Kel. 5 Askep Jiwa HDR
Kel. 5 Askep Jiwa HDR
OLEH :
KELOMPOK 5
2019
BAB I
PENDAHULUAN
RISIKO PERILAKU
KEKERASAN
Risiko HALUSINASI
Risiko WAHAM DEFISIT PERAWATAN
DIRI
(kurang memperhatikan
Risiko ISOLASI SOSIAL perawatan diri – 3 hari tidak
mandi, kulit kusam, rambut
(menarik diri- 2 tahun di kamar)
acak-acakan, badan bau)
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda-tanda klien dengan harga diri rendah yaitu :
Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit, Rasa bersalah terhadap diri sendiri, Merendahkan martabat, Gangguan hubungan
sosial seperti menarik diri, Percaya diri kurang, Menciderai diri.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Data yang bisa ditemukan dalam harga diri rendah :
Data Subjektif
1. Ungkapan yang menegatifkan diri
2. Mengevaluasi diri sebagai yang tidak mampu menghadapi berbagai peristiwa
3. Membuang rasionalisasi atau menolak umpan balik yang positif dan melebih-
lebihkan umpan balik yang negative tentang dirinya.
4. Penolakan-penolakan yang jelas pada orang lain
5. Rasionalisasi kegagalan pribadi
6. Hipersensivitas terhadap kritik
Data Objektif
1. Ekspresi-ekspresi rasa malu atau bersalah
2. Kurangnya kontak mata
3. Ragu-ragu untuk mencoba hal baru atau situasi-situasi baru
4. Menangis berlebihan bergantian dengan ekspresi marah
5. Menarik diri kedalam isolasi social
6. Penolakan partisipasi pada terapi-terapi
7. Penolakan partisipasi pada aktivitas-aktivitas merawat diri sendiri
8. Tergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari.
3.2 Diagnosa
1. dx. Harga Diri Rendah Situasional
2. dx. Harga Diri Rendah Kronik
3.3 Intervensi
Asuhan keperawatan Tindakan Keperawatan Klien HDR (Keliat & Akemat, 2012)
1) Tindakan keperawatan kepada pasien
a. Tujuan keperawatan
- Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
- Pasien dpat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
- Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
- Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
b. Tindakan keperawatan
- Identifikasi kemampuan dan aspek postif yang masih dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien, perawat dapat melakukan hal berikut, yaitu:
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, rumah, adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien
2) Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negatif
- Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara
berikut :
1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan siri yang diungkapkan pasien
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar
yang aktif
- Membantu pasien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih. Tindakan kepewatan yang bisa digunakan yaitu :
1) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan
dengan mandiri atau dengan bantuan minimal
- Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara
berikut :
1. Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
2. Bersama pasien peragakan kegaitan yang telah ditetapkan
3. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang bisa pasien
lakukan
- Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang dilatih
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
5) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan
2) Tindakan keperawatan kepada keluarga
b. Tujuan keperawatan
- Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemamuan yang
dimiliki pasien
- Keluarga dapat memfasilitasu pelaksanaan kemampuan yang dimiliki
pasien
- Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilannya
- Keluarga mampu enilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
c. Tindakan keperawatan
- Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
- Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami ole
pasien
- Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pasien
dan puji pasien atas kemampuannya
- Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
- Demostrasikan cara merawat pasien harga diri rendah
- Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikan cara merawat
pasien harga diri rendahseperti yang perawat telah demostrasikan
sebelumnya
- Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Jurnal I
Salah satu terapi yang digunakan dalam menangani pasien harga diri rendah
adalah terapi okupasi. Pemberian terapi okupasi dapat membantu klien mengembangkan
mekanisme koping dalam memecahkan masalah terkait masa lalu yang tidak
menyenangkan. Menurut hasil riset penelitian Mamnu’ah (2014), terapi okupasi ini
dapat menurunkan harga diri dan klien lebih percaya diri. Rata-rata respon sebelum
diberikan terapi okupasi 86,7% dan sesudah diberikan terapi okupasi 83,3%.(Krissanti,
2019). Dalam jurnal Nasional dengan judul Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun untuk
Meningkatkan Harga Diri pada Pasien Harga Diri Rendah di Wilayah Puskesmas
Sruweng
Latar Belakang : Pasien harga diri rendah merupakan pasien gangguan kesehatan jiwa yang
menganggap dirinya tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri. Hal ini menyebabkan pasien harga diri rendah sulit untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu alternatif untuk meningkatkan harga diri pada
pasien harga diri rendah adalah dengan terapi okupasi berkebun.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien harga diri rendah kronik dengan terapi okupasi
berkebun menanam cabai di wilayah kerja Puskesmas Sruweng.
Metode : Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus
pada 2 pasien dengan harga diri rendah. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi
menggunakan instrumen pengkajian tanda dan gejala harga diri rendah kronik dan lembar
observasi kemampuan pasien dalam melakukan terapi okupasi berkebun.
Hasil : Setelah dilakukan penerapan terapi okupasi berkebun menanam cabai di polybag pada
pasien harga diri rendah didapatkan hasil penurunan tanda dan gejala harga diri rendah pada P1
sebesar 3 skor dan pada P2 sebesar 4 skor. Selain itu, didapatkan hasil peningkatan kemampuan
menanam cabai pada P1 sebesar 11 skor dan pada P2 sebesar 9 skor.
Rekomendasi : Perawat disarankan menerapkan terapi okupasi berkebun dalam memberikan
asuhan keperawatan untuk meningkatkan harga diri pada pasien harga diri rendah.
2. Jurnal 2 : Terapi Okupasi (Kerajinan Tangan) berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan sosial pada klien Skizofrenia dengan Isolasi sosial di Wilayah Puskesmas
Kademangan dengan nilai signifikansi α: 0,0205.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan diskusi dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan semua
pemikiran, penilaian, keyakinan dan kepercayaan individu terhadap dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang biasa muncul adalah
perasaan malu, rasa bersalah, merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, percaya diri
kurang, dan mencederai diri. Penyebab harga diri rendah di bagi menjadi 2 yaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Yang termasuk faktor predisposisi adalah perkembangan
individu dan ideal diri yang terganggu, sedangkan faktor presipitasinya adalah adanya
gangguan fisik dan mental serta pengalaman traumatik berulang. Asuhan keperawatan pada
kasus harga diri rendah menggunakan diagnosa harga diri rendah kronik berhubungan
dengan gangguan psikiatrik, isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental, dan
defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan penurunan motivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Makrifatul., dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta :
Indomedia Pustaka
Keliat, B. A. & Akemat. 2012. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta : EGC
Krissanti, Astriyana., dkk. 2019. Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun untuk Meningkatkan
Harga Diri pada Pasien Harga Diri Rendah di Wilayah Puskesmas Sruweng. The 10th
University Research Colloqium 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong
Purwaningsih, W & Karlina, I. 2009. Asuhan keperawatan jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika Press.
Stuart, G. W. 2006. Buku saku keperawatan jiwa . Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Stuart dan Sundeen. 2006. Buku saku keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC