Anda di halaman 1dari 104

SOSIALISASI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 2021 TENTANG


PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (P3LH)

Oleh:
Ir. Ary Sudijanto, MSE

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAMPAK LINGKUNGAN USAHA DAN KEGIATAN,


DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN,
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

1
Perubahan UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup melalui Undang- Undang Nomor 11/2020
tentang Cipta Kerja

Perubahan UU 32/2009 melalui UU 11/2020


Dari total 127 Pasal yang terdapat dalam UU 32/2009,
dirubah ditambahkan dihapus
27 Pasal 4 Pasal 10 Pasal
1, 20, 24, 25, 26, 27, 28, 61A, 82A, 82B, dan 82C 29, 30, 31, 36, 38, 40, 79,
32, 34, 35, 37, 39, 55, 59, 93, 102, dan 110
61, 63, 69, 71, 72, 73, 76,
77, 82, 88, 109, 111, dan
112

Pasal-pasal dengan amanat yang perlu ditindaklanjuti


dalam Peraturan pemerintah

2
Amanat
Undang- Undang Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja untuk
ditindaklanjuti dalam PP (Terkait Rev UU 32/2009)

1. Pengaturan Tata Laksana Uji Kelayakan (PasaL 24);


• Lembaga Uji Kelayakan;
• Tim Uji Kelayakan;
• Anggota Tim Uji Kelayakan (berisi pakar yang bersertifikasi)
• Sistem Sertifikasi.
2. Proses Pelibatan Masyarakat (Pasal 26);
• Masyarakat terkena dampak langsung;
• Keterlibatan dalam penyusunan;
• Keterlibatan dalam penilaian.
3. Sertifikasi dan kriteria penyusun Amdal (Pasal 28);
• Sistem sertifikasi
4. Bantuan Pemerintah terhadap UMK (Pasal 32)
5. Pengaturan mengenai UKL-UPL (Pasal 34);
• Penyusunan standar UKL-UPL
6. Pengaturan mengenai SPPL (Pasal 35);
• Mengintegrasikan SPPL ke dalam NIB
3
Amanat
Undang- Undang Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja untuk
ditindaklanjuti dalam PP (Terkait Rev UU 32/2009)

6. Pengaturan Baku Mutu Lingkungan Hidup (Pasal 20);


7. Pengelolaan Limbah B3 (Pasal 59, Pasal 61);
8. Dana Penjaminan Pemulihan Lingkungan (Pasal 55);
9. Pengawasan dan Sanksi (Pasal 71, 76, 82C);

4
Kerangka Penyusunan PP P3LH
Sistematika PP

• 13 Bab
• 534 Pasal
• 15 Lampiran

5
Struktur Kerangka PP P3LH

Bab III Bab IV


Bab II
Bab I Perlindungan dan Perlindungan dan
Persetujuan Lingkungan
Ketentuan Umum Pengelolaan Mutu Pengelolaan Mutu
(11 Bagian)
(Psl. 1 - 2) Air Udara
(Psl. 3 - 106)
(Psl.107 - 162) (Psl.163 - 219)

Bab V Bab VI Bab VII Bab VIII


Perlindungan dan Pengendalian Pengelolaan Limbah Dana Penjaminan
Pengelolaan Mutu Kerusakan B3 dan nonB3 untuk Pemulihan LH
Laut Lingkungan Hidup
(Psl.274 - 470) (Psl.471 - 479)
(Psl.220 - 271) (Psl.272 - 273)

Bab IX Bab X Bab XI


Bab XII
Sistem Informasi Pembinaan dan Pengenaan Sanksi
Ketentuan Peralihan
Lingkungan Hidup Pengawasan Administrasi
(Psl. 527)
(Psl.480 - 489) (Psl.490 - 504) (Psl.505 - 526)

Bab X III
Ketentuan Penutup
(Psl.528 - 534)
6
Pendekatan Penyusunan PP P3LH
1. Menyusun ketentuan baru dan mencabut PP yang lama
Bab II (PP. 27/2012); Bab III (PP. 82/2001); Bab IV (PP.
41/1999); Bab V (PP. 19/1999); dan Bab VII (PP. 101/2014);
2. Perubahan Pasal dalam batang tubuh PP eksisting dan
menyusun Ketentuan baru yang belum diatur
Bab VIII (PP.46/2017)
3. Menyusun ketentuan baru yang sebelumnya diatur dalam
Permen
Bab X (Pembinaan dan Pengawasan), dan Bab XI
(Pengenaan Sanksi Administrasi);

7
Daftar Lampiran (1)
Lampiran I
Daftar Kawasan
Lindung, Ringkasan
Penyajian Informasi
Awal, dan Bagan
Alir Penapisan
Lampiran XV Wajib Amdal Lampiran II
Sanksi Administrasi Penyusunan Amdal
dan denda dan Mekanisme Uji
Kelayakan

PP 22 TAHUN 2021
TENTANG
Lampiran IX - PENYELENGGARAAN Lampiran III
XIV
Limbah B3 dan
PERLINDUNGAN DAN Penyusunan
Formulir UKL-UPL
NonB3 PENGELOLAAN dan Pemeriksaan
UKL-UPL
LINGKUNGAN HIDUP
(P3LH)

Lampiran VI -
Lampiran IV
VIII
Tim Uji Kelayakan
Baku Mutu Lingkungan Hidup
Lingkungan
Lampiran V
Mekanisme
Perubahan
Persetujuan
Lingkungan

8
Daftar Lampiran PP (2)
1. Lampiran I (Daftar Kawasan Lindung, Ringkasan Penyajian Informasi Awal, dan Bagan Alir Penapisan
Wajib Amdal)
2. Lampiran II (Penyusunan Amdal dan Mekanisme Uji Kelayakan)
3. Lampiran III (Penyusunan Formulir UKL-UPL dan Pemeriksaan UKL-UPL)
4. Lampiran IV (Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup)
5. Lampiran V (Mekanisme Perubahan Persetujuan Lingkungan)
6. Lampiran VI (Baku Mutu Air Nasional)
7. Lampiran VII (Baku Mutu Udara Ambien)
8. Lampiran VIII (Baku Mutu Air Laut)
9. Lampiran IX (Daftar LB3: Sumber Spesifik, Kadaluarsa, Sumber Spesifik Umum, Sumber Spesifik
Khusus)
10. Lampiran X (Parameter Uji Karakteristik LB3)
11. Lampiran XI (Baku Mutu Karakteristik Beracun Melalui TCLP untuk Penetapan Kategori LB3)
12. Lampiran XII (Baku Mutu Karakteristik Beracun Melalui TCLP untuk Penetapan Standar Pengolahan
LB3 Sebelum ditempatkan di Fasilitas Penimbusan Akhir)
13. Lampiran XIII (Nilai Baku Karakteristik Beracun Melalui TCLP dan Total Konsentrasi Untuk Penetapan
Pengelolaan Tanah Terkontaminasi LB3)
14. Lampiran XIV (Limbah nonB3 Terdaftar)
15. Lampiran XV (Jenis dan Kriteria Pelanggaran Terhadap Kewajiban dalam Perizinan Berusaha Terkait
Persetujuan Lingkungan)

9
BAB II
Persetujuan Lingkungan

10
PRINSIP & KONSEP DASAR
Pengaturan Amdal dalam UU Cipta Kerja

Beberapa perubahan pengaturan Secara Prinsip dan Konsep


Amdal dalam UU CK: TIDAK BERUBAH dari konsep
pengaturan dalam ketentuan
• Perubahan nomenklatur perizinan;
sebelumnya, perubahan lebih
• Pengintegrasian Izin Lingkungan; diarahkan untuk
• Transformasi Komisi Penilai Amdal PENYEMPURNAAN KEBIJAKAN
menjadi Tim Uji Kelayakan; DALAM ATURAN
PELAKSANAANNYA sesuai
• Uji kelayakan dokumen Amdal oleh
dengan tujuan UU CK yang
Ahli bersertifikat;
memberikan kemudahan
• Pengaturan Keterlibatan Masyarakat kepada setiap orang dalam
secara lebih Proporsional; memperoleh Persetujuan
• Integrasi Izin PPLH dan Andalalin ke Lingkungan namun dengan
dalam dokumen Lingkungan TETAP MEMENUHI KETENTUAN
yang ditetapkan
11
Kriteria Amdal

UU 32/2009
Pasal 22 dan 23,
UU 32/2009
Sebagai dasar
penetapan wajib
Amdal

12
Pengaturan Integrasi Persyaratan dan Kewajiban Aspek
Lingkungan Kedalam Perizinan Berusaha

Persetujuan Lingkungan

AMDAL

UKL-UPL
Persyaratan dan
kewajiban Aspek
Lingkungan
Perizinan
Berusaha
“Diintegrasikan”
kembali

SPPL

“Semangat UU Cipta Kerja


adalah Penyederhanaan
Regulasi Perizinan”

“Izin Lingkungan tidak dihilangkan namun tujuan dan fungsinya


diintegrasikan ke dalam Perizinan Berusaha” 13
Integrasi Persetujuan Lingkungan ke dalam
Perizinan Berusaha
Pengawasan
Dokumen Persetujuan (Psl. 63, UU CK)

Lingkungan Lingkungan
Perizinan
AMDAL SKKL Berusaha :
Penegakan
Persyaratan • Izin
penerbitan
Perizinan
• Sertifikat Standar
• NIB
Hukum:
Berusaha • Administrasi
UKL-UPL PKPLH (Psl. 24 ayat (5),
UU CK)
Matrik RKL-RPL
TERMUAT dalam
Perizinan Berusaha (Psl. 77, UU CK)
(Psl 1 angka 11 & 12,
UU CK)

SPPL NIB • Gubernur dan Bupati/Walikota berhak melakukan pengawasan


ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
Perizinan Berusaha;
• Menteri berhak melakukan pengawasan jika dianggap terjadi
(Psl. 1, angka 35, UU CK) pelanggaran serius terhadap Perizinan yang seharusnya dilakukan
pengawasan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.
• Pemerintah Pusat menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, jika hasil pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap Perizinan Berusaha.
(Psl. 72 & 76, UU CK)
14
Tingkat Risiko Usaha dan Jenis Dokumen Lingkungan
Jenis Dokumen lingkungan tidak inline dengan
tingkat risiko usaha, Penentuannya didasarkan
pada kriteria Dampak Penting sebagaimana diatur
dalam Pasal 22 dan 23, UU 32/2009

Jenis
Tingkat Dokumen Persetujuan
Risiko Usaha Lingkungan Lingkungan

Tinggi AMDAL SKKL Persyaratan


Perizinan
penerbitan


Menengah “termuat” Berusaha :
Tinggi dalam • Izin
Menengah UKL-UPL PKPLH Perizinan • Sertifikat Standar
Rendah Berusaha • NIB

Rendah SPPL NIB

NIB sebagai Perizinan


Tingkat Risiko Usaha Berusaha telah
digunakan untuk penetapan mengintegrasikan SPPL
jenis Perizinan Berusaha
yang harus dimiliki oleh
pelaku usaha
Penguatan Penegakan Hukum Lingkungan dalam UU CK
Pengintegrasian kembali “Izin Lingkungan” kedalam Perizinan Berusaha,
memperkuat posisi perlindungan terhadap Lingkungan Hidup

UU 23 Tahun 1997 dg turunannya PP 27/1999


Persetujuan Lingkungan Dalam Implementasi di
lapangan Pejabat
SKKL/Rekomedasi penerbit Izin Usaha
Izin Usaha
UKL-UPL Pejabat Penerbit Izin Usaha memasukkan tidak memasukkan
persyaratan Lingkungan dalam Izin Usaha Peryaratan Lingkungan
dalam Izin Usaha yang
Persyaratan dan kewajiban Lingkungan tidak dapat di enforce (tidak masuk dalam Izin Usaha) diterbitkan

UU 32 Tahun 2009 dg turunannya PP 27/2012


Persetujuan Lingkungan
Izin Usaha tidak
SKKL/Rekomendasi Izin memasukkan
Izin Usaha
UKL-UPL Lingkungan Peryaratan Lingkungan,
namun telah tercantum
dalam Izin Lingkungan
Persyaratan dan kewajiban Lingkungan dapat di enforce (masuk dalam Izin Lingkungan)

UU Cipta Kerja / 2020


Persetujuan Lingkungan Perizinan Berusaha/ Izin
Perizinan Usaha/Persetujuan
Izin Pemerintah akan
SKKL/ PKPLH Lingkungan
Berusaha/Persetujuan
memuat Peryaratan
Pemerintah kewajiban dan aspek
Lingkungan yang
Persyaratan dan kewajiban Lingkungan tetap dapat di enforce
dihasilkan dari proses
(karena termuat (terintegrasi) dalam Perizinan Berusaha)
Persandingan Amdal, UKL-UPL, SPPL, Persetujuan Lingkungan & Perizinan Berusaha
Jenis Dokumen Persetujuan Jenis Perizinan
Norma Perizinan (UU 32/2009) Dampak Lingkungan Lingkungan Berusaha
PENGAWASAN
Dampak Penting AMDAL
Izin
Dampak Tidak Lingkungan IZIN Usaha
Penting UKL-UPL dan/atau Kegiatan

Dampak Tidak
Penting, kegiatan SPPL
Skala kecil PEMBINAAN

Konsep Perizinan RBA (UU CK)


Tingkat Jenis Dokumen Persetujuan Jenis Perizinan
Kriteria Risiko (dasar) Risiko Lingkungan Lingkungan Berusaha
PENGAWASAN

Tinggi SKKL IZIN

Menengah AMDAL IZIN


Tinggi
UKL-UPL PKPLH SERTIFIKAT
Menengah STANDAR
Rendah
SPPL

Rendah NIB NIB


PEMBINAAN
Pasal 1, 36, 37, 38, dan 40 UU CK
• Penetapan jenis Perizinan Berusaha menggunakan konsep RBA, sementara penetapan jenis
dokumen lingkungan menggunakan kriteria Dampak Penting;
17
• Persetujuan Lingkungan menjadi prasyarat dan termuat dalam Perizinan Berusaha.
Pengaturan Amdal, UKL-UPL, SPPL dalam UU CK
Jenis Dokumen Persetujuan Jenis Perizinan/
untuk Instansi Pemerintah Dampak
Lingkungan Lingkungan Persetujuan
PENGAWASAN
Dampak Penting AMDAL
SKKL
Dampak Tidak PERSETUJUAN
Penting UKL-UPL PKPLH PEMERINTAH

Dampak Tidak
Penting kegiatan SPPL
Skala kecil PEMBINAAN

untuk Pelaku Usaha


Tingkat Jenis Dokumen Persetujuan Jenis Perizinan
Kriteria Risiko (dasar) Risiko Lingkungan Lingkungan Berusaha
PENGAWASAN

Tinggi SKKL IZIN

Menengah AMDAL IZIN


Tinggi
UKL-UPL PKPLH SERTIFIKAT
Menengah STANDAR
Rendah
SPPL

Rendah NIB NIB


PEMBINAAN

• Perizinan Berusaha , Sertifikat Standar dan NIB diperuntukkan untuk Pelaku Usaha, Untuk yang dilakukan oleh Pemerintah
dalam bentuk Persetujuan dari Pemerintah (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah)
• Perizinan Berusaha, Sertifikat standar atau Persetujuan dari Pemerintah wajib di lakukan pengawasan 18
Pengaturan Tata Laksana Uji Kelayakan Lingkungan

Profesional
PENETAPAN PERCEPATAN DAN
KELAYAKAN KETEPATAN ENVIRONMENTAL SAFEGUARDS
LINGKUNGAN KAJIAN AMDAL
Efektif Pasal 24, UU CK
Konsep Dasar :
Amdal adalah kajian teknis, ekonomi dan sosial untuk Penetapan Kelayakan Lingkungan

KRITERIA
KELEMBAGAAN KOMPETENSI TATA LAKSANA
(Penyusun dan Ahli) TAHAPAN:
I. BENTUK/FORMAT LEMBAGA
II. KRITERIA PERSONIL DALAM
LEMBAGA & PENGATURANNYA
LEMBAGA di PUSAT, “EFEKTIF” III. MEKANISME PENILAIAN / TATA
menugaskan Tim Uji BERBASIS BERBASIS LAKSANA
Kelayakan
Lingkungan Hidup di
STANDARDISASI & SCIENTIFIC
Pusat, Provinsi dan KOMPETENSI STANDAR &
Kab/ Kota TEKNOLOGI

Dasar pemikiran sistem KPA diganti dengan Sistem Uji Kelayakan:


1. Memastikan standarisasi pelaksanaan sesuai dengan NSPK;
2. Mengembalikan Amdal sebagai kajian ilmiah;
3. Mengatasi bottleneck penilaian Amdal.
19
Konsep Lembaga Uji Kelayakan dan Tim Uji Kelayakan
Dibentuk oleh LEMBAGA UJI
Bank Ahli
Pemerintah KELAYAKAN

Tim Uji
Lembaga Uji Kelayakan,
Kelayakan bertugas
Tim Uji membantu
membentuk Tim Uji Tim Uji Tim Uji
Kelayakan Menteri,
Tim Uji Kelayakan Kelayakan Kelayakan
Pusat gubernur,
Kelayakan Pusat Provinsi Kab/Kota bupati/walikota
(penugasan
(KLHK) (tiap Provinsi) (tiap Kab/Kota) untuk
untuk khusus)
melakukan
melaksanak
penilaian uji
an tugasnya kelayakan
lingkungan
• Keanggotaan Tim Uji Kelayakan terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, hidup rencana
Pemerintah daerah dan Ahli bersertifikat usaha dan/atau
kegiatan sesuai
• Akan disusun mekanisme pemenuhan sertifikasi kompetensi bagi
kewenangan
anggota tim uji kelayakan, sertifikasi kompetensi merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota Tim Uji Kelayakan;
• Tim Uji Kelayakan Adhoc merupakan Tim Uji kelayakan yang dapat
ditugaskan sewaktu-waktu dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan
untuk melakukan penilaian uji kelayakan

20
Konsep Lembaga Uji Kelayakan dan Tim Uji Kelayakan
MENTERI LHK PERSYARATAN TIM UJI KELAYAKAN
BERBASIS PROFESIONAL
SK Tim Uji
Kelayakan  UNSUR UNSUR AHLI
BERSERTIFIKAT
PEMERINTAH
(Minimal 5 orang),
PUSAT & DAERAH
TIM UJI KELAYAKAN LH Antara lain:
yang membidangi
LEMBAGA UJI PUSAT LH
ahli kualitas udara,
ahli kualitas air, ahli
KELAYAKAN  Instansi Penerbit
sosial, ahli kesehatan
Persetujuan
TIM UJI KELAYAKAN LH masyarakat, atau ahli
Teknis
PROVINSI lainnya
Evaluasi
Pemenuhan
Kriteria
Penilaian Keahlian
TIM UJI KELAYAKAN LH
KAB/KOTA

TIM UJI KELAYAKAN LH


ADHOC KRITERIA:
Usulan Pembentukan  UNSUR PEMERINTAH & AHLI
Tim Uji Kelayakan oleh MEKANISME:
Kepala Daerah &  PEMBENTUKAN LEMBAGA
Dirjen  PENILAIAN KEAHLIAN
21
Skema Konsep Sertifikasi Penilai Amdal
• Ijazah pendididkan
formal;
Pemohon Lembaga Uji Kelayakan • Sertifikat pelatihan;
Sertifikasi Ahli a.n. Menteri • Bukti pengalaman;
• Rekam jejak ahli;
• Rekomendasi dari asosiasi
keahlian
• Tulisan ilmiah

Tidak Penilaian
Lulus Calon Ahli

Penerbitan
Sertifikat
Kompetensi

22
Pengaturan NSPK & Kewenangan Penerbitan SKKL (AMDAL)

NSPK Kewenangan
Penerbitan SKKL
Amdal
Pemerintah Pusat Pemrakarsa Menteri SKKL
(Ditjen PKTL)
melalui PP

Menteri LHK Tim Uji Gubernur SKKL


Kelayakan (DLH Provinsi)

Tim Uji Kelayakan


membantu Menteri,
Membentuk gubernur atau Bupati/
Lembaga Uji SKKL
bupati/walikota sesuai Walikota
Kelayakan kewenangannya untuk (DLH Kab/Kota)
melakukan Uji Kelayakan
terhadap Dokumen
Amdal yang disampaikan
Perizinan
oleh pemrakarsa
Berusaha
dalam bentuk
Kewenangan Penerbitan Persetujuan Lingkungan sesuai dengan Izin melalui OSS
Kewenangan Penerbitan Perizinan Berusaha 23
Pengaturan Tata Cara Pelibatan Masyarakat

Pasal 26 (2) Penyusunan dokumen Amdal dilakukan dengan


melibatkan masyarakat yang terkena dampak
UU CK langsung terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan Pengumuman Konsultasi Publik
Masyarakat yang berada di dalam batas
wilayah studi amdal (yang menjadi batas Masyarakat
Pemrakarsa
sosial) yang berkepentingan terhadap Berkepentingan/
Terpengaruh
rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri
dari masyarakat yang akan mendapatkan
manfaat dan masyarakat yang akan
mengalami kerugian
Pelibatan
Masyarakat Masyarakat
Terkena
masyarakat yang tidak Dampak
terkena dampak, tetapi Langsung
Pemerhati
mempunyai perhatian Lingkungan LSM pembina Pemerintah
terhadap rencana usaha masyarakat
dan/atau kegiatan
(Tim Uji Kelayakan)
tersebut, maupun
dampak-dampak
lingkungan yang akan LSM yang memang terbukti sebelumnya telah
ditimbulkannya melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap
masyarakat yang terkena dampak langsung Konsultasi Masyarakat
dalam Uji Kelayakan
PELIBATAN MASYARAKAT DILAKUKAN SECARA PROPORSIONAL.
• Untuk Memberikan Perhatian Lebih Terhadap Kepentingan Masyarakat Yang Terkena Dampak Langsung dari rencana
usaha dan/atau kegiatan oleh pemrakarsa kegiatan dengan tetap membuka ruang bagi pemerhati lingkungan dan LSM
Pembina masyarakat terkena dampak;
• Pelibatan masyarakat lain diluar masyarakat terkena dampak langsung dilakukan oleh pemerintah melalui TUK
24
Rumusan keterlibatan masyarakat dalam UU CK
(Penyusunan dan Penilaian Amdal)
2 PENILAIAN AMDAL
Dilakukan oleh TIM UJI KELAYAKAN (TUK)

Dalam Penilaian Amdal Dalam Penilaian Amdal


masyarakat lain yang masyarakat terkena
masukannya relevan dampak langsung
dilibatkan dilibatkan

Masyarakat lain :
• Masyarakat pemerhati
• Masyarakat yang terpengaruh
atas keputusan
Dapat dilibatkan oleh TUK apabila 1 PENYUSUNAN AMDAL
tidak ada masukan yang diperoleh
Dilakukan oleh PEMRAKARSA
Masukan masyarakat Dalam penyusunan Amdal,
lain yang relevan
disampaikan kepada
Masyarakat yang dilibatkan
pemrakarsa sebagai adalah masyarakat terkena
bahan Pelingkupan dampak langsung dan LSM
Pembina langsung masyarakat

25
Pengaturan Sertifikasi dan Kriteria Kompetensi
Penyusun Dokumen Amdal

PEMRAKARSA PEMERINTAH
Menunjuk

AMDAL
LEMBAGA UJI
KELAYAKAN

Lembaga Penyedia Jasa TIM UJI KELAYAKAN


Penyusun
Penyusunan Amdal (Unsur Pemerintah Pusat dan
Bersertifikat
Teregistrasi daerah serta AHLI BERSERTIFIKAT)

PENYUSUNAN DOKUMEN AMDAL UJI KELAYAKAN LINGKUNGAN

Pengambil Keputusan
(Menteri, gubernur,
bupati/walikota)

Penyusun maupun Penilai Amdal dipersyaratkan harus memiliki sertifikat, agar dokumen Amdal
yang digunakan dalam menentukan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah/saintifik 26
Pengaturan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)
Kewenangan
NSPK Pemrakarsa
mengisi Form
Standar UKL-UPL
Persetujuan PKPLH*
Pemerintah Pusat
melalui PP
Menteri LHK
(Ditjen PKTL)
Instansi LH Menyampai
sesuai kewenangan -kan
Menteri LHK melakukan verifikasi
kesesuaian standar yang
Gubernur Persetujuan
dipilih dalam form UKL- (DLH Provinsi) PKPLH
UPL oleh pelaku usaha melalui
Bupati/ Walikota
OSS
Standar UKL-UPL (DLH Kab/Kota)

Perizinan Berusaha
Kewenangan Penerbitan Persetujuan Lingkungan sesuai dengan dalam bentuk:
Kewenangan Penerbitan Perizinan Berusaha • Izin; atau
• Sertifikasi Standar;
*) Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup 27
Pengaturan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL)

Dokumen Persetujuan
Lingkungan Lingkungan

AMDAL SKKL Persyaratan


penerbitan Perizinan Berusaha :
“termuat” • Izin
dalam • Sertifikat Standar
UKL-UPL PKPLH Perizinan • NIB
Berusaha

SPPL NIB
NIB sebagai Perizinan
Berusaha telah
mengintegrasikan SPPL

28
Pengaturan Integrasi Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dengan Amdal dan UKL-UPL
b Pasal 61A,
Pasal 61 A

Kajian Teknis UU CK Dalam hal Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan:


Penyimpanan, a. Menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
pengumpulan, menyimpan, memanfaatkan, dan/atau mengolah
pemanfaatan
a pengolahan dan c b.
B3;
Menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
penimbunan LB3
Kajian Teknis menyimpan, memanfaatkan, mengolah, dan/atau
Kajian Teknis menimbun Limbah B3;
Penyimpanan,
pengumpulan, Pembuangan c. Melakukan pembuangan air limbah ke laut;
pemanfaatan air limbah ke d. Melakukan pembuangan air limbah ke sumber air;
pengolahan dan Integrasi laut e. Membuang emisi ke udara; dan/atau
penimbunan B3
kajian f. Memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah;
yang merupakan bagian dari kegiatan usaha, pengelolaan
dampak
tersebut dinyatakan dalam Amdal atau UKL-UPL.
dalam
f dokumen d Sejalan dengan pengaturan Pasal 123, UU
Amdal atau 32/2009
Kajian Teknis UKL-UPL Kajian Teknis
Pemanfaatan air Pembuangan air
limbah untuk limbah ke sumber
aplikasi ke tanah air
e
Kajian Teknis Sertifikat
Membuang emisi
ke udara Layak Operasi
Untuk
Operasional
Integrasi Pengelolaan ke dalam
dokumen AMDAL atau UKL-UPL
kegiatannya
29
Integrasi Izin PPLH dan Andallalin ke dalam Dokumen Lingkungan
(Amdal atau UKL-UPL) Serta Persetujuan Awal Pemerintah
Proses KA - Andal Proses Andal, RKL-RPL

Kesesuaian Rencana Masuk ke dalam


Usaha dan/atau Dokumen Lingkungan Penyusunan & Persetujuan Teknis
Kegiatan dengan Penilaian Amdal PLB3, PPKL,
Rencana Tata Ruang atau UKL-UPL Andallalin
Andalalin

Persetujuan Awal Pertek ditujukan bagi Sudah tersedia Informasi untuk mengkaji
Pemerintah (FS usaha dan/atau kegiatan persyaratan izin PPLH: Kajian Izin PPLH
Kegiatan, RIP, dll…) yang berisiko tinggi dan (i.e. PLB3, pembuangan air limbah ke
sungai & laut) terintegrasi ke dalam
menengah, Pertek bagi Kajian AMDAL/UKL-UPL
Risiko menengah dilakukan
by Sistem Kajian Andal
(Kelola Pantau yang Rinci dan
Operasional)

untuk memastikan terpenuhinya


Post Inspection SKKL/Persetujuan PKPLH
ketentuan dalam Rekomtek/Persetujuan Teknis
sudah memuat/ melampirkan
(Cek Kesesuaian persyaratan dan kewajiban
Diterbitkan bukti pemenuhan Persetujuan Teknis) Rekomtek
Persyaratan Teknis sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan
operasional Implementasi
Perizinan Berusaha
Mekanisme seperti ini telah lama diterapkan, seperti:
• Persetujuan Tekno Ekonomi untuk kegiatan Pertambangan; Pasal 61 A
• RIP untuk kegiatan pembangunan Pelabuhan; Dalam Hal penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan: menghasilkan,
• RIB untuk kegiatan pembangunan Bandar Udara; melakukan, membuang dan/atau memanfaatkan ….. yang merupakan
• Desain Bendungan dari komite Keselamatan Bendungan; bagian dari kegiatan usaha, pengelolaan tersebut dinyatakan
• SLF untuk kegiatan Pembangunan Gedung; dll. 30
dalam Amdal atau UKL-UPL.
Proses Persetujuan LH (SKKL) dan Integrasi dengan
Persetujuan Teknis
Menteri LHK
Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK):
Penapisan & Pengecualian Sertifikasi Kompetensi Penyusuan LEMBAGA UJI KELAYAKAN Masyarakat
Amdal, Data & Informasi Amdal Pemerhati LH
dan terkena
Masyarakat Terkena Pengaruh/Berke
Penyusun Amdal: Pemrakarsa & Penilai AMDAL oleh Tim Uji Kelayakan/ pentingan
Dampak Langsung
(Pengumuman &
Penyusun Amdal Bersertifikak TUK (Unsur Pemerintah dan Ahli (Konsultasi
Konsultasi Publik) Kompetensi (KTPA & ATPA) Bersertifikat) Masyarakat)

50 hari kerja Dana Jamian


Pemulihan LH
perbaikan dokumen
30 hari kerja Andal dan RKL-RPL
60-180 hari kerja
10 hari kerja
Rekom hasil keputusan
Pengisian Penyusunan Penilaian atau
Pemeriksaan penilaian atau kelayakan LH
Pra- Formulir KA ANDAL & RKL- Penilaian akhir
Formulir KA oleh Penilaian Akhir (SKKL) & Perizinan
AMDAL oleh RPL oleh ANDAL & RKL-
Tim Teknis Andal dan RKL- Berusaha atau
Pemrakarsa Pemrakarsa RPL Oleh TUK
ketidak-layakan LH
RPL oleh TUK

Integrasi ke dalam Amdal

Persetujuan Teknis dalam bentuk Rencana Induk Pelabuhan Baku Mutu Lingkungan Hidup Baku Kerusakan LH
Persetujuan Teknis dalam Pengelolaan Limbah B3 • Air dan Udara Ambien; • Tanah
• Air Limbah (effluent) • Mangrove
Persetujuan Teknis Pengelolaan Air Limbah • Emisi; • Lamun
Persetujuan Teknis Kajian Dampak Lalu Lintas • Gangguan • Terumbu Karang

31
Pengaturan kewenangan penerbitan
Persetujuan Lingkungan

• Pengaturan kewenangan penerbitan persetujuan


lingkungan didasarkan pada kewenangan
penerbitan Perizinan Berusaha;
• Berbeda dengan konsep sebelumnya dalam Izin
Lingkungan;
• Kewenangan tidak lagi berdasarkan pembagian
kegiatan strategis Pusat, Provinsi dan Kab/Kota;
• Pengaturan menyelaraskan kewenangan
Persetujuan Lingkungan dengan Perizinan
Berusaha

32
Perubahan Persetujuan Lingkungan
PENGECUALIAN : Dengan melalui penyusunan dokumen LH
1. Perubahan (Kepemilikan, a. Wajib Amdal: Amdal Baru
Pemisahan/penggabungan, Penanggungjawab,
(Pengembangan) atau Adendum Andal &
nama kegiatan, wilayah administrasi);
RKL-RPL;
2. Penciutan/pengurangan;
3. Perubahan Dampak/Risiko LH (Audit LH atau ARLH) b.UKL-UPL: UKL-UPL Baru Pengembangan
yang diwajibkan; atau Amdal Baru Pengembangan

Pemegang Perubahan Perubahan Pelaksanaan


Persetujuan Usaha dan/atau Persetujuan Perubahan Usaha
Lingkungan Kegiatan Lingkungan dan/atau Kegiatan

1. Perubahan yang berpengaruh terhadap LH


Perubahan Usaha
(ada 9 Kriteria) dan/atau kegiatan tidak
2. Rencana Usaha/Kegiatan tidak dilaksanakan dapat dilakukan
setelah 3 Tahun Izin Lingkungan diterbitkan sebelum diterbitkannya
perubahan Persetujuan
3. Perubahan Pengelolaan Lingkungan yang
Lingkungan
merubah Persetujuan Teknis
33
Perubahan Persetujuan Lingkungan
Tanpa Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup baru
Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
1. Perubahan Spesifikasi Teknik;
2. Penambahan Kapasitas Produksi;
3. Perluasan lahan usaha dan/atau kegiatan;
4. Perubahan waktu atau durasi operasi;
5.
6.
Perubahan Kebijakan Pemerintah;
Perubahan LH yang mendasar akibat
Kriteria
peristiwa alam atau akibat lain; Perubahan
7. Tidak dilaksanakannya kegiatan dalam
jangka waktu 3 tahun sejak diterbitkan
yang lebih
keputusan Persetujuan Lingkungan; detail
8. Perubahan identitas penanggung jawab
kegiatan;
9. Perubahan wilayah administrasi

10.
pemerintahan
Perubahan pengelolaan dan pemantauan a b c
Adendum
AMDAL UKL-UPL
lingkungan;
11. Perubahan SLO yang lebih ketat dari
Persetujuan Lingkungan yang dimiliki; Andal &
12. Penciutan/pengurangan luas areal usaah
dan/atau kegiatan; BARU RKL-RPL BARU
13. Perubahan dampak dan/atau risiko
lingkungan berdasarkan hasil analislis
risiko dan/atau audit lingkungan yang Sumber: Pasal 89 dan 90, PP 22 Tahun 2021
34
diwajibkan.
Pembagian Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan Dokumen LH
Jenis Rencana Usaha Dampak Lingkungan dan
dan/atau kegiatan Dokumen Lingkungan
Kegiatan AMDAL
USAHA DAN/ATAU berdampak
KEGIATAN penting terhadap
WAJIB AMDAL LH Saat ini dalam Peraturan
MENLHK 38/2019
Batas AMDAL
Kegiatan
tidak Ditetapkan
USAHA DAN/ATAU UKL-UPL dalam
KEGIATAN berdampak
Peraturan
WAJIB UKL/UPL penting Menteri
terhadap LH
Batas dokumen Saat ini dalam
Peraturan Gub. atau
UKL-UPL Bupati/Walikota

USAHA DAN/ATAU Kegiatan tidak wajib UKL/UPL &


KEGIATAN WAJIB SPPL tidak berdampak penting serta SPPL
35
Kegiatan usaha mikro dan kecil
Bantuan Pemerintah terhadap UMK
Amdal bagi Usaha dan/atau
kegiatan Mikro dan Kecil
yang berdampak penting
Sesuai terhadap lingkungan
Kewenangannya
Pemerintah &
Pemerintah Daerah
membantu
(melalui pembiayaan
APBN dan/atau APBD)

Bentuk bantuan:
1. Fasilitasi;
2. Biaya; dan/atau
3. Penyusunan Amdal

36
Penerapan RKL-RPL Rinci

Kawasan
Ekonomi
Khusus

Kawasan Kawasan
…….. Industri

Kawasan
Perdagangan
Kawasan ……. Bebas dan
Pelabuhan
Bebas
37
Pengaturan Peralihan (1)
a. Dengan terbitnya PP 22/2021 maka Izin Lingkungan tidak lagi diterbitkan.
b. Penilaian Amdal, atau pemeriksaan Formulir UKL-UPL dan pengajuan Izin
PPLH yang sedang dalam proses, dilanjutkan sampai dengan terbitnya
Persetujuan Lingkungan;
c. Proses penilaian Amdal atau pemeriksaan Formulir UKL-UPL berdasarkan
permohonan penerbitan Izin Lingkungan yang diajukan dan dinyatakan telah
lengkap administrasi sebelum tanggal 2 Februari 2021, dilaksanakan oleh
Komisi Penilai Amdal atau instansi lingkungan hidup berdasarkan
pengaturan kewenangan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
8 Tahun 2013, sampai dengan diterbitkan Persetujuan Lingkungan dengan
format sebagaimana diatur dalam pasal 49 ayat (6) dan Pasal 63 PP
22/2021;
d. Proses penilaian Amdal, pemeriksaan Formulir UKL-UPL atau Proses Izin
PPLH terkait baku mutu lingkungan hidup dan pengelolaan Limbah B3
berdasarkan permohonan yang diajukan setelah tanggal 2 Februari 2021,
pemohon diminta untuk mengajukan kembali permohonannya sesuai PP
22/2021, kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah;
38
Pengaturan Peralihan (2)
e. Proses Izin PPLH terkait baku mutu lingkungan hidup dan Pengelolaan
Limbah B3 berdasarkan permohonan yang diajukan dan dinyatakan telah
lengkap administrasi sebelum tanggal 2 Februari 2021, diterbitkan
Persetujuan Teknis yang selanjutnya dimasukkan dalam Persetujuan
Lingkungan melalui perubahan Persetujuan Lingkungan karena
perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai Pasal 89
ayat (2) huruf j PP 22/2021.
f. Komisi Penilai Amdal tetap melaksanakan penilaian Amdal sampai
dengan terbentuknya Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup di Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 531 huruf b,
PP 22/2021.
g. Lisensi yang telah dimiliki Komisi Penilai Amdal dinyatakan tetap berlaku
dan dapat diperpanjang sampai dengan terbentuknya Tim Uji Kelayakan
Lingkungan Hidup.
h. Sertifikasi profesi dari lembaga sertifikasi profesi yang dimiliki oleh
penyusun Amdal tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlaku
sertifikasi dan dapat diperpanjang sampai terbentuknya lembaga sertifikasi
kompetensi. 39
SURAT EDARAN MENLHK
(SE.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2021)

40
BAB III - VI
Perlindungan dan Pengelolaan Mutu:
Air, Udara, Laut & Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup

41
Perubahan Konsep Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dlm UU No. 11/2020 ttg Cipta Kerja

UU 32/2009 UU 11/2020
Izin PPLH Air Limbah
• IPLC ke badan air
PERUBAHAN KEDUDUKAN IPPLH PROSES
• IPLC ke laut Persetujuan teknis persyaratan
1. Izin Perlindungan dan
• Izin injeksi pengajuan Amdal atau UKL/UPL
• Izin pemanfaatan
limbah ke tanah
air
Pengelolaan Lingkungan
Hidup menjadi Persetujuan
Teknis (Pertek) air dan udara;
2
2. Pertek menjadi bagian dalam
Persetujuan Lingkungan;
1
3
3. Pertek diajukan sebelum
proses Amdal atau UKL/UPL

Ditetapkan oleh Menteri


setelah Izin Lingkungan
keluar (Usaha dan/atau PELAKSANAAN
Usaha dan/atau Kegiatan
4 PROSES
Verlap: mengecek kesesuaian
Kegiatan sudah beroperasi) Pertek dengan kondisi
beroperasi normal setelah senyatanya. Jika sesuai maka
memiliki SLO diberikan Sertifikat Laik Operasi
(SLO)

42
Baku Mutu Lingkungan Hidup

BM Air
Baku Mutu (BM)

BK Tanah

Kriteria Baku kerusakan


BM Air Limbah

BM Air Laut BK Mangrove

(KBK)
BM Udara Ambien
BK Padang Lamun
BM Emisi
BK Terumbu
BM Gangguan Karang

43
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN MUTU AIR
(PPMA)

PPMA

Rencana PPMA Nasional dan Rencana PPMA Nasional dan Provinsi berdasarkam hasil
Perencanaan
Provinsi pemantauan mutu air dan alokasi beban cemaran air

Pemanfaatan air dilakukan pada Badan Air sesuai


Pemanfaatan berdasarkan
Pemanfaatan PERUNTUKAN (Kelas Satu, Kelas Dua, Kelas Tiga, Kelas
Rencana PPMU
Empat)

Pengendalian dengan Melalui : penyediaan sarana prasarana, pelaksanaan 4R,


Pengendalian pencegahan, penanggulangan BMAL, internalisasi biaya, system perdagangan alokasi
dan pemulihan mutu air beban cemaran air

Konservasi dan pencadangan Konservasi untuk perlindungan peruntukan air minum,


Pemeliharaan Badan Air, dan pengendalian pengendalian perubahan iklim melalui pengelolaan air
perubahan iklim limbah

Peran Serta Peran Serta aktif masyarakat Pemantauan mandiri, pengurangan bahan cemaran air,
Masyarakat dalam PPMA ecoriparian pemulihan ekosistem sungai dsb.
Baku Mutu Air
Baku Mutu
Baku Mutu Air (Ambien)
Air Limbah

Pembuangan Pembuangan Pemanfaatan


Air Permukaan Air Tanah air limbah ke
badan air/laut
air limbah
secara injeksi
air limbah ke
tanah

Kelas II
Kelas III
(Pariwisata
Kelas I (Air (Perikanan, Kelas IV
air/kebutuhan
Minum/perunt peternakan, (industry/peru Kriteria
sehari- Air baku air
ukan lain dgn pertanian/per ntakan lain pencemaran
hari/peruntuka minum
syarat mutu air untukn lain dgn syarat air tanah
n lain dgn
sama) dgn syarat mutu air sama)
syarat mutu air
mutu air sama)
sama)

45
Pengaturan pada draft RPP PPMA terkait Alokasi Beban
Pencemar Air

Pengaturan alokasi beban cemaran


air di setiap Kelas Air dan segmen
sungai
Penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan wajib
melakukan:
Penanggulangan dan
pemulihan lingkungan hidup

Pengaturan terkait perdagangan


alokasi beban cemaran air terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang
melakukan kegiatan pembuangan air
limbah ke media air.
Pengendalian Pencemaran Air dengan Penerapan Pemenuhan Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pemenuhan BMAL Bagi Usaha dan/atau Kegiatan

Tersedia Kajian Teknis


penentuan Alokasi beban
Standar Tidak BMAL sama atau lebih
BMAL cemaran air
Teknologi ketat dari BMAL Standar
berdasarkan lebih longgar
Pengolah Air
Limbah Alokasi Beban
Cemaran
- Industri wajib
Ya
memanfaatkan air
Persetujuan Teknis limbah
Menggunakan dari Menteri / Gub / - Penataan industry ke
Alokasi beban Kawasan industry
Teknologi yang Bupati/Walikota cemaran air - KLHS untuk penataan
tersedia
telah terlewati ruang

Menteri/Gubenur/Bupati/
Walikota menerapkan
• Kajian sesuai permohonan Perdagangan Alokasi
Persetujuan
kegiatan yang dimohonkan Lingkungan Beban Cemaran Air
(pembuangan dan/atau
pemanfaatan) Alokasi beban
prediksi sebaran air
• Kajian berdasarkan Alokasi cemaran air
Persetujuan belum limbah berdasarkan data
Beban Cemaran Air per Berusaha ditetapkan mutu air pada segmen
segmen yang ditetapkan atau zonasi media air
Menteri dimana lokasi usaha
dan/atau kegiatan berada
• Dilakukan verifikasi dilakukan
untuk memastikan sarana Sertifikat Layak Operasi
yang dipersyaratkan dalam
Persetujuan Teknis
beroperasi baik sehingga
mendapat SLO (Sertifikat
layak Operasi) 47
Korelasi antara Baku Mutu Badan Air dan Baku Mutu Air Limbah

Baku Mutu Badan Air

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Menteri, Pemerintah daerah sesuai


dengan kewenangannya
 pariwisata air dan industri menetapkan kelas baku mutu
 Perlindungan air  perikanan, 
 kebutuhan sehari- untuk setiap segmen sungai
 Mata air  peternakan, dan
hari manusia atau
 Air baku air  pertanian, atau
 peruntukan lain
minum  peruntukan lain Setiap orang wajib menjaga agar
yang
 Penelitian yang kegiatannya tidak menyebabkan
mensyaratkan
 Ilmu pengetahuan mensyaratkan baku mutu air terlampaui
Mutu Air yang
 Pendidikan Mutu Air yang
sama;
 Jasa lingkungan sama; Untuk memastikan baku mutu air
tetap terjaga menteri menetapkan
baku mutu air limbah

Baku mutu air limbah


BMAL ditetapkan berdasarkan
daya tampung beban pencemaran air

48
Baku mutu Air Tanah

1 Air Minum 2 Menteri menetapkan tata cara


penetapan pencemaran air tanah

Kriteria Penapisan air tanah


Pengukuran kualitas air tanah
tercemar

Dibawah kriteria
Bandingkan dengan ktiteria Diatas Kriteria penapisan
penapisan air tanah tercemar

Berada diantara batas bawah


Tidak Tercemar
dan batas atas kriteria
penapisan air tanah
Lakukan Kajian Risiko Lingkungan(environmentall Risk
Air tanah dibandingkan dengan kulaitas air tanah rona lingkungan awal Assesment)
Konsentrasi di atas rata rata
atau air tanah yang belum terpengaruh oleh pencemaran di sekitar lokasi
faktor faktor yang mempengaruhi bioavability
(konsentrasi pore water, pengaruh organik karbon dan speciasi
kimia air tanah)

Uji toksisitas akut Di atas

toksik Bandingkan konsentrasi yang


Tidak Toksik
bioavailable dengan nilai
Sangat Tercemar Tidak Tercemar
kriteria air tanah tercemar
Uji toksisitas kronis yang paling rendah

Tidak Tercemar Tercemar Sedang

49
• Menteri menetapkan nilai konsentrasi ambien tertinggi di setiap kelas WPPMU (Wilayah
Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara)
• Setiap orang wajib menjaga agar kegiatannya tidak menyebabkan baku mutu udara ambien
terlampaui
• Untuk memastikan baku mutu udara ambien terjaga, Menteri menetapkan Baku Mutu Emisi

50
Proses Persetujuan Lingkungan Berdasarkan Dampak Pembuangan Emisi ke Udara

Dampak Pembuangan Emisi ke Udara

Rendah Tinggi

Baku Mutu
Emisi/AirLimbah • Penanggung Jawab Usaha Kajian Teknis
dan/atau kegiatan wajib
Persetujuan menyediakan sarana
berusaha pengendalian pencemaran
udara sebagaimana Persetujuan Teknis
tercantum dalam persetujuan
lingkungan
• Dilakukan Verlap untuk Menteri (cq Dirjen)
memastikan sarana tsb
beroperasi dgn baik sehingga
mendapat SLO (Sertifikat Persetujuan
layak Operasi) Lingkungan
• Menteri menetapkan kuota/
alokasi beban pencemaran Persetujuan
berusaha

Sertifikat Layak Operasi

51
Pengaturan pada draft RPP PPMU terkait Kuota Emisi

Menteri menetapkan:
a. Kuota emisi; dan
b. Sistem dan Lembaga pelaksana
perdagangan kuota emisi (megoptimalkan
kelembagaan yg ada)

Kuota emisi diperjualbelikan antar


penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
sesuai dengan kuota emisi yang dimilikinya

Pemantauan emisi bagi usaha


dan/atau kegiatan dengan cara:
a. Manual; dan
b. Terus-menerus.
Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Laut

Mutu laut
Kriteria Baku
Baku Mutu Air
Kerusakan Ekosistem
Laut
di Pesisir dan Laut

Terum Ekosist
Pelabu Wisata Biota Mangr Padang
bu em
han Bahari Laut ove lamun
Karang lainnya

Pengendalian
Proses Persetujuan Lingkungan
Berdasarkan Dampak Pembuangan Air Limbah ke Laut

Persyaratan Kajian Teknis


• Identiifkasi sumber, kuantitas dan
karakteristik air limbah
• Penentuan parameter kunci utk prediksi
sebaran air limbah dan baku mutu air
limbah
• Identifikasi laut penerima air limbah dan
kualitasnya
• Data sirkulasi air laut musiman
• Lokasi area sensitif (terumbu karang,
mangrove, padang lamun, tempat
pemijahan, dll)
• Prediksi sebaran air limbah di laut, usulan
tiitk pemantauan kualitas air laut
• Neraca air, deskripsi IPAL
• Kondisi darurat pencemaran laut

54
Kewajiban Usaha dan/atau Penanggung Jawab Kegiatan untuk Memastikan
Tidak Melebihi Baku Mutu

2 3 4 5

Menaati Baku Menyusun dan Melaksanakan Sistem


Pelaporan Personil
Mutu Manajemen Lingkungan (SML)

Pemantauan Plan, Do, SIMPEL


1 Check, Action

Menyediakan sarana Memiliki Personil Memiliki Personil


pengendalian pencemaran udara yang Berkompeten yang Berkompeten
dan air sebagaimana tercantum dalam Pengendalian dalam Pengendalian
dalam Persetujuan Lingkungan Pencemaran Air Pencemaran Udara

standar
kompetensi
ditetapkan sesuai
PUU

55
Kewajiban Usaha dan/atau Penanggung Jawab Kegiatan untuk Memastikan
Tidak Melebihi Baku Mutu
Menyediakan saran pengendalian
pencemaran udara dan air Menyusun dan Melaksanakan Sistem
Menaati Baku Mutu Pelaporan
sebagaimana tercantum dalam Manajemen Lingkungan (SML)
Persetujuan Lingkungan 2 3
4
1
Pemantauan

Pastikan sarana pengendali


berfungsi baik. Sebelum beroperasi Plan, Do,
sarana tersebut mendapat sertifikasi Manual Terus Menerus Check, Action
laik operasi dari Menteri.
Menteri membina
Menteri menetapkan Air Udara Air Udara pelaksanaan SML
mekanisme sertifikasi
Laboratorium yang SPARING SISPEK
Evaluasi
mendapatkan identitas Kinerja
registrasi dari Menteri Pengelolaa
SIMPEL
n LH

Pemenuha YA BAIK
n Baku INSENTIF
Mutu TIDAK BAIK

TIDAK
DISENTIF

Mekanisme
Denda TARIF

56
PELAKSANAAN PEMBUKAAN LAHAN
(Pasal 317)

Pembukaan Lahan yang dilaksanakan dengan cara


pembakaran dilakukan berdasarkan kearifan lokal
Batasan
Maksimal 2 hektare per kepala
01
keluarga

Identifikasi
Untuk ditanami jenis varietas lokal dan
dikelilingi oleh sekat bakar untuk
02
pencegahan pejalaran api ke wilayah
sekelilingnya.
Pelaksanaan
Pemerintah memberikan rekomendasi, fasilitasi,
03
pembinaan, dan pendampingan

Pengaturan 04
Tata Cara pelaksanaan diatur dalam
Peraturan Menteri
BAB VII
Pengelolaan Limbah B3

58
Prinsip Perubahan PP 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3 dan Persetujuan dari Pemerintah Pusat
(Untuk kegiatan Dumping)
1. Perubahan “Frasa” :
a. “Izin Lingkungan” diubah menjadi “Persetujuan Lingkungan”;
c. “Persetujuan Uji Coba (Pemanfaatan Limbah B3 dan Pengolahan Limbah B3)” digantikan
dengan kewajiban pelaporan, dan dilakukan post-audit (setelah Persetujuan Teknis
Pengelolaan Limbah B3 terbit).
2. Penyimpanan (TPS Limbah B3) diintegrasikan ke dalam:
a. NIB, bagi pelaku usaha dengan risiko rendah; dan
b. Persetujuan Lingkungan, bagi pelaku usaha dengan risiko menengah dan tinggi, serta
untuk kegiatan yang dilakukan Instansi Pemerintah.
2. Bagi pemohon yang belum memiliki fasilitas dan/atau melakukan uji coba
pemanfaatan/pengolahan Limbah B3, setelah mendapat Persetujuan Teknis dilakukan
prosedur/mekanisme verifikasi.
3. Jika verifikasi memenuhi Persetujuan Teknis maka diterbitkan Surat Kelayakan Operasional
(SLO), apabila verifikasi tidak memenuhi Persetujuan Teknis maka terdapat kewajiban
mengubah Persetujuan Teknis Pengelolaan Limbah B3
4. Dumping hanya bisa dilakukan oleh Penghasil Limbah B3. Dumping membutuhkan Persetujuan
dari Pemerintah Pusat untuk diintegrasikan kedalam Persetujuan Lingkungan.
6. Khusus fasilitas Penimbusan Akhir (Landfill), verifikasi dilakukan melalui tiga tahapan:
a. penentuan lokasi (syarat permeabilitas tanah sesuai dengan kelas Landfill);
b. pembangunan fasilitas Penimbusan Akhir (sesuai dengan kelas Landfill); dan
c. operasional Penimbunan (tes kebocoran/leak inspection)
Berdasarkan Undang-undang Cipta Kerja, Untuk Melindungi Kualitas
Lingkungan Dan Mempermudah Kegiatan Berusaha

Prinsip Perubahan Surat


Kelayakan
Operasional

IZIN PLB3
Diintegrasikan PEMENUHAN
Diganti Dengan: KOMITMEN
PERSETUJUAN PERIZINAN BERUSAHA
PERSETUJUAN
PERSETUJUAN TEKNIS PLB3, LINGKUNGAN
TEKNIS
dan PERSETUJUAN DARI
PEMERINTAH PUSAT
Berupa:
• Keputusan kelayakan LH (setiap orang yg menghasilkan LB3 dari usaha dan/atau keg. wajib
Amdal) ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Daerah;
• Pernyataan kesanggupan pengelolaan LH (setiap orang yang menghasilkan LB3 dari usaha
dan/atau keg. wajib UKL-UPL).

NON JASA (PENGHASIL LB3)


(KBLI mengikuti kegiatan induk)
PERSYARATAN
Persetujuan Teknis untuk kegiatan penghasil
PERMOHONAN
LB3 mencakup: pengolahan; pemanfaatan;
PERSETUJUAN
penimbunan; dan dumping LB3.
TEKNIS
Izin usaha di
JASA PLB3
(KBLI – Bidang usaha pengolahan LB3) Menteri LHK

*KBLI: Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia


KONSEP PERUBAHAN KEGIATAN PENGELOLAAN LB3

KEGIATAN PENYIMPANAN LB3

Kedepan, tidak
ada lagi izin Perubahan
Bila terjadi
TPS LB3 berdiri Dokumen
Izin TPS LB3 di perubahan karena
sendiri Amdal, UKL-UPL,
integrasikan ke pengembangan
dalam NIB atau atau disesuaikan
kegiatan
dokumen Amdal, dengan peraturan
UKL-UPL
(tergantung risiko
Pelaku Usaha).

Cukup dengan
TPS menjadi memenuhi
Selama ini
kewajiban persyaratan &
setiap kegiatan Kewenangan izin
ketentuan teknis
usaha TPS LB3 ada di TPS LB3 yg
sejak perencanaan Kab./Kota ditetapkan
Kegiatan Pengelolaan LB3 Untuk Penghasil LB3 Kewenangan penyusunan dokumen
Amdal, UKL-UPL sesuai dengan peraturan
Ujicoba:
• Pengolahan; dan
• Pemanfaatan LB3.

Kegiatan pengelolaan LB3


antara lain (sebagai Substansi Persetujuan Kewenangan
Izin Pengelolaan Bidang usaha pilihan): Teknis diintegrasikan penerbitan
LB3 sesuai dengan 1. Pemanfaatan LB3 dengan Amdal, UKL- Persetujuan
kegiatan utama 2. Pengolahan LB3 UPL Teknis oleh
untuk Penghasil
3. Penimbunan LB3 Pemerintah Pusat
LB3
4. Dumping*

Bila tidak dipenuhi:


1. Kegiatan dihentikan; Dilengkapi dengan
2. Diberi kesempatan Persetujuan Teknis dari
utk. memperbaiki KLHK

4. Dumping
Untuk kegiatan Dumping
Persyaratan Teknis: memerlukan Persetujuan dari
Verifikasi Laporan* 1. Standar teknis pengelolaan limbah Pemerintah Pusat.
B3;
2. standar sumber daya manusia Syarat Persetujuan dari Pemerintah
terkait pengelolaan limbah B3,; Pusat harus dilengkapi:
*Verifikasi terhadap: 3. standar sistem managemen • Kajian teknis untuk
1. Laporan pembangunan fasiltias pemanfaatan, lingkungan diintegrasikan kedalam
pengolahan, penimbunan LB3; persetujuan lingkungan.
2. Laporan ujicoba pemanfaatan, dan pengolahan
LB3;
3. Laporan operasional, pemanfaatan, pengolahan,
dan penimbunan LB3.
Persetujuan Teknis
Kegiatan Pengelolaan LB3 Untuk Jasa PLB3 diterbitkan paling lama 7 hari
sejak hasil verif. diketahui.

Kegiatan Pengelolaan Kewenangan penerbitan


LB3 antara lain: Persetujuan Teknis oleh
1. Pengumpulan LB3
KBLI bidang 2. Pemanfaatan LB3 Pemerintah Pusat
Izin PLB3 untuk usaha PLB3 3. Pengolahan LB3
Jasa PLB3 4. Penimbunan LB3

Syarat Mengajukan Usaha Bidang PLB3: Substansi Persetujuan


a. Identitas Pemohon yg tercantum dalam akta pendirian perusahaan; Teknis diintegrasikan
b. Akta pendirian yang telah dicantumkan bidang usaha kegiatan pengelolaan
LB3; dengan Amdal, UKL-UPL
c. Alamat lengkap kantor;
d. NPWP perusahaan; dan
e. Memiliki dokumen Sistem Manajemen Lingkungan (SML);
f. Memilki tenaga kerja Sarjana ilmu hayati dan memiliki sertifikasi bidang Syarat
pengelolaan LB3; permohonan
g. Memiliki tenaga kerja analis laboratorium lingkungan.
persetujuan
teknis
Persyaratan tidak dipenuhi: pengelolaan LB3
utk. keg.:
1. Menteri menolak permohonan (kegiatan belum boleh Dilengkapi dengan Persetujuan PENGUMPULAN
dilakukan); Teknis dari KLHK LB3 - Ps. 34 ;
2. Penolakan disertai alasan dan diberi kesempatan utk PEMANFAATAN
memperbaiki. LB3. - Ps. 64;
Persyaratan Teknis: PENGOLAHAN
*Verifikasi terhadap: 1. standar teknis pengelolaan limbah B3; LB3. Ps. 113,
1. Laporan pembangunan fasiltias 2. standar sumber daya manusia terkait 135; dan
pemanfaatan, pengolahan, penimbunan Verifikasi pengelolaan limbah B3; PENIMBUNAN
LB3; 3. standar sistem managemen lingkungan LB3. Ps. 152,
Laporan* 164.
2. Laporan ujicoba pemanfaatan,

#3
dan pengolahan LB3;
3. Laporan operasional, pemanfaatan,
pengolahan, dan penimbunan LB3.
Integrasi Persetujuan Uji Coba Kedalam Persetujuan Teknis

Surat
Y Sesuai dengan
Kelayakan
persetujuan teknis Operasional

Bagian dari
Laporan Uji coba Wajib mengubah
Persetujuan
pengolahan/ Tidak persetujuan teknis
Teknis PLB3 N
pemanfaatan LB3 sesuai

Teringerasi
dengan

Persyaratan Teknis: Kewenangan


1. Lama ujicoba;
2. Volume & jenis Menteri LHK
limbah untuk
ujicoba;
3. Jenis peralatan
ujicoba;
4. Produk hasil ujicoba;
5. Lokasi ujicoba; dan
6. Pelaporan hasil
ujicoba.
Kewenangan Penerbitan
Persetujuan Teknis

Pemerintah Pemerintah Daerah


(Provinsi, Kabupaten, Kota)
Pusat
1. Menteri: Pengumpulan LB3 skala
1. Gubernur: Pengumpulan LB3
nasional;
skala provinsi; dan
2. Pemanfaatan LB3;
2. Bupati/Walikota: Pengumpulan
3. Pengolahan LB3;
LB3 skala Kab./Kota.
4. Penimbunan LB3; dan
5. Dumping LB3.
>> Ps. 34
BAB VIII
Dana Penjaminan untuk
Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup

66
Dana Jaminan Pemulihan Lingkungan Hidup dan Penggunaannya untuk Kegiatan
Penanggulangan Pencemaran dan/atau Perusakan LH dan Pemulihan Fungsi LH

• Pemberian • Penghentian
Dana Jaminan
informasi; Sumber
Pemulihan
• Pengisolasian; Pencemaran
Lingkungan Hidup
• Penghentian dan/atau
Sumber Perusakan LH;
Pencemaran Dana Pemulihan Fungsi • remediasi;
dan/atau Penanggulangan Lingkungan Hidup • rehabilitasi;
Perusakan LH; Pencemaran
akibat Pencemaran • restorasi;
dan/atau Perusakan dan/atau
dan/atau dan/atau Perusakan
LH termasuk • Upaya Lain
• Upaya Lain TANGGAP DARURAT Lingkungan Hidup

Siklus Proyek (Project Cycle) Usaha dan/atau Kegiatan


Tahap Perencanaan TAHAP PELAKSANAAN

Feasibility Pra- Paska


Pre-FS
Study (FS) DED kontsruksi
konstruksi Operasi
Operasi

Lokasi Penggunaan Dana Jaminan:


Amdal atau UKL-UPL • Di dalam Areal Usaha dan/atau Kegiatan;
• Di luar areal Usaha dan/atau Kegiatan yang terkena
67
dampak dari Usaha dan/atau Kegiatan
Penempatan dan Bentuk Dana Jaminan Pemulihan LH
Kewajiban penempatan DANA BENTUK DANA JAMINAN: KRITERIA usaha dan/atau Kegiatan:
JAMINAN Pemulihan • deposito berjangka; (1) memiliki risiko tinggi terhadap
Lingkungan Hidup • tabungan bersama; lingkungan hidup; dan/ atau
dicantumkan • bank garansi;
(2) memanfatkan sumber daya
• dalam Persetujuan alam yang tahap
• polis asuransi;
Lingkungan; dan perencanaannya akan
dan/atau melakukan perubahan bentang
• termuat di dalam Perizinan
• lainnya sesuai alam dan memiliki rencana
Berusaha atau Persetujuan peraturan perundang-
Pemerintah. pasca operasi usaha dan/ atau
undangan kegiatan.

Setiap Ditempatkan pada Bank Jenis Usaha dan/atau


Usaha Pemerintah dan/atau Kegiatan yang
Dana
dan/atau Lembaga Jasa Keuangan ditetapkan oleh
Jaminan
Kegiatan Lainnya Pemerintah Pusat
Pemulihan
(Pemegang
LH
Perizinan Dikelola secara Mandiri
Berusaha)

Pengaturan Dana Penjaminan untuk pemulihan fungsi LH bagi kegiatan yang


dilakukan oleh Pemerintah dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang keuangan negara 68
Aspek-Aspek Penting terkait dengan Dana Jaminan yang
harus diperhatikan
• Pemegang Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah
wajib memenuhi kekurangan pembiayaan apabila dana
Jaminan tidak mencukupi.
• Dalam hal Dana Jaminan Pemulihan Lingkungan Hidup sudah
digunakan untuk kegiatan penanggulangan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup dan/atau pemulihan
fungsi lingkungan hidup, maka pemegang Perizinan Berusaha
atau Persetujuan Pemerintah wajib menyediakan kembali
kecukupan Dana Jaminan Pemulihan Lingkungan Hidup;
• Penyediaan Dana Jaminan Pemulihan Lingkungan Hidup tidak
membebaskan kewajiban pemegang Perizinan Berusaha atau
Persetujuan Pemerintah untuk melakukan pencegahan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup akibat
Usaha dan/atau Kegiatannya.

69
BAB IX
Sistim Informasi Lingkungan Hidup

70
Sistim Informasi Lingkungan Hidup

Pengembangan Sistem
Informasi Lingkungan Sistim
Informasi
Hidup
Yang terintegrasi secara elektronik dan
Dokumen
paling sedikit memuat: Lingkungan
yang berbasis
1. dokumen Lingkungan; Geospasial akan
2. status lingkungan hidup; menjadi backbone
3. peta rawan lingkungan; proses Persetujuan
4. sistem informasi pengelolaan Lingkungan, yang
Limbah B3; akan teritegrasi
5. pelaporan dan pengawasan; dan dengan Sistim
6. informasi lingkungan hidup lainnya informasi dan
perizinan lainnya
(OSS dan Sicantik)

71
Aplikasi Sistem Informasi Dokumen Lingkungan
Berbasis Geospasial

• Sistem pengelola informasi dokumen lingkungan berbasis web GIS


dibuat untuk mendukung penyelenggaraan proses AMDAL &
UKL-UPL di tiap instansi lingkungan, yang memiliki beberapa
manfaat penting:
– Data base Dokumen Lingkungan (Amdal dan UKL - UPL)
– Mengarahkan penyusun (Membantu Menyusun Amdal)
– Membantu penilaian dokumen lingkungan
– Alat Bantu Pengambilan Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup;
– Fasilitasi Keterbukaan Informasi ke Publik
72
SISTEM INFORMASI
Sistem informasi lingkungan hidup yang meliputi:
a. Status lingkungan hidup yang memuat:
1. Faktor pemicu perubahana lingkungan (drive)
2. Tekanan yang menyebabkan perubahan lingkungan (pressure);
3. Status dan kondisi lingkungan (state) terdiri dari:
a. Indeks Kualitas Air,
b. Indeks Kualitas Air Laut;
c. Indeks Kualitas Air; dan
d. Indeks Kualitas Lahan yang terdiri Indeks
Kualitas Tutupan Lahan dan Indeks Kualitas Ekosistem
Gambut
4. Dampak perubahan lingkungan (impact);
5. Respon terhadap perubahan lingkungan (response).
b. Sistem Pelaporan Elektronik Perizinan Bidang Lingkungan
Hidup (SIMPEL)
c. Sistem informasi lain sesuai dengan perkembangan teknologi.
BAB X
Pembinaan dan Pengawasan

74
PEMBINAAN
Penyusun Amdal Dilakukan terkait
a. Perizinan Berusaha;
b. Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air;
c. Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara;
d. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Laut;
PLH e. Pengelolaan Limbah B3; dan/atau
f. Muatan teknis lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

Gubernur
Pembinaan dilakukan melaui:

a. evaluasi kinerja Pemerintah


Menteri Bupati Kabupaten/Kota;
b. diseminasi peraturan perundang-
undangan;
Pembinaan dilakukan melalui: c. bimbingan teknis;
Penanggung d. pendidikan dan pelatihan;
a. pemberian NSPK Jawan usaha & e. bantuan sarana dan prasarana;
f. program percontohan;
b. evaluasi kinerja pemda kegiatan g. forum bimbingan dan/atau
c. diseminasi peraturan perundang-
undangan konsultasi teknis;
d. bimbingan teknis; h. penyuluhan;
e. pendidikan dan pelatihan i. penelitian;
f. bantuan sarpras Masyarakat j. pengembangan;
g. program percontohan k. pemberian penghargaan; dan/atau
h. forum bimbingan dan/atau konsultasi l. bentuk lainnya sesuai dengan
teknis perkembangan ilmu pengetahuan
i. penyuluhan
j. penelitian
k. pengembangan
l. pemberian penghargaan; dan/atau
m.bentuk lain sesuai perkembangan
Keterangan: Menteri Gubernur Bupati
iptek
Dasar Hukum Pengawasan
Pembinaan terhadap Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup

Menteri Gubernur Bupati/Walikota

(pembinaan)

Pejabat Pengawas Lingkungan


Hidup
Pembinaan dilakukan melalui:

a. fasilitasi;
b. konsultasi;
c. pendidikan dan pelatihan;
d. penelitian;
e. pengembangan; dan
f. lainnya
Pokok Pengaturan

77
KEWENANGAN
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai
kewenangannya wajib melakukan pengawasan
terhadap:

01 Perizinan Berusaha untuk


persetujuan lingkungan

Persetujuan Pemerintah untuk


02 persetujuan lingkungan

Peraturan perundang- Menteri menetapkan NSPK


undangan di bidang pelaksanaan pengawasan oleh
03 Menteri, gubernur atau
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan bupati/walikota
hidup

78
Kewenangan Pengawasan oleh Menteri, Gubernur, dan
Bupati/Walikota (Pasal 163)
Perizinan Berusaha dan Persetujuan Pemerintah
Menteri untuk persetujuan lingkungan yg diterbitkan oleh
01 Pemerintah Pusat

Perizinan Berusaha dan Persetujuan Pemerintah


02 Gubernur unyuk persetujuan lingkungan yg diterbitkan oleh
Pemerintah Provinsi

Perizinan Berusaha dan Persetujuan Pemerintah


03 Bupati/Walikota untuk persetujuan lingkungan yg diterbitkan oleh
Kab/Kota

79
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota:

Pendelegasian Penetapan Peraturan


01 Kewenangan
02 PPLH 03 penetapan PPLH
dalam pengawasan kepada Menetapkan pejabat Sesuai peraturan
pejabat/instansi teknis yang pengawas lingkungan perundang-undangan yang
bertanggung jawab di bidang hidup yang merupakan mengatur jabatan
perlindungan dan pengelolaan
pejabat fungsional fungsional PPLH
lingkungan hidup

80
Pengawasan

Pengawasan Langsung Pengawasan Tidak Langsung


Dilakukan dengan cara Melalui penelaahan data laporan
mendatangi lokasi usaha penanggung jawab usaha dan/atau
dan/atau kegiatan yang kegiatan dan/atau data dari Sistem
diawasi Informasi Lingkungan Hidup

Tahapan Pengawasan Reguler


a. Perencanaan :
1. Inventarisasi dan identifikasi perizinan berusaha dan persetujuan
PENGAWASAN pemerintah untuk persetujuan lingkungan serta informasi lainnya
2. Penetapan prioritas usaha dan/atau kegiatan yang diawasi
dengan pengawasan langsung.
b. Pelaksanaan :
1. Persiapan pengawasan
2. Pemeriksaan ketaatan; dan
3. Tindak lanjut hasil pengawasan

Pengawasan Insidental
Dilakukan jika memenuhi kriteria:

1. a. Adanya indikasi pelanggaran yang terdeteksi;


2. b. Adanya pengaduan dari masyarakat terkait dugaan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
3. c. Adanya laporan dari pengelola Kawasan atas pelanggaran RKL-RPL
rinci oleh Pelaku Usaha dalam Kawasan 81
Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
Apabila terjadi pelanggaran, ditindaklanjuti dengan:

01 Penegakan Hukum Administratif


Hasil pengawasan tidak
langsung yang
terdokumentasi oleh alat
02 Penegakan Hukum perdata; dan/atau system informasi secara
elektronik
direkomendasikan untuk
03 Penegakan Hukum Pidana dikenakan Sanksi
Administratif

82
Pengawasan Lapis Kedua

Menteri melakukan pengawasan yang menjadi kewenangan Pengawasan didasarkan pada:


pemerintah daerah jika terjadi pelanggaran serius a. penyerahan pengawasan dari
gubernur atau bupati/walikota
b. pengaduan masyarakat

Pelanggaran Serius
Meliputi:
a. tindakan melanggar hukum yang mengakibatkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup relatif besar
b. menimbulkan keresahan masyarakat

83
BAB XI
Pengenaan Sanksi Administrasi

84
Pokok Pengaturan

85
Kewenangan Penerapan SA oleh Menteri, Gubernur,
dan Bupati/Walikota

Perizinan Berusaha dan Persetujuan Menteri, gubernur atau


01 Menteri Pemerintah yg diterbitkan oleh Pemerintah
bupati/walikota dalam
Pusat
pengenaan sanksi
administratif dapat
mendelegasikan
Perizinan Berusaha dan Persetujuan kewenangannya
kepada
02 Gubernur Pemerintah yg diterbitkan oleh Pemerintah
Provinsi pejabat/instansi teknis
yang bertanggung
jawab di bidang
perlindungan dan
03 Bupati/Walikota Perizinan Berusaha dan Persetujuan
Pemerintah yg diterbitkan oleh Kab/Kota
pengelolaan
lingkungan hidup

86
JENIS SANKSI ADMINISTRATIF

01 Teguran Tertulis 04 Pembekuan Perizinan Berusaha

02 Paksaan Pemerintah 05 Pencabutan Perizinan Berusaha

03 DendaAdministratif
SA dapat diterapkan secara:
(Pasal 178 ayat (1))

SA tidak membebaskan penanggungjawab a. bertahap


usaha dan/atau kegiatan dari tanggungjawab b. Bebas; dan/atau
pemulihan fungsi lingkungan hidup dan c. kumulatif
pidana

87
Paksaan Pemerintah

Diterapkan apabil penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan


01 tidak melaksanakan perintah dalam teguran tertulis dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan
dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran tertulis apabila
02
pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a) ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan
hidup;
b) dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau
c) kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak
segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.

88
03 Bentuk Paksaan Pemerintah
a) penghentian sementara kegiatan produksi;
b) pemindahan sarana produksi;
c) penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d) pembongkaran;
e) penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi
menimbulkan pelanggaran;
f) penghentian sementara seluruh kegiatan;
g) Kewajiban menyusun DELH atau DPLH; dan/atau
h) tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan
pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan
hidup.

89
PAKSAAN PEMULIHAN LINGKUNGAN

memaksa penanggung jawab usaha dan/atau


kegiatan untuk melakukan pemulihan lingkungan
hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan
Menteri, gubernur lingkungan hidup
atau
bupati/walikota
berwenang dapat menunjuk pihak ketiga untuk melakukan
pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
dilakukan atas beban biaya penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan

90
Denda Administratif
Kriteria

a Tidak memiliki Persetujuan Lingkungan namun telah memiliki Perizinan Berusaha

b Tidak memiliki Persetujuan Lingkungan dan Perizinan Berusaha

c Melakukan perbuatan yang melebihi baku mutu air limbah, baku mutu emisi sesuai dengan
perizinan berusaha
d Tidak melaksanakan kewajiban dalam Perizinan Berusaha untuk Persetujuan
Lingkungan
e Penyusun AMDAL tanpa memiliki sertifikat kompetensi

Karena kelalaiannya, melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya


f baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, baku mutu gangguan,
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang tidak sesuai dengan
Perizinan Berusaha untuk Persetujuan Lingkungan yang dimilikinya
melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
g hidup, di mana perbuatan tersebut dilakukan karena kelalaian dan tidak mengakibatkan
bahaya kesehatan manusia dan/atau luka dan/atau luka berat, dan/atau matinya orang,
91
Dasar Hukum Pengawasan
Kriteria 1: tidak memiliki persetujuan lingkungan namun telah memiliki perizinan berusaha

SANKSI ADMINISTRATIF

Paksaan Pemerintah Denda Administratif

a. kewajiban menyusun DELH atau DPLH; dihitung sebesar 2,5 % dari nilai investasi
b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau rencana usaha dan/atau kegiatan dengan
c. tindakan lain yang bertujuan untuk jumlah maksimum Rp.3.000.000.000,00 (tiga
menghentikan pelanggaran dan tindakan miliar rupiah)
memulihkan fungsi lingkungan hidup

* Dalam hal penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak memenuhi atau tidak mematuhi paksaan
pemerintah dapat dikenakan pidana
Dasar Hukum Pengawasan
Kriteria 2: tidak memiliki persetujuan lingkungan dan perizinan berusaha

SANKSI ADMINISTRATIF

Paksaan Pemerintah Denda Administratif Pembekuan Perizinan Berusaha

a. kewajiban menyusun DELH dihitung sebesar 5 % dari nilai Dalam hal penanggung jawab
atau DPLH; investasi rencana usaha dan/atau usaha dan/atau kegiatan yang
b. penghentian sementara kegiatan dengan jumlah tidak memenuhi atau tidak
kegiatan; dan/atau maksimum Rp.3.000.000.000,00 mematuhi paksaan pemerintah,
c. tindakan lain yang bertujuan (tiga miliar rupiah) Menteri, gubernur, dan
untuk menghentikan bupati/walikota sesuai
pelanggaran dan tindakan kewenangannya memberikan
memulihkan fungsi lingkungan sanksi administratif berupa
hidup pembekuan Perizinan Berusaha
Dasar Hukum Pengawasan
Kriteria 3: melakukan perbuatan yang melebihi baku mutu air limbah, baku mutu emisi, sesuai dengan Perizinan Berusaha

a. dikenakan denda administratif berdasarkan


unit beban pencemar yang melebihi Baku Denda Administratif
Mutu.
b. Perhitungan unit beban pencemar Besaran denda pelanggaran sebagaimana
berdasarkan perkalian selisih konsentrasi dimaksud pada ayat (3) dihitung secara
aktual air limbah atau emisi dengan akumulasi setiap parameter yang dilampaui
konsentrasi baku mutu, dengan debit/laju baku mutunya dengan maksimum jumlah
alir, dengan lamanya waktu pelanggaran. denda sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (tiga
c. Besaran denda per unit beban pencemar miliar rupiah)
ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang PNBP. * Ketentuan lebih lanjut mengenai perhitungan unit beban
pencemar diatur dalam peraturan Menteri
Dasar Hukum Pengawasan
Kriteria 4: tidak melaksanakan kewajiban dalam Perizinan Berusaha untuk Persetujuan Lingkungan

Sanksi denda administratif kriteria 4 selain terkait baku mutu limbah dan emisi, ditentukan berdasarkan tingkat pelanggaran:
Ringan - Sedang - Berat

SANKSI ADMINISTRATIF (DENDA ADMINISTRATIF)


a. ringan, paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah);
b. sedang, paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000,- (lima
belas juta rupiah); atau
c. berat, paling sedikit Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua
puluh lima juta rupiah

*dihitung secara akumulatif setiap pelanggaran dengan maksimum jumlah denda sebesar Rp.
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
Dasar Hukum Pengawasan
Kriteria 5: Penyusun AMDAL tanpa memiliki sertifikat kompetensi

SANKSI ADMINISTRATIF (DENDA ADMINISTRATIF)

denda administratif sebesar 10% (sepuluh persen) dari biaya penyusunan Amdal
dihitung sebesar 2,5 % dari nilai investasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan jumlah
maksimum Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
Dasar Hukum Pengawasan
Kriteria 6:
karena kelalaiannya, melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,
baku mutu air, baku mutu air laut, baku mutu gangguan, dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, yang tidak sesuai dengan Perizinan Berusaha untuk Persetujuan Lingkungan yang
dimilikinyaPenyusun AMDAL tanpa memiliki sertifikat kompetensi

SANKSI ADMINISTRATIF (DENDA ADMINISTRATIF)

Besaran denda pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan


maksimum jumlah denda sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)

* dapat diterapkan apabila telah diketahui penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
Keterlambatan Paksaan Pemerintah
• Setiap penanggungjawabusahadan/ataukegiatan yang
tidakmelaksanakanpaksaanpemerintahdapatdikenaidendaatasketerlambatan
pelaksanaanpaksaanpemerintah.
• PerhitungandendaatasketerlambatansanksiPaksaanPemerintah:
𝐷𝑒𝑛𝑑𝑎 = 𝑋% 𝑥 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑑𝑒𝑛𝑑𝑎
• KetentuanlebihlanjutdendaatasketerlambatandiaturdalamPeraturan Menteri
• Dendaketerlambatanmerupakan PNBP yang wajibdisetorkankeKas Negara
sesuaidenganketentuanperundang-undangantentangPenerimaan Negara
BukanPajak

Pemanfaatan PNBP

PNBP dimanfaatkan untuk dukungan pelaksanaan pengawasan dan penerapan sanksi


administratif.

98
Pembekuan Perizinan Berusaha
Penanggung jawab usaha dan/kegiatan yang tidak melaksanakan sanksi
paksaan pemerintah, tidak membayar denda administratif dan/atau denda
keterlambatan paksaan pemerintah

Pencabutan Perizinan Berusaha

a) Tidak melaksanakan sanksi paksaan pemerintah


b) Tidak membayar denda administratif
c) Tidak membayar setiap keterlambatan atas pelaksanaan paksaan
pemerintah
d) Tidak melaksanakan sanksi pembekuan Perizinan Berusaha dan/atau
Persetujuan Pemerintah; dan/atau
e) Melakukan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang sulit
dipulihkan
99
Pembatalan Perizinan Berusaha

a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan Perizinan Berusaha


mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta
ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

100
Penerapan Sanksi Administratif Lapis Kedua

Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung


jawab usaha dan/atau kegiatan dalam hal Menteri menganggap
Pemerintah Daerah secara sengaja tidak menerapkan sanksi
administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup

Berdasarkan hasil pengawasan

101
Wewenang Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota
dalam Pengawasan SA

04 Jika hasil pengawasan SA menunjukkan


Menteri
SA yang diterbitkan
01 oleh Menteri
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
tidak melaksanakan sebagian atau seluruh
kewajiban dalam sanksi administratif,
Menteri, gubernur atau bupati/walikota
dapat menerapkan sanksi administratif yang
lebih berat
SA yang diterbitkan
02 Gubernur
oleh Gubernur
05 Menteri dapat melakukan pengawasan
pelaksanaan sanksi administratif yang
diterbitkan oleh gubernur atau
bupati/walikota, apabila tidak dilakukan
03 Bupati/ SA yang diterbitkan pengawasan oleh gubernur atau
Walikot oleh Bupati/Walikota bupati/walikota dan/atau menimbulkan
a keresahan masyarakat

102
Pencabutan SA
Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya,
melakukan pencabutan keputusan sanksi administratif apabila
berdasarkan hasil pengawasan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan telah mentaati seluruh kewajiban dalam sanksi administratif

103
104

Anda mungkin juga menyukai