Khusus
Kelompok 3
Disusun Oleh:
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
1.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.......................................................................................5
1.2 Perkembangan komunikasi lanjut berkebutuhan khusus............................................................5
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik........................................................5
1.4 Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa.............................................................................6
1.5 Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada klien berkebutuhan khusus dan cara
penanganannya.................................................................................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................15
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, berkat dan
rahmatnya hingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Komunikasi Terapeutik Pada Klien Kebutuhan Khusus.” dengan
terselesaikannya makalah ini, berkat dan dukungan dari dosen
pembimbing dan teman-teman sekalian. Kami telah banyak mengalami
kesulitan dalam membuat makalah ini, tetapi semuanya dapat
terselesaikan dengan baik dan dengan kerja sama yang baik juga.
Demikian kami buat makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua
untuk menambah ilmu dan pengetahuan. Jika ada kesalahan dalam
membuat makalah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian gangguan komunikasi pada anak berkebutuhan
khusus?
2. Menjelaskan karakteristik anak berkebutuhan khusus?
3. Menjelaskan macam-macam gangguan komunikasi pada anak berkebutuhan
khusus?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
5
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda, menurut
3Tarned (1990), wanita menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan,
meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman,
sedangkan laki-laki menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian.
g. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan, seseorang
yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang
mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
h. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda
tergantung perannya.
i. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang
bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan keracunan, ketegangan,
dan ketidaknyamanan.
j. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman
dan kontrol.
6
Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang,
dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi
dapat terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2) Hate – love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan
ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa tahun
pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu
mondominasi peran dan klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh.
Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalam menerima dan
memberi antara pasien dan profesional.
Penerapan Pada Klien Dewasa :
Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat
hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan
kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat.
Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalarn
keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap
dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Feran
Love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat
mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan lebih kearah hubungan
pribadi.
Model ini menekankan pentingnya "Relationship" dalam membantu klien pada
pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutik adalah ketrampilan
untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana
berhubungan efektif dengan orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi
dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard). Sedangkan hasil yang
diharapkan dari klien melalui model kornunikasi ini adalah adanya saling pengertian
dan koping yang lebih efektif.
Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi
dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis.
3. Model lnteraksi King
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat - klien.
King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana profesional
kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini
meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien sZSecara simultan membuat keputusan
tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka
terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan
proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan
7
tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan relationship yang timbal balik
antaraperawar-klien seiama berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan
pentingnya arti hubungan perawat-klien.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:
Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor
intrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin
transaksi. Adanya feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi
yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya
persepsi yang salah terhadap pesan yang disampaikan.
8
hubungan relationship yang rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan
pengirim dan penerirna, serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
ke arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model
konsep komunitasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam
dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model
komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai.
Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi
King dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang
saling memberi dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah
informasi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
A. Kesulitan belajar (learning disabilities) atau anak yang berprestasi rendah (specific
learning disability)
Anak yang berprestasi rendah (underachievers), menurut Delphie (2006:35)
umumnya kita temui disekolah, karena mereka pada umumnya tidak mampu
menguasai bidang tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum
yang berlaku. Ada sebagian besar dari mereka mempunyai nilai pelajaran sangat
rendah ditandai pula dengan test IQ di bawah re-rata normal. Mereka mempunyai
karakteristik khusus berupa kesulitan di bidang akademik, masalah-masalah
kognitif, dan masalah emosi sosial. Dalam bidang kognitif, berkaitan erat dengan
kemampuan berpikir. Umumnya peserta didik yang berprestasi rendah
menunjukkan kekurangmampuan dirinya dalam mengadaptasi proses informasi
yang datang pada dirinya. Baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun
persepsi tubuhnya (visual, auditory and spatial perception).
Karakteristik anak dengan kesulitan belajar sangat berbeda dengan anak-anak lain
diantaranya:
a. Kemampuan persepsi yang rendah
b. Kesulitan menyadari tubuh sendiri
c. Kelainan gerak
d. Tingkat atensi yang tidak tepat
B. Tuna Rungu
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli.
Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tulikonduktif. Tuli
perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan tuli
konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsangsuara. Hal-hal
9
yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan
pendengaran:
1. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kacamata.
2. Kurangi kebisingan
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal jangan teriak
7. Susun ulang kalimat anda jika klien salah mengerti
8. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindiksikan.
Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga
luar atau tengah dan berkaitan dengan masalah penghantaran suara.
2. Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya
masalah pada telinga bagian dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau
sistimpendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf).
3. Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran), dimana kondisi
gangguan pendengarannya ada unsur konduktif dan sensori neural. Berdasarkan
kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan
menjadi:
a. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB).
b. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB).
c. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB).
d. Gangguan pendengaran berat(71-90dB).
e. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
10
7. Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang sama
dengan dia sebisa mungkin.
8. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu
misalnya makananatau permen karet.
9. Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato Anda
akan lebih sulit untuk mengerti.
10. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan
perlahan.
11. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
12. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
13. Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan
mendengar,periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di telinga orang.
14. Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara.
15. Mengakui bahwa hard-of mendengar orang mendengar dan memahami kurang
baik ketika mereka lelah atau sakit.
16. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang sebanyak mungkin
ketika melakukan pembicaraan.
17. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat bahwa lampu
tidak bersinar dimata orang tuna rungu.
18. Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan cara yang
berbeda untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata asli
berulang;
19. Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan anda lebih
mudah untuk mengerti
20. Menulis pesan jika perlu, biarkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi
dengan oranggangguan pendengaran.
C. Tuna netra
Tunanetra adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami gagguan atau
hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya
Tunanetra dibagi menjadi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih
memiliki sisa penglihatan ( Low Visioan).
Teknik- teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalamigangguan penglihatan:
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan/kehadiran kita ketika
beradadidekatnya.
2. Identifikasi diri kita dengan menyebutkan nama (dan peran) kita
Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual.
3. Nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi klien
11
4. Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata - kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien
5. Informasikan kepada klien ketika kita akan meninggalkanya/memutuskan
komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya
7. Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien dipindah ke lingkungan / ruanga
n yang baru.
Syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasi
en dengangangguan sensori penglihatan adalah:
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluaran nya
harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap
harusdisampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu
lain pemberian informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu
merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk si pasien
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan
sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan,
perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena
dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari
kegiatankomunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat- buat akan
menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhanabaik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu
panjang dan rumitakan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas
maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.
Alasan klien tidak sama, oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik
berkomunikasiyang berbeda pula diantaranya adalah:
12
D. Autisme
Dari beberapa bentuk hambatan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus,
diantaranya yang tidak asing lagi adalah autism. Menurut Baron dan Cohen (1985)
autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita
yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi
yang normal selain itu juga mengalami kesulitan untuk memahami bahwa sesuatu
dapat dilihat dari sudut pandang orang lain. Akibatnya anakanak tersebut terisolasi
dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktifitas dan minat yang
obsesif serta sulit mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bergaul,
sedangkan menurut Sugiarto dan kawan-kawan (2004) mengemukakan bahwa
autis merupakan kondisi anak yang mengalami gangguan hubungan sosial yang
terjadi sejak lahir atau masa perkembangan sehingga menyebabkannya terisolasi
dari kehidupan manusia. Kemudian menurut Wing dan Gould (Wolfberg, 1999),
ada tiga jenis interaksi sosial yang mencirikan anak autistic spectrum disorder
yaitu ; Aloof (bersikap menjauh atau menyendiri), Passive (bersikap pasif), Active
and Odd (bersikap aktif tetapi aneh).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
Daftar Pustaka
431-1802-1-PB.pdf
http://amsarjambia.blogspot.com/2016/06/makalah-komunikasi-teraupetik-pada.html?m=1
jiptummpp-gdl-dewipuspit-33456-2-babi.pdf
https://id.scribd.com/presentation/370096527/Komunikasi-Teraupetik-Pada-Pasien-Dengan-
Kebutuhan-Khusus-1
15