KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
MAKALAH
PENERAPAN SY STE
ST E M AC TI V I TY B A SE D COST I NG
Disusun Oleh :
LUTFIA NOVITASARI
KELAS 8C / 20
NPM 144060005746
Abstrak
Sistem activity based costing (ABC) dianggap dapat menggambarkan biaya per unit produk secara akurat
dibandingkan dengan system penghitungan tradisional. Yang pertama menerapkan sistem ini adalah jenis usaha
manufaktur, yang kemudian disusul dengan jenis usaha jasa karena ternyata sistem ini dapat pula digunakan untuk
menghitung produk layanan jasa. Sudah banyak perusahaan-perusahaan besar dunia yang menerapkannya
sampai saat ini. Dalam perkembangan reformasi anggaran di Indonesia yang menuju kepada penganggaran
berbasis kinerja, system ini dapat menjadi alternative yang tepat. Dan dalam penelitian ini diketahui bahwa biaya
layanan pada sektor publik, sebagai contoh pada Kantor Pelayanan Kekayan Negara dan Lelang, dapat dihitung
dengan menggunakan system activity based costing. Dengan hasil perhitungan yang lebih komprehensif karena
biaya-biaya yang tidak secara langsung teratribusi juga diperhitungkan. Data-data yang lebih komprehensif
diperlukan untuk memperoleh hasil penghitungan yang lebih akurat lagi.
publik
Kata kunci: ABC, biaya, anggaran, sektor publik
Abstract
System activity based costing (ABC) is considered to illustrate the cost per unit of product accurately than the
traditional system. The first who has been implementing this system is a type of manufacturing business, which is
then followed by the type of service
s ervice business because it turns the system
sys tem can also be used to calculate the product
services. There have been many large companies worldwide apply until today. In the development of the budget
reform in Indonesia, which leads to performance-based budgeting, this system can be the right solution.
solution . And in this
study note that the cost of services in the public sector, for example Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang, can be calculated using activity based costing system. With a more comprehensive calculation results
because indirect cost also taken into account. The more comprehensive data required to obtain a more accurate
calculation result.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem activity based costing telah banyak diimplementasikan pada perusahaan-
perusahaan besar di dunia. Alasan perusahaan-perusahaan besar ini beralih dari system
tradisional menuju system activity based costing adalah karena sistem activity based
costing dapat memberikan informasi tentang biaya produk secara lebih akurat. Dimana
keakuratan ini disebabkan system yang mampu menghitung biaya keluaran bukan hanya
atas dasar biaya-biaya yang langsung teratribusi kepada kegiatan tersebut, tetapi juga
atas biaya-biaya bersama yang tidak dapat langsung diatribusikan kepada masing-masing
kegiatan.
Sistem ini bukan hanya cocok diterapkan untuk perusahaan atau organisasi profit, tapi
instansi pemerintah pun yang merupakan organisasi non profit dapat menerapkannya.
Apalagi untuk menjawab tantangan good governance
governance yang semakin tinggi sebagaimana
sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu
agar system penganggaran Indonesia berubah dari sistem anggaran tradisional atau line
item budgeting menuju ke system anggaran berbasis kinerja.
Penerapan system activity based costing ini dapat menjadi jawaban atas tantangan
tersebut. Namun karena instansi pemerintah bukanlah organisasi profit, tujuan penerapan
system ini pun akan sedikit berbeda dengan organisasi profit. Pada instansi pemerintah
tujuannya lebih kepada perencanaan anggaran, pertanggungjawaban anggaran, dan
evaluasi. Hal ini dikarenakan tugas pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, jadi tidak sepenuhnya biaya layanan akan dibebankan pada masyarakat.
Diharapkan dengan penerapan system activity based costing system penganggaran
pada lingkup publik di Republik Indonesia ini dapat terselenggara dengan lebih baik.
Dalam pembahasan ini penulis akan mengkhususkan penerapan system analisis based
costing ini pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Kementerian Keuangan,
yang dalam menyelenggaraan layanan masyarakat dilakukan melalui kantor vertical di
bawahnya, yaitu Kantor Pelayanan dan Lelang Negara yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
B. Ruang Lingkup
Agar penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam makalah ini tidak melebar dan
kehilangan fokusnya, maka penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian pada
penghitungan biaya layanan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
dengan menggunakan sistem Activity
sistem Activity Based Costing
Costing (ABC).
(ABC).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan atas apa yang telah disampaikan pada bagian latar belakang,
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah “Bagaimana
“ Bagaimana menghitung
biaya per unit layanan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan berdasarkan sistem
activity based costing?”
costing?”
D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana cara menghitung biaya
kegiatan per unit layanan pada KPKNL. Dan diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat untuk KPKNL maupun Direktorat Jenderal Kekayaan Negara pada umumnya,
diantaranya sebagai masukan mengenai penghitungan biaya kegiatan layanan yang
diberikan oleh KPKNL dengan menggunakan system activity based costing, mengingat
bahwa Direktorat Jenderal Kekayaan Negara memiliki 70 KPKNL yang tersebar di seluruh
Indonesia.
II. LANDASAN
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Biaya
Usry dan Hammer (1995,25) mendefinisikan “biaya sebagai suatu nilai tukar prasyarat,
pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat.”manfaat. ” Dalam akuntansi keuangan,
prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehan dinyatakan dengan
pengurangan kas/aktiva lainnya pada saat ini atau di masa mendatang. Secara umum
biaya diartikan sebagai kas atau setara kas yang dikorbankan yang diharapkan akan
memberi manfaat bagi organisasi pada masa yang akan datang.
Pemahaman mengenai biaya ini sangat penting bagi organisasi karena biaya
merupakan alat ukur untuk menentukan jumlah sumber ekonomi yang dikonsumsi oleh
suatu obyek biaya. Untuk memperoleh informasi terkait biaya yang akurat, dalam
penelusuran biaya ke obyek biaya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu direct tracing
atau penelusuan secara langsung dan driver tracing atau penelusuran berdasarkan driver.
Menurut pengklasifikasiannya biaya dapat dibedakan menjadi tiga:
1. Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah input input secara total tidak terpengaruhi oleh
perubahan output aktivitas dalam suatu kisaran tertentu.
2. Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah input secara total akan berubah secara
proporsional dengan perubahan output aktivitas.
3. Biaya semivariabel,
semivariabe l, yaitu biaya yang mempunyai elemen tetap dan varibel.
Produk suatu organisasi adalah barang atau jasa. Namun terkait dengan perhitungan
biayanya, produk jasa lebih susah dalam penghitungannya. Hal ini disebabkan oleh empat
karakteristik yang dimiliki oleh produk jasa. Keempat karakteristik tersebut adalah:
1. Intangibility
merupakan sifat tidak berbentuk sehingga pembeli atau calon pembeli tidak dapat
memegang,menyentuh ataupun mendengar dan merasakan sebelum memutuskan
untuk membeli jasa yang bersangkutan.
2. Perishability
Perishability
merupakan sifat yang langsunghabos saat itu tidak dapat dikonsumsi lain waktu.
3. Inseparability
Inseparability
merupakan sifat yang menunjuakn adanya interaksi langsung antara penyedian jasa
dan pembeli jasa.
4. Heterogenety
Heterogenety
merupakan sifat jasa yang sangat beragam atau bervariasi tidak dapat distandarkan.
III. PEMBAHASAN
A. Profil Kantor Pelayanan
Pelayanan Kekayaan
Kekayaan Negara dan
dan Lelang
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang atau biasa disebut KPKNL adalah
unit vertical di bawah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan yang
mempunyai visi “Menjadi pengelola kekayaan negara, piutang negara dan lelang yang
profesional dan bertanggung
bertanggung jawab untuk sebesar-besar
sebesar-besar kemakmuran rakyat ”
”, KPKNL
mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pelayanan di bidang pengelolaan kekayaan
negara, piutang negara, dan lelang. Dalam menyelenggarakan layanan-layanan tersebut
KPKNL mempunyai susunan organisasi sebagai berikut:
Bagan 3.1. Struktur Organisasi KPKNL
KEPALA KPKNL
SUBBAGIAN
UMUM
SEKSI SEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI
PENGELOLAA HUKUM
PELAYANAN PIUTANG PELAYANAN KEPATUHA
N KEKAYAAN DAN
NEGARA
LELANG NEGARA PENILAIAN N INTERNAL
INFORMASI
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
Sampai dengan awal 2015 ini DJKN memiliki 70 unit vertical KPKNL yang tersebar di
seluruh Indonesia. Dan dalam perkembangannya unit-unit vertical ini akan terus
bertambah untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat di
seluruh Indonesia. Untuk itu dalam mendukung reformasi system penganggaran, yaitu
untuk menuju kepada system anggaran berbasis kinerja, diperlukan suatu standar biaya.
Dalam penelitian ini penulis akan mensimulasikan penghitungan standar biaya dengan
menggunakan system activity based costing.
B. Simulasi Penerapan
Penerapan Sistem
Sistem Activity
Activity Based Costing
Pada makalah ini akan disimulasikan mengenai tahapan-tahapan menerapan system
activity based costing pada KPKNL secara umum, tanpa menunjuk pada salah satu
KPKNL tertentu. Hal ini dilakukan karena jika digunakan data hanya pada salah satu
KPKNL sebagai acuan biaya standar bagi DJKN akan kurang tepat. Mengingat KPKNL
tersebar diseluruh Indonesia dengan berbagai karakteristik ekonomi dan geografisnya.
Jadi pada makalah kali ini yang akan disimulasikan adalah membawa akun-akun biaya
pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebagai biaya langsung dan tidak
langsung. Dan kemudian bagaimana menelusuri biaya tidak langsung ini ke tiap-tiap
layanan.
Namun untuk memudahkan memahami ilustrasi simulasi yang disajikan, akan
digunakan data dari KPKNL XYZ Tahun 2013 untuk melakukan penghitungan pada salah
satu layanan, yaitu layanan lelang.
1. Pengidentifikasian Aktivitas
Aktivitas pelayanan
pelayanan yang
yang diselenggarakan
diselenggarakan oleh KPKNL
KPKNL dapat diklasifikasikan
diklasifikasikan menjadi
menjadi
4 (empat), yaitu:
a. Penilaian
b. Lelang
c.
d. Pengurusan
Pengelolaan Piutang
KekayaanNegara
Negara
yang tidak dapat ditelusuri secara langsung. Berikut adalah tabel cost driver untuk masing-
masing biaya tidak langsung:
Tabel 3.2. Cost Driver Biaya
Biaya Tidak Langsung KPKNL
No Uraian Biaya Cost Driver
1 Biaya gaji dan tunjangan Jumlah Pegawai (orang)
2 Biaya Honor Pegawai Honorer Luas Ruangan (m2)
3 Biaya Honor Operasional Satuan Kerja Jumlah Pegawai (orang)
4 Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Luas Ruangan (m2)
5 Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Jam Kerja (Jam)
6 Beban Depresiasi Luas Ruangan (m2)
7 Biaya Listrik Jam Kerja (Jam)
8 Biaya Telepon Jumlah Pegawai (orang)
9 Biaya Air Jumlah Pegawai (orang)
10 Biaya Pengiriman Surat Dinas Jumlah Surat Keluar
(buah)
11 Biaya Makanan/Minuman/
Makanan/Minuman/ Obat-obatan Jumlah Pegawai (orang)
12 Biaya Rapat Dinas dan Pertemuan Jumlah Pegawai (orang)
13 Biaya Pembinaan dan Konsultasi
Konsultas i Jumlah Pegawai (orang)
14 Biaya Pakaian Kerja Pegawai Jumlah Pegawai (orang)
15 Biaya Lain-lain Luas Ruangan (m2)
5. Pengalokasian biaya tidak langsung
Selanjutnya untuk mengetahui besaran pengalokasian biaya tidak langsung pada
masing-masing aktivitas dihitung berdasarkan tingkat konsumsi cost driver masing-
masing aktivitas tersebut, yaitu dengan mengalikan tarif overhead dengan
dengan konsumsi cost
driver terkait.
Tabel 3.4. Pengalokasian Biaya Tidak Langsung Pelayanan Lelang KPKNL XYZ Tahun
2013
Tabel 3.5. Biaya per Unit Layanan Lelang KPKNL XYZ Tahun 2013
Uraian Biaya
Biaya Langsung Rp 32,600,000
Biaya Tidak Langsung yang Dialokasikan
Dialokasika n Rp 181,735,804
181,735,80 4
Total Biaya Rp 214,335,804
Total Layanan yang terselenggara dalam satu tahun
101
(jumlah output)
Biaya per Unit Rp 2,122,137
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K. and Milton F. Usry. 2002. Cost Accounting , Edisi ke-13, Buku 1. Alih
Bahasa : Krista. Salemba Empat, Jakarta.
Cooper, Robin dan Robert S. Kaplan. 1999. The Design of Cost Management System: Text and
Cases.. Edisi ke-2. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Cases
Edwards ,Stephanie and Technical Information Service. 2008. Activity Based Costing. The
Accountants.
Chartered Institute of Management Accountants.
Pegden, C. D., Shannon, R. E., and Sadowski, R.P. 1990. Introduction to Simulation Using
SIMAN . New York: McGraw-Hill, Inc.
Undang – Undang
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang – Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Usry, Milton F. dan Hammer, Lawrence H. 1995. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan
Pengendalian, edisi ke-10, jilid 1. Terjemahan Sirait, Alfonsus. Erlangga, Jakarta.