloid, sedangkan
lembaga penyiaran radio dan televisi nasional/ lokal yang dapat diakses
secara umum oleh masyarakat kabupaten Tulang Bawang berjumlah
14 stasiun elevise dan 7 stasiun radio.

Tabel 2.76 Perkembangan Surat Kabar Nasional/Lokal dan


Lembaga Penyiaran Radio dan Televisi Nasional/Lokal
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Surat Kabar Nasional/Lokal buah 77 53 58 67

2. Stasiun Televisi channel 10 14 14 14

3. Stasiun Radio channel 4 1 1 7

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kab. Tulang Bawang

II - 137
J. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Pemberdayaan koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)


merupakan bagian penting dari upaya mewujudkan bangsa yang berdaya
saing, serta menciptakan pembangunan yang merata dan adil. Dalam hal
ini koperasi dan UMKM diharapkan berperan sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi, pencipta lapangan kerja baru dan penumbuh
daya saing. Secara umum keberhasilan pembangunan bidang urusan
koperasi dan usaha kecil menengah dapat dilihat dari meningkatnya
jumlah koperasi dan UMKM di Kabupaten Tulang Bawang.

Perkembangan jumlah koperasi di Kabupaten Tulang Bawang dari tahun


ke tahun terus mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2013,
jumlah koperasi aktif sebanyak 148 koperasi, meningkat menjadi 158
koperasi pada tahun 2014, kemudian pada tahun 2015 menjadi sebanyak
159 koperasi, dan pada tahun 2016 sebanyak 176 koperasi. Demikian
halnya jumlah UMKM juga mengalami peningkatan dari sebanyak 2.670
unit pada tahun 2013, meningkat menjadi 3.207 unit pada tahun 2014,
kemudian pada tahun 2015 menjadi sebanyak 3.576 unit dan pada tahun
2016 menjadi sebanyak 14.045 unit. Perkembangan jumlah koperasi dan
UMKM di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013-2016 selengkapnya
sebagai berikut:

Tabel 2.77 Perkembangan Jumlah Koperasi dan UMKM


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016
Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Jumlah Koperasi Aktif 148 158 159 176

2. Jumlah Koperasi yang melaksanakan RAT 50 56 59 66

3. Jumlah UMKM 2.670 3.207 3.576 14.045

4. Jumlah Koperasi yang Berprestasi 5 5 10 20


Sumber: Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Tulang Bawang

II - 138
Meningkatnya jumlah UMKM di Kabupaten Tulang Bawang ini disebabkan
pembinaan, pemberdayaan dan pengembangan UMKM berupa
penumbuhan Wirausaha baru, peningkatan kualitas produk dari Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang merupakan bagian dari
pengembangan ekonomi nasional yang berbasis kerakyatan dan
menciptakan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi secara
keseluruhan pengembangan UMKM ini juga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Pembangunan Daerah, sektor UMKM diharapkan dapat
menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi kerakyatan karena
berbagai dampak positif yang ditimbulkannya.

K. Penanaman Modal

Penanaman modal atau investasi adalah faktor produksi yang sangat


penting dalam usaha meningkatkan aktivitas ekonomi, selain faktor
produksi lainnya seperti sumber daya manusia, teknologi, lahan dan lain
sebagainya. Pembentukan investasi yang tinggi pada umumnya
mengindikasikan potensi pertumbuha ekonomi yang lebih tinggi.

Secara umum keberhasilan urusan penanaman modal dapat dilihat dari


meningkatnya jumlah Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), jumlah tenaga kerja yang terserap oleh PMA
dan PMDN serta nilai investasi PMA dan PMDN.

Jumlah perusahaan PMA dan PMDN di Kabupaten Tulang Bawang selama


tahun 2013-2016 terus mengalami peningkatan, pada tahun 2013
sebanyak 7 perusahaan, meningkat menjadi 8 perusahaan pada tahun
2014, kemudian di tahun 2015 menjadi 12 perusahaan dan pada tahun
2016 menjadi 13 perusahaan.

Selain itu keberhasilan pencapaian kinerja urusan penanaman modal


ditunjukkan pula oleh meningkatnya jumlah tenaga kerja yang terserap
oleh PMA dan PMDN. Pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja yang terserap
sebanyak 9.756 orang, tahun 2014 mencapai 14.957 orang, kemudian

II - 139
pada tahun 2015 sebanyak 18.380 orang dan tahun 2016 jumlah tenaga
kerja yang terserap mencapai 18.425 orang.

Dalam rangka mengoptimalkan potensi perekonomian daerah, maka


Kabupaten Tulang Bawang masih memerlukan sejumlah dana dalam
bentuk investasi baik yang berupa investasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Nilai investasi yang
berkembang di Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, pada tahun 2013 jumlah investasi yang berkembang
mencapai 22,90 Milyar Rupiah meningkat pada tahun 2014 menjadi
sebesar 2,27 Trilyun Rupiah kemudian pada tahun 2015 mencapai 3,32
Trilyun Rupiah dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang
signifikan menjadi sebesar 21,45 Trilyun Rupiah.

Tabel 2.78 Perkembangan PMA dan PMDN


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Jumlah Perusahaan PMA dan PMDN 7 8 12 13


2. Jumlah Tenaga Kerja (orang) 9.756 14.957 18.380 18.425
3. Nilai Investasi (Rp) 22.902.457.424 2.276.163.107.468 3.320.600.843.664 21.459.069.550.122

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Selain hal tersebut keberhasilan urusan penanaman modal dapat dilihat


dari lamanya proses pengurusan perijinan dimana pada tahun 2013 rata-
rata lama proses perizinan kurang lebih 14 hari kerja dan pada tahun
2016 lama proses perizinan kurang lebih rata-rata 2 hari kerja.

L. Kepemudaan dan Olahraga

Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, agar mampu


bersaing secara global dengan berwawasan kebangsaan, berjiwa
kepemimpinan yang memiliki watak dan akhlak mulia, mempunyai

II - 140
prestasi dalam berbagai bidang, memiliki kesehatan jasmani dan rohani,
cerdas, terampil dengan dilandasi iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa maka pembinaan bagi pemuda serta pembinaan olahraga
merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Pelaksanaan urusan kepemudaan dan keolahragaan didukung melalui


beberapa program yaitu peningkatan peran serta kepemudaan,
peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup
pemuda, pembinaan dan pemasyarakatan olahraga dan peningkatan
sarana dan prasarana olahraga.

Secara umum keberhasilan urusan kepemudaan dan olahraga dapat


dilihat dari semakin meningkatnya jumlah organisasi kepemudaan,
jumlah kegiatan kepemudaan dan jumlah kegiatan keolahragaan.

Jumlah organisasi kepemudaan di Kabupaten Tulang Bawang terus


mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2013 sebanyak
18 organisasi, meningkat 5 organisasi menjadi 23 organisasi pada tahun
2014, kemudian pada tahun 2015 menjadi sebanyak 25 organisasi dan
sampai dengan tahun 2016 jumlah organisasi kepemudaan di Kabupaten
Tulang Bawang sebanyak 26 organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tahun partisipasi pemuda untuk ikut serta memberikan andil
dalam pembangunan semakin meningkat, karena dengan ikut
berorganisasi maka pemuda akan semakin kritis menghadapi situasi sosial
dan ekonomi yang berkembang di masyarakat, sehingga akan ditemukan
solusi untuk pemecahan permasalahan-permasalahan.

Meningkatnya jumlah organisasi kepemudaan di Kabupaten Tulang


Bawang juga didukung dengan perkembangan jumlah kegiatan
kepemudaan yang semakin meningkat, tahun 2013 jumlah kegiatan
kepemudaan di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 16 kali, meningkat
pada tahun 2014 menjadi sebanyak 18 kali, tahun 2015 kembali
meningkat menjadi 20 kali dan pada tahun 2016 jumlah kegiatan
kepemudaan di Kabupaten Tulang Bawang menjadi sebanyak 21 kali.

II - 141
Selain itu jumlah kegiatan keolahragaan di Kabupaten Tulag Bawang juga
semakin meningkat, tahun 2013 sebanyak 10 kali, meningkat menjadi 11
kali pada tahun 2014, tahun 2015 menjadi sebanyak 14 kali dan di tahun
2016 kegiatan keolahragaan menjadi sebanyak 16 kali.

Tabel 2.79 Perkembangan Organisasi Kepemudaan dan Olahraga


Tahun 2013 – 2016

Tahun
No. Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Organisasi Kepemudaan organisasi 18 23 25 26

2. Jumlah Kegiatan Kepemudaan kegiatan 16 18 20 21

3. Jumlah Kegiatan Keolahragaan kegiatan 10 11 14 16

Sumber : Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kab. Tulang Bawang

M. Statistik

Data statistik merupakan salah satu instrumen dalam perumusan


kebijakan serta evaluasi pembangunan yang lebih tepat sasaran. Kunci
pokok keberhasilan sebuah perencanaan terletak pada ketersediaan data
dan informasi statistik yang andal dan terpercaya. Data dan informasi
statistik yang berkualitas menjadi rujukan semua pihak dalam merancang
kebijakan maupun dalam melakukan pamantauan dan evaluasi agar
sasaran yang ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Data statistik sudah menjadi kebutuhan publik dalam arti luas, bukan
saja untuk kepentingan pemerintah saja tetapi juga menjadi kebutuhan
para stakeholders, dunia usaha, akademisi, para pengamat serta
masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik


menyebutkan bahwa jenis statistik terdiri dari statistik dasar, statistik
sektoral, dan statistik khusus. Penyelenggaraan statistik dasar dilakukan

II - 142
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara itu, statistik sektoral
diselenggarakan oleh instansi pemerintah sesuai dengan lingkup tugas
dan fungsinya baik secara mandiri maupun bersama dengan BPS. Dalam
penyelenggaraan kegiatan statistik, khususnya jenis statistik sektoral.

Tabel 2.80 Publikasi Buku Statistik di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Buku “Kabupaten Dalam Angka” ekseplar ada ada ada Ada

2. Buku “PDRB Kabupaten” ekseplar ada ada ada ada

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tulang Bawang

Upaya peningkatan kualitas data Kabupaten Tulang Bawang menghadapi


beberapa permasalahan baik permasalahan internal dan eksternal,
diantaranya ialah sebagai berikut:

 Terbatasnya SDM statistik profesional dan kompeten sesuai dengan


bidang tugasnya;

 Adanya perbedaan persepsi suatu data yang menjadikan beberapa


versi data menurut masing-masing sumbernya;

 Rendahnya kualitas data yang dihasilkan dikarenakan masih


kurangnya kesadaran responden, baik rumah tangga, perusahaan,
maupun institusi/lembaga dalam memberikan data maupun informasi
secara jujur;

 Belum terpenuhinya peningkatan kebutuhan ragam data dan


informasi statistik wilayah kecil, termasuk data mikro.

Hal tersebut menjadikan terlambatnya penyajian data untuk


pembangunan. Data yang dibutuhkan dalam proses perencanaan adalah
data sampai dengan n+2, sedangkan data yang tersedia adalah n-1. Hal

II - 143
ini kemudian diantisipasi dengan memproyeksikan suatu data hingga
diperoleh proyeksi data untuk acuan perencanaan pembangunan.
Upaya kedepan ditempuh melalui capaian Program Pengembangan
Data/Informasi/Statistik dengan indikator penilaian jumlah data statistik
yang tersedia dengan perbandingan jumlah data statistik yang
seharusnya tersedia diupayakan peningkatan kualitas data pembangunan
yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dengan cara
meningkatkan koordinasi dengan BPS, OPD terkait, kampung,
stakeholder lainnya dan memperkuat forum satu data pembangunan.

N. Kebudayaan

Pembangunan kebudayaan daerah diarahkan pada pembinaan budaya


daerah yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, tanpa
meninggalkan ciri khas kebudayaan asli daerah (budaya Lampung).
Meningkatnya apresiasi masyarakat pada pemerintah daerah terhadap
seni budaya daerah dapat dilihat dari berbagai kegiatan dan acara yang
diselenggarakan oleh masyarakat, baik dalam acara peringatan hari-hari
besar maupun acara-acara adat. Kesenian dan kebudayaan yang ada di
Kabupaten Tulang Bawang sangat banyak ragamnya, hal ini disebabkan
penduduk Kabupaten Tulang Bawang berasal dari berbagai suku dan
daerah yang masing-masing tetap mempertahankan dan melestarikan
kesenian dan kebudayaan dari daerah asal, seperti wayang kulit dari
daerah Jawa Tengah, Jaipong dari daerah Sunda, Reog dari Daerah
Ponorogo, dan lain-lain sesuai asal daerah. Meskipun demikian banyak
masyarakat pendatang yang mempelajari kesenian dan kebudayaan asli
lampung, seperti tari-tarian khas lampung maupun gamelan/musik khas
lampung. Demikian juga sebaliknya banyak penduduk asli lampung yang
mempelajari kesenian dan kebudayaan dari daerah lain. Hal ini dapat
dilihat pada saat pawai/karnaval seni dan budaya daerah yang
diselenggarakan pada acara peringatan Hari Ulang Tahun RI ataupun Hari
Jadi Kabupaten Kabupaten Tulang Bawang.

II - 144
Pada Tahun 2015 dalam acara Festival Megou Pak Tulang Bawang ke-9
Tahun 2015, sekaligus memperingati HUT ke-18 Kabupaten Tulang
Bawang dilaksanakan acara prosesi begawi adat yang merupakan salah
satu acara pesta adat Lampung atau yang dikenal dengan nama begawi
adat dengan tujuan melestarikan kesenian dan kebudayaan Lampung
khususnya yang ada di Kabupaten Tulang Bawang.

Sarana penyelenggaraan seni dan budaya di Kabupaten Tulang Bawang


adalah Gedung Kesenian R.A. Kartini yang dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Tulang Bawang. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya di
Kabupaten Tulang Bawang sering kali digunakan untuk pameran kesenian
maupun pertunjukan musik. Fasilitas ini merupakan wadah untuk para
seniman Kabupaten Tulang Bawang dalam menunjukkan bakat seninya,
sekaligus sebagai tempat publik yang bisa dimanfaatkan masyarakat
untuk datang mencari hiburan tanpa mengeluarkan banyak biaya.

O. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sumber informasi dan sarana strategis dalam


peningkatan sumberdaya manusia. Keberadaan perpustakaan diharapkan
dapat meningkatkan minat baca di masyarakat. Guna menunjang
peningkatan minat baca masyarakat, Pemerintah Kabupaten Tulang
Bawang menambah jumlah perpustakaan maupun menambah jumlah
koleksi pustaka.

Secara umum pencapaian indikator kinerja bidang urusan kearsipan pada


Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah dapat dilihat dari jumlah koleksi
buku yang tersedia diperpustakaan daerah, pembinaan perpustakaan di
sekolah, jumlah pengunjung perpustakaan daerah, dan jumlah
perpustakaan di kabupaten Tulang Bawang.

Jumlah perpustakaan yang berada di wilayah Kabupaten Tulang Bawang


sejak tahun 2013 hingga tahun 2016 mengalami penurunan. Penurunan
ini dikarenakan adanya regrouping dan beberapa sekolah swasta yang

II - 145
tutup. Berikut ini merupakan tabel terperinci tentang jumlah
perpustakaan di Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2013 hingga 2016.

Tabel 2.81 Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Perpustakaan Milik Pemerintah unit 1 1 1 1


Daerah (Pemda)
2. Jumlah Perpustakaan Sekolah Negeri unit 120 120 125 127
3. Jumlah Perpustakaan Milik Non Pemda unit 146 140 135 133
(Sekolah Swasta)
Total Jumlah Perpustakaan 267 261 261 261

Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Tulang Bawang

Keberadaan sebuah perpustakaan tidak terlepas dari pengunjungnya.


Untuk itulah pengunjung perlu dimonitor sehingga dapat diketahui animo
pengunjung dari waktu ke waktu. Indikator jumlah pengunjung
perpustakaan per tahun menunjukkan pemakai perpustakaan yang
berkunjung ke perpustakaan untuk mencari bahan pustaka dalam kurun
waktu satu tahun. Jumlah pengunjung perpustakaan dihitung
berdasarkan pengunjung yang mengisi daftar kehadiran atau berdasar
data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Data dalam
tabel di bawah ini merupakan data pengunjung perpustakaan di
Kabupaten Tulang Bawang per tahun.

Tabel 2.82 Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Kunjungan ke Perpustakaan orang 722 1.081 1.270 1.460

Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Tulang Bawang

II - 146
Data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahunnya terjadi kenaikan
jumlah pengunjung perpustakaan, bahkan pada tahun 2016 lonjakan
jumlah pengunjung dapat dikatakan paling menonjol dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan jumlah pengunjung ini
menunjukkan minat membaca masyarakat yang semakin besar.

Dilihat dari data tersebut pengunjung perpustakaan selalu meningkat


dari tahun ke tahun, dengan demikian daya tarik perpustakaan dalam
memberikan pelayanan juga meningkat. Namun kondisi ini perlu
ditingkatkan dengan pelayanan yang lebih baik, dengan melengkapi
informasi yang selalu up date dan fasilitas yang lebih baik.

Koleksi judul buku dan jumlah buku di perpustakaan memiliki pengaruh


besar terhadap jumlah pengunjung perpustakaan. Banyaknya variasi
judul buku dan jumlah buku yang dikoleksi perpustakaan akan
menimbulkan ketertarikan bagi masyarakat Kabupaten Tulang Bawang
untuk berkunjung mencari bahan pustaka. Di bawah ini merupakan tabel
informasi terkait koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2013-2016.

Tabel 2.83 Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Koleksi Judul Buku Judul 4.930 5.430 6.430 6.930

2. Jumlah Buku yang Tersedia eksemplar 14.264 15.764 18.764 20.264

Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Tulang Bawang

Terdapat tren yang baik dalam penyediaan jumlah koleksi judul buku dan
jumlah buku di perpustakaan. Peningkatan jumlah koleksi judul yang
berangsur meningkat dari waktu ke waktu menandakan bahwa ada upaya
untuk merespon perkembangan. Sedangkan penambahan koleksi buku

II - 147
yaitu menambah jumlah eksemplarnya merupakan pencerminan upaya
untuk meningkatkan aksesibilitas.

P. Kearsipan

Menurut Undang-Undang No. 43 tahun 2009, arsip merupakan rekaman


kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan
diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga
pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan,
dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Secara umum arsip dapat pula merupakan
rekaman informasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan/
rekaman aktifitas seseorang, rekaman peristiwa masa lalu, bukti
otentik, sumber informasi, memori kolektif, dan bahan
pertanggungjawaban nasional.

Selama ini penyelenggaraan tata kearsipan di lingkungan instansi


pemerintah kurang optimal. Keterpaduan tatakearsipan di berbagai
instansi pemerintah sangat diperlukan dalam menyelenggarakan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan yang berdayaguna dan berhasil
guna.

2.3.1.3. Urusan Pemerintahan Pilihan

A. Kelautan dan Perikanan

Subsektor kelautan dan perikanan berperan penting baik dalam


pemenuhan kebutuhan pangan maupun dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Secara umum, perikanan laut di Kabupaten Tulang Bawang
menunjukkan kondisi yang semakin meningkat, kondisi tersebut
mengindikasikan besarnya potensi sektor perikanan laut yang berpeluang
besar untuk dioptimalkan. Potensi tersebut dapat dilihat dari produksi
perikanan laut yang terus mengalami peningkatan pada tahun 2013

II - 148
sebanyak 10.489,00 ton meningkat menjadi sebanyak 20.098,00 ton pada
tahun 2016.

Selain perikanan laut, potensi perikanan darat di Kabupaten Tulang


Bawang juga memiliki peluang besar untuk dioptimalkan. Produksi ikan
darat pada tahun 2013 tercatat sebanyak 24.654,23 ton meningkat
menjadi sebanyak 28.383,80 ton pada tahun 2016. Adapun secara rinci
produksi ikan menurut sumbernya di Kabupaten Tulang Bawang selama
tahun 2013-2016 sebagai berikut:

Tabel 2.84 Produksi Ikan Menurut Sumbernya


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Perikanan Laut ton/tahun 10.489,00 11.520,00 14.694,30 20.098,00

2. Perikanan Darat ton/tahun 24.654,23 25.067,59 26.903,10 28.383,80

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tulang Bawang

Potensi Perikanan darat juga tak kalah banyaknya, seperti pada sungai,
rawa dan kolam memiliki potensi untuk pengembangan perikanan.
Komoditas perikanan yang merupakan ikan konsumsi bagi masyarakat
lokal namun memiliki nilai ekonomis adalah ikan gabus, baung, udang
galah, lele lokal, belida dan toman. Ikan-ikan tersebut juga berpotensi
untuk dibudidayakan. Sedangkan ikan konsumsi yang sudah
dibudidayakan di kolam-kolam, tambak, keramba jaring apung di sungai
antara lain ikan patin, lele, gurame, nila, mujair, bawal dan mas.

B. Pariwisata

Secara umum capaian kinerja ususan pariwisata dapat dilihat dari jumlah
kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Tulang Bawang,
selama tahun 2013-2016 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya,

II - 149
pada tahun 2013 sebanyak 525 orang, meningkat menjadi sebanyak
19.870 orang pada tahun 2014, kemudian di tahun 2015 meningkat
menjadi 18.096 orang dan meningkat menjadi 18.138 orang pada tahun
2016. Adapun secara rinci jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten
Tulang Bawang sebagai berikut:

Tabel 2.85 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Wisatawan
2013 2014 2015 2016

1 Domestik (Nasional) 525 19.870 18.096 18.138

2 Asing (Mancanegara) - 2 5 8

Total 525 19.872 18.101 18.146

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Tulang Bawang

Selain itu Kabupaten Tulang Bawang memiliki sejumlah aset wisata yang
lengkap dan beragam jenis wisatanya, sampai dengan tahun 2016 jumlah
obyek wisata di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 7 obyek wisata yang
tersebar di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, baik berupa wisata alam,
wisata budaya maupun wisata buatan.

C. Pertanian

Sektor pertanian tetap diharapkan berkontribusi besar dalam


perekonomian Kabupaten Tulang Bawang mengingat kontribusi peluang
kerja di sektor ini masih besar di samping luasan lahan pertanian di
Kabupaten Tulang Bawang masih signifikan. Secara umum pelaksanaan
pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Tulang Bawang
menunjukkan kinerja yang terus meningkat sepanjang tahun seperti
dalam produksi sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

II - 150
Tabel 2.86 Jumlah Produksi Komoditas Pertanian
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No. Komoditas Satuan
2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Padi ton 213.314 224.836 267.338 336.575


2 Jagung ton 18,782 23,911 15,729 32,390
3 Kedelai ton 542 1.307 803 1.205
4 Hortikultura :
Sayuran ton 4.388 6.021 6.292 53.798
Buah-Buahan ton 10.193 10.150 10.293 145.725
Sumber: Dinas Petanian Kab. Tulang Bawang (data diolah)

Produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Tulang Bawang rata-rata


naik sebesar 0,65 % per tahun. Produksi komoditas padi pada tahun 2013
sebesar 213.314 ton meningkat menjadi sebesar 336.575 ton pada tahun
2016, begitu juga dengan produksi jagung pada tahun 2013 sebesar
18.782 ton menjadi sebesar 32.390 ton pada tahun 2016, produksi
kedelai juga mengalami peningkatan dari sebesar 542 ton pada tahun
2013 meningkat menjadi 1.205 ton pada tahun 2016.

Peningkatan produksi tanaman pangan di Kabupaten Tulang Bawang


ditunjang oleh adanya bantuan langsung benih unggul, bantuan langsung
pupuk, perbaikan dan penyediaan prasarana dan sarana pertanian berupa
JUT, JITUT, embung, alat pengolah pupuk organik, pompa air dan pompa
hidram, benih unggul, bantuan pupuk bersubsidi, antisipasi dan
penanggulangan dini serangan hama penyakit tanaman, serta bantuan
alat pra dan pasca panen, sehingga lebih, mengoptimalkan produktivitas
dan indeks pertanaman (IP).

Sementara itu pada periode yang sama pencapaian indikator kinerja


bidang peternakan dapat dilihat dari perkembangan jumlah populasi
ternak, seperti sapi, kerbau, domba, kambing, ayam dan Itik, tingkat /

II - 151
derajat kesehatan hewan, serta pencapaian pemotongan ternak di RPH
dan ketersediaan daging yang ASUH.

Populasi ternak di Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami


peningkatan selama tahun 2013-2016 populasi ternak rata-rata naik
sebesar 1,11 % per tahun. Populasi ternak di Kabupaten Tulang Bawang
selengkapnya dalam tabel berikut:

Tabel 2.87 Populasi Ternak di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016
Tahun (ekor)
Rata-Rata
No Jenis Ternak Pertumbuhan
2013 2014 2015 2016
(%)

Ternak Besar
1. Sapi 22.261 18.956 18.902 19.084 (0,14)
2. Kerbau 5.141 4.311 4.006 4.058 (0,21)
Ternak Kecil
3. Kambing 25.987 30.942 38.496 37.321 0,44
4. Domba 145 237 407 455 2,14
5. Babi 1.467 736 638 711 (0,52)
Ternak Unggas
6. Ayam Kampung 259.511 91.369 126.750 126.150 (0,51)
7. Ayam Petelur 17.547 19.200 44.300 45.300 1,58
8. Ayam Ras Pedaging 246.082 191.283 1.408.884 1.735.223 6,05
9. Bebek/Itik 18.907 38.303 56.571 40.838 1,16
Rata-Rata 1,11
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Tulang Bawang

Produksi tanaman perkebunan naik rata-rata 0,12 % per tahun. Kenaikan


total produksi tanaman perkebunan dipengaruhi oleh bebarapa faktor
yaitu: adanya dukungan prasarana dan sarana pertanian mendukung
perkebunan seperti embung dan pompa air, adanya harga komoditi
perkebunan yang meningkat sehingga meningkatkan minat petani dalam
menanam komoditi perkebunan serta kelembagaan kelompok
tani/gabungan kelompok tani (gapoktan) sebagai dampak positif bantuan
sosial bagi kelompok tani/gapoktan. Adapun produksi tanaman
perkebunan pada tahun 2013-2016 sebagai berikut.

II - 152
Tabel 2.88 Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013-2016
Tahun (ton Rata-Rata
No Komoditas Pertumbuhan
2013 2014 2015 2016 (%)

1 Kelapa Sawit 411.286 541.660 547.077 547.549 0,33

2 Karet 26.899 29.257 29.550 29.979 0,11

Rata-Rata 0,22

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Tulang Bawang

Pembangunan pertanian juga menyangkut subsektor perkebunan dimana


ruang lingkup pembangunan perkebunan meliputi kegiatan-kegiatan
intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan, ekstensifikasi dan diversifikasi
kebun, produksi, pengolahan dan pemasaran, peningkatan peran serta
dan partisipasi aktif seluruh pelaku pembangunan perkebunan,
pengembangan kelembagaan, serta penerapan agribisnis perkebunan
dalam rangka peningkatan pendapatan petani dan pendapatan asli
daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

Agribisnis perkebunan yang berdaya saing dan berkelanjutan, akan dapat


diwujudkan apabila tercapai peningkatan produksi, produktifitas dan
mutu produk yang dihasilkan, pengolahan dan pemasaran hasil yang
memadai serta tingkat efisiensi usaha tani dapat tercapai. Penerapan
agribisnis ini dapat diciptakan apabila kegiatan yang dilaksanakan oleh
petani dapat memenuhi tingkat intensifikasi usaha tani yang lebih
produktif, memanfaatkan teknologi tepat guna serta tingkat kemampuan
petani dan kelembagaan petaninya di dalam mengakses pemenuhan
kebutuhan agribisnis juga memadai. Di sisi lain efisiensi usaha tani akan
dapat tercapai apabila produksi yang tinggi tersebut dapat diimbangi
dengan biaya produksi yang sekecil mungkin dengan peluang pasar yang
baik serta dicapai tingkatan dengan harga yang wajar. Dengan berbagai
keterbatasan terkait potensi sumber daya alam yang ada di Kabupaten
Tulang Bawang, maka langkah strategis yang harus diupayakan adalah

II - 153
mendorong tercapainya peningkatan produktifitas dan mutu produk yang
memadai sehingga daya saing produk memenuhi permintaan pasar.

D. Energi dan Sumber Daya Mineral

Secara umum keberhasilan pencapaian sasaran meningkatnya usaha


penambangan dapat dilihat dari jumlah usaha penambangan yang
memiliki izin, kontribusi sektor pertambangan terhadap Pendapatan Asli
Daerah dan rasio ketersedian daya listrik.

Energi listrik diharapkan dapat mendorong berkembangnya kegiatan


ekonomi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan daerah. Disisi lain ketenagalistrikan berperan sebagai
infrastruktur yang harus ada untuk mendukung kegiatan pembangunan
masyarakat. Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan diprioritaskan
baik untuk meningkatkan keandalan penyediaan tenaga listrik maupun
memberikan akses penyediaan tenaga listrik.

Penyediaan tenaga listrik yang memadai dan berkualitas merupakan


parameter penting untuk mendukung kemajuan sektor lainnya antara
lain sektor industri, perdagangan, telekomunikasi dan sektor-sektor
penggerak ekonomi lainnya. Sehingga ketersediaan energi listrik yang
cukup akan menentukan pertumbuhan ekonomi dan tingkat
kesejahteraan masyarakat.

Pencapaian keberhasilan dari indikator meningkatnya jumlah usaha


penambangan yang memiliki izin menunjukan bahwa tingkat kesadaran
pelaku usaha penambangan untuk memberikan kotribusi terhadap
pendapatan asli daerah, serta untuk melakukan usaha penambangan
yang berwawasan lingkungan semakin meningkat.

II - 154
E. Perdagangan

Kegiatan perdagangan merupakan penggerak utama pembangunan


perekonomian, yang memberikan daya dukung dalam meningkatkan
produksi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan ekspor dan
devisa, memeratakan pendapatan, serta memperkuat daya saing produk
dalam negeri. Adapun permasalahan utama yang perlu dicermati dalam
kontek menghadapi persaiangan global tersebut, bagi dunia perdagangan
adalah bagaimana meningkatkan daya saing berbagai produk dan
komoditas dalam negeri di pasar domestik maupun internasional.

Pencapaian indikator kinerja meningkatnya usaha perdagangan dan jasa


dapat dilihat dari perkembangan sarana perdagangan yang ada di
Kabupaten Tulang Bawang dimana terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Adapun secara rinci perkembangan sarana pedagangan di
Kabupaten Tulang Bawang dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.89 Perkembangan Sarana Perdagangan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016
1. Jumlah Pasar Tradisional 59 59 59 59
2. Jumlah Pedagang 4.615 4.879 5.130 5.416
3. Jumlah Kios/Los 793 885 906 1.095

Sumber: Dinas Perdagangan Kab. Tulang Bawang

Meningkatnya jumlah pasar yang direvitalisasi, menandakan bahwa roda


perekonomian berputar dengan baik. Secara geoekonomis, Kabupaten
Tulang Bawang terintegrasi dengan kawasan pertumbuhan Provinsi
Lampung. Perdagangan antar daerah telah banyak membawa pertukaran
produk-produk pertanian, perkebunan dan peternakan. Pembangunan
sektor perdagangan ditujukan pada meningkatnya kemandirian
perekonomian, dan upaya peningkatan mutu/daya saing usaha kecil dan
menengah agar mampu lebih berperan dalam persaingan global, sehingga

II - 155
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta
mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan daerah.

Peningkatan kualitas pengelolaan pasar juga ditunjukkan oleh


meningkatnya pendapatan daerah dari sektor pasar, termasuk
pengelolaan sampah di pasar seperti di Pasar Rawajitu Selatan yang
selama ini menimbulkan persoalan sudah dapat diminimalisasi.

Selain itu pencapaian indikator meningkatnya usaha perdagangan dan


jasa dapat dilihat dari perkembangan penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) dan Rasio Izin Usaha Aktif yang terus meningkat.
Pada tahun 2013 jumlah penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan
sebanyak 519 buah, terus meningkat menjadi 615 buah pada tahun 2016.
Hal ini disebabkan adanya penertiban terhadap izin usaha dan
penyuluhan yang dilakukan oleh TPL serta adanya tim terpadu dari
Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang.

F. Perindustrian

Secara umum keberhasilan pembangunan bidang urusan perindustrian


dapat dilihat dari jumlah unit usaha industri yang terus mengalami
peningkatan, pada tahun 2013 sebanyak 463 unit, meningkat menjadi
551 unit pada tahun 2014, kemudian menjadi sebanyak 545 unit pada
tahun 2015 dan pada tahun 2016 menjadi sebanyak 3.025 unit.

Selain itu dapat dilihat pula dari perkembangan jumlah tenaga kerja
yang terserap pada bidang industri yaitu dari 1.809 orang pada tahun
2013, meningkat menjadi 2.195 orang pada tahun 2014, kemudian di
tahun 2015 sebanyak 2.112 orang dan menjadi 6.350 orang pada tahun
2016. Hal ini disebabkan adanya peningkatan teknologi yang digunakan
IKM, pemberian pembinaan dan bantuan peralatan yang tepat guna.

II - 156
Tabel 2.90 Perkembangan Jumlah Industri dan Tenaga Kerja yang terserap
Tahun 2013-2016
Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jumlah Industri Industri 463 551 545 3.025

2. Jumlah Tenaga Kerja Yang Terserap orang 1.809 2.195 2.112 6.350

Sumber: Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

G. Transmigrasi

Sebagai salah satu bentuk pelaksanaan amanat konstitusi, hingga kini


pemerintah masih berkepentingan untuk menempatkan transmigrasi
sebagai satu model pembangunan. Hal ini berarti bahwa transmigrasi
masih dipandang relevan sebagai suatu pendekatan pembangunan guna
mencapai tujuan kesejahteraan, pemerataan pembangunan daerah,
serta perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Transmigrasi juga relevan
sebagai salah satu bentuk perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar
manusia/human rights, yaitu perlindungan negara atas hak-hak warga
negara untuk berpindah dan menetap di dalam batas-batas wilayah
negaranya. Oleh karena itu, pemerintah tetap memberikan imperatif dan
dukungan kepada pemerintah provinsi dan atau pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan transmigrasi, sepanjang tersedia sumber-sumber daya
yang mendukungnya.

Berbagai program kegiatan yang dilakukan khususnya di Kawasan


Transmigrasi di Kecamatan Rawapitu semakin meningkat kualitas dan
kuantitasnya, hal ini karena semakin terkoordinasi dan terintegrasinya
program revitalisasi kawasan transmigrasi dari OPD terkait.

II - 157
2.3.1.4. Urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang

a. Administrasi Pemerintahan

Keberadaan akan adanya kepastian hukum menjadi suatu hal yang sangat
penting dalam menunjang keberhasilan pemerintahan di daerah. Dalam
rangka mewujudkan kepastian hukum tersebut, Pemerintah Kabupaten
Tulang Bawang telah melakukan berbagai upaya diantaranya adalah
dengan mengeluarkan berbagai produk hukum daerah baik yang berupa
Keputusan Kepala Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Peraturan Daerah,
maupun Keputusan DPRD.

Sampai dengan tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang telah


mengeluarkan beberapa produk hukum seperti Keputusan Bupati
sebanyak 1.840 keputusan. Sedangkan jumlah Peraturan Bupati yang
berhasil diterbitkan pada tahun yang sama sebanyak 251 peraturan dan
Peraturan Daerah sebanyak 30 peraturan. Selain Surat Keputusan,
Peraturan Bupati dan Peraturan Daerah tersebut, dalam rangka
mewujudkan kepastian hukum, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang
juga telah menerbitkan 27 surat perjanjian. Jumlah Surat Keputusan
Bupati, Peraturan Bupati, Peraturan Daerah dan Surat Perjanjian yang
berhasil dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang selama tahun
2013-2016 selengkapnya tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.91 Perkembangan Produk Surat Keputusan Bupati,


Peraturan Bupati dan Surat Perjanjian Tahun 2013-2016

Tahun
No Produk Hukum
2013 2014 2015 2016

1. Surat Keputusan Bupati 384 629 460 367


2. Peraturan Bupati 65 62 48 76
3. Peraturan Daerah 6 5 6 13
4. Surat Perjanjian 11 6 3 7
Jumlah Produk Hukum 466 702 517 463

Sumber: Bagian Hukum Setdakab Tulang Bawang

II - 158
Dalam rangka menyebar luaskan informasi tentang produk-produk hukum
daerah kepada masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya sosialisasi
produk hukum. Sedangkan dalam rangka mendokumentasikan dan
mempublikasikan produk-produk hukum daerah dan produk-produk
hukum nasional, telah dilakukan dokumentasi dan publikasi produk
hukum atau peraturan perundangan melalui kegiatan-kegiatan
penyusunan Buku Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Himpunan
Peraturan Daerah, Himpunan Keputusan Bupati, serta Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH). Adapun terkait dengan
pengelolaan dan penyebaran informasi tentang Jaringan Dokumentasi
dan Informasi Hukum, telah dilakukan sosialisasi terhadap Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum di semua OPD di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang.

b. Pengawasan

Pengawasan dilaksanakan untuk menjaga kinerja pelaksanaan kegiatan


agar sesuai dengan regulasi, kebijakan dan peraturan yang berlaku.
Pelaksanaan pengawasan difokuskan pada pengawasan internal secara
berkala pada beberapa objek pemeriksaan meliputi seluruh SKPD di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang.

Kebijakan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan


melalui pemeriksaan reguler, pemeriksaan non reguler dan pengawasan
lainnya. Pemeriksaan reguler adalah pemeriksaan kinerja yang dilakukan
secara komprehensif dengan ruang lingkup pemeriksaan pada aspek
kebijakan daerah, kelembagaan, pegawai daerah, keuangan daerah dan
barang daerah.

II - 159
Tabel 2.92 Perkembangan Pelaksanaan Fungsi Pengawasan
Tahun 2013-2016

2013 2014 2015 2016


Jenis Obyek
No Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml. Jml.
Pemeriksaan Hasil Hasil Hasil Hasil
Tem Reko Tem Reko Tem Reko Tem Reko
LHP LHP LHP LHP
uan m uan m uan m uan m

1. Pemeriksaan 85 212 231 85 177 184 85 183 201 85 172 191


Berkala / Reguler

2. Pemeriksaan 10 6 15 8 4 7 11 7 9 8 6 8
Khusus / Kasus

Sumber: Inspektorat Kab. Tulang Bawang

Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui trend adanya temuan


pemeriksaan cenderung mengalami fluktuasi baik itu pada pemeriksaan
berkala/reguler untuk SKPD, maupun khusus/kasus. Hal ini
mengindikasikan bahwa sistem pengendalian internal sebagai bagian dari
fungsi pengawasan pelaksanaan pembangunan daerah belum optimal.
Untuk rata-rata jumlah temuan pemeriksaan terbanyak ada pada
Pemeriksaan Reguler karena jumlah obyek pemeriksaan yang paling
banyak yaitu kampung dan SKPD.

c. Perencanaan

Perencanaan menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 adalah


suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui
urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan secara umum diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan
oleh sebuah institusi publik untuk membuat arah kebijakan
pembangunan yang harus dilakukan disebuah wilayah baik negara
maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang
dimiliki oleh wilayah tersebut.

Dalam sebuah proses perencanaan, lembaga perencana wajib


memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keamanan, kondisi
fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya yang ada. Dalam
penyusunan perencanaan pembangunan daerah dikehendaki memadukan

II - 160
pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom up dan
top down process. Penyusunan ini bermakna bahwa perencanaan daerah
selain memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu,
transparan dan akuntabel dan konsisten dengan rencana lain yang
relevan, kepemilikan rencana (sense of ownership) juga menjadi aspek
yang perlu diperhatikan. Keterlibatan stakeholder dan legislatif dalam
proses pengambilan keputusan perencanaan menjadi sangat penting
untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan dukungan optimal
bagi implementasinya.

Penyelarasan secara terpadu dokumen perencanaan pembangunan


nasional yaitu RPJM Nasional, RPJMD Provinsi Lampung dengan RPJMD
Kabupaten Tulang Bawang untuk menyelesaikan permasalahan dan isu
strategis sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diganti dengan Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah perlu
semakin ditingkatkan.

d. Keuangan

Pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel melalui


Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) mendasarkan
pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.
Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dengan mengedepankan
prinsip-prinsip berbasis akuntansi, nilai historis, realistis, periodisitas,
konsisten, pengungkapan lengkap dan penyajian wajar.

Optimalisasi pengelolaan aset daerah dilaksanakan dalam rangka


meningkatkan pemanfaatan dan pendayagunaan aset daerah untuk

II - 161
mendukung peningkatan PAD. Untuk itu dilakukan optimalisasi
penggunaan dan pemanfaatan aset daerah, up dating data pengadaan
dan mutasi, pengamanan aset, penghapusan dan pemindahtanganan
Barang Milik Daerah (BMD), inventarisasi BMD, dan peningkatan
manajemen aset daerah.

e. Kepegawaian

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia khususnya Sumber Daya


Aparatur menjadi prioritas utama sejalan dengan upaya pemerintah
untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional. Upaya yang
dilakukan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, pembelajaran
lansung di tempat bekerja secara informal, guna meningkatkan
kompetensi seorang Pegawai Negeri Sipil.

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Kinerja Aparatur


Pemerintah diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan
serta kompetensi aparatur pemerintah daerah dari tingkat kampung
sampai dengan tingkat kabupaten.

Jumlah PNS di Kabupaten Tulang Bawang selam tahun 2013-2016


berdasarkan golongan dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.93 Jumlah Pegawai Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016
Tahun
No Golongan
2013 2014 2015 2016
1. PNS
Gol. IV 874 881 900 893
Gol. III 2.611 2.724 2.477 2.210
Gol. II 1.269 1.281 1.310 1.168
Gol. I 80 84 87 84
JUMLAH 4.834 4.790 4.744 4.355
2. PHL 1.583 1.610 1.600 1.373

Sumber: Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

II - 162
f. Pendidikan dan Pelatihan

Undang undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


menjadi pendorong untuk merealisasikan terwujudnya Sumber Daya
Manusia dalam hal ini Sumber Daya Aparatur yang berkualitas,
mempunyai Kompetensi dibidangnya, profesional dalam bekerja serta
berdaya saing tinggi dalam mengejar kualitas kerja. Sehingga
kedepannya pemerintah tidak akan ragu merancang program khususnya
sumber daya aparatur yang bermuara pada pemenuhan kebutuhan dan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk meningkatkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil pastilah perlu


pendidikan dan pelatihan baik secara formal maupun informal yang
tentunya berkaitan dengan penganggaran, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengevaluasian. Sejauh ini perencanaan terhadap
peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai sudah dilakukan antara
lain pengadaan CPNS, pengiriman tugas belajar, bintek, kursus, tes
kompetensi, pembinaan disiplin, dan sebagainya.

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Kinerja Aparatur


Pemerintah diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan
serta kompetensi aparatur pemerintah daerah dari tingkat kampung
sampai dengan tingkat kabupaten, berkaitan dengan strategi
peningkatan kualitas dan kompetensinya dalam memenuhi tugas dan
tanggung jawab pelayanan publik. Dipahami bahwa kualitas aparatur itu
sendiri tidak mungkin meningkat tanpa adanya usaha-usaha yang konkrit.
Perubahan yang segera dapat dilakukan adalah peningkatan kemampuan
atau kompetensi aparatur melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat).
Adapun rekapitulasi jumlah PNS di Kabupaten Tulang Bawang yang telah
mengikuti Diklat selama tahun 2013-2016, selengkapnya dijelaskan dalam
tabel berikut.

II - 163
Tabel 2.94 Rekapitulasi jumlah PNS yang telah mengikuti diklat
Tahun 2013-2016
Tahun
No Jenis Diklat
2013 2014 2015 2016
1. Prajabatan - 120 184 308
2. Diklat Pim IV - - 44 36
3. Diklat Pim III 11 14 12 16
4. Diklat Pim II - 2 2 4
Diklat Sekretaris Kampung/
5. - - - 40
Kelurahan
6. Diklat Teknis 16 18 12 5
7. Diklat Fungsional 40 4 2 27
TOTAL 67 158 256 436
Sumber : Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Dalam rangka mengembangkan SDM Aparatur, Pemerintah Daerah perlu


mendorong setiap aparatur untuk mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan serta profesionalisme Pegawai Negeri Sipil
berbasis komptensi melalui pendidikan lanjutan, yang salah satunya
dalam bentuk pemberian tugas belajar. Selama tahun 2013-2016
Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang telah mengirimkan sebanyak 22
orang PNS untuk tugas belajar keluar daerah, selain itu Jumlah PNS di
Kabupaten Tulang Bawang yang mengajukan izin belajar sejak tahun
2013 sampai dengan 2016 sebanyak 159 orang PNS. Adapun secara rinci
jumlah PNS yang mengikuti tugas belajar dan lainnya selama tahun 2013-
2016 sebagai berikut:

Tabel 2.95 Jumlah PNS yang Mengikuti Tugas Belajar dan Lainnya
Tahun 2013-2016
Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016
1. Ijin Belajar (IB) 99 5 20 35

2. Tugas Belajar 8 6 4 4

TOTAL 107 11 24 39

Sumber: Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

II - 164
g. Penelitian dan Pengembangan

Pada dasarnya penelitian dan pengembangan harus berjalan seiring dan


sejalan dengan pembangunan termasuk di tingkat daerah. Hasil-hasil
penelitian dan pengembangan, secara valid harus mampu menopang
seluruh kerangka pembangunan. Kelitbangan terdiri dari kelitbangan
utama dan pendukung dan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Kelitbangan utama di arahkan
pada penelitian, pengkajian, pengembangan, perekayasaan, penerapan,
pengoperasian, dan evaluasi kebijakan. Sedangkan kelitbangan
pendukung dirahkan untuk peningkatan kapasitas kelembagaan;
penguatan ketatalaksanaan; peningkatan kapasitas sumberdaya manusia;
peningkatan kualitas perencanaan dan evaluasi program; fasilitasi inovasi
daerah; pengembangan basis data kelitbangan; penguatan kerjasama
kelitbangan; dan pemenuhan sumberdaya organisasi lainnya.

Pada prinsipnya, urusan administrasi pemerintahan dan fungsi penunjang


urusan pemerintahan adalah berbagai kewenangan yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan.

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam


mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap
terbuka pada persaingan dengan daerah lainnya, baik yang berdekatan,
domestik ataupun internasional. Daya saing daerah merupakan salah satu
aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi,
kekhasan, dan keunggulan daerah. Aspek daya saing daerah terdiri dari
kemampuan ekonomi daerah, iklim berinvestasi, sumber daya manusia,
dan fasilitas wilayah atau infrastruktur. Daya saing (competitiveness)
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi

II - 165
yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai
tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan


terhadap indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dan
pengeluaran konsumsi non pangan per kapita. Berikut ini disajikan
beberapa hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada fokus
kemampuan ekonomi daerah sebagai berikut:

1) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT)

Selama periode tahun 2012-2016, pengeluaran konsumsi Rumah Tangga


(RT) Kabupaten Tulang Bawang cenderung mengalami kenaikan.
Perkembangan pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dalam PDRB
menurut penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012-2016 sebagai
berikut:

Gambar 2.26
Pengeluaran Komsumsi Rumah Tangga dalam PDRB Menurut Penggunaan
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012-2016 (juta rupiah)

Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang

II - 166
Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode
tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 terus menunjukkan peningkatan.
Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk
memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya
setelah sekian lama mengalami masa-masa krisis. Melimpahnya
penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar
domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu
meningkatnya belanja untuk konsumsi, termasuk konsumsi rumah
tangga.

2) Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Non Makanan

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator yang


dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin
tinggi pendapatan maka porsi pendapatan untuk pengeluaran akan
bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan
makanan.

Gambar 2.27 Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Bukan Makanan Dalam


PDRB Menurut Penggunaan ADHB Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2012-2016 (juta rupiah)

Sumber: BPS Kabupaten Tulang Bawang

II - 167
Secara rata-rata dari tahun 2012 sampai dengan 2016, nampak pada
struktur konsumsi akhir rumah tangga Tulang Bawang, bahwa konsumsi
makanan masih lebih tinggi dibandingkan konsumsi non makanan.
Proporsi pengeluaran untuk makanan cenderung masih berada pada
kisaran yang sama. Proporsi untuk makanan pada masing-masing tahun
mencapai 33,79 % (2012); 33,18 % (2013); 31,79 % (2014); 31,59 % (2015);
dan 30,90 % (2016).

Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik menarik antara


kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non makanan yang masih
cukup kuat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Tulang Bawang belum berada pada tingkat kesejahteraan yang baik
dengan masih sedikitnya proporsi non makanan. Pengeluaran non
makanan di antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat
dan perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi, jasa
komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata,
restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya.

3) Nilai Tukar Petani

Salah satu upaya percepatan pemulihan ekonomi dan peningkatan


produktivitas melalui pengembangan ekonomi kerakyatan serta
penguatan unit-unit usaha dan lembaga-lembaga ekonomi adalah melalui
pengembangan ekonomi kerakyatan, sehingga terwujud suatu sistem
ekonomi yang tidak hanya bertumpu pada mekanisme pasar saja, namun
juga mengacu kepada Pasal 33 UUD 1945 yangberkeadilan dan
berwawasan lingkungan.

Salah satu kegiatan ekonomi kerakyatan yang patut mendapat perhatian


adalah kegiatan yang tercakup dalam sektor pertanian. Dikutip dari BRS
pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2017, sektor pertanian di Provinsi
Lampung merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu 31,45 persen pada tahun

II - 168
2016. Selain itu, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sektor
pertanian juga besar, yaitu mencapai 48,28 persen. Keadaan ini juga
terjadi di Kabupaten Tulang Bawang

Salah satu indikator makro yang digunakan untuk mengukur dan


mengevaluasi kinerja pembangunan dibidang pertanian dapat digunakan
Nilai Tukar Petani. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio indeks harga
yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang
dinyatakan dalam persentase. Secara konsepsional NTP mengukur
kemampuan tukar komoditas produk pertanian yang dihasilkan petani
dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani dan
keperluan mereka dalam menghasilkan produk pertanian. Jika nilai NTP
pada waktu tertentu lebih besar dari 100 persen, berarti kesejahteraan
petani pada saat itu lebih baik dibandingkan dengan tahun dasar dan
sebaliknya.

Secara umum ada tiga macam pengertian NTP yaitu:

 NTP>100, berarti petani mengalami surplus. Kenaikan harga barang


produksi relative lebih besar dari kenaikan harga barang konsumsi
dan biaya produksi. Pendapatan petani naik lebih besar dibandingkan
dengan pengeluarannya. Dengan demikian, tingkat kesejahteraan
petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani pada
periode sebelumnya.

 NTP=100, berarti petani mengalami impas/break even. Kenaikan/


penurunan harga produksi sama dengan persentase kenaikan/
penurunan harga barang konsumsi dan biaya produksi. Tingkat
kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.

 NTP<100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang


produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga
barang konsumsi dan biaya produksi. Tingkat kesejahteraan petani
pada suatu periode mengalami penurunan disbanding tingkat
kesejahteraan petani pada periode sebelumnya.

II - 169
Dalam kurun waktu empat tahun, sejak tahun 2013-2016 perkembangan
NTP Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat dalam gambar 2.27 Pada
tahun 2013 rata-rata NTP sebesar 101.77, kemudian naik menjadi 104.16
pada tahun 2014. Pada tahun 2015 NTP mengalami sedikit penurunan
menjadi 103.18, pada tahun 2016 meningkat menjadi sebesar 103.88.

Gambar 2.28 Nilai Tukar Petani di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Sumber: BPS Kabupaten Tulang Bawang

Selama tahun 2013 indeks harga yang diterima petani subsektor di


Kabupaten Tulang Bawang sebesar 106.78, sedangkan indeks harga yang
dibayar petani subsektor sebesar 104.92 sehingga nilai tukar petani
sebesar 101.76 yang berarti bahwa dalam periode 2013 kenaikan bahan
pokok kebutuhan rumah tangga dan biaya produksi tanaman pangan tidak
melebihi kenaikan harga hasil produksi tanaman pangan, dengan kata
lain kesejahteraan petani tanaman pangan mengalami peningkaiatas
angatan. Begitu pula pada tahun 2014-2016 nilai tukar petani di
Kabupaten Tulang Bawang lebih besar dari 100 (NTP>100) yang berarti
petani mengalami surplus.

II - 170
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Pembangunan sarana dan prasarana wilayah atau infrastruktur


direncanakan untuk mendukung terwujudnya visi dan misi pembangunan
di Kabupaten Tulang Bawang. Sarana dan prasarana wilayah pada
dasarnya merupakan elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan
suatu wilayah karena masyarakat yang tinggal di suatu wilayah akan
membutuhkan sarana prasarana untuk melangsungkan kegiatan. Fasilitas
sarana prasarana wilayah tersebut diantaranya:

1) Perhubungan

Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dari tahun ke tahun


semakinmenurun, artinya bahwa dengan panjang jalan tetap jumlah
kendaraan semakin bertambah, sehingga kepadatan kendaraan semakin
bertambah.

Tabel 2.96 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016

1. Panjang Jalan km 927,61 927,61 927,61 927,61

2. Jumlah Kendaraan unit 257.233 300.444 441.708 430.177

Rasio Panjang Jalan dengan km/unit 0,00360 0,00308 0,00210 0,00215


Jumlah Kendaraan

Sumber: Dinas Perhubungan Kab. Tulang Bawang (diolah)

Panjang jalan yang digunakan untuk menghitung indikator rasio panjang


jalan per jumlah kendaraan adalah panjang jalan bernomor ruas jalan
yang dalam kurun waktu tahun 2013 hingga tahun 2016 memiliki panjang
yang sama, yakni sepanjang 927,61 km. Peningkatan jumlah kendaraan
di Kabupaten Tulang Bawang terbilang cukup tinggi setiap tahunnya,
yakni 257.233 unit kendaraan pada tahun 2013 meningkat menjadi
430.177 unit kendaraan pada tahun 2016.

II - 171
Jumlah panjang jalan yang cenderung tetap dan jumlah kendaraan yang
terus meningkat menyebabkan nilai rasio panjang jalan per jumlah
kendaraan dalam kurun waktu tahun 2013 hingga tahun 2016 memiliki
kecenderungan menurun namun kembali meningkat hingga tahun 2016.
Hal ini disebabkan jumlah kendaran yang bertambah setiap tahunnya
cukup besar dan tidak sebanding dengan pertambahan panjang jalan
yang ada.

2) Sarana Perekonomian

Jumlah restoran di Kabupaten Tulang Bawang lebih sedikit dibandingkan


dengan jumlah rumah makan. Pada tahun 2013 jumlah restoran sebanyak
20 unit, bertambah menjadi 24 unit pada tahun 2014, di tahun 2015
turun menjadi sebanyak 21 unit dan di tahun 2016 bertambah menjadi
sebanyak 27 unit. Sementara itu jumlah rumah makan menurun dari 126
unit pada tahun 2013 menjadi 117 unit pada tahun 2014, di tahun 2015
naik menjadi 121 unit dan di tahun 2016 menjadi sebanyak 133 unit.

Penginapan di Kabupaten Tulang Bawang yang di dominasi oleh hotel


melati mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada tahun 2013
sebanyak 13 unit, kemudian di tahun 2014 turun menjadi sebanyak 11
unit, kemudian di tahun 2015 sama dengan tahun 2016 sebanyak 12 unit.

Terkait dengan penataan ruang, Kabupaten Tulang Bawang telah


menyusun Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012–2032. Dalam Perda
tersebut disebutkan bahwa tujuan penataan ruang Kabupaten Tulang
Bawang adalah untuk mewujudkan tata ruang wilayah Kabupaten yang
aman, sejahtera, mandiri dan berketahanan pangan berbasis agribisnis
dengan memperhatikan pemerataan pembangunan wilayah yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tulang Bawang tersebut disusun atas dasar amanat Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri PU Nomor:

II - 172
16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten serta memperhatikan Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung
Tahun 2009–2029.

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral pembangunan


ekonomi dan merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.
Ketersediaan infrastruktur sangat berperan dalam membuka isolasi
wilayah, meningkatkan aktivitas perekonomian daerah, serta merupakan
prasyarat kesuksesan pembangunan di bidang ekonomi.

Peningkatan dan pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan,


strategi yang dilakukan adalah pengembangan infrastruktur wilayah
perkampungan melalui program unggulan GSMK, infrastruktur kawasan
khusus (KTM Rawa Pitu dan Minapolitan Dente Teladas), peningkatan
pengelolaan sumber daya air dan jaringan irigasi, serta peningkatan
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur perumahan dan
pemukiman, serta peningkatan dan pengembangan sarana transportasi
dan komunikasi.

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Dalam rangka meningkatkan iklim investasi di daerah, hal penting yang


harus diperhatikan adalah penciptaan iklim kondusif yang mendukung
investasi. Indikator yang berkaitan dengan iklim investasi, antara lain
angka kriminalitas yang dilihat dari jumlah kejadian kejahatan dan lama
proses perizinan.

1) Angka Kriminalitas per 10.000 Penduduk

Keamanan dan ketertiban merupakan landasan utama menciptakan


situasi dan kondisi Kabupaten Tulang Bawang yang aman dan damai.
Rasa aman dan tenteram merupakan prasyarat bagi berputarnya roda
pembangunan ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Meningkatnya
jumlah kejahatan merupakan gangguan serius terhadap keamanan dan

II - 173
ketertiban masyarakat. Masalah kriminalitas merupakan salah satu
hambatan untuk peningkatan iklim investasi. Untuk itulah kondisi
kabupaten yang terkendali dari kekacauan kriminalitas akan dapat
memberikan jaminan bagi keamanan investasi perlu ditumbuh
kembangkan.

Tabel 2.97 Angka Kriminalitas per 10.000 Penduduk


di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Indikator Satuan
2013 2014 2015 2016

1. Jumlah Tindak Kriminal kasus 514 451 648 481

2. Jumlah Penduduk jiwa 417.782 423.710 429.515 435.125

3. Angka Kriminalitas per 10.000 penduduk persen 12,30 10,64 15,09 11,05

Sumber: Polres Tulang Bawang

Jumlah angka kriminalitas di Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan


kecenderungan berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2013
terjadi 514 kasus, kemudian menurun menjadi 451 kasus pada tahun
2014, meningkat lagi menjadi 648 kasus pada tahun 2015, dan pada
tahun 2016 turun menjadi 481 kasus. Dengan melihat kenyataan
tersebut, kedepan diupayakan untuk meningkatkan patrol terpadu,
meningkatkan pembinaan mental, dan menggiatkan pengamanan
swadaya.

2) Jumlah Demonstrasi

Demonstrasi atau unjuk rasa adalah sebuah gerakan protes yang


dilakukan sekumpulan orang dihadapan umum. Di satu sisi unjuk rasa
merupakan sebuah fenomena geliat dan dinamika kesadaran masyarakat
untuk berpolitik, namun di sisi lain demonstrasi menjadi sebuah aktivitas
yang menimbulkan gangguan baik kecil maupun besar terhadap rutinitas
masyarakat yang berada di lingkungan tersebut. Unjuk rasa biasanya
dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau
penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula

II - 174
dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politis oleh
kepentingan kelompok.

Tabel 2.98 Jumlah Demonstrasi di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2013-2016

Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016
1. Demonstrasi Politik 1 - - -
2. Demonstrasi Ekonomi - 1 - -
3. Demonstrasi Pemogokan Kerja 1 2 1 -
Jumlah Demonstrasi 2 3 1 -

Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah Kab. Tulang Bawang

Jumlah demonstrasi dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, akan


tetapi cenderung menurun. Jika dilihat secara sepihak untuk
memanfaatan stabilitas sosial ekonomi akan dapat memberikan rasa
aman dalam berinvestasi. Namun jika dilihat dari dinamika masyarakat
dalam berpolitik hal ini dapat pula diartikan penurunan responsivitas
terhadap perkembangan kekinian. Hal ini sangat dimungkinkan ketika
masyarakat lebih fokus kepada kepentingan sendiri dibandingkan dengan
upaya untuk memperjuangkan rakyat. Terlepas dari masalah tersebut
turunnya angka demonstrasi ini juga dapat dibaca dari perspektif positif
bahwa kemungkinan kebijakan pemerintah sudah diterima masyarakat
luas.

3) Lama Proses Perizinan

Perizinan merupakan instrumen penting dalam menumbuh-kembangkan


iklim investasi yang kondusif. Secara umum, lama proses pelayanan
perizin an merupakan salah satu hal yang dapat mendorong
ataumenghambat investasi. Lama proses perizinan merupakan rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu perizinan (dalam hari).
Jenis perizinan yang dianalisis dalam indikator ini diantaranya:

II - 175
IMB : Izin Mendirikan Bangunan
SIUP : Surat Izin Usaha Perdagangan
TDP : Tanda Daftar Perusahaan
IUI : Izin Usaha Industri dan/atau TDI (Tanda Daftar Industri)

Untuk meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan dan


stabilitas investasi di Kabupaten Tulang Bawang, pemerintah daerah
mempermudah pengurusan perizinan dan memperpendek waktu proses
pengurusan perijinan. dimana pada tahun 2013 rata-rata lama proses
perizinan kurang lebih 14 hari kerja dan pada tahun 2016 lama proses
perizinan kurang lebih rata-rata 2 hari kerja.

Selain itu untuk menjaga kestabilan investasi Penanaman Modal Dalam


Negeri maupun Penanaman Modal Asing, diimbangi pula dengan menjaga
kestabilan keamanan dan ketertiban, mengingat letak Kabupaten Tulang
Bawang sangat strategis dilewati Jalan Lintas Timur Sumatera, dimana
semua mobilitas ekonomi dari Pulau Sumatera ke Jawa hampir sebagian
besar melewati Kabupaten Tulang Bawang. Sehingga dapat dikatakan
Tulang Bawang merupakan jalur transit yang sangat strategis namun juga
menjadi rawan instabilitas keamanan dan ketertiban.

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan aset pembangunan suatu wilayah


yang sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
umum. Sumberdaya manusia yang tangguh, mandiri, berkualitas baik
fisik maupun mental akan menjadi modal bagi suatu wilayah dalam
mengolah sumberdaya yang ada, memanfaatkan potensi, dan menjawab
permasalahan pembangunan yang ada. Pembangunan SDM di Tulang
Bawang diarahkan untuk menyiapkan SDM yang terampil, inovatif,
kompetitif, dan disiplin dalam rangka meningkatkan laju pembangunan
daerah. Indikator pembangunan SDM dapat dilihat dari kualitas tenaga
kerja dan tingkat ketergantungan penduduk pada suatu wilayah.

II - 176
SDM yang berkualitas akan meningkatkan daya saing dan perkembangan
investasi yang masuk di suatu daerah. Kualitas tenaga kerja yang rendah
mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas, karena
mayoritas perusahaan-perusahaan atau lapangan kerja lainnya lebih
memilih tenaga kerja yang berkualitas baik. Selain itu, kualitas tenaga
kerja juga ditentukan oleh kondisi internal tenaga kerja itu sendiri
seperti: motivasi kerja, keahlian/ketrampilan, pengalaman kerja, serta
sikap dan perilaku. Salah satu ukuran kualitas SDM yang terkait dengan
kualitas tenaga kerja adalah tingkat pendidikan angkatan kerja.
Angkatan kerja yang berkualitas memiliki daya saing lebih dalam mengisi
kesempatan kerja baik di dalam maupun luar negeri. Perkembangan
angkatan kerja di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan tingkat
pendidikan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.99 Penduduk Usia Kerja Menurut Pendidikan


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2016

Tahun
No Tingkat Pendidikan
2013 2014 2015 2016*
1. Maksimum SD 80.337 79.010 85.174 82.884
2. SMP 53.538 59.190 42.232 45.092
3. SMA/SMK 40.996 51.620 52.477 54.321
4. Perguruan Tinggi 3.358 9.605 7.799 13.761
Jumlah 178.229 199.425 189.682 196.178

Sumber: BPS Kab. Tulang Bawang (diolah)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa struktur angkatan kerja di


Kabupaten Tulang Bawang didominasi oleh lulusan SD maupun tidak lulus
SD dan lulusan SMA/SMK. Sedangkan lulusan perguruan tinggi baru
mencapai 7,01 % di tahun 2016. Sehingga program-program peningkatan
kompetensi tenaga kerja seperti pelatihan kerja dan kewirausahaan
mutlak diperlukan agar angkatan kerja Kabupaten Tulang Bawang mampu
bersaing di dunia kerja.

II - 177
Hasil analisis gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Tulang Bawang
terkait dengan capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 2.100
Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Tulang Bawang

Capaian Kinerja Interpretasi

Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Belum
No
Kinerja Pembangunan Daerah Tercapai (<)
2013 2014 2015 2016 2017* Sesuai (=)
Melampaui
(>)

1 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


1.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1.1.1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandiaan

1.1.1.1. Pertumbuhan PDRB (%) 6,75 5,52 5,02 5,42 5,35 =

1.1.1.2. PDRB Per Kapita (Rp.juta) 31,75 35,26 37,7 41,35 44,34 >

1.1.1.3. Laju Inflasi 4,17 4,11 4,08 4,04 4,02 >

1.1.1.4. Persentase Penduduk Miskin (%) 8,04 8,66 10,25 10,20 10,15 <

1.2. Kesejahteraan Sosial

1.2.1. Angka Melek Huruf (AMH) 96,51 96,52 96,55 96,59 97,07 >

1.2.2. Rata-Rata Lama Sekolah 7,07 7,1 7,11 7,12 7,16 <

1.2.3. Angka Partisipasi Kasar (APK)

- SD/Paket A 103,25 105,03 105,25 108,08 108,62 >


- SMP/Paket B 77,48 78,33 78,51 78,85 79,24 <

- SMA/SMK/Paket C 46,32 50,10 55,00 57,42 57,71 <

1.2.4. Angka Partisipasi Murni (APM)

- SD/Paket A 96,2 96,83 97,11 98,90 99,39 >


- SMP/Paket B 63,66 63,69 63,91 63,95 64,27 >

- SMA/SMK/Paket C 37,59 37,92 44,32 49,49 49,74 >

1.2.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

- 7 - 12 Tahun 99,03 99,03 99,03 99,03 99,53 >


- 13 - 15 Tahun 82,55 90,00 90,79 90,99 91,44 >

- 16 - 18 Tahun 57,07 56,69 56,74 64,37 64,69 >

1.2.6. Angka Kelulusan

- SD 100 100 100 100 100 >


- SMP 100 100 100 100 100 >

- SMA/SMK 99,98 100 100 100 100 >

1.2.7. Angka Harapan Lama Sekolah 10,76 11,11 11,15 11,55 11,61 <

1.2.8. Angka Harapan Hidup 68,64 68,94 69,14 69,34 69,69 >

1.2.9. Angka Kematian Bayi (AKB) 6,0 7,3 4,05 6,1 5,6 <

1.2.10. Angka Kematian Ibu (AKI) 200,34 53,98 79 52,36 39,00 <

1.2.11. Prevalensi Balita Gizi Buruk 0,046 0,055 0,0096 0,011 0,011 >

1.2.12. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 62,68 67,43 63,13 65,35 66,33 >
1.2.13. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64,91 65,83 66,08 66,74 66,97 >

II - 178
Capaian Kinerja Interpretasi

Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Belum
No
Kinerja Pembangunan Daerah Tercapai (<)
2013 2014 2015 2016 2017* Sesuai (=)
Melampaui
(>)
1.3. Seni Budaya dan Olahraga

1.3.1. Jumlah Grup Kesenian 7 10 11 13 13 >

1.3.2. Jumlah Gedung Kesenian 1 1 1 1 1 >


1.3.3. Jumlah Klub Olahraga 20 11 18 23 23 >

1.3.4. Jumlah Gedung Olahraga 3 3 2 2 2 >

1.3.5. Jumlah Kegiatan Keolahragaan 10 11 14 8 8 >

1.3.6. Jumlah Organisasi Kepemudaan 18 23 25 26 26 >


1.3.7. Jumlah Kegiatan Kepemudaan 16 2818 20 21 21 >

2 ASPEK PELAYANAN UMUM

2.1. Pelayanan Urusan Wajib

2.1.1. Pendidikan
2.1.1.1. Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD 41,22 43,62 46,43 50,16 50,21 >

2.1.1.2. Angka Putus Sekolah (APS)


- SD/MI 0,35 0,32 0,29 0,27 0,27 >

- SMP/MTs 1,14 0,94 0,89 0,87 0,87 >


2.1.1.3. Angka Kelulusan

- SD/MI 100 100 100 100 100 >


- SMP/MTs 100 100 100 100 100 >

- SMA/SMK/MA 99,98 100 100 100 100 >

2.1.1.4. Angka Melanjutkan (AM)

- SD/MI ke SMP/MTs 99,65 99,68 99,71 99,73 99,83 =

- SMP/MTs ke SMA/MA/SMK 98,86 99,06 99,11 99,13 99,33 =


2.1.1.5. Persentase Guru Berijazah S1/D-IV 72,51 91,19 84,35 87,29 87,38 <

2.1.1.6. Persentase Guru Bersertifikasi 56,53 64,02 73,31 75,31 75,39 <
2.1.1.7. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia 56 57 57 56 56 <
Sekolah (SD/MI dan SMP/MTs)

2.1.1.8. Rasio Guru / Murid

- SD/MI 12,91 10,61 15,81 16,30 16,38 <


- SMP/MTs 11,04 9,20 10,63 10,63 10,68 <

2.1.1.9. Rasio Rombongan Belajar


- SD/MI 1,02 1,12 1,12 0,96 0,96 <

- SMP/MTs 1,00 1,11 1,04 1,02 1,03 <

2.1.1.10. Persentase Ruang Kelas Kondisi Baik


- SD/MI 74,40 81,45 86,84 89,66 90,11 <

- SMP/MTs 79,97 83,26 87,55 90,32 90,77 <

2.1.2. Kesehatan

2.1.2.1. Rasio Posyandu per Satuan Balita 6,08 5,82 5,39 6,52 6,55 <

2.1.2.2. Rasio Puskesmas, Klinik, Pustu per Satuan Penduduk 26,09 25,73 30,50 32,17 32,33 <
2.1.2.3. Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 <

2.1.2.4. Rasio Dokter per Satuan Penduduk 0,18 0,16 0,19 0,18 0,18 <

2.1.2.5. Rasio Perawat per Satuan Penduduk 75,88 84,02 85,68 82,51 82,92 <
2.1.2.6. Rasio Bidan per Satuan Penduduk 70,85 78,36 90,33 88,71 89,15 <

2.1.2.7. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 76,16 78,21 80,37 81,38 81,79 <
2.1.2.8. Cakupan Kampung/Kelurahan UCI 93,38 96,03 97,35 100 100 >

2.1.2.9. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 100 100 100 100 <

2.1.2.10. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita DBD 100 100 100 100 100 <

II - 179
Capaian Kinerja Interpretasi

Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Belum
No
Kinerja Pembangunan Daerah Tercapai (<)
2013 2014 2015 2016 2017* Sesuai (=)
Melampaui
(>)

2.1.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


2.1.4. Panjang Jalan Kabupaten Kondisi Mantap 56,17 35,08 38,18 33,86 37,21 <

2.1.3.2 Jaringan Irigasi

- Saluran Primer 61.572 62.767 107.501 114.772 115.346 <

- Saluran Sekunder 69.680 70.344 151.925 186.767 187.701 <

- Saluran Sub Sekunder 65.613 68.519 81.212 125.746 126.375 <


- Saluran Kolektor - 12.405 12.405 13.913 13.983 <

2.1.4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman


2.1.4.1. Persentase Rumah Tangga Pengguna dengan 57,46 59,27 63,47 65,28 68,54
<
Sumber Air Minum Layak
2.1.4.2. Persentase Rumah Tangga pengguna PLN 57,13 60,82 66,44 66,63 69,96 <

2.1.4.5. Persentase Rumah Tangga Bersanitasi 58,93 61,76 62,40 64,53 67,76 <

2.1.5. Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat

2.1.5.1. Jumlah Pelanggaran yang ditegakkan 10 17 29 34 36 <

2.1.5.2. Jumlah patroli Satpol PP 100 100 100 100 105 <

2.1.5.3. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 13 13 20 17 18 <


2.1.5.4. Jumlah Organisasi Masyarakat 12 12 18 18 18 <

2.1.5. Sosial
2.1.5.1. Persentase PMKS yang ditangani 5,69 7,76 8,83 10,20 10,71 >

2.2. Pelayanan Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar


2.2.1. Tenaga Kerja

2.2.1.1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,70 4,50 5,29 4,98 4,93 <

2.2.1.2. Persentase Angkatan Kerja 62,54 67,43 63,13 64,50 65,79 <

2.2.2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


2.2.2.1 Persentase Partisipasi Perempuan di 10,09 10,37 10,40 10,50 14,35 <
Lembaga Pemerintah
2.2.2.2 Persentase Partisipasi Perempuan di 89,91 89,63 89,60 89,50 91,29 <
Lembaga Swasta
2.2.2.3 Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 <

2.2.2.4 Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 43,22 45,71 48,59 50,31 51,32 <

2.2.3. Pangan

2.2.3.1 Ketersediaan Pangan Utama (Beras) 111.660 154.215 156.424 156.424 157.206 >

2.2.3.2 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 85,00 86,00 86,20 87,30 87,74 >

2.2.4. Lingkungan Hidup

2.2.4.1 Jumlah Perusahaan yang Memiliki AMDAL 7 7 7 7 7 <

2.2.4.2 Jumlah Perusahaan yang Memiliki IPAL 11 14 14 15 15 <


2.2.4.3 Jumlah Perusahaan yang Memiliki UKL/UPL 20 22 39 44 45 <

II - 180
Capaian Kinerja Interpretasi

Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Belum
No
Kinerja Pembangunan Daerah Tercapai (<)
2013 2014 2015 2016 2017* Sesuai (=)
Melampaui
(>)

2.2.5. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

2.2.5.1 Cakupan Penduduk ber-KTP 63,45 79,41 80,85 81,36 82,99 <

2.2.5.2 Cakupan Bayi ber-Akte Kelahiran 91,92 92,97 93,81 94,43 96,32 <

2.2.5.3 Jumlah Kartu Keluarga yang Diterbitkan 23.187 7.829 13.371 23.041 24.193 <

2.2.5.4 Jumlah Akte Perkawinan yang Diterbitkan 47 200 184 272 286 <

2.2.6. Pemberdayaan Masyarakat


2.2.6.1 Jumlah Badan Pemusyawaratan 131 144 146 147 147 >
Kampung/Kelurahan (BPK)
2.2.6.2. Jumlah Kelompok Binaan PKK 328 328 276 276 258 >
2.2.6.3. Jumlah PKK Aktif 152 152 167 167 167 >

2.2.7. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

2.2.7.1 Contraseptive Prevalence Rate (CPR) 68,43 71,67 71,75 72,97 73,33 <

2.2.7.2 Persentase unmet need 31,57 28,32 28,25 27,26 27,40 <
2.2.7.3 Total Fertility Rate (TFR) 2,41 2,35 2,28 2,13 2,14 <

2.2.7.4 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera 45.870 45.077 33.532 32.876 33.040 <
2.2.7.5 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera I 35.835 35.825 36.653 36.131 36.312 <

2.2.8. Perhubungan

2.2.8.1 Jumlah Kendaraan yang uji KIR 1.919 2.029 2.283 2.304 2.316 <

2.2.8.2 Lama pengujian kelayakan angkutan (KIR) 45 45 45 45 45 >


2.2.8.3 Sumbangan pendapatan dari pos uji KIR 76.040.490 79.440.190 91.057.000 95.496.500 95.973.983 <

2.2.9. Komunikasi dan Informatika

2.2.9.1 Jumlah Base Transceiver Station (BTS) 6 10 14 15 17 <

2.2.9.2 Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal 77 53 58 67 71 <

2.2.9.3 Jumlah Stasiun Televisi 10 14 14 14 14 <

2.2.9.4 Jumlah Stasiun Radio 4 1 1 7 10 <

2.2.10. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

2.2.10.1 Jumlah Koperasi Aktif 148 158 159 176 179 <
2.2.10.2 Jumlah Koperasi yang melaksanakan RAT 50 56 59 66 72 <

2.2.10.3 Jumlah Koperasi berprestasi 5 5 10 20 23 <


2.2.10.4 Jumlah UMKM 2.670 3.207 3.576 14.045 15.139 <

2.2.11. Penanaman Modal

2.2.11.1 Jumlah Perusahaan PMA/PMDN 7 8 12 13 17 <

2.2.11.2 Jumlah Tenaga Kerja terserap 9.756 14.957 18.380 18.425 19.023 <

2.2.11.3 Jumlah Nilai Investasi 22.902.457.424 2.276.163.107.468 3.320.600.843.664 21.459.069.550.122 21.888.250.941.124 <

2.2.12. Kepemudaan dan Olahraga

2.2.12.1 Jumlah Organisasi Kepemudaan 18 23 25 26 27 <

2.2.12.2 Jumlah Kegiatan Kepemudaan 16 18 20 21 23 <

2.2.12.3 Jumlah Kegiatan Keolahragaan 10 11 14 16 18 <

II - 181
Capaian Kinerja Interpretasi

Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Belum
No
Kinerja Pembangunan Daerah Tercapai (<)
2013 2014 2015 2016 2017* Sesuai (=)
Melampaui
(>)

2.2.13. Statistik

2.2.13.1 Buku "Kabupaten Dalam Angka" ada ada ada ada ada =

2.2.13.2 Buku "PDRB Kabupaten" ada ada ada ada ada =

2.2.14. Kebudayaan

2.2.14.1 Jumlah penyelenggaraan event budaya 2 2 2 2 2 <

2.2.14.2 Sarana penyelenggara seni dan budaya 1 1 1 1 1 <

2.2.15. Perpustakaan

2.2.15.1 Jumlah Perpustakaan 267 261 261 261 261 <

2.2.15.2 Jumlah Kunjungan ke Perpustakaan 722 1.081 1.270 1.460 1.492 <

2.2.15.3 Jumlah Koleksi Judul Buku 4.930 5.430 6.430 6.930 7.013 <

2.2.15.4 Jumlah Buku yang Tersedia 14.264 15.764 18.764 20.264 22.367 <

2.3. Pelayanan Urusan Pilihan

2.3.1. Kelautan dan Perikanan

2.3.1.1 Produksi Perikanan Laut 10.489,00 11.520,00 14.694,30 20.098,00 20.499,96 >

2.3.1.2 Produksi Perikanan Darat 24.654,23 25.067,59 26.903,10 28.383,80 28.951,48 >

2.3.2. Pariwisata

2.3.2.1 Jumlah Wisatawan Domestik (Nasional) 525 19.870 18.096 18.138 18.501 <

2.3.2.2 Jumlah Wisatawan Asing (Mancanegara) - 2 5 8 9 <

2.3.3. Pertanian

2.3.3.1 Produksi Padi 213.314 224.836 267.338 336.575 353.404 >


2.3.3.2 Peroduksi Jagung 18,782 23,911 15,729 32,39 34 >

2.3.3.3 Produksi Kedelai 542 1.307 803 1.205 1.265 >

2.3.3.4 Produksi Hortikultura

- Sayuran 4.388 6.021 6.292 53.798 56.488 >

- Buah-Buahan 10.193 10.150 10.293 145.725 153.011 >

2.3.3.5 Populasi Ternak Besar

- Sapi 22.261 18.956 18.902 19.084 20.038 >

- Kerbau 5.141 4.311 4.006 4.058 4.261 >

2.3.3.6 Populasi Ternak Kecil

- Kambing 25.987 30.942 38.496 37.321 39.187 >


- Domba 145 237 407 455 478 >

- Babi 1.467 736 638 711 747 >

2.3.3.7 Populasi Ternak Unggas

- Ayam Kampung 259.511 91.369 126.750 126.150 132.458 >

- Ayam Petelur 17.547 19.200 44.300 45.300 47.565 >

- Ayam Ras Pedaging 246.082 191.283 1.408.884 1.735.223 1.821.984 >

- Bebek/Itik 18.907 38.303 56.571 40.838 42.880 >

2.3.3.8 Produksi Tanaman Perkebunan

- Kelapa Sawit 411.286 541.660 547.077 547.549 574.926 >


- Karet 26.899 29.257 29.550 29.979 31.478 >

II - 182
Capaian Kinerja Interpretasi

Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Belum
No
Kinerja Pembangunan Daerah Tercapai (<)
2013 2014 2015 2016 2017* Sesuai (=)
Melampaui
(>)

2.3.4. Perdagangan

2.3.4.1 Jumlah Pasar Tradisional 59 59 59 59 59 >

2.3.4.2 Jumlah Pedagang 4.615 4.879 5.130 5.416 5.687 >

2.3.4.3 Jumlah Kios/Los 793 885 906 1.095 1.150 >

2.3.5. Perindustrian

2.3.5.1 Jumlah Industri 463 551 545 3.025 3.176 <

2.3.5.2 Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap 1.809 2.195 2.112 6.350 6.668 <

3 ASPEK DAYA SAING DAERAH

3.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

3.1.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT) 7.586.375 8.320.300 9.145.419 10.129.535 11.142.489 >

3.1.2 Pengeluaran Konsumsi Makanan 4.400.530 4.750.070 5.116.018 5.559.987 5.837.986 >

3.1.3 Pengeluaran Konsumsi Non Makanan 3.185.844 3.570.230 4.029.401 4.569.548 4.798.025 >

3.1.4 Nilai Tukar Petani (NTP) 101,77 104,16 103,18 103,88 104,19 >

3.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

3.2.1 Rasio Panjang Jalan dengan Jumlah Kendaraan 0,0036 0,00308 0,0021 0,00215 0,00204 <

3.2.2 Jumlah Restoran 20 24 21 27 28 <

3.2.3 Jumlah Rumah Makan 126 117 121 133 140 <

3.2.4 Jumlah Penginapan 13 11 12 12 13 <

3.3. Fokus Iklim Berinvestasi

3.3.1 Angka Kriminalitas per 10.000 penduduk 12,30 10,64 15,09 11,05 10,50 <

3.3.2 Jumlah Demonstrasi 2 3 1 - - <

3.3.3 Lama Proses Perizinan 14 7 7 5 2 <

3.3.4 Penduduk Usia Kerja Menurut Pendidikan 178.229 199.425 189.682 196.178 197.159 <

Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis gambaran umum kondisi


daerah Kabupaten Tulang Bawang terkait dengan capaian kinerja
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, dapat dijelaskan bahwa
sebagian besar indikator kinerja pada aspek kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum dan daya saing daerah telah sesuai dan melampaui
standar yang ditetapkan.

II - 183
BAB III
GAMBARAN KEUANGAN DAERAH

A
nalisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya
dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang
kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam
mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah.
Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu
APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap
APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya. Untuk kebutuhan
itu, dibutuhkan realisasi kinerja keuangan daerah sekurang-kurangnya
5 (lima) tahun sebelumnya.

Gambaran pengelolaan keuangan daerah dimaksudkan untuk


menjelaskan kinerja pengelolaan keuangan di masa lalu, perilaku data
dan informasi pertanggungjawaban keuangan daerah, dan bagaimana
proyeksi ketersediaan dana pembangunan pada masa 5 (lima) tahun
mendatang. Dasar yuridis pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten
Tulang Bawang mengacu pada batasan pengelolaan keuangan daerah
yang tercantum dalam:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

III - 1
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 244);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005


tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5165);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun


2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 310).

Peraturan yang mendasari pengelolaan keuangan daerah bertujuan untuk


mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
bertanggung jawab, adil, patut, dan bermanfaat. Kerangka pengelolaan
keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang secara garis
besar terdiri dari penyusunan anggaran daerah, penatausahaan,
pertanggungjawaban, dan pelaporan yang kesemuanya mengacu pada
tujuan tersebut di atas. Untuk memahami kemampuan keuangan

III - 2
Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang, perlu dicermati kondisi
kinerja keuangannya, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan
yang melandasi pengelolaannya. Berdasarkan hal tersebut dapat
diproyeksikan pendapatan, belanja, dan pembiayaan sebagai kerangka
pendanaan di masa yang akan datang.

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu

Analisis kinerja keuangan masa lalu dimaksudkan untuk mengetahui


kinerja kondisi keuangan dimasa lalu. Dari analisis kinerja masa lalu atau
beberapa tahun kebelakang, maka akan diketahui rata-rata pertumbuhan
yang dapat dijadikan sebagai analisis proyeksi keuangan kedepan.
Kinerja keuangan masa lalu terdiri atas kinerja pelaksanaan APBD dan
neraca keuangan daerah. Kinerja pelaksanaan APBD terdiri atas target
dan realisasi pendapatan, target dan realisasi belanja, serta penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Sedangkan neraca keuangan
daerah berupa perkembangan dan analisis neraca keuangan daerah.

Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam


pengelolaan keuangan daerah selalu diterapkan prinsip dan pendekatan
serta norma yang berlaku secara universal, yaitu dilaksanakan dengan
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, efektif,
transparan serta dapat dipertanggung jawabkan dengan memperhatikan
keadilan, kepatutan dan nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat.

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

Kapasitas keuangan daerah dalam mendukung pencapaian target


pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun yang lalu dapat dilihat dari
anggaran pendapatan, belanja daerah, dan pembiayaan. Dari sisi APBD,
keuangan daerah dipergunakan untuk membiayai program dan kegiatan
dalam rangka penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut

III - 3
menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pembangunan baik dari
aspek fisik maupun non fisik.

Landasan yang dijadikan acuan dalam perhitungan APBD pada 5 (lima)


tahun yang lalu, adalah proyeksi indikator makro ekonomi, antara lain
terdiri dari (i) laju pertumbuhan ekonomi; (ii) kemiskinan dan
pengangguran; (iii) pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan
Atas Dasar Harga Konstan; (iv) daya saing daerah; dan (v) pendapatan
perkapita masyarakat dan laju inflasi lokal.

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang selama kurun waktu 5
(lima) tahun yang lalu dilakukan dan dirumuskan melalui pendekatan
anggaran berbasis kinerja. Pendekatakan ini diarahkan dan bertujuan
untuk dapat menampung aspirasi dan memenuhi seluruh kebutuhan
masyarakat sebagai penerima manfaat dari setiap program pembangunan
secara optimal. Namun demikian, agar ada jaminan bahwa dalam
penyusunan anggaran dilakukan secara transparan, efisien, efektif, tepat
jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran dan tepat dalam penggunaannya
serta dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam perumusannya
memperhatikan beberapa faktor, diantaranya faktor keseimbangan
antara pendapatan dengan belanja serta pembiayaan.

Kinerja pelaksanaan APBD dapat dilihat pada tabel Rata-Rata


Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2012-2017 berikut ini:

III - 4
Tabel 3.1 Rata-Rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2017
RATA-RATA
No URAIAN TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 PERTUMBUHAN
(%)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 PENDAPATAN 653,634,459,966.05 682,079,505,193.43 780,396,268,060.16 986,616,545,557.22 1,141,982,285,689.50 1,102,445,232,424.47 11.50


1.1 Pendapatan Asli Daerah 23,152,050,644.45 35,020,905,004.43 24,444,892,153.16 34,088,549,868.37 26,416,719,389.70 34,823,905,372.84 13.97
1.1.1 Pajak Daerah 5,724,320,171.00 6,499,367,932.00 13,175,797,961.00 14,503,936,668.12 14,107,628,345.00 20,788,976,113.00 34.19
1.1.2 Retribusi Daerah 10,064,189,301.00 19,804,395,999.00 2,915,095,518.00 4,967,170,100.00 2,301,230,460.50 1,628,987,025.00 -0.20
1.1.3 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2,687,787,729.00 - 3,520,417,055.97 3,553,189,114.12 3,612,546,642.96 3,047,289,317.24 29.48
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 4,675,753,443.45 8,717,141,073.43 4,833,581,618.19 11,064,253,986.13 6,395,313,941.24 9,358,652,917.60
34.98
1.2 Dana Perimbangan 543,876,087,761.00 593,814,060,846.00 648,985,213,794.00 749,621,353,668.00 861,646,583,999.00 825,407,650,779.00 8.94
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 65,143,620,761.00 58,287,430,846.00 55,943,469,794.00 40,529,008,668.00 34,296,712,645.00 36,259,526,195.00 -10.35
1.2.2 Dana Alokasi Umum 412,608,587,000.00 482,230,950,000.00 533,313,684,000.00 548,942,825,000.00 614,655,240,000.00 599,655,961,000.00 7.99
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 66,123,880,000.00 53,295,680,000.00 59,728,060,000.00 160,149,520,000.00 212,694,631,354.00 189,492,163,584.00 36.54
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 86,606,321,560.60 53,244,539,343.00 106,966,162,113.00 202,906,642,020.85 253,918,982,300.80 242,213,676,272.63 34.52
1.3.1 Pendapatan Hibah 10,000,000,000.00
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah 53,381,666,537.63
1.3.2
Daerah Lainnya 21,493,233,781.00 8,517,987,343.00 48,921,632,113.00 46,726,853,845.00 69,703,061,411.00 7.09
Bantuan Keuangan Dari Provinsi dan Pemerintah 4,000,000,000.00
Daerah Lainnya
1.3.3 Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD 3,798,000,000.00 3,556,800,000.00 2,153,500,000.00 2,098,200,000.00 566,676,000.00 -30.34
1.3.4 Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD 33,911,998,000.00 41,169,752,000.00 55,891,030,000.00 68,452,358,000.00 39,299,900,000.00 9.26
1.3.5 Pendapatan Pelayanan Kesehatan 43,213,211,237.85 35,573,958,814.80 16,586,583,761.00 9.65
1.3.6 Bantuan Biaya Pemungutan PBB 886,561,736.00 - - 696,744,750.00 659,382,259.00 - -26.34
1.3.7 Dana Bantuan Operasional Sekolah
1.3.9 Dana Desa/Kampung - - - 41,463,133,000.00 93,032,836,000.00 118,261,413,974.00 27.12
1.3.10 Dana Insensif Daerah - - - - 5,000,000,000.00 49,984,012,000.00
1.3.11 Lain-lain Pendapatan Yang Sah - Lainnya 26,516,528,043.60 6,300,450,574.34 23,581,363,889.76 256,141,188.00 83,167,816.00 7.90

2 BELANJA 644,581,495,138.00 696,002,596,623.00 776,125,961,711.76 978,687,514,968.96 1,132,055,773,834.46 1,086,482,727,040.33 11.45


2.1 Belanja Tidak Langsung 308,494,470,610.00 344,484,568,047.00 359,644,712,187.00 445,453,144,454.00 560,178,555,679.00 585,217,011,481.00 14.03
2.1.1 Belanja Pegawai 267,013,365,209.00 287,316,689,559.00 310,761,239,205.00 344,001,508,810.00 370,416,419,015.00 375,522,516,906.00 7.10
2.1.2 Belanja Subsidi 1,000,000,000.00 342,470,736.00 670,812,215.00 999,996,598.00 1,593,067,311.00 1,598,196,696.00 27.76
2.1.3 Belanja Hibah 23,988,483,351.00 7,635,390,000.00 10,042,500,000.00 9,768,000,000.00 42,255,750,000.00 23,377,185,000.00 49.71
2.1.4 Belanja Bantuan Sosial 48,500,000.00 1,320,000,000.00 227,500,000.00 117,000,000.00 279,500,000.00 422,000,000.00 14.63
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ 37,114,283,000.00 90,167,793,000.00 145,180,841,973.00 183,844,135,499.00
2.1.5 Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 16,052,320,000.00 47,546,629,250.00
52.16
2.1.6 Belanja Bantuan Kepada Partai Politik 337,288,750.00 323,388,502.00 349,077,767.00 398,846,046.00 452,977,380.00 452,977,380.00 7.91
479,300,000.00
2.1.7 Belanja Tidak Terduga 54,513,300.00 - -37.12
2.2 Belanja Langsung 336,087,024,528.00 351,518,028,576.00 416,481,249,524.76 533,234,370,514.96 571,877,218,155.46 501,265,715,559.33 9.20
2.2.1 Belanja Pegawai 32,837,112,423.00 45,121,705,874.00 55,977,285,000.00 44,483,918,990.00 48,623,348,250.00 43,062,119,500.00 7.76
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 139,917,106,605.00 161,882,155,703.00 186,645,481,525.76 217,060,374,399.56 201,632,181,034.46 210,891,694,211.33 8.96
2.2.3 Belanja Modal 163,332,805,500.00 144,514,166,999.00 173,858,482,999.00 271,690,077,125.40 321,621,688,871.00 247,311,901,848.00 12.07

3 PEMBIAYAAN 13,987,160,967.47 26,364,824,005.52 2,925,274,080.68 7,014,914,803.84 13,782,350,902.10 23,708,862,757.14 61.58


3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 29,889,064,479.47 40,907,932,374.52 18,787,957,028.68 31,351,879,893.84 14,247,200,642.10 23,708,862,757.14 12.30
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 15,901,903,512.00 14,543,108,369.00 15,862,682,948.00 24,336,965,090.00 464,849,740.00 - -11.03

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening


Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan
hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali
oleh Daerah.

Pendapatan daerah Kabupaten Tulang Bawang bersumber dari


Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan
Daerah Yang Sah. Rincian target dan realisasi pendapatan daerah
Kabuptaen Tulang Bawang dalam rentang tahun 2012 sampai dengan
2017 sebagai berikut:

III - 5
Tabel 3.2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2012-2017

RASIO
NO TAHUN TARGET (Rp) REALISASI (Rp) EFEKTIVITAS
(%)

1. 2012 690,385,444,512.00 653,634,459,966.05 94.68

2. 2013 728,745,918,530.00 687,158,034,782.77 94.29

3. 2014 884,860,625,058.00 804,428,025,668.38 90.91

4. 2015 1,066,344,292,499.00 976,642,016,801.37 91.59

5. 2016 1,344,001,411,042.00 1,141,982,285,689.50 84.97


6. 2017* 1,231,069,665,832.00 1,102,445,232,424.47 89.55

Rata-rata 91.00

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Berdasarkan data, rasio pendapatan daerah Kabupaten Tulang Bawang


berada pada kisaran 84,97 % sampai dengan 94,68 %, atau rata-rata
mencapai 91,00 %. Hal ini menggambarkan bahwa Pemerintah Kabupaten
Tulang Bawang sudah efektif dalam melakukan penggalian sumber-
sumber pendapatan daerah, namun harus lebih dioptimalkan lagi agar
semua belanja yang telah dianggarkan dapat terealisasi.

Pada tahun 2017, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten


Tulang Bawang dalam realisasinya mampu menyumbangkan sebesar
3,16 % dari total realisasi pendapatan daerah, dengan rata-rata
pertumbuhan mencapai 13,97 %. Sementara porsi terbesar berasal dari
dana perimbangan sebesar 74,87 % dari total pendapatan daerah dengan
rata-rata pertumbuhan mencapai 8,94 %, sedangkan sisanya merupakan
lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 21,97 % dengan rata-rata
pertumbuhan mencapai 34.52 %.

a. Pendapatan Asli Daerah

Sementara itu perbandingan antara target dengan realisasi penerimaan


PAD selama kurun waktu yang sama, menunjukkan rasio efektivitas PAD
mencapai 55,03 % sampai 89,02 % dengan rata-rata 74,92 %. Hal ini
menggambarkan bahwa Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang sudah

III - 6
efektif dalam melakukan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah,
namun belum optimal. Oleh karena itu kedepan upaya penggalian PAD
harus lebih ditingkatkan, karena sumber-sumber potensi pendapatan
daerah masih cukup banyak yang dapat digali dan dikembangkan sebagai
sumber pendanaan bagi pembangunan daerah.

Tabel 3.3 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2017
RASIO
NO. TAHUN TARGET PAD (Rp) REALISASI PAD (Rp)
EFEKTIVITAS

1 2012 30,702,571,288.00 23,152,050,644.45 75.41

2 2013 41,011,600,000.00 35,020,905,004.43 85.39

3 2014 27,459,724,804.00 24,444,892,153.16 89.02

4 2015 41,437,926,544.00 34,088,549,868.37 82.26

5 2016 48,000,000,000.00 26,416,719,389.70 55.03

6 2017* 55,805,847,117.00 34,823,905,372.84 62,40

Rata-rata 74,92

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Dengan prinsip otonomi daerah, undang-undang mewajibkan daerah yang


bersangkutan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, dengan prinsip
peningkatan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah
daerah dalam hal ini dipacu untuk meningkatkan kemampuan seoptimal
mungkin dalam pengelolaan urusan rumah tangganya sendiri, yaitu
dengan cara menggali segala sumber dana yang potensial yang ada di
daerah tersebut. Kemampuan daerah dalam memajukan perekonomian
daerahnya terlihat dari perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang positif di sisi penerimaan dan peranannya dari tahun ke tahun yang
semakin meningkat. PAD hanya merupakan salah satu sumber utama
keuangan daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan
di samping penerimaan lainnya berupa bagi hasil pajak/bukan pajak,
DAU, DAK dan lain-lain penerimaan yang sah.

III - 7
Mencermati struktur hubungan pemerintah pusat dan daerah dapat
diketahui dengan menggunakan indikator Derajat Desentralisasi Fiskal
(DDF). Derajat desentralisasi fiskal dapat digunakan sebagai indikator
kemandirian suatu daerah dalam pembiayaan pembangunan. Pelaksanaan
desentralisasi dalam perencanaan dan pembangunan di daerah terutama
dalam hubungannya dengan tingkat kemandirian suatu daerah akan
membawa konsekuensi terhadap posisi kewenangan dan tanggung jawab
pengelolaan dan pembiayaan penyelenggaraaan pembangunan di daerah.
Karena itu untuk menilai kemampuan suatu daerah dalam melaksanakan
otonominya terutama dalam hal keuangan daerah, dapat digunakan
derajat desentralisasi fiskal sebagai ukuran. Derajat desentralisasi fiskal
diukur dengan membandingkan rasio PAD terhadap total penerimaan
daerah, rasio sumbangan/bantuan pusat terhadap total penerimaan
daerah, dan rasio bagi hasil pajak dan bukan pajak terhadap total
penerimaan daerah.

Pajak daerah menjadi kontributor Pendapatan Asli Daerah Pemerintah


Kabupaten Tulang Bawang, target dan realisasi pajak daerah dari tahun
2012-2017, tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2012-2017

RASIO
NO TAHUN TARGET (Rp) REALISASI (Rp) EFEKTIVITAS
(%)
1 2012 4,550,200,000.00 5,724,320,171.00 125.80

2 2013 5,554,200,000.00 6,499,367,932.00 117.02

3 2014 12,922,940,000.00 13,175,797,961.00 101.96

4 2015 24,396,939,683.00 14,503,936,668.12 59.45

5 2016 25,439,622,467.00 14,107,628,345.00 55.46

6 2017* 35,439,622,467.00 20,788,976,113.00 58.66

Rata-rata 86.39

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 8
Pajak daerah Kabupaten Tulang Bawang bersumber dari Pajak hotel,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral
bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang
burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
(PBB-P2), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah


dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa obyek retribusi terdiri atas:

1) Retribusi Jasa Umum;

2) Retribusi Jasa Usaha;

3) Retribusi Perizinan Tertentu.

Dari tiga klasifikasi obyek retribusi tersebut. Pemerintah Kabupaten


Tulang Bawang memperoleh pendapatan dari retribusi daerah dalam
rentang tahun 2012–2017 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun 2012-2017

TARGET REALISASI RASIO


NO TAHUN EFEKTIVITAS
(Rp) (Rp) (%)

1. 2012 13,427,371,288.00 10,064,189,301.00 74.95

2. 2013 28,382,400,000.00 19,804,395,999.00 69.78

3. 2014 2,489,075,999.00 2,915,095,518.00 117.12

4. 2015 2,517,327,400.00 4,967,170,100.00 197.32

5. 2016 3,431,450,000.00 2,301,230,460.50 67.06

6. 2017* 2,736,985,000.00 1,628,987,025.00 59.52

Rata-rata 97.62

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Target dan realisasi hasil pengelolaan pekayaan daerah yang dipisahkan


Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2012 sampai dengan 2017 adalah
sebagai berikut:

III - 9
Tabel 3.6 Target dan Realisasi Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan Tahun 2012-2017

RASIO
NO TAHUN TARGET (Rp) REALISASI (Rp) EFEKTIVITAS
(%)

1 2012 8,175,000,000.00 2,687,787,729.00 32.88

2 2013 3,500,000,000.00 - -

3 2014 3,500,000,000.00 3,520,417,055.97 100.58

4 2015 3,500,000,000.00 3,553,189,114.12 101.52

5 2016 3,500,000,000.00 3,612,546,642.96 103.22


6 2017* 3,612,546,650.00 3,047,289,317.24 84.35

Rata-rata 84.51

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Target dan realisasi Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah


Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2012 sampai dengan 2017 adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.7 Target dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Tahun 2012-2017

TARGET REALISASI RASIO


NO TAHUN EFEKTIVITAS
(Rp) (Rp) (%)

1. 2012 4,550,000,000.00 4,675,753,443.45 102.76

2. 2013 3,575,000,000.00 8,717,141,073.43 243.84

3. 2014 8,547,708,805.00 4,833,581,618.19 56.55

4. 2015 11,023,659,461.00 11,064,253,986.13 100.37

5. 2016 15,628,927,533.00 6,395,313,941.24 40.92


6. 2017* 14,016,693,000.00 9,358,652,917.60 66.77

Rata-rata 101.87

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 10
Tabel 3.8 Rincian Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2012-2017

TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014


No URAIAN TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
% % %
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 Pajak Daerah 4,550,200,000.00 5,724,320,171.00 125.80 5,554,200,000.00 6,499,367,932.00 117.02 12,922,940,000.00 13,175,797,961.00 101.96

2 Retribusi Daerah 13,427,371,288.00 10,064,189,301.00 74.95 28,382,400,000.00 19,804,395,999.00 69.78 2,489,075,999.00 2,915,095,518.00 117.12

Pengelolaan Kekayaan
3 8,175,000,000.00 2,687,787,729.00 32.88 3,500,000,000.00 - - 3,500,000,000.00 3,520,417,055.97 100.58
Daerah yang Dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli


4 4,550,000,000.00 4,675,753,443.45 102.76 3,575,000,000.00 8,717,141,073.43 243.84 8,547,708,805.00 4,833,581,618.19 56.55
Daerah

Jumlah Pendapatan Asli Daerah 30,702,571,288.00 23,152,050,644.45 75.41 41,011,600,000.00 35,020,905,004.43 85.39 27,459,724,804.00 24,444,892,153.16 89.02

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017*


No URAIAN TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
% % %
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Pajak Daerah 24,396,939,683.00 14,503,936,668.12 59.45 25,439,622,467.00 14,107,628,345.00 55.46 35,439,622,467.00 20,788,976,113.00 58.66

2 Retribusi Daerah 2,517,327,400.00 4,967,170,100.00 197.32 3,431,450,000.00 2,301,230,460.50 67.06 2,736,985,000.00 1,628,987,025.00 58.52

Pengelolaan Kekayaan
3 3,500,000,000.00 3,553,189,114.12 101.52 3,500,000,000.00 3,612,546,642.96 103.22 3,612,546,650.00 3,047,289,317.24
Daerah yang Dipisahkan 84.35

Lain-lain Pendapatan Asli


4 11,023,659,461.00 11,064,253,986.13 100.37 15,628,927,533.00 6,395,313,941.24 40.92 14,016,693,000.00 9,358,652,917.60 66.77
Daerah

Jumlah Pendapatan Asli Darah 41,437,926,544.00 34,088,549,868.37 82.26 48,000,000,000.00 26,416,719,389.70 55.03 55,805,847,117.00 34,823,905,372.84 62.40

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 11
b. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN


yang dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Jumlah Dana
Perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.

Dana perimbangan yang diperoleh Kabupaten Tulang Bawang bersumber


dari: Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus. Target dan realisasi dana perimbangan
Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2012-2017 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Target dan Realisasi Dana Perimbangan Tahun 2012-2017

Rasio
TARGET REALISASI
NO TAHUN Efektivitas
(Rp) (Rp)
(%)

1. 2012 532,277,983,724.00 543,876,087,761.00 102.18

2. 2013 608,647,286,148.00 593,814,060,846.00 97.56


3. 2014 687,688,869,138.00 648,985,213,794.00 94.37

4. 2015 786,194,111,000.00 749,621,353,668.00 95.35

5. 2016 1,003,515,241,000.00 861,646,583,999.00 85.86

6. 2017* 847,686,063,000.00 825,407,650,779.00 97.37

Rata-rata 95.45

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
tertentu APBN yang dialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan
angka persentase tertentu dengan tujuan mengurangi ketimpangan
kemampuan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Target dan
realisasi dana bagi hasil Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2012-2017
adalah sebagai berikut:

III - 12
Tabel 3.10 Target dan Realisasi Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Tahun 2012-2017

Rasio
TARGET REALISASI
NO TAHUN Efektivitas
(Rp) (Rp)
(%)

1. 2012 53,545,516,724.00 65,143,620,761.00 121.66

2. 2013 73,120,656,148.00 58,287,430,846.00 79.71

3. 2014 94,647,125,138.00 55,943,469,794.00 59.11

4. 2015 77,101,766,000.00 40,529,008,668.00 52.57

5. 2016 98,240,440,000.00 34,296,712,645.00 34.91

6. 2017* 36,698,640,000.00 36,259,526,195.00 98.80

Rata-rata 74.46

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi. Target dan realisasi dana alokasi umum yang
diperoleh Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2012-2017 sebagai
berikut:

Tabel 3.11 Target dan Realisasi Dana Alokasi Umum Tahun 2012-2017

Rasio
TARGET REALISASI
NO TAHUN Efektivitas
(Rp) (Rp)
(%)

1. 2012 412,608,587,000.00 412,608,587,000.00 100.00

2. 2013 482,230,950,000.00 482,230,950,000.00 100.00


3. 2014 533,313,684,000.00 533,313,684,000.00 100.00

4. 2015 548,942,825,000.00 548,942,825,000.00 100.00

5. 2016 614,655,240,000.00 614,655,240,000.00 100.00

6. 2017* 614,655,240,000.00 599,655,961,000.00 97.56

Rata-rata 99.59

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 13
Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAK adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Target dan realisasi dana alokasi khusus Kabupaten Tulang Bawang dari
tahun 2012-2017 sebagai berikut:

Tabel 3.12 Target dan Realisasi Dana Alokasi Khusus Tahun 2012-2017

TARGET REALISASI Rasio Efektivitas


NO TAHUN
(Rp) (Rp) (%)

1. 2012 66,123,880,000.00 66,123,880,000.00 100

2. 2013 53,295,680,000.00 53,295,680,000.00 100

3. 2014 59,728,060,000.00 59,728,060,000.00 100


4. 2015 160,149,520,000.00 160,149,520,000.00 100

5. 2016 290,619,561,000.00 212,694,631,354.00 73.19

6. 2017* 196,332,183,000.00 189,492,163,584.00 96.52

Rata-rata 94.95

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 14
Tabel 3.13 Rincian Target dan Realisasi Dana Perimbangan Tahun 2012-2017

TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014


No URAIAN TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
% % %
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Bagi Hasil Pajak/ Bagi


1 53,545,516,724.00 65,143,620,761.00 121.66 73,120,656,148.00 58,287,430,846.00 79.71 94,647,125,138.00 55,943,469,794.00 59.11
Hasil Bukan Pajak

2 Dana Alokasi Umum 412,608,587,000.00 412,608,587,000.00 100.00 482,230,950,000.00 482,230,950,000.00 100.00 533,313,684,000.00 533,313,684,000.00 100.00

3 Dana Alokasi Khusus 66,123,880,000.00 66,123,880,000.00 100.00 53,295,680,000.00 53,295,680,000.00 100.00 59,728,060,000.00 59,728,060,000.00 100.00

Jumlah Dana Perimbangan 532,277,983,724.00 543,876,087,761.00 102.18 608,647,286,148.00 593,814,060,846.00 97.56 687,688,869,138.00 648,985,213,794.00 94.37

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017


No URAIAN TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI
% % %
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 Bagi Hasil Pajak/ Bagi 77,101,766,000.00 40,529,008,668.00 52.57 98,240,440,000.00 34,296,712,645.00 34.91 36,698,640,000.00
36,259,526,195.00 98.80
Hasil Bukan Pajak

2 Dana Alokasi Umum 548,942,825,000.00 548,942,825,000.00 100.00 614,655,240,000.00 614,655,240,000.00 100.00 614,655,240,000.00 599,655,961,000.00 97.56

3 Dana Alokasi Khusus 160,149,520,000.00 160,149,520,000.00 100.00 290,619,561,000.00 212,694,631,354.00 73.19 196,332,183,000.00 189,492,163,584.00 96.52

Jumlah Dana Perimbangan 786,194,111,000.00 749,621,353,668.00 95.35 1,003,515,241,000.00 861,646,583,999.00 85.86 847,686,063,000.00 825,407,650,779.00 95.45

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 15
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Kabupaten Tulang Bawang


dari tahun 2012-2017 bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian, Dana Tambahan
Penghasilan Guru PNSD, Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD, Pendapatan
Pelayanan Kesehatan, Pendapatan Hibah, Bantuan Biaya Pemungutan
PBB, Dana Desa/Kampung, Dana Insensif Daerah, dan Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Lainnya.

Dari tahun 2012-2017, total Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang
diperoleh Kabupaten Tulang Bawang sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3.14 Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Tahun 2012-2017

RASIO
TARGET REALISASI
NO TAHUN EFEKTIVITAS
(Rp) (Rp)
(%)

1. 2012 127,404,889,500.00 86,606,321,560.60 67.98


2. 2013 79,087,032,382.00 58,323,068,932.34 73.75

3. 2014 169,712,031,116.00 130,997,919,721.22 77.19

4. 2015 238,712,254,955.00 192,932,113,265.00 80.82

5. 2016 292,486,170,042.00 253,918,982,300.80 86.81

6. 2017* 327,577,755,715.00 242,213,676,272.63 73.94

Rata-rata 76.75

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

3.1.2. Neraca Daerah

Sejalan dengan amanat yang telah ditetapkan dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintah,
neraca daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat
oleh setiap pemerintah daerah. Laporan keuangan dimaksud sangat
penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka
memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan yang berlaku saja,
tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam rangka

III - 16
pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah
secara efisien dan efektif. Neraca Daerah adalah neraca yang disusun
berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai
dengan kondisi masing-masing pemerintah.

Neraca daerah merupakan data dan informasi tentang gambaran


berbagai hal tentang Asset (aset lancar, aset tetap dan aset lainnya),
Kewajiban (jangka pendek) dan Ekuitas (ekuitas dana lancar dan ekuitas
dana investasi) suatu pemerintah daerah. Penyusunan neraca daerah
bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan pemerintah daerah
melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta
kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah.
Dengan demikian Neraca Daerah juga memberikan informasi mengenai
posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada
tanggal neraca tersebut dikeluarkan.

Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber


daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah,
memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah
maupun masyarakat di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu, serta dapat diukur dalam uang.

Tabel 3.15
Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Tulang Bawang

Rata-rata Pertumbuhan
URAIAN
(%)
ASET
ASET LANCAR 2.51
14.50
Kas di Kas Daerah
59.15
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran -42.30
Kas di Badan Layanan Umum Daerah -3.96
-18.70
Kas di Bendahara Kapitasi JKN
Kas di Bendahara BOS -27.36
Setara Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan 66.16
Piutang Lainnya 41.58
Penyisihan Piutang -7.23
Beban Dibayar Dimuka -26.00
Persediaan 2.59

III - 17
Rata-rata Pertumbuhan
URAIAN
(%)
INVESTASI JANGKA PANJANG 2.74
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya
Investasi dalam Obligasi
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Dana Bergulir
Deposito Jangka Panjang
Investasi Non Permanen Lainnya
Investasi Jangka Panjang Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 2.74
Investasi Permanen Lainnya
ASET TETAP 13.36
Tanah 6.94
Peralatan dan Mesin 15.50
Gedung dan Bangunan 8.73
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 20.11
Aset Tetap Lainnya -17.63
Konstruksi Dalam Pengerjaan -36.92
Akumulasi Penyusutan 3.10
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
ASET LAINNYA 55.12
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 49.48
Aset Lain-lain 69.64
JUMLAH ASET 15.39

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 15.06
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) -61.79
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka 3.19
Utang Beban 465.78
Utang Jangka Pendek Lainnya 32.33

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


Utang Dalam Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
JUMLAH KEWAJIBAN 15.06
EKUITAS
Ekuitas 30.46
JUMLAH EKUITAS 30.46
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 30.79

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio lancar Pemerintah Daerah


Kabupaten Tulang Bawang selama kurun waktu tahun 2015-2016 cukup
tinggi, yang berarti bahwa pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang
dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Rasio lancar pada untuk
tahun 2015 mencapai 94,43 yang berarti bahwa aset lancar pemerintah
daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah 94,43 kali lipat bila
dibandingkan dengan kewajiban yang jatuh tempo, sedangkan pada
tahun 2016 mencapai 60,49. Persediaan masuk dalam kategori aset

III - 18
lancar, namun memerlukan tahap untuk menjadi kas. Apalagi persediaan
di pemerintah daerah bukan merupakan barang dagangan, sehingga
sebagai faktor pengurang dalam aset lancar. Kondisi tersebut bisa
dicermati pada tabel berikut ini:

Tabel 3.16 Analisa Rasio Keuangan Pemerintah Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2015-2016 (%)

No. Uraian 2015 2016

1 Rasio Likuiditas

1.1 Rasio lancar (current ratio) 94.43 60.49

1.2 Rasio quick (quick ratio) 85.68 53.71

2 Rasio Solvabiltas

2.1 Rasio total hutang terhadap total asset 4.85 5.26

2.2 Rasio hutang terhadap modal 5.09 5.55

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Current Ratio (Rasio Lancar) yang digunakan untuk mengukur


kemampuan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Sedangkan Quick Ratio
digunakan untuk mengukur kemampuan membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid dengan
dikurangi persediaan. Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu:
aktiva lancer dikurangi persediaan dibandingkan dengan hutang
lancarnya. Dalam ratio ini kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten
Tulang Bawang masih liquid.

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan pemerintah


daerah dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Dari perspektif
kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio
akan semakin baik kemampuan pemerintah daerah dalam membayar
kewajiban jangka panjang. Jenis rasio solvabilitas yang digunakan
pemerintah daerah antara lain rasio total hutang terhadap total aset
(total debt to total asset ratio) dan rasio hutang terhadap ekuitas (total

III - 19
debt to equity ratio). Rasio total hutang terhadap total aset, mengukur
kemampuan pemerintah daerah dalam menjamin hutangnya dengan
aktiva/aset yang dimilikinya, rumusnya total hutang dibagi total aset.
Sedangkan rasio hutang terhadap ekuitas mengukur seberapa jauh aset
pemerintah daerah dibelanjai pihak kreditur dan modal sendiri (ekuitas),
rumusnya total hutang dibagi total ekuitas. Semakin kecil rasio ini
berarti semakin kecil dana yang diambil dari luar dan sebaliknya.

Dari tabel diatas, rasio total hutang terhadap total aset Pemerintah
daerah Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015-2016 adalah sebesar 4,85 %
dan 5,26 %. Pada tahun 2015 rasio total hutang terhadap total aset
Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang sebesar 4,85 % artinya
sebesar Rp 0,0485 dari setiap Rp 1,00 total aktiva merupakan pendanaan
dari hutang, atau aktiva Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang
yang didanai oleh hutang hanya sebesar 0,0485 %, sisanya dari modal
sendiri (ekuitas). Sedangkan rasio hutang terhadap modal tahun 2015-
2016 adalah sebesar 5,09 % dan 5,55%.

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

Kebijakan Umum APBD dimaksudkan agar proses penyusunan APBD dapat


dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mampu mengakomodir dan
menyelaraskan berbagai aspirasi masyarakat agar terjadi konsistensi
antara perencanaan dan pelaksanannya dengan mempertimbangkan
kondisi dan kemampuan daerah yang disesuaikan dengan isu strategis
dan permasalahan yang harus ditinjau serta dukungan sumber daya yang
ada. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang jelas kepada
seluruh stakeholders di daerah tentang sasaran yang hendak dicapai oleh
Pemerintah Daerah dalam satu tahun anggaran. Kebijakan Umum APBD
digunakan sebagai landasan dalam menyusun dokumen Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara pada APBD yang merupakan operasionalisasi
kebijakan anggaran daerah serta menjadi bagian tidak terpisahkan dari
RKPD dan RPJMD Kabupaten Tulang Bawang. Ruang lingkup Kebijakan

III - 20
Umum APBD termasuk dalam kategori perencanaan kebijakan anggaran
selama kurun waktu satu tahun anggaran yang menjadi acuan dalam
perencanaan operasional anggaran. Tingkat pencapaian atau kinerja
pelayanan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran pada dasarnya
merupakan tahapan dan perkembangan dari kinerja pelayanan yang
diharapkan pada rencana jangka menengah dan rencana jangka panjang.

Secara umum, beberapa langkah Kebijakan Belanja Daerah Tahun


Anggaran 2012-2017, di antaranya melalui :

a. Disiplin anggaran dan tertib administrasi sesuai peraturan


perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat menghindari
adanya penyimpangan dan kebocoran penggunaan anggaran;

b. Reorientasi prioritas dan rasionalitas anggaran, dimana belanja


daerah diprioritaskan pada kegiatan yang mendesak, berdampak luas
dan berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat seperti
penanganan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat serta
terbukanya kesempatan bekerja dan berusaha;

c. Dalam merencanakan alokasi belanja untuk setiap kegiatan


dilakukan analisis kewajaran biaya yang dikaitkan dengan output
yang dihasilkan dari satu kegiatan. Oleh karena itu, untuk
menghindari adanya pemborosan, program dan kegiatan yang
direncanakan didasarkan pada kebutuhan riil. Melakukan penekanan
terhadap biaya-biaya overhead, agar dapat dialihkan kepada
kegiatan-kegiatan prioritas;

d. Belanja kegiatan diorientasikan pada kegiatan yang memberikan nilai


tambah (added value) bagi daerah.

Kebijakan umum keuangan daerah diarahkan pada prinsip-prinsip


keadilan yang dapat dinikmati seluruh masyarakat khusunya dalam hal
pelayanan publik yang disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dengan
mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah.

III - 21
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar akan
tercermin pada kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan
APBD. Pengelolaan Keuangan daerah yang baik menghasilkan
keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan
efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi
pembiayaan daerah.

Sesuai dengan ruang lingkup keuangan daerah, pengelolaan pendapatan


daerah Kabupaten Tulang Bawang diarahkan pada sumber-sumber
pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas
Daerah dengan tetap mengupayakan sumber-sumber pendapatan yang
baru. Dalam pengelolaan pendapatan daerah, sumber pendapatan yang
berasal dari Pemerintah melalui desentralisasi fiskal dalam bentuk Dana
Alokasi Umum (DAU) saat ini menempati proporsi yang paling besar
terhadap pendapatan daerah, yakni sekitar 74% hingga 87%. Sedangkan
sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak dan retribusi
perlu ditingkatkan, namun tetap mempertimbangkan kemampuan
masyarakat serta tidak membebani perkembangan dunia usaha.

Demikian pula halnya dengan sumber-sumber pendapatan lainnya juga


perlu ditingkatkan, diantaranya Lain-lain Pendapatan yang sah, Dana
Perimbangan Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak, sehingga
dalam kurun waktu lima tahun mendatang, porsi DAU secara bertahap
dapat mulai digantikan oleh sumber-sumber pendapatan yang dapat
diupayakan oleh daerah. Kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan
pada peningkatan kemampuan keuangan daerah yang dapat mendorong
peranan investasi masyarakat dalam pembangunan dengan
menghilangkan kendala yang menghambat disamping peningkatan
investasi dan daya saing yang dilakukan dengan mengurangi biaya tinggi.
Berdasarkan penjabaran kondisi keuangan serta kebijakan-kebijakan
yang mempengaruhi perekonomian daerah sebagaimana telah diuraikan
dalam bab-bab sebelumnya, maka kebijakan umum pendapatan daerah
adalah sebagai berikut.

III - 22
Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan
daerah melalui: (1) Optimalisasi pendapatan daerah sesuai peraturan
yang berlaku dan kondisi daerah; (2) Peningkatan kemampuan dan
keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah; (3) Peningkatan
intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil
dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan; dan (4)
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya dalam
hal pembayaran pajak dan retribusi daerah. Untuk itu digariskan
sejumlah kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah,
yaitu:

1. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan


Pendapatan Daerah.

2. Meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan


ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan yang memperhatikan
aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah
dan kemampuan masyarakat dengan memegang teguh prinsip-prinsip
akuntabilitas dan transparansi.

3. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah


dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, SKPD Penghasil.

4. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya


peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan
Daerah.

5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya


meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah.

6. Meningkatkan pengelolaan aset dan keuangan daerah.

7. Meningkatkan kinerja pendapatan dan pengelolaan pendapatan


daerah melalui penyempurnaan sistem administrasi dan efisiensi
penggunaan anggaran daerah.

III - 23
8. Meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat melalui penataan
organisasi dan tata kerja, pengembangan sumber daya pegawai yang
profesional dan bermoral, serta pengembangan sarana dan fasilitas
pelayanan prima dan melaksanakan terobosan untuk peningkatan
pelayanan masyarakat.

Selanjutnya, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran,


belanja daerah disusun melalui pendekatan anggaran kinerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan
memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah
dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Kebijakan ini bertujuan
untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin
efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program dan
kegiatan. Dengan demikian, arah kebijakan belanja Kabupaten Tulang
Bawang, pada prinsipnya adalah agar belanja dapat mendukung
kebutuhan dana seluruh kegiatan. Belanja yang tidak strategis dan tidak
memiliki nilai tambah (non value-added) harus diminimalisir.

Pada tahap berikutnya, untuk menutup semua kebutuhan belanja, APBD


harus mampu mengoptimalkan sumber-sumber pendapatannya. Semua
potensi pendapatan semaksimal mungkin digali agar mampu menutup
seluruh kebutuhan belanja. Kebijakan pendapatan diarahkan agar
sumber-sumber pendapatan yang mendukung APBD selama ini
diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi),
dan diupayakan sumber-sumber pendapatan baru (ekstensifikasi) oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang.

Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur


surplus/defisit maka selisih antara pendapatan dan belanja dihitung
sebagai surplus/defisit dan dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu
APBD mengalami defisit maka jumlah pembiayaan neto (penerimaan
pembiayaan dikurangi pengeluaran pembiayaan) harus dapat menutup
defisit tersebut. Sebaliknya, apabila APBD mengalami selisih lebih, maka

III - 24
surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan pengeluaran pada
pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.

3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran

Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum


daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah
dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh daerah. Belanja daerah sesuai ketentuan Pasal 27 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah,
organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
belanja dan dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, yang terdiri dari urusan
wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau
bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan
dengan ketentuan perundang-undangan.

Sedangkan belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk


melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas
sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat tersebut
diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan
minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

III - 25
Tabel 3.17 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014-2017 (Juta Rupiah)

Total belanja untuk Total pengeluaran


pemenuhan kebutuhan (Belanja + Pembiayaan Persentase
No Uraian aparatur Pengeluaran) (%)
(Rp) (Rp)

1 Tahun Anggaran 2014 366,738.52 791,988.64 46.31

2 Tahun Anggaran 2015 392,624.86 1,003,024.48 39.14

3 Tahun Anggaran 2016 419,039.77 1,132,520.62 37.00

4 Tahun Anggaran 2017 418,584.64 1,086,482.73 38.53

Dari data tersebut di atas menunjukan, bahwa selama kurun waktu tiga
tahun terakhir yaitu sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2016, total
belanja daerah dalam rangka pemenuhan kebutuhan aparatur tiap
tahunnya mengalami kenaikan walaupun secara persentase mengalami
penurunan. Jika pada 2014 persentase total belanja untuk pemenuhan
kebutuhan adalah sebesar 47.25 %, pada tahun 2016 mengalami
penurunan hingga menjadi 39.14%, dan menjadi 37.00 % dari total APBD
pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2017 belanja pemenuhan
kebutuhan aparatur menurun, walaupun secara persentase meningkat
menjadi 38.53 %. Dari gambaran kenaikan dan penurunan proporsi total
belanja pegawai terhadap total APBD selama 4 (empat) tahun di atas,
besaran persentase porsi belanja tidak langsung dan belanja langsung
yang berkaitan dengan upaya untuk memberikan pelayanan yang prima
kepada masyarakat di berbagai bidang proporsinya terus meningkat, dan
dalam 5 (lima) tahun kedepan harus terus ditingkatkan seiring dengan
meningkatnya pendapatan daerah dari berbagai sumber.

Belanja daerah merupakan komponen pengeluaran yang digunakan


untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik. Selama
kurun lima tahun terakhir, belanja daerah cenderung mengalami
peningkatan. Pengeluaran yang dilakukan telah memperhatikan prinsip
efisiensi dengan mengedepankan pengeluaran yang prioritas dan

III - 26
memberikan manfaat yang maksimal bagi kegiatan pemerintahan dan
pelayanan publik.

Pada dasarnya alokasi belanja tahunan daerah tercermin pada APBD yang
merupakan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban
pemerintah daerah dan masyarakat, maka sudah semestinya
penganggaran mengacu pada norma dan prinsip anggaran yaitu:

a). Transparansi dan akuntabilitas anggaran

Transparansi dan akuntabilitas anggaran daerah yaitu anggaran


semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan
keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas
dan penetapan alokasi serta distribusi sumber daya dengan
melibatkan partisipasi masyarakat. Selain itu sebagai instrument
pertanggungjawaban maka dokumen penyusunan anggaran yang
disampaikan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) harus
betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan,
sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan
harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin di capai atau
diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh
karena itu penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna
bahwa setiap penyelenggara negara berkewajiban untuk
bertanggungjawab atas proses, dan penggunaan sumberdayanya.

b). Disiplin Anggaran

Anggaran daerah merupakan satu-satunya instrumen yang akan


menjamin terciptanya disipin dalam proses pengambilan keputusan
terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah.
Bahwa untuk menjamin agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan
dengan baik dan benar, maka diatur landasan administratif dalam
pengelolaan anggaran daerah yang mengatur antara lain prosedur
dan teknis penganggaran serta aspek penatausahaan yang harus

III - 27
diikuti secara tertib dan taat asas. Selain itu dalam rangka disiplin
anggaran, penyusunan anggaran baik pendapatan maupun belanja
juga harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya
apakah itu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Menteri, Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah. Beberapa
prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang


terukur secara rasional dan dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan
batas tertinggi pengeluaran belanja.

2) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya


kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia
atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/
perubahan APBD.

3) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun


anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan
dilakukan melalui rekening kas daerah.

c). Keadilan anggaran

Pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui mekanisme


pajak dan retribusi atau pungutan lainnya yang di bebankan pada
seluruh masyarakat. Keadilan atau kewajaran dalam perpajakan
terkait dengan prinsip kewajaran horizontal dan kewajaran vertikal.
Prinsip dari kewajaran horizontal menekankan pada persyaratan
bahwa masyarakat dalam posisi yang sama harus diberlakukan sama,
sedangkan prinsip kewajaran vertikal dilandasi pada konsep
kemampuan wajib pajak/retribusi untuk membayar, artinya
masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi
diberikan beban pajak yang tinggi pula. Tentunya untuk
penyeimbang kedua prinsip tersebut, pemerintah daerah dapat

III - 28
melakukan diskriminatif tarif secara rasional untuk menghilangkan
rasa ketidakadilan. Selain itu dalam aspek belanja , pemerintah
daerah harus mengalokasikan belanja daerah secara adil dan merata
agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum.

d). Efisiensi dan Efektifitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin


untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk
dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran,
maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:(1) penetapan
secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator
kinerja yang ingin dicapai; (2) Penetapan prioritas kegiatan dan
penghitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang
rasional.

Anggaran belanja daerah tahun 2012 sampai dengan 2017 cenderung


mengalami peningkatan seiring degan peningkatan pendapatan daerah.
Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai baik belanja tidak
langsung maupun belanja langsung. Target dan realiisasi Belanja Daerah
Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2012-2017 sebagai berikut:

Tabel 3.18 Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2012-2017

TARGET REALISASI
NO TAHUN %
(Rp) (Rp)

1. 2012 713,780,704,857.00 644,581,495,138.00 90.31

2. 2013 754,466,921,031.00 696,002,596,623.00 92.25

3. 2014 869,972,841,346.00 776,125,961,711.76 89.21

4. 2015 1,058,469,632,102.00 978,687,514,968.96 92.46

5. 2016 1,342,849,484,265.00 1,132,055,773,834.46 84.30

6. 2017* 1,247,569,665,832.00 1,086,482,727,040.33 87.08

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 29
Alokasi belanja tidak langsung dipergunakan untuk belanja pegawai,
subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil, bantuan keuangan dan
belanja tak terduga. Sedangkan belanja langsung merupakan belanja
yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program
kegiatan sesuai dengan bidang urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Kabupaten. Rincian Target dan realiisasi Belanja Daerah
Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2012-2017 sebagai berikut:

Tabel 3.19 Target dan Realisasi Belanja Tidak Langsung


dan Belanja Langsung Tahun 2012-2017

REALISASI
TAHUN BELANJA DAERAH TARGET (Rp)
Rp. %

Belanja Tidak Langsung 339,917,538,378.00 308,494,470,610.00 90.76

2012 Belanja Langsung 373,863,166,479.00 336,087,024,528.00 89.90

Jumlah Belanja 713,780,704,857.00 644,581,495,138.00 90.31

Belanja Tidak Langsung 374,395,680,181.00 344,484,568,047.00 92.01

2013 Belanja Langsung 380,071,240,850.00 351,518,028,576.00 92.49

Jumlah Belanja 754,466,921,031.00 696,002,596,623.00 92.25

Belanja Tidak Langsung 392,756,173,964.00 359,644,712,236.00 91.57

2014 Belanja Langsung 477,216,667,382.00 416,112,322,668.22 87.20

Jumlah Belanja 869,972,841,346.00 775,757,034,904.22 89.17

Belanja Tidak Langsung 485,000,255,327.00 445,453,144,454.00 91.85

2015 Belanja Langsung 573,469,376,775.00 532,921,206,814.96 92.93

Jumlah Belanja 1,058,469,632,102.00 978,374,351,268.96 92.43

Belanja Tidak Langsung 617,179,912,667.00 560,178,555,679.00 90.76

2016 Belanja Langsung 725,669,571,598.00 571,877,218,155.46 78.81

Jumlah Belanja 1,342,849,484,265.00 1,132,055,773,834.46 84.30

Belanja Tidak Langsung 664,071,078,382.00 585,217,011,481.00 88.13

2017* Belanja Langsung 583,498,587,450.00 501,265,715,559.33 85.91

Jumlah Belanja 1,247,569,665,832.00 1,086,482,727,040.33 87.09

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 30
3.2.2. Analisis Pembiayaan

Pembiayaan Daerah merupakan transaksi keuangan untuk menutup


defisit anggaran atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan
daerah dirinci menurut sumber pembiayaan yang merupakan penerimaan
daerah dan pengeluaran daerah.

Sumber penerimaan pembiayaan diantaranya: Sisa Lebih Perhitungan


Anggaran (SILPA) tahun anggaran sebelumnya; Penerimaan Pinjaman;
atau Penerimaan Piutang. Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan
diantaranya: Penyertaan modal; Pembayaran Pokok Pinjaman.

Kondisi pembiayaan daerah dapat digambarkan seperti terlihat pada


tabel di bawah ini. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa defisit riil
anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2012
mencapai sekitar Rp. 150,39 milyar, kemudian mengalami penurunan
menjadi Rp. 142,28 miliar pada tahun 2013 dan menurun kembali
menjadi Rp. 68,37 milyar pada tahun 2014.

Tabel 3.20 Defisit Riil Anggaran Pemerintah Daerah


Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014-2017 (Juta Rupiah)

2014 2015 2016 2017


No Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 Realisasi Pendapatan Daerah 780,396.27 986,616.55 1,141,982.29 1,102,445.23

Dikurangi realisasi:

2 Belanja Daerah 776,125.96 978,687.51 1,132,055.77 1,086,482.73

3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 15,862.68 24,336.97 464.85 -

Defisit riil (11,592.38) (16,407.93) 9,461.67 15,962.504

Untuk menutup defisit riil anggaran pada kurun tahun yang sama, dapat
digambarkan komposisinya pada tabel berikut ini:

III - 31
Tabel 3.21 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran
Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014-2017 (%)

Proporsi dari Total Defisit Riil


No. Uraian
2014 2015 2016 2017

1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun (162.07) (191.08) 150.58 250.58
Anggaran sebelumnya
2 Pencairan Dana Cadangan - - - -

3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan - - - -

4 Penerimaan Pinjaman Daerah - - - -

5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah - - - -

6 Penerimaan Piutang Daerah - - - -

Untuk realisasi sisa lebih perhitungan anggaran pemerintah daerah,


dengan kurun waktu yang sama pada tahun 2014-2017, gambarannya
seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.22 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)


Kabupaten Tulang Bawang (Juta Rupiah)

2014 2015 2016 2017


No. Uraian
% dari % dari % dari % dari
Rp Rp Rp Rp
SiLPA SiLPA SiLPA SiLPA

1 Jumlah SiLPA 31,596.26 100.00 (14,247.20) 100.00 (23,708.86) 100.00 39,671.37 100.00

2
Pelampauan penerimaan
- - - -
PAD

3 Pelampauan penerimaan - - - -
dana perimbangan

4 Pelampauan penerimaan
lain-lain pendapatan - - - -
daerah yang sah

5 Sisa Penghematan
100.0
Belanja atau Akibat 31,596.26 100.00 (14,24.,20) (23,708.86) 100.00 39,671,37 100.00
0
Lainnya

Berikut disajikan Target dan realisasi penerimaan pembiayaan tahun


anggaran 2012-2017 secara rinci sebagai berikut :

III - 32
Tabel 3.23 Target dan Realisasi Penerimaan Pembiayaan
Tahun 2012-2017

TARGET REALISASI
NO TAHUN
(Rp) (Rp)

1. 2012 47,095,090,205.00 29,889,064,479.47

2. 2013 44,659,204,593.00 26,340,907,932,374.52

3 2014 18,787,957,029.00 18,787,957,028.68

4. 2015 31,351,879,894.00 31,351,879,893.84

5. 2016 14,247,200,642.00 14,247,200,642.10

6. 2017* 19,000,000,000.00 23,708,862,757.14

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

Target dan realisasi penerimaan pembiayaan tahun anggaran 2012-2017


secara rinci sebagai berikut :

Tabel 3.24 Target dan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan


Tahun 2012-2017

TARGET REALISASI
NO TAHUN
(Rp) (Rp)

1. 2012 23,699,829,860.00 15,901,903,512.00

2. 2013 18,938,202,092.00 14,543,108,369.00

3. 2014 33,675,740,741.00 15,862,682,948.00

4. 2015 39,226,540,291.00 24,336,965,090.00

5. 2016 15,399,127,419.00 464,849,740.00

6. 2017* 2,500,000,000.00 -

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (data diolah)

III - 33
Tabel 3.25 Rincian Target dan Realisasi Pembiayaan Tahun 2012-2017
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2015
No URAIAN
TARGET (Rp) REALISASI (Rp) TARGET (Rp) REALISASI (Rp) TARGET (Rp) REALISASI (Rp)

1 Penerimaan Pembiayaan 47,095,090,205.00 29,889,064,479.47 44,659,204,593.00 40,907,932,374.52 18,787,957,029.00 18,787,957,028.68

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun


29,889,064,480.00 29,889,064,479.47 23,040,125,796.00 22,573,086,862.52 18,787,957,029.00 18,787,957,028.68
Sebelumnya

Penerimaan Piutang Daerah 17,206,025,725.00 - 21,619,078,797.00 18,334,845,512.00

2 Pengeluaran Pembiayaan 23,699,829,860.00 15,901,903,512.00 18,938,202,092.00 14,543,108,369.00 33,675,740,741.00 15,862,682,948.00

Penyertaan modal (investasi) 1,500,000,000.00 - 1,125,000,000.00 375,000,000.00 1,500,000,000.00 -

Perhitungan Pihak Ketiga 22,199,829,860.00 15,901,903,512.00 17,813,202,092.00 14,168,108,369.00 32,175,740,741.00 15,862,682,948.00

Pembiayaan Netto 23,395,260,345.00 13,987,160,967.47 25,721,002,501.00 26,364,824,005.52 (14,887,783,712.00) 2,925,274,080.68

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017*


No URAIAN
TARGET (Rp) REALISASI (Rp) TARGET (Rp) REALISASI (Rp) TARGET (Rp) REALISASI (Rp)

1 Penerimaan Pembiayaan 31,351,879,894.00 31,351,879,893.84 14,247,200,642.00 14,247,200,642.10 19,000,000,000.00

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun


31,351,879,894.00 31,351,879,893.84 14,247,200,642.00 14,247,200,642.10 19,000,000,000.00 23,708,862,757.14
Sebelumnya

Penerimaan Piutang Daerah

2 Pengeluaran Pembiayaan 39,226,540,291.00 24,336,965,090.00 15,399,127,419.00 464,849,740.00 2,500,000,000.00

Penyertaan modal (investasi) 1,500,000,000.00 1,000,000,000.00 - 2,500,000,000.00 -

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam


37,726,540,291.00 24,336,965,090.00 14,399,127,419.00 464,849,740.00 - -
Negeri (Perhitungan Pihak Ketiga)

Pembiayaan Netto (7,874,660,397.00) 7,014,914,803.84 (1,151,926,777.00) 13,782,350,902.10 16,500,000,000.00 23,708,862,757.14

III - 34
3.3. Kerangka Pendanaan

Berpedoman pada prinsip perencanaan dan penganggaran yang


terintegrasi sebagaimana telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan, maka kebijakan penetapan besaran pagu belanja daerah
dirumuskan dan disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari setiap program yang
direncanakan, dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja
perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan dan anggaran
serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam
program. Oleh karena itu, mempertimbangkan keterbatasan anggaran
yang tersedia setiap tahun, diharapkan program-program yang dibiayai
akan memberi dampak posistif dan daya ungkit yang siginifikan dalam
memecahkan berbagai permasalahan pembangunan di Kabupaten Tulang
Bawang dalam 5 (lima) tahun kedepan.

Terkait dengan hal terebut diatas, maka untuk mendukung analisis


terhadap proyeksi pendapatan, proyeksi belanja dan proyeksi
pembiayaan untuk kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan perlu dilakukan
analisis terhadap pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam 5 (lima)
tahun yang lalu. Analisis ini sangat penting dalam upaya untuk
mendapatkan gambaran tentang besaran anggaran belanja dan
pembiayaan yang telah disediakan untuk periode dimaksud serta
langkah-langkah kebijakan yang telah dirumuskan untuk mencapainya,
termasuk dukungan terhadap pencapaian target sasaran prioritas
nasional dan program prioritas provinsi.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Pasal 1


ayat (44), Kerangka Pendanaan adalah analisis pengelolaan keuangan
Daerah untuk menentukan sumber-sumber dana yang digunakan dalam
pembangunan, optimalisasi penggunaan sumber dana dan peningkatan
kualitas belanja dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan

III - 35
Daerah dalam upaya mencapai visi dan misi Kepala Daerah serta target
pembangunan nasional. Kerangka pendanaan ini bertujuan untuk
mengetahui kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk
pendanaan program pembangunan jangka menengah Pemerintah Daerah
kabupaten Tulang Bawang selama 5 (lima) tahun ke depan mulai tahun
2017 sampai dengan tahun 2022. Kapasitas riil keuangan daerah yang
dimaksud merupakan penerimaan/pendapatan daerah setelah dikurangi
dengan berbagai pos atau belanja dan pengeluaran pembiayaan yang
wajib dan mengikat, serta prioritas utama lainnya.

Sebelum dialokasikan ke berbagai pos belanja dan pengeluaran, besaran


masing-masing sumber penerimaan memiliki kebijakan pengalokasian
yang memperhatikan, antara lain:

a. Penerimaan retribusi dan pajak daerah diupayakan alokasi


belanjanya pada program atau kegiatan yang berhubungan langsung
dengan peningkatan layanan dimana retribusi dan pajak daerah
tersebut dipungut;

b. Penerimaan dari pendapatan hasil pengelolaan asset daerah yang


dipisahkan dialokasikan kembali untuk upaya-upaya peningkatan
kapasitas dimana dana penyertaan dialokasikan, sehingga akan
menghasilkan tingkat pengembalian investasi terbaik bagi kas
daerah;

c. Penerimaan dana alokasi umum diprioritaskan bagi belanja umum


pegawai dan operasional rutin pemerintahan Kabupaten Tulang
Bawang;

d. Penerimaan dari dana alokasi khusus dialokasikan sesuai dengan


tujuan dimana dana tersebut dialokasikan;

e. Penerimaan dana bagi hasi hasil dialokasikan secara memadai untuk


perbaikan layanan atau perbaikan lingkungan sesuai jenis dana bagi
hasil diperoleh.

III - 36
Untuk tujuan tersebut maka perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu
terhadap kemampuan anggaran dari Pemerintah Kabupaten Tulang
Bawang untuk 5 (lima) tahun kedepan. Salah satu metode sederhana
untuk memperkirakan kemampuan anggaran tersebut adalah fungsi
forecast, yaitu menggunakan regresi linear untuk memperkirakan sebuah
nilai berdasarkan hubungan 2 (dua) kumpulan data, ditambah asumsi-
asumsi yang diperkirakan akan terjadi.

3.3.1. Proyeksi Pendapatan dan Belanja

Asumsi-asumsi yang mendasari proyeksi pendapatan selama 5 (lima)


tahun ke depan adalah:

a. Pendapatan asli daerah mengalami kenaikan setiap tahun antara lain


disebabkan:

1. Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah;

2. Bertambahnya objek dan wajib pajak dan retribusi;

3. Adanya perubahan nilai jual objek pajak (NJOP) pada subjek


PBB-P2 dan BPHTB.

4. Terbentuknya sistem zona nilai tanah sebagai dasar pengenaan


Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan dan Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Sepanjang tidak ada perubahan kebijakan mendasar dari pemerintah


pusat, terjadi kecenderungan kenaikan dana perimbangan setiap
tahun, dengan uraian sebagai berikut:

1. DAU cenderung meningkat setiap tahun seiring kebijakan


kenaikan gaji pegawai;

2. Pemerataan dana bagi hasil pajak/bukan pajak mengalami


kenaikan setiap tahun.

III - 37
c. Sesuai peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah dapat
menganggarkan defisit.

d. Sepanjang tidak ada perubahan kebijakan mendasar dari Pemerintah


Pusat dan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, lain-lain
pendapatan daerah yang sah mengalami kenaikan setiap tahun.

Sedangkan rumusan kebijakan belanja daerah, ditetapkan melalui


pendekatan belanja proporsional, efisien, efektif, transparan, akuntabel
dan dilaksanakan dengan berpedoman pada anggaran berbasis kinerja
serta berdasarkan kepada agenda-agenda pembangunan yang secara
umum dapat dicirikan melalui:

a. Mendanai belanja wajib dan mengikat;

b. Mendanai kegiatan program prioritas untuk mendukung capaian


target visi dan misi pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dan
program prioritas dalam rangka pencapaian target penyelenggaraan
urusan pemerintahan sesuai kewenangan, tugas dan fungsi SKPD; dan

c. Mendanai program-program prioritas lanjutan (program-program


unggulan) yang belum terlaksana pada RPJMD tahun 2013-2018.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 11,
pagu indikatif adalah jumlah dana yang tersedia untuk mendanai
program dan kegiatan tahunan yang penghitungannya berdasarkan
standar satuan harga yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Cara membuat proyeksi untuk belanja daerah
sama dengan cara seperti yang digunakan untuk proyeksi pendapatan.

Sementara itu, dari total proyeksi pendapatan daerah dalam 5 (lima)


tahun anggaran sebagaimana telah disajikan pada tabel diatas,
selanjutnya akan dipergunakan untuk membiayai belanja selama 5 (lima)
tahun kedepan baik untuk belanja tidak langsung, maupun belanja
langsung. Proyeksi belanja daerah tersebut memperhatikan asumsi-
asumsi sebagai berikut:

III - 38
a. Kebutuhan belanja pegawai selalu meningkat setiap tahun sebagai
akibat dari kenaikan gaji, tunjangan sertifikasi, dan tunjangan
perbaikan penghasilan bagi pegawai;

b. Kebutuhan belanja publik yang semakin meningkat sebagai upaya


pencapaian visi misi Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang tahun
2017-2022;

c. Penyesuaian terhadap kenaikan harga (inflasi) dengan kebutuhan


belanja.

Berdasarkan hasil forecasting menurut data eksisting dan asumsi serta


agenda pembangunan, didapat proyeksi pendapatan dan belanja daerah
Kabupaten Tulang Bawang tahun 2017-2022 sebagai berikut:

III - 39
Tabel 3.26 Proyeksi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022

No URAIAN TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022 TAHUN 2023
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 PENDAPATAN 1,306,671,826,046.00 1,351,580,975,573.23 1,414,949,111,582.63 1,469,281,295,155.64 1,528,421,762,553.95 1,589,403,217,438.38


1.1 Pendapatan Asli Daerah 103,010,560,046.00 107,935,090,563.23 112,989,540,470.13 118,340,935,649.43 124,009,809,401.33 130,018,241,020.38
1.1.1 Pajak Daerah 31,900,000,000.00 34,452,000,000.00 37,208,160,000.00 40,184,812,800.00 43,399,597,824.00 46,871,565,649.92
1.1.2 Retribusi Daerah 1,736,985,000.00 1,875,943,800.00 2,026,019,304.00 2,188,100,848.32 2,363,148,916.19 2,552,200,829.48
1.1.3 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3,047,289,317.00 3,291,072,462.36 3,389,804,636.23 3,491,498,775.32 3,596,243,738.58 3,704,131,050.73
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 66,326,285,729.00 68,316,074,300.87 70,365,556,529.90 72,476,523,225.79 74,650,818,922.57 76,890,343,490.24
1.2 Dana Perimbangan 921,489,260,000.00 953,957,237,810.00 988,042,942,248.50 1,017,580,947,755.81 1,049,835,580,227.18 1,081,645,149,200.02
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 35,766,026,000.00 36,839,006,780.00 37,944,176,983.40 39,082,502,292.90 40,254,977,361.69 41,462,626,682.54
1.2.2 Dana Alokasi Umum 612,112,587,000.00 624,354,838,740.00 636,841,935,514.80 649,578,774,225.10 662,570,349,709.60 675,821,756,703.79
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 273,610,647,000.00 292,763,392,290.00 313,256,829,750.30 328,919,671,237.82 347,010,253,155.90 364,360,765,813.69
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 282,172,006,000.00 289,688,647,200.00 313,916,628,864.00 333,359,411,750.40 354,576,372,925.44 377,739,827,217.98
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah
1.3.2 92,800,000,000.00 75,000,000,000.00 81,000,000,000.00 83,430,000,000.00 85,932,900,000.00 88,510,887,000.00
Daerah Lainnya
1.3.7 Pendapatan Hibah 44,788,800,000.00 44,788,800,000.00 44,788,800,000.00 44,788,800,000.00 44,788,800,000.00 44,788,800,000.00
1.3.9 Dana Desa/Kampung 126,583,206,000.00 151,899,847,200.00 170,127,828,864.00 187,140,611,750.40 205,854,672,925.44 226,440,140,217.98
1.3.10 Dana Insensif Daerah 18,000,000,000.00 18,000,000,000.00 18,000,000,000.00 18,000,000,000.00 18,000,000,000.00 18,000,000,000.00

III - 40
No URAIAN TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022 TAHUN 2023
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

2 BELANJA 1,316,671,826,046.00 1,362,130,975,572.76 1,426,072,611,582.75 1,481,001,940,155.74 1,540,763,202,703.84 1,602,388,943,398.98


2.1 Belanja Tidak Langsung 693,997,080,149.00 739,010,071,695.76 782,393,794,191.75 825,850,971,241.74 872,364,673,218.84 922,175,102,168.98
2.1.1 Belanja Pegawai 454,085,121,769.00 472,248,526,640 495,860,952,972 520,654,000,620 546,686,700,651 574,021,035,684
2.1.5 Belanja Hibah 19,105,000,000.00 20,442,350,000.00 21,873,314,500.00 23,404,446,515.00 25,042,757,771.05 26,795,750,815.02
2.1.4 Belanja Bantuan Sosial 1,500,000,000.00 1,605,000,000.00 1,717,350,000.00 1,837,564,500.00 1,966,194,015.00 2,103,827,596.05
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/
2.1.7 217,353,981,000.00 242,670,622,200.00 260,898,603,864.00 277,911,386,750.40 296,625,447,925.44 317,210,915,217.98
Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
2.1.8 Belanja Bantuan Kepada Partai Politik 452,977,380.00 543,572,856.00 543,572,856.00 543,572,856.00 543,572,856.00 543,572,856.00
2.1.9 Belanja Tidak Terduga 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00
2.2 Belanja Langsung 622,674,745,897.00 623,120,903,877.00 643,678,817,391.00 655,150,968,914.00 668,398,529,485.00 680,213,841,230.00

3 PEMBIAYAAN 10,000,000,000.00 10,550,000,000.00 11,123,500,000.00 11,720,645,000.00 12,341,440,150.00 12,985,725,960.50


3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 15,000,000,000.00 16,050,000,000.00 17,173,500,000.00 18,375,645,000.00 19,661,940,150.00 21,038,275,960.50
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 5,000,000,000.00 5,500,000,000.00 6,050,000,000.00 6,655,000,000.00 7,320,500,000.00 8,052,550,000.00

III - 41
Rumusan kebijakan pembiayaan daerah di Kabupaten Tulang Bawang
diarahkan untuk:

1. Menjaga agar keuangan daerah tetap dalam kondisi surplus anggaran


dan jika terjadi defisit anggaran sedapat mungkin ditutup dengan
sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun lalu,

2. Membentuk dana cadangan yang akan digunakan untuk kepentingan-


kepentingan yang sifatnya strategis;

3. Mengembangkan investasi daerah dan penyertaan modal dengan


prinsip kehati-hatian.

Pembiayaan daerah merupakan pembiayaan yang disediakan untuk


menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.

Penerimaan pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang


dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih
besarnya belanja daerah dibanding dengan pendapatan yang diperoleh.

Penerimaan utama pembiayaan dalam rangka menutup defisit anggaran


adalah penerimaan sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu (silpa) dan
berasal dari penerimaan piutang daerah dan pinjaman daerah.

Adapun pengeluaran pembiayaan diprioritaskan pada pengeluaran yang


bersifat wajib antara lain perhitungan Pihak ketiga, dan penyertaan
modal pada BUMD, yaitu PDAM dan PT. Tulang Bawang Jaya yang
berorientasi keuntungan dan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Berdasarkan agenda pembangunan dan asumsi
tersebut di atas, maka proyeksi pembiayaan daerah dapat dilihat
sebagaimana tabel di bawah ini.

III - 42
Tabel 3.27 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2017-2022

No URAIAN TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022 TAHUN 2023
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
I Penerimaan Pembiayaan 15,000,000,000.00 16,050,000,000.00 17,173,500,000.00 18,375,645,000.00 19,661,940,150.00 21,038,275,960.50
Perkiraan SiLPA 15,000,000,000.00 16,050,000,000.00 17,173,500,000.00 18,375,645,000.00 19,661,940,150.00 21,038,275,960.50
Penerimaan Piutang

II Pengeluaran Pembiayaan 5,000,000,000.00 5,500,000,000.00 6,050,000,000.00 6,655,000,000.00 7,320,500,000.00 8,052,550,000.00


Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (investasi) 5,000,000,000.00 5,500,000,000.00 6,050,000,000.00 6,655,000,000.00 7,320,500,000.00 8,052,550,000.00
Perhitungan Pihak Ketiga - - - - -
Pembiayaan netto 10,000,000,000.00 10,550,000,000.00 11,123,500,000.00 11,720,645,000.00 12,341,440,150.00 12,985,725,960.50

3.3.2. Penghitungan Kerangka Pendanaan

Untuk menghitung kerangka pendanaan selama lima tahun ke depan


dilakukan proyeksi sesuai dengan proyeksi kapasitas riil kemampuan
daerah, proyeksi penggunaan kapasitas riil kemampuan daerah, kerangka
pendanaan alokasi prioritas Tahun 2017-2022.

Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil


keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program
pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh
penerimaan daerah sebagaimana telah dihitung pada bagian di atas dan
ke pos-pos mana sumber penerimaan tersebut akan dialokasikan. Suatu
kapasitas riil keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan berbagai pos atau belanja dan pengeluaran
pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama.

Sebelum dialokasikan ke berbagai pos belanja dan pengeluaran, besaran


masing-masing sumber penerimaan memiliki kebijakan pengalokasian
yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Penerimaan retribusi pajak diupayakan alokasi belanjanya pada


program atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan
peningkatan layanan dimana retribusi pajak tersebut dipungut.

III - 43
2. Penerimaan dari pendapatan hasil pengelolaan aset daerah yang
dipisahkan dialokasikan kembali untuk upaya-upaya peningkatan
kapasitas dimana dana penyertaan dialokasikan sehingga
menghasilkan tingkat pengembalian investasi terbaik bagi kas
daerah.

3. Penerimaan dana alokasi umum dan khusus dialokasikan sesuai


dengan tujuan dimana dana tersebut dialokasikan.

4. Penerimaan dana bagi hasil agar dialokasikan secara memadai untuk


perbaikan layanan atau perbaikan lingkungan sesuai jenis dana bagi
hasil didapat.

Data kapasitas riil kemampuan keuangan daerah Kabupaten Tulang


Bawang selama 5 (lima) tahun kedepan untuk membiayai pembangunan,
dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah.

Tabel 3.28
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai
Pembangunan Daerah Kabupaten Tulang Bawang

PROYEKSI
No URAIAN TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022 TAHUN 2023
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 Pendapatan 1,306,671,826,046.00 1,351,580,975,573.23 1,414,949,111,582.63 1,469,281,295,155.64 1,528,421,762,553.95 1,589,403,217,438.38

2 Pencairan Dana Cadangan

3 Sisa Lebih Riil Perhitungan Angggaran 15,000,000,000.00 16,050,000,000.00 16,050,000,000.00 18,375,645,000.00 19,661,940,150.00 21,038,275,960.50

Total penerimaan 1,321,671,826,046.00 1,367,630,975,573.23 1,430,999,111,582.63 1,487,656,940,155.64 1,548,083,702,703.95 1,610,441,493,398.88

Dikurangi:

4 Belanja Tidak Langsung 693,997,080,149.00 739,010,071,695.76 782,393,794,191.75 825,850,971,241.74 872,364,673,218.84 922,175,102,168.98

5 Pengeluaran Pembiayaan 5,000,000,000.00 5,500,000,000.00 6,050,000,000.00 6,655,000,000.00 7,320,500,000.00 8,052,550,000.00

Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan 622,674,745,897.00 623,120,903,877.47 642,555,317,390.88 655,150,968,913.91 668,398,529,485.11 680,213,841,229.91

Dari tabel di atas dapat diproyeksikan bahwa kapasitas riil kemampuan


keuangan daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang untuk 5
(lim) tahun ke depan hingga berakhirnya masa berlaku RPJMD 2017-2022,
yaitu :

1. Proyeksi Tahun 2018 sebesar Rp. 622,67 Milyar atau sebesar 47,11%
dari total penerimaan.

III - 44
2. Proyeksi Tahun 2019 sebesar Rp. 623,12 Milyar atau sebesar 45,56%
dari total penerimaan.

3. Proyeksi Tahun 2020 sebesar Rp. 642,56 Milyar atau sebesar 44,90%
dari total penerimaan.

4. Proyeksi Tahun 2021 sebesar Rp. 655,15 Milyar atau sebesar 44,04%
dari total penerimaan.

5. Proyeksi Tahun 2023 sebesar Rp. 668,39 Milyar atau sebesar 43,18%
dari total penerimaan.

6. Proyeksi Tahun 2023 sebesar Rp. 680,21 Milyar atau sebesar 42,24%
dari total penerimaan.

Tabel 3.29
Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022
PROYEKSI

No URAIAN
TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022 TAHUN 2023
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Kapasitas Riil
1 Kemampuan 622,174,745,897.00 623,120,903,877.47 642,555,317,390.88 655,150,968,913.91 668,398,529,485.11 680,213,841,229.91
Keuangan

2 Prioritas I 427,030,340,736.16 427,336,315,879.17 440,664,436,666.67 449,302,534,481.16 458,387,711,520.89 466,490,652,315.47

3 Prioritas II 64,322,301,251.16 64,368,389,370.54 66,375,964,286.48 67,677,095,088.81 69,045,568,095.81 70,266,089,799.05

4 Prioritas III 131,322,103,909.68 131,416,198,627.76 135,514,916,437.74 138,171,339,343.94 140,965,249,868.41 143,457,099,115.39

Dari tabel di atas, kapasias riil kemampuan keuangan dipisahkan menjadi


prioritas I, prioritas II dan prioritas III, dengan penjelasan sebagai
berikut:

a. Rencana alokasi pengeluaran prioritas I, berkaitan dengan tema atau


program pembangunan daerah yang menjadi unggulan (dedicated)
Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan
amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh

III - 45
daerah pada tahun rencana. Selain itu berkaitan langsung dengan
kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan
memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan
dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada
capaian visi/misi daerah.

b. Rencana alokasi pengeluaran prioritas II, merupakan prioritas


ditingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari urusan wajib yang
tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pilihan.

c. Rencana alokasi peneluaran prioritas III, yakni berkaitan dengan


urusan pemerintah fungsi penunjang, sebagai upaya peningkatan
kapasitas aparatur, sarana dan prasarana, serta reformasi birokrasi
dan tata kelola pemerintahan.

III - 46
BAB IV
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

P
ermasalahan dan isu-isu strategis daerah merupakan salah
satu bagian terpenting dokumen RPJMD, karena menjadi
dasar utama visi dan misi pembangunan jangka menengah.
Oleh karena itu, penyajian analisis ini harus dapat
menjelaskan butir-butir penting isu-isu strategis yang akan menentukan
kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang.

Bab ini menguraikan isu-isu strategis yang berkaitan dengan


permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembangunan
Kabupaten Tulang Bawang khususnya untuk jangka waktu 2017-2022.
Komponen pembentuk isu-isu strategis di Kabupaten Tulang Bawang
terdiri dari (1) analisis terhadap hasil pembangunan periode lalu
(mengetahui ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok
yang dihadapi, pemanfaatan potensi dan masalah keberlangsungan
(sustainability) pembangunan dan menjadi dasar utama visi dan misi
pembangunan jangka menengah.

4.1. Permasalahan Pembangunan

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan


nasional yang tidak bisa terlepas dari segala perubahan tata kehidupan
nasional dalam berbagai aspek. Tiap aspek didalam tata kehidupan
nasional maupun skala daerah relatif berubah menurut waktu, ruang dan
lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis. Respon yang efektif
terhadap dinamika perubahan terutama untuk menghadapi tantangan
potensial dan menangkap peluang sangat penting agar cita-cita dan
harapan bersama untuk mewujudkan masa depan lebih baik bagi
Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu lima tahun kedepan dapat

IV - 1
terwujud. Tantangan dan ancaman sebagai permasalahan dalam
pelaksanaan pembangunan daerah pada umunya timbul dari kekuatan
yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak
diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak
diantisipasi.

Tujuan dari perumusan permasalahan pembangunan daerah adalah untuk


mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/
kegagalan kinerja pembangunan daerah di masa lalu. Identifikasi
permasalahan pembangunan diperlukan untuk menentukan program yang
tepat untuk mengatasi masalah pembangunan yang dihadapi. Identikasi
permasalahan diperoleh dari berbagai sumber dan data yang dapat
dipertanggungjawabkan dan juga didasarkan pada kriteria tertentu
sehingga menghasilkan fakta yang aktual tentang permasalahan
pembangunan daerah. Identifikasi faktor-faktor tersebut dilakukan
terhadap lingkungan internal maupun eksternal dengan
mempertimbangkan masukan dari perangkat daerah.

Identifikasi permasalahan pembangunan daerah merupakan salah satu


input bagi perumusan tujuan dan sasaran yang bersifat prioritas sesuai
platform Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih.

Permasalahan-permasalahan pembangunan daerah yang dihadapi pada


saat ini dan diperkirakan dihadapi juga pada masa yang akan datang oleh
Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai berikut:

4.1.1. Pendidikan

Dalam rangka upaya mewujudkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


yang optimal (tahun 2017 sebesar 66,97), diharapkan pendidikan dapat
memberikan dukungan yang lebih baik. Saat ini, pendidikan memiliki
beberapa permasalahan yang kompleks antara lain:

IV - 2
 Masih adanya masyarakat usia produktif yang belum melek huruf
(Gambar 2.16);

 Masih adanya angka putus sekolah untuk SD/MI dan SMP/MTs, pada
tahun 2016 angka putus sekolah jenjang pendidikan SD/MI sebesar
0,27 %, dan jenjang pendidikan SMP/MTs sebesar 0,87 %.

Capaian Angka Harapan Lama sekolah mengalami peningkatan yang lebih


baik, pada tahun 2013 sebesar 10,76, tahun 2014 sebesar 11,11, tahun
2015 sebesar 11,15 dan pada tahun 2016 sebesar 11,55. Peningkatan
capaian tersebut atas dukungan semua pihak, baik melalui
penyelenggaraan pendidikan formal, maupun non formal. Namun
peningkatan ini ternyata masih menempatkan Kabupaten Tulang Bawang
di peringkat 14 (empat belas) dibandingkan kabupaten/kota se-Provinsi
Lampung. Sedangkan capaian Angka Rata-Rata Lama Sekolah yang
didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh
penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh seluruh jenjang
pendidikan formal yang dijalani menunjukkan trend peningkatan dari
tahun 2013 sebesar 7,07 tahun meningkat menjadi 7,10 tahun pada
tahun 2014 dan menjadi 7,11 tahun di tahun 2015 dan tahun 2016
sebesar 7,12. Capaian peningkatan rata-rata lama sekolah ini ternyata
masih menempatkan posisi Kabupaten Tulang Bawang pada posisi 13 (tiga
belas) dibandingkan kabupaten/kota se-Provinsi Lampung.

Standar kompetensi pendidik juga belum memberikan daya dukung pada


IPM, hal ini mengingat capaian pemenuhan kualifikasi akademik (S1/D-IV)
belum optimal atau yang berarti belum mencapai 100 %. Capaian tahun
2013 sebesar 72,51 %, tahun 2014 sebesar 91,19 %, tahun 2015 sebesar
84,35 % dan tahun 2016 sebesar 87,29%. Capaian pemenuhan pendidik
yang telah memiliki sertifikat pendidik pada tahun 2013 sebesar 56,53 %,
tahun 2014 sebesar 64,02 %, tahun 2015 sebesar 73,31 % dan tahun 2016
sebesar 75,31 %. Berdasarkan pada capaian tersebut maka diperlukan
upaya peningkatan kapasitas pendidik. Kendala yang dihadapi selama ini

IV - 3
dari sisi motivasi tenaga pendidik yang memasuki/menjelang purna
tugas, pada kondisi itu untuk meningkatkan kapasitasnya sangatlah sulit.
Di sisi yang lain, selaras dengan kebijakan nasional, bahwa sertifikasi
profesi dilakukan bertahap, tidak secara bersama atau dengan kuota
tertentu, sehingga ada jeda juga ada jarak waktu yang membuat seluruh
pendidik mengantri melakukan sertifikasi profesinya. Adanya moratorium
PNS, berdampak pada belum adanya rekruitmen guru baru yang sesuai
standar kompetensi.

4.1.2. Kesehatan

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa aspek,


salah satunya dari aspek kesehatan. Ada beberapa indikator yang
digunakan untuk melihat kesejahteraan masyarakat tersebut, antara lain
angka kematian ibu, bayi, balita, prevalensi gizi buruk, dan usia harapan
hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup cenderung
fluktuatif dari tahun ke tahun sejak 2012 hingga 2017 yaitu dari 8,3
menjadi 5,6 (Gambar 2.20). Menurunnya kematian bayi menunjukkan
meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat terutama pada golongan
rawan yaitu remaja putri, wanita usia subur, ibu hamil, dan bayi.

Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013
sebesar 200,34 per 100.000 KH, yang menunjukkan masih menunjukkan
tingginya kasus kematian pada ibu melahirkan di Kabupaten Tulang
Bawang. Angka Kematian Ibu di tahun 2014 turun menjadi sebesar 53,98
per 100.000 KH capaian ini sudah sangat baik jika dibandingkan tahun
sebelumnya (2013), meskipun demikian Angka Kematian Ibu (AKI) per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 kembali meningkat menjadi
sebesar 79,00 dan kembali turun menjadi 52,36 pada tahun 2016 dan
pada tahun 2017 kembali turun menjadi sebesar 39,00 (Gambar 2.21).
Pada dasarnya penurunan AKI Kabupaten Tulang Bawang berhasil
tercapai, pemerintah telah mengupayakan berbagai program untuk
menekan angka kematian ibu tersebut.

IV - 4
Banyak program kesehatan yang dicanangkan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan ibu dan anak, namun berdasarkan data masih
terdapat kasus gizi buruk. Peran gizi di masa pertumbuhan sangatlah
penting. Anak yang tidak mendapat asupan gizi yang tepat dan cukup
akan menjadikan dirinya rentan terhadap penyakit. Pihak Dinas
Kesehatan berharap, tidak hanya mencapai target namun sebisa mungkin
kasus gizi buruk bisa ditekan hingga 0 %. Meskipun demikian angka
prevalensi balita gizi buruk masih ada di Kabupaten Tulang Bawang,
ahkan dari tahun 2013-2016 angka ini cenderung turun (0,046 % menjadi
0,014 %). Faktor-faktor yang menyebabkan gizi buruk pada balita antara
lain kualitas kehamilan yang buruk, kehamilan risiko tinggi dan Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR). Balita yang mengalami gizi buruk tidak hanya
terjadi di keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, tetapi juga
terjadi pada keluarga tergolong mampu. Hal ini dimungkinkan karena
pola makan kurang tepat yang disebabkan salah satunya karena pola
asuh telah beralih ke orang lain, sehingga orang tua kurang
memperhatikan. Gizi buruk pada balita juga dapat disebabkan adanya
penyakit penyerta misalnya jantung. Kesadaran masyarakat untuk
imunisasi saat ini juga mengalami penurunan, karena adanya isu
berkaitan agama dan kekhawatiran terkena efek samping dari vaksin,
sehingga anak lebih rentan terkena penyakit dan berat badan rendah,
bahkan kematian.

4.1.3. Infrastruktur Wilayah

Infrastruktur memiliki peran yang luas dan mencakup berbagai konteks


dalam pembangunan wilayah, baik dalam konteks fisik-lingkungan,
ekonomi, sosial, budaya, politik, dan konteks lainnya. Permasalahan
infrastruktur di Kabupaten Tulang Bawang berkaitan dengan kualitas
pelayanan infrastruktur yang tersedia dan kuantitas ketersediaan yang
diperlukan kualitas pelayanan pada prasarana transportasi, jaringan
irigasi, perumahan, air bersih, listrik dan teknologi telekomunikasi.

IV - 5
Kualitas transportasi jalan masih terbatas hal ini ditunjukkan dengan
persentase jalan kabupaten kondisi mantap yang cenderung mengalami
penurunan dari 56,17 % pada tahun 2013 menjadi 33,86 % pada tahun
2016 (tabel 2.41). Kondisi jalan kabupaten dalam kondisi mantap pada
tahun 2016 sebesar 37,21 % diharapkan akan meningkat menjadi 60 %
pada tahun 2023.

Selain infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi,


ketersediaan infrastruktur pelayanan dasar bagi masyarakat masih
memerlukan perhatian dan percepatan, antara lain ketersediaan sarana
dan prasarana air bersih dan sanitasi lingkungan serta sarana dan
prasarana perumahan dan kawasan permukiman. Persentase rumah
tangga yang mendapatkan akses air minum dan persentase rumah tangga
berakses sanitasi merupakan dua indikator yang saling berkaitan. Kedua
indikator tersebut sangat berperan dalam meningkatkan kualitas
lingkungan masyarakat. Akses air minum bagi masyarakat merupakan
kebutuhan dasar bagi lingkungan sehat. Penyediaan air bersih di
Kabupaten Tulang Bawang didapat dari jaringan perpipaan (PDAM)
maupun dari jaringan non perpipaan yang di luar PDAM. Aktifitas
penduduk Kabupaten Tulang Bawang terkait konsumsi air minum masih
belum seluruhnya menggunakan jasa PDAM. Sebagian besar penduduk
masih menggunakan sumur-sumur yang dimanfaatkan penduduk
setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik sebagai air
minum, untuk memasak, maupun untuk mencuci. Meskipun demikian,
indikator pelayanan air minum yang bersih untuk penduduk perlu
semakin diperhatikan mengingat padatnya permukiman dan buruknya
sanitasi. Pencapaian akses air minum layak sampai dengan tahun 2016
mencapai 65,28% (tabel 2.43). Hal ini berarti, pemerintah Kabupaten
Tulang Bawang masih memiliki tugas untuk meningkatkan kualitas air
minum layak sebesarr 34,72 %. Kebutuhan air minum layak Kabupaten
Tulang Bawang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan
penduduk. Selain itu, pada tahun 2016 persentase rumah tangga

IV - 6
bersanitasi di Kabupaten Tulang Bawang sebesar 64,53 % dari sebanyak
123.483 rumah tangga (tabel 2.46), artinya masih sebanyak 35,47 %
rumah tangga yang belum memiliki sanitasi layak.

Rumah yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat


kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Berdasarkan hasil
pendataan pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015,
Jumlah rumah tidak layak huni sebanyak 3.998 unit tersebar di 15
Kecamatan (tabel 2.47). Permasalahan yang dihadapi dalam hal
perumahan masih tingginya angka defisit rumah (backlog), kawasan
kumuh dengan rumah tidak layak huni (RTLH) yang belum teratasi
tuntas, dari sisi kemitraan peran serta dan keswadayaan masyarakat
masih rendah, terbatasnya akses masyarakat terhadap sumberdaya kunci
termasuk didalamnya informasi mengenai pembiayaan perumahan. Selain
hal tersebut juga disebabkan daya beli masyarakat, khususnya yang
berpenghasilan rendah (MBR) dan masyarakat berpenghasilan menengah
(MBM) masih lemah. Sedangkan permasalahan di lingkungan perumahan
umum yaitu: genangan air atau banjir disebabkan penanganan sistem
drainase yang tidak terpadu dalam satu daerah tangkapan air, rumah
sudah terbangun namun prasarana pendukung lingkungannya belum
optimal, sehingga PSU tidak terpadu antar sistem.

Sampai dengan Tahun 2016 rumah tangga yang menjadi pelanggan PLN
di Kabupaten Tulang Bawang hanya mencapai 66,63 % dari total 151
kampung/kelurahan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang (tabel 2.45).
Hal ini menandakan bahwa Kabupaten Tulang Bawang masih defisit
Listrik. Penyebab rendahnya elektrifikasi ratio diantaranya adalah belum
adanya jaringan PLN di seluruh kampung/kelurahan di Kabupaten Tulang
Bawang, kurangnya daya listrik di Kabupaten Tulang Bawang dan
Lampung pada umumnya.

IV - 7
4.1.4. Penataan Ruang

Penataan ruang memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan


performa wilayah yang baik. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya
pengelolaan tata ruang yang baik. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor
15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, ada 4 (empat)
aspek penyelenggaraan penataan ruang, yaitu: pengaturan tata ruang,
pembinaan tata ruang, pelaksanaan tata ruang, dan pengawasan tata
ruang. Dari keempat aspek penyelenggaraan penataan ruang tersebut
dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu perencanaan tata ruang dan
perwujudan rencana tata ruang atau kesesuaian pemanfaatan ruang.
Permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan penataan ruang yakni
belum optimalnya penyelenggaraan penataan ruang, hal tersebut terkait
dengan 2 (dua) aspek yaitu: aspek perencanaan tata ruang dan aspek
pemanfaatan ruang.

Permasalahan aspek perencanaan tata ruang meliputi:

a. RTRW yang ada belum mampu mengakomodir dinamika


pembangunan;

b. Belum ditetapkannya Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) sebagaimana


yang diamanatkan dalam perda RTRW.

Sedangkan permasalahan aspek pemanfaatan ruang adalah adanya


pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Prosedur
perencanaan tata ruang, khususnya dalam hal penyusunan RTRW dan
RDTR memerlukan keterlibatan Pemerintah Kabupaten, Pemerintah
Provinsi Lampung dan Pemerintah Pusat melalui Kementerian Agraria dan
Tata Ruang. Selain itu juga memerlukan keterlibatan sektor lembaga
lain, yaitu Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk memeriksa kebenaran
dalam membuat peta tata ruang dan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan untuk memvalidasi Kajian Lingkugan Hidup Strategis (KLHS).
Dengan banyaknya pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan tata

IV - 8
ruang menimbulkan permasalahan dalam proses penyelesaian menjadi
lama.

Pemanfaatan ruang berupa program-program untuk mewujudkan rencana


struktur ruang ataupun investasi dari badan usaha atau masyarakat.
Permasalahan yang terjadi adalah pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan peruntukannya. Mensikapi permasalahan ini, maka pihak
penyelenggara penataan ruang perlu melakukan pengendaliaan
pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilakukan
melalui pemberian rekomendasi kesesuaian tata ruang dalam rangka
pemberian ijin lokasi atau penetapan lokasi, pemberian advice planning
dalam rangka pemberian ijin mendirikan bangunan, dan pemberian ijin
perubahan penggunaan tanah atau alih fungsi dari tanah pertanian
menjadi tanah terbangun (pekarangan).

4.1.5. Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat

Persoalan ketentraman dan ketertiban pada saat ini maupun pada waktu
yang akan datang akan tetap menjadi permasalahan krusial bagi
Kabupaten Tulang Bawang. Hal ini sejalan dengan dinamika yang
berkembang bersamaan dengan transformasi masyarakat menuju
masyarakat yang demokratis. Kondisi yang tentram dan tertib menjadi
salah satu prasyarat utama bagi kelangsungan pembangunan. Dari sisi
ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat terdapat
permasalahan yakni belum optimalnya penegakan perda, hal ini dapat
dilihat pada Tabel (2.48), dari tabel tersebut terdapat kenaikan jumlah
pelanggaran dari tahun ke tahun, namun belum diimbangi dengan
peningkatan sarana prasarana maupun SDM yang ada. Selain itu, angka
kriminalitas di Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2016 masih
mencapai 11,05 (tabel 2.93). Kejadian kriminalitas dapat disebabkan
oleh faktor ekonomi, faktor lingkungan pergaulan dan belum baiknya
disiplin masyarakat dalam mematuhi hukum/peraturan perundang-
undangan serta dengan adanya dampak negatif arus globalisasi yang

IV - 9
tidak terbendung, menimbulkan adanya gangguan keamanan dan
ketertiban serta pelanggaran dan tindakan kekerasan dalam masyarakat.
Untuk itu diperlukan upaya peningkatan koordinasi lintas sektoral untuk
melakukan deteksi dini terjadinya konflik serta peran aktif masyarakat.
Sehingga kekhawatiran timbulnya dampak meningkatnya kerawanan dan
gangguan ketertiban umum dapat diantisipasi dengan merencanakan
program dan kegiatan yang terintegrasi antara pemerintah daerah,
instansi vertikal dan masyarakat.

4.1.6. Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi

Pertumbuhan dan pemerataan merupakan kondisi yang dapat


digambarkan dengan pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka
kemiskinan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulang Bawang
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 dan 2015
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulang Bawang lebih rendah dari
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung. Sedangkan pada tahun 2013,
2014 dan 2016 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulang Bawang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung
(Gambar 2.8). Sementara itu persentase penduduk miskin Kabupaten
Tulang Bawang dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 secara umum
semakin meningkat, pada tahun 2015 kemiskinan meningkat menjadi
10,25 % setelah sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 8,66 %, namun
turun kembali menjadi 10,20 % pada tahun 2016 (tabel 2.9, gambar 2.13,
gambar 2.13). Sedangkan jika dibandingkan dengan kabupaten/kota di
Provinsi Lampung, tingkat kemiskinan di Kabupaten Tulang Bawang tahun
2013-2016 selalu berada di bawah Provisi Lampung. Peningkatan
pendapatan masyarakat, ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan
perkapita dan pengurangan angka pengangguran terbuka. Pendapatan
perkapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Tulang Bawang diatas
pendapatan perkapita Provinsi Lampung (gambar 2.9). Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Tulang Bawang mengalami fluktuasi pada
tahun 2014 TPT turun menjadi sebesar 4,50 % setelah sebelumnya pada

IV - 10
tahun 2013 sebesar 5,70 %, namun kembali naik pada tahun 2015
menjadi sebesar 5,29 dan pada tahun 2016 turun menjadi 4,98 %
(Gambar 2.24).

4.1.7. Produktivitas Tenaga Kerja

Masalah pokok ketenagakerjaan adalah produktivitas tenaga kerja yang


masih rendah. Produktivitas tenaga kerja dapat dilihat dari tingkat
pendidikan, berdasarkan struktur angkatan kerja Kabupaten Tulang
Bawang terlihat bahwa angkatan kerja terbesar tingkat pendidikan
sekolah dasar sebesar 82.884 atau 42,24 % pada tahun 2016 (tabel 2.54).
Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini
akan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas hasil produksi barang dan
jasa. Tabel 2.53 menunjukkan bahwa angkatan kerja di Kabupaten
Tulang Bawang mengalami fluktuasi selama 4 (empat) tahun terakhir.
Persebaran angkatan kerja yang tidak merata juga merupakan salah satu
faktor rendahnya produktifitas. Rendahnya kualitas dan produktivitas
tenaga kerja akan menyebabkan sulit bersaing di pasar kerja baik di
tingkat lokal, daerah maupun luar negeri.

4.1.8. Peningkatan Ketahanan Pangan

Rendahnya kualitas konsumsi pangan penduduk dan belum sesuai dengan


pola konsumsi pangan yang aman, beragam dan bergizi seimbang. Hal ini
ditandai dengan dengan skor PPH sebesar 87,3 pada tahun 2016 angka ini
belum ideal karena terdapat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap
konsumsi beras dan terigu. Masih rentannya ketahanan pangan pada
skala rumah tangga. Pengelolaan sistem cadangan pangan daerah akan
memperkuat ketahanan pangan di Kabupaten Tulang Bawang.

IV - 11
4.1.9. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengurus dokumen


kependudukan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih rendahnya cakupan
penduduk yang memiliki KTP sebesar 81,36 % dan cakupan bayi berakte
kelahiran 94,43 % (tabel 2.62). Sedangkan untuk mengantisipasi hal ini,
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tulang Bawang
sudah melakukan upaya seperti “jemput bola” sehingga penduduk
menjadi sadar mengenai arti penting kepemilikan dokumen
kependudukan. Hal ini dikarenakan, akte kelahiran dipergunakan sebagai
kelengkapan pengurusan dokumen-dokumen kependudukan serta untuk
mendapatkan pelayanan sosial ekonomi lainnya, seperti untuk
pendaftaran sekolah.

4.1.10. Pemberdayaan Masyarakat Desa

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan


adanya alokasi pembangunan dari Pemerintah Pusat berupa Dana Desa
yang peruntukannya untuk pembangunan Desa, maka hal ini
menyebabkan dibutuhkannya percepatan-percepatan peningkatan
kualitas aparatur di setiap desa itu sendiri. Oleh karena itu, strategi
pemberdayaan masyarakat yang masiv sangat dibutuhkan guna menyikapi
hal tersebut. Dengan peningkatan kualitas aparatur desa, maka proses
pemberdayaan masyarakat desa akan berjalan lebih mudah dan sesuai
dengan rencana pembangunan yang diinginkan.

4.1.11. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Permasalahan terkait dengan pelaksanaan urusan Pengendalian


Penduduk dan Keluarga Berencana berkaitan dengan upaya
pemberdayaan masyarakat, adapun permasalahan terkait dengan upaya
tersebut meliputi:

IV - 12
 Belum optimalnya pelaksanaan program Keluarga Berencana, dilihat
dari masih rendahnya persentase Contraseptive Prevalence Rate
(CPR) pada tahun 2016 sebesar 72,97 % (tabel 2.64);

 Masih tingginya angka PUS Bukan Peserta KB (Unmet Need), pada


tahun 2016 mencapai angka sebesar 27,26 % (tabel 2.65).

4.1.12. Kepemudaan dan Olahraga

Berdasarkan data dari Dinas Kepemudaan dan Olahraga, jumlah klub


olahraga mengalami fluktuasi dari sebanyak 20 klub pada tahun 2013,
turun menjadi 11 klub di tahun 2014, kemudian di tahun 2015 naik
menjadi 18 klub dan di tahun 2016 menjadi sebanyak 23 klub
(tabel 2.16). Selain itu jumlah gedung/gelanggang olahraga juga
mengalami penurunan dari tahun 2014 hingga 2016, penurunan tersebut
terjadi dari 3 unit pada tahun 2014 menjadi 2 unit pada tahun 2016
(tabel 2.16). Sementara itu jumlah kegiatan keolahragaan juga menurun
dari 10 kegiatan di tahun 2013 menjadi 8 kegiatan di tahun 2016 (tabel
2.16). Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan olahraga dan
kepemudaan di Kabupaten Tulang Bawang belum sepenuhnya menjadi
perhatian pemerintah maupun masyarakat Kabupaten Tulang Bawang.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan budaya
dan prestasi olahraga, antara lain: (1) terbatasnya prasarana dan sarana
olahraga masyarakat; (2) terbatasnya upaya pembibitan atlet unggulan;
(3) belum optimalnya penerapan teknologi olahraga dan kesehatan
olahraga dalam rangka peningkatan prestasi; (4) terbatasnya jumlah dan
kualitas tenaga dan pembina keolahragaan; serta (5) rendahnya apresiasi
dan penghargaan bagi olahragawan dan tenaga keolahragaan yang
berprestasi.

IV - 13
4.1.13. Produksi Perikanan

Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah yang potensial dalam


perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat. Potensi
perikanan darat dapat dilihat dari sisi capaian produksi pada Tahun 2016
sebesar 28.383,80 ton (tabel 2.80). Sedangkan produksi perikanan laut
laut di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2016 sebesar 20.098 ton
(tabel 2.80) atau baru sebesar 2,70 % dari Jumlah Tangkapan yang
Diperbolehkan (JTB) 743.444 Ton. Hal ini menunjukkan bahwa potensi
perikanan laut dan darat di Kabupaten Tulang Bawang belum dikelola
secara optimal. Nelayan di Kabupaten Tulang Bawang merupakan
nelayan kecil dengan menggunakan perahu motor tempel (PMT) yang
melakukan aktifitas penangkapan hanya di sepanjang pantai 1-4 mil dan
sangat tergantung oleh cuaca seperti angin, gelombang, posisi bulan,
pasang surut. Adanya abrasi pantai yang mengakibatkan pantai menjadi
curam sehingga mempersulit operasional PMT. Ketrampilan nelayan
dalam mengakses teknologi menangkap ikan juga perlu ditingkatkan
karena selama ini masih mengandalkan sistem penangkapan ikan secara
tradisional atau berburu. Teknologi fishfinder dan alat bantu
penangkapan ikan modern hanya bisa diterapkan pada kapal motor dan
di Kabupaten Tulang Bawang 100% menggunakan perahu motor tempel.
Untuk mengoptimalkan potensi perikanan laut, maka pemberdayaan
nelayan kecil perlu ditingkatkan.

4.1.14. Pariwisata

Kabupaten Tulang Bawang memiliki sejumlah aset wisata yang lengkap


dan beragam jenis wisatanya, sampai dengan tahun 2016 jumlah obyek
wisata di Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 7 obyek wisata yang
tersebar di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, baik berupa wisata alam,
wisata budaya maupun wisata buatan diantaranya Cakat (Taman
Budaya), Way Tulang Bawang, Rawa Pacing, Rawa Bujung Tenuk, Rawa
Bawang Latak, Tangga Raja serta Pulau Daging dan Kapal Cina. Dengan

IV - 14
dukungan potensi pariwisata di Kabupaten Tulang Bawang, kunjungan
wisatawan mengalami fluktuasi pada tahun 2014 jumlah kunjungan
wisatawan meningkat sebanyak 19.827 orang dari sebelumnya yang
hanya sebanyak 525 orang tahun 2013, pada tahun 2015 turun menjadi
sebanyak 18.101 orang dan tahun 2016 kembali meningkat menjadi
sebanyak 18.146 orang (tabel 2.81). Hal tersebut perlu mendapatkan
perhatian pemerintah daerah untuk terus mengupayakan pengembangan
kawasan pariwisata di Kabupaten Tulang Bawang baik sarana prasarana
wisata maupun kapasitas pelaku pariwisata.

4.1.15. Pertanian

Potensi pertanian di Kabupaten Tulang Bawang sangat besar. Sektor


pertanian kehutanan dan perikanan merupakan penyumbang terbesar
terhadap PDRB atas dasar harga berlaku. Berdasarkan tabel distribusi
PDRB (tabel 2.7) dapat dilihat kontribusi sektor pertanian, kehutanan
dan perikanan pada tahun 2016 sebesar 40,83 %. Bila dibandingkan 5
(lima) tahun ke belakang kontribusi pertanian, kehutanan dan perikanan
semakin menurun. Hal ini membuktikan bahwa produksi pertanian belum
optimal. Optimalisasi produksi pertanian karena adanya alih fungsi
lahan, upaya yang dilakukan untuk mempertahankan produksi adalah
cetak sawah baru (penambahan luas lahan sawah).

Rendahnya Produksi produk pertanian di Kabupaten Tulang Bawang


ditandai masih banyaknya produksi pertanian dari luar daerah yang dijual
di Tulang Bawang, diantaranya produk sayuran, buah-buahan, dan
produk pertanian lainnya. Produksi padi terus mengalami peningkatan
dari sebesar 213.314 ton pada tahun 2013 menjadi sebesar 336.575 ton
pada tahun 2016, peningkatan produksi padi tersebut tidak dibarengi
dengan komoditas pertanian lainnya dimana produksi jagung dan kedelai
cenderung fluktuatif setiap tahunnya (tabel 2.82).

IV - 15
Sektor peternakan merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten
Tulang Bawang setelah pertanian hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
populasi ternak baik ternak besar, ternak kecil maupun ternak unggas
yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Populasi ternak di Kabupaten
Tulang Bawang selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami fluktuasi (tabel
2.83).

4.1.16. Tata Kelola Pemerintahan

Kinerja pemerintahan yang masih bernilai CC pada penilaian


akuntabilitas SAKIP oleh Menteri Pendayaagunaan Aparatur Negara
Reformasi Birokrasi menunjukkan hasil yang cukup baik dan masih perlu
perbaikan. Beberapa hal penyebab belum efektifnya kinerja pemerintah
dapat dilihat dari beberapa kondisi yang masih ada. Diantaranya belum
optimalnya kualitas perencanaan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa
faktor penyebab, diantaranya masih belum terpenuhinya kuantitas
maupun kualitas SDM perencana pada semua OPD.

Selain itu belum optimalnya peningkatan pendapatan daerah terus


diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi beberapa sumber
pendapatan seperti pajak dan retribusi serta hasil Perusahaan Milik
Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah. Sehingga strategi untuk
menggali potensi-potensi baru pendapatan daerah, mengoptimalkan
pemanfaatan kekayaan daerah, meningkatkan kualitas dan efisiensi
pengelolaan BUMD serta meningkatkan investasi daerah, perlu untuk
dikedepankan melalui upaya-upaya yang inovatif.

Namun demikian, dalam hal pengelolaan keuangan daerah telah


memenuhi standar akuntansi pemerintahan terbukti mampu memperoleh
WTP bertutut-turut mulai tahun 2014-2017. Hal ini perlu dipertahankan
melalui upaya tertib pengelolaan pendapatan, tertib pengelolaan belanja
dan tertib pengelolaan asset daerah.

IV - 16
Pelaksanaan pengawasan pelaksanaan pembangunan daerah juga belum
optimal sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.73. Indikasi permasalahan
ini adalah adanya trend temuan pemeriksaan cenderung mengalami
fluktuasi sepanjang 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini dimungkinkan karena
faktor implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
yang belum optimal. Indeks maturitas penyelenggaraan SPIP perlu
ditingkatkan pada level yang lebih tinggi yaitu terdefinisi, terkelola dan
terukur serta optimum. Konstruksi SPIP yang mulai dibangun pada 2014
menjadi pondasi awal untuk lebih dipertajam melalui berbagai upaya.

Ketidakseimbangan antara penambahan dengan pengurangan pegawai


menjadi penyebab munculnya permasalahan ini. Pengadaan CPNS sebagai
jalur utama dalam penambahan pegawai tidak efektif dikarenakan
adanya kebijakan moratorium CPNS. Penambahan pegawai yang
dimungkinkan melalui penerimaan mutasi pegawai dari luar daerah dan
pengangkatan pegawai non PNS. Penerimaan mutasi dari luar daerah
tidak bisa ditentukan targetnya karena Pemerintah Daerah yang sebatas
pasif menerima secara selektif atas permohonan mutasi yang masuk.
Sedangkan pengangkatan pegawai non PNS terkendala oleh belum adanya
regulasi manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K)
sebagai salah satu kategori Aparatur Sipil Negara selain PNS.

Di sisi lain kualitas pegawai yang ada pun belum memenuhi semua
standar syarat dalam menduduki jabatan. Hal itu terlihat dengan belum
terpenuhinya kompetensi pejabat dalam hal unsur pemenuhan diklat
kepemimpinan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah pejabat
struktural yang diangkat pada perubahan kelembagaan menyeluruh
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 yang belum
memiliki kompetensi syarat diklat sesuai jabatan yang diduduki. Melihat
kesenjangan yang ada dapat dipahami bahwa sangat dibutuhkan
pemenuhan SDM sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mendukung
tercapainya kinerja pemerintahan daerah.

IV - 17
4.2. Isu Strategis

Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya
yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) dimasa datang.
Kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis perlu diantisipasi, agar tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak
dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Karakteristik suatu isu
strategis ditunjukkan dari kondisi atau hal yang bersifat penting,
mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembangaan/
keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan datang.

Beberapa isu strategis yang berkembang akibat pengaruh kondisi global,


regional dan nasional yang perlu mendapat perhatian dan fokus
penanganan oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun kedepan meliputi:

4.2.1. Isu Strategis Internasional

Pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan serta prospek ekonomi


Kabupaten Tulang Bawang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan
tantangan ekonomi global yang perlu dicermati diantaranya adalah:

4.2.1.1. Sustainable Development Goals (SDG’s)

Sustainable Development Goals (SDG’s) merupakan kelanjutan dari


Millenium Development Goals (MDG’s) yang berakhir pada tahun 2015.
MDG’s yang diklaim sukses membawa penduduk negara dunia ketiga
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama di bidang kesehatan,
pendidikan dan standar hidup yang diukur melalui Human Development
Index dilanjutkan dengan pencanangan SDG’s. SDG’s adalah sasaran
jangka panjang bagi komunitas dunia dalam rangka mempertahankan
keberlanjutan pencapaian kebutuhan dasar melalui keseimbangan

IV - 18
pembangunan di sektor ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam konsep
ini, pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi ekonomi tetap harus diimbangi
dengan kesetaraan sosial, partisipasi masyarakat, serta terjaganya
kelestarian lingkungan dalam jangka panjang untuk kembali menunjang
pembangunan ekonomi di masa mendatang.

Dalam dokumen Sustainable Development Goals (SDG’s) terdapat 17


(tujuh belas) sasaran dan 169 (seratus enam puluh sembilan) taget
pembangunan. 17 (tujuh belas) sasaran tersebut terdiri dari:

1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun;

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang


lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan;

3. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan


bagi semua untuk semua usia;

4. Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga


mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua;

5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua


perempuan dan anak perempuan;

6. Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang


berkelanjutan dan sanitasi bagi semua;

7. Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat


diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua;

8. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,


tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk
semua;

9. Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi


yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan
inovasi;

10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara;

IV - 19
11. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan;

12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan;

13. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan


dampaknya;

14. Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber


daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang
berkelanjutan;

15. Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang


berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara
berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggurunan), dan
menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambat
hilangnya keanekaragaman hayati;

16. Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan


berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua
dan membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel dan
inklusif disemua level;

17. Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan


global untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Secara garis besar, 17 (tujuh belas) tujuan SDG’s di atas dapat


dikelompokkan dalam empat pilar, yakni pembangunan manusia,
pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan hidup, dan
governance. Pilar pembangunan manusia menjadi isu penting
pemerintah daerah, yaitu peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan mencapai kesetaraan gender, serta
memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.

IV - 20
Upaya pencapaian SDG’s di pilar ekonomi yakni meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan memperluas lapangan kerja untuk
menurunkan angka pengangguran terbuka, mendorong investasi,
mendukung pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan industri
dengan komoditas unggulan, memastikan ketahanan pangan. Sehingga
dapat menurunkan angka kemiskinan. Dari sisi infrastruktur akan
mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni serta pengurangan
kawasan kumuh. Membangun infrastruktur pada kawasan strategis dan
pusat pertumbuhan. Upaya pencapaian SDG’s pada pilar pembangunan
lingkungan hidup antara lain mengambil tindakan untuk memerangi
perubahan iklim dan dampaknya, mengelola aset sumber daya alam
secara berkelanjutan, konservasi sumberdaya alam dan perlindungan
ekosistem serta keanekaragaman hayati; mengelola ekosistem yang
berkelanjutan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.

Sedangkan tujuan dalam bidang governance, upaya mencapai tujuan


SDG’s antara lain memastikan masyarakat dalam kondisi yang aman,
tertib dan tenteram dan membangun organisasi/tata kelola pemerintah
daerah yang efektif dan akuntabel.

4.2.1.2. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi


negara-negara yang tergabung dalam ASEAN sehingga pada prakteknya
terbentuk sistem perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. MEA
ini telah disepakati oleh negara-negara di ASEAN dan mulai diberlakukan
pada tanggal 31 Desember 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal sehingga
ASEAN akan bersifat lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan
langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang menerapkan
inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor
prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan
bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Peraturan

IV - 21
untuk mengantisipasi berlakunya MEA di akhir 2015 telah diterbitkan,
salah satunya melalui Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Pengesahan Protokol untuk Mengubah Perjanjian Ekonomi ASEAN
tertentu terkait Perdagangan Barang.

Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun


2015, di satu pihak akan menciptakan peluang yang lebih besar bagi
perekonomian Kabupaten Tulang Bawang, tetapi dilain pihak juga
menuntut daya saing perekonomian daerah yang tinggi termasuk
sumberdaya manusianya. Tantangan dari pemberlakuan MEA adalah
kesiapan pemerintah Kabupaten Tulang Bawang mempersiapkan mental
dan ketrampilan hidup penduduk Kabupaten Tulang Bawang menghadapi
MEA; yaitu: (a) memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi untuk
mencintai dan mendukung produk dalam negeri; (b) mengupayakan
standarisasi dan sertifikasi ketrampilan yang dipersyaratkan untuk
kompetisi pasar tenaga kerja; (c) meningkatkan arus investasi, mencetak
eksportir ke ASEAN, pengiriman tenaga terampil ke ASEAN, dan
peningkatan kunjungan wisata.

4.2.1.3. AFTA (ASEAN Free Trade Area)

Isu strategis internasional yang berkaitan langsung dengan proses


pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang adalah perdagangan bebas
dan AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang mulai dilaksanakan tahun 2015
menjadi tantangan besar bagi daerah. Terbukanya pasar bebas ASEAN,
maka aliran perdagangan barang dan jasa, investasi, dan perpindahan
tenaga kerja antar negara ASEAN tak ada lagi hambatannya. Dengan
adanya AFTA ini antara lain peningkatan perdagangan international,
tebukanya peluang kerja lebih banyak, meningkatkan kompetisi antar
pengusaha, terbukanya peluang pengusaha lokal untuk go international
meningkatkan nilai ekspor, dapat meningkatkan devisa dari sektor
pariwisata, tidak adanya bea cukai sehingga banyaknya produk dari
Negara-negara tetangga masuk dan itu merupakan keuntungan bagi

IV - 22
konsumen, serta kompetisi antar pengusaha, tentu ini akan
menghadirkan peluang sekaligus tantangan tersendiri bagi pembangunan
ekonomi bagi Kabupaten Tulang Bawang.

4.2.2. Isu Strategis Nasional

4.2.1.3. RPJMN Tahun 2015-2019

Secara sektoral, pemerintah pusat memiliki program-program unggulan


yang secara positif atau negatif dapat berpengaruh kepada daerah,
termasuk di Kabupaten Tulang Bawang. Visi dan misi pembangunan
daerah juga harus sinkron dengan visi dan misi pembangunan nasional.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah
ditetapkan Visi Pembangunan Nasional.

Visi Pembangunan Nasional adalah:

Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian


Berlandaskan Gotong-Royong

Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut, dijabarkan dalam 7 (tujuh)


misi yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan


wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan;

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis


berlandaskan negara hukum;

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri


sebagai negara maritim;

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan


sejahtera;

IV - 23
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,


kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Berdasarkan visi dan misi tersebut kemudian dirumuskan 9 agenda


Nawacita dengan sub agenda pembangunan nasional sebagai berikut:

1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan


memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara

a. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif;

b. Penguatan sistem pertahanan;

c. Memperkuat jatidiri sebagai Negara maritim;

d. Meningkatkan kualitas perlindungan warga Negara Indonesia


danbadan hukum Indonesia di luar negeri;

e. Melindungi hak dan keselamatan pekerja migran;

f. Memperkuat peran dalam kerjasama global dan regional;

g. Meminimalisasi dampak globalisasi;

h. Membangun industri pertahanan nasional;

i. Membangun Polri yang professional;

j. Peningkatan ketersediaan dan kualitas data serta informasi


kependudukan.

2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,


demokratis, dan terpercaya

a. Melanjutkan konsolidasi demokrasi untuk memulihkan


kepercayaan publik;

b. Meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam


politik dan pembangunan;

IV - 24
c. Membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintahan;

d. Penyempurnaan dan peningkatan kualitas Reformasi Birokrasi


Nasional (RBN);

e. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan


kebijakan publik.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-


daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan

a. Peletakan dasar-dasar dimulainya desentralisasi asimetris;

b. Pemerataan pembangunan antar wilayah terutama kawasan


timur Indonesia;

c. Penanggulangan kemiskinan.

4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem


dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya

a. Peningkatan penegakan hukum yang berkeadilan;

b. Pencegahan dan pemberantasan korupsi;

c. Pemberantasan penyalahgunaan narkoba;

d. Menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah;

e. Melindungi anak, perempuan, dan kelompok marjinal.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia

a. Pembangunan kependudukan dan keluarga berencana;

b. Pembangunan pendidikan khususnya pelaksanaan Program


Indonesia Pintar;

c. Pembangunan kesehatan khususnya pelaksanaan Program


Indonesia Sehat;

IV - 25
d. Peningkatan kesejahteraan rakyat marjinal melalui pelaksanaan
Program Indonesia Kerja.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar


internasional

a. Membangun konektivitas Nasional untuk mencapai keseimbangan


pembangunan;

b. Membangun transportasi massal perkotaan;

c. Membangun infrastruktur/prasarana dasar;

d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembiayaan


infrastruktur;

e. Menguatkan peran investasi;

f. Mendorong BUMN menjadi agen pembangunan;

g. Meningkatkan kapasitas inovasi dan teknologi;

h. Meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional;

i. Mengembangkan kapasitas perdagangan nasional;

j. Meningkatkan daya saing tenaga kerja.

7. Peningkatan kedaulatan pangan

a. Peningkatan kedaulatan pangan;

b. Peningkatan ketahanan air;

c. Melestarikan sumber daya alam lingkungan hidup dan


pengelolaan bencana;

d. Penguatan sektor keuangan.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

Pemupukan jiwa revolusi mental di kalangan peserta didik melalui


pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang
relevan.

IV - 26
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia

Meletakkan Pancasila pada fungsi dan peranannya sebagai dasar


filsafat Negara.

4.2.3. Isu Strategis Regional

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2014


tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Lampung Tahun 2015-2019, visi pembangunan Provinsi Lampung
adalah “Lampung Maju dan Sejahtera 2019”. Untuk mewujudkan visi
tersebut dirumuskan 5 (lima) misi, sebagai berikut:

1. Meningkatkan Pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian


daerah, misi ini mengandung tujuan: Meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mengurangi ketimpangan pembangunan daerah, dengan
sasaran:

a. Peningkatan pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian


terhadap PDRB Provinsi Lampung;

b. Terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan per kapita


masyarakatuntuk memenuhi kecukupan energi;

c. Meningkatnya pertumbuhan dan kontribusi sektor industri


pengolahan terhadap PDRB Provinsi Lampung;

d. Meningkatnya pertumbuhan dan kontribusi sub sektor


perdagangan pada PDRB Provinsi;

e. Meningkatnya peran koperasi dan UMKM dalam perekonomian


daerah;

f. Peningkatan kontribusi penanaman modal (investasi) terhadap


perekonomian daerah;

g. Berkembangnya kontribusi pariwisata pada perekonomian


daerah.

IV - 27
2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan
pelayanan sosial, misi ini mengandung tujuan: Meningkatkan
kuantitas dan kualitas prasarana, sarana dan utilitas dasar wilayah,
dengan sasaran:

a. Tersedianya infrastruktur/prasarana dan sarana transportasi yang


handal, terintegrasi dengan sistem transportasi nasional untuk
mendukung pergerakan orang dan barang;

b. Terwujudnya tata ruang wilayah sesuai arah pemanfaatan ruang


nasional, provinsi dan kabupaten/kota;

c. Tersedianya sumber daya air yang handal dan berkualitas untuk


memenuhi kebutuhan rumah tangga (domestik), pertanian
(irigasi), industri, dan untuk berbagai keperluan lainnya baik
pada waktu sekarang maupun yang akan datang;

d. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana


dasar pemukiman (mencakup persampahan, air bersih, air
limbah);

e. Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur


energi dan ketenagalistrikan di Provinsi Lampung dari 72 %
menjadi 78% di akhir tahun 2019.

3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, iptek dan inovasi,


budaya masyarakat, dan toleransi beragama, misi ini mengandung
tujuan:

a. Meningkatkan indeks pembangunan pendidikan masyarakat yang


cukup tinggi dan berkualitas;

b. Meningkatkan indeks pembangunan dan derajat kesehatan


masyarakat;

c. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berbudaya;

d. Terwujudnya kualitas pelayanan sosial kepada masyarakat;

e. Mewujudkan kompetensi dan produktivitas kerja;

IV - 28
f. Mewujudkan pengembangan kawasan transmigrasi;

g. Mewujudkan kualitas pembangunan kesetaraan gender dan


kesejahteraan keluarga;

h. Mewujudkan kualitas kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan


yang toleran;

i. Meningkatkan kapasitas dan kinerja SDM, sehingga mamp


menjadi pelaku difusi dan inovasi teknologi;

j. Meningkatkan jalinan kerjasama dan hubungan sinergitas antar


lembaga IPTEK di daerah.

Dengan sasaran:

a. Meningkatkan angka melek huruf;

b. Tuntasnya wajib belajar pendidikan 9 tahun;

c. Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat kejenjang


menengah dan tinggi;

d. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama


untuk kesehatan ibu dan anak dengan menurunkan AKB dari
7,11/1000 KH Tahun 2012 menjadi 6,6/1000 KH Tahun 2019

e. Terinternalisasinya nilai-nilai budaya dan kearifan lokal;

f. Meningkatnya pelayanan kesejahteraan dan rehabilitasi bagi tuna


sosial;

g. Meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja;

h. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat transmigrasi dan


berkembangnya kawasan transmigrasi;

i. Meingkatnya indeks pembangunan dan kesetaraan;

j. Meningkatnya kesejahteraan keluarga;

k. Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga dalam


pembangunan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat;

IV - 29
l. Meningkatnya kualitas kehidupan beragama;

m. Mengembangkan jaringan kelembagaan dan peneliti;

n. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk


menghasilkan produk litbang yang berdaya guna bagi daerah.

4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang


berkelanjutan, misi ini mengandung tujuan: Mewujudkan
keseimbangan lingkungan dan berkelanjutan pembangunan, dengan
sasaran:

a. Penurunan beban pencemaran, pengendalian kerusakan


lingkungan serta perlindungan dan konservasi SDA;

b. Peningkatan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim;

c. Peningkatan manfaat kawasan hutan produksi Lampung dan


aspek ekonomis dan ekologis.

5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis


kearifan lokal, dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan
antisipatif, misi ini mengandung tujuan:

a. Mewujudkan keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum di


masyarakat;

b. Mengembangkan pemerintahan yang baik dan antisipatif;

c. Memperkuat kapasitas manajemen birokrasi;

d. Merealisasikan pembangunan politik.

Dengan sasaran:

a. Terciptanya keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum di


masyarakat;

b. Meningkatnya kinerja pemerintahan ditandai dengan


meningkatnya kepercayaan publik melalui pelayanan prima;

IV - 30
c. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja pelayanan
publik;

d. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;

e. Terwujudnya perencanaan pembangunan yang berkualitas dan


partisipatif;

f. Meningkanya kinerja pelayanan publik yang memuaskan


masyarakat dan kualitas pelayanan yang merata;

g. Meningkatnya kualitas kehidupan berdemokrasi dengan proses


demokrasi yang menghargai kebebasan, persamaan, keadilan
dalam rangka supremasi hukum.

4.2.4. Isu Strategis Regional

4.2.4.1. RPJP Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2005-2025

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 26


Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2005-2025. Visi pembangunan
jangka panjang Kabupaten Tulang Bawang adalah “Terwujudnya
Kabupaten Tulang Bawang yang Aman, Sejahtera, Mandiri dan
Berkeadilan”. Visi tersebut akan dicapai dengan menetapkan misi:

1. Menumbuhkembangkan nilai-nilai sosial budaya, hukum dan


berkehidupan berpolitik demokratis;

2. Menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya


saing tinggi;

3. Mendayagunakan segenap potensi ekonomi daerah berlandaskan


hukum;

4. Melaksanakan manajemen pemerintahan yang berkualitas,


transparan dan accountable;

IV - 31
5. Melaksanakan pemerataan pembanguna berbasis masyarakat dan
berkeadilan.

4.2.4.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

RTRW Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2012-2032 ditetapkan dengan


Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013. Kebijakan Pemerintah Kabupaten
Tulang Bawang dalam penataan ruang wilayah meliputi:

a. Pengembangan produk unggulan pertanian untuk menunjang


pengembangan agribisnis;

b. Peningkatan peran dan fungsi perkotaan secara berhirarki;

c. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana


wilayah yang terpadu dan merata;

d. Pemeliharaan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian fungsi


lingkungan hidup dan kegiatan di dlamnya; dan

e. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertanahan dan keamanan


Negara.

Adapun strategi dalam penataan ruang meliputi:

1. Strategi pengembangan produk unggulan pertanian untuk menunjang


pengembangan agribisnis meliputi:

a. Megembangkan komoditas kelapa sawit, karet, tebu, ubi kayu


dan komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis di
wilayah tengah dan barat kabupaten;

b. Mengembangkan perikanan budidaya di wilayah timur kabupaten;

c. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian


pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional;

d. Memperluas lahan pertanian tanaman pangan;

e. Mengembangkan jaringan irigasi;

f. Mengembangkan puat-pusat kegiatan agropolitan; dan

IV - 32
g. Mengembangkan kawasan industri berbasis perikanan.

2. Strategi peningkatan peran dan fungsi perkotaan secara berhirarki


meliputi:

a. Meningkatkan peran perkotaan sesuai hirarki masing-masing;

b. Mengembangkan sarana wilayah di kawasan perkotaan sesuai


dengan fungsi dan peran masing-masing perkotaan; dan

c. Mendorong interaksi antar wilayah dengan mengembangkan


spesifikasi masing-masing perkotaan.

3. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan


prasarana wilayah yang terpadu dan merata meliputi:

a. Meningkatkan akses antar wilayah dan kawasan perkotaan;

b. Mengembangkan prasarana transportasi sesuai hirarki masing-


masing;

c. Mengembangkan sistem transportasi antar moda;

d. Mengembangkan dan membangun pembangkit listrik serta


memperluas sistem jaringan sampai ke pelosok;

e. Mengembangkan dan membangun prasarana telekomunikasi serta


memperluas jangkauan pelayanan;

f. Mengembangkan dan membangun sistem prasarana lainnya


secara terpadu; dan

g. Menyediakan prasarana penunjang penanggulangan bencana


disertai sistem peringatan dini.

4. Strategi pemeliharaan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian


fungsi lingkungan hidup dan kegiatan di dalamnya meliputi:

a. Menetapkan luas dan fungsi kawasan lindung;

b. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang


telah menurun;

IV - 33
c. Mengendalikan dampak pembuangan limbah;

d. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi


lingkungan hidup;

e. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan


dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan
yang ada dan akan berkembang;dan

f. Merehabilitasi lahan kritis.

5. Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan


keamanan negara meliputi:

a. Mendukung penetapan kawasan pertahanan dan keamanan di


wilayah kabupaten;

b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan


di sekitar kawasan pertahanaan dan keamanan untuk menjaga
fungsi pertahanan keamanan;

c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya


tidak terbangun di sekitar pertahanaan dan keamanan dengan
kawasan budidaya terbangun; dan

d. Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan


keamanan.

Hasil kajian dari penyusunan RPJMD dapat disimpulkan adalah sebagai


berikut:

1. Hasil kajian menunjukkan bahwa draft RPJMD telah konsisten


memiliki keterkaitan dengan RTRW, RPJM Provinsi Lampung, RPJM
Nasional serta memperhatikan aspek keterkaitan (antar waktu,
sektor pemangku kepentingan), keseimbangan dan keadilan;

2. Setiap program memiliki dampak atau pengaruh terhadap isu pendek


pembangunan berkelanjutan, baik positif dan/atau negatif;

IV - 34
3. Semua program yang direncanakan dalam RPJMD dapat dilanjutkan
dengan mengupayakan mitigasi/adaptasi.

Isu strategis yang ditetapkan dalam RPJMD ini ditetapkan dengan


berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki pengaruh yang besar dan signifikan terhadap pencapaian


sasaran pembangunan nasional;

b. Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah;

c. Luasnya dampak yang ditimbulkan terhadap daerah dan masyarakat;

d. Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah;

e. Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola;

f. Prioritas komitmen politik yang perlu diwujudkan.

Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan pembangunan dan


kondisi lingkungan strategis dengan menggunakan kriteria yang telah
ditetapkan, seiring dengan dinamika dan pengembangan kabupaten serta
menelaah isu-isu di lingkup Provinsi Lampung, Nasional dan global,
maka dapat dirumuskan isu-isu strategis pembangunan Kabupaten
Tulang Bawang selama 5 (lima) tahun kedepan.

Rumusan isu-isu strategis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Memantapkan keamanan dan ketertiban umum, dalam rangka


mendukung pelaksanaan pemerintahan daerah melalui upaya untuk
meningkatkan kualitas dan intensitas pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan peraturan dan norma masyarakat serta meningkatkan
toleransi dan kerukunan antar umat beragama;

2. Memperkuat nilai-nilai budaya lokal dalam rangka pelestarian nilai-


nilai luhur budaya, adat dan tradisi, kehidupan seni, yang masih
melekat dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat dalam
menghadapi arus globalisasi serta kearifan budaya lokal sebagai basis
ketahanan budaya untuk menjaga keberlanjutan dinamika dan

IV - 35
perkembangan zaman sekaligus untuk menyaring masuknya budaya-
budaya asing yang kurang sesuai dengan tatanan dan tuntunan
budaya lokal;

3. Peningkatan kesejahteraan rakyat yang semakin merata dan


berkeadilan melalui pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas, pemerataan dan perluasan akses layanan pendidikan dan
kesehatan, percepatan penurunan kemiskinan, penurunan
pengangguran, mitigasi dan pencegahan bencana, dan peningkatan
kesejahteraan rakyat lainnya.

4. Percepatan pembangunan infrastruktur strategis daerah melalui


percepatan ketersediaan lahan pembangunan untuk kepentingan
umum, meningkatkan fasilitasi kerjasama pemerintah dengan
pemerintah, serta pemerintah dengan swasta dan meningkatkan
infrastruktur publik terutama di wilayah tertinggal dan perbatasan.

Infrastruktur di Kabupaten Tulang Bawang belum seluruhnya dalam


kondisi baik. Hal ini disebabkan oleh beban penggunaan prasarana
infrastruktur yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk
dan penggunaan sarana lalu lintas serta ketidakseimbangan antara
penyediaan prasarana sarana publik sesuai rencana tata ruang
terhadap desakan pemanfaatan ruang.

5. Reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur


sipil negara dan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan dan
peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat dan dunia usaha;

Reformasi birokrasi di Kabupaten Tulang Bawang masih rendah dan


masih terus ditingkatkan seiring dengan pemenuhan indikator-
indikator penunjangnya. Beberapa hal yang menjadi penyebab
adalah keterbatasan jumlah sumberdaya aparatur di lingkungan

IV - 36
Pemerintah Daerah. Di sisi lain pelayanan masyarakat terus dituntut
untuk semakin cepat, transparan dan efisien.

Reformasi birokrasi harus terus ditingkatkan dengan cara


meningkatkan kinerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan
secara umum, baik pengelolaan sumber daya manusia, manajemen
keuangan daerah, maupun pelayanan publik. Selain itu penggunaan
teknologi informasi dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan dan
pelayanan publik menjadi alternatif dalam mengatasi permasalahan
keterbatasan sumberdaya aparatur dan tuntutan masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan yang cepat, akurat dan efisien.

6. Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup


agar tetap lestari dan berkelanjutan.

Inti dari permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Tulang Bawang


ditandai dengan penurunan kualitas tanah, kualitas air, dan kualitas
udara. Penurunan kualitas air, terutama air permukaan, disebabkan
oleh pembuangan limbah yang tidak melalui pengolahan serta sistem
sanitasi yang buruk. Selain itu, kurangnya pengendalian pemanfaatan
alih fungsi lahan juga memacu kerusakan lingkungan, peningkatan
alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, rendahnya kualitas
pengelolaan sampah, rendahnya luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH),
masih adanya lahan kritis merupakan permasalahan yang lain di
bidang lingkungan hidup.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan


hidup adalah meningkatkan kualitas lingkungan dengan meningkatkan
pengelolaan air limbah, cakupan layanan persampahan,
meminimalkan alih fungsi lahan dan penanganan lahan kritis dan
sumber daya alam.

IV - 37
4.3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Pembangunan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas


hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, rencana
pembangunan harus berdasarkan kebijakan yang mensinergikan
dan mengharmonisasikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi
(sustainable development). Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pasal 15,
menyatakan bahwa pemerintah wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
atau kebijakan, rencana, atau program (KRP).

Salah satu KRP yang ada di setiap daerah termasuk Kabupaten Tulang
Bawang adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5
(lima) tahun. RPJMD merupakan turunan dari Rencana Kebijakan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) yang memiliki periode 20 (dua puluh) tahun.
RPJMD Kabupaten Tulang Bawang disusun menyesuaikan dengan suksesi
kepala daerah (Bupati).

Proses penyusunan KLHS RPJMD dimulai dengan melakukan identifikasi


pemangku kepentingan untuk pemetaan pemangku kepentingan,
selanjutnya pra pelingkupan untuk mempersiapkan daftar panjang isu-isu
lingkungan kemudian pelingkupan untuk memperoleh daftar pendek isu-
isu lingkungan. Tahap berikutnya adalah pengkajian konsistensi
pembangunan berkelanjutan RPJMD, pengkajian pengaruh RPJMD sampai
merumuskan mitigasi/adaptasi dan/atau alternatif dan merumuskan
rekomendasi, yang rumusan rekomendasi diintegrasikan dalam RPJMD.

IV - 38
Tujuan dilakukannya KLHS dalam rangka penyusunan RPJMD Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2017–2022 adalah sebagai berikut :

a. Menganalisis secara sistematik, menyeluruh dan partisipatif untuk


memastikan bahwa kaedah pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam RPJMD Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2017–2022;

b. Mengidentifikasi isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan


dikaitkan dengan program pembangunan dalam RPJMD Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2017–2022;

c. Merumuskan program mitigasi dan alternatif terhadap program


pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2017–2022.

Adapun maksud dilaksanakannya tahapan pengkajian ini adalah untuk


menganalisis dampak positif dan negatif terhadap indikasi program
prioritas dari RPJMD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022.
Demikian juga terhadap program-program yang berpotensi menimbulkan
dampak atau resiko lingkungan hidup yang akan dimuat dalam Rencana
Organisasi Perangkat Daerah (Renstra OPD). Analisis dimaksud dilakukan
dengan memperhatikan kecenderungan perkembangan dimasa yang akan
datang serta kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.

Kajian pengaruh dilakukan dengan memilih program prioritas yang


memiliki keterkaitan dengan isu-isu strategis pembangunan
berkelanjutan dan memberikan penilaian pengaruh negatif atau positif
lalu mendesekripsikan pengaruh tersebut. Selanjutnya menganalisis
pengaruh kumulatif dengan disertai usulan adaptasi/mitigasi.

IV - 39
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

V
isi dan misi merupakan gambaran ke depan Kabupaten Tulang
Bawang pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih
untuk periode RPJMD Tahun 2017-2022. Gambaran tentang
visi dan misi dituangkan ke dalam tujuan dan sasaran yang
merujuk Rencana Pembangunan Janga Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2005–2025 dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019 dengan
mempertimbangkan RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015–2019 dan RTRW
Kabupaten Tulang Bawang 2012–2032.

5.1. Visi

Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan


tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang
ada. Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan
daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang
(clarity of direction). Visi juga harus menjawab permasalahan
pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang harus diselesaikan
dalam jangka menengah serta sejalan dengan visi dan arah pembangunan
jangka panjang daerah.

Dengan mempertimbangkan kondisi daerah, permasalahan


pembangunan, tantangan yang dihadapi serta isu-isu strategis,
dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan
jangka menengah daerah. Visi Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2017-2022 adalah:

V-1
“Terwujudnya Tulang Bawang Yang Aman, Mandiri dan Sejahtera”

Visi Kabupaten Tulang Bawang ini diharapkan akan mewujudkan


keinginan dan amanat masyarakat Kabupaten Tulang Bawang dengan
tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan
dalam Pembukaan UUD 1945. Di dalam visi tersebut terdapat 3 (tiga)
makna kata kunci yang terkandung yaitu:

Aman : Pembangunan yang dilakukan secara bersama-sama oleh


seluruh komponen masyarakat dengan situasi dan kondisi
sosial, ekonomi, budaya yang nyaman, tertib, rukun,
tentram, dan berkeadilan serta menjunjung tinggi
supremasi hukum, demokrasi, toleransi antar umat
beragama, antar golongan, dan antar suku untuk mencapai
kesejahteraan bersama secara menyeluruh dan merata

Mandiri : Suatu kondisi adanya peningkatan dukungan kemandirian


masyarakat dengan mengoptimalkan potensi daerah dan
menggali sumber-sumber pendapatan daerah dengan tetap
berpegang kepada budaya dan kearifan lokal.

Sejahtera : Suatu kondisi di masyarakat yang mempunyai tingkat


kehidupan yang baik, dengan meningkatnya pendapatan
per kapita dan daya beli masyarakat.

Visi Kabupaten Tulang Bawang tersebut berpedoman pada Visi


Pembangunan Nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor
2 tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” dan Visi
Pembangunan Provinsi Lampung yang dituangkan dalam Peraturan
Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung
Tahun 2015-2019 yaitu “Lampung Maju dan Sejahtera 2019”. Keterkaitan
Visi sebagaimana dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut :

V-2
Tabel 5.1 Keterkaitan Visi Nasional, Provinsi dan
Kabupaten Tulang Bawang

Visi Nasional Visi Provinsi Lampung Visi Tulang Bawang

RPJPN RPJMN RPJPD RPJMD RPJPD RPJMD


2005-2025 2015-2019 2005-2025 2015-2019 2005-2025 2017-2022

Indonesia yang Indonesia yang Lampung yang Lampung Maju Terujudnya Terwujudnya
Mandiri, Maju, Berdaulat, Mandiri Maju dan dan Sejahtera Kabupaten Tulang Bawang
Adil dan dan Berkepribadian Sejahtera 2025 2019 Tulang Bawang yang Aman,
Berlandaskan
Makmur yang Aman, Mandiri dan
Gotong Royong
Sejahtera, Sejahtera
Mandiri dan
Berkeadilan

5.2. Misi

Misi merupakan penjabarkan dari visi dan disusun dalam rangka


mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
mewujudkan visi tersebut. Rumusan misi merupakan penggambaran visi
yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus
dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi
tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan
menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi.

Rumusan misi disusun dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan


strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam
pembangunan daerah. Misi disusun untuk memperjelas jalan atau
langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi.
Misi yang digariskan untuk pengembangan Kabupaten Tulang Bawang
selama 5 (lima) tahun ke depan adalah:

1. Meningkatkan Kualitas Kerukunan, Ketentraman, Keagamaan dan


Kebudayaan Masyarakat;

2. Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Pendidikan, Kesehatan


serta Infrastruktur Wilayah;

V-3
3. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat untuk Mengurangi Angka
Pengangguran dan Kemiskinan;

4. Meningkatkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan yang


Berkualitas, Bersih dan Transparan untuk Meningkatkan Daya Saing
Daerah, Sinergisitas Wilayah dan Berkembangnya Kampung Sejahtera
dan Mandiri;

5. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkualitas dan


Berkelanjutan.

Penjelasan misi sebagai berikut:

Misi 1 : Meningkatkan Kualitas Kerukunan, Ketentraman, Keagamaan


dan Kebudayaan Masyarakat

Kondisi aman dan tertib merupakan harapan masyarakat Kabupaten


Tulang Bawang yang ditandai dengan rendahnya tindak kriminalitas,
terciptanya kondisi masyarakat yang kondusif dan terlaksananya
kebebasan demokrasi yang bertanggung jawab. Di samping itu,
masyarakat Tulang Bawang juga hidup berdampingan dengan latar
belakang agama yang berbeda-beda. Sikap toleransi antar umat
beragama yang senantiasa terjaga dalam kehidupan bermasyarakat harus
terus dikembangkan agar semangat persatuan dan kesatuan menjadi
pilar penyangga yang kokoh menuju Kabupaten Tulang Bawang yang
aman dan sejahtera.

Misi 2 : Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Pendidikan,


Kesehatan serta Infrastruktur Wilayah

Misi ini dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan pelayanan


pendidikan baik dari sisi tenaga pendidik maupun prasarana, sarana
penunjang pendidikan dan peningkatan manajeman pendidikan sesuai
standar. Di bidang kesehatan, peningkatan sarana prasarana kesehatan
serta layanan kesehatan yang sudah terakreditasi diharapkan kualitas

V-4
layanan kesehatan masyarakat dapat lebih baik. Selain itu upaya
Pemerintah Daerah dalam membangun konektivitas antar wilayah
melalui peningkatan kondisi jalan dan jembatan, sarana prasarana
transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan dalam rangka percepatan pembangunan dan
dukungan bagi pengembangan potensi daerah, serta penyediaan
infrastruktur pelayanan dasar berupa air minum dan sanitasi yang merata
diharapkan dapat memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan
dan tentu saja terjangkau bagi seluruh masyarakat Kabupaten
Tulang Bawang.

Misi 3 : Meningkatkan Perekonomian Masyarakat untuk Mengurangi


Angka Pengangguran dan Kemiskinan

Misi ini dimaksudkan untuk memberikan dukungan dan pendampingan


yang terus menerus kepada masyarakat dalam penguatan sistem ekonomi
kerakyatan yang berbasis kekuatan lokal, peningkatan sektor-sektor
unggulan daerah dan iklim investasi yang kondusif menjadi penggerak
dan penguat bagi perekonomian daerah yang meliputi bidang pertanian
dalam arti luas, industri kecil, usaha mikro kecil dan menengah, serta
investasi yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi daerah
yang inklusif. Peran Pemerintah adalah sebagai fasilitator yang
mendampingi masyarakat dengan meningkatkan akses bagi masyarakat
agar lebih mudah berusaha, sehingga kemampuan ekonomi rakyat lebih
berkembang dan semakin kuat. Disisi lainnya penanggulangan angka
pengangguran dan kemiskinan dilanjutkan secara konsisten dengan
berbagai program yang bersinergi.

Misi 4 : Meningkatkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan yang


Berkualitas, Bersih dan Transparan untuk Meningkatkan Daya
Saing Daerah, Sinergisitas Wilayah dan Berkembangnya
Kampung Sejahtera dan Mandiri

V-5
Misi ini dimaksudkan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
efektif, dengan cara peningkatan kualitas birokrasi menjadi birokrasi
yang profesional sehingga bisa menjadi pelayan masayarakat. Disamping
kemampuan aparat, pelayanan masyarakat juga didukung oleh
pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi yang dilakukan secara
bertahap dan berkelanjutan. Peningkatan kualitas birokrasi harus sejalan
dengan keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi dan kepuasan
terhadap layanan aparat birokrasi dalam rangka menuju good
governance.

Misi 5 : Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkualitas


dan Berkelanjutan

Misi ini adalah upaya Pemerintah daerah untuk meningkatkan


pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup yang lestari
berorientasi pada pelestarian fungsi lingkungan hidup bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan daya dukung sumber
daya alam dan lingkungan hidup.

5.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka
waktu satu sampai lima tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu
kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu analisis
strategis. Sasaran menggambarkan hal yang akan dicapai secara nyata
dalam rumusan yang lebih spesifik dan terukur. Berdasarkan tujuan yang
telah ditetapkan tersebut diatas, maka ditetapkan sasaran yang hendak
diwujudkan dalam jangka waktu tahunan.

V-6
Perumusan tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2017-2022 dimaksud, juga berpedoman pada:

1) Ideologi Pancasila

Ideologi sebagai landasan dalam perumusan tujuan dan sasaran


pembangunan Kabupaten Tulang Bawang 5 (lima) tahun kedepan
adalah Pancasila. Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila
Pancasila secara filosofis dan obyektif merupakan filosofi bangsa
Indonesia yang telah tumbuh, hidup dan berkembang jauh sebelum
berdirinya negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, sebagai
konsekuensi logisnya menjadi kewajiban moral segenap bangsa
Indonesia untuk dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-
hari baik kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sebagai dasar filsafat negara, maka Pancasila harus menjadi sumber
bagi setiap tindakan para penyelenggara negara dan menjiwai setiap
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

2) Landasan konstitusional : Undang-Undang Dasar (UUD) Negara


Republik Indonesia Tahun 1945

3) Landasan filosofis : Gotong Royong dan Bergerak Melayani Warga

a). Gotong-royong, Istilah ini berasal dari kata gotong yang berarti
"bekerja", dan royong yang berarti "bersama", jika diartikan
secara harafiah gotong royong berarti bekerja bersama-sama
untuk mencapai suatu hasil yang diingikan.

b). Bergerak Melayani Warga, melakukan segala upaya untuk


melayani warga masyarakat yang membutuhkan pelayanan publik
yang prima disegala bidang.

4) Landasan operasional : RPJMN dan 9 (sembilan) agenda Nawacita.

Nawacita merupakan 9 (sembilan) agenda perubahan menuju


Indonesia Hebat terdiri atas:

V-7
a). Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

b). Membuat Pemerintah yang tidak absen dengan membangun tata


kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan
terpercaya.

c). Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah


daerah dalam kerangka negara kesatuan.

d). Menolak Negara Lemah dengan melakukan reformasi sistem dan

e). penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan


terpercaya.

f). Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

g). Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar


internasional.

h). Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor


sektor strategis ekonomi domestik.

i). Melakukan revolusi karakter bangsa.

i) Memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial


Indonesia.

5) Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan

Terdapat 6 (enam) prinsip dasar pembangunan berkelanjutan


Kabupaten Tulang Bawang, yaitu:
a). Pro-Budaya/Pro-Culture;
b). Pro-Pertumbuhan/Pro-Growth;

c). Pro-Tenaga Kerja/Pro-Job;


d). Pro-Rakyat Miskin/Pro-Poor;
e). Pro-Lingkungan/Pro-Environment;
f). Pro-Penegakan Hukum/ Peraturan Perundang-Undangan/Pro Low
Enforcement.

V-8
Tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan arahan bagi
pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah dalam mendukung
pelaksanaan misi, untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten
Tulang Bawang selama kurun waktu 2017-2022. Tujuan dan sasaran pada
masing-masing misi diuraikan sebagai berikut:

1. Misi 1 : Meningkatkan Kualitas Kerukunan, Ketentraman,


Keagamaan dan Kebudayaan Masyarakat

Tujuan :

Mewujudkan Kondisi Masyarakat Yang Kondusif Dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara.

Sasaran :

1) Meningkatnya ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan


masyarakat;

2) Meningkatan kualitas keagamaan dan kebudayaan di masyarakat.

2. Misi 2 : Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Pendidikan,


Kesehatan serta Infrastruktur Wilayah

Tujuan :

Mewujudkan SDM Yang Berkualitas, Sehat dan Bermoral Baik Serta


Infrastruktur Wilayah Yang Berkualitas dan Merata di Seluruh Wilayah
Kabupaten Tulang Bawang

Sasaran :

1) Meningkatnya akses pelayanan pendidikan yang berkualitas dan


berdaya saing pada semua jenjang pendidikan;

2) Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan


yang berkualitas;

3) Meningkatkan peran perempuan dan pemuda serta pembinaan


keolahragaan;

V-9
4) Meningkatkan kualitas infrastruktur wilayah yang terpadu dan
merata serta daya dukung sistem transportasi dan sarana
perhubungan.

3. Misi 3 : Meningkatkan perekonomian masyarakat untuk


mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.

Tujuan :

Mewujudkan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, dunia


usaha, investasi serta pemanfaatan potensi unggulan daerah secara
optimal untuk kesejahteraan masyarakat.

Sasaran :

1) Meningkatnya pertumbuhan dan kualitas perekonomian daerah


sesuai potensi dan sumber daya unggulan daerah;

2) Menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran.

4. Misi 4 : Meningkatkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan


yang berkualitas, bersih dan transparan untuk
meningkatkan daya saing daerah, sinergisitas wilayah dan
berkembangnya kampung sejahtera dan mandiri.

Tujuan :

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang berkualitas, bersih dan


transparan serta meningkatkan kesejahteraan kampung.

Sasaran :

1) Meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah;

2) Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan publik


kependudukan;

3) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan


kampung/kelurahan.

V - 10
5. Misi 5 : Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam yang
berkualitas dan berkelanjutan

Tujuan :

Mewujudkan penataan ruang dan pengelolaan SDA yang berkeadilan


dan berkelanjutan

Sasaran :

Meningkatnya kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup

Tabel 5.2. Indikator Tujuan dan Target yang akan Dicapai


Pada Akhir Periode RPJMD

Target Akhir
No Tujuan Indikator Satuan Periode
RPJMD

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Mewujudkan Kondisi Masyarakat Presentase Penurunan Jumlah Konflik Sosial di Masyarakat persen 0,34
Yang Kondusif Dalam Kehidupan
Persentase Peningkatan Organisasi Sosial Keagamaan yang Aktif persen 75,21
Berbangsa dan Bernegara
Persentase Peningkatan Kelompok Seni dan Budaya yang Aktif persen 75,17

2 Mewujudkan SDM Yang Berkualitas, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) persen 68,79
Sehat dan Bermoral Baik Serta
Persentase Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Menggala persen 75,75
Infrastruktur Wilayah Yang
Berkualitas dan Merata di Seluruh Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah persen 13,67
Wilayah Kabupaten Tulang Bawang
Persentase Organisasi Pemuda yang Aktif persen 52

Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Mantap km (%) 564,38 (54)

Persentase Jaringan Irigasi Kondisi Baik persen 95,17

Persentase Layanan Angkutan Darat persen 78,05

3 Mewujudkan Peningkatan Aktivitas Laju pertumbuhan ekonomi persen 5,93


Ekonomi Masyarakat, Dunia Usaha,
Nilai Tukar Petani (NTP) persen 105,01
Investasi serta Pemanfaatan Potensi
Unggulan Daerah Secara Optimal Angka Kemiskinan persen 8,16
untuk Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) orang 4,02

4 Mewujudkan Tata Kelola Nilai/Predikat SAKIP nilai BB


Pemerintahan Yang Berkualitas,
Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah persen WTP
Bersih dan Transparan Serta
Meningkatkan Kesejahteraan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) persen 78,43
Kampung
Persentase Lembaga Kemasyarakatan Kampung yang Aktif persen 81,96

5 Mewujudkan Penataan Ruang dan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) persen 68,15
Pengelolaan SDA yang Berkeadilan
dan Berkelanjutan

V - 11
Tabel 5.3 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Kabupaten Tulang Bawang
VISI : TERWUJUDNYA TULANG BAWANG YANG AMAN, MANDIRI DAN SEJAHTERA

Target Capaian (Tahun) Kondisi Periode


Kondisi
Akhir Transisi
No Misi Tujuan Sasaran Indikator Satuan Awal
Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022
RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1 Meningkatkan Kualitas Mewujudkan Kondisi Meningkatnya Ketenteraman, Presentase Penurunan Jumlah Konflik Sosial di Masyarakat persen 2,02 1,41 0,99 0,69 0,49 0,34 0,34 0,24
Kerukunan, Ketentraman, Masyarakat Yang Ketertiban Umum dan Perlindungan
Keagamaan dan Kebudayaan Kondusif Dalam Masyarakat
Masyarakat Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara Meningkatan Kualitas Keagamaan Persentase Peningkatan Organisasi Sosial Keagamaan yang Aktif persen 58,93 61,88 64,97 68,22 71,63 75,21 75,21 78,97
dan Kebudayaan di Masyarakat
Persentase Peningkatan Kelompok Seni dan Budaya yang Aktif persen 30,21 36,25 43,50 52,20 62,64 75,17 75,17 90,21

2 Meningkatkan Akses dan Mewujudkan SDM Meningkatnya Akses Pelayanan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) persen 67,07 67,84 68,08 68,32 68,55 68,79 68,79 69,03
Kualitas Pelayanan Yang Berkualitas, Sehat Pendidikan Yang Berkualitas dan
Pendidikan, Kesehatan dan dan Bermoral Baik Berdaya Saing Pada Semua Jenjang
Infrastruktur Wilayah Serta Infrastruktur Pendidikan
Wilayah Yang
Berkualitas dan Merata Meningkatnya Akses Masyarakat Persentase Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Menggala persen 50,00 60,00 63,60 67,42 71,46 75,75 75,75 80,29
di Seluruh Wilayah Terhadap Pelayanan Kesehatan Yang
Kabupaten Tulang Berkualitas
Bawang Meningkatkan Peran Perempuan dan Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah persen 10,71 11,25 11,81 12,40 13,02 13,67 13,67 14,35
Pemuda serta Pembinaan
Keolahragaan Persentase Organisasi Pemuda yang Aktif persen 27,00 30,00 34,50 39,68 45,63 52,47 52,47 60,34

Terwujudnya Peningkatan Kualitas Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Mantap km (%) 350,43 385,4 (37) 424,03 466,43 513,07 564,38 564,38 620,82 (60)
Infrastruktur Wilayah Yang Terpadu (37,21) (41) (45) (49) (54) (54)
dan Merata Serta Meningkatkan Persentase Jaringan Irigasi Kondisi Baik persen 59,74 65,00 71,50 78,65 86,52 95,17 95,17 95,84
Daya Dukung Sistem Transportasi
dan Sarana Perhubungan Persentase Layanan Angkutan Darat persen 57,79 64,21 67,42 70,79 74,33 78,05 78,05 81,95

3 Meningkatkan Mewujudkan Meningkatnya Pertumbuhan dan Laju pertumbuhan ekonomi persen 5,35 5,46 5,57 5,69 5,81 5,93 5,93 6,05
Perekonomian Masyarakat Peningkatan Aktivitas Kualitas Perekonomian Daerah
Untuk Mengurangi Angka Ekonomi Masyarakat, Sesuai Potensi dan Sumber Daya Nilai Tukar Petani (NTP) persen 103,97 104,18 104,39 104,60 104,80 105,01 105,01 105,22
Pengangguran dan Dunia Usaha, Investasi Unggulan Daerah
Kemiskinan serta Pemanfaatan Menurunnya Angka Kemiskinan dan Angka Kemiskinan persen 10,09 10,02 9,52 9,04 8,59 8,16 8,16 7,65
Potensi Unggulan Tingkat Pengangguran
Daerah Secara Optimal
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) orang 4,92 4,82 4,62 4,43 4,25 4,02 4,02 3,82
untuk Kesejahteraan
Masyarakat

V - 12
Target Capaian (Tahun) Kondisi Periode
Kondisi
Akhir Transisi
No Misi Tujuan Sasaran Indikator Satuan Awal
Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022
RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1
4 Meningkatkan Kualitas Kondisi
Mewujudkan Tata Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Nilai/Predikat SAKIP nilai CC B B B BB BB BB BB
Kerukunan, Ketentraman,
Penyelenggaraan Tata Kelola Masyarakat Yang
Kelola Pemerintahan Pemerintah Daerah
Keagamaan dan
Pemerintahan Kebudayaan
Yang Kondusif
Yang Dalam
Berkualitas, Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah persen WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Masyarakat Bersih dan
Berkualitas, Kehidupan
Bersih Berbangsa
dan Transparan
Transparan Guna dan Bernegara
Serta Meningkatkan Meningkatnya Kualitas Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) persen 70,00 71,61 73,26 74,94 76,67 78,43 78,43 80,23
Meningkatkan Daya Saing Kesejahteraan Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Daerah, Sinergisitas Kampung Kependudukan
Wilayah Serta
Berkembangnya Kampung Meningkatnya Kualitas Persentase Lembaga Kemasyarakatan Kampung yang Aktif persen 64,06 67,43 70,80 74,34 78,06 81,96 81,96 86,06
Sejahtera dan Mandiri Penyelenggaraan Pemerintahan
Kampung/Kelurahan
5 Meningkatkan Pengelolaan Mewujudkan Penataan Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) persen 58,95 60,15 62,15 64,15 66,15 68,15 68,15 69,51
Sumber Daya Alam Yang Ruang dan Pengelolaan Alam dan Lingkungan Hidup
Berkualitas dan SDA yang Berkeadilan
Berkelanjutan dan Berkelanjutan

V - 13
BAB VI
STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

T
ahapan pembangunan 5 (lima) tahunan yang akan dituangkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah
(RPJMD) Tahun 2017-2022 merupakan bagian yang tidak dapat
dilepaskan dari arah pembangunan daerah dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025. Adapun
arah pembangunan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun yang tertuang
dalam RPJPD Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2005-2025 sebagai
berikut: (1) Menumbuhkembangkan nilai-nilai agama, sosial budaya,
hukum dan kehidupan berpolitik yang demokratis; (2) Terciptanya
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi; (3)
Mendayagunakan segenap potensi ekonomi daerah berlandaskan hukum;
(4) Terwujudnya pemerintahan yang berkualitas, transparan dan
akuntabel; (5) Melaksanakan pemerataan pembangunan berbasis
masyarakat dan berkeadilan.

Strategi dan arah pembangunan daerah merupakan rumusan perencanaan


komprehensif mengenai metode atau pendekatan Pemerintah Daerah
dalam mencapai tujuan dan sasaran RPJMD, sehingga efektif dan efisien.
Melalui pendekatan yang komprehensif tersebut, strategi juga dapat
digunakan sebagai instrumen untuk melakukan transformasi, reformasi
dan perbaikan manajemen kinerja birokrasi secara menyeluruh sejak
tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluai setiap program
pembangunan.

Strategi dan arah kebijakan disusun dari serangkaian proses perencanaan


strategik, yang dirumuskan dengan mempertimbangkan isu-isu strategis
pembangunan daerah yang harus dihadapi selama 5 (lima) tahun

VI - 1
kedepan. Strategi disusun dengan memperhatikan faktor-faktor internal
dan eksternal yang berada di dalam lingkup ekologi (lingkungan)
pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang. Pendekatan yang digunakan
dalam merumuskan strategi adalah analisis SWOT, sehingga rumusan
strategi merupakan hubungan yang saling berpengaruh antara Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman.

6.1. Strategi Pembangunan Daerah

Strategi merupakan serangkaian upaya yang berisikan gambaran proses


pencapaian sasaran strategis pembangunan. Strategi memperhatikan
faktor internal dan eksternal di lingkungan Pemerintah Tulang Bawang.
Untuk itu strategi menjadi salah satu rujukan penting dalam
perencanaan pembangunan daerah (strategy focussed-management).
Rumusan strategi juga menunjukkan keinginan yang kuat bagaimana
Pemerintah Daerah berupaya menciptakan nilai tambah bagi stakeholder
pembangunan daerah untuk meningkatkan kontribusi secara aktif dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Hai ini penting
mengingat peran dan fungsi pemerintah yang semakin bergeser kearah
fasilitator, regulator dan pembinaan sluruh stakeholder pembangunan di
daerah.

Pemerintah daerah mempunyai peran strategis dalam fungsinya sebagai


fasilitator yang mengupayakan akses modal, promosi dan pasar bagi
swasta dan masyarakat; regulator yang menekankan pada fungsi regulasi
dan administratif perijinan, dokumen/akta, kartu identitas, serta fungsi
konsultatif yang memberikan bimbingan teknis, pembinaan dan advis
aktifitas yang dilakukan oleh seluruh stakeholder.

Secara konseptual, suatu strategi yang lebih spesifik dikaitkan dengan


satu sasaran atau sekelompok sasaran dengan kerangka logis. Perumusan
strategi membutuhkan kesatuan tujuan untuk mendapatkan kesatuan
tindak. Satu strategi juga dapat terhubung dengan pencapaian satu

VI - 2
sasaran. Beberapa sasaran bersifat inherent dengan satu tema, satu
strategi dapat dirumuskan untuk mencapai gabungan beberapa sasaran.

Penentuan alternatif strategi pencapaian dari setiap indikator sasaran


atau kumpulan sasaran yang inherent adalah dengan terlebih dahulu
melakukan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity dan threats).
Sebagai landasan utama yang digunakan dalam analisis SWOT adalah
hasil telaah dari isu-isu strategis yang telah dirumuskan dalam bab
sebelumnya, yang selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan pengaruh
faktor internal dan eksternal yang melekat pada masing-masing isu,
identifikasi faktor internal dan eksternal.

Proses perumusan strategi pembangunan 5 (lima) tahun ke depan


dilakukan dengan melihat faktor internal dan eksternal yang berdasarkan
hasil analisis dipandang memilki nilai strategis dalam proses
pembangunan daerah.

6.1.1. Analisis Internal

Analisis faktor internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan, potensi


dan sumber daya yang dimiliki daerah sebagai modal pembangunan.
Disisi lain juga untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan daerah
dalam menghadapi ancaman serta peluang pembangunan.

a. Kekuatan (Strenghts)

Secara ringkas kekuatan atau potensi yang dimilki oleh Kabupaten


Tulang Bawang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Keharmonisan antar umat beragama, antar kelompok masyarakat


serta antara pemerintah dan masyarakat yang baik serta
terjaganya stabilitas keamanan dan ketertiban;

2) Letak geografis Kabupaten Tulang Bawang yang dilalui 2 (dua)


Jalan Lintas Sumatera yaitu Lintas Pantai Timur Sumatera dan
Lintas Tengah Sumatera;

VI - 3
3) Tersedianya potensi sumber daya alam yang besar disektor
pertanian, perkebunan dan peternakan;

4) Potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum


termanfaatkan secara optimal;

5) Komitmen pemerintah yang kuat untuk menciptakan tata kelola


pemerintahan yang baik (good governance);

6) Tingginya komitmen pemerintah Kabupaten Tulang Bawang


dalam pembangunan daerah;

7) Semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pengaturan


jarak kelahiran.

b. Kelemahan (Weakness)

Perkembangan Kabupaten Tulang Bawang juga dihadapkan pada


berbagai kelemahan atau permasalahan antara lain:

1) Pengamalan nilai-nilai keagamaan dan budaya di kalangan


masyarakat Tulang Bawang mulai melemah dan memudar;

2) Daya saing dan kualitas layanan pendidikan belum optimal;

3) Belum optimalnya layanan akses dan kualitas pelayanan


kesehatan dasar;

4) Pendayagunaan dan kinerja aparatur dalam pelayanan publik


belum optimal;

5) Perlindungan perempuan dan anak serta pemberdayaan


perempuan dalam pembangunan masih belum optimal;

6) Belum optimalnya pengembangan generasi muda serta


terbatasnya upaya pembibitan atlet unggulan daerah;

7) Sarana dan prasarana perkonomian daerah serta sarana dan


prasarana penunjang pembangunan yang masih terbatas dan
belum sesuai kebutuhan;

8) Jumlah penduduk miskin yang masih tinggi;

VI - 4
9) Masih tingginya angka pengangguran di Kabupaten Tulang
Bawang;

10) Infrastruktur dasar belum memadai dan belum merata;

11) Belum optimalnya pengembangan, pengelolaan dan pelestarian


obyek dan daya tarik wisata;

12) Pelayanan administrasi kependudukan dan kearsipan yang


berkualitas masih belum memadai;

13) Terbatasnya SDM yang menguasai pengelolaan keuangan daerah;

14) Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup


belum optimal.

6.1.2. Analisi Eksternal

Analisis eksternal dilakukan untuk memetakan peluang dan ancaman


yang dihadapi oleh Kabupaten Tulang Bawang dalam kurun waktu 5
(lima) tahun kedepan. Melalui analisis eksternal diharapkan dapat
diketahui posisi Kabupaten Tulang Bawang dalam lingkup Provinsi
Lampung, regional, nasional maupun internasional.

a. Peluang (Opporrtunities)

1) Arahan kebijakan nasional mengenai pembangunan


infrastruktur;

2) Adanya intervensi program pemerintah pusat dan pemerintah


propinsi dalam pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan;

3) Kewenangan di desa yang semakin banyak;

4) Peluang penyerapan tenaga kerja antar daerah dan negara;

5) Dibangunnya tol trans Sumatera yang akan meningkatkan


aksesibilitas Kabupaten Tulang Bawang;

6) Adanya Exit Tol yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi


pada daerah penyangga baru;

VI - 5
7) Terbukanya peluang usaha di berbagai sektor kehidupan;

8) Adanya komitmen Pemerintah Daerah untuk mengembangkan


potensi obyek wisata;

9) Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di Kabupaten


Tulang Bawang;

10) Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah;

11) Semakin intensifnya program pemerintah terhadap


pengendalian pertumbuhan penduduk

b. Ancaman (Threats)

1) Persaingan antar daerah yang semakin meningkat;

2) Tuntutan masyarakat atas pelayanan publik yang berkualitas;

3) Harga pangan dan kebutuhan bahan pokok yang cepat berubah


mengikuti mekanisme pasar;

4) Tingkat kepatuhan terhadap perda yang masih kurang;

5) Belum meratanya sebaran penduduk Kabupaten Tulang Bawang;

6) Belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan publik berbasis


teknologi informasi.

VI - 6
Tabel 6.1
Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

KEKUATAN KELEMAHAN

1) Keharmonisan antar umat beragama, antar 1) Pengamalan nilai-nilai keagamaan dan budaya di
kelompok masyarakat serta antara pemerintah dan kalangan masyarakat Tulang Bawang mulai melemah
masyarakat yang baik serta terjaganya stabilitas dan memudar;
keamanan dan ketertiban. 2) Daya saing dan kualitas layanan pendidikan belum
2) Letak geografis Kabupaten Tulang Bawang yang optimal;
dilalui 2 Jalan Lintas Sumatera yaitu Lintas Pantai 3) Belum optimalnya layanan akses dan kualitas
Timur Sumatera dan Lintas Tengah Sumatera; pelayanan kesehatan dasar;
3) Tersedianya potensi sumber daya alam yang besar 4) Pendayagunaan dan kinerja aparatur dalam
disektor pertanian, perkebunan dan peternakan pelayanan publik belum optimal;
4) Potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan 5) Perlindungan perempuan dan anak serta
belum termanfaatkan secara optimal; pemberdayaan perempuan dalam pembangunan
5) Komitmen pemerintah yang kuat untuk menciptakan masih belum optimal;
tata kelola pemerintahan yang baik (good 6) Belum optimalnya pengembangan generasi muda
governance) serta terbatasnya upaya pembibitan atlet unggulan
6) Tingginya komitmen pemerintah Kabupaten Tulang daerah;
Bawang dalam pembangunan daerah; 7) Sarana dan prasarana perkonomian daerah serta
7) Semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap sarana dan prasarana penunjang pembangunan yang
pengaturan jarak kelahiran. masih terbatas dan belum sesuai kebutuhan;
8) Jumlah penduduk miskin yang masih tinggi;
9) Masih tingginya angka pengangguran di Kabupaten
Tulang Bawang;
10) Infrastruktur dasar belum memadai dan belum
merata;
11) Belum optimalnya pengembangan, pengelolaan dan
pelestarian obyek dan daya tarik wisata;
12) Pelayanan administrasi kependudukan dan kearsipan
yang berkualitas masih belum memadai;
13) Terbatasnya SDM yang menguasai pengelolaan
keuangan daerah;
14) Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
lingkungan hidup belum optimal.

PELUANG ANCAMAN

1) Arahan kebijakan nasional mengenai pembangunan 1) Persaingan antar daerah yang semakin meningkat;
infrastruktur; 2) Tuntutan masyarakat atas pelayanan publik yang
2) Adanya intervensi program pemerintah pusat dan berkualitas;
pemerintah provinsi dalam pemberdayaan 3) Harga pangan dan kebutuhan bahan pokok yang
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan; cepat berubah mengikuti mekanisme pasar;
3) Kewenangan di desa yang semakin banyak; 4) Tingkat kepatuhan terhadap perda yang masih
4) Peluang penyerapan tenaga kerja antar daerah dan kurang;
negara; 5) Belum meratanya sebaran penduduk Kabupaten
5) Dibangunnya tol trans Sumatera yang akan Tulang Bawang;
meningkatkan aksesibilitas Kabupaten Tulang 6) Belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan publik
Bawang; berbasis teknologi informasi.
6) Adanya Exit Tol yang akan mendukung pertumbuhan
ekonomi pada daerah penyangga baru;
7) Terbukanya peluang usaha di berbagai sektor
kehidupan;
8) Peran pemuda sebagai kekuatan moral, kontrol
sosial dan agen perubahan
9) Adanya komitmen Pemerintah Daerah untuk
mengembangkan potensi obyek wisata;
10) Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di
Kabupaten Tulang Bawang;
11) Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi
daerah;
12) Semakin intensifnya program pemerintah terhadap
pengendalian pertumbuhan penduduk.

VI - 7
Berdasarkan analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman di atas
dapat diketahui bahwa Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi dan
kesempatan yang cukup besar serta dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi, kekuatan dan
kesempatan besar itu belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena
Kabupaten Tulang Bawang juga memiliki kelemahan-kelemahan, berikut
ancaman lingkungan eksternal yang sulit dikelola dan dikendalikan.

Untuk mengatasi hal itu, perlu disusun strategi pembangunan daerah


Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman sebagaimana dijabarkan di atas. Strategi itu
mencakup empat strategi utama. Pertama adalah strategi S – O, yaitu
strategi menggunakan kekuatan untuk meraih peluang. Kedua adalah
strategi W – O, yaitu strategi menekan kelemahan untuk meraih peluang.
Ketiga adalah strategi S – T, yaitu strategi menggunakan kekuatan untuk
mengatasi tantangan. Keempat, strategi W – T, yaitu strategi menekan
kelemahan untuk mengatasi tantangan. Secara lebih lengkap hal itu
terlihat di dalam Tabel 6.2.

VI - 8
Tabel 6.2 Analisis SWOT

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


FAKTOR INTERNAL 1) Keharmonisan antar umat beragama, antar 1) Pengamalan nilai-nilai keagamaan dan budaya
kelompok masyarakat serta antara di kalangan masyarakat
pemerintah dan masyarakat yang baik Tulang Bawang mulai melemah dan
serta terjaganya stabilitas keamanan dan memudar;
ketertiban. 2) Daya saing dan kualitas layanan pendidikan
2) Letak geografis Kabupaten Tulang Bawang belum optimal;
yang dilalui 2 Jalan Lintas Sumatera yaitu 3) Belum optimalnya layanan akses dan kualitas
Lintas Pantai Timur Sumatera dan Lintas pelayana kesehatan dasar
Tengah Sumatera; 4) Pendayagunaan dan kinerja aparatur dalam
3) Tersedianya potensi sumber daya alam pelayanan publik belum optimal;
yang besar disektor pertanian, perkebunan 5) Perlindungan perempuan dan anak serta
dan peternakan pemberdayaan perempuan dalam
4) Potensi ketersediaan lahan yang cukup pembangunan masih belum optimal;
besar dan belum termanfaatkan secara 6) Belum optimalnya pengembangan generasi
optimal; muda serta terbatasnya upaya pembibitan
5) Komitmen pemerintah yang kuat untuk atlet unggulan daerah;
menciptakan tata kelola pemerintahan 7) Sarana dan prasarana perkonomian daerah
yang baik (good governance) serta sarana dan prasarana penunjang
6) Tingginya komitmen pemerintah pembangunan yang masih terbatas dan
Kabupaten Tulang Bawang dalam belum sesuai kebutuhan;
FAKTOR EKSTERNAL pembangunan daerah; 8) Jumlah penduduk miskin yang masih tinggi;
7) Semakin tingginya kesadaran masyarakat 9) Masih tingginya angka pengangguran di
terhadap pengaturan jarak kelahiran Kabupaten Tulang Bawang
10) Infrastruktur dasar belum memadai dan
belum merata;
11) Belum optimalnya pengembangan,
pengelolaan dan pelestarian obyek dan daya
tarik wisata;
12) Pelayanan administrasi kependudukan dan
kearsipan yang berkualitas masih belum
memadai;
13) Terbatasnya SDM yang menguasai
pengelolaan keuangan daerah;
14) Pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan hidup belum optimal.

PELUANG (O) STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O)

1) Arahan kebijakan nasional mengenai 1) Mengembangkan fasilitas perhubungan 1) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama,
pembangunan infrastruktur; serta meningkatkan cakupan layanan adat istiadat dan kebudayaan;
2) Adanya intervensi program pemerintah transportasi/angkutan umum 2) Meningkatkan kemantapan infrastruktur
pusat dan pemerintah provinsi dalam 2) Meningkatkan kepastian investasi dan dasar;
pemberdayaan masyarakat dan iklim usaha yang kondusif 3) Meningkatkan produktivitas, industri,
penanggulangan kemiskinan; 3) Meningkatkan partisipasi masyarakat perdagangan dan koperasi sebagai penggerak
3) Kewenangan di desa yang semakin banyak; kampung/ kelurahan; perekonomian daerah;
4) Peluang penyerapan tenaga kerja antar 4) Mengendalikan pertumbuhan penduduk. 4) Meningkatkan pengembangan destinasi dan
daerah dan negara; pemasaran pariwisata;
5) Dibangunnya tol trans Sumatera yang akan 5) Meningkatkan kompetensi dan daya saing
meningkatkan aksesibilitas Kabupaten generasi muda serta prestasi di bidang
Tulang Bawang; olahraga;
6) Adanya Exit Tol yang akan mendukung 6) Meningkatkan upaya penanggulangan
pertumbuhan ekonomi pada daerah kemiskinan secara terpadu dan menyeluruh;
penyangga baru; 7) Meningkatkan kualitas tenaga kerja serta
7) Terbukanya peluang usaha di berbagai perluasan lapangan kerja di daerah;
sektor kehidupan; 8) Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan
8) Peran pemuda sebagai kekuatan moral, anak;
kontrol sosial dan agen perubahan; 9) Optimalisasi pendapatan daerah dan
9) Adanya komitmen Pemerintah Daerah peningkatan profesionalisme pengelolaan
untuk mengembangkan potensi obyek keuangan daerah
wisata;
10) Meningkatnya minat investor untuk
berinvestasi di Kabupaten Tulang Bawang;
11) Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan
retribusi daerah;
12) Semakin intensifnya program pemerintah
terhadap pengendalian pertumbuhan
penduduk.

VI - 9
ANCAMAN (T) STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T)

1) Persaingan antar daerah yang semakin 1) Meningkatkan kondusifitas ketentraman 1) Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas
meningkat; dan ketertiban umum di wilayah pendidikan;
2) Tuntutan masyarakat atas pelayanan Kabupaten Tulang Bawang; 2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan
publik yang berkualitas; 2) Meningkatkan pemahaman masyarakat kesehatan masyarakat;
3) Harga pangan dan kebutuhan bahan pokok dalam wawasan kebangsaan; 3) Meningkatkan tertib administrasi
yang cepat berubah mengikuti mekanisme 3) Meningkatkan sistem pengelolaan kependudukan melalui sosialisasi intensif dan
pasar; agribisnis dan ketahanan pangan daerah peningkatan kualitas pelayanan administrasi
4) Tingkat kepatuhan terhadap perda yang 4) Meningkatkan efektivitas kinerja birokrasi kependudukan;
masih kurang; yang transparan, akuntabel dan 4) Meningkatkan pelestarian fungsi SDA dan
5) Belum meratanya sebaran penduduk profesional lingkungan hidupmenuju pembangunan yang
Kabupaten Tulang Bawang. berkelanjutan.
6) Belum optimalnya penyelenggaraan
pelayanan publik berbasis teknologi
informasi.

Keterangan:
S – O : Menggunakan kekuatan (S=strength) untuk meraih peluang
(O=opportunity)
W – O : Menekan kelemahan (W=weakness) untuk meraih peluang
S – T : Menggunakan kekuatan untuk mengatasi tantangan (T=threat)
W – T : Menekan kelemahan untuk mengatasi tantangan

Sebagaimana terlihat di dalam tabel 6.2, terdapat 4 (empat) kelompok


strategi pembangunan daerah Tulang Bawang berdasarkan analisis SWOT.
Dimana masing-masing kelompok berisikan strategi-strategi.

Pertama adalah strategi S – O, yaitu strategi menggunakan kekuatan


untuk meraih peluang. Di dalam strategi yang pertama ini mencakup:

1) Mengembangkan fasilitas perhubungan serta meningkatkan cakupan


layanan transportasi/angkutan umum;

2) Meningkatkan kepastian investasi dan iklim usaha yang kondusif;

3) Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan;

4) Mengendalikan pertumbuhan penduduk.

Kedua adalah strategi W – O, yaitu strategi menekan kelemahan untuk


meraih peluang. Di dalam strategi yang kedua ini mencakup:

1) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, adat istiadat dan


kebudayaan;

VI - 10
2) Meningkatkan kemantapan infrastruktur dasar;

3) Meningkatkan produktivitas, industri, perdagangan dan koperasi


sebagai penggerak perekonomian daerah;

4) Meningkatkan pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata;

5) Meningkatkan kompetensi dan daya saing generasi muda serta


prestasi di bidang olahraga;

6) Meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan


menyeluruh;

7) Meningkatkan kualitas tenaga kerja serta perluasan lapangan kerja di


daerah;

8) Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak;

9) Optimalisasi pendapatan daerah dan peningkatan profesionalisme


pengelolaan keuangan daerah.

Ketiga adalah strategi S – T, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan


untuk menghadapi atau menaklukkan tantangan atau ancaman. Di dalam
strategi ini mencakup:

1) Meningkatkan kondusifitas ketentraman dan ketertiban umum di


wilayah Kabupaten Tulang Bawang;

2) Meningkatkan pemahaman masyarakat dalam wawasan kebangsaan;

3) Meningkatkan sistem pengelolaan agribisnis dan ketahanan pangan


daerah;

4) Meningkatkan efektivitas kinerja birokrasi yang transparan,


akuntabel dan profesional.

VI - 11
Keempat, strategi W – T, yaitu strategi menekan kelemahan untuk
menghadapi tantangan. Di dalam strategi ini mencakup:

1) Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan;

2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan kesehatan masyarakat;

3) Meningkatkan tertib administrasi kependudukan melalui sosialisasi


intensif dan peningkatan kualitas pelayanan administrasi
kependudukan;

4) Meningkatkan pelestarian fungsi SDA dan lingkungan hidup menuju


pembangunan yang berkelanjutan.

VI - 12
Tabel 6.3 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi
Kabupaten Tulang Bawang

Visi : Terwujudnya Tulang Bawang yang Aman, Mandiri dan Sejahtera


Misi 1 : Meningkatkan Kualitas Kerukunan, Ketentraman, Keagamaan dan Kebudayaan Masyarakat
Tujuan Sasaran Strategi
Mewujudkan Kondisi Masyarakat Yang Kondusif Dalam 1. Meningkatnya ketenteraman, ketertiban umum dan 1. Meningkatkan kondusifitas ketentraman dan ketertiban
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara perlindungan masyarakat umum di wilayah Kabupaten Tulang Bawang
2. Meningkatkan pemahaman masyarakat dalam wawasan
kebangsaan
2. Meningkatkan kualitas keagamaan dan kebudayaan di Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, adat istiadat dan
masyarakat kebudayaan
Misi 2 : Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Pendidikan, Kesehatan serta Infrastruktur Wilayah
Tujuan Sasaran Strategi
Mewujudkan SDM Yang Berkualitas, Sehat dan Bermoral 1. Meningkatnya akses pelayanan pendidikan yang Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan
Baik serta Infrastruktur Wilayah Yang Berkualitas dan berkualitas dan berdaya saing pada semua jenjang
Merata di Seluruh Wilayah Kabupaten Tulang Bawang pendidikan
2. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan 1. Meningkatkan kualitas pelayanan dan kesehatan masyarakat
kesehatan yang berkualitas
2. Mengendalikan pertumbuhan penduduk
3. Meningkatkan peran perempuan dan pemuda serta 1. Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak
pembinaan keolahragaan
2. Meningkatkan kompetensi dan daya saing generasi muda
serta prestasi di bidang olahraga
4. Terwujudnya peningkatan kualitas infrastruktur 1. Meningkatkan kemantapan infrastruktur dasar
wilayah yang terpadu dan merata serta meningkatkan
2. Mengembangkan fasilitas perhubungan serta meningkatkan
daya dukung sistem transportasi dan sarana
perhubungan cakupan layanan transportasi /angkutan umum

VI - 13
Misi 3 : Meningkatkan perekonomian masyarakat untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan
Tujuan Sasaran Strategi
Mewujudkan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, 1. Meningkatnya pertumbuhan dan kualitas 1. Meningkatkan sistem pengelolaan agribisnis dan ketahanan
dunia usaha, investasi serta pemanfaatan potensi perekonomian daerah sesuai potensi dan sumber daya pangan daerah
unggulan daerah secara optimal untuk kesejahteraan unggulan daerah
masyarakat 2. Meningkatkan produktivitas industri, perdagangan dan
koperasi sebagai penggerak perekonomian daerah
3. Meningkatkan kepastian investasi dan iklim usaha yang
kondusif
4. Meningkatkan pengembangan destinasi dan pemasaran
pariwisata
2. Menurunnya angka kemiskinan dan tingkat 1. Meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan secara
pengangguran terpadu dan menyeluruh

2. Meningkatkan kualitas tenaga kerja serta perluasan lapangan


kerja di daerah
Misi 4 : Meningkatkan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang berkualitas, bersih dan transparan untuk meningkatkan daya saing daerah, sinergisitas wilayah dan berkembangnya
kampung sejahtera dan mandiri
Tujuan Sasaran Strategi
Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang berkualitas, 1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah 1. Meningkatkan efektivitas kinerja birokrasi yang transparan,
bersih dan transparan serta meningkatkan kesejahteraan akuntabel dan profesional
kampung
2. Optimalisasi pendapatan daerah dan peningkatan
profesionalisme pengelolaan keuangan daerah
2. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan Meningkatkan tertib administrasi kependudukan melalui
publik kependudukan sosialisasi intensif dan peningkatan kualitas pelayanan
administrasi kependudukan
3. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/ kelurahan
kampung/kelurahan

VI - 14
Misi 5 : Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam yang berkualitas dan berkelanjutan
Tujuan Sasaran Strategi
Mewujudkan penataan ruang dan pengelolaan SDA yang Menikatnya kualitas sumber daya alam dan lingkungan Meningkatkan pelestarian fungsi SDA dan lingkungan hidup
berkeadilan dan berkelanjutan hidup menuju pembangunan yang berkelanjutan

VI - 15
6.2. Arah Kebijakan

Dalam rangka mementapkan tujuan dan sasaran Visi dan Misi


pembangunan Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 perlu
didukung oleh kebijakan-kebijakan dalam merespon percepatan
pelaksanaan prioritas pembangunan nasional. Strategi harus dipandang
sebagai satu kesatuan skenario-skenario selama 5 (lima) tahun. Strategi
terdiri dari tema-tema yang secara simultan saling melengkapi
membentuk cerita atau skenario strategi, yang selanjutnya menjadi arah
kebijakan pembangunan untuk tiap tahunnya. Arah kebijakan merupakan
pedoman dalam mengarahkan rumusan strategi yang sebelumnya telah
dirumuskan agar lebih sistematis dalam mencapai tujuan dan sasaran
kurun waktu 5 (lima) tahun periode pembangunan. Arah kebijakan
memberikan pedoman dan arahan tema pembangunan serta prioritas
tahunan apa yang harus dikerjakan. Pada setiap tahunnya diberikan
penekanan terhadap prioritas tertentu sesuai dengan pemetaan strategi
yang telah dirumuskan.

Tabel 6.4 Perumusan Arah Kebijakan Pembangunan

Strategi Arah Kebijakan

Meningkatkan kondusifitas ketentraman dan Peningkatkan partisipasi aktif masyarakat untuk


ketertiban umum di wilayah Kabupaten Tulang menjaga stabilitas, kententraman dan ketertiban
Bawang umum
Meningkatkan pemahaman masyarakat dalam Peningkatkan pembinaan wawasan kebangsaan
wawasan kebangsaan masyarakat serta kesadaran berpolitik masyarakat
Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, Peningkatkan Pembinaan Kerukunan Umat
adat istiadat dan kebudayaan Beragama
Peningkatkan Pembinaan, pengembangan, dan
pelestarian seni budaya dan nilai-nilai luhur
budaya daerah
Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas Peningkatkan dan memeratakan akses layanan
pendidikan pendidikan formal dan non formal secara
berkeadilan
Peningkatan mutu pendidikan
Meningkatkan kualitas pelayanan dan Meningkatkan pemerataan akses dan mutu
kesehatan masyarakat layanan kesehatan dasar dan rujukan
Menurunkan angka kematian ibu dan bayi

VI - 16
Strategi Arah Kebijakan

Mengendalikan pertumbuhan penduduk Menekan angka Total Fertility Rate (TFR)


Peningkatan peserta KB aktif dan KB mandiri
Peningkatan keluarga sejahtera
Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan Meningkatkan peran serta dan kesetaraan gender
anak dalam pembangunan
Meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan
kepada perempuan dan anak
Meningkatkan kompetensi dan daya saing Meningkatkan kapasitas pemuda, lembaga
generasi muda serta prestasi di bidang kepemudaan serta prestasi olahraga
olahraga
Meningkatkan kemantapan infrastruktur dasar Peningkatan pemerataan pembangunan dan
revitalisasi infrastruktur wilayah
Mengembangkan fasilitas pehubungan serta Pembangunan prasarana dan fasilitas
meningkatkan cakupan layanan transportasi/ perhubungan
angkutan umum
Peningkatan pelayanan angkutan
Meningkatkan sistem pengelolaan agribisnis Pengembangan agribisnis pertanian
dan ketahanan pangan
Memantapkan cadangan pangan, peningkatan
produksi, stabilisasi, pasokan dan akses bahan
pangan serta memperbaiki pola konsumsi pangan
masyarakat
Meningkatkan produktivitas industri, Meningkatkan kuantitas dan kualitas produk dan
perdagangan dan koperasi sebagai penggerak produktivitas sektor pertanian, perindustrian,
perekonomian daerah perdagangan dan koperasi
Meningkatkan kepastian investasi dan iklim Meningkatkan promosi investasi dan optimalisasi
usaha yang kondusif pelayanan terpadu satu pintu
Meningkatkan pengembangan destinasi dan Mengembangkan event wisata dan budaya skala
pemasaran pariwisata regional
Meningkatkan penyebarluasan informasi
kepariwisataan serta kualitas kelembagaan dan
SDM
Memelihara, merehabilitasi dan membangun
destinasi pariwisata
Meningkatkan upaya penanggulangan Menurunkan angka kemiskinan
kemiskinan secara terpadu dan menyeluruh
Meningkatkan kualitas tenaga kerja serta Peningkatan kualitas tenaga kerja dengan
perluasan lapangan kerja di daerah pelatihan sesuai dengan kebutuhan pasar
Meningkatkan efektivitas kinerja birokrasi Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas
yang transparan, akuntabel dan profesional aparatur
Melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap
perencanaan pembangunan daerah

VI - 17
Strategi Arah Kebijakan

Optimalisasi pendapatan daerah dan Mengoptimalkan pendapatan daerah yang


peningkatan profesionalisme pengelolaan bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah
keuangan daerah
Meningkatkan tertib administrasi Menyusun data dan informasi kependudukan
kependudukan melalui sosialisasi intensif dan yang akurat serta meningkatkan pelayanan
peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil
kependudukan
Meningkatkan partisipasi masyarakat Meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan
kampung/kelurahan kemasyarakatan
Meningkatkan pelestarian fungsi SDA dan Mengendalikan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup menuju pembangunan yang lingkungan hidup
berkelanjutan

Kebijakan umum pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan


keterkaitan antara bidang urusan pemerintah daerah dengan rumusan
indikator sasaran yang menjadi acuan penyusunan program pembangunan
jangka menengah daerah berdasarkan arah kebijakan yang ditetapkan.

VI - 18
Tabel 6.5 Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Tulang Bawang

Arah Kebijakan

Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

Peningkatkan partisipasi aktif Peningkatkan partisipasi aktif Peningkatkan partisipasi aktif Peningkatkan partisipasi aktif Peningkatkan partisipasi aktif
masyarakat untuk menjaga masyarakat untuk menjaga masyarakat untuk menjaga masyarakat untuk menjaga masyarakat untuk menjaga
stabilitas, kententraman dan stabilitas, kententraman dan stabilitas, kententraman dan stabilitas, kententraman dan stabilitas, kententraman dan
ketertiban umum ketertiban umum ketertiban umum ketertiban umum ketertiban umum

Peningkatkan pembinaan Peningkatkan pembinaan Peningkatkan pembinaan Peningkatkan pembinaan Peningkatkan pembinaan
wawasan kebangsaan masyarakat wawasan kebangsaan masyarakat wawasan kebangsaan masyarakat wawasan kebangsaan masyarakat wawasan kebangsaan masyarakat
serta kesadaran berpolitik serta kesadaran berpolitik serta kesadaran berpolitik serta kesadaran berpolitik serta kesadaran berpolitik
masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat

Peningkatkan Pembinaan Peningkatkan Pembinaan Peningkatkan Pembinaan Peningkatkan Pembinaan Peningkatkan Pembinaan
Kerukunan Umat Beragama Kerukunan Umat Beragama Kerukunan Umat Beragama Kerukunan Umat Beragama Kerukunan Umat Beragama

Peningkatkan Pembinaan, Peningkatkan Pembinaan, Peningkatkan Pembinaan, Peningkatkan Pembinaan, Peningkatkan Pembinaan,
pengembangan, dan pelestarian pengembangan, dan pelestarian pengembangan, dan pelestarian pengembangan, dan pelestarian pengembangan, dan pelestarian
seni budaya dan nilai-nilai luhur seni budaya dan nilai-nilai luhur seni budaya dan nilai-nilai luhur seni budaya dan nilai-nilai luhur seni budaya dan nilai-nilai luhur
budaya daerah budaya daerah budaya daerah budaya daerah budaya daerah

Peningkatkan dan memeratakan Peningkatkan dan memeratakan Peningkatkan dan memeratakan Peningkatkan dan memeratakan Peningkatkan dan memeratakan
akses layanan pendidikan formal akses layanan pendidikan formal akses layanan pendidikan formal akses layanan pendidikan formal akses layanan pendidikan formal
dan non formal secara berkeadilan dan non formal secara dan non formal secara dan non formal secara dan non formal secara
berkeadilan berkeadilan berkeadilan berkeadilan

Peningkatan mutu pendidikan Peningkatan mutu pendidikan Peningkatan mutu pendidikan Peningkatan mutu pendidikan Peningkatan mutu pendidikan

VI - 19
Arah Kebijakan

Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

Meningkatkan pemerataan akses Meningkatkan pemerataan akses Meningkatkan pemerataan akses Meningkatkan pemerataan akses Meningkatkan pemerataan akses
dan mutu layanan kesehatan dasar dan mutu layanan kesehatan dan mutu layanan kesehatan dan mutu layanan kesehatan dan mutu layanan kesehatan
dan rujukan dasar dan rujukan dasar dan rujukan dasar dan rujukan dasar dan rujukan

Menurunkan angka kematian ibu Menurunkan angka kematian ibu Menurunkan angka kematian ibu Menurunkan angka kematian ibu Menurunkan angka kematian ibu
dan bayi dan bayi dan bayi dan bayi dan bayi

Menekan angka Total Fertility Rate Menekan angka Total Fertility Menekan angka Total Fertility Menekan angka Total Fertility Menekan angka Total Fertility
(TFR) Rate (TFR) Rate (TFR) Rate (TFR) Rate (TFR)

Peningkatan peserta KB aktif dan Peningkatan peserta KB aktif dan Peningkatan peserta KB aktif dan Peningkatan peserta KB aktif dan Peningkatan peserta KB aktif dan
KB mandiri KB mandiri KB mandiri KB mandiri KB mandiri

Peningkatan keluarga sejahtera Peningkatan keluarga sejahtera Peningkatan keluarga sejahtera Peningkatan keluarga sejahtera Peningkatan keluarga sejahtera

Meningkatkan peran serta dan Meningkatkan peran serta dan Meningkatkan peran serta dan Meningkatkan peran serta dan Meningkatkan peran serta dan
kesetaraan gender dalam kesetaraan gender dalam kesetaraan gender dalam kesetaraan gender dalam kesetaraan gender dalam
pembangunan pembangunan pembangunan pembangunan pembangunan

Meningkatkan kualitas hidup serta Meningkatkan kualitas hidup serta Meningkatkan kualitas hidup serta Meningkatkan kualitas hidup serta Meningkatkan kualitas hidup serta
perlindungan kepada perempuan perlindungan kepada perempuan perlindungan kepada perempuan perlindungan kepada perempuan perlindungan kepada perempuan
dan anak dan anak dan anak dan anak dan anak

Meningkatkan kapasitas pemuda, Meningkatkan kapasitas pemuda, Meningkatkan kapasitas pemuda, Meningkatkan kapasitas pemuda, Meningkatkan kapasitas pemuda,
lembaga kepemudaan serta lembaga kepemudaan serta lembaga kepemudaan serta lembaga kepemudaan serta lembaga kepemudaan serta
prestasi olahraga prestasi olahraga prestasi olahraga prestasi olahraga prestasi olahraga

VI - 20
Arah Kebijakan

Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

Peningkatan pemerataan Peningkatan pemerataan Peningkatan pemerataan Peningkatan pemerataan Peningkatan pemerataan
pembangunan dan revitalisasi pembangunan dan revitalisasi pembangunan dan revitalisasi pembangunan dan revitalisasi pembangunan dan revitalisasi
infrastruktur wilayah infrastruktur wilayah infrastruktur wilayah infrastruktur wilayah infrastruktur wilayah

Pembangunan prasarana dan Pembangunan prasarana dan Pembangunan prasarana dan Pembangunan prasarana dan Pembangunan prasarana dan
fasilitas perhubungan fasilitas perhubungan fasilitas perhubungan fasilitas perhubungan fasilitas perhubungan

Peningkatan pelayanan angkutan Peningkatan pelayanan angkutan Peningkatan pelayanan angkutan Peningkatan pelayanan angkutan Peningkatan pelayanan angkutan

Pengembangan agribisnis Pengembangan agribisnis Pengembangan agribisnis Pengembangan agribisnis Pengembangan agribisnis
pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian

Memantapkan cadangan pangan, Memantapkan cadangan pangan, Memantapkan cadangan pangan, Memantapkan cadangan pangan, Memantapkan cadangan pangan,
peningkatan produksi, stabilisasi, peningkatan produksi, stabilisasi, peningkatan produksi, stabilisasi, peningkatan produksi, stabilisasi, peningkatan produksi, stabilisasi,
pasokan dan akses bahan pangan pasokan dan akses bahan pangan pasokan dan akses bahan pangan pasokan dan akses bahan pangan pasokan dan akses bahan pangan
serta memperbaiki pola konsumsi serta memperbaiki pola konsumsi serta memperbaiki pola konsumsi serta memperbaiki pola konsumsi serta memperbaiki pola konsumsi
pangan masyarakat pangan masyarakat pangan masyarakat pangan masyarakat pangan masyarakat

Meningkatkan kuantitas dan Meningkatkan kuantitas dan Meningkatkan kuantitas dan Meningkatkan kuantitas dan Meningkatkan kuantitas dan
kualitas produk dan produktivitas kualitas produk dan produktivitas kualitas produk dan produktivitas kualitas produk dan produktivitas kualitas produk dan produktivitas
sektor pertanian, perindustrian, sektor pertanian, perindustrian, sektor pertanian, perindustrian, sektor pertanian, perindustrian, sektor pertanian, perindustrian,
perdagangan dan koperasi perdagangan dan koperasi perdagangan dan koperasi perdagangan dan koperasi perdagangan dan koperasi

Meningkatkan promosi investasi Meningkatkan promosi investasi Meningkatkan promosi investasi Meningkatkan promosi investasi Meningkatkan promosi investasi
dan optimalisasi pelayanan dan optimalisasi pelayanan dan optimalisasi pelayanan dan optimalisasi pelayanan dan optimalisasi pelayanan
terpadu satu pintu terpadu satu pintu terpadu satu pintu terpadu satu pintu terpadu satu pintu

VI - 21
Arah Kebijakan

Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

Mengembangkan event wisata Mengembangkan event wisata Mengembangkan event wisata Mengembangkan event wisata Mengembangkan event wisata
dan budaya skala regional dan budaya skala regional dan budaya skala regional dan budaya skala regional dan budaya skala regional

Meningkatkan penyebarluasan Meningkatkan penyebarluasan Meningkatkan penyebarluasan Meningkatkan penyebarluasan Meningkatkan penyebarluasan
informasi kepariwisataan serta informasi kepariwisataan serta informasi kepariwisataan serta informasi kepariwisataan serta informasi kepariwisataan serta
kualitas kelembagaan dan SDM kualitas kelembagaan dan SDM kualitas kelembagaan dan SDM kualitas kelembagaan dan SDM kualitas kelembagaan dan SDM

Memelihara, merehabilitasi dan Memelihara, merehabilitasi dan Memelihara, merehabilitasi dan Memelihara, merehabilitasi dan Memelihara, merehabilitasi dan
membangun destinasi pariwisata membangun destinasi pariwisata membangun destinasi pariwisata membangun destinasi pariwisata membangun destinasi pariwisata

Menurunkan angka kemiskinan Menurunkan angka kemiskinan Menurunkan angka kemiskinan Menurunkan angka kemiskinan Menurunkan angka kemiskinan

Peningkatan kualitas tenaga kerja Peningkatan kualitas tenaga kerja Peningkatan kualitas tenaga kerja Peningkatan kualitas tenaga kerja Peningkatan kualitas tenaga kerja
dengan pelatihan sesuai dengan dengan pelatihan sesuai dengan dengan pelatihan sesuai dengan dengan pelatihan sesuai dengan dengan pelatihan sesuai dengan
kebutuhan pasar kebutuhan pasar kebutuhan pasar kebutuhan pasar kebutuhan pasar

Meningkatkan pengawasan dan Meningkatkan pengawasan dan Meningkatkan pengawasan dan Meningkatkan pengawasan dan Meningkatkan pengawasan dan
akuntabilitas aparatur akuntabilitas aparatur akuntabilitas aparatur akuntabilitas aparatur akuntabilitas aparatur

Melakukan pengendalian dan Melakukan pengendalian dan Melakukan pengendalian dan Melakukan pengendalian dan Melakukan pengendalian dan
evaluasi terhadap perencanaan evaluasi terhadap perencanaan evaluasi terhadap perencanaan evaluasi terhadap perencanaan evaluasi terhadap perencanaan
pembangunan daerah pembangunan daerah pembangunan daerah pembangunan daerah pembangunan daerah

Mengoptimalkan pendapatan Mengoptimalkan pendapatan Mengoptimalkan pendapatan Mengoptimalkan pendapatan Mengoptimalkan pendapatan
daerah yang bersumber dari pajak daerah yang bersumber dari pajak daerah yang bersumber dari pajak daerah yang bersumber dari pajak daerah yang bersumber dari pajak
daerah dan retribusi daerah daerah dan retribusi daerah daerah dan retribusi daerah daerah dan retribusi daerah daerah dan retribusi daerah

VI - 22
Arah Kebijakan

Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

Menyusun data dan informasi Menyusun data dan informasi Menyusun data dan informasi Menyusun data dan informasi Menyusun data dan informasi
kependudukan yang akurat serta kependudukan yang akurat serta kependudukan yang akurat serta kependudukan yang akurat serta kependudukan yang akurat serta
meningkatkan pelayanan meningkatkan pelayanan meningkatkan pelayanan meningkatkan pelayanan meningkatkan pelayanan
kependudukan dan catatan sipil kependudukan dan catatan sipil kependudukan dan catatan sipil kependudukan dan catatan sipil kependudukan dan catatan sipil

Meningkatkan kuantitas dan Meningkatkan kuantitas dan Meningkatkan kuantitas dan Meningkatkan kuantitas dan Meningkatkan kuantitas dan
kualitas kegiatan kemasyarakatan kualitas kegiatan kemasyarakatan kualitas kegiatan kemasyarakatan kualitas kegiatan kemasyarakatan kualitas kegiatan kemasyarakatan

Mengendalikan pencemaran dan Mengendalikan pencemaran dan Mengendalikan pencemaran dan Mengendalikan pencemaran dan Mengendalikan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup perusakan lingkungan hidup perusakan lingkungan hidup perusakan lingkungan hidup perusakan lingkungan hidup

VI - 23
Untuk memberikan gambaran tahapan pembangunan yang akan dilalui
sebagai panduan perwujudan strategi dan arah kebijakan pembangunan,
perlu disusun roadmap (peta jalan) RPJMD Tahun 2017-2022 yang
diwujudkan dalam indikasi tema pembangunan tahunan. Mengingat visi
pembangunan daerah 5 (lima) tahun kedepan dititik beratkan pada
upaya meningkatkan keamanan, kemandirian dan kesejahteraan
Kabupaten Tulang Bawang, maka tema pembangunan daerah juga
diarahkan untuk mendorong pembangunan ketiga hal tersebut.
Gambaran roadmap pembangunan 5 (lima) tahun kedepan, dapat dilihat
dalam tabel berikut:

Tabel 6.6 Indikasi Tema/Fokus Pembangunan Lima Tahunan

Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Mengembangkan Meningkatkan Mengoptimalkan Menguatkan Memantapkan
Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan
dan dan dan dan dan
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
yang Berkualitas, yang Berkualitas, yang Berkualitas, yang Berkualitas, yang Berkualitas,
Merata, dan Merata, dan Merata, dan Merata, dan Merata, dan
Berdaya Saing Berdaya Saing Berdaya Saing Berdaya Saing Berdaya Saing
Sebagai Wahana Sebagai Wahana Sebagai Wahana Sebagai Wahana Sebagai Wahana
Bergerak Bergerak Bergerak Bergerak Bergerak
Melayani Warga Melayani Warga Melayani Warga Melayani Warga Melayani Warga
menuju Tulang menuju Tulang menuju Tulang menuju Tulang menuju Tulang
Bawang Aman, Bawang Aman, Bawang Aman, Bawang Aman, Bawang Aman,
Mandiri dan Mandiri dan Mandiri dan Mandiri dan Mandiri dan
Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera

6.3. Program Pembangunan Daerah

RPJMD Kabupaten Tulang Bawang 2017-2022 merupakan dokumen


strategis yang mengimplementasikan program unggulan sebagai janji-
janji politik yang disampaikan Bupati dan Wakil Bupati Tulang Bawang
selama masa kampanye. Program unggulan Bupati dan Wakil Bupati
Tulang Bawang yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Tulang Bawang
2017-2022 akan menjadi pedoman pembangunan selama 5 (lima) tahun
yang selanjutnya dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Satuan

VI - 24
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana Kerja Pembangunan Darah
(RKPD), sehingga implementasi dari Program Unggulan Bupati dan Wakil
Bupati Tulang Bawang dapat dilaksanakan secara terukur dan sistematis
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

RPJMD Kabupaten Tulang Bawang 2017-2022 telah memuat kebijakan


program/kegiatan unggulan 5 (lima) tahun kedepan yang dilaksanakan
secara bertahap yaitu:

1) Pemberian Alokasi Dana Kampung Bergerak Melayani Warga (BMW)


rata-rata sebesar 500 juta rupiah per kampung;

2) Pembangunan Irigasi Pertanian, Air Bersih, Infrastruktur Pendukung


Lainnya termasuk Penataan Kawasan Kota Menggala dan Kawasan
Strategis lainnya (Kawasan Terbuka Hijau/Taman Kota,
Revitalisasi/Pembangunan Tugu, Rest Area, Alun-Alun, Penataan
Kawasan Pariwisata Cakat, Penataan Gedung Sessat, Penataan
Pasar, dll) serta Pembangunan Pertanian termasuk Bantuan bibit
pertanian; dan Sarana Pendukung Pertanian;

3) Fasilitasi Pembangunan Kelistrikan di Seluruh kampung di Tulang


Bawang (Tulang Bawang Terang); sehingga paling lama tahun 2019
seluruh desa/kampung akan dialiri listrik 100%;

4) Pemberian Pendapatan Aparatur Kampung dan Lembaga Kampung,


Kadus, Kaur, Kakam, BPK, dan RT;

5) Bantuan dan Fasilitasi Operasional Sepeda Motor untuk Kepala


Dusun;

6) Meningkatkan pelayanan pembuatan KTP, Kartu Keluarga, Akte


Kelahiran dan dapat dilaksanakan di masing-masing kecamatan;
melalui antara lain: pengadaan mobil pelayanan kependudukan
keliling (e-KTP BMW Mobile);

7) Memberikan Pelayanan Ambulance gratis hingga Rumah Sakit;

8) Menyediakan Sarana dan Prasarana Kesehatan yang Memadai;

VI - 25
9) Menurunkan Tingkat Kematian Ibu dan Bayi Menjadi NOL,
diimplemetasikan melalui Program Peningkatan Keselamatan Ibu
Melahirkan dan Anak serta GASIBU;

10) Pemberian Tunjangan Khusus Tenaga Medis, Bidan Desa dan Kader
Posyandu;

11) Fasilitasi pendirian Akademi Bidang Kesehatan unggulan di


Kabupaten Tulang Bawang;

12) Pembukaan Lapangan kerja Guna Mengurangi Angka Pengangguran


dan Angka Kriminalitas dengan Pemberian Stimulan Usaha Produktif
untuk Pemberdayaan Pemuda, Kaum Perempuan, Kelompok Tani,
Usaha Kecil industri Rumah Tangga Melalui Pelatihan dan bantuan
modal; serta kemudahan pemberian perizinan bagi masyarakat dan
dunia usaha;

13) Pemberdayaan Pemuda, Kaum Perempuan, Kelompok Tani, Usaha


Kecil industri Rumah Tangga Melalui Pelatihan dan bantuan modal;

14) Pemberian beasiswa bagi keluarga tidak mampu dan berprestasi.

15) Peduli pendidikan dengan peningkatan sumberdaya pengajar


dengan memberikan bantuan 1 unit laptop;

16) Peningkatan Kesejahteraan untuk tenaga honorer pendidikan dan


tenaga kesehatan;

17) Pemberian susu dan telur gratis sebagai tambahan makanan bagi
siswa/siswi di kabupaten Tulang Bawang;

18) Pemberian kemudahan penyesuaian ijazah dan ijin belajar bagi PNS
yang disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku;

19) Pemberian santunan kematian bagi masyarakat miskin;

20) Pemberian bantuan sarana peribadatan secara adil (masjid,


mushola, wihara dsb) penyediaan dana untuk kelomok majelis
taklim, pemberian insentif pengurus makam, pemberian insentif
penghulu, insentif guru ngaji, insentif sekolah minggu, insentif

VI - 26
babinsa/babinkantibmas, penyandang cacat, bantuan kepada lanjut
usia, penambahan kuota jema’ah haji, yerusalem dan tirtayata ke
India/Jawa-Bali;

21) Pemberian bantuan dukungan pendidikan di madrasah, pesantren,


diniyah, honor guru PAUD dan TPQ;

22) Dukungan Kepada Universitas Megow Pak yang menjadi unggulan


Tulang Bawang;

23) Fasilitasi ketersediaan sarana Gedung Serba Guna (GSG) (untuk


balai pertunjukkan musyawarah kampung, kegiatan keagamaan,
dll).

24) Pemberian keringanan pembayaran PBB bagi masyarakat miskin.

25) Pemberian bantuan bedah rumah bagi masyarakat miskin.

Program Unggulan tersebut diatas, merupakan langkah positif


pembangunan 5 (lima) tahun yang akan bermanfaat untuk masyarakat
Kabupaten Tulang Bawang. Upaya untuk mengimplementasikan program
unggulan tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi berdasarkan jenis
belanja, apakah merupakan komponen belanja langsung atau belanja
tidak langsung. Selanjutnya apabila berdasarkan jenis komponen
belanja, maka perlu diidentifikasi skala cakupannya merupakan sasaran,
program atau kegiatan dimana pelaksanaannya dilakukan oleh SKPD
terkait dan secara khusus diakomodir dalam Renstra SKPD.

Guna mewujudkan program unggulan tersebut serta pencapaian visi,


misi, tujuan dan sasaran pembangunan diwujudkan dalam rumusan
kebijakan umum sesuai strategi yang telah dipilih dan diterjemahkan
secara operasional dalam bentuk program pembangunan yang
dilaksanakan oleh Perangkat Daerah sesuai urusan pemerintahan dan
kewenangan daerah. Pogram-program pembangunan yang disusun telah
diarahkan untuk mendukung perwujudan masing-masing strategi dan
arah kebijakan yang telah ditetapkan.

VI - 27
1. Misi 1 : Meningkatkan Kualitas Kerukunan, Ketentraman,
Keagamaan dan Kebudayaan Masyarakat

Tujuan : Mewujudkan Kondisi Masyarakat Yang Kondusif Dalam


Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Sasaran : 1. Meningkatnya Ketenteraman, Ketertiban Umum dan
Perlindungan Masyarakat;
2. Meningkatkan Kualitas Keagamaan dan Kebudayaan di
Masyarakat.

Program-program pembangunan pada Misi 1:

1. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan;

2. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak


Kriminal;

3. Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat


(Pekat);

4. Program Keamanan dan Ketertiban Umum;

5. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan;

6. Program Pendidikan Politik Masyarakat;

7. Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya


Kebakaran;

8. Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana


Alam;

9. Program Kedaruratan dan Logistik Penanggulangan Bencana;

10. Program Rehabilitasi-Rekonstruksi Sarana dan Prasarana Pasca


Bencana;

11. Program Bimbingan Keagamaan;

12. Program Pengembangan Nilai Budaya;

13. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya;

14. Program Pengelolaan Keragaman Budaya.

VI - 28
2. Misi 2 : Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Pendidikan,
Kesehatan dan Infrastruktur Wilayah

Tujuan : Mewujudkan SDM Yang Berkualitas, Sehat dan Bermoral


Baik serta Infrastruktur Wilayah Yang Berkualitas dan
Merata di Seluruh Wilayah Kabupaten Tulang Bawang

Sasaran : 1. Meningkatnya Akses Pelayanan Pendidikan Yang


Berkualitas dan Berdaya Saing pada Semua Jenjang
Pendidikan;

2. Meningkatnya Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan


Kesehatan Yang Berkualitas;

3. Meningkatkan peran perempuan dan pemuda serta


pembinaan olahraga;

4. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Infrastruktur


Wilayah Yang Terpadu dan Merata Serta Meningkatkan
Daya Dukung Sistem Transportasi dan Sarana
Perhubungan.

Program-program pembangunan pada Misi 2:

1. Program Pendidikan Anak Usia Dini;

2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun;

3. Program Pendidikan Non Formal;

4. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan;

5. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan;

6. Program Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);

7. Program Pengembangan Budaya dan Minat Baca Masyarakat;

8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan;

9. Program Upaya Kesehatan Masyarakat;

10. Program Pengawasan Obat dan Makanan;

11. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia;

VI - 29
12. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;

13. Program Perbaikan Gizi Masyarakat;

14. Program Pengembangan Lingkungan Sehat;

15. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular;

16. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan;

17. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin;

18. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan


Prasarana Puskesmas/ Puskemas Pembantu dan Jaringannya;

19. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan;

20. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita;

21. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia;

22. Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan;

23. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak;

24. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan


Kesehatan (PKPM);

25. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RSUD


Menggala;

26. Program Peningkatan dan Pelayanan Kesehatan BLUD RSUD


Menggala;

27. Program Keluarga Berencana;

28. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam


Pembangunan;

29. Program Peningkatan Peranan Perempuan dan Pembangunan


Daerah;

30. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan;

31. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga;

32. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga;

33. Program Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan;

VI - 30
34. Program Pembangunan/Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-
Gorong;

35. Program Pembangunan/Rehabilitasi Turap/Talud/Bronjong;

36. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan;

37. Program Pembangunan Sistem Informasi/Data Base Jalan dan


Jembatan;

38. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan;

39. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa


dan Jaringan Pengairan lainnya;

40. Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku;

41. Program Pembangunan, Pengelolaan dan Konversi Sungai, Danau


dan Sumber Daya Lainnya;

42. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air


Limbah;

43. Program Pengendalian Banjir;

44. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh;

45. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan;

46. Program Pembangunan/RehabilitasiGedung dan Tata Ruang;

47. Program Pembinaan Jasa Konstruksi;

48. Program Pengembangan Perumahan;

49. Program Lingkungan Sehat Perumahan;

50. Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Alam/Sosial;

51. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan;

52. Program Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ;

53. Pogram Peningkatan Pelayanan Angkutan;

54. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan;

55. Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas.

VI - 31
3. Misi 3 : Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Untuk Mengurangi
Angka Pengangguran dan Kemiskinan

Tujuan : Mewujudkan Peningkatan Aktivitas Ekonomi Masyarakat,


Dunia Usaha, Investasi serta Pemanfaatan Potensi
Unggulan Daerah Secara Optimal untuk Kesejahteraan
Masyarakat

Sasaran : 1. Meningkatnya Pertumbuhan dan Kualitas


Perekonomian Daerah Sesuai Potensi dan Sumber Daya
Unggulan Daerah;

2. Menurunnya Angka Kemiskinan dan Tingkat


Pengangguran.

Program-program pembangunan pada Misi 3:

1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani;

2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan;

3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/


Perkebunan;

4. Program Peningkatan Produksi Pertanian dan Perkebunan;

5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak;

6. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan;

7. Program Pengembangan Budidaya Perikanan;

8. Program Pengembangan Perikanan Tangkap;

9. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produk


Perikanan;

10. Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan


Air Tawar;

11. Program Pengembangan Sektor Perikanan Melalui Percepatan


Oprasional BBI;

12. Program Peningkatan Ketahanan Pangan;

VI - 32
13. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif;

14. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keuanggulan


Kompetitif Usaha Kecil Menengah;

15. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha


Mikro Kecil dan Menengah (UMKM);

16. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi;

17. Program Pengembangan Usaha Koperasi dan Usaha Kecil


Menengah (UKM);

18. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah;

19. Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial;

20. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi;

21. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi;

22. Program Peningkatan Pengembangan Pelayanan Perizinan dan


Non Perizinan;

23. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan;

24. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri;

25. Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan;

26. Program Peningkatan Pelayanan Sarana & Prasarana Metrologi


Legal;

27. Program Pengembangan Perdagangan dan Sistem Distribusi;

28. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata;

29. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata;

30. Program Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan;

31. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial;

32. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial;

33. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial;

34. Program Pencegahan, Pemberantasan dan Rehabilitasi Sosial


Korban Penyalahgunaan NAPZA;

VI - 33
35. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil
(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Lainnya;

36. Program Pembinaan Penyandang Cacat/Disabilitas;

37. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja;

38. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga


Ketenagakerjaan;

39. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi Cepat Tumbuh;

40. Program Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pengembangan


Wilayah Cepat Tumbuh;

41. Program Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Pemukiman


Transmigrasi.

4. Misi 4 : Meningkatkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan


Yang Berkualitas, Bersih dan Transparan Guna
Meningkatkan Daya Saing Daerah, Sinergisitas Wilayah
Serta Berkembangnya Kampung Sejahtera dan Mandiri

Tujuan : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Berkualitas,


Bersih dan Transparan Serta Meningkatkan Kesejahteraan
Kampung

Sasaran : 1. Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Pemerintah


Daerah;

2. Meningkatnya Kualitas Penyelenggaraan Pelayanan


Publik Kependudukan;

3. Meningkatnya Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan


Kampung/Kelurahan.

Program-program pembangunan pada Misi 4 :

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran;

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur;

VI - 34
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur;

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur;

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian


Kinerja dan Keuangan;

6. Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan


Pemanfaatan Tanah;

7. Program Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan;

8. Program Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan;

9. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat


Daerah;

10. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah /Wakil


Kepala Daerah;

11. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan


Daerah;

12. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan


Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH;

13. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan


Aparatur Pengawasan;

14. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah;

15. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan;

16. Program Penataan Daerah Otonomi Baru;

17. Program Ketatalaksanaan, Kelembagaan dan Kinerja Pemerintah


Daerah;

18. Program Penyelenggaraan Pemerintahan Umum;

19. Program Pembinaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah;

20. Program Pengembangan Data/Informasi;

21. Program Kerjasama Pembangunan;

22. Program Perencanaan Pembangunan Daerah;

VI - 35
23. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi;

24. Program Perencanaan Sosial dan Budaya;

25. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam;

26. Program Penyelesaian dan Penataan Aset Daerah;

27. Program Pengelolaan Pendapatan Daerah;

28. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur;

29. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur;

30. Program Peningkatan, Pengkajian Potensi Daerah;

31. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa;

32. Program Kerjasama Informasi dan Media Massa;

33. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah;

34. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah;

35. Program Penataan Administrasi Kependudukan;

36. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan;

37. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun


Desa Kampung;

38. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah


Desa/Kampung;

39. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan;

40. Program Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat;

41. Program Peningkatan Peran Wanita Dalam Membangun Daerah;

42. Program Teknologi Tepat Guna;

43. Program Pokjanal Posyandu;

44. Pendampingan Gerbang Desa.

5. Misi 5 : Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang


Berkualitas dan Berkelanjutan

VI - 36
Tujuan : Mewujudkan Penataan Ruang dan Pengelolaan SDA yang
Berkeadilan dan Berkelanjutan

Sasaran : 1. Meningkatnya kualitas sumber daya alam dan


lingkungan hidup.

Program-program pembangunan pada Misi 5 :

1. Program Perencanaan Tata Ruang;

2. Program Pemanfaatan Ruang;

3. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan;

4. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan


Hidup;

5. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya


Alam dan Lingkungan Hidup;

6. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

7. Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang


Ketenagalistrikan.

Keterkaitan antara misi, sasaran, indikator sasaran, strategi dan arah


kebijakan beserta program-program pembangunan daerah Kabupaten
Tulang Bawang tahun 2017-2022 selengkapnya sebagai berikut:

VI - 37
Tabel 6.7 Program Pembangunan Daerah yang disertai Pagu Indikatif
Kabupaten Tulang Bawang

Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD RPJMD Perangkat Daerah Penanggung Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Misi I : Meningkatkan Kualitas Kerukunan, Ketentraman, Keagamaan dan Kebudayaan Masyarakat
Tujuan : Mewujudkan Kondisi Masyarakat Yang Kondusif Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Sasaran I : Meningkatnya Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
Urusan Wajib Pelayanan Dasar
Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
1.05 . X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Persentase Penegakkan Perda dan Perkada persen 100 100 336.673.000 100 370.340.300 100 407.374.330 100 448.111.763 100 492.922.939 100 492.922.939 Badan Kesbangpol, SatPol PP
Cakupan Patroli Siaga Ketertiban Umum dan Ketentraman kali 100 100 100 100 100 100 100
Masyarakat
1.05 . X.XX.XX . 16 Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal Rasio Linmas per Jumlah 10.000 penduduk persen 8 10 1.044.024.225 10 1.148.426.648 11 1.263.269.312 12 1.389.596.243 12 1.528.555.868 12 1.528.555.868 Badan Kesbangpol, SatPol PP
Persentase Kriminalitas Yang Tertangani persen 100 100 100 100 100 100 100
1.05 . X.XX.XX . 17 Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Persentase Ormas dan LSM yang mendapatkan peningkatan persen 88,43 92,85 120.000.000 97,49 132.000.000 100 145.200.000 100 159.720.000 100 175.692.000 100 175.692.000 Badan Kesbangpol
wawasan kebangsaan
1.05 . X.XX.XX . 18 Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan Jumlah kemitraan dengan elemen masyarakat kali 5 5 110.000.000 5 121.000.000 5 133.100.000 5 146.410.000 5 161.051.000 5 161.051.000 Badan Kesbangpol
1.05 . X.XX.XX . 19 Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran kabupaten persen 100 100 80.000.000 100 88.000.000 100 96.800.000 100 106.480.000 100 117.128.000 100 117.128.000 SatPol PP
Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate ) menit 45 30 30 30 25 25 25
Persentase Personel DAMKAR yang Memenuhi Standar Kualifikasi persen 50,22 52,73 55,37 58,14 61,04 64,09 64
1.05 . X.XX.XX . 20 Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat) Persentase Penyakit Masyarakat (Pekat) yang Tertangani persen 60 65 110.000.000 70 121.000.000 75 133.100.000 80 146.410.000 85 161.051.000 85 161.051.000 Satpol PP
Jumlah Kelompok Masyarakat (Pokmas) Aktif pokmas 15 15 15 15 15 15 15
1.05 . X.XX.XX . 21 Program Pendidikan Politik Masyarakat Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pemilu persen 70 75 825.000.000 80 907.500.000 85 998.250.000 87 1.098.075.000 90 1.207.882.500 90 1.207.882.500 Badan Kesbangpol
1.05 . X.XX.XX . 23 Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Alam Persentase Desa Tangguh Bencana persen 45 50 840.600.000 55 770.000.000 60 844.000.000 65 785.900.000 70 940.415.000 70 940.415.000 BPBD
1.05 . X.XX.XX . 24 Program Rehabilitasi-Rekonstruksi Sarana dan Prasarana Pasca Bencana Persentase Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi persen 45 50 135.000.000 55 648.500.000 60 713.350.000 65 929.685.000 70 1.022.653.500 70 1.022.653.500 BPBD
1.05 . X.XX.XX . 25 Program Kedaruratan dan Logistik Penanggulangan Bencana Persentase Penanganan Bencana persen 100 100 250.000.000 100 262.500.000 100 275.625.000 100 289.406.250 100 303.876.563 100 303.876.563 BPBD

Sasaran II : Meningkatan Kualitas Keagamaan dan Kebudayaan di Masyarakat


4.01. X.XX.XX . 29 Program Bimbingan Keagamaan Persentase tempat ibadah yang diberi bantuan persen 68,60 72,03 7.435.810.200 75,63 8.179.391.220 79,41 8.997.330.342 83,38 9.897.063.376 87,55 10.886.769.714 87,55 10.886.769.714 Sekretariat Daerah
Jumlah Calon Jema'ah Haji orang 6.282 6.300 6.325 6.350 6.375 6.400 6.400
Jumlah Qori dan Qori'ah Berprestasi orang - 2 3 4 4 5 5,00
2.16. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Nilai Budaya Persentase Pengelolaan Nilai-Nilai Budaya Tradisi Dalam persen 58 60 270.000.000 65 297.000.000 70 326.700.000 75 359.370.000 80 395.307.000 80,00 395.307.000 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Masyarakat
2.16. X.XX.XX . 16 Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan persen 45,01 - - 47,26 100.000.000 49,62 110.000.000 52,10 121.000.000 54,71 133.100.000 54,71 133.100.000 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
2.16. X.XX.XX . 17 Program Pengelolaan Keragaman Budaya Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya kali 1 1 867.092.000 1 953.801.200 2 1.049.181.320 2 1.154.099.452 2 1.269.509.397 2,44 1.269.509.397 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Jumlah Grup Kesenian Aktif grup 13 14 14 15 16 17 17,00

Misi II : Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Wilayah
Tujuan : Mewujudkan SDM Yang Berkualitas, Sehat dan Bermoral Baik Serta Infrastruktur Wilayah Yang Berkualitas dan Merata di Seluruh Wilayah Kabupaten Tulang Bawang
Sasaran I : Meningkatnya Akses Pelayanan Pendidikan Yang Berkualitas dan Berdaya Saing Pada Semua Jenjang Pendidikan
1.01 . X.XX.XX . 15 Program Pendidikan Anak Usia Dini Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK persen 50,21 51,21 773.123.000 52,24 850.435.300 53,28 935.478.830 54,35 1.029.026.713 55,44 1.131.929.384 55,44 1.131.929.384 Dinas Pendidikan
1.01 . X.XX.XX . 16 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A persen 108,62 109,16 64.891.811.250 109,71 71.380.992.375 110,26 78.519.091.613 110,81 86.371.000.774 111,36 95.008.100.851 111,36 95.008.100.851 Dinas Pendidikan
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B persen 79,24 79,64 80,04 80,44 80,84 81,25 81,25
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK/Paket C persen 57,71 58,00 58,29 58,58 58,87 59,16 59,16
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A persen 99,39 99,89 100,39 100,89 101,40 101,90 101,90
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B persen 64,27 64,59 64,91 65,24 65,56 65,89 65,89
Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C persen 49,72 49,99 50,24 50,49 50,74 50,99 50,99
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7 - 12 tahun persen 99,53 100,02 100,52 101,03 101,53 102,04 102,04
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13 - 15 tahun persen 91,44 91,90 92,36 92,82 93,29 93,75 93,75
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16 - 18 tahun persen 64,69 65,02 65,34 65,67 66,00 66,33 66,33
Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI persen 0,27 0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28
Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs persen 0,87 0,88 0,88 0,88 0,89 0,89 0,89
Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA persen 0,64 0,67 0,67 0,67 0,70 0,74 0,74
Angka Kelulusan (AL) SD/MI persen 100 100 100 100 100 100 100
Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs persen 100 100 100 100 100 100 100
Angka Kelulusan (AL) SMA/MA/SMK persen 100 100 100 100 100 100 100

VI - 38
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD RPJMD Perangkat Daerah Penanggung Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs persen 99,83 99,86 99,89 99,92 99,95 99,98 99,98
Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA persen 99,33 99,36 99,39 99,42 99,45 99,48 99,48
Rata-rata Lama Sekolah tahun 7,16 7,19 7,23 7,26 7,30 7,34 7,34
1.01 . X.XX.XX . 18 Program Pendidikan Non Formal Angka Melek Huruf (AMH) persen 97,07 97,56 201.881.000 98,05 222.069.100 98,54 244.276.010 99,03 268.703.611 99,52 295.573.972 99,52 295.573.972 Dinas Pendidikan
1.01 . X.XX.XX . 20 Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Persentase Guru SD/MI yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV persen 84,32 85,16 319.657.500 86,01 351.623.250 86,87 386.785.575 87,74 425.464.133 88,62 468.010.546 88,62 468.010.546 Dinas Pendidikan
Persentase Guru SMP/MTs yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV persen 87,38 88,25 89,13 90,02 90,93 91,83 91,83
Persentase Guru Bersertifikasi persen 75,39 76,14 76,90 77,67 78,45 79,23 79,23
1.01 . X.XX.XX . 22 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Persentase sekolah terakreditasi persen 15,04 18,05 3.673.157.750 21,66 4.040.473.525 25,99 4.444.520.878 31,19 4.888.972.965 37,42 5.377.870.262 37,42 5.377.870.262 Dinas Pendidikan
1.01 . X.XX.XX . 27 Program Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Jumlah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang dibina UKS 10 20 174.404.400 30 191.844.840 40 211.029.324 50 232.132.256 60 255.345.482 60 255.345.482 Sekretariat Daerah
2.17. X.XX.XX . 21 Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Jumlah Perpustakaan perpustakaan 54 59 265.000.000 65 489.200.000 72 499.000.000 79 499.000.000 87 520.000.000 86,97 520.000.000 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Jumlah Pengunjung Perpustakaan per Tahun orang 1.492 1.507 1.522 1.537 1.553 1.568 1568
Jumlah Koleksi Judul Buku Perpustakaan judul 7.013 7.083 7.154 7.226 7.298 7.371 7371
Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah eksemplar 22.367 22.591 22.817 23.045 23.275 23.508 23508
Perpustakaan Unggulan unit 12 15 18 21 24 27 27

Sasaran II : Meningkatnya Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas


1.02 . X.XX.XX . 15 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas persen 70 72 128.024.000 75 140.826.400 78 154.909.040 80 170.399.944 85 187.439.938 85 187.439.938 Dinas Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 16 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin persen 75 75 12.886.137.225 75 14.174.750.948 75 15.592.226.042 75 17.151.448.646 75 18.866.593.511 75 18.866.593.511 Dinas Kesehatan
Cakupan Penduduk yang Menjadi Peserta Jaminan Kesehatan persen 46 51 56 61 67 74 74
1.02 . X.XX.XX . 17 Program Pengawasan Obat dan Makanan Jumlah Sampel Obat dan Makanan yang Diuji sampel 10 10 48.230.000 10 53.053.000 10 58.358.300 10 64.194.130 10 70.613.543 10 70.613.543 Dinas Kesehatan
Persentase Peredaran Produk Pangan yang Memenuhi Syarat persen 50 55 60 65 70 75 75
1.02 . X.XX.XX . 18 Program Pengembangan Obat Asli Indonesia Pengembangan Produk Obat Bahan Alam Indonesia yang produk 5 5 31.415.000 5 34.556.500 5 38.012.150 5 41.813.365 5 45.994.702 5,00 45.994.702 Dinas Kesehatan
bermutu
Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kesehatan persen 70 70 70 70 80 80 80
Tradisional, Komplementer dan Alternatif
1.02 . X.XX.XX . 19 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Cakupan Desa Siaga Aktif persen 50 55 1.821.920.000 60 2.004.112.000 65 2.204.523.200 70 2.424.975.520 75 2.667.473.072 75 2.667.473.072 Dinas Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 20 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan persen 100 100 95.667.500 100 105.234.250 100 115.757.675 100 127.333.443 100 140.066.787 100 140.066.787 Dinas Kesehatan
Prevalensi Balita Kurang Gizi/underweight persen 18 18 17 17 17 17 17
Prevalensi Balita Stunting persen
Rasio Posyandu per Satuan Balita persen 6,67 6,84 7,01 7,18 7,36 7,55 7,55
1.02 . X.XX.XX . 21 Program Pengembangan Lingkungan Sehat Persentase Penduduk yang memiliki akses terhadap air minum persen 70,5 78 230.381.000 85 253.419.100 94 278.761.010 103 306.637.111 114 337.300.822 113,54 337.300.822 Dinas Kesehatan
yang berkualitas
Persentase ODF (open defecation free ) / Presentase Penduduk persen 50 55 60 65 70 75 75
yang menggunakan jamban keluarga
1.02 . X.XX.XX . 22 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Cakupan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dilakukan persen 100 100 1.730.000.000 100 1.903.000.000 100 2.093.300.000 100 2.302.630.000 100 2.532.893.000 100 2.532.893.000 Dinas Kesehatan
penanggulangan < 24 jam
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) persen 100 100 100 100 100 100 100
Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 persen 3,01 2,95 2,89 2,83 2,78 2,72 2,72
tahun
Penemuan Penderita Pneumonia Balita yang Ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA persen 100 100 100 100 100 100 100
Persentase Kasus Baru TB Paru (Positif) yang Ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
Persentase Penemuan Penderita Diare yang Ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD persen 90 95 100 100 100 100 100
1.02 . X.XX.XX . 23 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Jumlah Puskesmas Terakreditasi PKM 10 18 2.266.587.500 18 2.493.246.250 20 2.742.570.875 20 3.016.827.963 20 3.318.510.759 20 3.318.510.759 Dinas Kesehatan; RSUD
Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Disediakan persen 100 100 100 100 100 100 100
RSUD
1.02 . X.XX.XX . 24 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin persen 57 60 20.135.772.750 70 22.149.350.025 80 24.364.285.028 90 26.800.713.530 90 29.480.784.883 90 29.480.784.883 Dinas Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 25 Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Jumlah Puskesmas Yang Memiliki Sarana dan Prasarana Sesuai PKM 18 18 11.788.556.000 18 12.967.411.600 18 14.264.152.760 20 15.690.568.036 20 17.259.624.840 20 17.259.624.840 Dinas Kesehatan
Puskesmas/ Puskemas Pembantu dan Jaringannya Standar
Persentase Bangunan Fisik Puskesmas dan Pustu dalam kondisi persen 100 100 100 100 100 100 100
baik
1.02 . X.XX.XX . 26 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RSUD Menggala Bed Occupancy Rate (BOR) persen 60 63,60 30.899.306.000 67,42 33.989.236.600 71,46 37.388.160.260 75,75 41.126.976.286 80,29 45.239.673.915 80,29 45.239.673.915 RSUD Menggala
Average Length Of Stay (AVLOS) hari 9 8 8 7 7 6 6,00
Turn Over Interval (TOI) hari 3 3 2 2 2 1 1,00
Bed Turn Over (BTO) kali 50 50 50 50 40 40 40
1.02 . X.XX.XX . 28 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas persen 50 55 3.712.465.000 60 4.083.711.500 65 4.492.082.650 70 4.941.290.915 75 5.435.420.007 75 5.435.420.007 Dinas Kesehatan
Persentase Desa yang Memilki Poskesdes persen 50 55 60 65 70 75 75
Persentase puskesmas mampu PONED dan berfungsi persen 50 55 60 65 70 75 75

VI - 39
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD RPJMD Perangkat Daerah Penanggung Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1.02 . X.XX.XX . 29 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Angka Kematian Balita (AKBA) per 1000 KH 0,50 0,48 36.569.000 0,45 40.225.900 0,43 44.248.490 0,41 48.673.339 0,39 53.540.673 0,39 53.540.673 Dinas Kesehatan
Cakupan Pelayanan Anak Balita persen 89,84 90 90 90 90 90 90
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6- persen 100 100 100 100 100 100 100
24 bulan
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat persen 100 100 100 100 100 100 100
1.02 . X.XX.XX . 30 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia Cakupan Pelayanan Kesehatan Lansia persen 45 50 29.396.000 55 32.335.600 60 35.569.160 65 39.126.076 70 43.038.684 70 43.038.684 Dinas Kesehatan
Angka Harapan Hidup (AHH) tahun 69,69 69,76 69,83 69,90 69,97 70,04 70,04
1.02 . X.XX.XX . 31 Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan Peredaran Kosmetika dan Obat-Obat Tradisional yang Diawasi produk 50 50 39.117.500 50 43.029.250 50 47.332.175 50 52.065.393 50 57.271.932 50 57.271.932 Dinas Kesehatan

1.02 . X.XX.XX . 32 Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 39,00 38,81 5.140.870.000 38,42 5.654.957.000 38,03 6.220.452.700 37,66 6.842.497.970 37,28 7.526.747.767 37,28 7.526.747.767 Dinas Kesehatan
KH
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH 5,60 5,57 5,52 5,46 5,41 5,35 5,35
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 persen 90,34 94,86 99,60 100 100 100 100
Cakupan Neonatal dengan komplikasi yang ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang persen 92 93 94 95 96 97 97
Memiliki Kompetensi Kebidanan
Cakupan Pelayanan Nifas persen 83 85 87 89 91 93 93
Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani persen 81,79 85,88 90,17 94,68 99,42 100 100
Cakupan Kunjungan Bayi persen 90 91 92 93 94 95 95
1.02 . X.XX.XX . 36 Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Jumlah Dokumen Regulasi Kebijakan dan Manajemen dokumen 17 17 921.039.250 17 1.013.143.175 17 1.114.457.493 17 1.225.903.242 17 1.348.493.566 17 1.348.493.566 Dinas Kesehatan
Kesehatan (PKPM) Pembangunan Kesehatan

1.02 . X.XX.XX . 40 Program Peningkatan dan Pelayanan Kesehatan BLUD RSUD Menggala Persentase Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Menggala persen 50 60 34.200.000.000 100 37.620.000.000 100 41.382.000.000 100 45.520.200.000 100 50.072.220.000 100 50.072.220.000 RSUD Menggala
Lama Tunggu Pelanayanan Rawat Jalan menit 10 10 10 10 10 10 10
Lama Tunggu Pelayanan Obat menit 15 15 15 15 15 15 15
2.08. X.XX.XX . 15 Program Keluarga Berencana Rata-Rata Jumlah Anak per Keluarga orang 2,12 2,10 4.610.503.000 2,07 5.071.553.300 2,05 5.578.708.630 2,03 6.136.579.493 2,01 6.750.237.442 2,01 6.750.237.442 Dinas PP dan KB
Ratio Akseptor KB persen 78,76 80,34 81,94 83,58 85,25 86,96 86,96
Cakupan PUS peserta KB Aktif persen 73,33 74,80 76,29 77,82 79,37 80,96 80,96
Cakupan PUS yang Ingin Ber-KB Tidak Terpenuhi (unmet need) persen 27,40 26,90 26,42 25,94 25,48 25,02 25,02
Total Fertility Rate (TFR) persen 2,14 2,11 2,08 2,05 2,02 1,98 1,98
Laju Pertumbuhan Penduduk persen 1,24 1,23 1,22 1,2 1,19 1,18 1,18

Sasaran III : Meningkatkan Peran Perempuan dan Pemuda serta Pembinaan Keolahragaan
2.02. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah persen 2,60 2,74 528.636.250 2,88 581.499.875 3,02 639.649.863 3,17 703.614.849 3,33 773.976.334 3,33 773.976.334 Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Pembangunan Perlindungan Anak
Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan persen 51,32 51,83 52,35 52,87 53,40 53,93 53,93
2.02. X.XX.XX . 19 Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Rasio KDRT persen 0,01 0,01 276.547.775 0,01 304.202.553 0,01 334.622.808 0,01 368.085.089 0,01 404.893.597 0,01 404.893.597
2.13. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan Persentase Organisasi Pemuda yang Aktif persen 36,22 39,84 612.331.900 43,83 673.565.090 48,21 740.921.599 53,03 815.013.759 58,33 896.515.135 58,33 896.515.135 Dinas Kepemudaan dan Olahraga
2.13. X.XX.XX . 20 Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Jumlah Prestasi Olahraga cabor - 3 817.386.000 4 899.124.600 4 989.037.060 4 1.087.940.766 5 1.196.734.843 5 1.196.734.843 Dinas Kepemudaan dan Olahraga
Jumlah Atlet Berpestasi atlet - 6 6 7 7 8 8
2.13. X.XX.XX . 21 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Persentase Sarana dan Prasarana Olahraga yang Layak persen 40 50 298.015.250 55 327.816.775 60 360.598.453 65 396.658.298 70 436.324.128 70 436.324.128 Dinas Kepemudaan dan Olahraga

Sasaran IV : Terwujudnya Peningkatan Kualitas Infrastruktur Wilayah Yang Terpadu dan Merata Serta Meningkatkan Daya Dukung Sistem Transportasi dan Sarana Perhubungan
1.03 . X.XX.XX . 15 Program Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan Persentase Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Mantap persen 37,21 37,88 119.943.578.300 41,18 131.937.936.130 45,29 145.131.729.743 49,82 159.644.902.717 54,80 175.609.392.989 54,80 175.609.392.989 Dinas PU dan PR
Jumlah Jembatan Kabupaten Kondisi Baik unit 80 88 97 106 117 129 129 -
1.03 . X.XX.XX . 16 Program Pembangunan/Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-Gorong Panjang Saluran Drainase Dengan Kondisi Baik km 63.245 69.570 2.242.427.500 76.526 2.466.670.250 84.179 2.713.337.275 92.597 2.984.671.003 101.857 3.283.138.103 101.857 3.283.138.103 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 17 Program Pembangunan/Rehabilitasi Turap/Talud/Bronjong Turap/Talud/Bronjong Dengan Konstruksi Baik km 8,2 9 1.231.436.000 10 2.414.579.600 11 2.656.037.560 12 2.921.641.316 13 3.213.805.448 13 3.213.805.448 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 18 Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Persentase Panjang Jalan yang Dilakukan Pemeliharaan Per Tahun km 37 41 18.894.621.500 45 20.784.083.650 49 22.862.492.015 54 25.148.741.217 60 27.663.615.338 60 27.663.615.338 Dinas PU dan PR
Jumlah Jembatan Kondisi Rusak yang Direhabilitasi per Tahun unit 10 11 12 13 15 16 16 -
1.03 . X.XX.XX . 22 Program Pembangunan Sistem Informasi/Data Base Jalan dan Jembatan Pemanfaatan Sistem Informasi Jalan dan Jembatan dalam persen - 100 100.000.000 100 110.000.000 100 121.000.000 100 133.100.000 100 146.410.000 100 146.410.000 Dinas PU dan PR
Perumusan Kebijakan Perencanaan Pembangunan Infrastruktur
1.03 . X.XX.XX . 23 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan Persentase Alat Berat dalam kondisi baik persen 65 68 2.350.000.000 70 2.585.000.000 75 2.843.500.000 78 3.127.850.000 80 3.440.635.000 80 3.440.635.000 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 24 Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Persentase Jaringan Irigasi Kondisi Mantap persen 59,74 65 22.788.000.000 72 25.066.800.000 79 27.573.480.000 87 30.330.828.000 95 33.363.910.800 95 33.363.910.800 Dinas PU dan PR
Jaringan Pengairan lainnya
Rasio Ketersediaan Air Irigasi Untuk Pertanian Rakyat persen 0,68 0,71 0,75 0,79 0,83 0,87 0,87
1.03 . X.XX.XX . 25 Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku Persentase ketersediaan sumber air baku persen 35 40 900.000.000 50 1.090.000.000 60 1.199.000.000 70 1.318.900.000 80 1.450.790.000 80 1.450.790.000 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 26 Program Pembangunan, Pengelolaan dan Konversi Sungai, Danau dan Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai, persen - - - - 32,19 1.500.000.000 35,41 1.650.000.000 38,95 1.815.000.000 38,95 1.815.000.000 Dinas PU dan PR
Sumber Daya Lainnya danau, dan sumber daya air lainnya
1.03 . X.XX.XX . 27 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Persentase Penduduk Berakses Air Minum Aman persen 50 55 16.075.579.000 60 17.683.136.900 65 19.451.450.590 70 21.396.595.649 75 23.536.255.214 75 23.536.255.214 Dinas PU dan PR

VI - 40
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD RPJMD Perangkat Daerah Penanggung Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1.03 . X.XX.XX . 28 Program Pengendalian Banjir Persentase Luas Wilayah Kebanjiran yang Ditangani persen - 60 1.200.000.000 65 1.320.000.000 68 1.452.000.000 70 1.597.200.000 73 1.756.920.000 73 1.756.920.000 Dinas PUPR; BPBD
1.03 . X.XX.XX . 29 Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Jumlah Pusat Pertumbuhan Baru dengan Infrastruktur Memadai kawasan 1 2 7.000.000.000 2 7.700.000.000 3 8.470.000.000 3 9.317.000.000 4 10.248.700.000 4 10.248.700.000 Dinas PUPR; Bappedalitbang
1.03 . X.XX.XX . 30 Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan Jumlah Masyarakat Penerima Manfaat PAMSIMAS orang 3.000 3.300 1.680.000.000 3.630 1.848.000.000 3.993 2.032.800.000 4.392 2.236.080.000 4.832 2.459.688.000 4.832 2.459.688.000 Dinas PU dan PR; Bappedalitbang
1.03 . X.XX.XX . 33 Program Pembangunan/RehabilitasiGedung dan Tata Ruang Persentase Gedung Pemerintah Dalam Kondisi Baik persen 60 65 14.593.421.000 70 16.052.763.100 75 17.658.039.410 80 19.423.843.351 85 21.366.227.686 85 21.366.227.686 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 38 Program Pembinaan Jasa Konstruksi Persentase SDM Jasa Konstruksi yang terlatih persen - - - 42,34 375.000.000 46,57 412.500.000 51,23 453.750.000 56,35 499.125.000 56,35 499.125.000 Dinas PUPR
1.04 . X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Perumahan Ketersediaan Rumah Layak Huni persen 20 30 1.120.276.000 40 6.532.303.600 50 7.185.533.960 60 7.904.087.356 70 8.694.496.092 70 9.563.945.701 Dinas PR dan KP
Berkurangnya Jumlah Rumah Tidak Layak Huni unit 3.998 2.999 2.249 1.687 1.265 949 949 Dinas PR dan KP
1.04 . X.XX.XX . 16 Program Lingkungan Sehat Perumahan Berkurangnya Luas Kawasan kumuh Ha 244,66 171,26 5.250.589.550 119,88 9.775.648.505 83,92 11.503.213.356 58,74 12.378.534.691 41,12 13.616.388.160 41,12 14.978.026.976
Persentase Rumah Tangga Bersanitasi persen 67,76 68,43 69,12 69,81 70,51 71,21 71,21
1.04 . X.XX.XX . 18 Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Alam/Sosial Persentase Perbaikan Rumah Akibat Bencana persen - - - 50 300.000.000 55 330.000.000 60 363.000.000 65 399.300.000 65 439.230.000 Dinas PR dan KP
2.09. X.XX.XX . 15 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Persentase Ketersediaan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan persen 45,87 - - 50,46 1.050.000.000 55,50 1.100.000.000 61,05 800.000.000 67,16 800.000.000 67,16 800.000.000 Dinas Perhubungan
2.09. X.XX.XX . 16 Program Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ Persentase Sarana dan Prasarana Perhubungan Kondisi Baik persen 70 70 55.359.200 75 60.895.120 75 66.984.632 80 73.683.095 80 81.051.405 80 81.051.405 Dinas Perhubungan
2.09. X.XX.XX . 17 Pogram Peningkatan Pelayanan Angkutan Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum orang/tahun 47.234 49.596 245.718.790 52.075 270.290.669 54.679 297.319.736 57.413 327.051.709 60.284 359.756.880 60.284 395.732.568 Dinas Perhubungan
Rasio Ijin Trayek izin/armada 1 1 2 2 2 2 2
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum unit 2.316 2.339 2.362 2.386 2.416 2.434 2.434
Persentase Kepemilikan KIR Angkutan Umum persen 10,28 11,31 12,44 13,68 15,05 16,56 16,56
2.09. X.XX.XX . 18 Pogram Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan Persentase Sarana dan Prasarana Perhubungan yang Berfungsi persen - - - - - 54,21 2.000.000.000 - - 75,33 1.000.000.000 75,33 - Dinas Perhubungan
Baik
2.09. X.XX.XX . 19 Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas Persentase Ketersediaan Perlengkapan Keamanan Lalu Lintas persen 50 - - 60 1.050.000.000 65 1.155.000.000 70 1.270.500.000 75 1.397.550.000 75 1.397.550.000 Dinas Perhubungan

Misi III : Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Untuk Mengurangi Angka Pengangguran dan Kemiskinan
Tujuan : Mewujudkan Peningkatan Aktivitas Ekonomi Masyarakat, Dunia Usaha, Investasi serta Pemanfaatan Potensi Unggulan Daerah Secara Optimal untuk Kesejahteraan Masyarakat
Sasaran I : Meningkatnya Pertumbuhan dan Kualitas Perekonomian Daerah Sesuai Potensi dan Sumber Daya Unggulan Daerah
3.03. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Cakupan Pembinaan Kelompok Petani persen 50,28 55,31 754.581.200 60,84 830.039.320 66,92 913.043.252 73,61 1.004.347.577 80,98 1.104.782.335 80,98 1.104.782.335 Dinas Pertanian
3.03. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Persentase Teknologi Pertanian yang Diterapkan persen 37,33 39,2 100.000.000 41,16 110.000.000 43,21 121.000.000 45,37 133.100.000 47,64 146.410.000 47,64 146.410.000 Dinas Pertanian
3.03. X.XX.XX . 19 Program Peningkatan Produksi Pertanian dan Perkebunan Produksi Tanaman Pangan 4.995.500.000 5.495.050.000 6.044.555.000 6.649.010.500 7.313.911.550 7.313.911.550 Dinas Pertanian
- Padi ton/tahun 353.404 364.006 374.926 386.174 397.759 409.692 409.692
- Jagung ton/tahun 34.010 35.030 36.081 37.164 41.043 43.095 43.095
- Kedelai ton/tahun 1.265 1.303 1.342 1.383 1.424 1.467 1.467
Jumlah Produksi Hortikultura ton/tahun 209.499 219.974 230.973 242.521 254.647 267.380 267.380
3.03. X.XX.XX . 21 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Jumlah Kasus Penyakit Ternak kasus 17 15 200.000.000 14 220.000.000 12 242.000.000 11 266.200.000 10 292.820.000 10 292.820.000 Dinas Pertanian
Persentase Kasus Penyakit Ternak yang Tertangani persen 100 100 100 100 100 100 100
3.03. X.XX.XX . 22 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Jumlah Populasi Ternak Besar ekor/tahun 24.299 25.514 250.000.000 26.790 275.000.000 28.129 30.250.000 29.536 332.750.000 31.012 366.025.000 31.012 366.025.000 Dinas Pertanian
Jumlah Populasi Ternak Kecil ekor/tahun 40.411 42.432 44.553 46.781 49.120 51.576 51.576
Jumlah Populasi Unggas ekor/tahun 2.044.887 2.147.131 2.254.488 2.367.212 2.485.573 2.609.852 2.609.852
3.01. X.XX.XX . 20 Program Pengembangan Budidaya Perikanan Produksi Perikanan Budidaya ton/tahun 28.951 29.241 50.000.000 29.533 640.000.000 29.829 704.000.000 30.127 774.400.000 30.428 851.840.000 30.428 851.840.000 Dinas Perikanan
Cakupan Binaan Kelompok Pembudidaya Perikanan persen 56,22 59,03 61,98 65,08 68,34 71,75 71,75
3.01. X.XX.XX . 21 Program Pengembangan Perikanan Tangkap Produksi Perikanan Tangkap ton/tahun 20.500 20.705 50.000.000 20.912 850.000.000 21.121 935.000.000 21.332 1.028.500.000 21.546 1.131.350.000 21.546 1.131.350.000 Dinas Perikanan
3.01. X.XX.XX . 23 Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan Tingkat Konsumsi Ikan persen 99,24 99,34 80.000.000 99,44 208.000.000 99,54 228.800.000 99,64 251.680.000 99,74 276.848.000 99,74 276.848.000 Dinas Perikanan
3.01. X.XX.XX . 24 Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar Produksi Perikanan Budidaya dan Tangkap persen 48.659 22.672 1.354.298.000 23.806 2.858.455.600 24.996 3.144.301.160 26.246 3.458.731.276 27.558 3.804.604.404 27.558 3.804.604.404 Dinas Perikanan
3.01. X.XX.XX . 31 Program Pengembangan Sektor Perikanan Melalui Percepatan Oprasional Jumlah Produksi Usaha Pembenihan ekor 35.000 38.500 50.000.000 57.750 205.000.000 86.625 225.500.000 129.938 248.050.000 194.906 272.855.000 194.906 272.855.000 Dinas Perikanan
BBI
2.03. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) persen 87,74 88,61 769.231.000 90 846.154.100 90,40 930.769.510 91,30 1.023.846.461 92,21 1.126.231.107 92,21 1.126.231.107 Dinas Ketahanan Pangan; Dinas
Pertanian
Ketersediaan Pangan Utama (Beras) ton/tahun 157.206,00 165.066,30 173.320 181.986 191.085 200.639 200.639
Ketersediaan Energi per Kapita kalori/hari 2.754,76 2.809,86 2.866 2.923 2.982 3.041 3.041
Ketersediaan Protein per Kapita gram/hari 90,12 94,63 99 104 110 115 115
2.11. X.XX.XX . 15 Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang dikembangkan orang 10 - - 15 80.000.000 15 88.000.000 20 96.800.000 20 106.480.000 20 106.480.000 Dinas Koperasi dan UKM
2.11. X.XX.XX . 16 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keuanggulan Kompetitif Jumlah SDM Koperasi dan Usaha Mikro yang Mendapatkan orang 10 10 100.000.000 25 270.000.000 25 201.000.000 25 213.100.000 25 226.410.000 25 226.410.000 Dinas Koperasi dan UKM
Usaha Kecil Menengah Pelatihan
2.11. X.XX.XX . 17 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Persentase Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Aktif persen 70,09 70,44 309.800.000 74 340.780.000 77,66 374.858.000 81,54 412.343.800 85,62 453.578.180 85,62 453.578.180 Dinas Koperasi dan UKM
dan Menengah (UMKM)
2.11. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Persentase Koperasi Aktif persen 84,28 86,39 61.800.000 88,55 138.000.000 90,76 224.800.000 93,03 202.000.000 95,36 220.200.000 95,36 220.200.000 Dinas Koperasi dan UKM
2.11. X.XX.XX . 19 Program Pengembangan Usaha Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Jumlah Promosi Produk Binaan Koperasi kali 1 2 170.000.000 2 187.000.000 2 205.700.000 2 227.000.000 2 249.700.000 2 249.700.000 Dinas Koperasi dan UKM
3.07. X.XX.XX . 16 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Jumlah Promosi Produk Kerajinan Daerah kali 1 4 532.800.000 4 686.080.000 4 755.000.000 4 830.500.000 4 913.550.000 4 913.550.000 Dinas Koperasi dan UKM
Cakupan Bina Kelompok Pengrajin persen 22,34 25,69 29,54 33,98 39,07 44,93 44,93
3.07. X.XX.XX . 19 Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial Sentra UMKM yang Dikembangkan sentra - - - 10 72.571.000 10 94.342.300 10 122.644.990 10 159.438.487 10 159.438.487 Dinas Koperasi dan UKM

VI - 41
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD RPJMD Perangkat Daerah Penanggung Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
2.12. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Jumlah Penyelenggaran Promosi Peluang Investasi kali 2 2 716.371.500 3 1.034.281.900 3 1.057.710.090 4 1.138.481.099 4 1.327.329.209 4 1.327.329.209 Dinas Penanaman Modal dan PTSP
2.12. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Jumlah Investor Berskala Nasional (PMA/PMDN) investor 10 10 201.084.000 15 226.084.000 15 252.584.000 20 280.734.000 20 310.699.000 20 310.699.000 Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMA/PMDN) juta 21.896 22.991 24.140 25.347 26.615 27.945 27.945
2.12. X.XX.XX . 23 Program Peningkatan Pengembangan Pelayanan Perizinan dan Non Rata-rata Lama Proses Perizinan hari 2 2 1.137.275.500 2 487.275.500 2 377.275.500 2 427.275.500 2 477.275.500 2 477.275.500 Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Perizinan
3.06. X.XX.XX . 15 Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan Jumlah Temuan Produk Tidak Layak Dikonsumsi produk 260 260 145.633.700 248 205.197.070 236 265.716.777 224 327.288.455 213 213.222.300 213 213.222.300 Dinas Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Persentase Pasar Kabupaten Dalam Kondisi Baik persen 75 80 2.190.151.595 85 2.445.690.413 90 2.528.435.054 95 2.633.129.739 100 2.766.188.928 100 2.766.188.928 Dinas Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 19 Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan Cakupan Bina Kelompok Pedagang / Usaha Informal persen 30,25 - - 33,275 256.843.000 36,60 274.685.000 40,26 293.920.000 44,29 314.666.000 44,29 314.666.000 Dinas Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 20 Program Pengembangan Perdagangan dan Sistem Distribusi Jumlah Pembinaan Pengelolaan Resi Gudang kali - 1 20.359.800 1 22.395.780 2 24.635.358 2 27.098.894 3 29.808.783 3 29.808.783 Dinas Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 23 Program Peningkatan Pelayanan Sarana & Prasarana Metrologi Legal Persentase penurunan jumlah pelanggaran di bidang perdagangan persen 67,22 - - 57,14 625.000.000 48,57 787.500.000 41,28 873.000.000 35,09 1.051.500.000 35,09 1.051.500.000 Dinas Perdagangan
3.02. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik orang/tahun 18.501 18.686 1.145.000.000 18.873 1.259.500.000 19.061 1.385.450.000 19.252 1.523.995.000 19.444 1.676.394.500 19.444 1.676.394.500 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara orang/tahun 9 9 9 9 9 9 9
Rata-Rata Lama Tinggal Wisatawan hari 1 1 2 2 2 3 3
3.02. X.XX.XX . 16 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Jumlah Objek Wisata objek wisata 7 7 220.000.000 7 242.000.000 7 266.200.000 7 292.820.000 7 322.102.000 7 322.102.000 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Jumlah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) kelompok 3 3 4 4 4 5 5
3.02. X.XX.XX . 18 Program Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Persentase SDM Pariwisata yang Meningkat Kompetensinya persen 20 25 441.000.000 30 485.100.000 35 533.610.000 40 586.971.000 45 645.668.100 45 645.668.100 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Sasaran II : Menurunnya Angka Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran


1.06 . X.XX.XX . 15 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Persentase PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk persen 53,46 57,74 1.167.256.000 62,36 1.283.981.600 67,34 1.412.379.760 72,73 1.553.617.736 78,55 1.708.979.510 78,55 1.708.979.510 Dinas Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya pemenuhan kebutuhan dasar
Persentase PMKS yang menerima program pemberdayaan sosial persen 12,34 13,57 14,93 16,42 18,07 19,87 19,87
melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial
ekonomi sejenis lainnya
1.06 . X.XX.XX . 16 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Presentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama persen 72,00 75,60 1.269.434.000 79,38 1.396.377.400 83,35 1.536.015.140 87,52 1.689.616.654 91,89 1.858.578.319 91,89 1.858.578.319 Dinas Sosial
masa tanggap darurat
Presentase korban bencana yang dievakuasi dengan persen 85,87 87,59 89,34 91,13 92,95 94,81 94,81
menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap
1.06 . X.XX.XX . 18 Program Pembinaan Penyandang Cacat/Disabilitas Presentase penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia persen 63,21 66,37 330.000.000 69,69 363.000.000 73,17 399.300.000 76,83 439.230.000 80,67 483.153.000 80,67 483.153.000 Dinas Sosial
tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial
1.06 . X.XX.XX . 20 Program Pembinaan eks Penyandang Penyakit Sosial (eks Narapidana, PSK, Persentase eks Penyandang Penyakit Sosial (eks Narapidana, PSK, persen 50 55 40.273.000 60 44.300.300 65 48.730.330 70 53.603.363 75 58.963.699 75 58.963.699 Dinas Sosial
Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) yang dibina
1.06 . X.XX.XX . 21 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Jumlah Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) yang orang 10 10 165.771.000 13 182.348.100 13 200.582.910 15 220.641.201 15 242.705.321 15 242.705.321 Dinas Sosial
dibina dan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
1.06 . X.XX.XX . 22 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Persentase Penerima Manfaat PKH persen 100 100 229.062.000 100 251.968.200 100 277.165.020 100 304.881.522 100 335.369.674 100 335.369.674 Dinas Sosial
2.01. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) persen 66,33 67,32 100.000.000 68,33 110.000.000 69,36 121.000.000 70,40 133.100.000 71,46 146.410.000 71,46 146.410.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) persen 4,93 4,68 4,45 4,23 4,02 3,81 3,81
Persentase Tenaga Kerja yang Dilatih persen 39,21 43,13 47,44 52,19 57,41 63,15 63,15
2.01. X.XX.XX . 17 Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Persentase Pekerja yang Menjadi Peserta BPJS persen 80 90 200.000.000 100 220.000.000 100 242.000.000 100 266.200.000 100 292.820.000 100 292.820.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jumlah Perusahaan yang Menerapkan K3 perusahaan 10 11 11 12 12 13 13
3.08. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi Persentase Tingkat Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat persen 20 25 150.000.000 30 165.000.000 35 181.500.000 40 199.650.000 45 219.615.000 45 219.615.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Tumbuh
3.08. X.XX.XX . 18 Program Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pengembangan Wilayah Jumlah Sarana dan Prasarana yang Dibangun di Kawasan KTM unit 1 1 25.000.000 1 27.500.000 1 30.250.000 1 33.275.000 1 36.602.500 1 36.602.500 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Cepat Tumbuh
3.08. X.XX.XX . 19 Program Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Pemukiman Transmigrasi Jumlah Masyarakat Transmigran yang Dibina dan Dilatih orang 20 30 50.000.000 40 55.000.000 50 60.500.000 60 66.550.000 70 73.205.000 70 73.205.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Misi IV : Meningkatkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Berkualitas, Bersih dan Transparan Guna Meningkatkan Daya Saing Daerah, Sinergisitas Wilayah Serta Berkembangnya Kampung Sejahtera dan Mandiri
Tujuan : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Berkualitas, Bersih dan Transparan Serta Meningkatkan Kesejahteraan Kampung
Sasaran I : Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
X.XX . X.XX.XX . 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase Pemenuhan Kebutuhan Administrasi Perkantoran persen 100 100 93.346.185.486 100 95.213.109.196 100 97.117.371.380 100 99.059.718.807 100 108.965.690.688 100 108.965.690.688 Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan Kebutuhan Sarana Prasarana Aparatur persen 90 91 15.495.014.660 92 15.804.914.953 93 16.121.013.252 94 16.443.433.517 95 18.087.776.869 95 18.087.776.869 Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 03 Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase Disiplin Pegawai persen 100 - - 100 6.860.810.761 100 6.998.026.976 100 7.137.987.516 100 7.280.747.266 100 7.280.747.266 Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 05 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Persentase Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Aparatur persen 50 - - 60 3.430.405.381 65 3.499.013.488 70 3.568.993.758 75 3.640.373.633 75 3.640.373.633 Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 06 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Persentase Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Tepat Waktu persen 100 - 3.363.142.530 100 3.430.405.381 100 3.499.013.488 100 3.568.993.758 100 3.640.373.633 100 3.640.373.633 Seluruh SKPD
dan Keuangan
2.04. X.XX.XX . 16 Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Persentase Pelayanan Administrasi Penataan Penguasaan, persen - - - 100 200.000.000 100 210.000.000 100 220.500.000 100 231.525.000 100 231.525.000
Tanah Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Persentase Luas Lahan Bersertifikat persen 43,91 - 48,30 53,13 58,44 64,29 64,29
2.04. X.XX.XX . 17 Program Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan Persentase Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan persen - - - 100 35.000.000 100 36.750.000 100 38.587.500 100 40.516.875 100 40.516.875
4.01. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Persentase kegiatan DPRD yang terfasilitasi persen 100 100 13.721.569.800 100 15.093.726.780 100 16.603.099.458 100 18.263.409.404 100 20.089.750.344 100 20.089.750.344 Sekretariat DPRD
4.01. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah /Wakil Kepala Cakupan Koordinasi dan Fasilitasi Urusan Pemerintahan, persen 100 100 3.789.819.500 100 4.168.801.450 100 4.585.681.595 100 5.044.249.755 100 5.548.674.730 100 5.548.674.730 Sekretariat Daerah
Daerah Pembangunan dan Kemasyarakatan
4.01. X.XX.XX . 17 Program Pengembangan Wilayah Perbatasan Dokumen perencanaan pembangunan wilayah perbatasan dokumen 2 2 78.900.000 2 86.790.000 2 95.469.000 2 105.015.900 2 115.517.490 2 115.517.490 Sekretariat Daerah

VI - 42
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD RPJMD Perangkat Daerah Penanggung Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
4.01. X.XX.XX . 25 Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Jumlah Kesepakatan Kerjasama Pemerintah Daerah kali - 1 193.675.000 1 213.042.500 1 234.346.750 1 257.781.425 1 283.559.568 1 283.559.568
4.01. X.XX.XX . 26 Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan Persentase Produk Hukum Daerah yang Ditetapkan persen 51 53 1.023.271.790 56 1.125.598.969 59 1.238.158.866 62 1.361.974.752 65 1.498.172.228 65 1.498.172.228
Persentase Permasalahan Hukum yang Dapat Ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
4.01. X.XX.XX . 27 Program Penataan Daerah Otonomi Baru Jumlah Penyelesaian Tapal Batas Wilayah Administrasi Antar kali - 1 196.050.000 1 215.655.000 1 237.220.500 1 260.942.550 1 287.036.805 1 287.036.805
Daerah
4.01. X.XX.XX . 28 Program Perencanaan dan Pengembangan Kesejahteraan Rakyat Persentase Tempat Ibadah yang Diberi Bantuan persen 65,21 68,47 2.412.120.600 71,89 2.653.332.660 75,49 2.918.665.926 79,26 3.210.532.519 83,23 3.531.585.770 83,23 3.531.585.770 Sekretariat Daerah
Persentase Guru Ngaji, Pengurus Masjid dan Pemuka Agama yang persen 69,03 72,48 76,11 79,91 83,91 88,1 88,1
Dibina
4.01. X.XX.XX . 29 Program Bimbingan Keagamaan Persentase tempat ibadah yang diberi bantuan persen 68,60 72,03 7.435.810.200 75,63 8.179.391.220 79,41 8.997.330.342 83,38 9.897.063.376 87,55 10.886.769.714 87,55 10.886.769.714 Sekretariat Daerah
Jumlah Calon Jema'ah Haji orang 6.282 6.300 6.325 6.350 6.375 6.400 6.400
Jumlah Qori dan Qori'ah Berprestasi orang - 2 3 4 4 5 5
4.01. X.XX.XX . 30 Program Ketatalaksanaan, Kelembagaan dan Kinerja Pemerintah Daerah Persentase SKPD yang dievaluasi serta melaksanakan analisa persen - 24 385.176.075 32 423.693.683 41 466.063.051 53 512.669.356 69 563.936.291 69 563.936.291 Sekretariat Daerah
jabatan dan beban kerja
Persentase SKPD yang telah menyusun Standar Operasional persen 50 50 60 70 80 90 90
Prosedur (SOP)
4.01. X.XX.XX . 31 Program Perumusan dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian Cakupan Perumusan dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian persen 100 100 298.824.200 100 328.706.620 100 361.577.282 100 397.735.010 100 437.508.511 100 437.508.511 Sekretariat Daerah
4.01. X.XX.XX . 32 Program Peningkatan Kualitas Pengadaan Barang/Jasa Prosentase keberhasilan pelaksanaan pengadaan barang/ jasa persen 100 100 380.399.000 100 418.438.900 100 460.282.790 100 506.311.069 100 556.942.176 100 556.942.176 Sekretariat Daerah
secara e-procurenment
4.01. X.XX.XX . 33 Program Pembinaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah Persentase Pembinaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah persen 100 100 78.900.000 100 86.790.000 100 95.469.000 100 105.015.900 100 115.517.490 100 115.517.490 Sekretariat Daerah
4.02. X.XX.XX . 20 Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Prosentase tindak lanjut hasil pemeriksaan aparatur internal dan persen 100 100 1.923.147.000 100 2.115.461.700 100 2.327.007.870 100 2.559.708.657 100 2.815.679.523 100 2.815.679.523 Inspektorat
Pelaksanaan Kebijakan KDH BPK
Level APIP level 2 3 4 5 5 5 5
4.02. X.XX.XX . 21 Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Persentase Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan yang persen 20 30 300.000.000 40 330.000.000 50 363.000.000 60 399.300.000 70 439.230.000 70 439.230.000 Inspektorat
Pengawasan mengikuti Bimtek atau Sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor
4.03. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Data/Informasi Persentase keterisian data dan informasi perencanaan persen 10 20 500.500.000 50 550.550.000 75 605.605.000 100 666.165.500 100 732.782.050 100 732.782.050 Bappedalitbang
pembangunan (SIPD)
4.03. X.XX.XX . 16 Program Kerjasama Pembangunan Persentase Kerjasama yang Ditindaklanjuti persen 100 100 68.250.000 100 75.075.000 100 82.582.500 100 90.840.750 100 99.924.825 100 99.924.825 Bappedalitbang
4.03. X.XX.XX . 21 Program Perencanaan Pembangunan Daerah Persentase Konsistensi Program RKPD dengan Program RPJMD persen 100 100 1.969.037.100 100 2.165.940.810 100 2.382.534.891 100 2.620.788.380 100 2.882.867.218 100 2.882.867.218 Bappedalitbang
Persentase Kesesuaian tujuan Renstra SKPD dengan sasaran persen 100 100 100 100 100 100 100
RPJMD
Persentase Kesesuaian Program dalam Renja SKPD dengan RKPD persen 100 100 100 100 100 100 100
4.03. X.XX.XX . 22 Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi Persentase Pemanfaatan Dokumen Perencanaan Ekonomi persen 100 100 113.750.000 100 125.125.000 100 137.637.500 100 151.401.250 100 166.541.375 100 166.541.375 Bappedalitbang
4.03. X.XX.XX . 23 Program Perencanaan Sosial dan Budaya Persentase Pemanfaatan Dokumen Perencanaan Sosial Budaya persen 100 100 273.000.000 100 300.300.000 100 330.330.000 100 363.363.000 100 399.699.300 100 399.699.300 Bappedalitbang
4.03. X.XX.XX . 24 Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam Persentase Pemanfaatan Dokumen Perencanaan Infrastruktur persen 100 100 427.700.000 100 470.470.000 100 517.517.000 100 569.268.700 100 626.195.570 100 626.195.570 Bappedalitbang
4.04. X.XX.XX . 17 Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Persentase OPD yang menyampaikan Laporan Keuangan dengan persen 100 100 3.942.894.900 100 4.337.184.390 100 4.770.902.829 100 5.247.993.112 100 5.772.792.423 100 5.772.792.423 BPKAD; BAPPENDA
benar dan tepat waktu
4.04. X.XX.XX . 18 Program Penyelesaian dan Penataan Aset Daerah Presentase SKPD yang tertib administrasi pengelolaan Barang persen 100 100 1.106.015.000 100 1.216.616.500 100 1.338.278.150 100 1.472.105.965 100 1.619.316.562 100 1.619.316.562 BPKAD
Milik Daerah (BMD)/Aset Daerah
4.04. X.XX.XX . 19 Program Pengelolaan Pendapatan Daerah Persentase Peningkatan PAD persen 4,52 4,78 2.225.285.000 4,68 2.447.813.500 4,74 2.692.594.850 4,79 2.961.854.335 4,85 3.258.039.769 4,85 3.258.039.769 Bappenda
4.05. X.XX.XX . 17 Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Persentase penempatan jabatan struktural sesuai dengan persen 100 100 2.434.049.097 100 2.677.454.007 100 2.945.199.407 100 3.239.719.348 100 3.563.691.283 100 3.563.691.283 BKPP; Sekretariat DPK KORPRI
kompetensi
4.06. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur Persentase PNS yang mengikuti diklat teknis, fungsional, diklat pra persen 50 55 1.400.219.000 60 1.540.240.900 65 1.694.264.990 70 1.863.691.489 75 2.050.060.638 75 2.050.060.638 BPPKP
jabatan, dan tugas belajar
4.07. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan, Pengkajian Potensi Daerah Jumlah Pelaksanaan Kerjasama Penelitian kali 4 4 368.400.000 6 405.240.000 8 445.764.000 10 490.340.400 12 539.374.440 12 539.374.440 Bappedalitbang
2.10. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Persentase menara dan tiang telekomunikasi yang berijin persen 65 75 784.715.500 85 863.187.050 95 949.505.755 100 1.044.456.331 100 1.148.901.964 100 1.148.901.964 Dinas Komunikasi dan Informatika
Persentase OPD telah memiliki website persen - 30 35 40 45 50 50
2.10. X.XX.XX . 18 Program Kerjasama Informasi dan Media Massa Jumlah media massa yang bekerjasama dengan pemerintah media 50 50 3.082.516.000 50 3.390.767.600 50 3.729.844.360 50 4.102.828.796 50 4.513.111.676 50 4.513.111.676 Dinas Komunikasi dan Informatika
daerah
2.18. X.XX.XX . 16 Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah Persentase SKPD yang Telah Melakukan Arsip Baku persen 100 100 70.000.000 100 135.000.000 100 145.000.000 100 85.000.000 100 86.000.000 100 86.000.000 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Jumlah SDM Pengelola Kearsipan 40 41 42 44 45 46 46
2.14. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah Persentase ketersediaan data/informasi perencanaan persen 50 55 50.000.000 61 55.000.000 67 60.500.000 73 66.550.000 81 73.205.000 81 73.205.000 Dinas Komunikasi dan Informatika
pembangunan
2.15. X.XX.XX . 15 Program Pengelolaan dan Pengembangan Persandian Daerah Persentase pengguna layanan informasi melalui peralatan dan persen - - - 90 100.000.000 90 110.000.000 90 121.000.000 90 133.100.000 90 133.100.000 Dinas Komunikasi dan Informatika
jaringan telekomunikasi terlayani dan terlindungi keamanannya

Sasaran II : Meningkatnya Kualitas Penyelenggaraan Pelayanan Publik Kependudukan


2.06. X.XX.XX . 15 Program Penataan Administrasi Kependudukan Persentase Penduduk yang memiliki Kartu Keluarga persen 100 100 2.012.210.000 100 2.648.879.600 100 2.631.262.496 100 2.956.034.808 100 3.629.983.961 100 3.629.983.961 Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil
Persentase Penduduk yang memiliki KTP el persen 54,12 62,24 68,46 75,31 82,84 91,12 91,12
Persentase Kepemilikan Kartu Identitas Anak (KIA) persen - 20,00 30,00 35,00 40,00 45,00 45,00
Rasio Bayi ber-Akte Kelahiran persen 84,33 85,00 87,00 89,00 90,00 92,00 92,00
Persentase Penduduk yang memiliki Akta Kelahiran persen 48,91 53,80 59,18 65,10 71,61 78,77 78,77
Rasio Pasangan Berakte Nikah persen 74,22 77,19 80,28 83,49 86,83 90,30 90,30
Persentase Kepemilikan Akta Kematian persen 42,01 46,21 50,83 55,92 61,51 67,66 67,66
Persentase Kepemilikan Akta Perceraian persen 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 40,00

VI - 43
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD RPJMD Perangkat Daerah Penanggung Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

Sasaran III : Meningkatnya Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung/Kelurahan


2.07. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan Persentase Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Aktif persen 64,06 67,43 1.929.816.500 70,80 2.026.307.325 74,34 2.127.622.691 78,06 2.234.003.826 81,96 2.345.704.017 81,96 2.345.704.017 DPMKK
Persentase PKK Aktif persen 67,56 69,59 71,67 73,82 76,04 78,32 78,32
Persentase Posyandu Aktif persen 80,71 83,13 85,63 88,19 90,84 93,57 93,57
2.07. X.XX.XX . 16 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan Badan Usaha Milik Desa (BumDes) yang sudah terbentuk BumDes 148 148 260.000.000 149 286.000.000 149 314.600.000 150 346.060.000 150 380.666.000 150 380.666.000 DPMKK
2.07. X.XX.XX . 17 Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Persentase Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa persen 100 100 959.670.450 100 1.055.637.495 100 1.161.201.245 100 1.277.321.369 100 1.405.053.506 100 1.405.053.506 DPMKK
Desa/Kampung
2.07. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa/Kampung Persentase Aparatur Kampung yang Telah Mengikuti Pelatihan persen 30 35 1.052.725.926 40 1.274.928.819 45 1.402.421.700 50 1.642.663.871 55 1.696.930.258 55 1.696.930.258 DPMKK; Sekraetariat Daerah
Persentase desa/kampung yang menetapkan Pertanggung persen 90 90 95 95 100 100 100
jawaban APB Desa, RKP Desa dan APB Desa tepat waktu

Misi V : Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berkualitas dan Berkelanjutan

Tujuan : Mewujudkan Penataan Ruang dan Pengelolaan SDA yang Berkeadilan dan Berkelanjutan
Sasaran I : Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1.03 . X.XX.XX . 35 Program Perencanaan Tata Ruang Dokumen RTRW yang telah ditetapkan dengan Perda Dokumen 1 1 800.000.000 1 1.000.000.000 1 1.100.000.000 1 1.210.000.000 1 1.331.000.000 1 1.331.000.000 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 37 Program Pemanfaatan Ruang Persentase Pengawasan Ijin Pemanfaatan Ruang persen 50 60 250.000.000 70 275.000.000 80 302.500.000 90 332.750.000 100 366.025.000 100 366.025.000 Dinas PU dan PR
2.05. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Persentase Penanganan Sampah persen 50 75 2.019.341.400 80 3.046.275.540 85 3.350.903.094 90 3.685.993.403 95 4.054.592.744 95 4.054.592.744 Dinas LH
2.05. X.XX.XX . 16 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Persentase Perusahaan yang Taat Terhadap Peraturan Perundang- persen 50 75 1.046.468.000 80 1.151.114.800 85 1.266.226.280 90 1.392.848.908 95 1.532.133.799 95 1.532.133.799 Dinas LH
Undangan Lingkungan Hidup
Indeks Kualitas Air (IKA) skor - 48,27 55,51 63,84 73,41 84,42 84,42
Indeks Kualitas Udara (IKU) skor - 90,32 76,77 65,26 55,47 47,15 47,15
2.05. X.XX.XX . 19 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Persentase Ketersedian Data/Informasi SDA dan LH yang dapat Persen 50 75 351.979.000 80 387.176.900 85 425.894.590 90 468.484.049 95 515.332.454 95 515.332.454 Dinas LH
Lingkungan Hidup diakses
2.05. X.XX.XX . 24 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang telah terkelola persen 30,21 33,23 5.768.240.600 36,55 6.455.064.660 40,21 7.100.571.126 44,23 7.810.628.239 48,65 8.591.691.062 48,65 8.591.691.062 Dinas LH; Dinas PUPR
3.05. X.XX.XX . 17 Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik persen 20,00 25,00 64.382.500 30,00 70.820.750 35,00 77.902.825 40,00 85.693.108 45,00 94.262.418 45,00 94.262.418 DPMPTSP
Rasio Ketersediaan Daya Listrik persen 72,32 75,94 79,73 83,72 87,91 92,30 92,30

VI - 44
Dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
menunjukkan konsistensi pemerintah untuk melembagakan agenda SDG’s
ke dalam program pembangunan nasional. Peraturan Presiden tersebut
menekankan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, melalui 4
(empat) platform partisipasi yaitu, Pemerintah dan Parlemen, Filantropi
dan Bisnis, Ormas, Akademisi dan Pakar dalam rangka mensukseskan
pelaksanaan agenda SDG’s.

Pengintegrasian SDG’s/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dengan


Dokumen Perencanaan Daerah bukan agenda pembangunan tersendiri
dan harus terintegrasi dengan baik dalam dokumen perencanaan daerah,
mulai dari RPJMD, RKPD, hingga program dan kegiatan, dengan demikian
agenda SDGs/TPB tidak menjadi kontraproduktif dengan agenda
pembangunan daerah, sebagai wujud komitmen pemerintah Kabupaten
Tulang Bawang untuk melaksanakan SDG’s agar pelaksanaan dan
pencapaian SDG’s dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan
seluruh pihak, maka dari sebanyak 17 tujuan SDG’s dipetakan kedalam
sasaran, strategi dan program dalam RPJMD ini. Selengkapnya dijalaskan
pada tabel berikut.

VI - 45
Tabel 6.8 Program Prioritas Kabupaten Tulang Bawang Terhadap TPB/SDG’s

Tujuan SDG’s Sasaran RPJMD Strategi RPJMD Program

Mengakhiri kemiskinan dalam segala Menurunnya angka kemiskinan dan Meningkatkan upaya penanggulangan 1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi
bentuk dimanapun tingkat pengangguran kemiskinan secara terpadu dan menyeluruh Kesejahteraan Sosial;
2. Program Pemberdayaan Kelembagaan
Kesejahteraan Sosial;
3. Program Pemberdayaan Fakir Miskin,
Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) Lainnya
Mengakhiri kelaparan, mencapai Meningkatnya pertumbuhan dan Meningkatkan sistem pengelolaan agribisnis 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
ketahanan pangan dan nutrisi yang kualitas perekonomian daerah sesuai dan ketahanan pangan daerah Pertanian/Perkebunan;
lebih baik dan mendukung pertanian potensi dan sumber daya unggulan 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan.
berkelanjutan daerah
Memastikan kehidupan yang sehat Meningkatnya akses masyarakat Meningkatkan kualitas pelayanan dan 1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan;
dan mendukung kesejahteraan bagi terhadap pelayanan kesehatan yang kesehatan masyarakat 2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat;
semua untuk semua usia berkualitas
3. Program Pengawasan Obat dan Makanan;
4. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia;
5. Program Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat;
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat;
7. Program Pengembangan Lingkungan Sehat;
8. Program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Menular;
9. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan;
10. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk
Miskin;

VI - 46
Tujuan SDG’s Sasaran RPJMD Strategi RPJMD Program

11. Program Pengadaan, Peningkatan dan


Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/
Puskemas Pembantu dan Jaringannya;
12. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan
Kesehatan;
13. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Anak Balita;
14. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Lansia;
15. Program Pengawasan dan Pengendalian
Kesehatan Makanan;
16. Program Peningkatan Keselamatan Ibu
Melahirkan dan Anak;
17. Program Pengembangan Kebijakan dan
Manajemen Pembangunan Kesehatan (PKPM);
18. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan
Prasarana RSUD Menggala;
19. Program Peningkatan dan Pelayanan
Kesehatan BLUD RSUD Menggala;
20. Program Keluarga Berencana.
Memastikan pendidikan yang inklusif Meningkatnya akses pelayanan Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas 1. Program Pendidikan Anak Usia Dini;
dan berkualitas setara, juga pendidikan yang berkualitas dan pendidikan 2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
mendukung kesempatan belajar berdaya saing pada semua jenjang Sembilan Tahun;
seumur hidup bagi semua pendidikan
3. Program Pendidikan Non Formal;
4. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan;
5. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan.

VI - 47
Tujuan SDG’s Sasaran RPJMD Strategi RPJMD Program

Mencapai kesetaraan gender dan Meningkatkan peran perempuan dan Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan 1. Program Peningkatan Peran Serta dan
memberdayakan semua perempuan pemuda serta pembinaan anak Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan;
dan anak perempuan keolahragaan 2. Program Peningkatan Peranan Perempuan dan
Pembangunan Daerah;
3. Program Peningkatan Peran Wanita Dalam
Membangun Daerah.
Memastikan ketersediaan dan Terwujudnya peningkatan kualitas Meningkatkan kemantapan infrastruktur 1. Program Lingkungan Sehat Perumahan;
manajemen air bersih yang infrastruktur wilayah yang terpadu dasar 2. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan
berkelanjutan dan sanitasi bagi semua dan merata serta meningkatkan daya Air Minum dan Air Limbah.
dukung sistem transportasi dan
Memastikan akses terhadap energi sarana perhubungan Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang
yang terjangkau, dapat diandalkan, Ketenagalistrikan
berkelanjutan dan modern bagi
semua
Mendukung pertumbuhan ekonomi Menurunnya angka kemiskinan dan Meningkatkan kualitas tenaga kerja serta 1. Program Pengembangan Industri Kecil dan
yang inklusif dan berkelanjutan, tingkat pengangguran perluasan lapangan kerja di daerah Menengah;
tenaga kerja penuh dan produktif dan 2. Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri
pekerjaan yang layak untuk semua Potensial;
3. Program Peningkatan Kualitas dan
Produktivitas Tenaga Kerja;
4. Program Perlindungan dan Pengembangan
Lembaga Ketenagakerjaan.
Membangun infrastruktur yang Terwujudnya peningkatan kualitas Meningkatkan kemantapan infrastruktur 1. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan
tangguh, mendukung industrialisasi infrastruktur wilayah yang terpadu dasar Cepat Tumbuh;
yang inklusif dan berkelanjutan dan dan merata serta meningkatkan daya 2. Program Pembangunan Infrastruktur
membantu perkembangan inovasi dukung sistem transportasi dan Perdesaan;
sarana perhubungan
3. Program Teknologi Tepat Guna;
4. Program Peningkatan, Pengkajian Potensi
Daerah.

VI - 48
Tujuan SDG’s Sasaran RPJMD Strategi RPJMD Program

Mengurangi ketimpangan di dalam Menurunnya angka kemiskinan dan Meningkatkan upaya penanggulangan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial;
dan antar negara tingkat pengangguran kemiskinan secara terpadu dan menyeluruh

Membangun kota dan pemukiman Terwujudnya peningkatan kualitas Meningkatkan kemantapan infrastruktur 1. Program Pengembangan Perumahan;
yang inklusif, aman, tangguh dan infrastruktur wilayah yang terpadu dasar 2. Program Perencanaan Tata Ruang;
berkelanjutan dan merata serta meningkatkan daya
3. Program Pemanfaatan Ruang;
dukung sistem transportasi dan
sarana perhubungan 4. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
Memastikan pola konsumsi dan Meningkatnya pertumbuhan dan Meningkatkan sistem pengelolaan agribisnis 1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani;
produksi yang berkelanjutan kualitas perekonomian daerah sesuai dan ketahanan pangan daerah 2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi
potensi dan sumber daya unggulan Pertanian/ Perkebunan;
daerah
3. Program Peningkatan Produksi Pertanian dan
Perkebunan;
Mengambil aksi segera untuk Menikatnya kualitas sumber daya Meningkatkan pelestarian fungsi SDA dan 1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan
memerangi perubahan iklim dan alam dan lingkungan hidup lingkungan hidup menuju pembangunan yang Persampahan;
dampaknya berkelanjutan 2. Program Pengendalian Pencemaran dan
Mengkonservasi dan memanfaatkan Perusakan Lingkungan Hidup;
secara berkelanjutan sumber daya 3. Program Peningkatan Kualitas dan Akses
laut, samudra dan maritim untuk Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
pembangunan yang berkelanjutan Hidup.

Melindungi, memulihkan dan


mendukung penggunaan yang
berkelanjutan terhadap ekosistem
daratan, mengelola hutan secara
berkelanjutan, memerangi
desertifikasi (penggurunan), dan
menghambat dan membalikkan
degradasi tanah dan menghambat
hilangnya keanekaragaman hayati

VI - 49
Tujuan SDG’s Sasaran RPJMD Strategi RPJMD Program

Mendukung masyarakat yang damai Meningkatnya ketenteraman, Meningkatkan kondusifitas ketentraman dan 1. Program Peningkatan Keamanan dan
dan inklusif untuk pembangunan ketertiban umum dan perlindungan ketertiban umum di wilayah Kabupaten Kenyamanan Lingkungan;
berkelanjutan, menyediakan akses masyarakat Tulang Bawang 2. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan
terhadap keadilan bagi semua dan Pencegahan Tindak Kriminal;
membangun institusi-institusi yang
3. Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit
efektif, akuntabel dan inklusif
Masyarakat (Pekat);
disemua level
4. Program Keamanan dan Ketertiban Umum.
Meningkatnya akuntabilitas kinerja Meningkatkan efektivitas kinerja birokrasi 1. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya
pemerintah daerah yang transparan, akuntabel dan profesional Aparatur
2. Program Peningkatan dan Pengembangan
Pengelolaan Keuangan Daerah
3. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan
4. Program Perencanaan Pembangunan Daerah
5. Program Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur
6. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya
Aparatur.
Menguatkan ukuran implementasi Meningkatnya pertumbuhan dan Meningkatkan kepastian investasi dan iklim 1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama
dan merevitalisasi kemitraan global kualitas perekonomian daerah sesuai usaha yang kondusif Investasi;
untuk pembangunan yang potensi dan sumber daya unggulan 2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan
berkelanjutan daerah Realisasi Investasi;
3. Program Peningkatan Pengembangan
Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan;
4. Program Peningkatan Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah;
5. Program Kerjasama Pembangunan.

VI - 50
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal, pemerintah daerah diwajibkan untuk menerapkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam penyelenggaraan pelayanan
dasar yang merupakan bagian dari pelaksanaan urusan wajib untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu, SPM juga diposisikan
untuk menjawab isu-isu krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah, khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar yang
bermuara pada penciptaan kesejahteraan rakyat. Upaya ini sangat sesuai
dengan apa yang secara normatif dijamin dalam konstitusi sekaligus
untuk menjaga kelangsungan kehidupan berbangsa yang serasi, harmonis
dan utuh dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam penerapannya, SPM harus menjamin akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan dasar dari Pemerintahan Daerah sesuai dengan
ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik
dalam perencanaan maupun penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-
prinsip SPM yaitu sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau
dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu
pencapaian.

Dalam Peraturan ini disebutkan bahwa Urusan Pemerintahan wajib yang


berkaitan dengan pelayanan dasar yang selanjutnya menjadi jenis SPM
terdiri atas: 1) Pendidikan; 2) Kesehatan; 3) Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang; 4) Perumahan Rakyat dan Kawasan permukiman;
5) Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarkat, dan
6) Sosial.

Untuk memberikan pelayanan publik secara maksimal kepada


masyarakat, yang berorientasi terhadap terwujudnya pelayanan publik
yang prima dan excellent, maka Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang
menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam menyelenggarakan
pelayanan dasar dengan tujuan peningkatan pelayanan prima yang
secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat umum sehingga

VI - 51
terwujud suatu pelayanan prima menuju Good Governance.
Pengintegrasian SPM ke dalam RPJMD ini merupakan salah satu upaya
memberikan ruang dan perhatian yang optimal pada pelaksanaan
pencapaian SPM oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang.

Kabupaten Tulang Bawang berusaha menerapkan secara konsisten


pelaksanaan SPM, meskipun dengan keterbatasan anggaran. Penerapan
SPM di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan program prioritas dalam
RPJMD sebagaimana tabel berikut:

Tabel 6.9 Program Prioritas Kabupaten Tulang Bawang


terhadap Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

No Jenis Pelayanan Dasar / Indikator SPM Program RPJMD yang Mendukung Pelaksanaan SPM

(1) (2) (3)


1. SPM BIDANG PENDIDIKAN
I. Pendidikan Dasar Oleh Kabupaten/Kota 1. Program Pendidikan Anak Usia Dini
2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
3. Program Pendidikan Non Formal

II. Pendidikan Dasar Oleh Satuan Pendidik 1. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
2. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

2. SPM BIDANG KESEHATAN


I Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
2. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
3. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Program Keluarga Berencana
6. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
7. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

II Pelayanan Kesehatan Rujukan 1. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

III Penyelidikan 1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

IV Promosi 1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

VI - 52
No Jenis Pelayanan Dasar / Indikator SPM Program RPJMD yang Mendukung Pelaksanaan SPM

(1) (2) (3)


3. SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
I Sumber Daya Air 1. Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku
2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan lainnya

II Jalan 1. Program Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan


2. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

III Air Minum 1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

IV Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Sanitasi 1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah
Lingkungan dan Persampahan) 2. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
3. Program Pembangunan/Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-Gorong

V Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan 1. Program Lingkungan Sehat Perumahan

VI Penataan Bangunan dan Lingkungan 1. Program Pembangunan/RehabilitasiGedung dan Tata Ruang

VII Jasa Konstruksi 1. Program Pembinaan Jasa Konstruksi

VIII Penataan Ruang 1. Program Perencanaan Tata Ruang


2. Program Pemanfaatan Ruang
3. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

4. SPM BIDANG PERUMAHAN RAKYAT


I Rumah Layak Huni dan Terjangkau 1. Program Pengembangan Perumahan

II Lingkungan yang Sehat dan Aman yang 1. Program Lingkungan Sehat Perumahan
Didukung dengan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum (PSU)

5. SPM BIDANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT


I Pemeliharaan Ketentraman dan Ketertiban 1. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
Masyarakat 2. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal

II Penanggulangan Bencana Kebakaran 1. Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran

VI - 53
No Jenis Pelayanan Dasar / Indikator SPM Program RPJMD yang Mendukung Pelaksanaan SPM

(1) (2) (3)


6. SPM BIDANG SOSIAL
1 Pelaksanaan program/kegiatan bidang sosial:
a. Pemberian bantuan sosial bagi 1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Sosial skala Kabupaten/ Kota
b. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
sosial skala Kabupaten/Kota
2 Penyediaan sarana dan prasarana sosial:
a. Penyediaan sarana prasarana pantai 1. Program Pembinaan Panti Asuhan/ Panti Jompo
sosial skala kabupaten/kota
b. Penyediaan sarana prasarana pelayanan
luar panti skala Kabupaten/Kota
3 Penanggulangan korban Bencana:
a. Bantuan sosial bagi korban bencana skala 1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Kabupaten/Kota
b. Evaluasi korban bencana skala
Kabupaten/kota
4 Pelaksanaan dan pengembangan jaminan
sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental,
serta lanjut usia tidak potensial:
a. Penyelenggaraan jaminan sosial skala 1. Program Pembinaan Penyandang Cacat/Disabilitas
Kabupaten/Kota

VI - 54
BAB VII
KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN
DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH

D
alam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi, yang mana daerah provinsi tersebut terdiri atas
daerah-daerah kabupaten dan kota. Dengan adanya otonomi
daerah, setiap daerah memunyai hak dan kewajibanmengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat, termasuk dalam menyelenggarakan
fungsinya masing-masing.

Pada dasarnya wujud keuangan negara pada pemerintah pusat hampir


sama dengan wujud keuangan negara pada pemerintah daerah. Hal ini
terlihat dari komponen atau klasifikasi aset, utang, ekuitas, belanja dan
pembiayaan daerah pada pemerintah daerah. Keuangan daerah per
tahun tergambarkan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).

7.1. Kerangka Pendanaan Pembangunan

Kerangka pendanaan merupakan program dan kegiatan yang disusun


untuk mencapai sasaran pembangunan yang pendanaannya diperoleh dari
anggaran pemerintah daerah, sebagai bagian integral dari upaya
pembangunan daerah secara utuh. Sehubungan dengan hal tersebut
kerangka pendanaan pembangunan Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2017-2022 sebagaimana tabel berikut:

VII - 1
Tabel 7.1. Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Tahun 2017-2022
Kabupaten Tulang Bawang

No URAIAN TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022 TAHUN 2023
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

2 BELANJA 1,316,671,826,046.00 1,362,130,975,572.76 1,426,072,611,582.75 1,481,001,940,155.74 1,540,763,202,703.84 1,602,388,943,398.98


2.1 Belanja Tidak Langsung 693,997,080,149.00 739,010,071,695.76 782,393,794,191.75 825,850,971,241.74 872,364,673,218.84 922,175,102,168.98
2.1.1 Belanja Pegawai 454,085,121,769.00 472,248,526,639.76 495,860,952,972 520,654,000,620 546,686,700,651 574,021,035,684
2.1.5 Belanja Hibah 19,105,000,000.00 20,442,350,000.00 21,873,314,500.00 23,404,446,515.00 25,042,757,771.05 26,795,750,815.02
2.1.4 Belanja Bantuan Sosial 1,500,000,000.00 1,605,000,000.00 1,717,350,000.00 1,837,564,500.00 1,966,194,015.00 2,103,827,596.05
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/
2.1.7 217,353,981,000.00 242,670,622,200.00 260,898,603,864.00 277,911,386,750.40 296,625,447,925.44 317,210,915,217.98
Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
2.1.8 Belanja Bantuan Kepada Partai Politik 452,977,380.00 543,572,856.00 543,572,856.00 543,572,856.00 543,572,856.00 543,572,856.00
2.1.9 Belanja Tidak Terduga 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00 1,500,000,000.00

2.2 Belanja Langsung 622,674,745,897.00 623,120,903,877.00 643,678,817,391.00 655,150,968,914.00 668,398,529,485.00 680,213,841,230.00


2.2.1 Belanja Pegawai 67,388,030,000.00 67,401,517,311.11 67,555,389,546.01 67,650,852,495.98 67,753,909,136.26 67,863,762,976.19
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 272,480,104,467.00 272,629,968,524.46 279,445,717,737.57 283,405,463,557.91 287,883,269,882.13 291,769,694,025.53
2.2.3 Belanja Modal 282,806,611,430.00 283,089,418,041.43 296,677,710,107.42 304,094,652,860.10 312,761,350,466.62 320,580,384,228.28

VII - 2
7.2. Program Perangkat Daerah

Dalam mewujudkan capaian keberhasilan pembangunan, Pemerintah


Kabupaten Tulang Bawang menetapkan rangkaian program perangkat
daerah sesuai dengan urusan konkuren (urusan wajib dan pilihan) serta
fungsi penunjang urusan di lingkungan Kabupaten Tulang Bawang.
Adapun penyusunan program pembangunan dalam bab ini merujuk pada
(1) program sesuai janji politik Bupati dan Wakil Bupati, (2) Program
yang mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, dan (3) Program Kementerian/Lembaga terkait.

Selain mencakup pemenuhan urusan konkuren dan fungsi penunjang


urusan pemerintahan, seluruh program perangkat daerah disusun dalam
rangka mendukung pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Tulang Bawang. Selanjutnya, pencapaian target kinerja
program (outcome) di masing-masing urusan sesungguhnya tidak hanya
didukung oleh pendanaan yang bersumber dari APBD Kabupaten Tulang
Bawang, tetapi juga dari sumber pendanaan lainnya (APBN dan Sumber-
sumber pendanaan lainnya). Namun demikian, pencantuman pendanaan
di dalam tabel 7.2 hanya yang bersumber dari APBD Kabupaten Tulang
Bawang dan bersifat indikatif.

Program prioritas dalam pencapaian visi dan misi serta seluruh program
yang dirumuskan dalam renstra perangkat daerah beserta indikator
kinerja, pagu indikatif kinerja, pagu indikatif target, perangkat daerah
berdasarkan bidang urusan seperti tabel berikut:

VII - 3
Tabel 7.2. Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan
Kabupaten Tulang Bawang

Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah Penanggung
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD Periode RPJMD
Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Program Umum Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase Pemenuhan Kebutuhan Administrasi Perkantoran persen 100 100 93.346.185.486 100 95.213.109.196 100 97.117.371.380 100 99.059.718.807 100 108.965.690.688 100 108.965.690.688 Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan Kebutuhan Sarana Prasarana Aparatur persen 90 91 15.495.014.660 92 15.804.914.953 93 16.121.013.252 94 16.443.433.517 95 18.087.776.869 95 18.087.776.869 Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 03 Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase Disiplin Pegawai persen 100 - - 100 6.860.810.761 100 6.998.026.976 100 7.137.987.516 100 7.280.747.266 100 7.280.747.266 Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 05 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Persentase Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Aparatur persen 50 - - 60 3.430.405.381 65 3.499.013.488 70 3.568.993.758 75 3.640.373.633 75 3.640.373.633 Seluruh SKPD
X.XX . X.XX.XX . 06 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Persentase Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Tepat Waktu persen 100 - 3.363.142.530 100 3.430.405.381 100 3.499.013.488 100 3.568.993.758 100 3.640.373.633 100 3.640.373.633 Seluruh SKPD
Keuangan

1 Urusan Wajib Pelayanan Dasar


1.01 Pendidikan
1.01 . X.XX.XX . 15 Program Pendidikan Anak Usia Dini Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK persen 50,21 51,21 773.123.000 52,24 850.435.300 53,28 935.478.830 54,35 1.029.026.713 55,44 1.131.929.384 55,44 1.131.929.384 Dinas Pendidikan
1.01 . X.XX.XX . 16 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A persen 110,99 111,10 64.891.811.250 111,32 71.380.992.375 111,55 78.519.091.613 111,77 86.371.000.774 111,99 95.008.100.851 111,99 95.008.100.851 Dinas Pendidikan
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B persen 79,19 79,27 79,43 79,59 79,75 79,91 79,91
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK/Paket C persen 57,71 58,00 58,29 58,58 58,87 59,16 59,16
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A persen 99,39 99,89 100,39 100,89 101,40 101,90 101,90
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B persen 64,27 64,59 64,91 65,24 65,56 65,89 65,89
Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C persen 49,72 49,99 50,24 50,49 50,74 50,99 50,99
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7 - 12 tahun persen 99,53 100,02 100,52 101,03 101,53 102,04 102,04
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13 - 15 tahun persen 91,44 91,90 92,36 92,82 93,29 93,75 93,75
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16 - 18 tahun persen 64,69 65,02 65,34 65,67 66,00 66,33 66,33
Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI persen 0,27 0,27 0,26 0,26 0,26 0,26 0,26
Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs persen 0,87 0,86 0,85 0,85 0,84 0,83 0,83
Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA persen 0,64 0,63 0,63 0,62 0,61 0,61 0,61
Angka Kelulusan (AL) SD/MI persen 100 100 100 100 100 100 100
Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs persen 100 100 100 100 100 100 100
Angka Kelulusan (AL) SMA/MA/SMK persen 100 100 100 100 100 100 100
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs persen 99,83 99,86 99,89 99,92 99,95 99,98 99,98
Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA persen 99,33 99,36 99,39 99,42 99,45 99,48 99,48
Rata-rata Lama Sekolah tahun 7,16 7,19 7,23 7,26 7,3 7,34 7,34
1.01 . X.XX.XX . 18 Program Pendidikan Non Formal Angka Melek Huruf (AMH) persen 97,07 97,56 201.881.000 98,05 222.069.100 98,54 244.276.010 99,03 268.703.611 99,52 295.573.972 99,52 295.573.972 Dinas Pendidikan
1.01 . X.XX.XX . 20 Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Persentase Guru SD/MI yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV persen 84,32 85,16 319.657.500 86,01 351.623.250 86,87 386.785.575 87,74 425.464.133 88,62 468.010.546 88,62 468.010.546 Dinas Pendidikan
Persentase Guru SMP/MTs yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV persen 87,38 88,25 89,13 90,02 90,93 91,83 91,83
Persentase Guru Bersertifikasi persen 75,39 76,14 76,90 77,67 78,45 79,23 79,23
1.01 . X.XX.XX . 22 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Persentase sekolah terakreditasi persen 15,04 18,05 3.673.157.750 21,66 4.040.473.525 25,99 4.444.520.878 31,19 4.888.972.965 37,42 5.377.870.262 37,42 5.377.870.262 Dinas Pendidikan
1.01 . X.XX.XX . 27 Program Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Jumlah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang dibina UKS 10 20 174.404.400 30 191.844.840 40 211.029.324 50 232.132.256 60 255.345.482 60 255.345.482 Sekretariat Daerah

1.02 Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 15 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas persen 70 72 128.024.000 75 140.826.400 78 154.909.040 80 170.399.944 85 187.439.938 85 187.439.938 Dinas Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 16 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin persen 75 75 12.886.137.225 75 14.174.750.948 75 15.592.226.042 75 17.151.448.646 75 18.866.593.511 75 18.866.593.511 Dinas Kesehatan
Cakupan Penduduk yang Menjadi Peserta Jaminan Kesehatan persen 46 51 56 61 67 74 74
1.02 . X.XX.XX . 17 Program Pengawasan Obat dan Makanan Jumlah Sampel Obat dan Makanan yang Diuji sampel 10 10 48.230.000 10 53.053.000 10 58.358.300 10 64.194.130 10 70.613.543 10 70.613.543 Dinas Kesehatan
Persentase Peredaran Produk Pangan yang Memenuhi Syarat persen 50 55 60 65 70 75 75
1.02 . X.XX.XX . 18 Program Pengembangan Obat Asli Indonesia Pengembangan Produk Obat Bahan Alam Indonesia yang produk 5 5 31.415.000 5 34.556.500 5 38.012.150 5 41.813.365 5 45.994.702 5 45.994.702 Dinas Kesehatan
bermutu
Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kesehatan persen 70 70 70 70 80 80 80
Tradisional, Komplementer dan Alternatif
1.02 . X.XX.XX . 19 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Cakupan Desa Siaga Aktif persen 50 55 1.821.920.000 60 2.004.112.000 65 2.204.523.200 70 2.424.975.520 75 2.667.473.072 75 2.667.473.072 Dinas Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 20 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan persen 100 100 95.667.500 100 105.234.250 100 115.757.675 100 127.333.443 100 140.066.787 100 140.066.787 Dinas Kesehatan
Prevalensi Balita Kurang Gizi/underweight persen 18 18 17 17 17 17 17
Prevalensi Balita Stunting persen
Rasio Posyandu per Satuan Balita persen 6,67 6,84 7,01 7,18 7,36 7,55 7,55

VII - 4
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah Penanggung
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD Periode RPJMD
Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1.02 . X.XX.XX . 21 Program Pengembangan Lingkungan Sehat Persentase Penduduk yang memiliki akses terhadap air minum persen 70,5 78 230.381.000 85 253.419.100 94 278.761.010 103 306.637.111 114 337.300.822 114 337.300.822 Dinas Kesehatan
yang berkualitas
Persentase ODF (open defecation free ) / Presentase Penduduk persen 50 55 60 65 70 75 75
yang menggunakan jamban keluarga
1.02 . X.XX.XX . 22 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Cakupan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dilakukan persen 100 100 1.730.000.000 100 1.903.000.000 100 2.093.300.000 100 2.302.630.000 100 2.532.893.000 100 2.532.893.000 Dinas Kesehatan
penanggulangan < 24 jam
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) persen 100 100 100 100 100 100 100
Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 persen 3,01 2,95 2,89 2,83 2,78 2,72 2,72
tahun
Penemuan Penderita Pneumonia Balita yang Ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA persen 100 100 100 100 100 100 100
Persentase Kasus Baru TB Paru (Positif) yang Ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
Persentase Penemuan Penderita Diare yang Ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD persen 90 95 100 100 100 100 100
1.02 . X.XX.XX . 23 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Jumlah Puskesmas Terakreditasi PKM 10 18 2.266.587.500 18 2.493.246.250 20 2.742.570.875 20 3.016.827.963 20 3.318.510.759 20 3.318.510.759 Dinas Kesehatan; RSUD
Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Disediakan persen 100 100 100 100 100 100 100
RSUD
1.02 . X.XX.XX . 24 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin persen 57 60 20.135.772.750 70 22.149.350.025 80 24.364.285.028 90 26.800.713.530 90 29.480.784.883 90 29.480.784.883 Dinas Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 25 Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Jumlah Puskesmas Yang Memiliki Sarana dan Prasarana Sesuai PKM 18 18 11.788.556.000 18 12.967.411.600 18 14.264.152.760 20 15.690.568.036 20 17.259.624.840 20 17.259.624.840 Dinas Kesehatan
Puskesmas/ Puskemas Pembantu dan Jaringannya Standar
Persentase Bangunan Fisik Puskesmas dan Pustu dalam kondisi persen 100 100 100 100 100 100 100
baik
1.02 . X.XX.XX . 26 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RSUD Menggala Bed Occupancy Rate (BOR) persen 60 63,60 30.899.306.000 67,42 33.989.236.600 71,46 37.388.160.260 75,75 41.126.976.286 80,29 45.239.673.915 80,29 45.239.673.915 RSUD Menggala
Average Length Of Stay (AVLOS) hari 9 8 8 7 7 6 6
Turn Over Interval (TOI) hari 3 3 2 2 2 1 1
Bed Turn Over (BTO) kali 50 50 50 50 40 40 40
1.02 . X.XX.XX . 28 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas persen 50 55 3.712.465.000 60 4.083.711.500 65 4.492.082.650 70 4.941.290.915 75 5.435.420.007 75 5.435.420.007 Dinas Kesehatan
Persentase Desa yang Memilki Poskesdes persen 50 55 60 65 70 75 75
Persentase puskesmas mampu PONED dan berfungsi persen 50 55 60 65 70 75 75
1.02 . X.XX.XX . 29 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Angka Kematian Balita (AKBA) per 1000 KH 0,50 0,48 36.569.000 0,45 40.225.900 0,43 44.248.490 0,41 48.673.339 0,39 53.540.673 0,39 53.540.673 Dinas Kesehatan
Cakupan Pelayanan Anak Balita persen 89,84 90 90 90 90 90 90
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6- persen 100 100 100 100 100 100 100
24 bulan
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat persen 100 100 100 100 100 100 100
1.02 . X.XX.XX . 30 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia Cakupan Pelayanan Kesehatan Lansia persen 45 50 29.396.000 55 32.335.600 60 35.569.160 65 39.126.076 70 43.038.684 70 43.038.684 Dinas Kesehatan
Angka Harapan Hidup (AHH) tahun 69,69 69,76 69,83 69,90 69,97 70,04 70,04
1.02 . X.XX.XX . 31 Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan Peredaran Kosmetika dan Obat-Obat Tradisional yang Diawasi produk 50 50 39.117.500 50 43.029.250 50 47.332.175 50 52.065.393 50 57.271.932 50 57.271.932 Dinas Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 32 Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 39,00 38,81 5.140.870.000 38,42 5.654.957.000 38,03 6.220.452.700 37,66 6.842.497.970 37,28 7.526.747.767 37,28 7.526.747.767 Dinas Kesehatan
KH
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH 5,60 5,57 5,52 5,46 5,41 5,35 5,35
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 persen 90,34 94,86 99,60 100 100 100 100
Cakupan Neonatal dengan komplikasi yang ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang persen 92 93 94 95 96 97 97
Memiliki Kompetensi Kebidanan
Cakupan Pelayanan Nifas persen 83 85 87 89 91 93 93
Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani persen 81,79 85,88 90,17 94,68 99,42 100 100
Cakupan Kunjungan Bayi persen 90 91 92 93 94 95 95
1.02 . X.XX.XX . 36 Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Jumlah Dokumen Regulasi Kebijakan dan Manajemen dokumen 17 17 921.039.250 17 1.013.143.175 17 1.114.457.493 17 1.225.903.242 17 1.348.493.566 17 1.348.493.566 Dinas Kesehatan
Kesehatan (PKPM) Pembangunan Kesehatan
1.02 . X.XX.XX . 40 Program Peningkatan dan Pelayanan Kesehatan BLUD RSUD Menggala Persentase Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Menggala persen 50 60 34.200.000.000 100 37.620.000.000 100 41.382.000.000 100 45.520.200.000 100 50.072.220.000 100 50.072.220.000 RSUD Menggala
Lama Tunggu Pelanayanan Rawat Jalan menit 10 10 10 10 10 10 10
Lama Tunggu Pelayanan Obat menit 15 15 15 15 15 15 15

1.03 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


1.03 . X.XX.XX . 15 Program Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik km 350.436 385.480 119.943.578.300 424.028 131.937.936.130 466.430 145.131.729.743 513.073 159.644.902.717 564.381 175.609.392.989 564.381 175.609.392.989 Dinas PU dan PR
Jumlah Jembatan Kabupaten Kondisi Baik unit 80 88 97 106 117 129 129
1.03 . X.XX.XX . 16 Program Pembangunan/Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-Gorong Panjang Saluran Drainase Dengan Kondisi Baik km 63.245 69.570 2.242.427.500 76.526 2.466.670.250 84.179 2.713.337.275 92.597 2.984.671.003 101.857 3.283.138.103 101.857 3.283.138.103 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 17 Program Pembangunan/Rehabilitasi Turap/Talud/Bronjong Turap/Talud/Bronjong Dengan Konstruksi Baik km 8,2 9 1.231.436.000 10 2.414.579.600 11 2.656.037.560 12 2.921.641.316 13 3.213.805.448 13 3.213.805.448 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 18 Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Persentase Panjang Jalan yang Dilakukan Pemeliharaan Per Tahun km 37 41 18.894.621.500 45 20.784.083.650 49 22.862.492.015 54 25.148.741.217 60 27.663.615.338 60 27.663.615.338 Dinas PU dan PR
Jumlah Jembatan Kondisi Rusak yang Direhabilitasi per Tahun unit 10 11 12 13 15 16 16
1.03 . X.XX.XX . 22 Program Pembangunan Sistem Informasi/Data Base Jalan dan Jembatan Pemanfaatan Sistem Informasi Jalan dan Jembatan dalam persen - 100 100.000.000 100 110.000.000 100 121.000.000 100 133.100.000 100 146.410.000 100 146.410.000 Dinas PU dan PR
Perumusan Kebijakan Perencanaan Pembangunan Infrastruktur

VII - 5
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah Penanggung
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD Periode RPJMD
Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1.03 . X.XX.XX . 23 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan Persentase Alat Berat dalam kondisi baik persen 65 68 2.350.000.000 70 2.585.000.000 75 2.843.500.000 78 3.127.850.000 80 3.440.635.000 80 3.440.635.000 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 24 Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Persentase Jaringan Irigasi Kondisi Mantap persen 59,74 65 22.788.000.000 72 25.066.800.000 79 27.573.480.000 87 30.330.828.000 95 33.363.910.800 95 33.363.910.800 Dinas PU dan PR
Jaringan Pengairan lainnya
1.03 . X.XX.XX . 25 Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku Persentase ketersediaan sumber air baku persen - 40 900.000.000 50 1.090.000.000 60 1.199.000.000 70 1.318.900.000 80 1.450.790.000 80 1.450.790.000 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 26 Program Pembangunan, Pengelolaan dan Konversi Sungai, Danau dan Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai, persen - - - - 32,19 1.500.000.000 35,41 1.650.000.000 38,95 1.815.000.000 38,95 1.815.000.000 Dinas PU dan PR
Sumber Daya Lainnya danau, dan sumber daya air lainnya
1.03 . X.XX.XX . 27 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Persentase Penduduk Berakses Air Minum Aman persen 50 55 16.075.579.000 60 17.683.136.900 65 19.451.450.590 70 21.396.595.649 75 23.536.255.214 75 23.536.255.214 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 28 Program Pengendalian Banjir Persentase Luas Wilayah Kebanjiran yang Ditangani persen - 60 1.200.000.000 65 1.320.000.000 68 1.452.000.000 70 1.597.200.000 73 1.756.920.000 73 1.756.920.000 Dinas PUPR; BPBD
1.03 . X.XX.XX . 29 Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Jumlah Pusat Pertumbuhan Baru dengan Infrastruktur Memadai kawasan 1 2 7.000.000.000 2 7.700.000.000 3 8.470.000.000 3 9.317.000.000 4 10.248.700.000 4 10.248.700.000 Dinas PUPR; Bappedalitbang
1.03 . X.XX.XX . 30 Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan Jumlah Masyarakat Penerima Manfaat PAMSIMAS orang 3.000 3.300 1.680.000.000 3.630 1.848.000.000 3.993 2.032.800.000 4.392 2.236.080.000 4.832 2.459.688.000 4.832 2.459.688.000 Dinas PU dan PR; Bappedalitbang
1.03 . X.XX.XX . 33 Program Pembangunan/RehabilitasiGedung dan Tata Ruang Persentase Gedung Pemerintah Dalam Kondisi Baik persen 60 65 14.593.421.000 70 16.052.763.100 75 17.658.039.410 80 19.423.843.351 85 21.366.227.686 85 21.366.227.686 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 35 Program Perencanaan Tata Ruang Dokumen RTRW yang telah ditetapkan dengan Perda Dokumen 1 1 800.000.000 1 1.000.000.000 1 1.100.000.000 1 1.210.000.000 1 1.331.000.000 1 1.331.000.000 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 37 Program Pemanfaatan Ruang Persentase Pengawasan Ijin Pemanfaatan Ruang persen 50 60 250.000.000 70 275.000.000 80 302.500.000 90 332.750.000 100 366.025.000 100 366.025.000 Dinas PU dan PR
1.03 . X.XX.XX . 38 Program Pembinaan Jasa Konstruksi Persentase SDM Jasa Konstruksi yang terlatih persen - - - 42,34 375.000.000 46,57 412.500.000 51,23 453.750.000 56,35 499.125.000 56,35 499.125.000 Dinas PUPR

1.04 Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman


1.04 . X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Perumahan Ketersediaan Rumah Layak Huni persen 20 30 1.120.276.000 40 6.532.303.600 50 7.185.533.960 60 7.904.087.356 70 8.694.496.092 70 8.694.496.092 Dinas PR dan KP
Berkurangnya Jumlah Rumah Tidak Layak Huni unit 3.998 2.999 2.249 1.687 1.265 949 949 Dinas PR dan KP
1.04 . X.XX.XX . 16 Program Lingkungan Sehat Perumahan Berkurangnya Luas Kawasan kumuh Ha 244,66 171,26 5.250.589.550 119,88 9.775.648.505 83,92 11.503.213.356 58,74 12.378.534.691 41,12 13.616.388.160 41,12 13.616.388.160
Persentase Rumah Tangga Bersanitasi persen 67,76 68,43 69,12 69,81 70,51 71,21 71,21
1.04 . X.XX.XX . 18 Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Alam/Sosial Persentase Perbaikan Rumah Akibat Bencana persen - - - 50 300.000.000 55 330.000.000 60 363.000.000 65 399.300.000 65 399.300.000 Dinas PR dan KP

1.05 Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat


1.05 . X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Persentase Penegakkan Perda dan Perkada persen 100 100 336.673.000 100 370.340.300 100 407.374.330 100 448.111.763 100 492.922.939 100 492.922.939 Badan Kesbangpol, SatPol PP
Cakupan Patroli Siaga Ketertiban Umum dan Ketentraman kali 100 100 100 100 100 100 100
Masyarakat
1.05 . X.XX.XX . 16 Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal Rasio Linmas per Jumlah 10.000 penduduk persen 8 10 1.044.024.225 10 1.148.426.648 11 1.263.269.312 12 1.389.596.243 12 1.528.555.868 12 1.528.555.868 Badan Kesbangpol, SatPol PP
Persentase Kriminalitas Yang Tertangani persen 100 100 100 100 100 100 100
1.05 . X.XX.XX . 17 Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Persentase Ormas dan LSM yang mendapatkan peningkatan persen 88,43 92,85 120.000.000 97,49 132.000.000 100 145.200.000 100 159.720.000 100 175.692.000 100 175.692.000 Badan Kesbangpol
wawasan kebangsaan
1.05 . X.XX.XX . 18 Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan Jumlah kemitraan dengan elemen masyarakat kali 5 5 110.000.000 5 121.000.000 5 133.100.000 5 146.410.000 5 161.051.000 5 161.051.000 Badan Kesbangpol
1.05 . X.XX.XX . 19 Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran kabupaten persen 100 100 80.000.000 100 88.000.000 100 96.800.000 100 106.480.000 100 117.128.000 100 117.128.000 SatPol PP
Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate ) menit 45 30 30 30 30 30 30
Persentase Personel DAMKAR yang Memenuhi Standar Kualifikasi persen 50,22 52,73 55,37 58,14 61,04 64,09 64,09
1.05 . X.XX.XX . 20 Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat) Persentase Penyakit Masyarakat (Pekat) yang Tertangani persen 60 65 110.000.000 70 121.000.000 75 133.100.000 80 146.410.000 85 161.051.000 85 161.051.000 Satpol PP
Jumlah Kelompok Masyarakat (Pokmas) Aktif pokmas 15 15 15 15 15 15 15
1.05 . X.XX.XX . 21 Program Pendidikan Politik Masyarakat Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pemilu persen 70 75 825.000.000 80 907.500.000 85 998.250.000 87 1.098.075.000 90 1.207.882.500 90 1.207.882.500 Badan Kesbangpol
1.05 . X.XX.XX . 23 Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Alam Persentase Desa Tangguh Bencana persen 45 50 840.600.000 55 770.000.000 60 844.000.000 65 785.900.000 70 940.415.000 70 940.415.000 BPBD
1.05 . X.XX.XX . 24 Program Rehabilitasi-Rekonstruksi Sarana dan Prasarana Pasca Bencana Persentase Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi persen 45 50 135.000.000 55 648.500.000 60 713.350.000 65 929.685.000 70 1.022.653.500 70 1.022.653.500 BPBD
1.05 . X.XX.XX . 25 Program Kedaruratan dan Logistik Penanggulangan Bencana Persentase Penanganan Bencana persen 100 100 250.000.000 100 262.500.000 100 275.625.000 100 289.406.250 100 303.876.563 100 303.876.563 BPBD

1.06 Sosial
1.06 . X.XX.XX . 15 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Persentase PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk persen 53,46 57,74 1.167.256.000 62,36 1.283.981.600 67,34 1.412.379.760 72,73 1.553.617.736 78,55 1.708.979.510 78,55 1.708.979.510 Dinas Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya pemenuhan kebutuhan dasar
Persentase PMKS yang menerima program pemberdayaan sosial persen 12,34 13,57 14,93 16,42 18,07 19,87 19,87
melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial
ekonomi sejenis lainnya
1.06 . X.XX.XX . 16 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Presentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama persen 72,00 75,60 1.269.434.000 79,38 1.396.377.400 83,35 1.536.015.140 87,52 1.689.616.654 91,89 1.858.578.319 91,89 1.858.578.319 Dinas Sosial
masa tanggap darurat
Presentase korban bencana yang dievakuasi dengan persen 85,87 87,59 89,34 91,13 92,95 94,81 94,81
menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap
1.06 . X.XX.XX . 18 Program Pembinaan Penyandang Cacat/Disabilitas Presentase penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia persen 63,21 66,37 330.000.000 69,69 363.000.000 73,17 399.300.000 76,83 439.230.000 80,67 483.153.000 80,67 483.153.000 Dinas Sosial
tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial
1.06 . X.XX.XX . 20 Program Pembinaan eks Penyandang Penyakit Sosial (eks Narapidana, PSK, Persentase eks Penyandang Penyakit Sosial (eks Narapidana, PSK, persen 50 55 40.273.000 60 44.300.300 65 48.730.330 70 53.603.363 75 58.963.699 75 58.963.699 Dinas Sosial
Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) yang dibina
1.06 . X.XX.XX . 21 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Jumlah Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) yang orang 10 10 165.771.000 13 182.348.100 13 200.582.910 15 220.641.201 15 242.705.321 15 242.705.321 Dinas Sosial
dibina dan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
1.06 . X.XX.XX . 22 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Persentase Penerima Manfaat PKH persen 100 100 229.062.000 100 251.968.200 100 277.165.020 100 304.881.522 100 335.369.674 100 335.369.674 Dinas Sosial

VII - 6
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah Penanggung
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD Periode RPJMD
Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
2 Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar
2.01 Tenaga Kerja
2.01. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) persen 66,33 67,32 100.000.000 68,33 110.000.000 69,36 121.000.000 70,40 133.100.000 71,46 146.410.000 71,46 146.410.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) persen 4,93 4,68 4,45 4,23 4,02 3,81 3,81
Persentase Tenaga Kerja yang Dilatih persen 39,21 43,13 47,44 52,19 57,41 63,15 63,15
2.01. X.XX.XX . 17 Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Persentase Pekerja yang Menjadi Peserta BPJS persen 80 90 200.000.000 100 220.000.000 100 242.000.000 100 266.200.000 100 292.820.000 100 292.820.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jumlah Perusahaan yang Menerapkan K3 perusahaan 10 11 11 12 12 13 12,76

2.02 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


2.02. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah persen 2,60 2,74 528.636.250 2,88 581.499.875 3,02 639.649.863 3,17 703.614.849 3,33 773.976.334 3,33 773.976.334 Badan Pemberdayaan Perempuan
Pembangunan dan Perlindungan Anak
Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan persen 51,32 51,83 52,35 52,87 53,40 53,93 53,93
2.02. X.XX.XX . 19 Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Rasio KDRT persen 0,01 0,01 276.547.775 0,01 304.202.553 0,01 334.622.808 0,01 368.085.089 0,01 404.893.597 0,01 404.893.597

2.03 Pangan
2.03. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) persen 87,74 88,61 769.231.000 89,50 846.154.100 90,40 930.769.510 91,30 1.023.846.461 92,21 1.126.231.107 92,21 1.126.231.107 Dinas Ketahanan Pangan; Dinas
Pertanian
Ketersediaan Pangan Utama (Beras) ton/tahun 157.206 165.066 173.320 181.986 191.085 200.639 200639,12
Ketersediaan Energi per Kapita kalori/hari 2.754,76 2.809,86 2.866,05 2.923,37 2.981,84 3.041,48 3041,48
Ketersediaan Protein per Kapita gram/hari 90,12 94,63 99,36 104,33 109,54 115,02 115,02

2.04 Pertanahan
2.04. X.XX.XX . 16 Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Persentase Pelayanan Administrasi Penataan Penguasaan, persen - - - 100 200.000.000 100 210.000.000 100 220.500.000 100 231.525.000 100 231.525.000 Sekretariat Daerah
Tanah Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Persentase Luas Lahan Bersertifikat persen 43,91 - 48,30 53,13 58,44 64,29 64,29
2.04. X.XX.XX . 17 Program Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan Persentase Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan persen - - - 100 35.000.000 100 36.750.000 100 38.587.500 100 40.516.875 100 40.516.875 Sekretariat Daerah

2.05 Lingkungan Hidup


2.05. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Persentase Penanganan Sampah persen 50 55 2.019.341.400 60 3.046.275.540 65 3.350.903.094 70 3.685.993.403 75 4.054.592.744 75 4.054.592.744 Dinas LH
2.05. X.XX.XX . 16 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Persentase Penanganan Kasus Pencemaran/Kerusakan Lingkungan persen 100 100 1.046.468.000 100 1.151.114.800 100 1.266.226.280 100 1.392.848.908 100 1.532.133.799 100 1.532.133.799 Dinas LH
Hidup
Indeks Kualitas Air (IKA) skor - 48,27 55,51 63,84 73,41 84,42 84,42
Indeks Kualitas Udara (IKU) skor - 90,32 76,77 65,26 55,47 47,15 47,15
2.05. X.XX.XX . 19 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Persentase Ketersedian Data/Informasi SDA dan LH yang dapat Persen 50 75 351.979.000 80 387.176.900 85 425.894.590 90 468.484.049 95 515.332.454 95 515.332.454 Dinas LH
Lingkungan Hidup diakses
2.05. X.XX.XX . 24 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang telah terkelola persen 30,21 33,23 5.768.240.600 36,55 6.455.064.660 40,21 7.100.571.126 44,23 7.810.628.239 48,65 8.591.691.062 48,65 8.591.691.062 Dinas LH; Dinas PUPR

2.06 Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil


2.06. X.XX.XX . 15 Program Penataan Administrasi Kependudukan Persentase Penduduk yang memiliki Kartu Keluarga persen 100 100 2.012.210.000 100 2.648.879.600 100 2.631.262.496 100 2.956.034.808 100 3.629.983.961 100 3.629.983.961 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Persentase Penduduk yang memiliki KTP el persen 54,12 62,24 68,46 75,31 82,84 91,12 91,12
Persentase Kepemilikan Kartu Identitas Anak (KIA) persen - 20,00 30,00 35,00 40,00 45,00 45,00
Rasio Bayi ber-Akte Kelahiran persen 84,33 85,00 87,00 89,00 90,00 92,00 92,00
Persentase Penduduk yang memiliki Akta Kelahiran persen 48,91 53,80 59,18 65,10 71,61 78,77 78,77
Rasio Pasangan Berakte Nikah persen 74,22 77,19 80,28 83,49 86,83 90,30 90,30
Persentase Kepemilikan Akta Kematian persen 42,01 46,21 50,83 55,92 61,51 67,66 67,66
Persentase Kepemilikan Akta Perceraian persen 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 40,00

2.07 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


2.07. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan Persentase Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Aktif persen 64,06 67,43 1.929.816.500 70,80 2.026.307.325 74,34 2.127.622.691 78,06 2.234.003.826 81,96 2.345.704.017 81,96 2.345.704.017 DPMKK
Persentase PKK Aktif persen 67,56 69,59 71,67 73,82 76,04 78,32 78,32
Persentase Posyandu Aktif persen 80,71 83,13 85,63 88,19 90,84 93,57 93,57
2.07. X.XX.XX . 16 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan Badan Usaha Milik Desa (BumDes) yang sudah terbentuk BumDes 148 148 260.000.000 149 286.000.000 149 314.600.000 150 346.060.000 150 380.666.000 150 380.666.000 DPMKK
2.07. X.XX.XX . 17 Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Persentase Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa persen 100 100 959.670.450 100 1.055.637.495 100 1.161.201.245 100 1.277.321.369 100 1.405.053.506 100 1.405.053.506 DPMKK
Desa/Kampung
2.07. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa/Kampung Persentase Aparatur Kampung yang Telah Mengikuti Pelatihan persen 30 35 1.052.725.926 40 1.274.928.819 45 1.402.421.700 50 1.642.663.871 55 1.696.930.258 55 1.696.930.258 DPMKK; Sekraetariat Daerah
Persentase desa/kampung yang menetapkan Pertanggung persen 90 90 95 95 100 100 100
jawaban APB Desa, RKP Desa dan APB Desa tepat waktu

VII - 7
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah Penanggung
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD Periode RPJMD
Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
2.08 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
2.08. X.XX.XX . 15 Program Keluarga Berencana Rata-Rata Jumlah Anak per Keluarga orang 2,12 2,10 4.610.503.000 2,07 5.071.553.300 2,05 5.578.708.630 2,03 6.136.579.493 2,01 6.750.237.442 2,01 6.750.237.442 Dinas PP dan KB
Ratio Akseptor KB persen 78,76 80,34 81,94 83,58 85,25 86,96 86,96
Cakupan PUS peserta KB Aktif persen 73,33 74,80 76,29 77,82 79,37 80,96 80,96
Cakupan PUS yang Ingin Ber-KB Tidak Terpenuhi (unmet need ) persen 27,40 26,90 26,42 25,94 25,48 25,02 25,02
Total Fertility Rate (TFR) persen 2,14 2,11 2,08 2,05 2,02 1,98 1,98
Laju Pertumbuhan Penduduk persen 1,24 1,23 1,22 1,20 1,19 1,18 1,18

2.09 Perhubungan
2.09. X.XX.XX . 15 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Persentase Ketersediaan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan persen 45,87 - - 50,46 1.050.000.000 55,50 1.100.000.000 61,05 800.000.000 67,16 800.000.000 67,16 800.000.000 Dinas Perhubungan
2.09. X.XX.XX . 16 Program Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ Persentase Sarana dan Prasarana Perhubungan Kondisi Baik persen 70 70 55.359.200 75 60.895.120 75 66.984.632 80 73.683.095 80 81.051.405 80 81.051.405 Dinas Perhubungan
2.09. X.XX.XX . 17 Pogram Peningkatan Pelayanan Angkutan Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum orang/tahun 47.234 49.596 245.718.790 52.075 270.290.669 54.679 297.319.736 57.413 327.051.709 60.284 359.756.880 60.284 359.756.880 Dinas Perhubungan
Rasio Ijin Trayek izin/armada 1,37 1,44 1,51 1,59 1,67 1,75 1,75
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum unit 2.316 2.339 2.362 2.386 2.416 2.434 2.434
Persentase Kepemilikan KIR Angkutan Umum persen 10,28 11,31 12,44 13,68 15,05 16,56 16,56
2.09. X.XX.XX . 18 Pogram Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan Persentase Sarana dan Prasarana Perhubungan yang Berfungsi persen - - - - - 54,21 2.000.000.000 - - 75,33 1.000.000.000 75,33 - Dinas Perhubungan
Baik
2.09. X.XX.XX . 19 Program Peningkatan dan Pengamanan Lalu Lintas Persentase Ketersediaan Perlengkapan Keamanan Lalu Lintas persen 50 - - 60 1.050.000.000 65 1.155.000.000 70 1.270.500.000 75 1.397.550.000 75 1.397.550.000 Dinas Perhubungan

2.10 Komunikasi dan Informatika


2.10. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Persentase menara dan tiang telekomunikasi yang berijin persen 65 75 784.715.500 85 863.187.050 95 949.505.755 100 1.044.456.331 100 1.148.901.964 100 1.148.901.964 Dinas Komunikasi dan Informatika
Persentase OPD telah memiliki website persen - 30 35 40 45 50 50
2.10. X.XX.XX . 18 Program Kerjasama Informasi dan Media Massa Jumlah media massa yang bekerjasama dengan pemerintah media 50 50 3.082.516.000 50 3.390.767.600 50 3.729.844.360 50 4.102.828.796 50 4.513.111.676 50 4.513.111.676 Dinas Komunikasi dan Informatika
daerah

2.11 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah


2.11. X.XX.XX . 15 Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang dikembangkan orang 10 - - 15 80.000.000 15 88.000.000 20 96.800.000 20 106.480.000 20 106.480.000 Dinas Koperasi dan UKM
2.11. X.XX.XX . 16 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keuanggulan Kompetitif Usaha Jumlah SDM Koperasi dan Usaha Mikro yang Mendapatkan orang 10 10 100.000.000 25 270.000.000 25 201.000.000 25 213.100.000 25 226.410.000 25 226.410.000 Dinas Koperasi dan UKM
Kecil Menengah Pelatihan
2.11. X.XX.XX . 17 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Persentase Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Aktif persen 70,09 70,44 309.800.000 73,96 340.780.000 77,66 374.858.000 81,54 412.343.800 85,62 453.578.180 85,62 453.578.180 Dinas Koperasi dan UKM
dan Menengah (UMKM)
2.11. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Persentase Koperasi Aktif persen 84,28 86,39 61.800.000 88,55 138.000.000 90,76 224.800.000 93,03 202.000.000 95,36 220.200.000 95,36 220.200.000 Dinas Koperasi dan UKM
2.11. X.XX.XX . 19 Program Pengembangan Usaha Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Jumlah Promosi Produk Binaan Koperasi kali 1 2 170.000.000 2 187.000.000 2 205.700.000 2 227.000.000 2 249.700.000 2 249.700.000 Dinas Koperasi dan UKM

2.12 Penanaman Modal


2.12. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Jumlah Penyelenggaran Promosi Peluang Investasi kali 2 2 716.371.500 3 1.034.281.900 3 1.057.710.090 4 1.138.481.099 4 1.327.329.209 4 1.327.329.209 Dinas Penanaman Modal dan PTSP
2.12. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Jumlah investor berskala nasional (PMA/PMDN) investor 10 10 201.084.000 15 226.084.000 15 252.584.000 20 280.734.000 20 310.699.000 20 310.699.000 Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMA/PMDN) juta 21.896 22.991 24.140 25.347 26.615 27.945 27.945
2.12. X.XX.XX . 23 Program Peningkatan Pengembangan Pelayanan Perizinan dan Non Rata-rata Lama Proses Perizinan hari 2 2 1.137.275.500 2 487.275.500 2 377.275.500 2 427.275.500 2 477.275.500 2 477.275.500 Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Perizinan

2.13 Kepemudaan dan Olahraga


2.13. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan Persentase Organisasi Pemuda yang Aktif persen 36,22 39,84 612.331.900 43,83 673.565.090 48,21 740.921.599 53,03 815.013.759 58,33 896.515.135 58,33 896.515.135 Dinas Kepemudaan dan Olahraga
2.13. X.XX.XX . 20 Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Jumlah Prestasi Olahraga cabor - 3 817.386.000 4 899.124.600 4 989.037.060 4 1.087.940.766 5 1.196.734.843 5 1.196.734.843 Dinas Kepemudaan dan Olahraga
Jumlah Atlet Berpestasi atlet - 6 6 7 7 8 8
2.13. X.XX.XX . 21 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Persentase Sarana dan Prasarana Olahraga yang Layak persen 40 50 298.015.250 55 327.816.775 60 360.598.453 65 396.658.298 70 436.324.128 70 436.324.128 Dinas Kepemudaan dan Olahraga

2.14 Statistik
2.14. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah Persentase ketersediaan data/informasi perencanaan persen 50 55 50.000.000 61 55.000.000 67 60.500.000 73 66.550.000 81 73.205.000 81 73.205.000 Dinas Komunikasi dan Informatika
pembangunan

2.15 Persandian
2.15. X.XX.XX . 15 Program Pengelolaan dan Pengembangan Persandian Daerah Persentase pengguna layanan informasi melalui peralatan dan persen - - - 90 100.000.000 90 110.000.000 90 121.000.000 90 133.100.000 90 133.100.000 Dinas Komunikasi dan Informatika
jaringan telekomunikasi terlayani dan terlindungi keamanannya

2.16 Kebudayaan
2.16. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Nilai Budaya Persentase Pengelolaan Nilai-Nilai Budaya Tradisi Dalam persen 58 60 270.000.000 65 297.000.000 70 326.700.000 75 359.370.000 80 395.307.000 80 395.307.000 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Masyarakat
2.16. X.XX.XX . 16 Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan persen 45,01 - - 47,26 100.000.000 49,62 110.000.000 52,10 121.000.000 54,71 133.100.000 54,71 133.100.000 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

VII - 8
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah Penanggung
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD Periode RPJMD
Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
2.16. X.XX.XX . 17 Program Pengelolaan Keragaman Budaya Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya kali 1 1 867.092.000 1 953.801.200 2 1.049.181.320 2 1.154.099.452 2 1.269.509.397 2 1.269.509.397 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Jumlah Grup Kesenian Aktif grup 13 14 14 15 16 17 17

2.17 Perpustakaan
2.17. X.XX.XX . 21 Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Jumlah Perpustakaan perpustakaan 54 59 265.000.000 65 489.200.000 72 499.000.000 79 499.000.000 87 520.000.000 87 520.000.000 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Jumlah Pengunjung Perpustakaan per Tahun orang 1.492 1.507 1.522 1.537 1.553 1.568 1.568
Jumlah Koleksi Judul Buku Perpustakaan judul 7.013 7.083 7.154 7.226 7.298 7.371 7.371
Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah eksemplar 22.367 22.591 22.817 23.045 23.275 23.508 23.508
Perpustakaan Unggulan unit 12 15 18 21 24 27 27

2.18 Kearsipan
2.18. X.XX.XX . 16 Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah Persentase SKPD yang Telah Melakukan Arsip Baku persen 100 100 70.000.000 100 135.000.000 100 145.000.000 100 85.000.000 100 86.000.000 100 86.000.000 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Jumlah SDM Pengelola Kearsipan 40 41 42 44 45 46 46

3 Urusan Pilihan
3.01 Perikanan
3.01. X.XX.XX . 20 Program Pengembangan Budidaya Perikanan Produksi Perikanan Budidaya ton/tahun 28.951 29.241 50.000.000 29.533 640.000.000 29.829 704.000.000 30.127 774.400.000 30.428 851.840.000 30.428 851.840.000 Dinas Perikanan
Cakupan Binaan Kelompok Pembudidaya Perikanan persen 56,22 59,03 61,98 65,08 68,34 71,75 71,75
3.01. X.XX.XX . 21 Program Pengembangan Perikanan Tangkap Produksi Perikanan Tangkap ton/tahun 20.500 20.705 50.000.000 20.912 850.000.000 21.121 935.000.000 21.332 1.028.500.000 21.546 1.131.350.000 21.546,00 1.131.350.000 Dinas Perikanan
3.01. X.XX.XX . 23 Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan Tingkat Konsumsi Ikan persen 99,24 99,34 80.000.000 99,44 208.000.000 99,54 228.800.000 99,64 251.680.000 99,74 276.848.000 99,74 276.848.000 Dinas Perikanan
3.01. X.XX.XX . 24 Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar Produksi Perikanan Budidaya dan Tangkap persen 48.659 22.672 1.354.298.000 23.806 2.858.455.600 24.996 3.144.301.160 26.246 3.458.731.276 27.558 3.804.604.404 27.558,20 3.804.604.404 Dinas Perikanan
3.01. X.XX.XX . 31 Program Pengembangan Sektor Perikanan Melalui Percepatan Oprasional Jumlah Produksi Usaha Pembenihan ekor 35.000 38.500 50.000.000 57.750 205.000.000 86.625 225.500.000 129.938 248.050.000 194.906 272.855.000 194.906,25 272.855.000 Dinas Perikanan
BBI

3.02 Pariwisata
3.02. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik orang/tahun 18.501 18.686 1.145.000.000 18.873 1.259.500.000 19.061 1.385.450.000 19.252 1.523.995.000 19.444 1.676.394.500 19.444 1.676.394.500 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara orang/tahun 9 9 9 9 9 9 9
Rata-Rata Lama Tinggal Wisatawan hari 1 1 2 2 2 3 3
3.02. X.XX.XX . 16 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Jumlah Objek Wisata objek wisata 7 7 220.000.000 7 242.000.000 7 266.200.000 7 292.820.000 7 322.102.000 7 322.102.000 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Jumlah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) kelompok 3 3 4 4 4 5 5
3.02. X.XX.XX . 18 Program Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Persentase SDM Pariwisata yang Meningkat Kompetensinya persen 20 25 441.000.000 30 485.100.000 35 533.610.000 40 586.971.000 45 645.668.100 45 645.668.100 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

3.03 Pertanian
3.03. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Cakupan Pembinaan Kelompok Petani persen 50,28 55,31 754.581.200 60,84 830.039.320 66,92 913.043.252 73,61 1.004.347.577 80,98 1.104.782.335 80,98 1.104.782.335 Dinas Pertanian
3.03. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Persentase Teknologi Pertanian yang Diterapkan persen 37,33 39,2 100.000.000 41,16 110.000.000 43,21 121.000.000 45,37 133.100.000 47,64 146.410.000 47,64 146.410.000 Dinas Pertanian
3.03. X.XX.XX . 19 Program Peningkatan Produksi Pertanian dan Perkebunan Produksi Tanaman Pangan 4.995.500.000 5.495.050.000 6.044.555.000 6.649.010.500 7.313.911.550 7.313.911.550 Dinas Pertanian
- Padi ton/tahun 353.404 364.006 374.926 386.174 397.759 409.692 409.692
- Jagung ton/tahun 34.010 35.030 36.081 37.164 41.043 43.095 43.095
- Kedelai ton/tahun 1.265 1.303 1.342 1.383 1.424 1.467 1.467
Jumlah Produksi Hortikultura ton/tahun 209.499 219.974 230.973 242.521 254.647 267.380 267.380
3.03. X.XX.XX . 21 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Jumlah Kasus Penyakit Ternak kasus 17 15 200.000.000 14 220.000.000 12 242.000.000 11 266.200.000 10 292.820.000 10 292.820.000 Dinas Pertanian
Persentase Kasus Penyakit Ternak yang Tertangani persen 100 100 100 100 100 100 100
3.03. X.XX.XX . 22 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Jumlah Populasi Ternak Besar ekor/tahun 24.299 25.514 250.000.000 26.790 275.000.000 28.129 30.250.000 29.536 332.750.000 31.012 366.025.000 31.012 366.025.000 Dinas Pertanian
Jumlah Populasi Ternak Kecil ekor/tahun 40.411 42.432 44.553 46.781 49.120 51.576 51.576
Jumlah Populasi Unggas ekor/tahun 2.044.887 2.147.131 2.254.488 2.367.212 2.485.573 2.609.852 2.609.852

3.05 Energi dan Sumberdaya Mineral


3.05. X.XX.XX . 17 Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik persen 20,00 25,00 64.382.500 30,00 70.820.750 35,00 77.902.825 40,00 85.693.108 45,00 94.262.418 45,00 94.262.418 DPMPTSP
Rasio Ketersediaan Daya Listrik persen 72,32 75,94 79,73 83,72 87,91 92,30 92,30

3.06 Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 15 Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan Jumlah Temuan Produk Tidak Layak Dikonsumsi produk 260 260 145.633.700 248 205.197.070 236 265.716.777 224 327.288.455 213 213.222.300 213 213.222.300 Dinas Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 18 Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Persentase Pasar Kabupaten Dalam Kondisi Baik persen 75 80 2.190.151.595 85 2.445.690.413 90 2.528.435.054 95 2.633.129.739 100 2.766.188.928 100 2.766.188.928 Dinas Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 19 Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan Cakupan Bina Kelompok Pedagang / Usaha Informal persen 30,25 - - 33,28 256.843.000 36,60 274.685.000 40,26 293.920.000 44,29 314.666.000 44,29 314.666.000 Dinas Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 20 Program Pengembangan Perdagangan dan Sistem Distribusi Jumlah Pembinaan Pengelolaan Resi Gudang kali - 1 20.359.800 1 22.395.780 2 24.635.358 2 27.098.894 3 29.808.783 3 29.808.783 Dinas Perdagangan
3.06. X.XX.XX . 23 Program Peningkatan Pelayanan Sarana & Prasarana Metrologi Legal Persentase penurunan jumlah pelanggaran di bidang perdagangan persen 67,22 - - 57,14 625.000.000 48,57 787.500.000 41,28 873.000.000 35,09 1.051.500.000 35,09 1.051.500.000 Dinas Perdagangan

VII - 9
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah Penanggung
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD Periode RPJMD
Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

3.07 Perindustrian
3.07. X.XX.XX . 16 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Jumlah Promosi Produk Kerajinan Daerah kali 1 4 532.800.000 4 686.080.000 4 755.000.000 4 830.500.000 4 913.550.000 4 913.550.000 Dinas Koperasi dan UKM
Cakupan Bina Kelompok Pengrajin persen 22,34 25,69 29,54 33,98 39,07 44,93 44,93
3.07. X.XX.XX . 19 Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial Sentra UMKM yang Dikembangkan sentra - - - 10 72.571.000 10 94.342.300 10 122.644.990 10 159.438.487 10 159.438.487 Dinas Koperasi dan UKM

3.08 Transmigrasi
3.08. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi Persentase Tingkat Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat persen 20 25 150.000.000 30 165.000.000 35 181.500.000 40 199.650.000 45 219.615.000 45 219.615.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Tumbuh
3.08. X.XX.XX . 18 Program Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pengembangan Wilayah Cepat Jumlah Sarana dan Prasarana yang Dibangun di Kawasan KTM unit 1 1 25.000.000 1 27.500.000 1 30.250.000 1 33.275.000 1 36.602.500 1 36.602.500 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Tumbuh
3.08. X.XX.XX . 19 Program Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Pemukiman Transmigrasi Jumlah Masyarakat Transmigran yang Dibina dan Dilatih orang 20 30 50.000.000 40 55.000.000 50 60.500.000 60 66.550.000 70 73.205.000 70 73.205.000 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

4 Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan


4.01 Administrasi Pemerintahan
4.01. X.XX.XX . 15 Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Persentase kegiatan DPRD yang terfasilitasi persen 100 100 13.721.569.800 100 15.093.726.780 100 16.603.099.458 100 18.263.409.404 100 20.089.750.344 100 20.089.750.344 Sekretariat DPRD
4.01. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah /Wakil Kepala Cakupan Koordinasi dan Fasilitasi Urusan Pemerintahan, persen 100 100 3.789.819.500 100 4.168.801.450 100 4.585.681.595 100 5.044.249.755 100 5.548.674.730 100 5.548.674.730 Sekretariat Daerah
Daerah Pembangunan dan Kemasyarakatan
4.01. X.XX.XX . 17 Program Pengembangan Wilayah Perbatasan Dokumen perencanaan pembangunan wilayah perbatasan dokumen 2 2 78.900.000 2 86.790.000 2 95.469.000 2 105.015.900 2 115.517.490 2 115.517.490 Sekretariat Daerah
4.01. X.XX.XX . 25 Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Jumlah Kesepakatan Kerjasama Pemerintah Daerah kali - 1 193.675.000 1 213.042.500 1 234.346.750 1 257.781.425 1 283.559.568 1 283.559.568
4.01. X.XX.XX . 26 Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan Persentase Produk Hukum Daerah yang Ditetapkan persen 51 53 1.023.271.790 56 1.125.598.969 59 1.238.158.866 62 1.361.974.752 65 1.498.172.228 65 1.498.172.228
Persentase Permasalahan Hukum yang Dapat Ditangani persen 100 100 100 100 100 100 100
4.01. X.XX.XX . 27 Program Penataan Daerah Otonomi Baru Jumlah Penyelesaian Tapal Batas Wilayah Administrasi Antar kali - 1 196.050.000 1 215.655.000 1 237.220.500 1 260.942.550 1 287.036.805 1 287.036.805
Daerah
4.01. X.XX.XX . 28 Program Perencanaan dan Pengembangan Kesejahteraan Rakyat Persentase Tempat Ibadah yang Diberi Bantuan persen 65,21 68,47 2.412.120.600 71,89 2.653.332.660 75,49 2.918.665.926 79,26 3.210.532.519 83,23 3.531.585.770 83,23 3.531.585.770 Sekretariat Daerah
Persentase Guru Ngaji, Pengurus Masjid dan Pemuka Agama yang persen 69,03 72,48 76,11 79,91 83,91 88,10 88,10
Dibina
4.01. X.XX.XX . 29 Program Bimbingan Keagamaan Persentase tempat ibadah yang diberi bantuan persen 68,60 72,03 7.435.810.200 75,63 8.179.391.220 79,41 8.997.330.342 83,38 9.897.063.376 87,55 10.886.769.714 87,55 10.886.769.714 Sekretariat Daerah
Jumlah Calon Jema'ah Haji orang 6.282 6.300 6.325 6.350 6.375 6.400 6.400
Jumlah Qori dan Qori'ah Berprestasi orang - 2 3 4 4 5 5

4.01. X.XX.XX . 30 Program Ketatalaksanaan, Kelembagaan dan Kinerja Pemerintah Daerah Persentase SKPD yang dievaluasi serta melaksanakan analisa persen - 24 385.176.075 32 423.693.683 41 466.063.051 53 512.669.356 69 563.936.291 69 563.936.291 Sekretariat Daerah
jabatan dan beban kerja
Persentase SKPD yang telah menyusun Standar Operasional persen 50 50 60 70 80 90 90
Prosedur (SOP)
4.01. X.XX.XX . 31 Program Perumusan dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian Cakupan Perumusan dan Pengendalian Kebijakan Perekonomian persen 100 100 298.824.200 100 328.706.620 100 361.577.282 100 397.735.010 100 437.508.511 100 437.508.511 Sekretariat Daerah

4.01. X.XX.XX . 32 Program Peningkatan Kualitas Pengadaan Barang/Jasa Prosentase keberhasilan pelaksanaan pengadaan barang/ jasa persen 100 100 380.399.000 100 418.438.900 100 460.282.790 100 506.311.069 100 556.942.176 100 556.942.176 Sekretariat Daerah
secara e-procurenment
4.01. X.XX.XX . 33 Program Pembinaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah Persentase Pembinaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah persen 100 100 78.900.000 100 86.790.000 100 95.469.000 100 105.015.900 100 115.517.490 100 115.517.490 Sekretariat Daerah

4.02 Pengawasan
4.02. X.XX.XX . 20 Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Prosentase tindak lanjut hasil pemeriksaan aparatur internal dan persen 100 100 1.923.147.000 100 2.115.461.700 100 2.327.007.870 100 2.559.708.657 100 2.815.679.523 100 2.815.679.523 Inspektorat
Pelaksanaan Kebijakan KDH BPK
Level APIP level 2 3 4 5 5 5 5
4.02. X.XX.XX . 21 Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Persentase Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan yang persen 20 30 300.000.000 40 330.000.000 50 363.000.000 60 399.300.000 70 439.230.000 70 439.230.000 Inspektorat
Pengawasan mengikuti Bimtek atau Sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor

4.03 Perencanaan
4.03. X.XX.XX . 15 Program Pengembangan Data/Informasi Persentase keterisian data dan informasi perencanaan persen 10 20 500.500.000 50 550.550.000 75 605.605.000 100 666.165.500 100 732.782.050 100 732.782.050 Bappedalitbang
pembangunan (SIPD)
4.03. X.XX.XX . 16 Program Kerjasama Pembangunan Persentase Kerjasama yang Ditindaklanjuti persen 100 100 68.250.000 100 75.075.000 100 82.582.500 100 90.840.750 100 99.924.825 100 99.924.825 Bappedalitbang
4.03. X.XX.XX . 21 Program Perencanaan Pembangunan Daerah Persentase Konsistensi Program RKPD dengan Program RPJMD persen 100 100 1.969.037.100 100 2.165.940.810 100 2.382.534.891 100 2.620.788.380 100 2.882.867.218 100 2.882.867.218 Bappedalitbang
Persentase Konsistensi Program RKPD Kedalam APBD persen 100 100 100 100 100 100 100
Persentase Kesesuaian tujuan Renstra SKPD dengan sasaran persen 100 100 100 100 100 100 100
RPJMD
Persentase Kesesuaian Program dalam Renja SKPD dengan RKPD persen 100 100 100 100 100 100 100
4.03. X.XX.XX . 22 Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi Persentase Pemanfaatan Dokumen Perencanaan Ekonomi persen 100 100 113.750.000 100 125.125.000 100 137.637.500 100 151.401.250 100 166.541.375 100 166.541.375 Bappedalitbang
4.03. X.XX.XX . 23 Program Perencanaan Sosial dan Budaya Persentase Pemanfaatan Dokumen Perencanaan Sosial Budaya persen 100 100 273.000.000 100 300.300.000 100 330.330.000 100 363.363.000 100 399.699.300 100 399.699.300 Bappedalitbang
4.03. X.XX.XX . 24 Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam Persentase Pemanfaatan Dokumen Perencanaan Infrastruktur persen 100 100 427.700.000 100 470.470.000 100 517.517.000 100 569.268.700 100 626.195.570 100 626.195.570 Bappedalitbang

VII - 10
Capain Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Kondisi Kinerja Kondisi Kinerja Pada Akhir


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Perangkat Daerah Penanggung
Kode Misi/Tujuan/Sasaran/Program Pembangunan Daerah Indikator Kinerja (Tujuan/Impact/Outcome) Satuan Awal RPJMD Periode RPJMD
Jawab
(Tahun 2017)
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
4.04 Keuangan
4.04. X.XX.XX . 17 Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Persentase OPD yang menyampaikan Laporan Keuangan dengan persen 100 100 3.942.894.900 100 4.337.184.390 100 4.770.902.829 100 5.247.993.112 100 5.772.792.423 100 5.772.792.423 BPKAD; BAPPENDA
benar dan tepat waktu
4.04. X.XX.XX . 18 Program Penyelesaian dan Penataan Aset Daerah Presentase SKPD yang tertib administrasi pengelolaan Barang persen 100 100 1.106.015.000 100 1.216.616.500 100 1.338.278.150 100 1.472.105.965 100 1.619.316.562 100 1.619.316.562 BPKAD
Milik Daerah (BMD)/Aset Daerah
4.04. X.XX.XX . 19 Program Pengelolaan Pendapatan Daerah Persentase Peningkatan PAD persen 4,52 4,78 2.225.285.000 4,68 2.447.813.500 4,74 2.692.594.850 4,79 2.961.854.335 4,85 3.258.039.769 4,85 3.258.039.769 Bappenda

4.05 Kepegawaian
4.05. X.XX.XX . 17 Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Persentase penempatan jabatan struktural sesuai dengan persen 100 100 2.434.049.097 100 2.677.454.007 100 2.945.199.407 100 3.239.719.348 100 3.563.691.283 100 3.563.691.283 BKPP; Sekretariat DPK KORPRI
kompetensi

4.06 Pendidikan dan Pelatihan


4.06. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur Persentase PNS yang mengikuti diklat teknis, fungsional, diklat pra persen 50 55 1.400.219.000 60 1.540.240.900 65 1.694.264.990 70 1.863.691.489 75 2.050.060.638 75 2.050.060.638 BPPKP
jabatan, dan tugas belajar

4.07 Penelitian dan Pengembangan


4.07. X.XX.XX . 16 Program Peningkatan, Pengkajian Potensi Daerah Jumlah Pelaksanaan Kerjasama Penelitian kali 4 4 368.400.000 6 405.240.000 8 445.764.000 10 490.340.400 12 539.374.440 12 539.374.440 Bappedalitbang

VII - 11
BAB VIII
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

P
enetapan indikator kinerja daerah dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang tingkat pencapaian visi dan
misi Bupati dan Wakil Bupati pada akhir periode masa
jabatannya. Tingkat keberhasilan tersebut ditunjukan dari
akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah
setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun
sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat
dicapai.

Sebagai sebuah daerah otonom, Kabupaten Tulang Bawang diwajibkan


menetapkan target-target capaian dari indikator-indikator yang
disepakati bersama antara pemerintah kabupaten dengan para pemangku
kepentingan di Kabupaten Tulang Bawang. Target pencapaian ini adalah
sebuah kunci kerja yang pada akhirnya menjadi ukuran efektivitas dan
efisiensi sebuah tata kelola pemerintahan secara umum yang sasaran
utamanya adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui
ketersediaan pelayanan publik.

Pada Bab ini akan disampaikan penjabaran mengenai Indikator Kinerja


Daerah. Adapun penetapan Indikator Kinerja Daerah bertujuan untuk
memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi
Bupati dari sisi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah,
khususnya dalam memenuhi kinerja pada aspek kesejahteraan, layanan
dan daya saing. Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator
outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator
capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang
diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. Indikator kinerja
daerah secara teknis pada dasarnya dirumuskan dengan mengambil

VIII - 1
indikator dari program yang telah ditetapkan (outcome) atau
kompositnya (impact).

Indikator kinerja adalah alat untuk mengukur secara spesifik baik secara
kuantitatif dan/atau kualitatif tingkat capaian kinerja program dan
kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja menjadi dasar penilaian
kinerja dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun dalam
pencapaian tujuan dan sasaran. Indikator tersebut menjadi parameter
prioritas pembangunan dan juga sebagai instrumen pemantauan dan
evaluasi RPJMD.

Suatu indikator kinerja daerah dapat dirumuskan berdasarkan hasil


analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program
(outcome) terhadap tingkat capaian indikator kinerja daerah berkenaan
setelah program dan kegiatan prioritas ditetapkan. Selanjutnya,
indikator kinerja daerah dibagi menjadi Indikator Kinerja Utama dan
Indikator Kinerja Daerah terhadap capaian kinerja penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah.

8.1. Indikator Kinerja Utama

Untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi


dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa
jabatan, perlu ditetapkan indikator kinerja daerah, yang selanjutnya
disebut dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) Daerah. Hal ini ditunjukkan
dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan
daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap
tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD
dapat dicapai.

Indikator kinerja utama daerah Kabupaten Tulang Bawang dirumuskan


berdasarkan sasaran-sasaran pembangunan daerah Tahun 2017-2022
sebagai berikut:

VIII - 2
Tabel 8.1
Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Daerah

Sasaran Indikator Kinerja Utama

1. Meningkatnya ketentraman, ketertiban 1. Presentase Penurunan Jumlah Konflik


umum dan perlindungan masyarakat Sosial di Masyarakat

2. Meningkatnya kualitas keagamaan dan 1. Persentase Peningkatan Organisasi


kebudayaan masyarakat Sosial Keagamaan yang Aktif
2. Persentase Peningkatan Kelompok
Seni dan Budaya yang Aktif

3. Meningkatnya akses pelayanan 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


pendidikan yang berkualitas dan berdaya
saing pada semua jenjang pendidikan

4. Meningkatnya akses masyarakat 1. Persentase Tingkat Kepuasan Pasien di


terhadap pelayanan kesehatan yang RSUD Menggala
berkualitas

5. Meningkatkan peran perempuan dan 1. Persentase Partisipasi Perempuan di


pemuda serta pembinaan keolahragaan Lembaga Pemerintah
2. Persentase Organisasi Pemuda yang
Aktif

6. Meningkatkan kualitas infrastruktur 1. Persentase Panjang Jalan Kabupaten


wilayah yang terpadu dan merata serta Dalam Kondisi Mantap
daya dukung sistem transportasi dan
2. Persentase Jaringan Irigasi Kabupaten
sarana perhubungan
Dalam Kondisi Mantap
3. Persentase Layanan Angkutan Darat

7. Meningkatnya pertumbuhan dan kualitas 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi


perekonomian daerah sesuai potensi dan
sumber daya unggulan daerah 2. Persentase Nilai Tukar Petani (NTP)

8. Menurunnya angka kemiskinan dan 1. Angka Kemiskinan


tingkat pengangguran
2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

VIII - 3
Sasaran Indikator Kinerja Utama

9. Meningkatnya akuntabilitas kinerja 1. Nilai/Predikat SAKIP


pemerintah daerah
2. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah

10. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan 1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)


pelayanan publik kependudukan

11. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan 1. Persentase Lembaga Kemasyarakatan


pemerintahan kampung/kelurahan Kampung yang Aktif

12. Meningkatnya kualitas sumber daya alam 1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
dan lingkungan hidup (IKLH)

Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah alat ukur kuantitatif untuk


mengetahui hasil dari pelaksanaan sasaran pembangunan daerah oleh
Kepala Perangkat Daerah. Tujuan dalam penetapan IKU Kepala Perangkat
Daerah adalah memberikan gambaran tentang keberhasilan pencapaian
target indikator sasaran daerah (outcome). Pencapaian indikator sasaran
tersebut merupakan akumulasi dari pencapaian beberapa target
indikator program. Secara rinci, IKU Kepala Perangkat Daerah dapat
dilihat pada pada tabel berikut:

VIII - 4
Tabel 8.2 Penetapan Indikator Kinerja Utama Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022

Target Tahun Periode


Kondisi
Transisi
No Indikator Satuan Akhir
RPJMD
2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD
(2023)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. Presentase Penurunan Jumlah Konflik Sosial di Masyarakat persen 1,41 0,99 0,69 0,49 0,34 0,34 0,24

2. Persentase Peningkatan Organisasi Sosial Keagamaan yang Aktif persen 61,88 64,97 68,22 71,63 75,21 75,21 78,97

3. Persentase Peningkatan Kelompok Seni dan Budaya yang Aktif persen 36,25 43,50 52,20 62,64 75,17 75,17 90,21

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) persen 67,84 68,08 68,32 68,55 68,79 68,79 69,03

5. Persentase Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Menggala persen 60,00 63,60 67,42 71,46 75,75 75,75 80,29

6. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah persen 11,25 11,81 12,40 13,02 13,67 13,67 14,35

7. Persentase Organisasi Pemuda yang Aktif persen 30,00 34,50 39,68 45,63 52,47 52,47 60,34

8. Panjang Jalan Kabupaten dalam Kondisi Mantap km (%) 385,4 (37) 424,03 (41) 466,43 (45) 513,07 (49) 564,38 (54) 564,38 (54) 620,82 (60)

9. Persentase Irigasi Kabupaten dalam Kondisi Baik persen 65,00 71,50 78,65 86,52 95,17 95,17 95,84

10. Persentase Layanan Angkutan Darat persen 64,21 67,42 70,79 74,33 78,05 78,05 81,95

11. Laju Pertumbuhan Ekonomi persen 5,46 5,57 5,69 5,81 5,93 5,93 6,05

12. Nilai Tukar Petani (NTP) persen 104,18 104,39 104,60 104,80 105,01 105,01 105,22

13. Angka Kemiskinan persen 10,02 9,52 9,04 8,59 8,16 8,16 7,65

VIII - 5
Target Tahun Periode
Kondisi
Transisi
No Indikator Satuan Akhir
RPJMD
2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD
(2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

14. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) persen 4,82 4,62 4,43 4,25 4,02 4,02 3,82

15. Nilai/Predikat SAKIP nilai B B B BB BB BB BB

16. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah predikat WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP

17. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) persen 71,61 73,26 74,94 76,67 78,43 78,43 80,23

18. Persentase Lembaga Kemasyarakatan Kampung yang Aktif persen 67,43 70,80 74,34 78,06 81,96 81,96 86,06

19. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) indeks 60,15 62,15 64,15 66,15 68,15 68,15 69,51

VIII - 6
8.2. Indikator Kinerja Daerah

Indikator Kinerja Daerah adalah alat ukur kuantitatif untuk mengetahui


dampak dari pembangunan daerah yang telah dilaksanakan. Tujuan
dalam penetapan Indikator Kinerja Daerah adalah memberikan gambaran
tentang pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
terpilih. Oleh karena itu, Indikator Kinerja Daerah juga dapat dikatakan
sebagai Indikator Kinerja Utama bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah karena dapat menunjukkan kondisi yang diharapkan tercapai
pada akhir periode RPJMD.

Keberhasilan pencapaian visi dan misi tersebut dapat diukur dari


pencapaian kinerja pada aspek kesejahteraan, pelayanan umum, dan
daya saing daerah. Keberhasilan kinerja pada aspek tersebut ditunjukkan
dari akumulasi pencapaian indikator outcome dari sasaran pembangunan
daerah atau ditunjukkan dari pencapaian indikator yang bersifat mandiri
setingkat impact yang diukur setiap tahunnya.

Aspek kesejahteraan masyarakat diukur melalui indikator makro yang


melingkupi kebutuhan dasar masyarakat/warga Kabupaten Tulang
Bawang terkait pembangunan manusia, ketertiban dan ketentraman,
pemerataan pendapatan, dan kesempatan kerja. Aspek pelayanan umum
mengukur kinerja Pemerintah Kabupaten dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat terkait pelaksanaan urusan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah antara lain pengarustamaan gender,
kualitas lingkungan hidup dan persampahan, perumahan dan kawasan
permukiman, pemerataan pembangunan infrastruktur, dan penerapan
tata kelola pemerintahan yang baik. Sedangkan aspek daya saing daerah
merupakan indikator yang mengukur kemampuan daerah dalam
mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth)
didukung oleh pertumbuhan volume komoditi keluar masuk Kabupaten
Tulang Bawang, serta masyarakat yang menerapkan budaya lokal dalam
sendi-sendi kehidupan. Indikator kinerja daerah sebagai indikator kinerja
utama (key performance indicators) berdasarkan uraian tersebut di atas

VIII - 7
sebagai alat ukur menilai kinerja organisasi, maka indikator kinerja
daerah ditetapkan dengan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Terkait dengan upaya pencapaian sasaran pembangunan daerah;
2. Menggunakan indikator pencapaian program pembangunan yang
diharapkan;

3. Memfokuskan pada hal-hal utama, kearifan.

Indikator Kinerja Daerah terhadap capaian kinerja penyelenggaraan


urusan pemerintahan daerah terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu aspek
kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing
daerah. Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Aspek Kesejahteraan Masyarakat


Penentuan capaian indikator tahunan pada aspek kesejahteraan
masyarakat dapat diketahui dari gambaran pencapaian indikator
kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial dan
indikator seni budaya dan olahraga.

b. Aspek Pelayanan Umum


Penentuan capaian indikator tahunan pada aspek Pelayanan Umum
dapat diketahui dari gambaran pencapaian indikator Urusan Wajib
Pelayanan Dasar, Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pilihan.

c. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan


penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan
dan unggulan daerah. Suatu daya saing merupakan salah satu faktor
kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan
tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan
yang tinggi dan berkelanjutan. Dalam hal ini Daya Saing Daerah
digambarkan oleh Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah, Fasilitas
Wilayah/Infrastruktur, Iklim Investasi dan Fokus Sumberdaya
Manusia.

VIII - 8
Tabel 8.3
Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Tulang Bawang

Target Capaian Setiap Tahun


Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


1.1.1.1. Pertumbuhan PDRB persen 5,35 5,38 5,40 5,43 5,46 5,49 5,49 5,51
1.1.1.2. PDRB Per Kapita juta 41,76 46,05 47,82 49,66 51,57 53,56 53,56 55,62
1.1.1.3. Laju Inflasi persen 4,02 4,04 4,06 4,08 4,10 4,12 4,12 4,14
1.1.1.4. Persentase Penduduk Miskin persen 10,09 10,02 9,52 9,04 8,59 8,16 8,16 7,65

1.2. Kesejahteraan Sosial


1.2.1. Angka Melek Huruf (AMH) persen 97,07 97,56 98,05 98,54 99,03 99,52 99,52 100,02
1.2.2. Rata-Rata Lama Sekolah tahun 7,16 7,19 7,23 7,26 7,30 7,34 7,34 7,37
1.2.3. Angka Partisipasi Kasar (APK)
- SD/MI/Paket A persen 108,62 109,16 109,71 110,26 110,81 111,36 111,36 111,92
- SMP/MTs/Paket B persen 79,24 79,64 80,04 80,44 80,84 81,25 81,25 81,65
- SMA/MA/SMK/Paket C persen 57,71 58,00 58,29 58,58 58,87 59,16 59,16 59,46
1.2.4. Angka Partisipasi Murni (APM)
- SD/Paket A persen 99,39 99,89 100,39 100,89 101,40 101,90 101,90 102,41
- SMP/Paket B persen 64,27 64,59 64,91 65,24 65,56 65,89 65,89 66,22
- SMA/SMK/Paket C persen 49,74 49,99 50,24 50,49 50,74 50,99 50,99 51,25

VIII - 9
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1.2.5. ASPEK KESEJAHTERAAN


Angka Partisipasi SekolahMASYARAKAT
(APS)
- 7 - 12 Tahun persen 99,53 100,02 100,52 101,03 101,53 102,04 102,04 102,55
- 13 - 15 Tahun persen 91,44 91,90 92,36 92,82 93,29 93,75 93,75 94,22
- 16 - 18 Tahun persen 64,69 65,02 65,34 65,67 66,00 66,33 66,33 66,66
1.2.6. Angka Kelulusan
- SD/MI persen 100 100 100 100 100 100 100,00 100
- SMP/MTs persen 100 100 100 100 100 100 100,00 100
- SMA/SMK persen 100 100 100 100 100 100 100,00 100
1.2.7. Angka Harapan Lama Sekolah tahun 11,61 11,67 11,72 11,78 11,84 11,90 11,90 11,96
1.2.8. Angka Harapan Hidup tahun 69,41 69,48 69,55 69,62 69,69 69,76 69,76 69,83
1.2.9. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH 5,6 5,57 5,52 5,46 5,41 5,35 5,35 5,30
1.2.10. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 KH 39,00 38,81 38,42 38,03 37,66 37,28 37,28 36,91
1.2.11. Prevalensi Balita Gizi Buruk persen 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,011 0,01 0,011
1.2.12. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) persen 66,33 67,32 68,33 69,36 70,40 71,46 71,46 72,53

1.3. Seni Budaya dan Olahraga


1.3.1. Seni Budaya
1.3.1.1. Jumlah Grup Kesenian Aktif grup 13 14 14 15 16 17 17 18
1.3.1.2. Jumlah Gedung Kesenian unit 1 1 1 1 1 1 1 1
1.3.2. Olahraga
1.3.2.1. Jumlah Klub Olahraga klub 23 24 25 27 28 30 30 31
1.3.2.2. Jumlah Gedung Olahraga unit 2 2 2 2 2 3 3 3
1.3.2.3. Jumlah Kegiatan Keolahragaan kegiatan 8 8 9 9 10 10 10 11

VIII - 10
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2 ASPEK KESEJAHTERAAN
PELAYANAN UMUMMASYARAKAT

2.1. Pelayanan Urusan Wajib


2.1.1. Pendidikan
2.1.1.1. Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK persen 50,21 51,21 52,24 53,28 54,35 55,44 55,44 56,54
2.1.1.2. Angka Putus Sekolah (APS)
- SD/MI persen 0,27 0,27 0,26 0,26 0,26 0,26 0,26 0,25
- SMP/MTs persen 0,87 0,86 0,85 0,85 0,84 0,83 0,83 0,82
- SMA/MA/SMK persen 0,64 0,63 0,63 0,62 0,61 0,61 0,61 0,60
2.1.1.3. Angka Melanjutkan (AM)
- SD/MI ke SMP/MTs persen 99,83 99,86 99,89 99,92 99,95 99,98 99,98 100
- SMP/MTs ke SMA/MA/SMK persen 99,33 99,36 99,39 99,42 99,45 99,48 99,48 99,51
2.1.1.4. Manajemen Pelayanan Pendidikan:
- Persentase SD/MI Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) persen 100 100 100 100 100 100 100 100
- Persentase SMP/MTs Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) persen 100 100 100 100 100 100 100 100
2.1.1.5. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
- Persentase Guru SD/MI yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV persen 84,32 85,16 86,01 86,87 87,74 88,62 88,62 89,51
- Persentase Guru SMP/MTs yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV persen 87,38 88,25 89,13 90,02 90,93 91,83 91,83 92,75

2.1.2. Kesehatan
2.1.2.1. Rasio Puskesmas, Klinik, Pustu per Satuan Penduduk persen 32,33 32,65 32,98 33,31 33,64 33,98 33,98 34,32
2.1.2.2. Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk persen 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
2.1.2.3. Rasio Dokter per Satuan Penduduk persen 0,18 0,18 0,18 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19
2.1.2.4. Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani persen 81,79 85,88 90,17 94,68 99,42 100 100 100

VIII - 11
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2.1.2.5. Cakupan Pertolongan Persalinan
ASPEK KESEJAHTERAAN oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki
MASYARAKAT persen 92 93 94 95 96 97 97 99
Kompetensi Kebidanan
2.1.2.6. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) persen 100 100 100 100 100 100 100 100
2.1.2.7. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan persen 100 100 100 100 100 100 100 100

2.1.2.8. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penderita TBC BTA persen 100 100 100 100 100 100 100 100
2.1.2.9. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD persen 90 95 100 100 100 100 100 100
2.1.2.10. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin persen 75 75 75 75 75 75 75 75
2.1.2.11. Cakupan Kunjungan Bayi persen 90 91 92 93 94 95 95 96
2.1.2.12. Cakupan Desa Siaga Aktif persen 50 55 60 65 70 75 75 80
2.1.2.13. Bed Occupancy Rate (BOR) persen 60,00 63,60 67,42 71,46 75,75 80,29 80,29 85,11
2.1.2.14. Average Length Of Stay (AVLOS) hari 9 8 8 7 7 6 6 6
2.1.2.15. Turn Over Interval (TOI) hari 3 3 2 2 2 1 1 1
2.1.2.16. Bed Turn Over (BTO) kali 50 50 50 50 40 40 40 40

2.1.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


2.1.3.1. Persentase Panjang Jalan yang Dilakukan Pemeliharaan Per Tahun persen 37 41 45 49 54 60 60 60
2.1.3.2. Persentase Penduduk Berakses Air Minum Aman persen 50 55 60 65 70 75 75 75
2.1.3.3. Jumlah Pusat Pertumbuhan Baru dengan Infrastruktur Memadai kawasan 1 2 2 3 3 4 4 4
2.1.3.4. Persentase Pengawasan Ijin Pemanfaatan Ruang persen 50 60 70 80 90 100 100 100

2.1.4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman


2.1.4.1. Ketersediaan Rumah Layak Huni persen 20 30 40 50 60 70 70 80
2.1.4.2. Berkurangnya Luas Kawasan Kumuh Ha 244,66 171,26 119,88 83,92 58,74 41,12 41,12 28,78
2.1.4.5. Persentase Rumah Tangga Bersanitasi persen 67,76 68,43 69,12 69,81 70,51 71,21 71,21 71,92

VIII - 12
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.1.5. Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat


2.1.5.1. Persentase Penegakkan Perda dan Perkada persen 100 100 100 100 100 100 100 100
2.1.5.2. Cakupan Patroli Siaga Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat persen 100 100 100 100 100 100 100 100
2.1.5.3. Rasio Linmas per Jumlah 10.000 penduduk persen 8 10 10 11 12 12 12 13

2.1.5.4. Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran kabupaten persen 100 100 100 100 100 100 100 100

2.1.5.5. Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate ) menit 45 30 30 30 30 30 30 30

2.1.5.6. Persentase Personel DAMKAR yang Memenuhi Standar Kualifikasi persen 50,22 52,73 55,37 58,14 61,04 64,09 64,09 67,30
2.1.5.4. Persentase Penanganan Bencana persen 100 100 100 100 100 100 100 100

2.1.5. Sosial
2.1.5.1. Persentase PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan persen 53,46 57,74 62,36 67,34 72,73 78,55 78,55 84,83
kebutuhan dasar
2.1.5.2. Persentase PMKS yang menerima program pemberdayaan sosial melalui persen 12,34 13,57 14,93 16,42 18,07 19,87 19,87 21,86
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis
lainnya
2.1.5.3. Presentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa persen 72,00 75,60 79,38 83,35 87,52 91,89 91,89 96,49
tanggap darurat
2.1.5.4. Presentase korban bencana yang dievakuasi dengan menggunakan sarana persen 85,87 87,59 89,34 91,13 92,95 94,81 94,81 96,70
prasarana tanggap darurat lengkap
2.1.5.5. Presentase penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak persen 63,21 66,37 69,69 73,17 76,83 80,67 80,67 84,71
potensial yang telah menerima jaminan sosial

2.2. Pelayanan Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar


2.2.1. Tenaga Kerja
2.2.1.1 Tingkat Penagguran Terbuka (TPT) persen 4,93 4,68 4,45 4,23 4,02 3,81 3,81 3,62

VIII - 13
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2.2.1.2 ASPEK KESEJAHTERAAN


Persentase Tenaga Kerja MASYARAKAT
yang Dilatih persen 39,21 43,13 47,44 52,19 57,41 63,15 63,15 69,46
2.2.1.3 Persentase Pekerja yang Menjadi Peserta BPJS persen 80 90 100 100 100 100 100 100

2.2.2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


2.2.2.1 Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan persen 51,32 51,83 52,35 52,87 53,40 53,93 53,93 54,47
2.2.2.2 Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) persen 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

2.2.3. Pangan
2.2.3.1 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) skor 87,74 88,61 89,50 90,40 91,30 92,21 92,21 93,13
2.2.3.2 Ketersediaan Pangan Utama (Beras) ton/tahun 157.206 165.066 173.320 181.986 191.085 200.639 200.639 210.671
2.2.3.3 Ketersediaan Energi per Kapita kalori/hari 2.754,76 2.809,86 2.866,05 2.923,37 2.981,84 3.041,48 3.041,48 3.102,31
2.2.3.4 Ketersediaan Protein per Kapita gram/hari 90,12 94,63 99,36 104,33 109,54 115,02 115,02 120,77

2.2.4. Pertanahan
2.2.4.1 Persentase Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan persen - - 100 100 100 100 100 100
2.2.4.2 Persentase Luas Lahan Bersertifikat persen 43,91 - 48,30 53,13 58,44 64,29 64,29 70,72

2.2.5. Lingkungan Hidup


2.2.5.1 Persentase Penanganan Sampah persen 50 55 60 65 70 75 75 80
2.2.5.2 Indeks Kualitas Air (IKA) skor - 48,27 55,51 63,84 73,41 84,42 84,42 97,09
2.2.5.3 Indeks Kualitas Udara (IKU) skor - 90,32 76,77 65,26 55,47 47,15 47,15 40,08
2.2.5.4 Persentase Perusahaan yang Taat Terhadap Peraturan Perundang-Undangan persen 75,22 78,98 82,93 87,08 91,43 96 96 100
Lingkungan Hidup

VIII - 14
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2.2.6. ASPEK KESEJAHTERAAN


Administrasi MASYARAKAT
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2.2.6.1 Persentase Penduduk ber-KTP persen 82,99 83,82 84,66 85,50 86,36 87,22 87,22 88,09
2.2.6.2 Persentase Penduduk yang memiliki Kartu Keluarga persen 100 100 100 100 100 100 100 100
2.2.6.3 Rasio Bayi ber-Akte Kelahiran persen 84,33 85,00 87,00 89,00 90,00 92,00 92,00 95,00
2.2.6.4 Rasio Pasangan Berakte Nikah persen 74,22 77,19 80,28 83,49 86,83 90,30 90,30 93,91

2.2.7. Pemberdayaan Masyarakat


2.2.7.1 Persentase Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Aktif persen 64,06 67,43 70,80 74,34 78,06 81,96 81,96 86,06
2.2.7.2 Persentase PKK Aktif persen 67,56 69,59 71,67 73,82 76,04 78,32 78,32 80,67
2.2.7.3 Persentase Posyandu Aktif persen 80,71 83,13 85,63 88,19 90,84 93,57 93,57 96,37
2.2.7.4 Badan Usaha Milik Desa (BumDes) yang sudah terbentuk BumDes 148 148 149 149 150 150 150 151
2.2.7.5 Persentase Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa persen 100 100 100 100 100 100 100 100

2.2.8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


2.2.8.1 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) persen 1,24 1,23 1,22 1,20 1,19 1,18 1,18 1,17
2.2.8.2 Rata-Rata Jumlah Anak per Keluarga persen 2,12 2,10 2,07 2,05 2,03 2,01 2,01 2,00
2.2.8.3 Ratio Akseptor KB persen 78,76 80,34 81,94 83,58 85,25 86,96 86,96 88,70
2.2.8.4 Cakupan PUS peserta KB Aktif persen 73,33 74,80 76,29 77,82 79,37 80,96 80,96 82,58
2.2.8.5 Cakupan PUS yang Ingin Ber-KB Tidak Terpenuhi (unmet need ) persen 27,40 26,90 26,42 25,94 25,48 25,02 25,02 24,57
2.2.8.6 Total Fertility Rate (TFR) persen 2,14 2,11 2,08 2,05 2,02 1,98 1,98 1,96

2.2.9. Perhubungan
2.2.9.1 Persentase Sarana dan Prasarana Perhubungan Kondisi Baik persen 70 70 75 75 80 80 80 85
2.2.9.2 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum orang/tahun 47.234 49.596 52.075 54.679 57.413 60.284 60.284 63.298

VIII - 15
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2.2.9.3 ASPEK KESEJAHTERAAN


Rasio Ijin Trayek MASYARAKAT izin/armada 1,37 1,44 1,51 1,59 1,67 1,75 1,75 1,84
2.2.9.4 Jumlah Kendaraan yang uji KIR unit 2.316 2.339 2.362 2.386 2.410 2.434 2.434 2.458
2.2.9.5 Persentase Kepemilikan KIR Angkutan Umum persen 10,28 11,31 12,44 13,68 15,05 16,56 16,56 18,22

2.2.10. Komunikasi dan Informatika


2.2.10.1 Persentase Menara dan Tiang Telekomunikasi yang Berijin persen 65 75 85 95 100 100 100 100
2.2.10.2 Persentase OPD Telah Memiliki Website persen - 30 35 40 45 50 50 55

2.2.11. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah


2.2.11.1 Persentase Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Aktif persen 70,09 70,44 73,96 77,66 81,54 85,62 85,62 90
2.2.11.2 Persentase Koperasi Aktif persen 72 73 73 74 75 76 76 76

2.2.12. Penanaman Modal


2.2.12.1 Jumlah Investor Berskala Nasional (PMA/PMDN) investor 10 10 15 15 20 20 20 25
2.2.12.2 Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMA/PMDN) juta 21.896 22.991 24.140 25.347 26.615 27.945 27.945 29.343

2.2.13. Kepemudaan dan Olahraga


2.2.13.1 Persentase Organisasi Pemuda yang Aktif persen 36,22 39,84 43,83 48,21 53,03 58,33 58,33 64,17
2.2.13.2 Jumlah Prestasi Olahraga cabor - 3 4 4 4 5 5 5
2.2.13.3 Jumlah Atlet Berprestasi atlet - 6 6 7 7 8 8 9

2.2.14. Statistik
2.2.13.1 Persentase ketersediaan data/informasi perencanaan pembangunan persen 50 55 61 67 73 81 81 89

VIII - 16
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2.2.15. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


Persandian
2.2.15.1 Persentase pengguna layanan informasi melalui peralatan dan jaringan persen - - 90 90 90 90 90 90
telekomunikasi terlayani dan terlindungi keamanannya

2.2.16. Kebudayaan
2.2.16.1 Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya kali 1 1 1 2 2 2 2 3
2.2.16.2 Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan persen 45,01 - 47,26 49,62 52,10 54,71 54,71 57,45

2.2.17. Perpustakaan
2.2.17.1 Jumlah Pengunjung Perpustakaan per Tahun orang 1.492 1.507 1.522 1.537 1.553 1.568 1.568 1.584
2.2.17.2 Jumlah Koleksi Judul Buku Perpustakaan buah 7.013 7.083 7.154 7.226 7.298 7.371 7.371 7.444
2.2.17.3 Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah eksemplar 22.367 22.591 22.817 23.045 23.275 23.508 23.508 23.743

2.2.18. Kearsipan
2.2.18.1 Persentase SKPD yang Telah Melakukan Arsip Baku persen 100 100 100 100 100 100 100 100

2.3. Pelayanan Urusan Pilihan


2.3.1. Kelautan dan Perikanan
2.3.1.1 Produksi Perikanan Budidaya ton/tahun 28.951 29.241 29.533 29.829 30.127 30.428 30.428 30.733
2.3.1.2 Produksi Perikanan Tangkap ton/tahun 20.500 20.705 20.912 21.121 21.332 21.546 21.546 21.761
2.3.1.3. Tingkat Konsumsi Ikan persen 99,24 99,34 99,44 99,54 99,64 99,74 100 99,84

2.3.2. Pariwisata
2.3.2.1 Jumlah Wisatawan Domestik (Nasional) orang/tahun 18.501 18.686 18.873 19.061 19.252 19.444 19.444 19.639

VIII - 17
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2.3.2.2 ASPEK
JumlahKESEJAHTERAAN
Wisatawan AsingMASYARAKAT
(Mancanegara) orang/tahun 9 9 9 9 9 9 9 10
2.3.2.3 Rata-Rata Lama Tinggal Wisatawan hari 1 1 2 2 2 3 3 3

2.3.3. Pertanian
2.3.3.1 Cakupan Binaan Kelompok Petani persen 50,28 55,31 60,84 66,92 73,61 80,98 80,98 89,07
2.3.3.1 Produktivitas Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya per Hektar
- Padi ton/tahun 353.404 364.006 374.926 386.174 397.759 409.692 409.692 421.983
- Jagung ton/tahun 34.010 35.030 36.081 37.164 41.043 43.095 43.095 45.250
- Kedelai ton/tahun 1.265 1.303 1.342 1.383 1.424 1.467 1.467 1.511
2.3.3.4. Persentase Kasus Penyakit Ternak yang Tertangani persen 100 100 100 100 100 100 100 100

2.3.4. Energi dan Sumberdaya Mineral


2.3.4.1 Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik persen 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 45,00 50,00
2.3.4.2 Rasio Ketersediaan Daya Listrik persen 72,32 75,94 79,73 83,72 87,91 92,30 92,30 96,92

2.3.5. Perdagangan
2.3.5.1 Cakupan Bina Kelompok Pedagang / Usaha Informal persen 30,25 - 33,28 36,60 40,26 44,29 44,29 48,72
2.3.5.2 Persentase Pasar Kabupaten Dalam Kondisi Baik persen 75 80 85 90 95 100 100 100
2.3.5.3 Persentase penurunan jumlah pelanggaran di bidang perdagangan persen 67,22 - 57,14 48,57 41,28 35,09 35,09 29,83

2.3.5. Perindustrian
2.3.5.1 Cakupan Bina Kelompok Pengrajin persen 22,34 25,69 29,54 33,98 39,07 44,93 44,93 51,67
2.3.5.2 Sentra UKM yang Dikembangkan sentra - - 10 10 10 10 10 10

VIII - 18
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2.3.6. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


Transmigrasi
2.3.6.1 Persentase Tingkat Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh persen 20 25 30 35 40 45 45 50

2.4. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan


2.4.1. Administrasi Pemerintahan
2.4.1.1 Persentase Kegiatan DPRD yang Terfasilitasi persen 100 100 100 100 100 100 100 100
2.4.1.2 Cakupan Koordinasi dan Fasilitasi Urusan Pemerintahan, Pembangunan dan persen 100 100 100 100 100 100 100 100
Kemasyarakatan

2.4.2. Pengawasan
2.4.2.1 Prosentase tindak lanjut hasil pemeriksaan aparatur internal dan BPK persen 100 100 100 100 100 100 100 100

2.4.3. Perencanaan
2.4.3.1 Persentase Konsistensi Program RKPD dengan Program RPJMD persen 100 100 100 100 100 100 100 100
2.4.3.2 Persentase Konsistensi Program RKPD Kedalam APBD persen 100 100 100 100 100 100 100 100

2.4.4. Keuangan
2.4.4.1 Persentase OPD yang menyampaikan Laporan Keuangan dengan benar dan persen 100 100 100 100 100 100 100 100
tepat waktu
2.4.4.2 Persentase Peningkatan PAD persen 4,52 4,78 4,68 4,74 4,79 4,85 4,85 4,85

2.4.5. Kepegawaian
2.4.5.1 Persentase penempatan jabatan struktural sesuai dengan kompetensi persen 100 100 100 100 100 100 100 100

VIII - 19
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi Kondisi Periode
Kinerja pada Kinerja Akhir Transisi
No Aspek/Fokus/Bidang/Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Satuan
awal periode Periode RPJMD
RPJMD 2018 2019 2020 2021 2022 RPJMD (2023)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2.4.6. ASPEK KESEJAHTERAAN


Pendidikan MASYARAKAT
dan Pelatihan
2.4.5.1 Persentase PNS yang mengikuti diklat teknis, fungsional, diklat pra jabatan, persen 50 55 60 65 70 75 75 80
dan tugas belajar

2.4.7. Penelitian dan Pengembangan


2.4.7.1 Jumlah Pelaksanaan Kerjasama Penelitian kali 4 4 6 8 10 12 12 12

3 ASPEK DAYA SAING DAERAH


3.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
3.1.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT) juta 11,142 11,253 11,366 11,480 11,594 11,710 11,710 11,827
3.1.2 Pengeluaran Konsumsi Makanan juta 5,837 5,895 5,954 6,014 6,074 6,135 6,135 6,196
3.1.3 Pengeluaran Konsumsi Non Makanan juta 4,789 4,837 4,885 4,934 4,983 5,033 5,033 5,084

3.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur


3.2.1 Rasio Panjang Jalan dengan Jumlah Kendaraan persen 0,00204 0,00206 0,00208 0,00210 0,00213 0,00215 0,00215 0,00217
3.2.2 Jumlah Restoran unit 28 30 31 33 34 36 36 38
3.2.3 Jumlah Rumah Makan unit 140 147 154 162 170 178 178 187
3.2.4 Jumlah Penginapan unit 13 13 14 15 15 16 16 17

3.3. Fokus Iklim Berinvestasi


3.3.1 Angka Kriminalitas per 10.000 penduduk persen 10,50 9,97 9,47 9,00 8,55 8,12 8,12 7,72
3.3.2 Jumlah Demonstrasi kali - - - - - - - -
3.3.3 Lama Proses Perizinan hari 2 2 2 2 2 2 2 2
3.3.4 Penduduk Usia Kerja Menurut Pendidikan orang 197.159 207.017 217.368 228.236 239.648 251.630 251.630 264.212

VIII - 20
BAB IX
PENUTUP

d
okumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 disusun
sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembangunan
Kabupaten Tulang Bawang selama kurun waktu 5 (lima) tahun
mendatang. Penyusunan RPJMD ini akan menjadi pedoman dan arahan
bersama bagi seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang. RPJMD
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022 merupakan dokumen
perencanaan yang terpadu dan searah dengan RPJMD Provinsi Lampung
dan RPJMN. Sebagai tanggung jawab bersama, pencapaian tujuan,
sasaran dan indikator kinerja, perlu dikembangkan peran aktif seluruh
stakeholder dalam pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Keberhasilan
pelaksanaan pembangunan perlu peran aktif seluruh masyarakat Tulang
Bawang, swasta dan sikap mental, tekad dan semangat aparatur
Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang, dukungan DPRD
Kabupaten Tulang Bawang, Pemerintah Provinsi Lampung maupun
Pemerintah Pusat. Dengan didukung dan kepedulian semua pihak
Kabupaten Tulang Bawang akan lebih baik dari hari kemarin.

BUPATI TULANG BAWANG,

WINARTI

Anda mungkin juga menyukai