Anda di halaman 1dari 6

Budaya Visual Yunani

1. Tembikar
Sebagian besar seni Yunani kuno diketahui pada masa kini dari gambar-gambar yang
dilukis pada tembikar. Salah satu kelebihan tembikar adalah bahwa meskipun benda ini
dapat pecah, potong-potongannya dapat disatukan kembali. Selain itu banyak tembikar yang
ditemukan dalam keadaan utuh, khususnya di makam-makam Etruria.

Gaya lukis pada tembikar Yunani berubah-ubah seiring waktu, mulai dari Zaman Batu hingga
periode Hellenistik. Salah satu pembagian periode gaya tembikar Yunani kuno adalah
sebagai berikut:

a. Zaman Batu
Ketika orang-orang di Yunani mulai membangun rumah dan desa, dan mulai
bercocok tanam dan beternak, mereka juga mulai membuat tembikar. Periode Neolitikum
ini berlangsung sekitar 6000 SM. Awalnya, tembikar Yunani dibuat polos, namun dengan
cepat orang-orang mulai membuat tembikar dengan beragam hiasan. Tembikar Yunani
berhias jenis awal ini kini disebut Barang Pelangi, berdasarkan cara warna-warnanya saling
bercampur, meskipun sebenarnya warnanya hanyalah hitam dan merah.

Pada Neolitikum Pertengahan, orang Yunani mulai membuat jenis tembikar lainnya dengan
hiasan berupa pola-pola geometris berwarna merah dan putih, yang dikenal sebagai Brang
Sesklo. Sesklo amat terkenal di Yunani dan sekitarnya, saking terkenalnya, sejumlah kota
bahkan membuat tiruan dengan harga murah bagi orang-orang yang tak mampu membeli
barang aslinya.

Pada Neolitikum Akhir, orang-orang Dimini membuat tembikar jenis baru dengan warna
hitam dan krem yang juga disebut dengan Barang Dimini. Tembikar jens ini kemungkinan
dipengaruhi oleh seni Asia Barat.
b. Zaman Perunggu Awal
Ketika bangsa India-Eropa tiba di Yunani sekitar 2100 SM, mereka membawa jenis
tembikar baru yang disebut Barang Minya. Barang Minya hanya memiliki warna abu-abu,
namun bentuk-bentuknya cukup unik.

Ada perbedaan besar pada proses pembuatan tembikar pada masa ini dibandingkan dengan
tembikar Zaman Batu, yaitu bahwa Barang Minya dibuat menggunakan roda tembikar
sehingga proses pembuatan tembikar bisa menjadi lebih cepat dan lebih mudah, yang
membuat harga tembikar menjadi lebih murah. Akibatnya, lebih banyak orang yang dapat
membeli tembikar.

c. Zaman Perunggu Akhir


Pada Zaman Perunggu Akhir, atau disebut juga periode Mykenai, sekitar 1500 SM,
para perajin Yunani mulai membuat tembikar dengan hiasan berupa gambar-gambar. Warna
latarnya biasanya berwarna krem dan gambarnya dibuat dengan warna hitam atau merah.
Terkadang, gambarnya hanyalah pola-pola geometris. Kali lainnya, gambarnya berupa orang
yang sedang berkelahi, orang yang mengendarai kereta perang, atau makhluk liar khayalan
yang terilhami oleh seni dari Asia Barat.
Pada akhir periode Mykenai, setelah orang Hellen menaklukan Yunani, para perajin Mykenai
mulai meniru gaya tembikar Minoa (Kreta). Orang Minos sendiri senang membuat gambar
makhluk laut yang liar, ikan, rumput laut, dan gurita. Sementara tiruan buatan orang-orang
Mykenai jauh lebih kaku dan lebih simetris.

d. Zaman Kegelapan (Sub-Mykenai)


Peradaban Mykenai runtuh sekitar 1200 SM, dan Yunani memasuki Zaman
Kegelapan. Akibatnya pembuatan tembikar Mykenai pun mengalami penurunan. Banyak hal
yang lebih penting daripada membuat tembikar. Selain itu tidak ada lagi orang yang mau
membeli tembikar. Ditambah lagi, sudah tak ada lagi yang tahu cara membuat tembikar.
Sebagian besar tembikar Zaman Kegelapan dibuat di rumah oleh orang-orang yang tidak
tahu banyak mengenai seni pembuatan tembikar. Mereka membuat tembikar dengan
tangan alih-alih roda tembikar, dan tembikar yang dihailkan bentuknya miring dan tanpa
hiasan apapun. Gaya tembikar pada masa ini disebut tembikar Sub-Mykenai. Bahkan
beberapa pot yang dibuat dengan gaya Mykenai bentuknya tidak rapi dan cenderung miring.
Gambar gurita atau rumput laut hanya berupa satu atau dua garis bergelombang di sekitar
perut pot.
Namun Zaman Kegelapan Yunani akhirnya berakhir sekitar 1000 SM atau 900 SM, dan orang-
orang kembali membuat pot dengan kualitas yang lebih baik. Gaya tembikar pada masa ini
kini disebut Proto-Geometris. Salah satu ciri dari gaya baru ini adalah banyak pola lingkaran
pada bagian luar maupun bagian dalam pot. Pola lingkaran ini terkenal karena pada masa
tersebut diciptakan sebuah alat yang bentuknya mirip kompas namun memiliki banyak kuas.
Dengan alat tersebut, perajin tembikar dapat membuat pola lingkaran dengan cepat dan
mudah.

e. Geometris
Secara perlahan, tembikar Sub-Mykenai pada Zaman Kegelapan Yunani berkembang
menjadi sebuah gaya baru yang disebut Geometris. Seiring waktu berjalan di Yunani pada
Periode Arkaik, sekitar tahun 900 SM, orang kembali menginginkan tembikar dengan kualitas
yang bagus sehingga para perajin pun meningkatkan kualitas pembuatan tembikar mereka.
Kali ini hiasan yang diberikan bukan hanya garis bergelombang seperti pada gaya Sub-
Mykenai, melainkan banyak garis dan pola yang memenuhi pot. Diduga bahwa para perajin
Yunani meniru pola-pola itu dari pakaian orang Asia Barat yang mereka peroleh melalui
perdagangan dengan bangsa Fenisia.

Dua kota yang secara khusus mengembangkan cara spesial dalam menghias pot adalah
Korinthos dan Athena. Di Korinthos, banyak berlabuh kapal-kapal Fenisia dan orang-orang di
sana mulai membuat pot kecil untuk minyak wangi yang mereka hias dengan gambar
hewan-hewan mitos dengan gaya Asia Barat. Gaya ini menjadi populer, dan dengan cepat
para perajin di Athena mulai ikut mencoba membuat pot yang dapat dijual dengan harga
tinggi.

Orang Athena tidak begitu tertarik dengan Asia Barat seperti orang Korinthos, sehingga
mereka pun membuat gaya yang berbeda. Di Athena, para perajin menghias pot mereka
dengan adegan-adegan dari mitologi Yunani, terutama dari naskah Iliad karya Homeros.
Supaya gambarnya muat, mereka membuat pot yang lebih besar daripada pot buatan
perajin Korinthos.
f. Figur Hitam
Di Athena pada periode Arkaik, para perajin terus membuat pot tanah liat dengan hiasan
adegan mitologi. Secara berangsr-angsur, hiasan adegan mitologi semakin-lama semakin
banyak dan dekorasi geometris semakin sedikit. Pada saat yang sama, dikembangkan teknik
lukisan yang baru. Alih-alih melukis tokoh hanya dalam bentuk garis, para perajin Athena
mulai melukis tokoh dalam bentuk siluet. Ini disebut figur hitam, karena tokoh-tokohnya
dilukis dengan warna hitam. Pada awalnya, para perajin Athena tidak ahli dalam
menggambar orang, dan tokoh-tokoh hasil lukisan mereka terlihat aneh. Seiring waktu,
mereka semakin baik dalam melukis orang. Mereka mulai lebih memperhatikan cara
menggamabr otot dan mata. Mereka juga amat berhati-hati dalam menata tokoh dalam
gambar supaya nampak indah. Salah satu perajin Athena yang paling terkenal adalah
Exekias. Perajin terkenal lainnya dipanggil pelukis Amasis. Tembikar figur hitam bertahan
hingga sekitar 525 SM.

2. Patung
Tidak banyak patung Yunani yang masih ada pada masa modern. Pada Abad
pertengahan, patung-patung Yunani kurang dihargai, sehingga banyak patung Yunani kuno
yang dibakar untuk kemudian dijadikan bahan bangunan. Di banyak situs arkeologi besar
Yunani, terdapat tempat pembakaran kapur Abad Pertengahan, yang dulu digunakan untuk
membakar patung Yunani kuno.

Beberapa patung Yunani dikenal tidak dari patung aslinya, melankan dari tiruannya yang
dibuat oleh Romawi.

Periode gaya patung :


a. Zaman Batu : Patung Venus Willendrof
Patung Yunani tertua yang diketahui adalah figurin kecil yang dicetak menggunakan tanah
liat dan dibuat dari batu kapur, tingginya sekitar 5-10 inci. Patung-patung pada masa ini
kebanyakan adalah perempuan, dan biasanya berupa perempuan gemuk, dengan paha dan
payudara yang besar. Arkeolog menyebut patung jenis ini sebagai figurin "steatopygous",
yang berarti figurin berbokong besar. Kemungkinan figurin ini digunakan untuk tujuan
keagamaan, barangkali sebagai jimat kesuburan untuk membuat tanaman tetap tumbuh.

b. Zaman Perunggu : Patung Minos


Pada Zaman Perunggu, tidak banyak banyak patung dibuat di Yunani. Di Kreta, antara tahun
1700 dan 1450 SM, bangsa Minos membuat banyak figurin berukuran sedang, biasanya dari
perunggu dan gading. Beberapa figurin ini menunjukkan perempuan yang memegang ular,
kemungkinan sebagai penggambaran dewi atau pendeta. Figurin lainnya menggambarkan
minat orang Minos terhadap alam dan gerakan yang indah, seperti pria yang melompati
banteng. Sejumlah figurin lainnya menggambarkan sapi atau banteng, yang juga mmeiliki
makna keagamaan.

c. Zaman Kegelapan : Patung Kentaur Terakota


Pada Zaman Kegelapan Yunani, orang-orang tidak membuat patung besar. Mereka lebih
banyak membuat figurin kecil, dan banyak di antaranya dibuat dari perunggu. Patung-patung
ini biasanya ditaruh di mezbah suci dan dibuat sebagai hadiah bagi para dewa. Beberapa
adalah patung prajurit berzirah, dan kuda, sedangkan beberapa lainnya adalah patung rusa.

d. Zaman Arkeik : Patung Kouros dan Kore


Orang Yunani belajar cara membuat patung batu besar dari orang Mesir. Pada masa itu,
banyak orang Yunani yang bekerja di Mesir sebagai tentara bayaran, sehingga mereka dapat
mengamati patung Mesir dan cara pembuatannya. Salah satu ciri patung jenis ini adalah
kedua kaki yang dibuat tidak sejajar, satu kaki diposisikan lebih ke depan sedangkan kaki
lainnya lebih ke belakang. Ini dilakukan supaya patung dapat berdiri kokoh.

e. Zaman Severe : Patung Apollo dan Dewi Taranto


Sekitaran waktu seusai Pertempuran Marathon, pada tahun 490 SM, para pematung Yunani
mulai berkarya dengan gaya baru, yang disebut gaya Severe. Dengan gaya ini, para seniman
mulai membuat parung yang lebih hidup, dengan emosi dan perasaan di wajah dan gerakan
patungnya. Jika sebelumnya, pose patung hanya berdiri tegak dengan wajah khidmat dan
damai saja, kini posenya lebih beragam, ada yang mengendarai kereta prang, membawa
suatu benda, melempar tombak, atau menunggang kuda.

f. Zaman Klasik : Patung tiruan Romawi seperti Dewi Athena dan Doryphoros [karya Phidias
dan plykleitos

g. Hellenistik : Patung Hermes dan Aphrodite [Praxiteles]


Ada beberapa pematung terkenal dari periode Hellenistik. Salah satunya adalah Praxiteles,
yang berkarya sekitar tahun 340-an SM. Dia membuat patung Hermes dan bayi Dyonisos di
kuil. Praxiteles juga membuat patung Aphrodite yang menurut orang-orang begitu hidup,
sampai-sampai ada pria yang jatuh cinta dan berusaha mencium patung itu. Namun patung
aslinya kini sudah tidak ada dan hanya ada tiruannya buatan Romawi.

3. Lukisan
Orang Yunani mulai melukis sejak Zaman Perunggu hingga penaklukan oleh Romawi dan
bahkan terus setelah itu. Akan tetapi, sebagian besar lukisan Yunani kuno telah hilang atau
hancur. Yang aneh adalah bahwa pada masa kini ada lebih banyak lukisan dari periode yang
lebih lama daripada lukisan dari periode yang lebih baru. Ini karena beberapa lukisan Zaman
perunggu terkubur oleh letusan gunung berapi (misalnya di Pompeii) dan yang lainnya
terkubur akibat gempa bumi, sehingga lukisan-lukisan itu tidak hancur dan dapat ditemukan
kembali. Sedikit dari lukisan dari periode yang lebih baru ditemukan pada dinding makam di
bawah tanah, yang membuat lukisan-lukisan ini tidak hancur.
a. Zaman Perunggu
Lukisan-lukisan Yunani tertua yang ada pasa masa kini berasal dari Zaman Perunggu Akhir.
Lukisan-lukisan itu ditemukan di pulau Kreta, yang dihuni oleh bangsa Minos. Orang Minos
melukis untuk memberi hiasan dan dekorasi pada dinding istana para raja dan ratu Minos.
Ketika dinding istana diplester, orang Minos melukis pada plester yang basah itu, sehingga
catnya akan menyerap ke dalam plester ketika plesternya mengering. Ini disebut lukisan
fresko. Orang Minos amat tertarik pada alam dan mereka senang mulukis tanaman serta
hewan. Selain itu, orang Minos juga suka melukis manusia, misalnya pejabat, kawan, dan
budak mereka.
4. Arsitektur
Arsitektur Yunani Kuno adalah karya arsitektur yang dihasilkan oleh orang berbahasa Yunani
(orang Helenik) yang budayanya berkembang di daratan Yunani dan Peloponnesos,
Kepulauan Aegea, serta koloni-koloninya di Anatolia dan Italia sepanjang suatu periode dari
kr. 900 SM sampai abad ke-1 M, yang mana karya-karya arsitektural paling awal yang masih
terlestarikan berasal dari sekitar tahun 600 SM.[1] Arsitektur Yunani Kuno terkenal karena
kuil-kuilnya, banyak diantaranya yang ditemukan di seluruh wilayah tersebut, kebanyakan
berupa reruntuhan tetapi banyak yang pada dasarnya utuh. Jenis bangunan penting kedua
yang bertahan sepanjang dunia Helenik adalah teater ruang terbuka, dengan tarikh tertua
sekitar tahun 350 SM. Bentuk-bentuk arsitektural lainnya yang dapat menjadi bukti adalah
gerbang prosesional (propylaea), alun-alun publik (agora) yang dikelilingi deretan pilar
bertingkat (stoa), gedung dewan kota (bouleuterion), monumen publik, makam monumental
(mausoleum), dan stadium. Arsitektur Yunani Kuno dapat dibedakan dari karakteristiknya
yang sangat formal, baik struktur maupun dekorasi. Hal ini khususnya terjadi dalam kasus
kuil-kuil di mana masing-masing bangunan tampaknya dipahami sebagai suatu entitas
pahatan di dalam lanskapnya, kebanyakan dibangun di dataran tinggi sehingga keanggunan
proporsinya dan efek cahaya pada permukaannya dapat terlihat dari semua sudut.[2]
Nikolaus Pevsner menunjuk pada "bentuk plastis dari kuil [Yunani] tersebut.....ada di
hadapan kita dengan suatu kehadiran secara fisik yang lebih intens, lebih hidup daripada
bangunan apapun di kemudian hari"
a. Parthenon (Yunani Kuno: Παρθενών) adalah kuil Yunani yang dibangun untuk dewi
Athena, pelindung Athena pada abad ke-5 SM. Parthenon dianggap sebagai simbol Yunani
Kuno dan demokrasi Athena, dan merupakan salah satu monumen budaya terbesar dunia.
b. Temple of Olympian Zeus
Kuil Olympian Zeus ( bahasa Yunani : Ναός του Ολυμπίου Διός , Naós tou Olympíou Diós ),
juga dikenal sebagai Olympieion atau Kolom dari Olympian Zeus , adalah bekas kuil kolosal di
pusat ibukota Yunani , Athena . bagian penting dari kuil tetap hari ini, terutama enam belas
kolom raksasa asli, dan terus menjadi bagian dari situs arkeologi yang sangat penting dari
Yunani. Kuil Zeus di Olympia adalah kuil Yunani kuno di Olympia, Yunani , didedikasikan
untuk dewa Zeus . Bait suci itu, dibangun pada kuartal kedua abad kelima SM, adalah model
kuil Yunani Doric yang sepenuhnya dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai