Anda di halaman 1dari 9

OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN

ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR DOLOMITE DAN KAPUR


TOHOR DALAM MEDIA PEMELIHARAAN TERHADAP MOULTING,
PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAME (LITOPENAEUS
VANNAMEI)
Rusmali Yunus1, Abdul Haris2, Hamsah3
1,2,3
Universitas Muhammadiyah Makassar
e-mail: ah.sambu@unismuh.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis terbaik kapur dolomit CaMg(CO3)2)
dan kapur tohor (CaO) dalam media budidaya terhadap moulting, pertumbuhan dan sintasan udang
vanamei (Litopenaus vannamei). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pada masing masing perlakuan diberi kapur
dolomit dan tohor dengan dosis tiap perlakuan yaitu perlakuan A (Kapur dolomit 0gram dan kapur
tohor 0gram), perlakuan B (Kapur dolomit 0,6gram dan kapur tohor 0gram), perlakuan C (Kapur
dolomit 0,4gram dan kapur tohor 0,2gram) dan perlakuan D (Kapur dolomit 0,3gram dan kapur tohor
0,3gram). Udang uji dipelihara dalam akuarium 50x60x40 cm3 yang berisi air laut sebanyak 60 L
dengan kepadatan tebar 1 ekor L-1. Hewan uji diberi perlakuan selama 60 hari. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perlakuan C (Kapur dolomit 0,4gram dan kapur tohor 0,2gram) menghasilkan
intensitas molting, pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian yang lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan untuk sintasan perlakuan B (Kapur dolomit 0,6gram dan
kapur tohor 0gram) lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Kata kunci : Kapur Dolomit, Kapur Tohor, Udang vaname

Abstract

This study aims to determine the effect and best dose of dolomite CaMg (CO3)2) and quicklime (CaO)
in the culture medium on moulting, growth and survival of vanamei shrimp (Litopenaus vannamei).
The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3
replications. In each treatment given dolomite and quicklime with a dose of each treatment, namely
treatment A (0gram dolomite lime and 0gram quicklime), treatment B (0.6gram dolomite lime and
0gram quicklime), C treatment (0.4gram dolomite lime and lime quicklime 0.2gram) and treatment D
(0.3gram dolomite lime and 0.3gram quicklime). The test shrimp were kept in a 50x60x40 cm3
aquarium containing 60 L of sea water with a stocking density of 1 L-1. Test animals were treated for
60 days. The results of this study indicated that treatment C (0.4gram dolomite lime and 0.2gram
quicklime) produced better molting intensity, absolute weight growth and daily growth rate than other
treatments, while for treatment B (dolomite lime 0.6gram and quicklime 0gram) is better than other
treatments.

Keywords: Dolomite Lime, Tohor Lime, Vaname Shrimp

PENDAHULUAN paling digemari di pasar internasional


(Velasco et al., 1999). Selain itu udang
Udang vaname (Litopenaus vannamei) vaname memiliki sifat euryhalin yaitu
merupakan salah satu produk perikanan mampu hidup di lingkungan dengan
penting saat ini. Adapun keunggulan kisaran salinitas 0,5 hingga 40 ppt (Bray
udang vaname yaitu pertumbuhan cepat, et al., 1994). Kemampuan ini memberi
hidup pada kolom perairan sehingga peluang dalam pengembangan komoditas
dapat ditebar dengan kepadatat tinggi dan ini di perairan daratan (inland water).

39
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN
ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

Pada tahap postmoulting terjadi proses Persiapan Hewan Uji


pengerasan kulit melalui pengendapan Hewan uji yang dijadikan bahan
kalsium dikulit. penelitian di Instalasi Tambak Percobaan
Interaksi berbagai macam mineral Punaga, (BRPBAP3) Maros adalah larva
dalam pakan dapat meningkatkan udang vaname (Litopeneaus Vannamei)
pertumbuhan. Selanjutnya pakan dengan dengan ukuran post larva (PL 32) dengan
rasio Ca/P berbeda menentukan berat 0,66 gram/ekor dengan kepadatan
kandungan kalsium karapas dan efisiensi tiap wadah adalah 1 ekor/liter.
pakan udang (Davis et al., 1992). Kapur
dolomit CaMg(CO3)2 dan kapur tohor Rancangan Percobaan
(CaO) merupakan bahan baku yang Rancangan percobaan yang digunakan
mudah diperoleh dan mengandung dalam penelitian ini adalah Rancangan
kalsium dan magnesium yang tinggi Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
sehingga bisa dimanfaatkan sebagai dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan adalah
salah satu sumber kalsium dan pemberian kapur jenis Dolomit CaMg
magnesium yang aditif untuk pakan udang (CO3)2 dan Kapur Tohor (CaO) disajikan
vaname. Selain itu kapur dolomit dan pada Tabel 1.
tohor juga berperan dalam mengaktifkan
berbagai jenis enzim, membantu Tabel 1. Perlakuan Kapur pada Penelitian
kebutuhan kalsium (Ca), kabohidrat dan ini.
berbagai nutrisi lainnya yang dibutuhkan
udang (Ghufran, 2010). Koda
Dolomit CaMg (CO3)2 Tohor (CaO)
Berdasarkan hal tersebut penulis (gram) (gram)
tertarik melakukan penelitian tentang A 0 0
pengaruh pemberian kapur dolomit B 0,6 0
CaMg(CO3)2 dan kapur tohor (CaO) dalam C 0,4 0,2
media budidaya terhadap jumlah moulting, D 0,3 0,3
laju pertumbuhan, dan sintasa udang
vaname (Litopenaus vannamei). Pemberian kapur ini dilakukan setiap 7
hari sekali,dengan cara kapur ditimbang
METODE terlebih dahulu lalu diaplikasikan ke
wadah budidaya dengan mencampurkan
Penelitian ini dilaksanakan pada dengan air yang ada dalam wadah
tanggal 15 Juli 2019 di Instalasi Tambak budidaya.
Percobaan, Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau dan Penyuluh Pemeliharaan Hewan Uji
Perikanan (BRPBAP3) di Desa Punaga, a. Penebaran benih yang akan ditebar
Kecamatan Mangara’bombang Kabupaten dengan padat tebar 1 ekor/liter. ke
Takalar dalam akuarium dan masing-masing
Wadah yang digunakan dalam akuarium diisi dengan 60 liter air
penelitian ini adalah akuarium dengan dengan salinitas 30 ppt, dimana diisi
ukuran P x L x T = 50 x 60 x 40 cm3. dengan 60 ekor disetiap akuarium.
Dimana wadah ini diisi air dengan b. Pemberian pakan dilakukan 6 kali
ketinggian air 30 cm. Persiapan wadah sehari, yaitu pada pukul 07:00, 10.00 ,
budidaya meliputi sebagai berikut : 13:00, 16:00, 19.00 dan 22.00
a. Bersihkan wadah akuarium dengan Pemberian pakan diberikan 5% dari
menggunakan kain atau spons bobot total tubuh.
kemudian letakkan pada meja kayu c. Pembersihan akuarium (Penyiponan)
sebagai landasan (alas akuarium) penyiponan dilakukan setiap hari untuk
b. Pasang kerang pipa inlet dan oulet menjaga kebersihan akuarium dari
c. Pasang pipa selang aerasi dan batu sisa-sisa pakan dan kotoran udang
aerasi yang mengendap didasar akuarium
d. Pasang waring hitam pada bagian atas dengan mengunakan selang kecil. Air
akuarium kemudian dijepit dengan yang terbuang pada saat penyoponan
penjepit pakaian.

40
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN
ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

sekitar ¼ liter atau 25% dari volume air


yang tersedia dalam akuarium. Pertumbuhan bobot mutlak dihitung
Penyiponan dilakukan sebelum menggunakan rumus dari Hopkins (1992),
pemberian pakan pagi hari dan setelah
pemberian pakan sore hari. 𝐴𝐺𝑅 = 𝑊" − 𝑊#
d. Sampling dilakukan setiap 7 hari sekali Di mana:
selama 60 hari dengan total sampling 8 AGR = pertumbuhan mutlak (gram) dan
kali, pengukuran benih uji 30% dari (cm)
jumlah total benih pada masing-masing Wt = biomassa rata-rata udang uji di
akuarium. Benih uji kemudian akhir penelitian (gram)
ditimbang bobot tubuh total dan bobot W0 = biomassa rata-rata udang uji
tubuh individu satu per satu. diawal penelitian (gram)
e. Sampling digunakan untuk mengetahui
dan mengukur pertambahan bobot Tingkatan Kelangsungan Hidup
udang. Tingkat kelansungan hidup dihitung
dengan menggunakan rumus Dihitung
Peubah Yang Diamati menggunakan rumus Haliman dan
Peubah yang diamati dalam penelitian Adiwijaya (2005) yaitu:
ini adalah Jumlah moulting, laju
pertumbuhan harian, dan sintasan Nt
SR= No x 100%
pertumbuhan bobot mutlak. Kualitas air Keterangan,
sebagai parameter pendukung yang SR : Tingkat kelangsungan hidup
meliputi suhu, salinitas, pH, dan DO. Nt : Jumlah hewan uji pada akhir pengamatan
Masing-masing peubah yang diamati No: Jumlah hewan uji pada awal pengamatan
dalam penelitian ini dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut: Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air,dilakukan
Jumlah Molting udang vaname setiap hari yaitu pada pagi hari dan sore
Pengamatan jumlah udang molting hari untuk mengetahi perbedaan
dilakukan setiap hari saat pemberian perameter pendukung kualitas air yang
pakan. Jumlah udang molting dihitung meliputi suhu, salinitas, pH, dan DO
dengan cara menghitung jumlah udang dengan menggunakan DO Meter YSI.
yang mengalami molting dibagi total
udang uji dikali seratus dihitung Analisis Data
berdasarkan jumlah kejadian molting Pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan
selama 60 hari perlakuan. harian, sintasan, jumlah molting di analisis
dengan menggunakan sidik ragam
Pertumbuhan Udang Vaname (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan
Pertumbuhan udang vaname yang dalam taraf kepercayaan 95% maka
diukur selama penelitian meliputi laju dilanjutkan dengan uji Duncan untuk
pertumbuhan harian dan pertumbuhan mengetahui perlakuan terbaik (Steel et al,
bobot mutlak. Laju pertumbuhan harian 1980; Gandono, 1995). Sementara data
atau laju pertumbuhan spesifik (specific kualitas air dianalisis secara diskriptif.
growth rate/SGR) dihitung pada akhir
perlakuan mengunakan rumus. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Dehaghani et al..2015)\
Intensitas Moulting Udang Vaname
! !"
LPH=("!# − 1)x100%
Hasil pengamatan moulting udang
vanamen yang diberi kapur dolomit
Keterangan: CaMg(CO3)2 dan kapur tohor (CaO)
LPH :Laju pertumbuhan harian (% / hari) selama 60 hari pemeliharan dapat dilihat
Wo :Bobot rata-rata udang awal (gram) pada Gambar 2.
Wt :Bobot rata-rata udang akhir (gram)
t :Lama pemeliharaan (hari)

41
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN
ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

98
100 90 93
85

Jumlah Moulting (%) 80

60

40

20

0
A B C D
Perlakuan

Gambar 2. Jumlah moulting udang vaname yang diberi kapur dolomit dan kapur tohor

Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa (perlakuan B, C, dan D) pada


jumlah moulting udang vaname yang pemeliharaan ini berkisar 90-98%. Hasil
diberi kapur dolomit dan tohor (perlakuan ini lebih tinggi bila dibandingkan jumlah
B, C, dan D). Lebih banyak dibandingkan moulting udang vaname yang diberi CaMg
tanpa pemberian kapur (perlakuan A). (CO3)2 yang dilaporkan olah Yulihartini et
Jumlah moulting udang vaname tertinggi al. (2016) yang hanya berkisar 35-50%.
selama 60 hari pemeliharan di peroleh Perbedaan jumlah moulting tersebut
pada perlakuan C, (0,4 gram kapur sangat mungkin terjadi akibat perbedaan
dolomit dan 0,2 gram kapur tohor) yaitu jenis dan dosis kapur yang digunakan,
sebanyak 98% individu. Sementara pada jumlah hewan Uji serta lamah
perlakuan A (tanpa pemberian kapur) pemeliharan. Penelitian ini mengunakan
jumlah moulting udang vaname hanya kapur dolomit CaMg (CO3)2 dan kapur
sebanyak 85%. Tingginya jumlah moulting tohor (CaO) dengan jumlah udang
udang vaname yang diberi kapur dolomit vaname 60 ekor/akuarium serta lama
dan tohor berkaitan dengan terpenuhinya pemeliharaan 60 hari. Sementara pada
kebutuhan kalsium dan mineral bagi penelitian Yulihartini et.al. (2016)
udang vaname untuk melakukan moulting mengunakan kapur calsium hidrosida
dan pengerasan kulit. (Ca(OH)2) dengan jumlah udang vaname
Setelah moulting. Arumsari et.al. 20 ekor/akuarium dan lama pemeliharan
(2019) menyatakan bahwa ketersediaan 28 hari.
kapur CaMg (CO3)2 yang memadai akan
membuat proses moulting udang akan Pertumbuhan Udang Vaname
berjalan lancar dan cepat. Selanjutnya
Aisyah et.al. (2007) menyatakan bahwa Pertumbuhan bobot mutlak dan laju
udang membutukan mineral terutama pertumbuhan harian udang vaname yang
kalsium untuk mempercepat moulting. diberi kapur dolomit dan kaput tohor pada
Jumlah moulting udang vaname yang media pemeliharaan disajikan pada Tabel
diberi kapur dolomit dan kapur tohor 2.

Perlakaun Pertumbuhan Bobot Mutlak (gram) Laju Pertumbuhan Harian (%/hari)


A 8,72 ± 0,28a 0,140 ± 0,000a
B 8,57 ± 0,28a 0,137 ± 0,005a
C 9,03 ± 0,30a 0,147± 0,005a
a
D 8,34 ± 0,72 0,137 ± 0,011a
Keterangan: Angka dengan superskrip yang sama menunjukan tidak berbeda nyata (P>0,05).

42
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN
ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa sehinga pertumbuhan bobot mutlak akan


pemberian kapur dolomit dan kapur tohor maksimal. Selanjutnya Adeghoye dalam
pada setiap perlakuan tidak memberikan Erlando (2015) menyatakan kadar kalsium
pengaruh nyata (P>0,05) terhadap yang rendah akan menyulitkan untuk
pertumbuhan bobot mutlak dan laju pembentukan cangkang. Kadar kalsium
pertumbuhan harian udang vaname. Hal yang tinggi juga akan menyulitkan proses
ini mengindikasikan dosis kapur dolomit homeostatis ion kalsium dalam tubuh
dan kapur tohor yang digunakan belum udang sehinga energi yang dibutukan
optimal sehinga secara signifikan belum untuk proses tersebut akan lebih besar
mampu meningkatkan pertumbuhan bobot akibatnya pengunaan enegi untuk
mutlak dan laju pertumbuhan harian pertumbuhan akan terhambat.
udang vaname. Peran kapur dolomit dalam
Pemberian kapur dolomit 0,4 gram dan meningkatkan bobot mutlak udang
kapur tohor 0,2 gram (Perlakuan C) vaname juga dilaporkan oleh Aisyah et.al.
cenderung memberikan pertumbuhan (2017) dimana pemberiankapur kapur
bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian dolomit 3 mg/kg pakan mampu
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan meningkatkan bobot mutlak udang
lainnya (Tabel 2). Hal yang sama juga vaname 1,15 g lebih besar dari kontrol.
terlihat pada intensitas moulting udang Yulihartini et.al. (2016) melaporkan
vaname pada perlakuan C yang lebih pembahasan kalsium hidrosida (Ca
tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (OH)2) sebanyak 60 mg/L mampu
(Gambar 2). meningkatkan laju pertumbuhan harian
Kapur dolomit CaMg (CO3)2 dan kapur udang vaname sebesar 0,31%
tohor (CaO) tidak secara langsung dibandingkan kontrol.
berpengaruh pada pertumbuhan udang,
namun kapur dolomit dan kapur tohor Sintasan Udang Vaname
dibutakan udang untuk memenuhi Pemberian kapur dolomit dan kaput
kebutuhan kalsium dan mineral saat tohor selama penelitian (60 hari)
melakukan moulting dan pengerasan kulit memberikan pengaruh nyata (P<0,05)
secara moulting. Semakin cepat proses terhadap sintasan udang vaname
pemulihan udang moulting akan (Gambar 3). Sintasan udang vaname
meningkatkan pertumbuhan udang sebab pada perlakuan B sebesar 70% tidak
setelah moulting, nafsu makan udang berbeda nyata dengan perlakuan D
akan meningkat tinggi guna memuaskan (68,89%) dan perlakuan A (66,67%).
nafsu makannya yang menurut pada saat Namun sintasan udang vaname pada
sebelum moulting (Yulihartini et.al. 2016). perlakuan B dan D berbeda nyata
Arumsari et.al. (2019) menyatakan (P<0.05) dengan perlakuan C (61,11%)
pemberian kapur CaMg (CO3)2 dengan sementara sintasan perlakuan A tidak
optimal dapat memberikan tingkat berbeda nyata (P>0.05) dengan sintasan
konsumsi pakan yang optimal juga perlakuan C.

43
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN
ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

80 70 68,89
66,67 61,11
70
60

Sintasan (%)
50
40
ab b a b
30
20
10
0
A B C D
Perlakuan
Gambar.3. Sintasan udang vaname yang diberi kapur dolomit dan kaput tohor.Angka dengan huruf
superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).

Rendahnya sintasan udang vaname kapur dolomit dan tohor yang diberikan
pada perlakuan C (61,11%) dibandingkan pada udang vaname belum optimal
perlakuan lainnya sangat mungkin terjadi sehinga belum mencukupi kebutuhan
akibat kanibalisme setelah proses untuk proses pembentukan karapas baru.
moulting. Intensitas moulting pada Hal ini jugs tergambar pada tingkat
perlakuan C lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bobot mutlak dan laju
perlakuan lainnya (Gambar 2) sehingga pertumbuhan harian udang yang tidak
peluang terjadinya kanibalisme pada berbeda nyata (P>0,05) antara udang
perlakuan C lebih besar. Proses moulting yang diberi kapur dolomit dan tohor
udang vaname selama penelitian tidak dengan udang tanpa pemberian kapur
bersamaan antara udang yang satu (kontrol).
dengan udang lainnya sehinga cenderung Peran kapur dolomit terhadap sintasan
menyebabkan terjadinya kanibalisme udang vaname juga di laporkan oleh
terhadap udang yang sedang moulting Arumsari et.al. (2019) dimana pemberian
dan selanjutnya mengakibatkan kematian. kapur dolomit dengan dosis 3 mg/kg
Arumsari et.al. (2019) menyatakan pakan mampu meningkatkan sintasan
kelulushidupan udang vaname sangat udang vaname 27% lebih besar dari
dipengaruhi oleh moulting karena tubuh kontrol. Yulihartini et.al.(2016) melaporkan
udang akan sangat lemah setelah penambahan kalsium hidrosida (Ca(OH)2)
moulting. Jika jumlah ketersediaan kapur sebnyak 60 mg/L mampu meningkatkan
yang dibutukan udang kurang maka akan kelulushidupan udang vaname sebesar
menganggu proses pembentukan karapas 9% dibandingkan kontrol.
baru, akibatnya udang tersebut mudah
dimangsa oleh udang lainnya (Arumsari Kualitas Air
et.al. 2019 ).
Sintasan udang vaname yang diberi Hasil pengukuran beberapa parameter
kapur dolomit dan kapur tohor pada kualitas air meliputi salinitas, suhu,
penelitan ini (Perlakuan B, C dan D) relatif oksigen terlarut (DO) dan pH disajikan
tidak berbeda dengan sintasan udang pada Tabel 3. Kualitas air selama
vaname yang tidak diberi kapur penelitian terutama salinitas, suhu, DO,
(Perlakuan A). Hal ini menunjukan jumlah dan pH secara umum cukup baik dan
kematian udang vaname akibat berada pada kisaran yang mendukung
kanibalisme setelah proses moulting pada untuk pertumbuhan dan keluludhidupan
semua perlakuan relatif sama. Jumlah udang vaname.

44
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN
ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

Tabel 3. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan udang vaname selama 60 hari
pemeliharaan.

Parameter Perlakuan Standar Baku


A B C D
29,29 32,65 32,64 30,67 15-30 ppt.
Salinitas (ppt) (Davis et al.2004)
25,94 25,83 27,29 25,85 28-30 0C.
Suhu (°C) (Rusmiyati 2010)
4,65 4,81 4,67 4,67 4-8 mg/L.
DO (ppm) (Wibowo2006)
8,28 8,28 8,27 8,24 7,5-8,5.
pH ( Haliman ddk. 2005)

Salah satu faktor yang dapat mengatakan bahwa suhu dapat


meningkatkan pertumbuhan dan kelulusan mempengaruhi kondisi udang, terutama
hidupan udang vaname (Litopenaus pertumbuhan dan kelangsungan hidup
vannamei) adalah pengelolaan parameter udang serta suhu yang optimal untuk
kualitas air. Pengelolaan kualitas air budidaya udang yaitu 28-300C.
dengan cara memantau parameter Oksigen terlarut merupakan salah satu
kualitas air selama proses budidaya komponen utama bagi metabolisme
dilaksanakan. Adapun parameter kualitas perairan.Kebutuhan terhadap oksigen
air yang dimaksud adalah salinitas, suhu, oleh udang bervariasi, tergantung pada
DO, dan pH. Data hasil pengukuran jenis stadi dan aktivitasnya. Kandungan
kualitas air tiap perlakuan selama oksigen yang rendah dapat menyebabkan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. nafsu makan udang menurun, yang
Kisaran salinitas selama penelitian selanjutnya akan berpengaruh terhadap
berkisar antara 29,29-30,67 ppt. Nilai laju pertumbuhan udang. Jika dilihat dari
salinitas pada media pemeliharaan terlihat kandungan oksigen terlarut pada
bahwa terdapat variasi naik dan turunnya penelitian ini berkisar antara 4,65 - 4,81
salinitas pada setiap akuarium. Kenaikan mg/l dapat dikatakan cukup baik untuk
salinitas ini terjadi karena pada saat pertumbuhan dan kelangsungan hidup
pengukuran salinitas cuaca panas, suhu udang vannamei. Menurut Wibowo(2006)
udara naik dan terjadi penguapan air mengatakan bahwa kisaran kandungan
akuarium sehingga kandungan air garam oksigen terlarut optimal untuk udang
meningkat yang menyebabkan salinitas adalah 4-8 mg/L.
tinggi tetapi tidak sampai menyebabkan Derajat kesaman (pH) selama
kematian udang. Langkah yang dapat penelitian berkisar antara 8,24-8,28.
dilakukan untuk mengatasi tingginya Variasi perubahan pH selama
salinitas air pemeliharaan adalah dengan pemeliharaan udang vaname dan terlihat
membuang sebagian air didalam bahwa terdapat variasi naik dan turunnya
akuarium dan menggantinya dengan air pH pada setiap perlakuan.Kenaikan pH ini
tawar sehingga salinitas dapat optimal. terjadi karena disebabkan oleh limbah dari
Sedangkan menurut Davis et al. (1992), sisa pakan yang telah mengendap dan
ion calsium (Ca), potasium (K), dan mengalami pembusukan yang
magnesium (Mg) merupakan ion yang mengakibatkan pH air media naik.
paling penting dalam menopang tingkat Menurut Haliman dan Adijaya (2005)
kelulushidupan udang. Salinitas suatu mengatakan bahwa pH air ideal untuk
perairan dapat ditentukan dengan udang vaname adalah antara 7,5-8,5.
menghitung jumlah kadar klor yang ada Keberadaan kalsium dalam air bereaksi
dalam suatu sampel (klorinitas). Sebagian dengan H+ akibatnya pH akan meningkat.
besar petambak membudidayakan udang Penambahan kapur dapat menyebabkan
dalam air payau (15-30). kenaikan pada pH media pemeliharaan
Suhu selama penelitian berkisar antara karena kapur bersifat menetralkan
25,83-25,94oC. Rusmiyati (2010) keasaman sehingga pH air akan

45
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN
ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

meningkat setelah pemberian pakan Printing. Alabama, USA :


dicampur kapur kedalam air (Boyd, 1982). Agricultural Experiment Station,
Auburn University.
KESIMPULAN Chang CH, Lin HY, Ren Q Lin YS, Shao
KT, 2016, DNA barcoda
Berdasarkan hasil penelitian dapat di identification of fish products in
simpulkan bahwa pemberian kapur Taiwan: Government-commissioned
dolomit dan kapur tohor ke dalam media authentication cases. Food Control,
pemeliharaan mampu meningkatkan 66:38-43.
jumlah moulting udang vaname, namun Davis, D.A., A.L. Lawrence, and D. Gatlin.
dosis kapur dolomit dan tohor yang 1992. Mineral requirements of
digunakan belum optimal sehinga secara Penaeusvannamei: a preliminary
signifikan belum mampu meningkatkan examination of the dietary
pertumbuhan dan sintasan udang essentiality for thirteen minerals. J.
vaname. WorldAquaculture Society, 23:8-14
Dehaghani PG. Baboli MJ, Moghada, AT,
DAFTAR PUSTAKA Nejad SZ, Pourfarhadi M. 2015.
Effect of symbiotic dietary
Aisyah, Agus M, dan Mardiana T.Y., 2017. supplementation on survival, growth
Analisis Pemanfaatan Dolomit Pada perfomancc, and digestive enzsyme
Pakan Terhadap Intensitas Moulting activities of ommon carp (Cyprinus
Udang Vaname (Litopenaeus carpio) fingerlings ,Czech Journal of
vannamei). Skripsi. Universitas AnimalScience 60: 224-232.
Pekalongan. Doi:10.17221/8172-CJAS.
Arsono, Y. Arki., Rustadi dan B. Triyatmo. Effendie. 1997.Biologi Perikanan.
2010. Pengaruh Konsentrasi kapur Yayasan Pustaka Nusatama :
(CaCO3) Terhadap Pertumbuhan Yogyakarta. 163p
Lobster Air Tawar(Cherax Galah, Macrobrachium Rosenbergii (De
Quadricarinatus ). Jurnal Perikanan Man).Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan
(J. Fish. Sci.) XII (1): 28-34 dan Perikanan Indonesia. 2: 117-
Arumsari Chici. 2019 Pengaruh 125
Penambahan Kapur Dolomit Ghufran, M. 2010. Pakan Udang: Nutrisi,
CaMg(CO3)2 Dalam Pakan Terhadap Formulasi, Pembuatan dan
Intensitas Moulting, Pertumbuhan Pemberian. Akademia. Jakarta
dan Kelulushidupan Udang Vaname Haliman, R. W dan S.D. Adijaya. 2005.
(Litopenaus vannamei).Skripsi. Pembudidaya dan Prospek Pasar
Universitas Riau. Udang Putih Yang Tahan Penyakit
Anggoro, S 1992 Efek Osmotik Berbagai Udang Vannamei. Penebar
Tingkat Salinitas Mediya Terhadap Swadaya. Jakarta
Daya Tetes Telur dan Vitalitas Larva Hopkins, K. D. 1992. Reporting fish
udang Windu enaeus monodo growth: a review of the basics.
habricius. (Disertai). Program Journal of the world aquaculture
Pascaserjana. Institus Pertanian society, 23: 173-179
Bogor, Bogor, 127 hlm. Marsambuana Pirzan A, Utojo. 2013.
Bray WA, Lawrance AL, Leung J dan Pengaru Variabel Kualitas Air
Trujillo R. 1994. The Effect Salinity Terhadap Produktivitas Udang
on Grwoth and Survival of Peneaus Vaname (Litopenaeus vannamei) di
vannamei with Observation and Kawasan Pertambakan Kabupaten
Experimental Acidification of The Gresik, Jawa Timur
Lake with Special Reference to The Saputra. 2014. Pengaruh Penebaran
Importance of Calcium. In C. R. Calsium Hidrosida Ca(OH)2
Goldman (ed). Freshwater Crayfish Terhadap Moulting, Pertumbuhan dan
V. AVI Publ Comp, INC, Westport. kelulushidupan Udang Vannamei
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in (Litopenaeus vannamei).
Warmwater Fish Pond. Forth

46
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN
ISSN : 2302-0679. Vol. 9 No. 1, Juni 2020, Hal. 39-47

Steel, R.G. dan J.H. Torric. 1980. Prinsip


dan Prosedur Statistika (Suatu
Pendekatan Biometrik) Alih Bahasa:
Bambang Sumantri. Gramedia
Pustaka. Utama, Jakarta. 748 hal
Velasco, M. A. I. Lawrence, and F. I.
Castille. 1999. Effect of Variation In
Daily Feeding Frequency And Ration
Size On Growth Of Shrimp,
Litopenaus Vannamei (Boone), In
Zero Water Exchange Culture Tanks.
Aquaculture, 179 : 141-148.
Wibowo, H. 2006. CaraMemilih Benur
Vannamei Berkualitas. BBAP
Situbondo
Yulihartini wiwi., Rusliadi, Hamdan Alawi.
2016. Pengaruh Penebaran Calsium
Hidrosida Ca(OH)2 Terhadap
Moulting, Pertumbuhan dan
kelulushidupan Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei).Skripsi.
Universitas Riau.
Zaidy AB,2007. Pendayagunaan Kalsium
Media Perairan dalam Proses Ganti
Kulit dan Konsekuensinya Bagi
Pertumbuhan. Tesis. Sekolah Pascar
Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Zonnevild, N.E.A. Husisman and J.H.
Boon, 1991. Prinsip – prinsip
Budidaya ikan. Penerbit Pt.
Grandmedia Pustaka utama,
Jakarta. 336 hal.

47

Anda mungkin juga menyukai