Anda di halaman 1dari 15

Komunikasi Terapeutik Pada Klien Kebutuhan

Khusus

Dosen Pembimbing: Rusmawati Sitorus, S.Pd., S.Kep., M.A.

Kelompok 3

Disusun Oleh:

1. Andini Adelia Putri


2. Dedeh Destriana Putri
3. Nadia Nurul Utami
4. Noffia Fitriani
5. Priskila Natalia Pandia
6. Putri Junia Ningrum

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM


JL. CUMI NO.37
TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
2020/2021
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
1.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.......................................................................................5
1.2 Perkembangan komunikasi lanjut berkebutuhan khusus............................................................5
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik........................................................5
1.4 Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa.............................................................................6
1.5 Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada klien berkebutuhan khusus dan cara
penanganannya.................................................................................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................15

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, berkat dan
rahmatnya hingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Komunikasi Terapeutik Pada Klien Kebutuhan Khusus.” dengan
terselesaikannya makalah ini, berkat dan dukungan dari dosen
pembimbing dan teman-teman sekalian. Kami telah banyak mengalami
kesulitan dalam membuat makalah ini, tetapi semuanya dapat
terselesaikan dengan baik dan dengan kerja sama yang baik juga.
Demikian kami buat makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua
untuk menambah ilmu dan pengetahuan. Jika ada kesalahan dalam
membuat makalah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasien Berkebutuhan Khusus Adalah Seseorang Karakteristik Khusus Yang


berbeda dengan orang pada umumnya tanpa sekalipun jika pada ketidakmampuan
mental', emosi atau fisik. Istilah lain bagi pasien berkebutuhan khusus adalah orang-
orang luar biasa dan orang-orang cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang
dimilki,mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus hides isikan dengan
kemampuan dan potensi mereka. Dilihat dari jenis interaksi dalam komunikasi,
komunikasi dapat dibedakan atas tiga kategori yaitu yang salah satunya adalah
komunikasi interpersonal. Yang mana komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya diantara dua orang
yang dapat langsung diketahui timbal baliknya. komunikasi interpersonal adalah
penyampaian pesan satu orang dan penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan
umpan balik segera.

B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian gangguan komunikasi pada anak berkebutuhan
khusus?
2. Menjelaskan karakteristik anak berkebutuhan khusus?
3. Menjelaskan macam-macam gangguan komunikasi pada anak berkebutuhan
khusus?

4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus, merupakan seseorang yang memiliki kekurangan ataupun


kelebihan dalam hal fisik maupun mental, dan mereka memerlukan suatu tindakan
dan perhatian yang khusus guna penangan dan pengarahan lebih dari seseorang yang
dinilai memiliki fisik dan mental yang sempurna. Dan anak didik yang demikianlah,
yang memang seharusnya paling banyak mendapat perhatian guru menurut Kuffman
& Hallahan (2005:28-45), antara lain sebagai berikut:
a. Kesulitan belajar (learning disabilities) atau anak yang berprestasi
rendah (specific learning disability).
b. Tunarungu (deafness).
c. Tunanetra (partially seing and legally blind) atau disebut dengan anak
yang mengalami hambatan dalam penglihatan.
d. Anak autistic (autistic chlidren).

1.2 Perkembangan komunikasi lanjut berkebutuhan khusus

1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik


Menurut Potter dan Perry (1993) dikutip oleh Nurjannah (2001), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses komunikasi meliputi :
a. Perkembangan
Perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi bahasa,
maupun proses berfikir dari orang tersebut agar komunikasi efektif. Karena cara
berkomunikasi dengan anak usia remaja dan anak usia balita sangatlah berbeda.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
c. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan
perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
d. Latar Belakang Sosial Budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
e. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah, sedih, senang, akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
f. Jenis Kelamin

5
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda, menurut
3Tarned (1990), wanita menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan,
meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman,
sedangkan laki-laki menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian.
g. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan, seseorang
yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang
mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
h. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda
tergantung perannya.
i. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang
bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan keracunan, ketegangan,
dan ketidaknyamanan.
j. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman
dan kontrol.

1.4 Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa


1. Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat
kecermatan nya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau
menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima.
Dengan kata lain model shannon & weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan suatu pesan untuk di komunikasikan dari seperangkat pesan yang
dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang
sesuai dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang dapat
menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat
diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan
keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada
penerima tanpa perantara. Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak
terlihat nya hubungan tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk
menerima penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat
mengurangi kejelasan informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien
dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
2. Model Komunikasi Leary

6
Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang,
dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi
dapat terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2) Hate – love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan
ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa tahun
pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu
mondominasi peran dan klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh.
Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalam menerima dan
memberi antara pasien dan profesional.
Penerapan Pada Klien Dewasa :
Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat
hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan
kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat.
Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalarn
keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap
dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Feran
Love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat
mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan lebih kearah hubungan
pribadi.
Model ini menekankan pentingnya "Relationship" dalam membantu klien pada
pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutik adalah ketrampilan
untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana
berhubungan efektif dengan orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi
dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard). Sedangkan hasil yang
diharapkan dari klien melalui model kornunikasi ini adalah adanya saling pengertian
dan koping yang lebih efektif.
Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi
dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis.
3. Model lnteraksi King
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat - klien.
King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana profesional
kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini
meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien sZSecara simultan membuat keputusan
tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka
terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan
proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan

7
tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan relationship yang timbal balik
antaraperawar-klien seiama berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan
pentingnya arti hubungan perawat-klien.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:
Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor
intrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin
transaksi. Adanya feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi
yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya
persepsi yang salah terhadap pesan yang disampaikan.

4. Model Komunikasi Kesehatan


Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien. 3
(tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2)
Transaksi, dar 3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana
seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah
seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman
dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain
(significant order) penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya
mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.
Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn proses
komunikasi tersebut.
Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan
klien dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena profesional
kesehatan ( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi
secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga
melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks
komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti;
sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor budaya, nilai
yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut
agar ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa diupayakan agar
perawat menerima pasien sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat
menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat
diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model
komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi ini menunjukkan

8
hubungan relationship yang rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan
pengirim dan penerirna, serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
ke arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model
konsep komunitasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam
dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model
komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai.
Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi
King dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang
saling memberi dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah
informasi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

1.5 Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada klien berkebutuhan


khusus dan cara penanganannya

A. Kesulitan belajar (learning disabilities) atau anak yang berprestasi rendah (specific
learning disability)
Anak yang berprestasi rendah (underachievers), menurut Delphie (2006:35)
umumnya kita temui disekolah, karena mereka pada umumnya tidak mampu
menguasai bidang tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum
yang berlaku. Ada sebagian besar dari mereka mempunyai nilai pelajaran sangat
rendah ditandai pula dengan test IQ di bawah re-rata normal. Mereka mempunyai
karakteristik khusus berupa kesulitan di bidang akademik, masalah-masalah
kognitif, dan masalah emosi sosial. Dalam bidang kognitif, berkaitan erat dengan
kemampuan berpikir. Umumnya peserta didik yang berprestasi rendah
menunjukkan kekurangmampuan dirinya dalam mengadaptasi proses informasi
yang datang pada dirinya. Baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun
persepsi tubuhnya (visual, auditory and spatial perception).

Karakteristik anak dengan kesulitan belajar sangat berbeda dengan anak-anak lain
diantaranya:
a. Kemampuan persepsi yang rendah
b. Kesulitan menyadari tubuh sendiri
c. Kelainan gerak
d. Tingkat atensi yang tidak tepat

B. Tuna Rungu
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli.
Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tulikonduktif. Tuli
perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan tuli
konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsangsuara. Hal-hal

9
yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan
pendengaran:
1. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kacamata.
2. Kurangi kebisingan
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal jangan teriak
7. Susun ulang kalimat anda jika klien salah mengerti
8. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindiksikan.

 Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga
luar atau tengah dan berkaitan dengan masalah penghantaran suara.
2. Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya
masalah pada telinga bagian dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau
sistimpendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf).
3. Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran), dimana kondisi
gangguan pendengarannya ada unsur konduktif dan sensori neural. Berdasarkan
kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan
menjadi:
a.  Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB).
b. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB).
c. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB).
d. Gangguan pendengaran berat(71-90dB).
e. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

 Berikut adalah teknik - teknik komunikasi yang dapat digunakan klien


dengan pendengaran:
1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau
2. memposisikan diri didepan klien.
3. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan
perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda.
4. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap
tubuh danmimik wajah yang lazim.
5. Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda memiliki
perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat dengan orang sebelum Anda
mulai berbicara.
6. Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran Anda
mungkin terkejut orang tersebut.

10
7. Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang sama
dengan dia sebisa mungkin.
8. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu
misalnya makananatau permen karet.
9. Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato Anda
akan lebih sulit untuk mengerti.
10. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan
perlahan.
11. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
12. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
13. Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan
mendengar,periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di telinga orang.
14. Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara.
15. Mengakui bahwa hard-of mendengar orang mendengar dan memahami kurang
baik ketika mereka lelah atau sakit.
16. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang sebanyak mungkin
ketika melakukan pembicaraan.
17. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat bahwa lampu
tidak bersinar dimata orang tuna rungu.
18. Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan cara yang
berbeda untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata asli
berulang;
19. Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan anda lebih
mudah untuk mengerti
20. Menulis pesan jika perlu, biarkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi
dengan oranggangguan pendengaran.

C. Tuna netra
Tunanetra adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami gagguan atau
hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya
Tunanetra dibagi menjadi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih
memiliki sisa penglihatan ( Low Visioan).
 Teknik- teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalamigangguan penglihatan:

1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan/kehadiran kita ketika
beradadidekatnya.
2. Identifikasi diri kita dengan menyebutkan nama (dan peran) kita 
Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual.
3. Nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi klien

11
4. Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata - kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien
5. Informasikan kepada klien ketika kita akan meninggalkanya/memutuskan
komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya
7. Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien dipindah ke lingkungan / ruanga
n yang baru.

 Syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasi
en dengangangguan sensori penglihatan adalah:

1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluaran nya
harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap
harusdisampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu
lain pemberian informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu
merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk si pasien
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan
sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan,
perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena
dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari
kegiatankomunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat- buat akan
menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhanabaik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu
panjang dan rumitakan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas
maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.

 Alasan klien tidak sama, oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik
berkomunikasiyang berbeda pula diantaranya adalah:

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian


2. Menunjukkan penerimaan
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
5. Klarifikasi
6. Memfokuskan
7. Menawarkan informasi
8. Diam
9. Meringkas
10. Memberikan penghargaan
11. Menawarkan diri/Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya

12
D. Autisme
Dari beberapa bentuk hambatan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus,
diantaranya yang tidak asing lagi adalah autism. Menurut Baron dan Cohen (1985)
autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita
yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi
yang normal selain itu juga mengalami kesulitan untuk memahami bahwa sesuatu
dapat dilihat dari sudut pandang orang lain. Akibatnya anakanak tersebut terisolasi
dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktifitas dan minat yang
obsesif serta sulit mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bergaul,
sedangkan menurut Sugiarto dan kawan-kawan (2004) mengemukakan bahwa
autis merupakan kondisi anak yang mengalami gangguan hubungan sosial yang
terjadi sejak lahir atau masa perkembangan sehingga menyebabkannya terisolasi
dari kehidupan manusia. Kemudian menurut Wing dan Gould (Wolfberg, 1999),
ada tiga jenis interaksi sosial yang mencirikan anak autistic spectrum disorder
yaitu ; Aloof (bersikap menjauh atau menyendiri), Passive (bersikap pasif), Active
and Odd (bersikap aktif tetapi aneh).

Anak ASD (Autism Spektrum Disorder) mengalami kesulitan dalam menggunakan


bahasa dan berbicara, sehingga mereka sulit melakukan komunikasi dengan orang-
orang di sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan alternative berkomunikasi selain
dengan verbal bagi mereka sehingga kesempatan anak autis untuk melakukan
interaksi dapat dilakukan dan secara tidak langsung pula mereka dapat
bereksplorasi terhadap lingkungan secara timbal balik meskipun tidak
menggunakan verbal atau yang disebut bicara. Komunikasi alternatif adalah
teknik-teknik yang menggantikan komunikasi lisan bagi individu yang mengalami
hambatan dalam bicara atau tidak mampu berkomunikasi melalui bahasa lisan.
Sedangkan Komunikasi augmentatif adalah kaidah-kaidah dan peralatan/media
yang dapat Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus meningkatkan
kemampuan komunikasi verbal dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Augmentative and Alternative Communication (AAC) merupakan alat yang


digunakan dalam melakukan komunikasi pada anak denganberkebutuhan khusus
seperti pada anak dengan autism. Komunikasi dapat diberikan berupa gambar atau
kata-kata dengan memperhatikan komponen AAC yang meliputi:
(1) Teknik komunikasi;
(2) Sistem symbol; dan
(3) Kemampuan berkomunikasi. Pada anak dengan autisme sering mengalami
kesulitan dalam berbicara khususnya dengan autisme spektrum disorder (ASD).

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kebutuhan berkomunikasi merupakan kebutuhan yang sangatt mendasar dan bersifat


universal dalam dinamika kehidupan suatu organisme dalam peranmereka untuk
melakukan aktualisasi diri. Namun adakalanya, terdapat beebrapa individu yang
mengalami hambatan dalam perkembangan fisik maupun psikologisnya yang
berkontribusi pada kemampuanmereka dalam berkomunikasi. Hal ini dapat di jumpai
pada kasus anak berkebutuah khusus. Bentuk kesulitan mereka dalam berkomunikasi
bervariasi sesuai dengan hambatan perkembangan yang terjadi di antara mereka.
Maka mempresentasikan model komunikasi bagi anak berkebutuhan khusus juga
harus menyesuaikan kondisi hambatan perkembangan yang terjadi pada mereka.

B. Saran

14
Daftar Pustaka

431-1802-1-PB.pdf
http://amsarjambia.blogspot.com/2016/06/makalah-komunikasi-teraupetik-pada.html?m=1
jiptummpp-gdl-dewipuspit-33456-2-babi.pdf
https://id.scribd.com/presentation/370096527/Komunikasi-Teraupetik-Pada-Pasien-Dengan-
Kebutuhan-Khusus-1

15

Anda mungkin juga menyukai