"Para penggemar yang kusayangi, sambutlah sang ketua osis kita, Annie
Littlefield Stone, silahkan maju sayang," terdengar suara Steve ditelinga Annie,
membuat langkahnya berhenti seketika, lalu berbalik menatap arah panggung.
Steve menatap Annie dengan senyumnya yang menyeringai. Annie juga
merasakan tatapan tajam dari para penggemar Steve itu namun, ia tidak
menggubrisnya dan berjalan menuju panggung dengan angkuh seperti biasanya.
"Sepertinya kalian tahu, bahwa vokalis yang kalian banggakan itu adalah
penyanyi, bukan saya," ucap Annie tegas dan tajam lalu memberikan mick itu
kembali kepada Steve. Annie melangkahkan kakinya menurni aula lalu keluar dari
aula pentas seni itu.
"Ya, masuk!" ucapnya tegas tanpa menoleh sedikitpun dari kertas putih
diatas mejanya.
"Sudah kukatakan, Anju, jangan santai-santai aja jadi wakil ketua, kau
selalu saja datang lama sampai pekerjaan ini hampir siap, kau sengaja kan?" ucap
Annie tanpa menoleh kearah lawan bicaranya.
"Apa yang kau lakukan disini?" ucap Annie marah hingga berdiri dari
duduknya.
"Oke, aku akan keluar, tapi ada yang ingin aku katakan padamu, sesuatu
yang sangat penting," ucap Steve mulai serius.
"Emang apa untungnya aku mendengar kata-katamu itu?" Steve yang
mendengar itu, menghela nafas lalu menatap Annie.
"Aku enggak bakal ganggu kamu lagi," ucap Steve. Annie yang mendengar
itu, menatap Steve lekat-lekat lalu mengangguk. "Oke,"
"Haahh??"
***
Annie enggak percaya yang dialaminya sekarang. Saat dirumah Steve dan
bertemu dengan ibunya, ia merasa tidak enak karena telah membohongi
orangtua orang lain. Steve merencanakan ini semua, agar ia tidak jadi
ditunangkan oleh wanita pilihan ibunya asalkan ia mempunyai pacar dan
membawanya kerumah.
"Enggak tahu," ucap Steve tanpa menoleh kearah Annie dan terus
melajukan mobilnya.
Semenjak itu, ia lebih sering mengunjungi rumah Steve dan mulai akrab
dengan ibunya. Bahkan, ia sudah lebih sering bercanda ria bersama Steve. Ia juga
bermain musik, duet bersama Steve. Entah sejak kapan rasa sayang tumbuh
secara pelan-pelan dibenak Annie begitu juga Steve.
“Ya?”
“Udahan yuk,” ucap Annie pelan. Steve yang mendengar itu
menghentikan permainannya dan menatap Annie lekat-lekat.
“Kenapa? Aku kira kau menyukai hubungan ini,” ucap Steve kecewa.
“Aku enggak bisa bohong kayak gini terus Steve,” bantah Annie lalu
menunduk lesu.
“Oke,” jawab Annie singkat dan sifatnya kembali dingin dan tegas seperti
dulu. Steve yang melihat kepergian Annie, mendengus kesal lalu berdiri dari
duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
Setelah kejadian itu, Annie merasa menyesal minta putus dengan Steve.
Tapi ia berpikir melanjutkan hubungan itu, sama saja berbohong. Annie melihat
Steve yang sedang dikerumuni siswi-siswi disekolah seperti biasanya. Tanpa
sengaja, tatapannya seketika bertemu dengan Steve. Annie segera mengalihkan
pandangannya dari Steve lalu berlalu dari ditempat itu. Steve yang melihat itu,
permisi dengan para penggemarnya lalu menghampiri Annie dan mencekal
lengan gadis itu.
“Annie, aku mau ngomong,” ucap Steve. Annie menatap Steve lalu
melihat penggemar lelaki itu yang sedang menatap mereka penasaran.
“Ayo, kita ketempat lain,” ajak Annie hendak beranjak dari tempatnya
namun Steve masih mencekal lengannya.
“Hallo teman-teman, perkenalkan ini pacar aku, aku harap kalian menjaganya
demi diriku,” ucap Steve lalu dihadiahi pekikan-pekikan dari penggemarnya.
Annie yang mendengar itu, melotot lalu menatap Steve galak.
“Kamu maunya pacaran beneran kan?” bisik Steve didekat telinganya.
Annie yang mendengar itu, seketika wajah memerah lalu berbalik dan berjalan
menjauhi Steve. Steve yang melihat itu, tersenyum senang lalu berjalan
menyusuli Annie.
Biodata
Saya adalah Susi Mariana Panggabean. Saya sangat menyukai Taylor Swift. Saya
suka menulis sejak 14 tahun. Saya lahir pada tanggal 03 Januari 1998 di Duri,
Riau. Bila ingin mengetahui lebih tentang saya silahkan hubungi saya di e-mail
susiduri3@gmail.com atau di 0823 8579 6916.