100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
8 tayangan1 halaman
Dokumen tersebut membahas mengenai penganggaran berbasis kinerja di Indonesia, yang mencakup latar belakang, tantangan, dan upaya penerapannya. Beberapa poin penting adalah bahwa LAKIP belum sepenuhnya mencerminkan kinerja, diterapkannya SPK berdasarkan instruksi presiden tahun 1999, serta perlunya reformasi anggaran negara agar lebih fokus pada kinerja dan manfaat.
Dokumen tersebut membahas mengenai penganggaran berbasis kinerja di Indonesia, yang mencakup latar belakang, tantangan, dan upaya penerapannya. Beberapa poin penting adalah bahwa LAKIP belum sepenuhnya mencerminkan kinerja, diterapkannya SPK berdasarkan instruksi presiden tahun 1999, serta perlunya reformasi anggaran negara agar lebih fokus pada kinerja dan manfaat.
Dokumen tersebut membahas mengenai penganggaran berbasis kinerja di Indonesia, yang mencakup latar belakang, tantangan, dan upaya penerapannya. Beberapa poin penting adalah bahwa LAKIP belum sepenuhnya mencerminkan kinerja, diterapkannya SPK berdasarkan instruksi presiden tahun 1999, serta perlunya reformasi anggaran negara agar lebih fokus pada kinerja dan manfaat.
LAKIP belum tentu mencerminkan keadaan sebenarnya
Ada kesulitan untuk mendefinisikan dan mengukur indikator LAKIP Latar belakang SPK adalah Goverment Perfomance & Results Act yang diinisiasi oleh Pemerintah Amerika Serikat tahun 1993 Hal tersebut diikuti negara lain SPK di Indonesia dimulai melalui penerbitan Instruksi Presiden no 7 tahun 1999 Banyak pemda yang belum memperoleh nilai baik Sebagian besar instansi pemerintah yang menerapkan PMS didasari tekanan eksternal & koersif sehingga menyebabkan ketaatan palsu LAKIP digunakan untuk perencanaan tahun depan Kebijakan fiskal adalah instrumen pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil & makmur APBN memiliki fungsi Alokasi, Distribusi, & Stabilisasi Tantangan APBN adalah ketidakpastian perekonomian Global, belanja yang lebih berkualitas, memperluas runga fiskal, & pembiayaan Anggaran yang produktif dan inovatif Proses APBN adalah teknokratis, politik, & administratif Fiscal Rule: defisit anggaran maksimal 3%, outstanding ulang 60% dari PDB Terbitnya UU Keuangan negara mengubah belanja pemerintah menjadi lebih terintegrasi & fokus pada kinerja Persentase alokasi APBN sudah ditentukan Diperlukan reformasi APBN (belanja konsumtif menjadi belanja produktif) Defisit anggaran & keseimbangan primer telah menurun tajam Dengan perkembangan ekonomi yang terjaga sehat, kesejahteraan masyarakat secara umum terus membaik APBN harus dikelola dengan baik, transparan, akuntabel, efektif, & efisien; sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Tujuan pengukuran kinerja pengelolaan anggaran adalah kelancaran pelaksanaan anggaran, mendukung manajemen kas, & meningkatkan kualitas laporan keuangan Model anggaran yang digunakan adalah Value for Money Pengelolaan keuangan Satker adalah KPA, PPK, PPSPM, & BP Konsep Activity-Based Costing adalah Refining Costing System Activity-Based Costing dalam struktur anggaran pemerintah adalah Output, activity, & input Belanja perlu dikendalikan karena sumber daya terbatas Perlu dilakukan standarisasi Satker vertikal Perbedaan unit cost disebabkan oleh non value added activity & inefisiensi penggunaan sumber daya Kendala konsep Activity-Based Costing adalah masih diperlukan penajaman definisi output, distribusi cost tidak sesuai, fokus alokasi anggaran tidak sesuai Konsep Activity-Based Costing belum dapat sepenuhnya diimplementasikan di Kementrian Keuangan sehingga diperlukan penyesuaian (modified ABC)
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro