Anda di halaman 1dari 7

1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di
Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan dan kesehatan dituntut pula dapat
memberikan pelayanan yang memuaskan. Hal ini sesuai dengan tujuh prinsip dasar Gerakan
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan. Sampai pada tahun 2010
PMI telah tersebar di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat
kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.
kegiatan donor darah di Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Mataram yang dahulu dikenal
dengan Unit Transfusi Darah (UTD),merupakan salah satu proses yang melibatkan cukup
banyak bagian dalam struktur organisasi PMI Kota Mataram. Oleh karena itu,donor darah
menjadi tanggung jawab seluruh bagian yang terkait dibawah Direktur UDD.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Pasal 46 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah
menyebutkan penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan oleh UDDyang
diselenggarakan oleh organisasi sosial dengan tugas pokok dan fungsinya di bidang
Kepalangmerahan atau dalam hal ini Palang Merah Indonesia (PMI), baik dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Pasal 46 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah maupun dalam Pasal 90
UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa “Pemerintah bertanggung
jawab atas pelaksanaan pelayanan darah yang aman, mudah diakses dengan kebutuhan
masyarakat”. Kegiatan unit Donor Darah tersebut tentunya menghasilkan sampah atau limbah
medis yang hampir setiap harinya dihasilkan dari kegiatan donor darah.
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi,
farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan
yang beracun, infeksius, berbahaya atau membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan
tertentu, maka dari hal tersebut harus adanya penanganan khusus atau pengelolaan untuk
limbah medis yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan. Pengolahan limbah cair
medis mengacu pada Peraturan Mentri Nomor 7 tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan.
Limbah cair dari seluruh sumber dari bangunan/kegiatan rumah sakit harus diolah dalam Unit
Pengolah Limbah Cair (IPAL) dan kualitas limbah cair efluennya harus memenuhi baku mutu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum dibuang ke lingkungan
perairan. Air hujan dan limbah cair yang termasuk kategori limbah B3 dilarang disalurkan ke
IPAL.

1.2 Tujuan Perencanaan


Tujuan Perencanaan ini adalah:
1. Studi ini bertujuan untuk merancang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk
UDD PMI NTB yang memenuhi baku mutu.
2. Menghitung Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang
dibutuhkan dalam penerapan redesain.

1.3 Metodologi
Metode perencanaan dan perancangan dalam penelitian ini meliputi tahapan sebagai berikut :
1). Perhitungan beban hidrolis sisten pengolahan menggunakan Biofilter Anaerobik-Aerobik,
2). Menghitung dimensi reaktor IPAL,
3). Membuat rancangan gambar sesuai dengan desain IPAL ,
5).Melakukan perhitungan biaya pembangunan IPAL.
2. KARAKTERISTIK AIR LIMBAH
RUMAH SAKIT
Untuk limbah cair dari sumber tertentu di rumah sakit yang memiliki karateristik khusus
harus di lengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum disalurkan menuju IPAL.
Limbah cair tersebut meliputi:
1. Limbah cair dapur dan kantin yang memiliki kandungan minyak.
2. Limbah cair Laundry yang memiliki kandungan deterjen
3. limbah cair black water yang memiliki kandungan padatan dan bahan organic
4. limbah hemodialisis yang memiliki kandungn infeksius.
5. limbah cair laboratorium memiliki kandungan logam berat.
2.1 Kriteria Perencanaan IPAL Biofilter Anaerob-Aerob
Kriteria perencanaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan proses biofilter
anaerob-aerob meliputi kriteria perencanaan bak pengendap awal, reaktor biofilter
anaerob, reaktor biofilter aerob, bak pengendap akhir, sirkulasi serta desain beban
organik.
Tabel 1 Kriteria Biofilter Anaerob-Aerob
Variabel Kriteria Biofilter Anaerob-Aerob
Flow Diagram Proses
Parameter -Waktu tinggal (retention time) rata-
Perencanaan rata = 3-5 jam
: -Beban Permukaan = 20-50 m3/m2.hari
Bak Pengendap Awal
Biofilter Anaerob : -Beban BOD per satuan permukaan
media
(L) = 5-30 g BOD/m2.hari
-Beban BOD 0,5-4 kg BOD per m 3
media
-Waktu tinggal total rata-rata = 6-8 jam
-Tinggi ruang lumpur = 0,5 m
Biofilter Aerob -Beban BOD 0,5-4 kg BOD per m 3
media
-Waktu tinggal total rata-rata = 6-8 jam
-Tinggi ruang lumpur = 0,5 m
-Tinggi bed media pembiakan mikroba
= 1,2 m
-Tinggi air di atas bed media = 20 cm
Bak pengendap Akhir -Waktu tinggal (Retention Time) rata-
rata = 2-5 jam
-Beban permukaan (Surface Loading)
rata- rata = 10 m3/m2.hari
Rasio Sirkulasi 25-50 %
(recycle
ratio)

Sumber: Setiyono, 2010


Untuk limbah cair dari sumber tertentu di rumah sakit yang memiliki karateristik khusus
harus di lengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum disalurkan menuju IPAL.
Limbah cair tersebut meliputi:

1. Limbah cair dapur dan kantin yang memiliki kandungan minyak.


2. limbah cair black water yang memiliki kandungan padatan dan bahan organic
3. limbah hemodialisis yang memiliki kandungn infeksius.
4. limbah cair laboratorium memiliki kandungan logam berat.

2.2 Unit pengolahan air limbah

1. Limbah cair dapur yang memiliki kandungan minyak dan lemak yang tinggi diolah
pada bak pemisah lemak yang dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 1. Unit Pemisah Lemak dan Minyak

2. limbah cair black water yang memiliki padatan diolah pada unit septic tank atau bak
pengendap yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. bak pengendap atau septic tank


3. Limbah cair infeksius yang mengandung bakteri patogen atau virus yang sangat
berpotensi mengifeksi manusia sehingga aman bila dibuang ke badan air. limbah cair
inveksius ini kemudian diolah pada bak klorinisasi yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. bak pengelohan klorinisasi

4. Limbah cair yang mengandung logam berat dari laboratorium dapat diolah pada bak
penampung dengan prinsip Heavy Metal Precipitator (HMP) yang berfungsi untuk
membuat logam-logam berat yang terlarut dalam limbah cair menjadi logam tidak
terlarut, dengan dikondisikan/dinaikkan pH-nya menjadi 10– 11 (basa) dengan
bantuan injeksi NaOH.
Skema proses pengolahan air limbah domestik dengan system biofilter anaerob-aerob dapat
dilihat pada Gambar:
Septictank/
Air limbah cair Black Water bak
pengendap

Air limbah dapur dan kitcen (grey


water) Pompa

Bak Pemisah
Bak Ekualisasi Bak Pengendap Bak Pengendap
Lemak
Awal awal

Limbah cair infeksius/Hemodialisis

Blower Udara
Air Limbah laboratorium HMP

Bak Klorinisasi Biofilter Anaerob-aerob


Bak Pengendap Akhir

Gambar 5 skema proses pengolahan air limbah domestik dengan system biofilter anaerob-aerob.
2.3 Perhitungan Desain Ipal Biofilter
Perhitungan perencanaan Ipal harus melihat kebutuhan air bersih yang dibutuhkan untuk
mengetahui jumlah air limbah yang dihasilkan. kebutuhan air bersih untuk sektor rumah sakit
dapat dilihat pada Tabel 1 .

Tabel 1 Katagori Kebutuhan Air Non Domestik

A. Volume Limbah Cair Berdasarkan Jumlah tempat tidur


Untuk mengetahui volume limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Sakit X, maka perlu
diketahui jumlah tempat tidurnya untuk dapat mengetahui jumlah penggunaan air
bersihnya. Jumlah Tempat Tidur (TT) secara keseluruhan di Rumah Sakit X adalah sebanyak
100 tempat tidur

 200 l/bed/hr ×100 bed = 20.000 l/hr/ 20 m3/hr

B. Volume Limbah Cair Berdasarkan Penggunaan Air Bersih Pada Urusan Gizi
Untuk mengetahui volume limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit khususnya pada
urusan gizi, maka perlu diketahui total penggunaan air bersihnya. Berdasarkan hasil asumsi
penggunaan dalam proses kegiatan mencuci adalah 0,271 m 3/hr.

C. Volume Limbah Cair Berdasarkan Penggunaan Air Bersih Pada Urusan Hemodialisis
Untuk mengetahui volume limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit khususnya pada
urusan hemodialisis, maka perlu diketahui total penggunaan air bersihnya. Berdasarkan hasil
asumsi penggunaan dalam proses kegiatan hemodialisis adalahi adalah 0,2 m 3/hr.

D. Volume Limbah Cair Berdasarkan Penggunaan Air Bersih Pada Urusan Laboratorium
Untuk mengetahui volume limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit khususnya pada
urusan laboratorium, maka perlu diketahui total penggunaan air bersihnya. Berdasarkan
hasil asumsi penggunaan dalam proses kegiatan laboratorium adalahi adalah 0,1 m 3/hr.
Berdasarkan data jumlah volume limbah yang dihasilkan pada perhitungan di atas, maka
dapat diketahui jumlah total volume limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah sakit X per
harinya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah total volume limbah cair UDD PMI NTB dalam satu hari

Jumlah Volume
No Jumlah Penggunaan Air
Faktor yang mempengaruhi Limbah Cair Yang
. Bersih
Dihasilkan
Jumlah tempat tidur = 100 80%×20 m3/hr =16
1 20 m3/hr
TT m3/hr
80%×0,271 m3/hr
2 Gizi 0,271 m3/hr
=0,22 m3/hr
80%×0,2 m3/hr
3 Hemodialisis 0,2 m3/hr
=0,16 m3/hr
80%×0,1 m3/hr
4 Laboratorium 0,1 m3/hr
=0,08 m3/hr
Total 16,5 m3/hr

berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa volume limbah cair yang dihasilkan
oleh UUD PMI adalah sebesar 16,5 m3/hr
1. Bak Pengendap/SepticTank
Komposisi volume air buangan dometik untuk negara berkembang adalah 70 % Grey water
dan 30 % black water (Nauko, 2005). kapasitas pengolahan septicktank dalam pengolahan air
limbah black water menggunakan bak septictank dengan jumlah limbah cair domestik yang
dihasilkan adalah 16 m3/hari × 30 % = 5 m3/hr.
kapasitas pengolahan = 50 m3/hr, waktu tinggal cair 4 jam, maka dipeloreh volume bak
septictank sebesar:
4 m3 3
¿ hr × 5 =0,85 m
24 hr
direncanakan dimensi bak septictank berbentuk persegi panjang dengan ukuran kedalaman
bak = 1 m, lebar 0,85 m, panjang = 1 m dan tinggi ruang bebas 0,05

Anda mungkin juga menyukai