Anda di halaman 1dari 9

MODUL PRAKTIKUM

Mata Kuliah Mikrobiologi Hasil Perikanan


Semester Genap 2020/2021

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Universitas Diponegoro
Semarang
2021
Page 1 of 9
MODUL VI : Pendugaan Jumlah Bakteri Coliform Kelompok : 02

Tanggal : 20 April 2021

Nama : Adinda Deby Rahma Sari NIM: 26060119120015 Ttd:

Tujuan

Tujuan dari praktikum penentuan jumlah bakteri coliform adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara menduga coliform dengan MPN.
2. Mengetahui MPN coliform pada produk perikanan.
3. Membandingkan coliform pada berbagai produk perikanan dan faktor-faktor yang berpengaruh.

Dasar Teori Praktikum

Makanan yang kurang terjamin kebersihannya akan sangat mudah terkontaminasi. Kontaminasi juga
dapat terjadi jika penyimpanan makanan terlalu lama. Penyimpanan yang lama akan menyebabkan
tumbuhnya bakteri patogen seperti coliform. Bakteri coliform merupakan mikroorganisme yang sering
digunakan sebagai indikator untuk menentukan suatu sumber air terkontaminasi patogen atau tidak. Bakteri
coliform dapat tumbuh dan berkembang biak pada suhu penyimpanan 7°C hingga 60°C (Nurjanah, 2006).
Metode Most Probable Number (MPN), merupakan metode perhitungan sel terutama untuk
perhitungan bakteri coliform berdasarkan jumlah perkiraan terdekat. Perkiraan terdekat yaitu perhitungan
dalam range tertentu. Dihitung sebagai nilai duga dekat secara statistik dengan merujuk pada tabel MPN
(Most Probable Number). Hasil yang diperoleh dari pengujian menunjukkan bahwa semua sampel
positif membentuk gelembung/gas, yang diduga telah terjadi kontaminasi oleh bakteri coliform
(Putrri dan Pramudya, 2018).
Penyebab keracunan makanan adalah adanya cemaran bakteri patogen. Terjadinya keracunan
ditandai dengan adanya gejala diare. Jika diare terjadi dalam jangka yang panjang akan dapat menyebabkan
kematian. Kasus keracunan terjadi karena penerapan sanitasi lingkungan pengolahan yang masih kurang
memadai. Cemaran yang dapat menyebabkan penyakit adalah cemaran mikrobiologi seperti Eschericia coli,
atau bakteri coliform (Rien dan Wiharyani, 2010).

Prosedur Kerja

a. Bahan
 Sampel ikan/produk hasil perikanan
 Larutan Buffer NaCl 0,85%
 Aquades
 Louryl Triptone Broth (LTB)
 Brilliant green lactose broth (BGLB)

b. Alat
 Tabung reaksi
 Blue tip
 Mikropipet
 Erlenmeyer 250 ml
 Beaker glass 100 ml
 Bunsen
 Tabung durham
 Inkubator
 Timbangan Elektrik
 Vortex
 Hot plate stirer
 Stomacher
 Autoclave
 Kertas label
 Karet gelang
 Plastik

Page 2 of 9
c. Metode dan hasil pengamatan

Pembuatan Media LTB


1. melarutkan 35,5 gram LTB dalam 1000 ml aquades dan dihomogen dengan hot plate stirrer
2. menyiapkan 9 tabung reaksi dan diberi tabung durham
3. menuangkan larutan LTB sebanyak 9 ml ke masing tabung reaksi
4. sterilisasi dengan suhu 121°C selama 15 menit

Pembuatan Larutan Pengencer NaCl


1. NaCl 0,85% dan aquades dari kebutuhan disiapkan;
2. Keduanya dimasukkan dalam erlenmeyer dan dihomogenisasi dengan cara di stir pada hot plate stirrer;
1. Larutan pengencer NaCl dimasukkan dalam erlenmeyer sebanyak 90 dalam erlenmeyer ml dan 9 ml
dalam tabung reaksi kemudian disterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121oC dan tekanan 1
atm selama 15 menit.

Persiapan Contoh
1. Sampel ditimbang sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam plastik dan ditambahkan 90 mL larutan buffer
pengencer NaCl (1:9);
2. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam alat stomacher untuk dihomogenisasi sampai menjadi larutan
yang homogen sehingga diperoleh larutan dengan pengenceran 10 -1.

Pengenceran
1. 1 mL larutan hasil pengenceran 10-1 diambil dengan menggunakan pipet steril;
2. Larutan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan pengencer NaCl untuk
didapatkan pengenceran 10-2, kemudian di vortex;
3. 1 mL larutan pengenceran 10-2 diambil dengan menggunakan pipet steril lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan pengencer NaCl untuk didapatkan pengenceran 10 -3, kemudian di
vortex.

Pendugaan coliform
1. Melakukan inokulasi pada tabung tabung positif ke dalam tabung tabung Louryl Triptone Broth (LTB)
yang berisi tabung durham dengan menggunakan jarum ose.
2. Melakukan inkubasi selama selama 48 jam ±2 jam dengan suhu 35°C ±1°C.
3. Melakukan pengamatan untuk mempertegas adanya coliform. Tabung positif ditandai dengan adanya
warna keruh dan gas yang terdapat pada tabung durham .
4. Melakukan penentuan nilai angka paling memungkinkan (APM) berdasarkan tabung tabung LTB yang
positif dengan tabel APM 3 seri

Page 3 of 9
Lembar Hasil Pengamatan:

Tabel 10. Lembar Penilaian Organoleptik Ikan Lele (Clarias sp.)


Spesifikasi
Mata Insang Lendir Daging Bau Xi (Xi – X̅)2
Panelis
I 8 8 9 7 9 8,2 0,0144
II 8 8 9 8 8 8,2 0,0144
III 8 9 9 8 8 8,4 0,1024
IV 8 7 8 7 7 7,4 0,4624
V 9 7 9 8 8 8,2 0,0144
X̅= 8,08 Σ= 0,87

Perhitungan

1
Simpangan : S 
2

n
 ( Xi  X ) 2

S2 = X 0,87

S2 = 0,174
S  S2

S = 0,42

S S
Selang Kepercayaan : X .1,96    X  .1,96
n n
= 8,08 - (1,96) <  < 8,08 + (1,96)

= 8,08 - (1,96) <  < 8,08 + (1,96)

= 8,08 – 0,19 (1,96) <  < 8,08 + 0,19 (1,96)

= 8,08 – 0,37 <  < 8,08 + 0,37

= 7,71 <  < 8,45

Kesimpulan :
Dari hasil uji organoleptik terhadap ikan lele (Clarias sp.) didapat selang kepercayaan sebesar 7,71 <
 < 8,45 pada tingkat kepercayaan 95 %, maka produk tersebut layak untuk dikonsumsi/digunakan sebagai
bahan baku.

Page 4 of 9
Gambar 8. Hasil Pendugaan Jumlah Bakteri Coliform pada Sampel ......

….………………………………. ….……………………………….

Deskripsi :

Tabel 11. Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri


Sampel Pengenceran Jumlah tabung positif
Ikan Lele (Clarias sp.) 10-1 2
10-2 1
10-3 0

Page 5 of 9
Pembahasan:

 Ikan lele atau Clarias sp. merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan
kulit licin. Bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat, tulang ini membentuk ruangan rongga
di atas insang. Mulut lele dilengkapi gigi, gigi nyata, atau hanya berupa permukaan yang kasar dimulut bagian
depan. Lele juga memiliki 4 pasang sungut yang terletak di sekitar mulut. Sepasang sungut hidung, sepasang
sungut mandibular luar, sepasang sungut mandibular dalam, dan sepasang sungut maxilar. Ikan lele
mempunyai alat olfaktori dideket sungut yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan lele
yang kurang berfungsi baik. Dua buah lubang penciuman yang terletak di belakang bibir atas, sirip punggung
dan anal memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor. Mata lele berbentuk
kecil dan tepi orbital yang bebas berukuran 1/8 dari panjang kepalanya. Ikan lele mempunyai bentuk tubuh
memanjang, agak bulat,dan tidak bersisik. Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai bentuk yang
membulat, sementara bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping ( compressed). Sirip ekor ikan
lele membulat dan tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut membulat dan
panjangnya mencapai sirip dubur. Sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut patil
dengan panjang maksimum hingga mencapai 400 mm dan umumnya ikan lele berwarna coklat. Jumlah sirip
ikan lele sebanyak 68-79, di bagian sirip dada ada 9-10, di bagian sirip perut 5-6, di sirip dubur 50-60.
Menurut Mbanga et al. (2018), ikan lele (Clarias sp.) memiliki gigi lumayan tajam untuk beradaptasi dengan
lingkungan terutama untuk pernapasan. Ikan lele betina pada memiliki tulang rawan yang berstruktur padat.

Metode yang digunakan dalam penentuan bakterti coliform adalah pembuatan media LTB. Media
dilarutkan dengan aquadest di dalam erlenmeyer dan dihomogenisasikan menggunakan alat hot plate stirrer,
selanjutnya media dituangkan ke tabung reaksi dan disterilisasikan dengan autoclave selama 15 menit
dengan suhu 121°C bertekanan 1 atm. Larutan pengenceran pembuatannya dengan cara NaCl dan aquadest
disterilkan di alat hot plate stirrer, setelah itu NaCl dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang ditambahkan
aquadest dan disterilisasi pada autoclave. Sampel yang sudah dihaluskan dan dimasukkan ke dalam plastik
serta ditambahkan larutan pengencer lalu dihomogenisasikan dengan alat stomacher selama 2 menit dan
dipindahken ke erlemeyer. Sampel tersebut menjadi sampel dengan pengenceran 10 -1, selanjutnya
pembuatan sampel dengan pengenceran 10 -2 maka mengambil sampel pada pengenceran 10 -1 dan
ditambahkan larutan pengenceran NaCl. Pengamatan tabung yang dinyatakan positif adalah dapat dilihat
dengan mengamati pada tabung durham, apabila ada timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas didalam
tabung kecil (tabung durham). Menurut Bambang et al. (2014), prinsip penentuan angka bakteri coliform
adalah bahwa adanya pertumbuhan bakteri coliform yang ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung
durham, setelah diinkubasikan pada media yang sesuai. Adanya gas pada tabung durham dalam media
memperkuat adanya bakteri coliform. Hasil angka bakteri coliform didapatkan dari tabel APM yang
memberikan nilai duga terdekat dengan kombinasi tabung positif dan negatif.

Kualitas ikan harus diperhatikan melalui ada atau tidaknya bahan kimia atau mikrobia yang
berbahaya. Salah satu jenis mikrobia yang mencemari ikan air tawar dan laut adalah bakteri coliform. Bakteri
ini dapat mencemari ikan melalui tahap sebelum dikonsumsi, misalnya dalam transportasi, penyimpanan, atau
pengolahan menggunakan alat-alat yang tidak steril. Hasil yang didapat pada sampel ikan lele pada
Page 6 of 9
pengenceran 10-1 terdapat 2 tabung positif, pengenceran 10-2 terdapat 1 tabung positif dan pengenceran 10-3
tidak ada tabung yang dinyatakan positif. Hasil tersebut disesuaikan dengan tabel APM sehingga
menghasilkan jumlah bakteri coliform pada sampel ikan lele adalah 15 APM/g. Standard baku mutu air limbah
domestik yang diatur dalam P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 untuk kadar maksimum total  coliform adalah
3000 jumlah/100 ml. Oleh karena itu, pengolahan dan pengontrolan kualitas air limbah sangat penting untuk
dilakukan. Bakteri coliform fekal dan non fekal, coliform fekal, misalnya Escherichia coli. Escherichia coli
merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia. coliform non fekal, misalnya
Enterobakter aerogenes. Enterobakter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman
yang telah mati. Menurut Pratiwi (2013), coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang terkandung dalam
jumlah banyak pada kotoran manusia dan hewan, sehingga bakteri ini sering dipakai sebagai indikator dari
kualitas makanan dan air. Bakteri yang termasuk dalam golongan coliform dapat menyebabkan gangguan
pencernaan (gastroenteritis). Cara penyebarannya melalui makanan maupun air yang terkontaminasi secara
langsung (melalui tangan) dan tidak langsung (melalui air).

Perbandingan hasil jumlah bakteri coliform pada sampel ikan lele dan ikan bandeng adalah pada ikan
lel didapatkan 15 APM/g sedangkan pada sampel ikan bandeng jumlah coliform terdapat lebih dari 1.100
APM/g. Hal tersebut dikarenakan pada ikan bandeng setiap pengenceran jumlah tabung positif adalah 3
sehingga sesuai dengan tabel APM bahwa maksimal tabung yang positif adalah 3. Bakteri coliform merupakan
suatu bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya populasi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik
terhadap air, makanan, susu. Bakteri coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan
adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Bakteri coliform merupakan kelompok bakteri aerobik atau fakultatif anaerobik, gram negatif, tidak
membentuk spora, berbentuk batang, dapat menfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas,
dapat hidup di suhu 350 – 370C selama 48 jam inkubasi. Genus yang termasuk bakteri coliform antara lain
Escherichia, Klebsiella, dan Enterobacter. Faecal coliform merupakan anggota bakteri coliform yang dapat
tumbuh dan menfermentasi laktosa pada 440 C. Menurut Putri dan Kurnia (2018), proses fermentasi gula
(laktosa) dalam media karena adanya bakteri coliform fekal (Escherichia coli). Fermentasi gula dengan adanya
energi yang dihasilkan oleh bakteri akan menghasilkan asam piruvat dan asam asetat, kemudian muncul
gelembung gas CO2 yang berada dalam media.

Faktor yang mempengaruhi bakteri coliform adalah pH air, kondisi air, kondisi ikan, kehigenisan air
dan wadah. Bakteri coliform salah satunya E. coli termasuk kelompok bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya kontaminasi feses atau indikasi adanya pencemaran limbah manusia dan menyebabkan
dampak pada kesehatan manusia seperti diare. Kandungan coliform apabila semakin tinggi maka semakin
tinggi resiko adanya pertumbuhan bakteri patogen lainnya, sebagian besar bakteri coliform ditularkan melalui
jalur fecal-oral atau ditularkan dari air minum, jari tangan dan makanan yang diolah dengan air tercemar.
Faktor yang mempengaruhi jumlah bakteri coliform lainnya adalah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
kebersihan wadah, lokasi rumah makan dan lokasi. Menurut Hanifah et al. (2020), bakteri coliform memiliki
daya tahan yang baik di dalam perairan laut, meskipun demikian keberadaan bakteri dipengaruhi oleh banyak

Page 7 of 9
faktor yaitu salinitas, suhu, pH dan DO, cahaya dan tekanan hidrostatik. Keberadaannya bakteri coliform di
laut tidak dapat berlangsung lama pada salinitas yang tinggi (>30%).

Kesimpulan :

A. Kesimpulan:
Kesimpulan yang didapat dari praktikum Penentuan Bakteri Coliform adalah sebagai berikut :
1. Teknik MPN estimasi ukuran populasi mikroba pada subtrat cair. Metode untuk teknik MPN adalah
dengan di beberapa tahapan pengenceran serial. Teknik ini bergantung pada pola hasil positif dan
negatif sebagai inokulasi medium uji yang sesuai seperti tabung. Metode MPN digunakan
untuk menghitung mikroorganisme target yang benar-benar terpisah individunya seperti coliform dan E.
coli. Pemilihan media sangat berpengaruh terhadap metode MPN yang dilakukan. Umumnya media yang
digunakan mengandung bahan nutrisi khusus untuk pertumbuhan bakteri tertentu.
2. Strandart Nasional Indonesia (SNI) 2332.1:2015. Metode MPN ( Most Probable Number) digunakan dalam
uji mikrobiologi dalam penentuan coliform dan bakteri Escherichia coli pada daging ikan. Nilai MPN yang
sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI) yang di tetapkan untuk daging ikan yaitu <3,0 MPN/g.
3. Hasil penentuan jumlah bakteri coliform pada daging ikan lele sebesar 15 APM/g sedangkan pada daging
ikan bandeng didapatkan hasil >1100 APM/g bakteri coliform. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan yang kurang higenis dengan kebiasaan penduduk yang membuang fases dan urine di
perairan sehingga cermaran terbawa oleh adanya pasang surut ditambah dengan penanganan yang
kurang baik.

B. Saran :
Saran yang dapat diberikan pada praktikum Penentuan Bakteri Coliform adalah sebagai
berikut:
1. Sebaiknya, sampel yang digunakan jenis ikan lebih banyak agar mengetahui perbedaan hasilnya.
2. Sebaiknya, pengenceran dilakukan dengan hati-hati agar hasil yang didapat sesuai.
3. Sebaiknya, tempat dan tangan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu agar sampel tidak
terkontaminasi.

Nilai :……………………………………………….
Draft :……………………………………………….
Nama dan paraf asisten:……………………..
…………………………………………………………
…………………………………………………………

Page 8 of 9
Daftar Pustaka

Bambang, A. G., Fatimawali dan N. S. Kojong. 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Indentifikasi
Escherichia Coli pada Air Isi Ulang dari Depot di Kota Manado. Jurnal Pharmacon, 3(3): 325-334.

Hanifah, H., J. Suprijanto dan Subagiyo. 2020. Jumlah Total Bakteri dan Bakteri Coliform Pada Air Laut dan
Sedimen Perairan Laut Kecamatan Kendal. Journal of Marine Research, 9(3): 245-250.

Mbanga, B., C. V. Dyk dan J. N. Maina. 2018. Morphometric and Morphological Study of the Respiratory
Organs of the Bimodally Breathing African Sharptooth Catfish (Clarias gariepinus): Burchell (1822).
Journal Zoology, 130(1): 6-18.

Pratiwi, R. H. 2013. Distribusi Bakteri Coliform di Situ Cilodong Depok Jawa Barat. Jurnal Faktor Exacta, 6(4):
290-297.

Putri, A. M. dan P. Kurnia. 2018. Identifikasi Keberadaan Bakteri Coliform dan Total Mikroba dalam Es Dung-
Dung di Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Media Gizi Indonesia, 13(1):
41-48.

Page 9 of 9

Anda mungkin juga menyukai