Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH

KETIDAKBERDAYAAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Gerontik Dosen Mata Ajar : Suyamto, A. Kep., MPH

Disusun Oleh :

1. Azizur Rofiun N 2920183285 7. Diah Nurma K 2920183289


2. Bunga Cahya Indah 2920183286 8. Dwi Anggun Djibu 2920183290
3. Desi Ananda K. A 2920183287 9. Esmi Margiyati 2920183291
4. Dhea Risky F 2920183288 10. Fajar Suci A 2920183292

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Masalah Ketidakberdayaan”. Dokumentasi asuhan keperawatan ini disusun untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Gerontik. Kami berharap semoga
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca, khususnya
mahasiswa keperawatan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar dapat memperbaiki asuhan keperawatan ini.

Yogyakarta, 21 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II KONSEP DASAR.......................................................................................4
A. Konsep Lansia...............................................................................................4
B. Konsep Penyakit Stroke Non Hemoragic (SNH)........................................10
C. Konsep Masalah Ketidakberdayaan............................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................15
A. Kasus...........................................................................................................15
B. Pengkajian...................................................................................................17
C. Diagnosa keperawatan................................................................................41
D. Intervensi keperawatan...............................................................................42
BAB IV PENUTUP...............................................................................................46
A. Kesimpulan.................................................................................................46
B. Saran............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lansia adalah sekelompok orang yang


mengalami suatu proses perubahan secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu. Proses
perubahan yang terjadi pada lansia ditandai
dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti
otak, jantung, hati, dan ginjal serta peningkatan
kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-
otot tubuh (Fatmah, 2010). Proses penuaan
pada lanjut usia menyebabkan munculnya
degenarasi yang komplek baik terjadi secara
fisik maupun secara mental. Keadaan yang
ditandai dengan adanya kegagalan seseorang
untuk mempertahankan daya kemampuan
untuk hidup serta penurunan kepekaan
individual (Yuhono, 2017).
Data dari World Population Prospects
(2015) menjelaskan ada 901 juta orang berusia
60 tahun atau lebih, yang terdiri atas 12% dari
jumlah populasi dunia. Pada tahun 2015 dan
2030, jumlah orang berusia 60 tahun atau
lebih diproyeksikan atan tumbuh sekitar 56%
dari 901 juta menjadi 1,4 miliyar, dan pada
tahun 2050 populasi lansia diproyeksikan lebih
2 kali lipat di tahhun 2015 yaitu mencapai 2,1
miliyar (United Nations, 2015 dalam Saraisang
dkk, 2018). Jumlah lansia di Indonesia
mengalami peningkatan sekitar 18.957.189
(8,42%) jiwa dari jumlah penduduk di
Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut

1
dengan
bertamb
ahnya
usia
harapan
hidup,
maka
jumlah
lansia
juga
akan
bertamb
ah pada
tahun
2020,
yaitu
sekitar
28.882.8
79
(11,34%
) jiwa
dari
total
pendudu
k
Indonesi
a
(Agustin
, Keliat
&
Mustika
sari.,
2015).
Indonesi
2
DI Yogyakarta (13,04) Jawa Timur (10,40%) dan Jawa Tengah (10,34%)
(Suarni, Wakhid & Choiriyyah., 2018).

Statistik Penduduk Lanjut Usia menyebutkan salah satu permasalahan


yang berkaitan dengan penduduk lansia adalah permasalahan kesehatan.
Semakin bertambahnya usia, umumnya keluhan kesehatan yang dialami juga
semakin bertambah. Keluhan kesehatan pada kelompok pra lansia (45-59
tahun) sebesar 35,18 persen. Angka tersebut meningkat menjadi 46,71 persen
pada kelompok lansia muda (60-69 tahun), lansia madya (70-79 tahun)
sebesar 56,26 persen dan lansia tua (80 ke atas) sebesar 61,04 persen (Wilson,
Kundre, Onibala., 2017). Perubahan dan pertambahan usia pada lansia juga
meningkatkan risiko masalah kesehatan jiwa berupa dimensia, ansietas,
ketidakberdayaan dan deperesi (Grandfa, 2007 dalam (Agustin, Keliat &
Mustikasari, 2015). Kasus yang banayak ditemukan pada lansia adalah
ketidakberdayaan dengan prevalensi kejadian berkisar 30-45% dari kasus
kesehatan jiwa yang lainnya (Dharmono, 2008 dalam (Agustin, Keliat &
Mustikasari, 2015). Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami membuat
makalah “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah
Ketidakberdayaan”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan tentang masalah ketidakberdayaan pada lansia dan
asuhan keperawatan yang dapat dilakukan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi, klasifikasi, karakteristik, ciri-
ciri, tipe, tugas perkembangan, dan permasalahan pada lansia.
b. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dan tanda gejala pada
penyakit stroke non hemoragic.
c. Mahasiswa mampu mengetahui definisi, penyebab, batasan
karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan.
d. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada lansia
dengan ketidakberdayaan diantaranya pengkajian, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul dan rencana asuhan
keperawatannya.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Konsep Lansia
1. Definisi lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.


Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian
nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa (Kholifah, 2016).
2. Klasifikasi lansia
Depkes RI (2003) dalam Dewi (2014), mengklasifikasikan lansia
dalam kategori sebagai berikut:
a. Pralansia (presenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia risiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
e. Lansia tidak potensia, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO dalam Dewi (2014),
adalah sebaga berikut:
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
b. Usia tua (old) :75-89 tahun
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
3. Karakteristik lansia
Menurut Dewi (2014), lansia memiliki tiga karakteristik yaitu:
a. Berusia lebih dari 60 tahun
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptive
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Ciri-ciri lansia
Menurut Kholifah (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah
dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama
terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik,
misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya
maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia
yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap
sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
5. Tipe lansia
Menurut Nugroho (2000) dalam Dewi (2014), banyak ditemukan
bermacam-macam tipe lansia. Beberapa yang menonjol diantaranya:
a. Tipe arif bijaksana
Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir bati, menentang proses
penuaan yang mneyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya
Tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayang,
pemarah, tdak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan
pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.
e. Tipe bingung
Lansia sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Menurut Dewi (2014), lansia dapat pula dikelompokkan dalam
beberapa tipe yang bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini antara
lain:
a. Tipe optimis
Lansia santai dan periang , penyesuaian cukup baik, memandang
lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai
kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
b. Tipe konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai
toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. Biasanya sifat ini
terlihat sejak muda.
c. Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu
pasif, tidak berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif, dan
tidak praktis dalam bertindak.
d. Tipe defensif
Sebelum mempunyai Riwayat pekerjaan / jabatan yang tidak stabil,
selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang
teguh kebiasaan, bersifat kompulsif aktif, takut menghadapi “menjadi
tua” dan menyenangi masa pensiun.
e. Tipe militan dan serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan bisa
menjadi panutan.
f. Tipe pemarah frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan
sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
g. Tipe bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Umumnya
memiliki pekerjaan yang tidak stabil disaat muda, menganggap
menjadi tua sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang
yang masih muda, senang mengadu utung pekerjaan, dan aktif
menghindari masa yang buruk.
h. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi,
mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri,
lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi,
menganggap usia lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan
berguna.
6. Tugas perkembangan lansia
Menurut Ericksson dalam Dewi (2014), kesiapan lansia utuk
beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap perkembangan usia lanjut
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila
seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan
sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi
dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap
melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan
sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam,, dan
lain sebagainya.
Menurut Dewi (2014), adapun tugas perkembangan lansia sebagai berikut:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
d. Mempersiapkan kehidupan baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/ masyarakat secara
santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
7. Permasalahan pada lansia
Menurut Kholifah (2016), menjelaskan bahwa lansia mengalami
perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah.
Permasalahan tersebut diantaranya yaitu:
a. Masalah fisik
Masalahyang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah,
sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang
cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran
yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga
seringsakit.
b. Masalah kognitif (intelektual)
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif,
adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit
untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah
rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat
perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu,
lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang
kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah
kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota
keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika
menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

B. Konsep Penyakit Stroke Non Hemoragic (SNH)


1. Definisi SNH
Menurut Sarbini dkk (2019) stroke non hemoragik adalah stroke yang
terjadi karena trombosis akibat adanya plak aterosklerosis pada arteri otak
yang memberi vaskularisasi pada otak. Sedangkan menurut Apriyani
(2016) stoke non hemoragik terjadi akibat suplay darah ke jaringan otak
berkurang, hal ini disebabkan karena onstuksi total atau sebagian
pembuluh darah otak. Penyebab stroke non hemoragik ini adalah karena
trombosis, emboli dan hypoperfusi serebral global. Stroke non hemoragik
atau stroke iskemik terjadi karena adanya penggumpalan darah yang
bersirkulasi melalui pembuluh arteri. Kondisi ini diakibatkan oleh lemak
terutama kolesterol, sel-sel arteri yang rusak, kalsium serta materi lain
berkumpul membentuk materi baru/ plak (plague). Plak tersebut akan
menempel di bagian dalam dinding arteri terutama di bagian percabagan
arteri yang menyebabkan sel-sel yang menyusun arteri memproduksi zat
kimia yang menyebabkan penebalan pada plak sehingga liang arteri
menyempit. Penyempitan ini akan meyebabkan aliran darah terhambat
sehingga suplai oksigen ke otak berkurang (Rahmanisa, 2018).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stroke non hemoragik
adalah penyakit yang terjadi akibat penggumpalan darah pada arteri yang
membentuk plak sehingga meyebabkan aliran darah terhambat sehingga
suplai oksigen ke otak berkurang.
2. Manifestasi klinis SNH
Menurut Nurarif & Kusuma (2016), manifestasi klinis dari stroke
antara lain:
a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
b. Tiba-tiba hilang rasa peka
c. Bicara cedel atau pelo
d. Gangguan bicara dan bahasa
e. Gangguan penglihatan
f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
g. Gangguan daya ingat
h. Nyeri kepala hebat
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
l. Gangguan fungsi otak.
Menurut Misbach (2011) dalam Nusatirin (2018), manifestasi klinis
dari Stroke Non Hemoragik antara lain:
a. Hipertensi
b. Gangguan motoric (kelemahan otot, hemiparase)
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan visual
e. Gangguan keseimbangan
f. Nyeri kepala (migran, vertigo)
g. Muntah
h. Disatria (kesulitan berbicara)
i. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium,
suppor, koma).
C. Konsep Masalah Ketidakberdayaan
1. Definisi ketidakberdayaan
Menurut Keliat (2017) dalam Zaini (2019) ketidakberdayaan adalah
persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil
secara bermakna; suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Ketidakberdayaan juga dapat diartikan sebagai persepsi atau tanggapan
klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan
membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan
hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi
yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi.
Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup kurang kendali terhadap
situasi termasuk suatu persepsi bahwa tindakan seseorang tidak secara
bermakna mempengaruhi hasil yang dapat menganggu kesehatan
(Herdman & Kamitsuru, 2018).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan adalah
persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah
dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan
membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan yang dapat
menganggu kesehatan.
2. Etiologi ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak
adekuatan koping sebelumnya (seperti: depresi), serta kurangnya
kesempatan untuk membuat keputusan (Departement of Health, 2010
dalam Zaini, 2019).
Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Zaini (2019), yaitu:
a. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol
terhadap terapi.
b. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang
kasar.
c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau
yang melemahkan kondisi.
d. Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan
ketergantungan.
3. Batasan karakteristik ketidakberdayaan
Menurut Zaini (2019) ketidakberdayaan yang dialami klien dapat
terdiri dari tiga tingkatan antara lain :
a. Rendah
Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi, serta
lebih bersikap pasif.
b. Sedang
Marah, ketergantungan, ketidaksukaan, rasa bersalah, tidak merawat
diri sendiri, ekspresi frustasi, ekspresi takut, tidak kooperatif, pasif,
enggan mengungkapkan perasaan, rasa kebencian.
c. Berat
Apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi dengan
mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan,
menyatakan tidak memiliki kendali terhadap perawatan diri, situasi
dan hasil.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan
Menurut Zaini (2019) berikut ini adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi ketidakberdayaan yang dialami klien antara lain :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
Faktor yang berkaitan adalah menderita penyakit kronis, adanya
riwayat penyakit yang menimbulkan kerusakan pada bagian otak,
riwayat penyakit progresif yang menimbulkan ketidakmampuan
seperti kanker.
2) Faktor psikologis
Faktor yang berkaitan adalah pengalaman perubahan gaya hidup
akibat lingkungan tempat tinggal, ketidakmampuan menjalankan
peran, merasa kurang puas dengan kehidupan yang dimilikinya,
merasa frustasi tentang kesehatan dan kehidupan, pola asuh orang
tua, pengalaman tidak menyenangkan yang menimbulkan trauma,
ketidakmampuan mengontrol emosi dan perasaan, mudah marah,
pasif, dan cenderung tertutup.
3) Faktor sosial budaya
Faktor ini meliputi pendidikan yang rendah, ketidakmampuan
melakukan aktivitas akibat proses penuaan, cenderung
ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berpartisipasi
dalam kegiatan sosial masyarakat.
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
Faktor ini meliputi menderita penyakit kronis dalam 6 bulan
terakhir, menderita penyakit akut yang menyebabkan
ketidakmampuan berkomunikasi, penggunaan alkohol, obat-
obatan, kafein dan tembakau, gangguan pada sistem endokrin.
2) Psikologis
Perubahan gaya hidup, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari, perasaan malu dan rendah diri.
3) Sosial budaya
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, adanya hambatan interaksi
interpersonal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2020. Tn. S berusia 40 tahun,
golongan darah O, tinggi 170 cm dan berat badan 60 kg. Tn. S tinggal
bersama istrinya Ny. P berusia 35 tahun bersama 3 anaknya yang beralamat di
Sanggrahan, Kulon Progo. Nomor telepon Ny. P 087738097***. Tn. S
betubuh besar, tinggi, warna kulit sawo matang, bola mata hitam, rambut
hitam bercampur putih. Tn. S merupakan perokok berat dengan kebiasaan
merokok 16 batang perhari dan gemar mengkonsumsi kopi. Tn. S adalah
seorang guru di salah satu sekolah, namun sejak 3 tahun yang lalu Tn. S tidak
lagi menjadi seorang guru dikarenakan menderita penyakit stroke. Sejak saat
itu Ny. P menggantikan peran suaminya bekerja sebagai pembantu rumah
tangga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Penyakit yang diderita Tn. S
membuatnya tidak dapat menggerakan sebagian tubuhnya yaitu anggota tubuh
sebelah kanan, Tn. S tampak tremor. Tn. S mengalami perubahan dalam
hidupnya semenjak menderita penyakit stroke. Tn. S harus bedrest total dan
sudah tidak mampu berjalan, maupun memegang benda apapun dengan
anggota geraknya yang sebelah kanan. Ketika Tn. S ingin keluar di sekitar
rumah harus menggunakan kursi roda dan di dorong oleh anak atau istrinya.
Tn. S tidak dapat berbicara dengan jelas semenjak terkena stroke, ketika
tetangganya menjenguk Tn. S sering menangis dan mengatakan tidak ingin
dijenguk karena malu. Tn. S sering diam melamun dan terlihat sangat sedih
dengan penyakit yang dialaminya. Hasil pengkajian indeks Katz C : fungsi
kognitif Tn. S mengalami penurunan, sering terlihat bingung. Hasil skor
pengkajian MMSE : 20. Tn. S bisa menyebutkan hari, tanggal, bulan, dan
tahun yang benar saat ditanya. Tn. S mengatakan sedang berada dirumahnya
dan saat ditanya nomor telepon Tn. S menjawab 081329433***. Tn. S
mengatakan lahir tahun 1980. Tn. S mengatakan nama kecil ibunya adalah
Sumi. Tn. S mengatakan lulus SD pada tahun 1986, lulus SMP tahun 1989,
lulus SMA tahun 1992, dan lulus kuliah tahun 1996. Tn. S mengatakan merasa
tidak berguna karena tidak dapat melakukakan perannya sebagai kepala
keluarga. Tekanan darah Tn. S 160/90 mmHg, nadi 60x/menit, pernapasan 23
x/menit, dan suhu 36,2ºC.
B. Pengkajian

LAMPIRAN 1
FORMAT PENGKAJIAN ASKEP LANSIA

Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2020


A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. S L/P
Tempat & Tanggal Lahir : Kulon Progo, 27 Februari 1970 Gol.Darah : O /
A / B / AB

Pendidikan Terakhir :TidakSekolah/SD/SLTP/SLTA/DI/DIII/DIV/S1/S2/


Agama S3
Status Perkawinan : Islam/Protestan/Katolik/Hindu/Budha/Konghucu
TB/BB : Kawin/Belum/Janda/Duda (cerai : Hidup/Mati)
Alamat : 177 Cm / 50 Kg
Ciri-ciri Tubuh : Sanggrahan, Kulon Progo
: Tn. S betubuh besar, tinggi, warna kulit sawo
Orang Yang Dekat Di hubungi Telp./ 081329433*** matang,
Hubungan dengan Lansia bola mata hitam, rambut hitam bercampur putih
Alamat
: Ny. P L/P
: Istri
: Sanggrahan, Kulon Progo
Telp./ 087738097***
B. RIWAYAT KELUARGA
1. Susunan anggota Keluarga
No. NAMA L/P HUBUNGAN PENDIDIKAN PEKERJAAN KETERANGAN
KELUARGA
1. Ny. P P Istri Klien SMA Asisten Rumah Tangga Tinggal bersama Tn.S
Karyawan pabrik
2. Ny. Q P Anak Klien SMA Sudah menikah, tinggal bersama
Karyawan toko roti suami
3. Tn. R L Anak Klien SMA Sudah menikah tinggal bersama istri
Pelajar dan anak
4. Ny. S P Anak Klien SMP Belum menikah tinggal bersama
orang tua
2. Genogram :

19
Keterangan:

: Laki - laki : Garis pernikahan

: Perempuan : Tinggal serumah

: Meninggal
: Klien

: Garis keturunan

3. Tipe / Bentuk Keluarga : Nucear family (keluarga inti)


C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat itu : Tidak Bekerja
Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :- (Km)
Alat transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya : Guru
Sumber pendapatan & Kecukupan : Kebutuhan dicukupi dan dipenuhi
terhadap Kebutuhan melalui pendapatan istri dan pemberian
anak yang sudah bekerja

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal : Rumah Sendiri
Jumlah Kamar : 2 kamar
Kondisi tempat tinggal : Bangunan rumah klien permanen batako
Jumlah orang yang tinggal :Laki-laki 1 Orang/Perempuan 2 Orang
Tetangga terdekat : 2 orang laki-laki Perempuan 1 Orang
Alamat / Telepon : Sanggrahan, Kulon Progo

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby / Minat :-
Keanggotaan Organisasi :-
Liburan Perjalanan :-

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Perawat, Dokter Fisioterapi
Jarak dari rumah : 2 Km
Rumah Sakit : 2,5 Km
Klinik : 1 .Km
Pelayanan Kesehatan dirumah :-
Makanan yang dihantarkan : Rendah Garam
Perawatan sehari-hari yang dilakukan : Personal Hygiene, fisioterapi, dan
keluarga pemenuhan kebutuhan biologis
pasien (makan, minum, eliminasi,
mandi, berpakaian)
:-
Lain-lain

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual :-
Yang Lainnya :-

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun : Klien menderita Stroke
yang lalu
Status kesehatan umum selama 5 tahun : Klien tidak pernah dirawat di RS

21
yang lalu dan menderita penyakit serius

KELUHAN UTAMA : Klien mengatakan merasa malu, frustasi dan merasa


usaha dan pengobatan yang Sudha dilakukannnya selama 3 tahun tidak berhasil
dan klien masih belum bias melakukan apapun secara mandiri

Provokative / paliative :-
Quality / Quantity :-
Region :-
Severity Scale :-
Timming :-

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :


Ketika stroke pertama kali klien langsung ke pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan perawatan dan penanganan yang tepat. Namun diluar jangka waktu
menderita stroke klien juga melakukannya dan mempergunakan BPJS yang klien
punya

OBAT-OBATAN :

No. Nama Obat Dosis Keterangan

Piracetam 1ampul/8jam IV
Furosemid 1 ampul/12 jam IV
Digoxin 1mg/24 jam IV
Spironolakton 100 mg/ 24 jam Oral
Nasal kanul
Ranitidin 1 ampul / 12 jam IV
Mecobalamin 1 ampul/ 12 jam IV
Piracetam 800 mg/12 jam Oral
Bethahistine 6 mg/8jam Oral

STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal terbaru)


Tetanus, Difteri : -
Influensa :-
Pneumothoraks : -

Alergi : Klien tidak memiliki riwayat alergi

Obat-obatan :-
Makanan : Rendah Garam
Faktor Lingkungan :-

Penyakit yang diderita


1. : Hipertensi
2. Rheumatoid
3. Asthma
4. Dimensia, dll...nn........

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks Katz : A/B/C/D/E/F/G


Oksigenasi :klien bernapas secara spontan, tidak ada gangguan
pernapasan dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan
Cairan & Elektrolit : klien minum 5-6 gelas sehari

Nutrisi : Klien makan sehari 2-3x namun dengan porsi yang tidak
banyak hanya 3-5 sendok
Eliminasi : BAK sehari 3-4 kali dan BAB 1 kali sehari namun kadang
tidak teratur
Aktivitas : Klien hanya berbaring di tempat tidur, mobilitas dibantu
oleh keluarga
Istirahat & Tidur : Jam tidur klien sehari ± 5 jam
Personal : mandi 2 kali dilap dan dibantu keluarga
Hygiene Seksual :-
Rekreasi :-
Psikologis
 Persepsi Klien : Pasien merasa dirinya tidak dapat menjadi tulang punggung
keluarga yang baik
: Tn. S mengatakan merasa tidak berguna karena tidak dapat
 Konsep Diri
melakukakan perannya sebagai kepala keluarga.

 Emosi : pasien merasa sedih malu dengan kondisinya saat ini

: Tn. S sering menangis dan mengatakan tidak ingin


 Adaptasi dijenguk karena malu. Ketika Tn. S ingin keluar di sekitar
rumah harus menggunakan kursi roda dan di dorong oleh
anak atau istrinya.

: defensive
 Mekanisme
Pertahanan Diri

Keadaan Umum : Baik


Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus,
GCS Coma
Tanda-tanda Vital : Eye: 4 Verbal 5 Psikomotor 6
: Puls : 60 x/menit Temp : 36,2ºC RR=23 x/menit
Tensi : 160/90 mmHg.
 Sistem Kardiovaskuler : Baik
 Sistem Pernafasan : Baik
 Sistem Integumen : Baik
: Baik
 Sistem Perkemihan
 Sistem Muskulo : Baik
Skeletal : Baik
 Sistem Endokrin : Baik
 Sistem Gastrointestinal : Baik
: Baik
 Sistem Reproduksi : Sistem persyarafan mengalami gangguan yang
 Sistem Persarafan menyebabkan kelemahan otot ekstremitas bagian
 Sistem Penglihatan kanan
: Baik
 Sistem Pendengaran
: Baik
 Sistem Pengecapan : Baik
 Sistem Penciuman : Baik
: Baik
 Tactil Respon

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ) : 4


Mini Mental State Exam (MMSE) : 20
Inventaris Depresi Beck : 26
APGAR Keluarga : 6

L. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : -
2. radiologi :-
LAMPIRAN 2
INDEKS KATZ

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Tn. S Tanggal : 27 Desember 2020


Jenis Kelamin : L / P Umur : 50 Tahun TB/BB : 170 cm/ 60 Kg
Agama : Islam Gol Darah : O
Pendidikan : SD/SMP/SMA/PT
Alamat :Sanggrahan, Kulon Progo

SKORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali kontinen
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

25
LAMPIRAN 3
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia.

Nama Klien : Tn. P Tanggal : 27 Desember 2020


Jenis Kelamin : L / P Umur : 50 Tahun TB/BB : 170 cm/ 60 Kg
Agama : Islam. Gol Darah : O
Pendidikan : SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Sanggrahan, Kulon Progo
Nama Pewawancara : Perawat X

SKORE
+ - No. PERTANYAAN JAWABAN
+ 1. Tanggal berapa hari ini ? 27 Desember 2020
+ 2. Hari apa sekarang ini ? Minggu
+ 3. Apa nama tempat ini ? Rumah
+ 4. Berapa nomor telpon Anda ? 081329433***
4.a. Dimana alamat Anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki telpon)
- 5. Berapa umur Anda ? Tn. S mengatakan tidak ingat
+ 6. Kapan Anda lahir ? Tahun 1980
- 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Tn. S mengatakan tidak tahu
- 8. Siapa Presiden sebelumnya ? Tn. S mengatakan lupa
+ 9. Siapa nama kecil ibu Anda ? Tn. S mengatakan nama kecil ibunya adalah Sumi
- 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 Tn. S mengatakan tidak tahu
dari setiap angka baru, semua secara menurun
?
6 4 Jumlah Kesalahan Total

KETERANGAN :
1. Kesalahan 0 – 2 Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat
LAMPIRAN 4
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek - Kognitif dari Fungsi Mental

NILAI PASIEN PERTANYAAN


Maksimum
ORIENTASI
5 5
(Tahun, Musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang ? dimana
5 5 kita : (Negara Bagian, Wilayah, Kota) di RS, Lantai ?)

REGISTRASI
Nama 3 Obyek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
3 1 mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaan & catat. Percobaan : ……………………
PERHATIAN & KALKULASI
Seri 7's ( 1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja kata ke belakang) ( 7 kata dipilih eja dari
1
5 belakang)
MENGINGAT
3 2 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk tiap kebenaran.
BAHASA
Menyebutkan 2 benda (2 point)
6
9
30 20 Nilai Total
KETERANGAN :

Mengkaji Tingkat Kesadaran klien sepanjang Kontinum :


Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma.

Nilai Maksimum 30 (Nilai 21 / kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu penyelidikan lanjut)
LAMPIRAN 5
INVENTARIS DEPRESI BECK
(Penilaian Tingkat Depresi Lansia dari Beck & Decle, 1972)

Nama Klien : Tn. P Tanggal : 27 Desember 2020


Jenis Kelamin : L / P Umur : 50 Tahun TB/BB : 170 cm/ 60 Kg
Agama : Islam Gol Darah : O
Pendidikan : SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Sanggrahan, Kulon Progo
Nama Pewawancara : Perawat X

SKORE URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak perduli pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya tidak menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
KETERANGAN :

PENILAIAN
0-4 Depresi Tidak Ada / Minimal
5-7 Depresi Ringan
8 - 15 Depresi Sedang
16 + Depresi Berat

Total Skor : 26 (depresi berat)


LAMPIRAN 6
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining Singkat Yang dapat digunakan untuk


mengkaji Fungsi Sosial lansia

Nama Klien : Tn. P Tanggal : 27 Desember 2020


Jenis Kelamin : L / P Umur : 50 Tahun TB/BB : 170 cm/ 60 Kg
Agama : Islam Gol Darah : O
Pendidikan : SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Sanggrahan, Kulon Progo

NO. URAIAN FUNGSI SKORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 1
keluarga (teman-teman) saya untuk ADAPTATION
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya.
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman) saya membicarakan sesuatu dengan PARTNERSHIP
saya & mengungkap- kan masalah dengan
saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman) saya menerima & mendukung GROWTH
keinginan saya untuk melakukan aktivitas /
arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman) saya mengekspresikan afek & AFFECTION
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya 2
& saya menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE
PENILAIAN :
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab :
 Selalu : Skore 2
 Kadang-kadang : Skore 1
 Hampir Tidak Pernah : Skore 0
LAMPIRAN 7
PENGKAJIAN EMOSIONAL LANSIA
Identifikasi Masalah Emosional

Tanggal : 27 Desember 2020


Nama klien : Tn. P
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
TB/BB : 170 cm/60 kg
Agama : Islam
Suku : Jawa
Golongan darah :O
Tahun pendidikan : 1986 SD, 1989 SMP, 1992 SMA, 1996 PT
Alamat : Sanggrahan, Kulon Progo vc

Tahap I
1. Apakah klien mengalami susah tidur?

Ya Tidak

2. Apakah klien sering merasa gelisah?


Ya Tidak

3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?


Ya Tidak

4. Apakah klien sering merasa was-was atau khawatir?


Ya Tidak

Lanjutkan ke tahap 2 bila minimal ada satu jawaban “ya” pada tahap I

1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan.

Ya Tidak

2. Ada masalah atau banyak pikiran.


Ya Tidak

3. Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain?


Tidak
Ya

36
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

Ya Tidak

5. Cenderung mengurung diri?


Ya Tidak

Jika ada minimal satu jawaban “ya” maka masalah emosional (+)
LAMPIRAN 8

BERG BALANCE SCALE

Berg balance scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static dan dinamik secara objektif, yang terdiri dari 14 item
tugas keseimbangan (balance task) yang umum dalam kehidupan sehari-hari.
No Item keseimbangan Skor (0-4)
1. Duduk ke berdiri 4 = dapat berdiri tanpa menggunakan tangan dan menstabilkan
independen. 3 = mampu berdiri secara independen menggunakan tangan.
2 = mampu berdiri menggunakan tangan setelah mencoba.
1 = perlu bantuan minimal untuk berdiri atau
menstabilkan 0 = perlu asisten sedang atau maksimal
untuk berdiri.
2. Berdiri tanpa 4 = dapat berdiri dengan aman selama 2 menit.
penunjang 3 = mampu berdiri 2 menit dengan
pengawasan.
2 = dapat berdiri 30 detik yang tidak dibantu/ditunjang.
1 = membutuhkan beberapa waktu untuk mencoba berdiri 30 detik yang tidak dibantu.
0 = tidak dapat berdiri secara mandiri selama 30 detik
3. Duduk tanpa penunjang 4 = bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit
3 = bisa duduk 2 menit dengan pengawasan
2 = mampu duduk selama 30
detik 1 = bisa duduk 10 detik
0 = tidak dapat duduk tanpa penunjang
4. Berdiri ke duduk 4 = duduk dengan aman dengan menggunakan minimal tangan
3 = mengontrol posisi turun dengan menggunakan tangan
2 = menggunakan punggung kaki terhadap kursi untuk mengontrol posisi turun
1 = duduk secara independen tetapi memiliki keturunan yang tidak terkendali
0 = kebutuhan membantu untuk duduk.

38
3 = dapat mentransfer kebutuhan yang pasti aman dari tangan
2 = dapat mentransfer dengan pengawasan
1 = membutuhkan satu orang untuk membantu
0 = membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi
6. Berdiri dengan mata 4 = dapat berdiri 10 detik dengan aman
tertutup 3 = dapat berdiri 10 detik dengan pengawasan
2 = mampu berdiri 3 detik
1 = tidak dapat menjaga mata tertutup 3 detik tapi tetap aman
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri dengan kaki 4 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen dan berdiri 1 menit aman
rapat 3 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen dan berdiri 1 menit dengan pengawasan
2 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri tetapi tidak dapat tahan selama 30 detik
1 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi tapi mampu berdiri 15 kaki bersama-sama detik
0 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat tahan selama 15 detik

8. Menjangkau ke depan 4 = dapat mencapai ke depan dengan percaya diri 25 cm (10


dengan tangan inci) 3 = dapat mencapai ke depan 12 cm (5 inci)
2 = dapat mencapai ke depan 5 cm (2 inci)
1 = mencapai ke depan tetapi membutuhkan pengawasan
0 = kehilangan keseimbangan ketika mencoba / memerlukan dukungan eksternal
9. Mengambil barang dari 4 = dapat mengambil sandal aman dan mudah
lantai 3 = dapat mengambil sandal tetapi membutuhkan pengawasan
2 = tidak dapat mengambil tetapi mencapai 2-5 cm (1-2 inci) dari sandal dan menjaga keseimbangan secara bebas
1 = tidak dapat mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba
0 = tidak dapat mencoba / membantu kebutuhan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
10. Menoleh ke belakang 4 = tampak belakang dari kedua sisi dan berat bergeser baik
3 = tampak belakang satu sisi saja sisi lain menunjukkan pergeseran berat badan kurang
2 = hanya menyamping tetapi tetap mempertahankan keseimbangan
1 = perlu pengawasan saat memutar
0 = butuh bantuan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
11. Berputar 360 derajat 4 = mampu berputar 360 derajat dengan aman dalam 4 detik atau kurang
3 = mampu berputar 360 derajat dengan aman satu sisi hanya 4 detik atau kurang
2 = mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan-lahan
1 = membutuhkan pengawasan yang ketat atau dengan lisan
0 = membutuhkan bantuan saat memutar
12. Menempatkan kaki 4 = mampu berdiri secara independen dengan aman dan menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik
bergantian di bangku 3 = mampu berdiri secara mandiri dan menyelesaikan 8 langkah dalam> 20 detik
2 = dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan dengan
pengawasan 1 = dapat menyelesaikan> 2 langkah perlu assist minimal
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh / tidak mampu untuk mencoba
13. Berdiri dengan satu 4 = mampu menempatkan tandem kaki secara independen dan tahan 30 detik
kaki didepan 3 = mampu menempatkan kaki depan independen dan tahan 30 detik
2 = dapat mengambil langkah kecil secara mandiri dan tahan 30 detik
1 = kebutuhan membantu untuk melangkah tapi dapat menyimpan 15 detik
0 = kehilangan keseimbangan saat melangkah atau berdiri

14. Berdiri dengan satu 4 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan> 10 detik
kaki 3 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan 5-10 detik
2 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan ≥ 3 detik
1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik tetapi tetap berdiri secara independen.
0 = tidak dapat mencoba kebutuhan membantu untuk mencegah jatuhnya.
Total score = 56
Interpretasi
0-20 = harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40 = berjalan dengan bantuan
41-56 = mandiri/independen
LAMPIRAN 9

ANALISA DATA

No. DATA SUBYEKTIF/OBYEKTIF MASALAH


(Sign/Symptom) (Problem)

1 2 3
1. DS :
a. Klien mengatakan merasa sedih karena
klien merasa tidak ada perubahan pada
sakitnya walaupun sudah berobat selama ini
b. Klien mengatakan untuk melakukan apapun
sebagin besar bergantung kepada
keluarganya
c. Klien mengatakan malu dengan keadaannya
sekarang
d. Klien mengatakan tidak bias melakukan
Ketidakaberdayaan
aktivitas sehari-hari selain makan
e. Klien mengatakan merasa bosan karena
klien tidak dapat melakukan aktivitas lain
seperti sebelum sakit
f. Klien mengatakan tidak tau obat mana saja
yang harus dikonsumsi karena biasa
disiapkan oleh istrinya
DO :
a. Klien tampak sedih saat menceritakan
masalahnya
b. Klien tampak sering termenung
2. DS :
a. Klien dan keluarga mengatakan mandi 2
kali sehari namun hanya di lap dan dibantu
oleh keluarga
Defisit Perawatan Diri
b. Klien dan keluarga mengatakan makan 2-3
kali sehari makan sendiri dengan tanan
kirinya namun kadang juga disuapi
seringnya dengan lauk yang berkuah

41
sehingga mudah dalam menelan
c. Klien dan keluarga mengatakan BAB setip
hari 1x namun kadnag juga 2 hari sekali
dalam pemenuhan kebutuhan dibantu oleh
keluarga dengan menggunakan pispot
d. klien dan keluarga mengatakan BAk setiap
hari ± 3-4 kali sehari
e. klien mengatakan belum keramas
DO :
a. Pakaian klien tampak lusuh
b. Rambut klien tampak tidak tertata rapi
c. Klien tampak kusam
d. Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
3. DS :
a. Klien mengatakan belum dapat berbicara
dengan jelas
b. Klien mengatakan kesusahan jika harus
berbicara terlalu Panjang Gangguan Komunikasi Verbal
DO :
a. Klien tampak pelo
b. Klien tampak tidak dapat berbicara dengna
lancar

PRIORITAS MASALAH

1. Defisit Perawatan Diri


2. Ketidakberdayaan
3. Gangguan Komunikasi Verbal

C. Diagnosa keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri
2. Ketidakberdayaan
3. Gangguan Komunikasi Verbal
D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Bantuan perawatan diri
keperawatan diharapkan masalah (1800)
defisit perawatan diri dapat teratasi 1. Monitor kemampuan 1. Kemandirian
dengan kriteria hasil : diri secara mandiri membantu pasien
Perawatan diri (0300) menjalani situasi
1. Pasien terbebas dari bau badan yang dihadapi
2. Dapat melakukan tindakan
ringan tanpa bantuan 2. Dorong kemandirian 2. Aspek positif
3. Memperlihatkan penampilan pasien terkait tindakan membantu
yang rapi ringan meningkatkan
percaya diri

3. Ciptakan rutinitas 3. Rutinitas aktivitas


aktivitas perawatan diri sebagai pengalihan
fikiran terhadap
situasi

4. Sediakan bantuan 4. Memotivasi


sampai pasien mampu pengurangan
melakukan aktivitas ketergantungan diri
secara mandiri terhadap orang lain
2 Ketidakberdayaan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan efikasi diri
keperawatan diharapkan masalah (5395)
ketidakberdayaan dapat teratasi 1. Bantu pasien untuk 1. Mengurangi risiko
dengan kriteria hasil : mengidentifikasi yang dapat

43
Koping (1302) faktor-faktor yang memperberat
1. Mampu menggunakan dapat menimbulkan keadaan
strategi koping yang efektif ketidakberdayaan
2. Mampu beradaptasi dengan
perubahan hidup dan 2. Beri penjelasan kepada 2. Pegetahuan yang
ketidakmampuan fisik yang pasien tentang proses didapatkan akan
terjadi penyakit membangun
3. Pasien mampu semangat untuk
mengungkapkan penerimaan kesembuhan
diri
4. Menjalani pengobatan 3. Berikan penguatan 3. Dukungan yang
dengan taat positif dan dukungan positif dapat
emosi untuk mengubah meningkatkan
perilaku kesadaran akan
perubahan perilaku

Peningkatan harga diri


(5400)
4. Dorong pasien 4. Aspek positif yang
mengidentifikasi ada dalam diri dapat
kekuatan dirinya menentukan
pengembangan diri

5. Bantu pasien untuk 5. Respon positif


mengidentifikasi respon lingkungan
positif dari orang di membantu
sekitarnya meningkatkan
harapan pasien
Peningkatan koping (5230)
6. Dukung pasien untuk 6. Meningkatkan
mengidentifikasi harapan dan koping
deskripsi yang realistik pasien untuk dapat
terhadap adanya menghadapi situasi
perubahan peran

7. Dukung penggunaan 7. Sumber spriritual


sumber-sumber memberikan
spiritual dampak positif
yang baik untuk
psikologis
3 Hambatan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Peningkatan komunikasi :
verbal keperawatan diharapkan komunikasi kurang bicara (4976)
klien akan efektif dengan kriteria 1. Monitor pasien terkait 1. Aspek negative
hasil : dengan perasaan menimbulkan
Komunikasi (0902) frustasi, kemarahan, koping yang tidak
1. Mengidentifikasi dan depresi, atau respon efektif
merencanakan pilihan metode lain terkait gangguan
berbicara yang tepat kemampuan bicara
2. Mampu menggunakan
alternative komunikasi 2. Anjurkan komunikasi
seperti gerakan atau bahasa secara teratur dengan 2. Memberikan
isyarat keluarga untuk perasaan dihargai
3. Mampu untuk memperoleh, menstimulus dan meningkatkan
mengatur dan menggunakan komunikasi penghargaan pasien
informasi terhadap diri sendiri
4. Mampu mengkomunikasikan
kebutuhan dengan lingkungan
3. Anjurkan ekspresi diri 3. Bahasa isyarat
dengan cara lain dalam memudahkan dalam
menyampaikan berkomunikasi
informasi (bahasa
isyarat)
4. Menciptakan
4. Dengarkan dengan suasana yang
penuh perhatian dan nyaman dalam
ulangi perkataan yang membangun
disampaikan pasien penilaian positif
untuk memastikan terhadap diri

5. Kolaborasikan dengan
ahli terapis terkait 5. Terapi bicara
rencana terapi bicara membantu
mempercepat
proses pemulihan
berbicara pasiien
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa individu tidak


dapat mengendalikan kondisi tertentu. Ketidakberdayaan biasanya ditandai
dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol baik secara verbal
maupun non verbal. Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan, ketidak adekuatan koping sebelumnya , serta kurangnya
kesempatan untuk membuat keputusan . Selain itu, Pengalaman perubahan
gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal, ketidakmampuan menjalankan
peran, merasa kurang puas dengan kehidupan yang dimilikinya, merasa
frustasi tentang kesehatan dan kehidupan, pola asuh orang tua, pengalaman
tidak menyenangkan yang menimbulkan trauma, ketidakmampuan
mengontrol emosi dan perasaan, mudah marah, pasif, dan cenderung tertutup.
Pendidikan yang rendah, ketidakmampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan, cenderung ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

B. Saran
Dari asuhan keperawatan dengan ketidakberdayaan, penulis mengajukan
saran :
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan dapat memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien khususnya pasien dengan masalah psikososial seperti
ketidakberdayaan, serta memberikan promosi kesehatan tentang
peningkatan harapan di fase usia lanjut.
2. Bagi masyarakat dan keluarga
Diharapkan keluarga dengan anggota keluarga lansia untuk
memperhatikan masalah yang mungkin timbul pada usia lansia termasuk
masalah terkait psikologis.

47
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, I., Keliat, B., & Mustikasari. (2015). PENERAPAN TINDAKAN


KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP
KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA. Jurnal Ners, Vol 10 No 2,
Hal 217-221.

Apriyani. 2016. “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Tn. H Dengan Sistem


Persyarafan: Stroke Non Haemorghagik Di Pavilium Shafa-Shafa Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dewi, S, R. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish


Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga.

Herdman, T.H. dan Kamitsuru, S. 2018. NANDA International Nursing


Diagnoses: definitions and classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

Kholifah, S, N. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan


Gerontik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Nurarif, A, H & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus.
Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Nusatirin. 2018. Asuhan Keperawatan Tn. H dengan Stroke Non Hemoragik di
Ruang Bougenvil Rumah Sakit TK. II Dr. Soedjono Magelang. Karya
Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta.
Rahmanisa, Dhea. 2018. “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Intervensi Penerapan Stimulasi Aromaterapi
Grapefruit Dengan Latihan Okupasi Pada Pasien Yang Mengalami
Kecemasan Di Ruang Strok Center RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda”. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur.
Saraisang, C. M. dkk. 2018. Hubungan Pelayanan Posyandu Lansia Dengan
Tingkat Kepuasan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomuut
Kecamatan Paal II Kota Manado. E-journal Keperawatan, 6(1) : 1-8.
Diakses pada 21 Desember 2020 pukul 18.40 WIB.
Sarbini, dkk. 2019. Gizi Geriatri. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Suarni, N., Wakhid, A., & Choiriyyah, Z. (2018). KEMANDIRIAN LANSIA


PENDERITA HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS
SEHARI-HARI. Jurnal Keperawatan, Vol 10 No 2, Hal 102-105.

Wilson, A., Kundre, R., & Onibala, F. (2017). HUBUNGAN INKONTINENSIA


URIN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI
WERDHA BETHANIA LEMBEAN. e-journal Keperawatan, Vol 5 No 1.

Yuhono, Pujian. 2017. Gambaran Peran Keluarga Dalam Merawat Lansia


Dengan Ketergantungan di Desa Pabean. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diunduh pada 21
Desember 2020 pukul 17.00 WIB.
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan
Klinis dan Komunitas. Sleman: Deepublish Publisher.

Anda mungkin juga menyukai