(To KSNP 2) - Soal Biologi Sma

BIDANG : BIOLOGI
SOAL
TO KSNP EDISI II
Medan, 11 Juli 2020
Naskah soal ini terdiri dari 25 soal dalam bentuk

Boleh menggunakan kalkulator
Pilihan Berganda (60 menit)
Selama lomba berlangsung, tidak diperkenankan

Tuliskan data peserta pada lembar jawaban di bertanya atau meminta penjelasan mengenai soal –
tempat yang disediakan soal yang diujikan kepada siapapun, termasuk
panitia pengawas.
Jawablah lebih dahulu soal – soal yang menurut

Pikirkanlah sebaik – baiknya sebelum menjawab
Anda mudah, kemudian lanjutkan dengan menjawab
tiap soal, setiap soal memiliki nilai yang berbeda-
soal – soal yang lebih sukar sehingga semua soal
beda seperti yang terdapat dalam soal
terjawab
Hitamkan pilihan pada Lembar Jawaban Untuk keperluan coret – mencoret harap pergunakan
Komputer (LJK) sesuai dengan pilihan jawaban tempat yang terluang pada naskah soal ini dan
Anda dengan menggunakan pensil 2-B jangan sekali – kali menggunakan lembar jawaban
Setelah lomba selesai, harap saudara duduk di

Perhatikan agar lembar jawaban tidak kotor,
tempat saudara sampai pengawas datang ke tempat
tidak basah, tidak terlipat dan tidak sobek
saudara untuk mengumpulkan lembar jawaban
TINGKAT: SMA/MA
BIDANG
BIOLOGI
Penyelenggara :
posipelatihan P O S I
(PELATIHAN OLIMPIADE SAINS INDONESIA)
Posi Pelatihan Olimpiade Head Office : Jl. Karya Kasih (Komp. Johor Vista No. 8)
Posi Pelatihan Olimpiade Pangkalan Masyhur, Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara
www.posi.or.id Contact Person : 0822 – 8796 - 7301
Posi Pelatihan
(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS~HEBAT~JUARA

FOKUS – HEBAT – JUARA Page 1 of 49
BIDANG : BIOLOGI
Biologi Sel, Molekuler, Mikrobiologi, dan Bioteknologi
1. Strategi rekombinasi Cre-loxP telah dikembangkan sebagai metode manipulasi genom dan berhasil
diaplikasikan di tahap kultur sel hingga organisme, seperti yeast, tumbuhan, tikus dan organisme tingkat tinggi
lainnya. Sistem ini terdiri dari dua komponen: (1) Cre, yaitu topoisomerase I dari bakteriofage P1 yang
mengkatalisis rekombinasi situs spesifik dari dua lokus loxP, dan (2) situs loxP adalah situs yang terdiri atas 34
basa nukleotida dengan orientasi sekuens tertentu. Recombinase Cre akan mennyejajarkan dua situs loxP dengan
orientasi yang sama, memutuskan duplex yang terbentuk pada daerah yang sama, kemudian menyambungkan
setiap untai dengan untai lainnya (Gambar A). Lokasi kedua situs loxP pada genom akan menentukan hasil
rekombinasi: apakah akan mengalami inversi, translokasi, ataupun delesi. Di bawah ini adalah dua kemungkinan
orientasi dari dua situs loxP pada satu untai DNA sama di genom yang selanjutnya dapat mengalami rekombinasi
bila Cre diekspresikan pada sel tersebut (Gambar B). Strategi rekombinasi tersebut juga dapat dilakukan
menggunakan sistem yang berbeda, seperti sistem Flp-FRT. Flp atau Flippase merupakan rekombinase yang
dikembangkan dari Saccharomyces cerevisiae yang akan mengenali situs FRT. Menariknya, dalam sebuah
desain manipulasi genom, peneliti dapat memanfaatkan kedua sistem rekombinase tersebut bersamaan.
Sebuah penelitian dirancang menggunakan dua sistem rekombinase di atas untuk dapat memanipulasi ekspresi
dari genom tikus transgenik. Pada kasus tersebut, tikus telah direkayasa sehingga genom tikus akan memiliki
konstruksi gen seperti di bawah ini (Gambar D). Sebagai marker positif, konstruksi tikus transgenik
mengandung dua gen marker, yaitu gen lacZ dan gen resistensi neomycin. Konstruksi yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki 2 situs FRT dan 3 situs loxP. Keterangan: SA menunjukkan sekuens splicing acceptor
dan pA menunjukkan sekuens poliadenilasi. Konstruksi gen wild type (WT) pada penelitian tersebut memiliki 3
ekson (Gambar C, garis putus-putus menunjukkan pola splicing normal). Ekspresi dari konstruksi gen tersebut
bergantung pada rekombinase manakah yang diekspresikan oleh sel target.
Berdasarkan keterangan dan data penelitian di atas, tentukan apakah pernyataan ini benar/salah!
Bila sel target mengekspresikan rekombinase Cre, fungsi gen akan terdisrupsi. Akan tetapi, bila sel target
mengekspresikan recombinase Flp, fungsi gen tidak mengalami disrupsi.
FOKUS – HEBAT – JUARA Page 2 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020)
BIDANG : GEOGRAFI
2. Onkogen Fos dan Jun masing-masing mengkode protein yang dapat berinteraksi dan membentuk sebuah
regulator transkripsi heterodimer. Domain Leucine zipper pada setiap protein tersebut akan memediasi
dimerisasi melalui interaksi coiled-coil. Dimerisasi tersebut memposisikan domain penempelan DNA dari setiap
protein agar dapat berinteraksi dengan situs regulatori pada molekul DNA. Regulator transkripsi yang berupa
heterodimer Fos-Jun tersebut dapat menempel pada sebuah sekuens khusus, yaitu AP-1 DNA. Seorang peneliti
ingin mengetahui dinamika interaksi heterodimer Fos-Jun (baik pada keberadaan AP-1 atau tidak) menggunakan
metode Flourescence Resonance Energy Transfer (FRET). Fos direkayasa agar memiliki tag berupa molekul
fluorescein (Fos-F) dan Jun direkayasa agar memilikitag berupa molekul rhodamine (Jun-R, Gambar A).
Fluorescein menyerap cahaya pada panjang gelombang 490 nm dan mengemisikan cahaya pada 530 nm. Di sisi
lain, rhodamine menyerap cahaya pada 530 nm dan mengemisikan cahaya pada 603 nm. Ketika Fos-F dan Jun-
R secara spasial berdekatan akibat dimerisasi, energi cahaya yang diserap fluorescein pada 490 nm akan secara
efisien ditransfer menuju rhodamine melalui nonradioactive energy transfer dan teremisi oleh rhodamine pada
603 nm. Peneliti mengukur spektra emisi yang dihasilkan bila Fos-F berada sendiri, Fos-F dan Jun-R bila
diinkubasi bersama, serta Fos-F, Jun-R dan Ap-1 DNA bila diinkubasi bersama (Gambar B). Pengukuran spektra
emisi dilakukan setelah pemberian cahaya 490 nm. Selain tujuan di atas, FRET juga dapat digunakan untuk
mengukur kinetika perpindahan subunit dari bentuk dimer dengan subunit bebas. Peneliti menginkubasi terlebih
dahulu Fos-F dan Jun-R tanpa keberadaan DNA atau dalam keberadaan DNA agar dapat membentuk dimer.
Selanjutnya, dilakukan penambahan Fos tanpa fluorescein sebanyak 10 kali lipat ke dalam kedua kondisi
tersebut. Fluorescense rhodamine pada 603 nm diukur setelah pemberian cahaya pada 490 nm (Gambar C).
Jika dibandingkan heterodimer bebas, heterodimer yang menempel pada DNA bersifat lebih stabil. Kestabilan
heterodimer meningkat karena kedua subunit mampu saling berinteraksi akibat adanya interaksi leucine zipper
motif dan interaksi protein dengan DNA.
(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARA Page 3 of 49
BIDANG : GEOGRAFI
3. Sebuah tim peneliti telah berhasil mengisolasi gen pengkode protein Serglycin dari kultur sel kanker manusia.
Open reading frame Serglycin tersebut diinsersi ke dalam vektor pBluescript. Tim tersebut ingin mempelajari
sekresi protein ini di sel endothelial dan epithelial. Untuk itu, mereka perlu membuat protein Serglycin
rekombinan yang memiliki tambahan sekuens peptida epitope myc dan His-tag pada ujung C terminal (Gambar
A) yang dinamakan Serglycin-Myc-His. His-tag akan mempermudah purifikasi protein menggunakan
kromatografi afinitas. His-tag dan sekuens epitope myc juga mempermudah analisis protein rekombinan karena
dapat dideteksi menggunakan antibodi. Untuk tujuan tersebut, ORF Serglycin akan dikloning ke dalam vektor
ekspresi mamalia lainnya, yaitu pcDNA3.1(-)/Myc-His C. Peta vektor pcDNA3.1(-)/Myc-His C disajikan pada
Gambar B.
Agar ekspresi Serglycin-Myc-His dapat terjadi tanpa interupsi, situs kloning 3’ yang digunakan harus berupa
BamHI, Asp718I, KpnI, atau HindIII. Insert ORF yang dikloning harus memiliki kodon start sendiri, tetapi tidak
boleh mengandung stop kodon.
BIDANG : GEOGRAFI
4. Sebelumnya, pembentukan microRNA diketahui berasal dari precursor Pri-miRNA transcript. Selanjutnya,
mirtron berhasil ditemukan sebagai salah satu bentuk microRNA yang berasal dari intron mRNA. Intron hasil
splicing ini melewati (bypass) jalur pemotongan DROSHA yang biasanya dilalui dalam pembentukan miRNA
dari pri-miRNA transcript. Walaupun demikian, mitron tetap dikenal memiliki fungsi yang sama seperti
microRNA klasik, yaitu meregulasi ekspresi gen dengan mendestabilisasi mRNA atau menghambat translasi
mRNA untuk menjadi protein. Jalur biogenesis mitron dan miRNA klasik dipaparkan pada Gambar A.
Pembelahan sel manusia dapat tidak terkendali akibat ekspresi mitron yang abnormal, baik up-regulated maupun
down-regulated. Untuk itu, Butkyte et al. (2016) melakukan penelitian tentang ekspresi lima mitron (hsa-mir-
1226, hsa-mir-1227, hsa-mir-1229, hsa-mir-1236, dan hsa-mir-1238) di beberapa kultur sel kanker manusia.
Kultur sel kanker manusia yang digunakan bisa berasal dari primary tumor maupun hasil metastasis. Pengukuran
ekspresi mitron dilakukan dengan Real-time RT-PCR dan data diolah sebagai perbedaan ekspresi jika
dibandingkan dengan kontrol kultur sel mamalia normal (HEK293A, embryonic kidney cell culture). Perbedaan
ekspresi (fold change) disajikan dalam bentuk heat map pada Gambar B. Warna pada kotak menunjukkan derajat
perbedaan ekspresi jika dibandingkan dengan ekspresi kontrol.
Mitron hsa-mir-1229, hsa-mir-1236, dan hsa-mir-1238 berpotensi dalam profiling tipe sel kanker.
BIDANG : GEOGRAFI
5. Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif yang transkripsi gen virulensi atau kolonisasinya diatur
oleh sistem quorum sensing. Dua sistem quorum sensing di P. aeruginosa yang bergantung pada molekul signal
N-asil homoserin lakton (AHL) adalah LasI/R dan RhlI/R (Gambar A). Pada sistem LasI/R, lasI mengatur
sintesis N-3-oxo-dodecanoil-homoserin lactone/C12-3-oxo-HSL (S1) yang akan menempel dan mengaktivasi
regulator LasR yang selanjutnya mengaktifkan ekspresi gen target. Pada sistem RhlI/R, RhlI mengatur sintesis
N-butanoil -homoserin lactone/C4-HSL (S2) yang akan menempel daN mengaktivasi regulator RhlR yang
selanjutnya mengaktifkan ekspresi gen target. Target gen dapat berupa gen yang yang berperan dalam produksi
surfaktan seperti rhamnolipid yang dibutuhkan untuk motil. Pada bakteri WT, kedua sistem fungsional dan
memiliki fenotipe sel tumbuh cepat, motil dan memiliki morfologi koloni bercabang.
Venturi et al. (2010) membuat beberapa mutan delesi untuk mempelajari pengaruh sistem quorum sensing
terhadap kemampuan translokasi bakteri dalam medium tumbuh. Bakteri mutan yang dihasilkan adalah mutan
tunggal dan mutan ganda pada gen terkait sistem quorum sensing. Mutan ganda pada kedua gen yang berperan
dalam pembentuk signal komunikasi (lasI dan RhlI) disebut mutan Signal Negatif (SN). Mutan ganda pada
kedua gen yang berperan dalam menerima signal (LasR dan RhlR) disebut mutan Signal Blind (SB). Dalam
percobaan, dua jenis mutan saling ditumbuhkan pada media secara bersamaan dan menghasilkan fenotipe yang
terlihat pada cawan petri. Fenotipe yang terlihat adalah apakah bakteri dapat motil sempurna/’swarming’, tidak
motil sama sekali/ ‘noswarming’ atau terhambat/’collapse’.
Pada strain Pseudomas Aeruginosa ini, sistem lasI/R memiliki peranan yang kecil dalam motilitas, sedangkan
sistem RhlI/R memiliki peranan yang signifikan dalam motilitas bakteri.
BIDANG : GEOGRAFI
6. Chalcone (1,3-diphenyl-2-propen-1ones) adalah prekursor flavonoid dan isoflavonoid yang ditemukan pada
tanaman pangan. Metabolit ini memiliki potensi aktivitas antikanker pada berbagai macam sel kanker. Sebuah
tim peneliti mengembangkan derivat chalcone baru yang memiliki atom boron, yang dinamai AM114 (Gambar
A). Sebelumnya, telah diketahui penambahan atom ini pada metabolit serupa mampu meningkatkan
penghambatan sebanyak 5-10 kali lipat pada sel kanker payudara.
Tim Penelitian tersebut melakukan studi awal dan menemukan bahwa pemberian AM114 akan menyebabkan
akumulasi protein p53 bebas dan peningkatan apoptosis. Akibatnya, tim tersebut menduga bahwa AM114
menginduksi apoptosis pada sel kanker dengan mempengaruhi interaksi MDM2 dengan protein p53. Interaksi
antara MDM2 dengan p53 diketahui sebelumnya akan membuat target gen untuk apoptosis tidak terekspresikan
(Gambar B).
B
Untuk menguji hipotesis tersebut tim peneliti melakukan imunopresipitasi (IP) dan imunobloting (IB) dengan
sejumlah protein taget di lisat sel kanker yang diberi AM114. Pertama kali lisat sel kanker HCT116 diberi
perlakukan imunopresipitasi menggunakan antibodi p53. Kemudian, protein yang terpresipitasi dianalisis
menggunakan elektroforesis gel dan dilakukan imunobloting menggunakan antibodi p53 dan antibodi MDM2.
Percobaan ini dilakukan pada kultur sel yang diberi AM114 dengan variasi konsentrasi (Gambar C) dan dilihat
pada waktu yang berbeda (Gambar D). Sebagai kontrol imunopresipitasi digunakan IgG yang tidak mengenali
protein di sel kanker. DMSO yang merupakan pelarut AM114 juga diberikan sebagai kontrol negatif.
C D
BIDANG : GEOGRAFI
Untuk menguji kemungkinan mekanisme induksi apoptosis AM144 yang lain, tim peneliti juga melakukan
imunopresipitasi (IP) menggunakan antibodi p53 dan imunobloting (IB) menggunakan antibodi ubiquitin
(Gambar E). Selanjutnya, mereka juga melakukan imunobloting langsung terhadap lisat sel kanker
menggunakan antibodi ubiquitin untuk melihat profil protein seluler secara keseluruhan (Gambar F).
E
AM114 menginduksi apoptosis pada sel kanker dengan cara mendisrupsi interaksi protein MDM2-p53. AM114
juga menghambat degradasi protein p53 sehingga terjadi akumulasi protein p53 terubiquitin di sel.
BIDANG : GEOGRAFI
7. Selain operon, terdapat kontrol ekspresi gen prokariot lainnya, yaitu riboswitches. Riboswitches merupakan
elemen RNA non-coding pada mRNA yang dapat berinteraksi dengan sebuah ligand dan mengakibatkan
perubahan ekspresinya. Chauvier et al. (2016) mempelajari riboswitch thiC dengan ligand tiamin pirofosfat
(TPP) pada E. coli. Riboswitch thiC dapat mengalami perubahan struktur sekunder akibat ada atau tidaknya
interaksi dengan ligand TPP. Struktur sekunder pertama memungkinkan Ribosom Binding Site (RBS) terakses
oleh ribosom, sedangkan struktur sekunder lainnya tidak.
Dalam percobaan ini, mRNA yang terbentuk didigesti menggunakan RNAse H (RH). RH hanya bisa
mendegradasi RNA pada untai hibrid RNA-DNA. Pada percobaan ini, hibrid DNA-RNA terbentuk akibat
penambahan probe DNA yang mengenali bagian P1 pada riboswitch dan bagian ribosom binding site (RBS),
(Gambar A). Hibrid antara probe dan untai RNA yang terbentuk inilah yang menjadi sasaran RNAse H. Saat
untai RNA berada dalam keadaan untai ganda, probe DNA tidak bisa menempel. Transkrip RNA yang
diinkubasi dengan RH kemudian divisualisasikan pada gel agarosa (Gambar B) sehingga mampu menunjukkan
produk mRNA yang tidak terpotong/Full Length (FL) atau terpotong (P).
A B
Keberadaan TPP menyebabkan mRNA yang diatur oleh riboswith thiC dapat ditranslasi.
BIDANG : GEOGRAFI
8. Inhibitor dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk menganalisis fungsi organel mitokondria, terutama mengenai
rantai transport elektron dan produksi ATP. Di bawah ini merupakan 3 pola pengaruh pemberian inhibitor pada
penggunaan oksigen oleh organel mitokondria (Gambar A, B, dan C). Sumbu Y menunjukkan jumlah oksigen
yang terukur menggunakan elektroda pendeteksi oksigen. Laju konsumsi oksigen akan ditunjukkan oleh gradien
pada grafik tersebut, dengan konsumsi berlaju cepat ditunjukkan oleh grafik yang turun secara tajam. Grafik
dihasilkan dalam kondisi percobaan mitokondria ditambahkan pada larutan buffer fosfat mengandung suksinat
sebagai sumber elektron untuk rantai respiratori. Setelah beberapa saat, ADP ditambahkan dan diikuti oleh
inhibitor.
Sebuah tim peneliti telah menyiapkan dua jenis molekul inhibitor untuk eksperimen mitokondria. Inhibitor
pertama adalah Atractyloside yang diperoleh secara natural dari keluarga tumbuhan daisy (Gambar D). Inhibitor
ini dapat menempel dan menghambat aktivitas ADP/ATP translocase pada membran dalam mitrokondria.
Inhibitor kedua adalah FCCP yang merupakan ionofor proton yang akan membuat membran mitokondria
(Gambar E).
D E
Atractyloside FCCP
Atractyloside menghasilkan pola grafik A, sedangkan FCCP menghasilkan pola grafik C.
(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 10 of 49

BIDANG : GEOGRAFI
9. Rapsyn adalah protein scaffold yang diperlukan untuk clustering reseptor asetilkolin pada kontak antara neuron
moton dan sel otot yang telah terdiferensiasi. Rapsyn diekspresikan pada sel yang tidak mengekspresikan
reseptor asetilkolin dan fungsinya tersebut belum diketahui secara pasti. Aitalleb et al. (2015) ingin mengetahui
apakah protein Rapsyn berperan dalam distribusi dan mobilitas organel di sel tersebut. Pertama, kultur sel
mioblast C2C12 di-ko-transfeksi menggunakan Rapsyn terlabeli GFP (Rapsyn-GFP) dan dengan salah satu dari
3 jenis protein marker terlabeli mCherry. Protein marker yang digunakan adalah Lamp1 (marker lisosom), EEA1
(marker early endosome) dan ManII (marker Golgi). Distribusi protein-protein tersebut di sel secara langsung
diamati menggunakan mikroskop konfokal (Gambar A). Kolom pertama menunjukkan pengamatan dengan
filter mCherry, kolom kedua menunjukkan pengamatan dengan filter terhadap pendaran GFP, dan kolom ketiga
menunjukkan pengamatan pendaran mCherry serta GFP secara bersamaan (overlay/merge). Baris pertama
menunjukkan kultur sel yang dikotransfeksi dengan Rapsyn-GFP dan Lamp1-mCherry, baris kedua untuk
Rapsyn-GFP dan EEA1-mCherry, dan baris ketiga untuk Rapsyn-GFP dan ManII-mCherry.
Untuk set percobaan kedua, kultur sel hanya ditransfeksi dengan Rapsyn-GFP, kemudian sel difiksasi untuk
diimunostaning menggunakan antibodi terhadap protein marker organel (Lamp1 untuk lisosom, EEA1 untuk
early endosome, dan GM130 untuk golgi. DAPI digunakan untuk mewarnai DNA pada preparat fiksasi kultur
sel. Pengamatan dilakukan menggunakan filter pendaran yang berbeda (kolom pertama untuk mCherry, kedua
untuk GFP dan ketiga untuk DAPI, dan keempat bersamaan) seperti set percobaan pertama (Gambar B).

BIDANG : GEOGRAFI
Rapsyn secara spesifik terlokalisasi pada lisosom dan Golgi.

BIDANG : GEOGRAFI
10. Pada siklus pembelahan sel di Saccharomyces pombe, fase G1 sangat pendek, sedangkan fase G2 menjadi sangat
panjang jika dibandingkan dengan pembelahan spesies yeast lainnya. Anda memperoleh sebuah mutan S. pombe
yang memiliki mutasi pada suatu protein sehingga menjadi sensitif pada temperatur tinggi. Saat mutan
ditumbuhkan pada suhu tumbuh normal, yaitu 25°C, yeast tersebut memiliki siklus sel normal dan ukuran sel
yang normal. Namun, saat dipindahkan ke lingkungan bertemperatur tinggi, yaitu 37°C, yeast mengalami fase
G2 yang lebih pendek jika dibandingkan dengan kondisi normal. Pertumbuhan kontinyu pada suhu tersebut
membuat mutan yeast tersebut memiliki lama waktu siklus sel yang normal, akan tetapi lama fase G1 menjadi
panjang.
Berdasarkan pada keterangan di atas, tentukan apakah pernyataan berikut ini benar/salah!
Mutan yeast mengalami kerusakan protein yang berperan dalam pengaturan checkpoint G2 dan G1.

BIDANG : GEOGRAFI
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan
11. Secara global, Bumi didominasi tanaman berstategi fotosintesis C3, sedangkan tanaman C4 hanya menyumbang
sekitar seperlima dari netto produktivitas primer di daratan. Tanaman C3 dan C4 mengalami fenomena kenaikan
level karbon dioksida atmosfer (elevated CO2/eCO2). Secara teoritis, kita memprediksikan bahwa tanaman C3
akan mengalami keuntungan yang besar akan kenaikan level karbon dioksida atmosfer, sedangkan tanaman C4
tidak terpengaruhi. Reich et al (2018) mempublikasikan hasil penelitiannya terhadap respon tanaman C3 dan C4
terhadap eCO2 berdasarkan pada penelitian lapangan selama 20 tahun (1998-2017). Mereka mengukur total
biomassa tanaman C3 dan C4 baik yang berada di atas tanah dan 0-20 cm di bawah tanah. Pengamatan dilakukan
pada tanaman yang berhabitat di lingkungan yang mengalami kenaikan level karbon dioksida (eCO2, biru) atau
tidak (ambCO2, merah).
Secara lebih dalam, mereka membuat analisis variansi pada empat periode pengamatan yang berdurasi setiap 5
tahun (periode 1998-2002, 2003-2007, 2008-2012, dan 2013-2017). Sumbu Y menunjukkan rerata biomassa
pada kondisi eCO2 dikurangi dengan pada kondisi biasa. Selain itu, juga dilakukan pengukuran terhadap
parameter mineralisasi N pada tanah habitat tanaman yang diteliti. Sumbu Y menunjukkan rerata mineralisasi
N tanah habitat pada kondisi eCO2 dikurangi dengan pada kondisi biasa.
Pada 8 tahun terakhir, biomassa C4 mengalami peningkatan lebih signifikan akibat eCO 2 jika dibandingkan
dengan C3. Fenomena ini berkemungkinan berkorelasi dengan peningkatan laju mineralisasi N akibat eCO 2
pada habitat C4.

BIDANG : GEOGRAFI
12. Fitokrom A adalah fotoreseptor utama yang bertanggung jawab dalam mempersepsikan dan memediasi berbagai
respon berdasarkan pada cahaya merah jauh (FR). Sebuah tim peneliti berhasil mengidentifikasi dua buah mutan
Arabidopsis yang memiliki hipokotil lebih panjang dari wild type pada paparan cahaya merah jauh. Kedua mutan
tersebut memiliki kerusakan pada protein TZP, yaitu Tandem Zinc Finger/Plus3. Mereka melakukan beberapa
perkawinan antara WT dengan mutan tersebut (tzp-1 dan tzp-2) dan diilustrasikan pada Gambar A.
Selanjutnya, mereka mengukur transkrip dari TZP menggunakan RT-qPCR pada WT dan kedua mutan yang
ditumbuhkan pada kondisi pemberian cahaya berbeda (darkness/D, merah jauh/FR, merah /R, biru/B, dan
putih/W). Ekspresi relatif transkrip TZP terhadap perlakuan gelap disajikan pada Gambar B. Mereka juga
mengukur transkrip TZP pada WT, mutan fitokrom dan mutan kriptokrom pada cahaya merah jauh, cahaya
merah, dan cahaya biru. Ekspresi relatif TZP terhadap WT disajikan pada Gambar C.
B
Kedua mutan tzp bersifat resesif dan alelik. Ekspresi TZP diinduksi oleh cahaya, yaitu cahaya merah yang
termediasi phyB, cahaya merah jauh yang termediasi phyA, dan cahaya biru yang termediasi cry1 serta cry2.

BIDANG : GEOGRAFI
13. Seorang peneliti ingin mengeksplorasi peranan ACC, yaitu prekursor etilen pada pembentukan roset. Untuk itu,
dilakukan percobaan pemberian beragam dosis ACC pada tanaman WT col-0 dan tanaman mutan yang tidak
sensitif terhadap etilen, ein2-1. Dalam desain tersebut, pemberian perlakuan gas 1-metilcyclopropene (1-MCP)
berguna untuk secara spesifik menghambat penempelan etilen dengan reseptornya. Respon tanaman terhadap
berbagai konsentrasi ACC dan keberadaan 1-MCP disajikan pada Gambar A. Secara lebih detail, pengukuran
luas area bagian roset tanaman disajikan pada histogram B, C, dan D. Data dengan huruf yang berbeda
menunjukkan data dengan perbedaan signifikan.
ACC dapat secara negatif mempengaruhi pembentukan roset dan dimediasi oleh jalur signaling etilen.

BIDANG : GEOGRAFI
14. Pengaturan perkembangan percabangan merupakan salah satu faktor utama dalam arsitektur tanaman.
Percabangan pada tanaman petunia (Petunia hybrid) diatur oleh gen Decreased Apical Dominance (DAD).
Sebuah tim peneliti menemukan tiga buah mutan yang mengalami pola percabangan abnormal, diberi nama
dad1, dad2, dan dad3. Untuk menganalisis jalur yang berperan dalam pengaturan percabangan di petunia, tim
peneliti melakukan studi awal dengan membuat mutan tunggal dan mutan ganda. Mutan diamati pada fenotipe
jumlah percabangan (Gambar B, hitam untuk jumlah cabang primer dan abu-abu untuk jumlah cabang
sekunder), tinggi tanaman, dan jumlah bunga pada batang utama. Fenotipe mutan ditunjukkan pada Gambar A.
Gen DAD2 berperan pada jalur yang sama dengan DAD1 dan DAD3, akan tetapi mutasi ganda pada gen DAD1
dan DAD3 bersifat aditif.

BIDANG : GEOGRAFI
15. Seorang anak menemukan tanaman A di antara bebatuan yang bersuasana lembab dan menemukan tanaman B
di pekarangan belakang rumahnya. Anak tersebut membuat sayatan organ dari kedua tanaman tersebut dan
hasilnya ditunjukkan di bawah ini.
Tanaman A Tanaman B
Kedua tanaman tersebut memiliki siklus hidup yang didominasi oleh generasi sporofit. Tanaman A memiliki
berkas pembuluh bertipe ampikribal, sedangkan tanaman B adalah kolateral tertutup.

BIDANG : GEOGRAFI
16. Sebuah tim peneliti menemukan mutan brush pada Lotus japonicas yang menunjukkan abnormalitas bergantung
temperatur pada fenotipe pembentukan nodul, akar, dan batang. Pada suhu 26 oC, mutan menunjukkan jumlah
nodul yang lebih sedikit, yang tidak sepenuhnya dikolonisasi oleh bakteri rhizobia. Untuk mempelajari lebih
dalam mengenai mutasi yang terjadi, dilakukan pencangkokan antara scion (batang) dan stock (akar) dengan
berbagai kombinasi.
Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui apakah mutasi tersebut terjadi akibat abnormalitas konsentrasi hormon
auksin. Untuk itu, WT dan mutan diberikan auksin NAA dengan konsentrasi meningkat dari 0,01 hingga 10 uM
dan juga dilakukan pemberian inhibitor Auksin TIBA dengan konsentrasi meningkat dari 5 hingga 100 uM.
Parameter yang diamati adalah panjang akar (E), jumlah nodul per tanaman (F), panjang akar (G), dan jumlah
akar later per tanaman (H).
E F
G H
Fenotipe mutan brush ditentukan oleh genotipe akar dan tidak bergantung pada auksin.

BIDANG : GEOGRAFI
17. Sebuah tim penelitian menginvestigasi peranan reseptor cahaya biru (phototropin1 dan phototropin2) dan ROOT
PHOTOTROPISM 2 (RPT2) pada tata letak serta pemipihan kotiledon di kondisi pemaparan cahaya putih.
Mereka membuat mutan tunggal, ganda, atapun triple untuk mengetahui peranan ketiganya dalam respon
tersebut. Fenotipe yang diamati adalah petiole angles dan leaf flattening index dari kotiledon. Sebagai konfirmasi
tambahan, mutan rpt2 juga ditransformasi dengan gen RPT2 yang fungsional.
RPT2 memediasi fenotipe tata letak dan pemipihan kotiledon serta berkemungkinan berada pada jalur
persinyalan phot1.

BIDANG : GEOGRAFI
18. Konsentrasi logam berat yang tinggi dapat menyebabkan kelainan pada tanaman. Salah satu topik logam berat
yang menarik adalah logam cadmium, logam yang dapat ditemukan dalam komponen fertilizer. Sebuah tim
peneliti mencoba mempelajari pengaruh konsentrasi logam cadmium pada tanaman jagung baik pada kondisi
pemberian GABA eksogen atau tidak. Parameter yang diamati adalah berat basah (FW) dan berat kering (DW)
dari komponen batang dan akar. Data dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan signifikan.
Pemberian GABA eksogen mampu meningkatkan toleransi tanaman jagung terhadap logam cadmium.

BIDANG : GEOGRAFI
Anatomi dan Fisiologi Hewan
19. Berikut adalah skema yang menggambarkan distribusi volume gas pernapasan pada tiga skenario kelainan (A,
B, dan C) pada paru-paru. IRV (inspiratory reserve volume), TV (tidal volume), ERV (exspiratory reserve
volume), RV (residual volume), IC (inspiratory capacity), VC (vital capacity), FRC (functional residual
capacity) dan TLC (total lung capacity). Distribusi volume gas pernapasan pada paru-aru normal ditunjukkan
oleh Normal Lung (NL).
A B C
Bila seseorang mengalami penurunan elastisitas alveolus paru-paru, distribusi volume gas yang terjadi adalah
seperti diagram B.
20. Berikut adalah struktur glomerulus pada manusia dengan arteriola afferent dan arteriola efferent. Perubahan
diameter pada arteriola afferent dan efferent mampu menyebabkan perubahan Glomerular Filtration Rate.
Berikut di bawah ini terdapat beberapa senyawa yang mampu mengubah parameter arteriola pada glomerulus
manusia.
Substansi Resistensi Arteriola Resistensi Arteriola

Afferent Efferent
Adenosine meningkat tidak berubah
Endothelin-1 meningkat meningkat
Calcium channel blocker menurun tidak berubah
Adenosine dan endothelin-1 menyebabkan peningkatan GFR, sedangkan calcium channel blocker menyebabkan
penurunan GFR.

BIDANG : GEOGRAFI
21. Di awal musim penghujan, perairan Australia Utara mengalami penurunan kadar oksigen akibat banyaknya
bahan organik yang terlarut dan mencemari badan air. Tidak hanya itu, tingginya influx asam organik
menyebabkan pH air menjadi sangat rendah. Secara periodik, di awal musim penghujan, jumlah mortalitas ikan
menjadi sangat tinggi akibat fenomena tersebut. Akan tetapi, terdapat dua jenis ikan yang memiliki tingkat
kesintasan yang tinggi pada kondisi tersebut. Wells et al. (2005) mempelajari dua jenis ikan tersebut, yaitu Arius
leptaspis dan Megalops cyprinoides. Karakter penempelan oksigen dengan haemoglobin darah kedua ikan
diteliti dan disajikan pada grafik di bawah ini. Secara berturut dari kiri ke kanan adalah kurva yang diukur pada
kondisi pH berbeda, yaitu 8,2; 7,8; 7,4; 7,0; dan 6,6. Tanda panah pada grafik menunjukkan tekanan parsial
oksigen di dalam perairan (15 mmHg) dan di permukaan perairan (58 mmHg). Tidak hanya itu, parameter P50
dan koefisien hill untuk penempelan oksigen-hemoglobin kedua ikan diukur sebagai fungsi terhadap pH
berbeda. P50 menunjukkan tekanan parsial oksigen yang dibutuhkan haemoglobin untuk mencapai kejenuhan
50%, sedangkan koefisien hill menunjukkan seberapa besar kooperasi oksigen dalam meningkatkan kemampuan
penempelan oksigen dengan haemoglobin.

BIDANG : GEOGRAFI
A. leptaspis merupakan sejenis water-breathing fish yang hidup di dalam perairan, sedangkan M. cyprinoide
merupakan sejenis air-breathing fish yang dapat hidup di dekat permukaan air. Penurunan pH menyebabkan A.
leptaspis mengalami penurunan efek kooperatif oksigen yang signifikan, tetapi tidak mengalami penurunan
afinitas oksigen yang sangat besar jika dibandingkan M. cyprinoide.
22. Hipersensitivitas kontak/Contact hypersensitivity (CHS) adalah respon imunitas termediasi sel T akibat
penempelan hapten pada protein karier di kulit. CHS telah menjadi permasalahan yang umum ditemukan di
negara terindustrilisasi. Sel CD4+ dan CD8+ diduga mempunyai peranan penting dalam respon CHS tersebut,
namun mode aksinya belum diketahui secara pasti. Sebuah tim peneliti memberikan oxazoline (OXA) pada
punggung tikus C57BL6 yang telah dicukur. Setelah lima hari, sel CD4+ dan CD8+ secara selektif diambil dari
limpa tikus tersebut. Kombinasi transfer sel CD4+ dan/atau CD8+ dilakukan secara intravena menuju tikus
resipien RAG-/-. Tikus resipien diuji tantang dnegan pemberian OXA seperti pada Gambar A. Respon
pembengkakan telinga (ear swelling) diukur setelah 24 jam pasca pemberian allergen terakhir (Gambar B).
Pengukuran dilakukan pada parameter rekruitmen eosinofil, neutrofil, makrofag (F4/80+), dendritic (CD11c+),
dan plasmacytoid dendritic cell (PDCA+). Data disajikan pada histogram (Gambar C, D, dan E), tanda *
menunjukkan perbedaan signifikan.
Sel CD4+ saja mampu memediasi respon pembengkakan telinga pada CHS dan keberadaan sel CD8+
mengamplifikasi respon yang dihasilkan. Keberadaan sel T, baik CD4+ maupun CD8+ mempengaruhi populasi
antigen presenting cell di kulit.

BIDANG : GEOGRAFI
23. White et al. (2016) mempelajari perubahan profil otot rangka tikus akibat aktivitas olahraga. Tikus kontrol
adalah tikus berusia 15 bulan dan tidak melakukan olahraga (15M SED). Selanjutnya, tikus tersebut secara rutin
berolahraga berlari pada roda putar. Tikus berusia 23 bulan dan rutin berolah raga (23M EXE) dan tidak
berolahraga (23M SED) juga diteliti profil otot rangkanya. Percobaan ini dilakukan baik pada tikus berkelamin
jantan maupun betina. Pewarnaan histologi pada eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan pewarna
NADH-TR yang akan menunjukkan aktivitas oksidatif sel.
Olahraga mencegah penurunan populasi serabut otot type I (slow twitch type) yang terkait dengan penuaan baik
pada tikus jantan dan betina.

BIDANG : GEOGRAFI
24. Sel parietal adalah sel yang bertanggung jawab atas sekresi asam di lambung. Pada umumnya sel ini berada pada
kondisi resting dan akibat stimulus tertentu, sel parietal akan menghasilkan asam lambung dalam jumlah lebih
besar (Gambar A). Beberapa signal berperan pada sel parietal, yaitu asetilkolin yang dihasilkan oleh neuron
enterik, histamin yang dihasilkan oleh enterochromaffin like cell, gastrin yang dihasilkan oleh G cell, dan
somatostatin yang dihasilkan somatostatin releasing cell. Mekanisme pengaturan sekresi tersebut secara
sederhana digambarkan pada Gambar B. Beberapa faktor dapat mempengaruhi sekresi asam lambung. Untuk
itu, Anda mengkaji hubungannya dengan konsumsi alkohol dan konsumsi obat aspirin (Gambar C).
A B
Konsumsi aspirin dan alkohol mampu meningkatkan sekresi asam lambung dengan mentranslokasi H+/K+
ATPase menuju sisi basolateral sel parietal.

BIDANG : GEOGRAFI
25. Alewife (Alosa pseudoharengus) adalah ikan yang fase larva dan juvenilnya berada di perairan tawar dan
menghabiskan fase dewasanya di perairan asin. Transisi tersebut membuat ikan tersebut perlu melakukan
aklimatisasi pada salinitas yang berbeda. Sebuah tim peneliti mengukur parameter hematokrit, ion klorida pada
plasma darah, dan aktivitas pompa Na+/K+ ATPase di ionosit (Gambar A, B, dan C). Mereka juga ingin
mengenai pengaruh aklimatisasi tersebut terhadap jumlah, densitas, dan ukuran ionosit di insang ikan tersebut
(Gambar D dan E). Tanda * menunjukkan data yang berbeda signifikan dengan kontrol FW.
Aklimatisasi ke perairan asin menyebabkan peningkatan konsentrasi ion klorida plasma, peningkatan aktivitas
Na+/K+-ATPase, namun tidak menyebabkan perubahan nilai hematokrit. Perubahan salinitas ini mempengaruhi
distribusi letak ionosit, tetapi tidak mempengaruhi ukuran sel ionosit secara signifikan.

BIDANG : GEOGRAFI
26. Nemtsas et al. (2009) mempelajari zebrafish sebagai model untuk perkembangan dan regenerasi jantung
manusia. Untuk menggunakan zebrafish dengan maksimal, diperlukan pemahaman yang lebih jelas terhadap
elektrofisiologis jantung zebrafish. Mereka mengkarakterisasi potensial aksi dari atrium utuh dan ventrikel utuh
dari zebrafish dewasa, manusia, dan tikus (Gambar A, B dan C). Kemudian, dilakukan pemberian dua senyawa
inhibitor channel ion ke zebrafish, yaitu Nifedipine (Gambar D) dan E4031 (Gambar E).
Potensial aksi ventrikel zebrafish dewasa lebih menyerupai manusia jika dibandingkan tikus karena memiliki
fase plateau saat positive voltage. Akan tetapi, potensial aksi zebrafish tidak mengalami repolarisasi yang cepat
di fase awal sehingga tidak memiliki spike yang tegas. Nifedipine berkemungkinan adalah inhibitor channel
kalsium, sedangkan E4031 adalah inhibitor channel potasium.

BIDANG : GEOGRAFI
27. Studentsova et al. (2017) memberikan perlakuan pemberian makan yang berbeda pada tikus, yaitu low fat
diet (LFD), high fat diet (HFD), dan hight fat diet selama 12 minggu kemudian diubah menjadi low fat diet
(HFD-LFD). Pengambilan sampel tikus dilakukan pada minggu ke-12, ke-24, ke-40 dan ke-48. Parameter
yang diamati adalah massa badan (A), kadar glukosa puasa (B), test toleransi gukosa (C), persentase lemak
badan (D), diameter fibril (E), densitas kolagen fibril (F), dan Pengamatan TEM (G). Tanda panah pada
pengamatan TEM menunjukkan deposit lemak di jaringan otot. Tanda * menunjukkan perbedaan signifikan.
E F

BIDANG : GEOGRAFI
High fat diet menginduksi obesitas dan diabetes melitus type II pada tikus. High fat diet juga menyebabkan
adanya deposit lemak di antara tendon dan penurunan diameter serta densitas kolagen fibril.

BIDANG : GEOGRAFI
28. Berikut adalah grafik hubungan volume ventrikel kiri jantung manusia (ml) dan tekanan darah di ventrikel kiri
(mmHg). Grafik yang disajikan adalah berasal dari orang normal serta dari pasien A dan pasien B.
normal pasien A pasien B
Pasien A mengalami systolic disfunction, sedangkan pasien B mengalami diastolic dysfunction. Walaupun
mengalami abnormalitas, pasien B tidak mengalami penurunan ejection fraction yang lebih parah jika
dibandingkan dengan pasien A.
29. Seorang dokter hewan memiliki sebuah klinik kesehatan bagi hewan peliharan di Bantul, Yogayakarta. Sebuah
tes dilakukan di tempat tersebut untuk mengetahui penyebab kelainan produksi hormon tiroid dari seekor kucing.
Tes tersebut dilakukan dengan cara menyuntikkan Tiroid Releasing Hormon (TRH) secara intravena dalam
jumlah tinggi ke kucing, dan selanjutnya kadar TSH dan T4 diukur di setiap jam pasca-injeksi. Hasil pengukuran
ditunjukkan oleh grafik di bawah ini Grafik kiri menunjukkan hasil kucing normal, sedangkan grafik kanan
menunjukkan hasil kucing pasien.
Kucing pasien mengalami hipertiroidisme akibat gangguan di kelenjar tiroid.

BIDANG : GEOGRAFI
30. Berikut adalah contoh tiga saluran pencernaan hewan dengan adaptasi yang berbeda. Tabel di bawah ini
menunjukkan beberapa karakter mengenai adaptasi sistem pencernaan.
A B C
Deskripsi Karakter
1 Rentan terhadap negative glucose balance
2 Keuntungan detoksifikasi yang tanpa bergantung organ hati
3 Hewan pemakan tumbuhan (herbivora)
Semua hewan di atas memiliki karakter 3, tetapi hanya hewan A dan B yang memiliki keuntungan karakter 2.
Walaupun demikian, hewan hewan B lebih rawan terhadap kerugian berupa karakter 1.

BIDANG : GEOGRAFI
31. Momose & Schmid (2006) ingin mempelajari penentuan nasib endoderm di hydrozoan Podocoryne carnea.
Gambar A menunjukkan embrio normal (30 jam pasca fertilisasi/hpf) dengan keberadaan ectoderm (ec) dan
endoderm (en). Percobaan dilakukan dengan memotong embrio pada 10 hpf menjadi bagian oral ½ dan aboral
½ yang selanjutnya diamati perkembangan embrio (C, D, dan E).
Selanjutnya dilakukan pemotongan embrio lagi dengan kombinasi yang berbeda baik dari sisi oral maupun sisi
aboral. Kemudian, diamati persentase pembentukan endoderm yang sempurna (hitam), terbentuk tidak
sempurna (abu-abu) dan tidak terbentuk (putih). Set percobaan F dilakukan dengan pemotongan embrio berumur
29 hpf, sedangkan set percobaan G dengan pemotongan embrio berumur 24- 52 hpf.
F
Pada tahapan blastula, daerah yang berada pada 1/5 sisi oral diperlukan dan mencukupi pembentukan endoderm.
Percobaan menunjukkan bahwa ada kemungkinan determinan nasib endoderm menyebarkan ke seluruh embrio
dari sisi oral dan akan menentukan nasib pembentukan endoderm di akhir gastrula.

BIDANG : GEOGRAFI
Genetika dan Evolusi
32. Domestifikasi adalah mekanisme evolusi yang penting dalam peningkatan karakter yang dinginkan di tanaman
pangan. Salah satu tanaman hasil domestifikasi adalah cassava/singkong yang menyediakan umbi akar dengan
kandungan karbohidrat tinggi. Singkong terkultivasi hasil domestifikasi memiliki 5-6 kali kandungan pati jika
dibandingkan progenitor. Selain itu, domestifikasi menurunkan kandungan sianida di akar. Sebuah tim peneliti
mempelajari beban genetic (genetic load) dari progenitor singkong dan turunannya yaitu Latin America cassava
serta African cassava. Beban genetik diamati dari jumlah deleterious allel yang dimilikinya, baik secara total
(Gambar A dan B), yang berada pada kondisi homozigot (Gambar C) dan pada kondisi heterozigot (Gambar D).
Selain itu, juga diamati proporsi deleterious allele baik homozigot dan heterozigot di singkong hasil
domestifikasi. Lingkaran menunjukkan mutasi yang bersifat letal/strong atau yang tidak terlalu berpengaruh.
Domestifikasi singkong menyebabkan peningkatan jumlah alel yang dapat menurunkan fitness jika
dibandingkan progenitornya. Akan tetapi, breeder berhasil mengatur alel tersebut dalam bentuk heterozigot
untuk menutupi efek negatif.

BIDANG : GEOGRAFI
33. Analisis filogenetik antar spesies mampu memberikan bukti-bukti bagaimana spesies baru dapat muncul, salah
satunya dengan menghubungkan filogenetik dengan distribusi geografik. Distribusi geografis dari kelompok
burung Howea disajikan pada peta di bawah ini. Kemudian dilakuan pembuatan dendrogram berdasarkan data
molekuler dari gen sitokrom b serta 5 daerah intron lainnya. Semua spesies pada cabang dendrogrom ditandai
warna hitam untuk yang melakukan perkawinan pada hot season, sedangkan warna biru untuk cold season, hijau
perkawinan di bagian north Baja California, oranye di bagian coast of Peru.
Berdasarkan keterangan di atas, tentukan pernyataan di bawah ini benar/salah!

H. monteiroi muncul dari proses spesiasi simpatrik, sedangkan H. Pelagius muncul dari proses spesiasi
allopatrik.

BIDANG : GEOGRAFI
34. Gagal berpisah dapat terjadi baik pada saat pembelahan meiosis maupun pembelahan mitosis. Gagal berpisah
tersebut dapat menghasilkan organisme mosaik yang memiliki beberapa sel yang berbeda genotipe dalam satu
tubuh. Dalam sejarah manusia, beberapa kejadian manusia mosaik telah berhasil tercatat. Berikut merupakan
dua contoh catatan sejarah mengenai kejadian mosaik pada kromosom manusia.
Tipe Genotipe Beberapa Sel di Organisme Mosaik

I (XO) (XX) (XXX)
II (XY) (XO) (XYY)
Berdasarkan keterangan di atas, tentukan pernyataan di bawah ini benar/salah!

Baik tipe I dan tipe II terjadi karena gagal berpisah pada proses D.
35. Seorang peneliti yang mempelajari karakter warna bunga pada tanaman yang berhabitat di padang rumput
Amerika. Ia berhasil mengkarakterisasi gen dol yang mengatur sintesis pigmen warna bunga tersebut. Gen ini
memiliki 3 variasi alel, yaitu alel DR yang mengkode pigmen berwarna merah, alel DY yang mengkode pigmen
berwarna kuning, dan alel D yang mengkode pigmen tak berwarna. Ekspresi satu alel saja bersifat cukup untuk
memunculkan bunga yang berwarna, sedangkan keberadaan pigmen merah dan kuning bersamaan akan
memunculkan bunga berwarna oranye. Selain itu, peneliti tersebut juga berhasil mengkarakterisasi gen lain yaitu
gen bol yang dalam bentuk alel B mengkode transporter pigmen yang dapat mendepositkan pigmen pada
mahkota bunga dan dalam bentuk alel b mengkode transporter defektif sehingga bunga akan berwarna putih.
Alel B bersifat dominan sempurna terhadap alel b. Dengan demikian, di dalam populasi kita dapat menemukan
bunga bermahkota warna putih, merah, kuning, dan oranye.
Peneliti tersebut kemudian melakukan ekspedisi ke suatu padang rumput untuk mengetahui frekuensi alel pada
kedua gen tersebut. Hasil observasi menunjukkan bahwa frekuensi tanaman berbunga putih di habitat tersebut
adalah sebanyak 29,44%, bunga berbunga merah sebanyak 40,32%. Hasil analisis juga mendukung bahwa
frekuensi alel B adalah 1,5 kali dari jumlah frekuensi alel b dalam habitat tersebut. Asumsi populasi tanaman
ini berukuran sangat besar, melakukan perkawinan acak, tidak ada tekanan seleksi sehingga memenuhi hukum
Hardy Weinberg.
Berdasarkan pada gambar di bawah ini, tentukan apakah pernyataan berikut benar/salah!
Dalam populasi tanaman tersebut, frekuensi alel B adalah dua kali dari frekuensi alel D Y.

BIDANG : GEOGRAFI
36. Sebuah peneliti berhasil menemukan jalur biosintesis pembentukan pigmen warna bunga dan gen-gen yang
berperan di dalamnya. Warna bunga ungu dihasilkan oleh kombinasi dua jalur biokimia yang ditunjukkan
berikut ini, satu jalur menghasilkan pigmen berwarna merah, sedangkan jalur lainnya menghasilkan pigmen
biru. Huruf di atas setiap anak panah menunjukkan enzim yang bertanggung jawab dalam mengkatalisis reaksi
biosintesis tersebut. Semua gen yang berperan dalam jalur biosintesis bersifat dominan. Hanya produk akhir
warna merah dan biru yang berakumulasi secara normal, senyawa intermediet (misalnya senyawa C4 berwarna
kuning) umumnya berada pada konsentrasi yang sangat rendah untuk menyebabkan perbedaan warna. Pada
kondisi normal, senyawa intermediate C6 berada pada konsentrasi yang sangat rendah di dalam tanaman
sehingga tidak berkontribusi pada produksi senyawa C4 (kuning). Mutasi pada satu atau lebih enzim dapat
menyebabkan bunga bunga berwarna merah, biru, kuning, hijau (biru + kuning), atau putih.
Peneliti tersebut kemudian melakukan persilangan sebagai berikut:

Persilangan Fenotipe Keturunan F2
I 9 ungu : 3 merah : 3 biru : 1 putih
II 13 ungu : 3 biru
Berdasarkan pada keterangan di atas, tentukan apakah pernyataan di bawah ini benar/salah!
F1 dari persilangan I memiliki alel mutan pada gen A dan B, sedangkan F1 dari persilangan II memiliki alel
mutan pada gen D dan E.
37. Pedigree di bawah menunjukkan sifat pewarisan dari dua jenis kelainan langka di populasi. Kedua kelainan
tersebut telah diteliti dan diketahui diwariskan secara resesif. Gen untuk kedua penyakit tersebut terletak pada
kromosom X dengan jarak sebesar 20 cM. Tanda warna abu-abu menunjukkan kelaian pertama yaitu kelainan
fenotipe mata dan tanda arsir silang menunjukkan kelainan kedua yaitu kelainan fenotipe bibir. Tanda abu-abu
dan silang bersamaan menunjukkan individu mengalami kedua kelainan tersebut.
??
kelainan fenotipe mata
kelainan fenotipe bibir
Bila individu ? adalah laki-laki, peluangnya mengalami kelainan fenotipe mata dan bibir bersamaan adalah di
bawah 20%.

BIDANG : GEOGRAFI
38. Akibat seleksi alam, populasi tidak mematuhi hukum Hardy Weinberg. Terdapat dua nilai koefisien yang
mempengaruhi seleksi alam, yaitu nilai koefisien seleksi (s) dan nilai efek heterozigot (h). Keduanya akan
menentukan nilai fitness dari individu homozigot dan individu heterozigot. Oleh karena itu, dua parameter
tersebut dapat memprediksikan tipe seleksi alam apakah yang terjadi di dalam populasi, apakah mengalami
seleksi direksional, stabilisasi atau disruptif. Di bawah ini, Anda mempelajari 6 kasus populasi dengan nilai s
dan h yang berbeda-beda dan bekerja pada seleksi alam terhadap alel a.
Kasus Nilai h Nilai s

1 0 0,2
2 0,3 0,2
3 0,5 0,2
4 1 0,2
5 0,5 0,5
6 0 1
Populasi 1, 4, dan 6 mengalami seleksi direksional, sedangkan populasi 2, 3, dan 5 mengalami seleksi disruptif.
39. Mutasi menggunakan agen tertentu dapat digunakan untuk mengubah mutan menjadi tipe normal. Penggunaan
mutagen yang mampu mengembalikan efek mutasi dapat memberikan informasi mengenai penyebab mutasi
pada mutan tersebut. Mutagen EMS secara eksklusif menyebabkan transisi, proflavin menyebabkan insersi atau
delesi sebuah basa dan UV menyebabkan substitusi satu basa. Kultur E. coli yang merupakan mutan met−
diperlakukan dengan ketiga mutagen secara terpisah dan ditanam pada media tumbuh minimal tanpa asam amino
metionin. Tanda + menunjukkan keberadaan adanya mutan yang berhasil bisa tumbuh dan 0 menunjukkan tidak
adanya pertumbuhan di media.
Perlakuan Mutagen
Mutan EMS Proflavin UV
Mutan 1 + - +
Mutan 2 - + -
Mutan 3 - - -
Mutan 4 - - +
Mutan 1 berkemungkinan mengalami mutasi substitusi dari A ↔ G atau T ↔ C, sedangkan mutan 4
berkemungkinan mengalami mutasi substitusi dari A ↔ T atau G ↔ C. Mutan 2 berkemungkinan mengalami
mutasi insersi atau delesi.

BIDANG : GEOGRAFI
40. Seorang peneliti di laboratorium genetika molekuler menemukan empat galur mutan Neurospora yang tidak
mampu tumbuh pada medium minimal, kecuali diberi suplemen satu atau lebih zat A-F. Studi awal menunjukkan
bahwa setiap galur tersebut hanya mengalami mutasi pada satu langkah biosintesis saja. Pada tabel di bawah ini,
tanda + menunjukkan adanya pertumbuhan dan 0 menunjukkan tidak adanya pertumbuhan di media. Peneliti
juga menemukan fakta menarik bahwa galur mutan 2 dan 4 dapat tumbuh jika media mengandung zat E dan F
bersamaan atau pada media yang mengandung zat C dan F bersamaan.
Galur Zat Intermediet

Mutan A B C D E F
1 + 0 0 0 0 0
2 + 0 0 + 0 0
3 + 0 + 0 0 0
4 + 0 0 0 0 0
Berdasarkan keingintahuannya, peneliti tersebut kemudian melakukan mutagenesis lanjutan untuk bisa
memperoleh mutan ganda dari galur 1 dan 3 serta mutan ganda dari galur 2 dan 4. Mutan ganda Neurospora
tersebut akan dianalisis metabolitnya untuk mengetahui metabolit apakah yang akan terakumulasi akibat
kerusakan jalur biosintesis.
Mutan ganda galur 1 dan 3 akan mengakumulasi zat E dan F, sedangkan mutan ganda galur 2 dan 4 akan
mengakumulasi zat B.
41. Tanaman telang yang heterozigot terhadap karakter mahkota pink (pink), stamen hitam (black) dan batang yang
panjang (long) dibiarkan mengalami penyerbukan sendiri. Dari pembuahan tersebut, dihasilkan 650 keturunan
dengan fenotipe seperti di bawah ini:
78 red long tan

26 red short tan
44 red long black
15 red short black
39 pink long tan
13 pink short tan
204 pink long black
68 pink short black
5 white long tan
2 white short tan
117 white long black
39 white short black
Gen penentu karakter warna mahkota dan panjang batang terpaut, sedangkan gen penentu karakter warna stamen
bersegregasi bebas.

BIDANG : GEOGRAFI
Ekologi, Etologi, dan Biosistematik
42. Rhinolophus mehelyi dan Rhinolophus Euryale adalah dua spesies kelelawar yang berkerabat dekat,
bermorfologi mirip dan memiliki nenek moyang bersama yang dekat. Kedua spesies ini adalah kelelawar yang
hidup di gua dengan distribusinya di lingkungan secara ekstensif sering bertumpah tindih. Untuk itu sebuah tim
peneliti ini melakukan penelitian terhadap kedua kelelawar ini. Karakter kedua kelelawar disajikan pada Gambar
A. Peneliti juga mengkaji komposisi mangsa kedua kelelawar baik saat kondisi sympatry dan allopatry (Gambar
B), dan habitat kedua kelelawar baik saat kondisi sympatry dan allopatry (Gambar C). Tanda * menunjukkan
perbedaan signifikan, sedangkan ns menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan. Tanda ** menunjukkan
p<0,01, sedangkan *** menunjukkan p<0,001.
Perbedaan penggunaan diet dan habitat dalam kondisi simpatri menjadi faktor utama bagi partisi relung/niche
dari kedua spesies tersebut.

BIDANG : GEOGRAFI
43. Untuk mengetahui efek langsung maupun tidak langsung predator atas terhadap level tropik lainnya, sebuah tim
peneliti melakukan eksperimen penambahan predator atas pada hutan hujan tropis. Penambahan predator (dalam
fase larva) ke habitat memerlukan penambahan insektisida untuk menghindari gangguan semut pada
perkembangan larva. Untuk mengeliminasi efek penambahan insektisida, dilakukan eksperimen juga
menggunakan kontrol penambahan insektisida. Hubungan predasi pada tingkatan trofik yang dipelajari
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Penambahan predator atas pada tingkatan tropik berjumlah level genap akan menyebabkan penurunan biomassa
tumbuhan. Efek langsung penambahan predator pada Pheidole ants terlihat pada tahun pertama, sedangkan efek
tidak langsung pada herbivora dan tanaman dapat terlihat pada tahun kedua setelah inisiasi percobaan.

BIDANG : GEOGRAFI
44. Sebuah tim peneliti mempelajari hubungan jumlah spesies tumbuhan yang ditanam di awal (monokultur/M, low
sown density/L, dan high sown density/H) terhadap dinamika komunitas hutan. Parameter yang diamati adalah
plant richness, vegetation height, arthropod abundance dan arthropod richness (Gambar A-D). Hubungan
antara herbivora (oranye) dengan spesies tanaman yang dimakan (hijau) ditunjukkan dengan garis biru.
Daerah dengan diversitas tanaman yang tinggi pada awal inisiasi akan memiliki kekayaan spesies dan
kelimpahan arthropoda yang tinggi. Peningkatan diversitas tanaman di awal inisiasi juga mengubah interaksi
tanaman-herbivora dengan menurunkan generalisasi pakan herbivora.

BIDANG : GEOGRAFI
45. Sebuah tim peneliti ingin mengetahui interaksi antara tumbuhan native dan tumbuhan asing (alien species) yang
memiliki pollinator yang sama di beberapa kasus tempat di Mexico. Situs penelitian dari kiri ke kanan diurutkan
berdasarkan peningkatkan persentase spesies asing dibandingkan spesies native dalam habitat tersebut.
Parameter yang diamati dalam percobaan tidak dipengaruhi oleh peningkatan intensitas tanaman alien di dalam
situs. Hal ini menunjukkan kelimpahan atau keberadaan spesies tanaman alien yang kecil mampu memberikan
dampak signifikan pada komunitas tanaman-polinator.

BIDANG : GEOGRAFI
46. Pada sebagian kecil angiospermae, diketemukan fenomena perubahan warna bunga. Perubahan warna bunga ini
diperkirakan berfungsi untuk memanfaatkan bunga tua yang sudah tidak produktif untuk meningkatkan
kunjungan penyerbuk ke tanaman, terutama bunga yang masih muda. Suatu penelitian dilakukan untuk
menjawab pertanyaan apakah perubahan warna pada bunga tersebut merupakan suatu keuntungan atau justru
memerlukan cost yang harus dikeluarkan oleh tumbuhan. Pada penelitian tersebut dilakukan pengamatan proses
penyerbukan pada bunga yang mengalami perubahan warna (Weigela coraeensis) dan bunga yang tidak berubah
warna (Weigela hortensis). Karakter yang unik dari kedua bunga ini adalah korola dari W. coraeensis (Gambar
kiri) berubah dari putih menjadi ungu kemerahan ketika umur bunga bertambah, sementara bunga W. hortensis
(Gambar kanan) tetap berwarna pink muda hingga rontok.
Tim peneliti menghitung produktivitas nektar per hari dari kedua bunga tersebut pada tahun 2010. Selanjutnya,
peneliti mempelajari pengaruh penyerbukan terhadap masa hidup dari kedua bunga baik pada tahun 2009 dan
2010. Keterangan En (proses penyerbukan buatan), Ba (bunga dibungkus kantung), Op (penyerbukan terbuka).
Ruang sampel ditunjukkan oleh angka di dalam tanda kurung.
Peneliti kemudian menghitung jumlah kunjungan lebah per jam ke kedua bunga sebagai fungsi umur bunga.
Lebih lanjut, peneliti mempelajari karakter bunga seiring usianya, yaitu: jumlah polen yang terdeposito per ovul
dan jumlah polen yang tertinggal di anter.
Tingkat kunjungan hewan penyerbuk dipengaruhi dan berbanding lurus dengan jumlah reward yang dapat
diperoleh dari bunga. Ketika terjadi kelangkaan pada penyerbuk, kedua jenis tumbuhan memberikan respon
yang sama dalam bentuk memperpanjang umur bunga.

BIDANG : GEOGRAFI
47. Persepsi bahaya atau potensi keberadaan predator mempengaruji perilaku individu dalam melakukan
pengawasan di daerah sekitarnya. Sebuah studi dilakukan terhadap perilaku jerapa, kudu, dan zebra terhadap
pengawasannya predator saat minum. Perilaku kewaspadaan sekitar diamati pada 3 fase yang berbeda: fase
approach (menuju sumber air), fase drinking (saat minum), dan fase departure (saat meninggalkan sumber air).
Peneliti juga ingin mengatahui apa pengaruh keberadaan atau tidak keberadaan singa serta pengaruh ukuran
populasi pada perilaku kewaspaan.
Keberadaan singa membuat korelasi antara ukuran kelompok herbivora dengan proporsi lamanya perilaku
kewaspadaan semakin meningkat.

BIDANG : GEOGRAFI
48. Sebuah tim peneliti ingin mempelajari sistem perkawinan dari tiga spesies kumbang Orius,, yaitu Orius sauteri,
Orius minutus, dan Orius strigicollis. Ketiga jantan dari spesies ini adalah bersifat poligami dan dapat kawin
dengan paling tidak tiga betina dengan frekuensi perkawinan 1 betina per hari. Set percobaan I menunjukkan
frekuensi perkawinan jantan yang menikah dengan betina yang belum pernah menikah (0), telah kawin sekali
(1), telah kawin dua kali (2), dan telah kawin tiga kali (3). Kemudian, jumlah telur yang dihasilkan terhadap
perkawinan dengan betina dengan status perkawinan tertentu diukur. Set percobaan kedua dilakukan dengan
mengukur tingkat keberhasilan perkawinan jantan saat perkawinan pertamanya (1 st mating) dan perkawinan
keduanya (2nd mating). Perkawinan kedua dapat dilakukan dengan betina yang belum pernah kawin (non-
inseminated) atau sudah (inseminated).
Set Percobaan II
Set Percobaan I
Betina dari O. minutus dan O. strigicollis bersifat monoandrous, sedangkan betina O. sauteri bersifat
polyandrous.

BIDANG : GEOGRAFI
49. Asosiasi tanaman dan lebah secara umum dipertahankan melalui proses spesiasi. Pergeseran host pada tanaman
bunga juga dapat terjadi selama proses evolusi tersebut. Pergeseran ini bukanlah terjadi secara random, akan
tetapi berkemungkinan didorong oleh karakter tertentu dari tanaman. Vanderplanck et al. (2017) memilih untuk
menganalisis bunga yang menjadi host dari dua lebah, yaitu Colletes succincyus dan Melitta leporine. Bunga
yang bukan host dari kedua lebah tersebut. Tanaman tersebut dianalisis untuk pembuatan dendrogram
berdasarkan data karakter aroma bunga (Gambar A), warna bunga (Gambar B), dan komposisi kimiawi polen
(Gambar C).
Gambar B
Gambar A

BIDANG : GEOGRAFI
Gambar C
Analisis ketiga karakter tidak menunjukkan bukti hubungan evolusi host-plant dengan kelompok M. leporine.
Akan tetapi, terdapat bukti hubungan evolusi host-plant dengan kelompok C. succinctus yang didorong oleh
karakter komposisi kimia pollen.

BIDANG : GEOGRAFI
50. Gambar di bawah ini kladogram green plants/viridiplantae/chlorobionta yang dibuat berdasarkan Bremer
(1985), Mishler and Churchill (1985) dan Mishler et al. (1994). Beberapa karakter apomorfik unik ditunjukkan
dengan tanda garis tebal.
Karakter dinding sel berselulosa dan keberadaan klorofil b terbentuk sebelum titik A. Karakter pergiliran
generasi (metagenesis) terbentuk setelah titik C.

(To KSNP 2) - Soal Biologi Sma

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

(To KSNP 2) - Soal Biologi Sma

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

BIDANG : BIOLOGI

Naskah soal ini terdiri dari 25 soal dalam bentuk

Selama lomba berlangsung, tidak diperkenankan

Jawablah lebih dahulu soal – soal yang menurut

Setelah lomba selesai, harap saudara duduk di

www.posi.or.id Contact Person : 0822 – 8796 - 7301

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS~HEBAT~JUARA

Biologi Sel, Molekuler, Mikrobiologi, dan Bioteknologi

FOKUS – HEBAT – JUARA Page 2 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 10 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 11 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 12 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 13 of 49

Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 14 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 15 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 16 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 17 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 18 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 19 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 20 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 21 of 49

Anatomi dan Fisiologi Hewan

Substansi Resistensi Arteriola Resistensi Arteriola

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 22 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 23 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 24 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 25 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 26 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 27 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 28 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 29 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 30 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 31 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 32 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 33 of 49

Genetika dan Evolusi

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 34 of 49

Berdasarkan keterangan di atas, tentukan pernyataan di bawah ini benar/salah!

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 35 of 49

Tipe Genotipe Beberapa Sel di Organisme Mosaik

Berdasarkan keterangan di atas, tentukan pernyataan di bawah ini benar/salah!

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 36 of 49

Peneliti tersebut kemudian melakukan persilangan sebagai berikut:

kelainan fenotipe mata

kelainan fenotipe bibir

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 37 of 49

Kasus Nilai h Nilai s

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 38 of 49

Galur Zat Intermediet

78 red long tan

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 39 of 49

Ekologi, Etologi, dan Biosistematik

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 40 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 41 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 42 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 43 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 44 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 45 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 46 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 47 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 48 of 49

(Advance Science Olympiad – Online POSI 2020) FOKUS – HEBAT – JUARAPage 49 of 49