Anda di halaman 1dari 5

Pacar Bohongan

Disekolah Charlemagne Internasional School, seluruh murid khususnya


perempuan mengerumuni aula pentas seni demi melihat empat orang yang
berada diatas panggung. Mereka adalah The Black Bird. Siapa saja yang ada
disana, pasti mengenal nama itu, terutama vokalis dari band itu, Steven Nicholas
atau biasa disebut dengan Steve. Selain itu, ada Josef Clark sebagai gitaris, Valen
Bach sebagai drummer, dan yang terakhir Santo Magellan sebagai bassist.

Dibawah panggung, tepatnya ditempat penonton, Annie sebagai ketua


osis telah merencanakan ulang tahun sekolah yang ke-70 dengan lancar. Setelah
memastikan bahwa tidak ada masalah, ia berjalan keluar dari kerumunan itu.

"Para penggemar yang kusayangi, sambutlah sang ketua osis kita, Annie
Littlefield Stone, silahkan maju sayang," terdengar suara Steve ditelinga Annie,
membuat langkahnya berhenti seketika, lalu berbalik menatap arah panggung.
Steve menatap Annie dengan senyumnya yang menyeringai. Annie juga
merasakan tatapan tajam dari para penggemar Steve itu namun, ia tidak
menggubrisnya dan berjalan menuju panggung dengan angkuh seperti biasanya.

Steve yang melihat itu, tersenyum lalu kembali mendekatkan mick di


bibirnya. "Inilah ketua osis kita, yang sebentar lagi akan mengeluarkan suara
emasnya untuk kita," ucap Steve ria lalu disambut dengan suara riuh dari
penggemarnya bahkan ada yang tertawa. Annie yang mendengar itu,
membelakkan mata. Ia tidak mungkin akan bernyanyi dengan suaranya yang
cempreng, bisa-bisa speaker sekolah rusak dibuatnya. Annie menatap tajam
kearah penonton. Seketika aula sekolah hening setelah menatap mata tajam dari
Annie. Lalu, Annie menatap tajam kearah Steve lalu mengambil mick ditangan
Steve dengan kasar.

"Sepertinya kalian tahu, bahwa vokalis yang kalian banggakan itu adalah
penyanyi, bukan saya," ucap Annie tegas dan tajam lalu memberikan mick itu
kembali kepada Steve. Annie melangkahkan kakinya menurni aula lalu keluar dari
aula pentas seni itu.

Sedangkan Steve melihat kepergian Annie dengan sudut bibit terangkat


lalu kembali melanjutkan tugasnya bersama teman-temannya. Seketika riuh dari
pemggemar mereka, kembali terdengar sampai terdengar oleh Annie. Annie
menggelengkan kepala sembari memijit pelipis, lalu kembali berjalan menuju
ruangnya.

Teeett Teeeett Teeeett

Bunyi bell pulang sekolah memerintahkan seluruh murid untuk pulang


kerumah mereka masing-masing. Namun, tidak bagi Annie. Ia harus
menyelesaikan beberapa tumpuk tugasnya sebagai ketua osis. Bahkan, hampir
tiap hari ia pulang sore untuk mengerjakan tuga itu. Tiba-tiba terdengar ketukan
dari pintu ruangnya.

"Ya, masuk!" ucapnya tegas tanpa menoleh sedikitpun dari kertas putih
diatas mejanya.

"Sudah kukatakan, Anju, jangan santai-santai aja jadi wakil ketua, kau
selalu saja datang lama sampai pekerjaan ini hampir siap, kau sengaja kan?" ucap
Annie tanpa menoleh kearah lawan bicaranya.

"Aku bukan Anju sayang," Annie yang mengenal suara itu,


mendongkakkan kepalanya.

"Apa yang kau lakukan disini?" ucap Annie marah hingga berdiri dari
duduknya.

"KELUAR!!!" Bentak Annie.

"Oke, aku akan keluar, tapi ada yang ingin aku katakan padamu, sesuatu
yang sangat penting," ucap Steve mulai serius.
"Emang apa untungnya aku mendengar kata-katamu itu?" Steve yang
mendengar itu, menghela nafas lalu menatap Annie.

"Aku enggak bakal ganggu kamu lagi," ucap Steve. Annie yang mendengar
itu, menatap Steve lekat-lekat lalu mengangguk. "Oke,"

"Tolong jadi pacar bohongan aku, hanya untuk sementara,"

"Haahh??"

***

Annie enggak percaya yang dialaminya sekarang. Saat dirumah Steve dan
bertemu dengan ibunya, ia merasa tidak enak karena telah membohongi
orangtua orang lain. Steve merencanakan ini semua, agar ia tidak jadi
ditunangkan oleh wanita pilihan ibunya asalkan ia mempunyai pacar dan
membawanya kerumah.

"Sampai kapan?" tanya Annie.

"Enggak tahu," ucap Steve tanpa menoleh kearah Annie dan terus
melajukan mobilnya.

Semenjak itu, ia lebih sering mengunjungi rumah Steve dan mulai akrab
dengan ibunya. Bahkan, ia sudah lebih sering bercanda ria bersama Steve. Ia juga
bermain musik, duet bersama Steve. Entah sejak kapan rasa sayang tumbuh
secara pelan-pelan dibenak Annie begitu juga Steve.

Sudah hampir satu bulan memiliki hubungan pura-pura itu. Annie


semakin merasa bersalah kepada ibu Steve. Annie menatap Steve dihadapannya
yang sedang duduk bermain gitar listriknya.

“Steve,” panggil Annie.

“Ya?”
“Udahan yuk,” ucap Annie pelan. Steve yang mendengar itu
menghentikan permainannya dan menatap Annie lekat-lekat.

“Kenapa? Aku kira kau menyukai hubungan ini,” ucap Steve kecewa.

“Aku enggak bisa bohong kayak gini terus Steve,” bantah Annie lalu
menunduk lesu.

“Ya udah, kalau itu kemauanmu, enggak masalah,” Annie yang


mendengar itu mengernyit kecewa lalu mengangguk. Annie berdiri dari
duduknya lalu menyadang tasnya dan menatap Steve.

“Oke,” jawab Annie singkat dan sifatnya kembali dingin dan tegas seperti
dulu. Steve yang melihat kepergian Annie, mendengus kesal lalu berdiri dari
duduknya dan berjalan menuju kamarnya.

Setelah kejadian itu, Annie merasa menyesal minta putus dengan Steve.
Tapi ia berpikir melanjutkan hubungan itu, sama saja berbohong. Annie melihat
Steve yang sedang dikerumuni siswi-siswi disekolah seperti biasanya. Tanpa
sengaja, tatapannya seketika bertemu dengan Steve. Annie segera mengalihkan
pandangannya dari Steve lalu berlalu dari ditempat itu. Steve yang melihat itu,
permisi dengan para penggemarnya lalu menghampiri Annie dan mencekal
lengan gadis itu.

“Annie, aku mau ngomong,” ucap Steve. Annie menatap Steve lalu
melihat penggemar lelaki itu yang sedang menatap mereka penasaran.

“Ayo, kita ketempat lain,” ajak Annie hendak beranjak dari tempatnya
namun Steve masih mencekal lengannya.

“Disini aja,” ucap Steve lalu menatap para penggembarnya.

“Hallo teman-teman, perkenalkan ini pacar aku, aku harap kalian menjaganya
demi diriku,” ucap Steve lalu dihadiahi pekikan-pekikan dari penggemarnya.
Annie yang mendengar itu, melotot lalu menatap Steve galak.
“Kamu maunya pacaran beneran kan?” bisik Steve didekat telinganya.
Annie yang mendengar itu, seketika wajah memerah lalu berbalik dan berjalan
menjauhi Steve. Steve yang melihat itu, tersenyum senang lalu berjalan
menyusuli Annie.

Biodata

Saya adalah Susi Mariana Panggabean. Saya sangat menyukai Taylor Swift. Saya
suka menulis sejak 14 tahun. Saya lahir pada tanggal 03 Januari 1998 di Duri,
Riau. Bila ingin mengetahui lebih tentang saya silahkan hubungi saya di e-mail
susiduri3@gmail.com atau di 0823 8579 6916.

Anda mungkin juga menyukai