Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SESEORANG

DENGAN HARGA DIRI RENDAH

OLEH :

KELOMPOK 5

1. SRI ALIN HULOPI (841418084)


2. RAMLAH MANTOKI (841418085)
3. ZURIATI NUSI (841418091)
4. RIDHA MAYASARI HAMID (841418099)
5. SAVINA CINDI KIDAMU (841418103)
6. MUZDALIFA H.KASIM (841418105)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan di masyarakat, manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan
sosialnya. Tapi dalam kenyataanya banyak individu yang sering mengalami hambatan
bahkan kegaggalan yang menyebabkan individu tersebut menjadi memiliki konsep diri yang
negative atau harga diri rendah. Harga diri renah adalah perasaan negative terhadap diri
sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,
1998). Word Health Organitation (WHO) tahun 2001 menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang
atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Penelitian yang dilakukan WHO di berbagai
Negara menunjukan bahwa sebesar 20-30% pasien yang datang ke pelayanan kesehatan
menunjukan gejala gangguan jiwa.
Berdasarkan data departemen kesehatan Republik Indonesia tahu 2000 mencapai 2,5 juta
orang. Berdasarkan data Medical record di rumah sakit jiwa provsu gangguan jiwa kategori
skizofrenia paranoid sebanyak 1.814 pasien rawat inap. Pada studi pendahuluan, peneliti
memperoleh data bahwa jumlah pasien harga diri renah sebanyak 26 orang dari total 44
orang atau sekitar 59,2% . Olehkarena itu pada laporan ini akan dibahas tentang harga diri
rendah.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari harga diri rendah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab harga diri rendah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pohon masalah dari harga diri rendah
5. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan dari harga diri rendah
BAB II
KONSEP MEDIS

RISIKO PERILAKU
KEKERASAN

Risiko HALUSINASI
Risiko WAHAM DEFISIT PERAWATAN
DIRI

(kurang memperhatikan
Risiko ISOLASI SOSIAL perawatan diri – 3 hari tidak
mandi, kulit kusam, rambut
(menarik diri- 2 tahun di kamar)
acak-acakan, badan bau)

HARGA DIRI RENDAH DEFISIT PERAWATAN


DIRI
(mengkritik diri sendiri- merasa
bodoh, penurunan produktifitas- (kurang memperhatikan
pendiam, berhenti bekerja, tidak perawatan diri – 3 hari tidak
bernah membantu pekerjaan rumah, mandi, kulit kusam, rambut
tidak berani menatap lawan bicara- acak-acakan, badan bau)
tidak aad kontak amata, bicara lambat
- suara pelan dan jawaban singkat.

KOPING MASALAH INDIVIDU


TIDAK EFEKTIF

(Intrejection, projection - berhenti


bekerja, merasa bodoh. Represi –
berdiam diri di dalam kamar 2 tahun)

2.1 Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seseorang
yang penting dan berharga. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak
orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
(Iskandar., dkk, 2012).
2.2 Klasifikasi Harga Diri Rendah
Harga Diri Rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, Gangguan harga diri
rendah dapat terjadi secara (Azizah, 2016) :
A. Situasional
Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, rnisalriya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba), Pada klien yang dirawat
dapat terjadi hargap diri rendah, karena:
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeiksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemeriksaan perineal,
pemasangan kateter)
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yaitu tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit
3) Perlakuan petugas kesechatan yaitu tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kondisi ini.banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
B. Kronik
Kronik Yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, vaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menarnbah persepsi negatif terhadap dirinva. Kondisi ini mengakibatkan respons
yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis
atau pada klien gangguan jiwa.
2.3 Proses Terjadinya Masalah
A. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011)
adalah penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis. Faktor predisposisi harga diri rendah adalah : Penolakan, Kurang
penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu
dituntut, Persaingan antar saudara, Kesalahan dan kegagalan berulang, Tidak mampu
mencapai standar (Herman, 2011).
B. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas. Harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional maupun
kronik.
1. Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
2. Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampumelakukan
peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan
perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan
peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua
harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi
bila individu tidak mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang
peran yang sesuai :
a) Trauma peran perkembangan
b) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
c) Transisi peran situasi
d) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau berkurang
e) Transisi peran sehat-sakit
f) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk , penampilana dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan. (Herman, 2011).
C. Perilaku
Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain, produktivitas
menurun, gangguan berhubungan ketengangan peran, pesimis menghadapi hidup,
keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan, distruktif
kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri paling penting, distruksi
pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah, mudah tersinggung/marah,
perasaan negatif terhadap tubuh
2.4 Tanda dan gejala
Menurut (Keliat, 2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda-tanda klien dengan harga diri rendah yaitu :
Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit, Rasa bersalah terhadap diri sendiri, Merendahkan martabat, Gangguan hubungan
sosial seperti menarik diri, Percaya diri kurang, Menciderai diri.
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Data yang bisa ditemukan dalam harga diri rendah :
Data Subjektif
1. Ungkapan yang menegatifkan diri
2. Mengevaluasi diri sebagai yang tidak mampu menghadapi berbagai peristiwa
3. Membuang rasionalisasi atau menolak umpan balik yang positif dan melebih-
lebihkan umpan balik yang negative tentang dirinya.
4. Penolakan-penolakan yang jelas pada orang lain
5. Rasionalisasi kegagalan pribadi
6. Hipersensivitas terhadap kritik
Data Objektif
1. Ekspresi-ekspresi rasa malu atau bersalah
2. Kurangnya kontak mata
3. Ragu-ragu untuk mencoba hal baru atau situasi-situasi baru
4. Menangis berlebihan bergantian dengan ekspresi marah
5. Menarik diri kedalam isolasi social
6. Penolakan partisipasi pada terapi-terapi
7. Penolakan partisipasi pada aktivitas-aktivitas merawat diri sendiri
8. Tergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari.
3.2 Diagnosa
1. dx. Harga Diri Rendah Situasional
2. dx. Harga Diri Rendah Kronik
3.3 Intervensi
Asuhan keperawatan Tindakan Keperawatan Klien HDR (Keliat & Akemat, 2012)
1) Tindakan keperawatan kepada pasien
a. Tujuan keperawatan
- Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
- Pasien dpat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
- Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
- Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
b. Tindakan keperawatan
- Identifikasi kemampuan dan aspek postif yang masih dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien, perawat dapat melakukan hal berikut, yaitu:
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, rumah, adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien
2) Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negatif
- Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara
berikut :
1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan siri yang diungkapkan pasien
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar
yang aktif
- Membantu pasien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih. Tindakan kepewatan yang bisa digunakan yaitu :
1) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan
dengan mandiri atau dengan bantuan minimal
- Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara
berikut :
1. Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
2. Bersama pasien peragakan kegaitan yang telah ditetapkan
3. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang bisa pasien
lakukan
- Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang dilatih
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
5) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga
b. Tujuan keperawatan
- Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemamuan yang
dimiliki pasien
- Keluarga dapat memfasilitasu pelaksanaan kemampuan yang dimiliki
pasien
- Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilannya
- Keluarga mampu enilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
c. Tindakan keperawatan
- Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
- Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami ole
pasien
- Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pasien
dan puji pasien atas kemampuannya
- Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
- Demostrasikan cara merawat pasien harga diri rendah
- Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikan cara merawat
pasien harga diri rendahseperti yang perawat telah demostrasikan
sebelumnya
- Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi Rasional


1. Harga Diri a. Bina Hubungan saling percaya dengan a. Hubungan saling percaya adalah
Rendah Kronik pasien dasar bagi intervensi yang lain
b. Sediakan waktu khusus di luar perawatan b. Memberi waktu bagi pasien untuk
yang tidak terganggu dengan aktivitas lain untuk mengeksplorasi diri
berbicara secara professional atau social kepada c. Mendiskusikan hal-hal tersebut
pasien membuat pasien menyadari aspek positif
c. Diskusikan kemampuan dana spek positif yang dimiliki sehingga meningkatkan
yang dimiliki pasien, bantu pasien menilai harga diri pasien
kemampuan yang masih dapat digunakan, bantu d. Meningkatkan kesadaran diri dan
pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang mengurangi unsur ancaman
akan dilatih, latih kemampuan yang sudah dipilih e. Ansietas yang tinggi Karena
dan susun jadwal pelaksanaan kemampuan yang penolakan diri dapat meyebabkan pasien
telah dilatih dalam rencana harian mengalami gangguan kognitif, sensori tau
d. Dengarkan pasien, berikan respon dengan persepsi
penerimaan yang tidak menghakimi, perhatian f. Harga diri yang sangat rendah
yang sungguh-sungguh dan ketulusan dapat mengarah pada bunuh diri
e. Kaji status mental pasien melalui observasi g. Aktivitas terstruktur membatasi
dan wawancara minimal sekali sehari ansietas pasien
f. Kaji resiko bunuh diri dan kemungkinan h. Pasien dapat mengabaikan dirinya
perilaku mematikan pada pasien karena perasaan benci terhadap dirinya
g. Berikan rutinitas sederhana dan terstruktur i. Mengurangi perasaan ambivalen,
setiap hari penundaan, kurang percaya diri dalam
h. Dorong pasien merawat dirinya pada pengembilan keputusan
tingkat yang memungkinkan j. Gangguan hubungan interpersonal
i. Libatkan pasien secara bertahap dalam merupakan ungkapan membenci diri
pengembilan keputusan sendiri secara langsung
j. Atur situasi untuk mendorong interaksi k. Tindakan ini mendorong koping
sosial atau professional antara pasien dan orang yang efektif dimasa dating
lain l. Keparahan gejala yang menyertai
k. Berikan umpan balik positif kepada pasien harga diri rendah kronis memerlukan
ketika pasien menunjukkan peningkatan hargadiri psikoterapi jangka panjang
l. Rujuk pasien ketenaga kesehatan jiwa
sesuai program
2 Harga Diri a. Identifikasi kebutuhan dan keinginan a. Agar kebutuhan dan keinginan
Rendah terhadap dukungan sosial dukungan sosial dapat diketahui
Situasional b. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial b. Agar klien dapat terlihat dalam
c. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan kegiatan sosial dan biasa menjalin
persepsi komunikasi dengan orang lain
c. Agar perasaan dan persepsi dapat
diungkapkan kepada perawat
3.5 Terapi Pada Pasien Harga Diri Rendah

1. Jurnal I
Salah satu terapi yang digunakan dalam menangani pasien harga diri rendah
adalah terapi okupasi. Pemberian terapi okupasi dapat membantu klien mengembangkan
mekanisme koping dalam memecahkan masalah terkait masa lalu yang tidak
menyenangkan. Menurut hasil riset penelitian Mamnu’ah (2014), terapi okupasi ini
dapat menurunkan harga diri dan klien lebih percaya diri. Rata-rata respon sebelum
diberikan terapi okupasi 86,7% dan sesudah diberikan terapi okupasi 83,3%.(Krissanti,
2019). Dalam jurnal Nasional dengan judul Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun untuk
Meningkatkan Harga Diri pada Pasien Harga Diri Rendah di Wilayah Puskesmas
Sruweng

Latar Belakang : Pasien harga diri rendah merupakan pasien gangguan kesehatan jiwa yang
menganggap dirinya tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri. Hal ini menyebabkan pasien harga diri rendah sulit untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu alternatif untuk meningkatkan harga diri pada
pasien harga diri rendah adalah dengan terapi okupasi berkebun.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien harga diri rendah kronik dengan terapi okupasi
berkebun menanam cabai di wilayah kerja Puskesmas Sruweng.
Metode : Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus
pada 2 pasien dengan harga diri rendah. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi
menggunakan instrumen pengkajian tanda dan gejala harga diri rendah kronik dan lembar
observasi kemampuan pasien dalam melakukan terapi okupasi berkebun.
Hasil : Setelah dilakukan penerapan terapi okupasi berkebun menanam cabai di polybag pada
pasien harga diri rendah didapatkan hasil penurunan tanda dan gejala harga diri rendah pada P1
sebesar 3 skor dan pada P2 sebesar 4 skor. Selain itu, didapatkan hasil peningkatan kemampuan
menanam cabai pada P1 sebesar 11 skor dan pada P2 sebesar 9 skor.
Rekomendasi : Perawat disarankan menerapkan terapi okupasi berkebun dalam memberikan
asuhan keperawatan untuk meningkatkan harga diri pada pasien harga diri rendah.
2. Jurnal 2 : Terapi Okupasi (Kerajinan Tangan) berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan sosial pada klien Skizofrenia dengan Isolasi sosial di Wilayah Puskesmas
Kademangan dengan nilai signifikansi α: 0,0205.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan diskusi dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan semua
pemikiran, penilaian, keyakinan dan kepercayaan individu terhadap dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang biasa muncul adalah
perasaan malu, rasa bersalah, merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, percaya diri
kurang, dan mencederai diri. Penyebab harga diri rendah di bagi menjadi 2 yaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Yang termasuk faktor predisposisi adalah perkembangan
individu dan ideal diri yang terganggu, sedangkan faktor presipitasinya adalah adanya
gangguan fisik dan mental serta pengalaman traumatik berulang. Asuhan keperawatan pada
kasus harga diri rendah menggunakan diagnosa harga diri rendah kronik berhubungan
dengan gangguan psikiatrik, isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental, dan
defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan penurunan motivasi.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Makrifatul., dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta :
Indomedia Pustaka

Herman. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iskandar, M. D. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Keliat, C. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Yogyakarta: EGC

Keliat, B. A. 2005. Proses keperawatan kesehatan jiwa edisi 2. Jakarta : EGC.

Keliat, B. A. & Akemat. 2012. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta : EGC

Krissanti, Astriyana., dkk. 2019. Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun untuk Meningkatkan
Harga Diri pada Pasien Harga Diri Rendah di Wilayah Puskesmas Sruweng. The 10th
University Research Colloqium 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong
Purwaningsih, W & Karlina, I. 2009. Asuhan keperawatan jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika Press.

Stuart, G. W. 2006. Buku saku keperawatan jiwa . Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Sundeen, S. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC.

Stuart dan Sundeen. 2006. Buku saku keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Sukmana, Rendra., dkk. 2014. PENGARUH TERAPI OKUPASI TERHADAP KEMAMPUAN


SOSIAL PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN ISOLASI SOSIAL (Effect of
Occupatioal Therapy on Social Skill in Schizofrenia with Social Isolation). Jurnal Ners
dan Kebidanan Vol. 1 No. 2, Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai