BAB I
PEDAHULUAN
pendidikan merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan manusia menjadi objek
kajian dari pendidikan itu sendiri yang umumnya bisa berubah gaya pemikirannya dari zaman
ke zaman. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang
hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang (Maunah, 2009: 5). Seperti dijelaskan
dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1
menyebutkan bahwa:
Inti dari pendidikan adalah suatu proses belajar dan pembelajaran. Belajar dan
pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dengan sebuah sistem, proses belajar
dan pembelajaran memerlukan masukan dasar yang merupakan bahan pengalaman belajar
dalam proses belajar mengajar dengan harapan berubah menjadi keluaran dengan kompetensi
tertentu. Selain itu, proses belajar dan pembelajaran dipengaruhi pula faktor lingkungan yang
menjadi masukan lingkungan dan faktor instrumental yang merupakan faktor secara sengaja
dirancang untuk menunjukkan proses belajar mengajar dan keluaran yang ingin dihasilkan.
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak
guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala,
2012: 4). Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi,
metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam
dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi
interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara
siswa dengan sumber belajar. Dalam proses ini sebagaian besar guru berperan aktif
menjelaskan materi dan siswa yang mendengarkan, mencatat penjelasan dari guru serta
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam
bentuk pengabdian. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu
lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian cangggih dan segala perubahan serta
pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan
seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri (Usman, 2011: 7). Guru harus
peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, terutama perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan zaman. Ada berbagai macam ilmu pengetahuan yang dipelajari, salah satu ilmu
yang menberikan kontribusi terhadap kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
adalah ekonomi. Selain itu ekonomi memberikan suatu cara berfikir yang penting sehingga
Faktor utama dalam keberhasilan siswa untuk memahami pelajaran ekonomi adalah
kemampuan guru dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Biasanya dalam pembelajaran
dominasi guru sangat tinggi, sehingga kurang adanya kemandirian dari siswa dan kurang
diminati oleh siswa. Selain itu, kenyataan yang ada sekarang memperlihatkan bahwa proses
fakta yang harus dihafal. Pola pembelajaran yang dilakukan tidak terlepas dari tuntutan
ulangan harian dan semester yang hanya mengukur aspek ingatan dan pemahaman. Karena
nantinya akan menghasilkan pengetahuan yang sifatnya hafalan. Tentu hal ini kurang baik
dalam belajar ekonomi, sebab ditemukan pada suatu masalah baru akan menemui hambatan
dan kesulitan.
Menyikapi tentang hal di atas merupakan tantangan bagi seorang pendidik atau guru
untuk merubah cara mengajar siswa. Dari yang semula hanya banyak yang mengajari siswa
untuk belajar. Oleh karena itu, seorang pendidik atau guru harus bisa menciptakan suasana
yang nyaman dan menyenangkan serta mampu memahami karakteristik siswa yang satu
dengan yang lainnya. Guru sebagai seorang pendidik yang profesional dengan tugas utamanya
belajar mengajar maka guru berkewajiban untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna, menyenangkan, kreatif dan memberikan dorongan serta motivasi kepada siswa
untuk belajar.
Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan pada tanggal 19 Januari 2019 di
SMA Negeri 10 Sijunjung, ada beberapa permasalahan diantaranya kurangnya keaktifan siswa
pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan yang direncanakan, karena semua interaksi
yang berlangsung hanya terjadi satu arah yaitu masih banyak didominasi oleh guru.
Kurangnya kreatifitas guru dalam mengatur model pembelajaran menyebabkan siswa merasa
bosan. Oleh karena itu guru yang professional harus menguasai berbagai macam model
siswa dalam belajar ekonomi dapat dilihat dari pemahaman, penguasaan materi, dan hasil
belajar ekonomi siswa masih rendah. Pada kenyataannya sekarang masih banyak siswa yang
Tabel 1. Data Mengenai Nilai Rata-Rata UN Dan Akreditasi Sekolah SMA Negeri Di
Kabupaten Sijunjung Tahun Pelajaran 2018/2019.
No Nama Sekolah Akreditasi Rata-Rata Nilai UN
1 SMAN 1 SIJUNJUNG A 60.05
2 SMAN 2 SIJUNJUNG A 62.79
3 SMAN 3 SIJUNJUNG A 58.67
4 SMAN 4 SIJUNJUNG A 56.93
5 SMAN 5 SIJUNJUNG A 51.83
6 SMAN 6 SIJUNJUNG B 49.36
7 SMAN 7 SIJUNJUNG A 48.61
8 SMAN 8 SIJUNJUNG B 47.69
9 SMAN 9 SIJUNJUNG A 43.45
10 SMAN 10 SIJUNJUNG A 52.08
11 SMAN 11 SIJUNJUNG B 48.99
12 SMAN 12 SIJUNJUNG A 50.15
Sumber:Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, 2019
dengan status A. Hal ini menunjukkan bahwa SMAN 10 Sijunjung merupakan salah satu
sekolah berprestasi di Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan nilai UN pada table di atas dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata SMAN 10 Sijunjung mendapati nilai dibawah rata-rata. Salah satu
penyebab rendahnya nilai rata-rata UN sekolah yaitu model pembelajaran yang kurang variasi
dan motivasi belajar siswa yang rendah sehingga siswa memiliki hasil belajar yang rendah.
Rendahnya hasil belajar dari siswa bukan hanya disebabkan dari siswa itu sendiri,
tetapi juga bisa dari proses belajar yang belum susuai dengan karakteristik siswa. Sampai
sekarang ini masih banyak guru yang cara mengajarnya hanya ceramah saja tidak
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteri stik siswanya,
sehingga siswa menjadi kurang aktif. Kurangnya interaksi antar siswa dengan guru juga bisa
mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka dari itu, tugas guru bukan hanya memberi
pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi di dalam kelas yang lebih menarik dan
menyenangkan. Untuk itu dalam usaha peningkatan kualitas belajar, maka perlu adanya usaha
untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang membantu siswa dalam beradaptasi dengan
Berikut ini adalah data RPP siswa kelas X IPS SMA N 10 Sijunjung yang di setiap
materi pelajaranya guru belum menerapkan model pembelajaran dan masih menggunakan
Tabel 2. Data RPP Siswa Kelas X IPS Semester Ganjil Tahun 2018/2019.
NO MATERI PELAJARAN MODEL
PEMBELAJARAN
1 Konsep Dasar Ilmu Ekonomi Diskusi dan ceramah
2 Permasalahan Ekonomi dan Sistem Diskusi dan ceramah
Ekonomi
3 Kegiatan dan Pelaku Ekonomi Diskusi dan ceramah
4 Ekonomi (Permintaan, Penawaran dan Diskusi dan ceramah
Peran Pasar Dalam perekonomian)
Dari data diatas dari 4 materi dalam satu semester ini dapat kita lihat guru-guru tidak
pasif dan kurang memahami materi karena tidak ada interaksi siswa terhadap siswa lainya dan
merasa bosan sehingga menyebabkan rendahnya hasil nilai ujian akhir nasional.
Dalam mewujudkan kondisi tersebut banyak usaha yang perlu ditempuh, sehingga
memungkinkan terjadinya peristiwa belajar yang optimal pada diri siswa. Salah satu usahanya
adalah membuat siswa aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran utuk berpikir, berinteraksi,
berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya (Uno dan
Nurdin, 2012: 77). Untuk mencapai hasil tersebut maka perlu mencari model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses belajar mengajar, supaya hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan, diantaranya adalah model Discovery Learning dan Problem Based
Learning.
struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran model pembelajaran ini dalam peranan guru adalah
persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk
Discovery Learning karena ada beberapa alasan yaitu siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran yang disajikan, materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang
tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya
20) adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip,
yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna,
masalah yang ada pada kehidupan sehari-harinya, dengan dilakukannya pembelajaran berbasis
masalah atau Problem Based Learning. Pembelajaran dengan Problem Based Learning
dengan menghadapkan siswa pada permasalahan yang nyata pada kehidupan sehari-hari,
sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri dalam memecahkan masalah dan
mengupayakan berbagai macam solusinya, yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif.
Selain itu, Problem Based Learning melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan masalah
ada aplikasi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk pengisian rapor dan nilai tugas dengan
menggunakan aplikasi untuk menilai secara otomatis nilai dari proses belajar siswa, jadi
apabila siswa memiliki nilai C maka secara otomatis di nilai rapor siswa akan keluar di
aplikasi tersebut tertulis tidak tuntas, karena di Kurikulum 13 memakai rentangan nilai
menggunakan A, B, C, D pada hasil tugas atau UH siswa selama proses pembelajaran. Hasil
belajar sangat erat hubungan dengan ulangan harian (UH) apabila hasil UH dan tugas siswa
baik maka nilai pada nilai hasil belajar siswa akan meningkat, maka dapat kita lihat pada table
dibawah ini
Tabel 3. Nilai Ulangan Harian Semester 1 Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X IPS SMA
Negeri 10 Sijunjung
Nilai Siswa yang Siswa yang
Jumlah
Kelas KKM Rata- Tuntas Tidak Tuntas
Siswa
rata Jumlah Jumlah
X IPS 1 34 78 63, 50 18 16
X IPS 2 35 78 58 15 20
X IPS 3 35 78 59,17 16 19
X IPS 4 35 78 61,48 19 16
Sumber : Wakil Kurikulum SMA Negeri 10 Sijunjung
Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa rata-rata nilai ulangan harian semester 1
mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 10 Sijunjung masih banyak dibawah nilai KKM.
Karena nilai rata-rata kelas masih ada yang di bawah kriteria ketuntasan minimun (KKM)
yang telah di tetapkan 78, hal ini terbukti dari 4 kelas dari tabel 1 di atas tidak ada satu pun
kelas yang mempunyai nilai rata-rata di atas standart kriteria ketuntasan minimum (KKM)
yaitu 78, dan dapat kita lihat masih banyak siswa yang masih dibawah KKM sedangkan SMA
sangat tinggi di banding kurikulum sebelumnya. Kualitas hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Ekonomi sangat di harapkan oleh semua pihak, tetapi kenyataan belum
menggembirakan.
Berbagai fenomena yang teramati oleh penulis antara lain mungkin disebabkan belum
lengkapnya fasilitas pembelajaran yang ada, model pembelajaran yang belum dapat
mengembangkan keterampilan belajar siswa, gaya mengajar guru yang tidak bervariasi dan
masih mempertahankan cara-cara yang lama yaitu guru sebagai subyek dan siswa sebagai
obyek dengan pencapaian materi sebagai target akhir. Permasalahan dipihak siswa adalah
rendahnya motivasi belajar siswa mengikuti mata pelajaran ekonomi yang ditunjukkan oleh
sikap dan tingkah laku mereka yang negatif pada saat proses pembelajaran berlangsung
misalnya siswa pasif dalam mengikuti pelajaran dan sering keluar kelas saat pelajaran sedang
berlangsung.
Rendahnya hasil belajar siswa juga disebabkan oleh faktor eksternal yang ditunjukkan
oleh ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
menumbuhkan motivasi, minat, dan kreativitas siswa untuk belajar dan berusaha mengatasi
kesulitannya. Proses pembelajaran seolah-olah telah berjalan dengan baik, karena materi yang
telah digariskan dalam silabus telah disajikan sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Di satu sisi justru hal yang terjadi dapat mematikan gairah belajar siswa karena
guru kurang kreatif, guru lebih mendominasi ketika menyampaikan materi pembelajaran dan
cenderung mengabaikan kesiapan belajar siswa. Guru kurang memperhatikan setiap siswa
yang memiliki keberagaman individual, baik latar belakang kemampuan/ pengetahuan, sikap,
motivasi, dan sebagainya. Hal ini terungkap ketika guru memerintahkan siswa membentuk
Untuk mengubah dan meminimalisir fenomena yang ada dalam proses pembelajaran
mata pelajaran ekonomi perlu kiranya dicoba menerapkan model pembelajaran yang
memungkinkan siswa termotivasi dan terlibat secara aktif dalam mengikuti proses
learning dipandang dapat membantu guru dalam meningkatkan proses pembelajaran mata
pelajaran ekonomi.
Pada model pembelajaran discovery learning dan problem based learning bertujuan
kelompok tidak hanya menyelesaikan tugas saja atau bekerja sama dalam kelompok, tetapi
juga memberikan jaminan bahwa setiap anggota kelompok lebih aktif dan kreatif untuk
menguasai dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu model pembelajaran discovery
learning dan problem based learning memberikan keuntungan baik pada siswa yang
berpengetahuan awal tinggi maupun pada siswa yang berpengetahuan awal rendah, dimana
mereka bekerja sama dalam menyelesaikan tugas akademik, karena masing-masing anggota
kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menguasai materi di dalam
kelompoknya. Dalam hal ini siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan yang
berkemampuan rendah, mereka saling melengkapi dan berinteraksi satu sama lainnya secara
Kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran discovery learning menurut Hosnan
sehingga siswa bisa belajar mandiri. Sedangkan kelebihan pada model pembelajaran problem
based learning menurut Shoimin (2014:132) yaitu siswa didorong untuk memiliki
kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata dan pembelajaran berfokus pada
masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa, hal ini
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut sehingga
penulis dapat tuangkan dalam bentuk proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Model
sebagai berikut:
1. Peran guru di dalam kelas masih sangat dominan sehingga pembelajaran berpusat pada
guru.
4. Hasil belajar ekonomi siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa
5. Sebagian besar siswa belum dapat menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan
6. Siswa kurang memperhatikan dan kurang antusias mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru.
C. Pembatasan Masalah
siswa SMAN 10 Sijunjung dalam mata pelajaran Ekonomi. Di samping itu juga karena
keterbatasan Peneliti dalam biaya, waktu, maupun perizinan maka Peneliti membatasi masalah
ini hanya yang berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan guru dan motivasi
belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pembatasan masalah ini terutama didasarkan pada
pentingnya kedua faktor tersebut dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran mata
D. Perumusan Masalah
1. Apakah hasil belajar Ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Discovery Learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
2. Apakah hasil belajar Ekonomi siswa dengan motivasi belajar tinggi yang
diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari siswa yang
3. Apakah hasil belajar mata pelajaran Ekonomi siswa dengan motivasi belajar
rendah yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari siswa
Sijunjung?
dan model pembelajaran Problem Based Learning dengan motivasi terhadap hasil belajar
Berdasarkan tujuan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:
1. Hasil belajar Ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning
lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based
2. Hasil belajar Ekonomi siswa dengan motivasi belajar tinggi yang diajar dengan model
pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model
3. Hasil belajar mata pelajaran Ekonomi siswa dengan motivasi belajar rendah yang diajar
dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan
4. Terdapat atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran Discovery Learning dan
model pembelajaran Problem Based Learning dengan motivasi terhadap hasil belajar
F. Manfaat Penelitian
2. Depdiknas dan SMA umumnya dan khususnya bagi SMAN 10 Sijunjung sebagai
Learning
4. Peneliti sendiri, untuk dapat memantapkan pemahaman dan pengalaman tentang model
5. Peneliti lain, sebagai masukan bila meneliti dari sisi lain yang belum dikaji dalam
penelitian ini mengenai model pembelajaran Discovery Learning dan model pembelajaran
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
Hasil belajar ini terdiri dari dua kata hasil dan belajar. Dalam KBBI hasil
memiliki beberapa arti yaitu sesuatu yang diadakan oleh usaha dan pendapatan;
perolehan; buah. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku atau tanggapan
Abdurrahman (2003: 52) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
berhasil dalam belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional. Adapun yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara satu individu dengan individu lainnya
perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa
sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar merupakan salah satu
indikator dari proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku uyang diperoleh
siswa setelah mengalami aktivitas belajar Salah satu indikator tercapai atau tidaknya
suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh
siswa.
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam
mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006: 76) dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hasil
belajar merupakan suatu proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai
yang dicapai seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang
ditandai dengan bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak
penyelenggara pendidikan.
Dari beberapa teori di atas tentang pengertian hasil belajar, maka hasil belajar
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar (perubahan tingkah laku:
dengan strategi pembelajaran information search dan metode resitasi yang dibuktikan
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 81) berhasil atau tidaknya seseorang
belajar yaitu yang berasal dari dalam peserta didik yang belajar (faktor internal) dan
ada pula yang berasal dari luar peserta didik yang belajar (faktor eksternal). Menurut
peserta didik yaitu dari internal aspek fisiologis dan psikologis sedang eksternal yaitu,
faktor lingkingan sosial dan non sosial. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
diantaranya faktor jasmani dan rohani siswa, hal ini berkaitan dengan masalah
kesehatan siswa baik kondisi fisiknya secara umum, sedangkan faktor lingkungan juga
yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut sangat
pembelajaran.
Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku seseorang yang
proses belajar mengajar tertentu. Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila
perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar
mengajar yang dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya melalui program dan
kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya.
sehingga terdapat perubahan dari segi pegetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
proses pembelajaran.
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode
diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan
(2017: 161) Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang menekan peserta
peserta didik dibimbing untuk melakukan serangkaian tahap pembelajaran mulai dari
kegiatan atau pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery
terjadi bila indifidu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui proses mental,
yakni, observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Lebih lanjut,
sebagai sebuah strategi belajar Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada
ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Mempunyai prinsip yang sama
Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah
materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk
final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang
atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam
menghubungkan pengetahuan baru dengan internal modal atau struktur kognitif yang
Learning dalam sebuah bahan ajar pada suatu bidang studi tertentu maka tidak semua
materi pelajaran yang harus dipelajari siswa dipresentasikan dalam bentuk final,
beberapa bagian harus dicari diidentifikasikan oleh pelajar sendiri. Pelajar mencari
Learning si pelajar menemukan sendiri materi yang harus dipelajarinya. Ia tidak hanya
merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran
yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspository siswa hanya
utama dari Discovery Learning tidak terletak pada pencarian aplikasi pengetahuan,
Menurut Cahyo (2013: 104) beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancuh dan
menemukan.
yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide
orang lain.
bermakna.
kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan di aplikasikan dalam situasi
konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu
a. Nama
d. Rentangan karakteristik.
e. Kaidah
dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berfikir yang berbeda
konsep. Menurut Slameto (2003: 140) dalam pembentukan suatu konsep ada empat
3) Hubungan-hubungan logis dan aksioma/definisi dari sudut ini tidak secara langsung
yaitu:
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik
pemecahan masalah.
c. Data colletion atau pengumpulan data. Guru memberi kesempatan pada peserta
d. Data processing atau pengolahan data. Kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya.
dapatdijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
h. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan
penyelidikan.
menyimpulkan bahwa kelebihan dari model Discovery Learning yaitu dapat melatih
siswa belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan
siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan
memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Kekurangan dari model Discovery
Learning yaitu menyita banyak waktu karena mengubah cara belajar yang biasa
berjalan optimal.
dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk
menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada
yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan
dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan
kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat
berkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk
tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lebih tepatnya menggambarkan
(komparasi).
symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan
temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan
keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk
atau bagan serta bahasa yang digunakan sehingga seorang anak mudah memhami
tentang perkembangannya.
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005: 145). Kondisi seperti
ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student
oriented. Hal yang menarik dalam pendapat Bruner (2010: 102) yang menyebutkan:
Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk
mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut siswa akan
lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu
diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pula pelajar itu diberi
Dalam hubungan antara guru dan siswa, Bruner (2010: 105) mengemukakan
beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut
:
a. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar para siswa untuk
memecahkan masalah.
c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enactive, iconic, dan
symbolic.
strategi induktif strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh
kasus dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat di
mengandung resiko, apakah kesimpulan ini benar atau tidak. Karenanya kesimpulan
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-
contoh generalisasi).
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa beberapa langkah-langkah yang dikemukan oleh ahli di atas, yang
harus dilalui oleh seorang guru dalam menggunakan metode discovery learning dalam
pembelajar di kelas.
berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemampuan berfikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah
bahwa pengertian dari model Problem Based Learning adalah Problem Based
Learning (PBL) atau pembelajaran berbasih masalah adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar
pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran
aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai sebuah konteks bagi para
siswa dalam berlatih bagaimana cara berfikir kritis dan mendapatkan keterampilan
a. Learning is student-centered
sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
pengetahuannya sendiri.
sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan
begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong
model Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan dan apa yang perlu
mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai
model PBL ini dimulai dengan menyiapkan logistic yang dibutuhkan lalu penyajian
topik atau masalah, dilanjutkan dengan siswa melakukan diskusi dalam kelompok
kecil, mencari solusi dari permasalahan dari berbagai sumber secara mandiri atau
karya dalam bentuk laporan, dan kemudian melakukan evaluasi terhadap proses apa
Learning diantaranya:
a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi
nyata.
belajar.
c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya
tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan
h. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok
Learning ini memerlukan waktu yang tidak sedikit, Pembelajaran dengan model ini
membutuhkan minat dari siswa untuk memecahkan masalah, jika siswa tidak memiliki
minat tersebut maka siswa cenderung bersikap enggan untuk mencoba, dan model
masalah.
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
“motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakuklan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam
motivasi (motivation) berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang
dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri
Selain itu, motivasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri atau
mengarahkan prilaku. Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap
yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan- tujuan personal (Purwantoro, 2004: 72).
merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri seseorang yang perlu dipenuhi agar
merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang agar mampu mencapai tujuan dari
motifnya. Dengan kata lain motivasi merupakan bentuk aktivitas untuk mencapai
tujuan yang berasal dari motif sebagai suatu dorongan dalam diri siswa untuk
menjadi dua sudut pandang, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang
(motivasi intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang (motivasi
ekstrinsik).
a. Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena setiap diri indifidu sudah ada dorongan untuk
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari
luar.
112) mengatakan bahwa motivasi belajar siswa dapat ditimbulkan dengan suatu
memiliki motivasi dalam kegiatan belajar ada beberapa aktifitas yang dapat
diobservasi pada tingkah laku siswa pada kegiatan belajar di kelas, khususnya
dengan aplikasi Metode Discovery Learning. Pada waktu pembelajaran siswa yang
tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar
b. Berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan
tersebut
dengan adanya:
a. Kompetisi (competition)
d. Minat.
dalam mencapai tujuan belajar siswa tersebut harus memiliki totalitas diri untuk
mencapainya. Ini biasanya diikuti dengan penuh perhatian, tampaknya tidak bosan
dan penuh semangat. Selain itu, seorang yang besar motivasinya akan giat
berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk
motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak
sebagaimana orang yang mempunyai motivasi diri yang baik adalah orang yang
tiga yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat dan bertindak. Sebagai penggerak atau
b. Menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-
cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk
c. Menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-
cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk
yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat
untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk
belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin
tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu
tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu.
sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang
kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah
c. Motivasi sebagai pengarah perbutan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat
menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang
diabaikan.
E. Penelitian Relevan
No Penelitian Terdahulu
1. Nama Penerbit : Lilik Ariyanto dan Lilik Santoso
Tahun : 2015
: Pengaruh Pembelajaran Problem Based
Learning dan Discovery Learning
terhadap Mathematical Problem Posing
Siswa SMK Kelas XI
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Penerbit : Universitas PGRI Semarang
Kota Penerbit : Semarang
Volume :
Nomor :
ISSN : 2502-7638
: Terdapat Pengaruh yang signifikan
antara Pembelajaran Problem Based
Learning dan Discovery Learning
terhadap Mathematical Problem Posing
Siswa SMK Kelas XI
2. Nama Penerbit : Umay Saroh dan Sutama
Tahun : 2016
: Dampak Problem Based Learning dan
Discovery Learning Ditinjau dari
Kemampuan Koneksi Terhadap Hasil
Belajar Matematikan SMP
Nama : Naskah Publikasi
Penerbit : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kota Penerbit : Surakarta
: Terdapat pengaruh yang positif antara
Problem Based Learning dan Discovery
Learning Ditinjau dari Kemampuan
Koneksi Terhadap Hasil Belajar
Matematikan SMP dan tidak ada pengaruh
yang positif antara Problem Based
Learning dan Discovery Learning Ditinjau
dari Kemampuan Koneksi Terhadap Hasil
Belajar Matematikan SMP
3. Nama Penerbit : Bella Anandya Dkk,
Tahun : 2018
: Perbedaan Model Problem Based
Learning dan Discovery Learning Ditinjau
dari Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas IV SD
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Penerbit : Scholaria
Volume :8
Nomor :2
Kota Penerbit : Patimura
: Terdapat Perbedaan Model Problem
Based Learning dan Discovery Learning
Ditinjau dari Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas IV SD Gugus Patimura
4 Nama Penerbit : Nabila Yuliana
Tahun : 2018
: Penggunaan Model Pembelajaran
Discovery Learning dalam Peningkatan
Hasil Belajar Siswa
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran
Penerbit : PPS Universitas Pendidikan Ganesha
Volume :2
Nomor :1
Kota Penerbit : Salatiga
: Terbukti bahwa model discovery learning
mampu membantu meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dengan siswa menemukan
informasi sendiri sehingga menunjukan
peningkatan hasil belajar.
5 Nama Penerbit : Veri Setiawan dan Istiqomah
Tahun : 2015
: Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning untuk Meningkatkan
Minat dan Prestasi Belajar
F. Kerangka Konseptual
penelitian. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah
dengan melakukan model pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning.
Dua perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka akhir
dari penerapan kedua pengaruh tersebut dapat membandingkan hasil belajar siswa yang di
peroleh dari penilaian tes akhir antara nilai yang di peroleh di kelas ekperimen dengan
kemudian mengambil kesimpulan dari dari perbandingan kedua hasi belajar yang
diperoleh.
Eksperimen 1 Eksperimen 2
G. Hipotesis
Hasil kajian teori dan kerangka berfikir yang telah di rumuskan dalam penelitian ini,
pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model
tinggi yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari siswa
Sijunjung.
motivasi belajar rendah yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih
tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning di
SMAN 10 Sijunjung.
4. Terdapat atau tidaknya interaksi antara model
dengan motivasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMAN 10
Sijunjung.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu untuk
melakukan uji empirik terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran ekonomi antara hasil
belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning dan hasil belajar
siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning, maka penelitian ini
tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Penulis mencoba untuk
meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat dengan cara membandingkan antara kelompok
eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Discovery Learning dan
kelompok yang menerima perlakuan dengan model pembelajaran Problem Based Learning
sebagai kelompok kontrol. Untuk itu penelitian ini menggunakan quasi experiment bertujuan
untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh dari
eksperimen yang sebenarnya, tetapi dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS, yaitu kelas X IPS 1, X
IPS 2, X IPS 3, X IPS 4 dan X IPS 5 di SMA Negeri 10 Sijunjung tahun pelajaran
Tabel 4. Rata-rata Nilai Hasil Belajar Semester I Mata Pelajaran Ekonomi Siswa
Kelas X IPS Di SMA N 10 Sijunjung.
1 XI IPS 1 34 78 63,50
2 XI IPS 2 35 78 58
3 XI IPS 3 35 78 59,17
4 XI IPS 4 35 78 61,48
Jumlah 135
Sumber : Guru Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X IPS Di SMA N 10 Sijunjung
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan
dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen I dan eksperimen II. Kemudian untuk
yaitu sampel yang sengaja dipilih berdasarkan pertimbangan nilai rata-rata kelas siswa.
Discovery Learning akan diterapkan pada siswa kelas X IPS 2 sebagai ekperimen I
10 Sijunjung. Pemilihan ini ditetapkan berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar kedua
kelas ini hampir sama, yaitu 58,00 (X IPS2) dan 59,17 (X IPS3) karena kedua nilai ini
merupakan nilai yang paling rendah dibanding kelas X IPS1 dan X IPS4, maka
dapat diterapkan pada kelas yang terlihat pada tabel dibawah ini :
eksperimen I dan X IPS 3 sebagai kelas eksperimen II yang memiliki nilai rata-rata
penelitian ini berjumlah 60 orang siswa, yang terdiri dari 30 orang siswa kelas
C. Desain Penelitian
Gay (2000,15) menyatakan bahwa penelitian eksperimen dalam ilmu sosial sering
bersifat quasi eksperimen (eksperimen semu), yang artinya pengontrolan terhadap variabel–
variabel yang diteliti seringkali tidak mungkin dilakukan secara ketat seperti penilitian
Penelitian ini merupakan penelitian pendidikan yang bersifat penelitian sosial yang
diarahkan untuk melihat pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery Learning dan
Problem Based Learning dalam pembelajaran ekonomi terhadap hasil belajar siswa. Dengan
demikian penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain treatmen by Blok
2 x 2. Variabel bebas dibagi atas model pembelajaran Discovery Learning dan Problem
Based Learning serta motivasi belajar yang dibagi dua yakni motivasi belajar tinggi dan
Tinggi (A1) A 1 B2
A1 B1
Rendah (A2) A2 B1 A 2 B2
Keterangan :
A1 B1 Hasil belajar siswa motivasi belajar tinggi dalam model pembelajaran Discovery
Learning
A2 B1 Hasil belajar siswa motivasi belajar rendah dalam model pembelajaran Discovery
Learning
A1 B2 Hasil belajar siswa motivasi belajar tinggi dalam model pembelajaran Problem Based
Learning
A2 B2 Hasil belajar siswa motivasi belajar rendah dalam model pembelajaran Problem
Based Learning
Desain treatment by blok digunakan karena salah satu faktor atau variabel dalm
penelitian, yaitu motivasi tinggi siswa merupakan faktor yang di blok artinya tidak
dilakukannya perlakuan atas faktor tersebut. Sedangkan faktor atau variabel model
pembelajaran Discovery Learning merupakan variabel perlakuan dalam penelitian ini. Dari
desain Treatment by blok 2x2 ini di dapat empat kelompok sampel, yaitu:
1. Kelompok sampel pertama adalah A1 B1 yaitu kelompok sampel yang menggunakan
2. Kelompok sampel kedua adalah A2 B1 yaitu kelompok sampel yang menggunakan model
3. Kelompok sampel ketiga adalah A1 B2 yaitu kelompok sampel yang menggunakan model
model pembelajaran Problem Based Learning dan siswanya memiliki motivasi rendah.
Motivasi tinggi
Kelas Pembelajaran
Eksperime Discovery
n Learning
Motivasi
rendah
Hasil
Post-test
Pre-test
Belajar
Motivasi tinggi
Pembelajaran
Kelas
Problem
Kontrol
Motivasi Based
Learning
Gambar 2. Desain perlakuan penelitian pengaruh pembelajaran Discovery Learning dan Problem
Based Learning terhadap motivasi dan hasil belajar ekonomi
mengambil dua kelas sebagai obyek penelitian yang di bagi menjadi dua perlakuan dalam
model pembelajaran, yaitu satu kelas dijadikan kelas eksperimen dengan menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning dan satu kelas lagi menggunakan model
D. Definisi Operasional
Penilitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variable terikat. Variabel bebas
pertama yaitu model pembelajaran Discovery Learning, variabel bebas kedua Problem Based
Learning dan variabel bebas ketiga motivasi belajar siswa, sedangkan variabel terikat hasil
belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Discovery
motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi dua, motivasi belajar tinggi (B 1 ) dan
motivasi belajar rendah (B 2 ). Adapun variabel terikatnya adalah hasil belajar dalam mata
pelajaran ekonomi yang diperoleh dari tes yang dilaksanakan setelah perlakuan.
1. Pemberian Tes
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara pemberian tes terdiri dari
butir soal yang dipilih yang diberikan kepada kelompok sampel sebanyak dua kali. Tes
pertama (pre-test0 dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Adapun tujuan tes ini adalah :
Tes kedua dilakukan setelah eksperimen dilakukan (post-test). Tes ini bertujuan untuk
memperoleh data hasil belajar mata pelajaran ekonomi. Data tersebut di analisa untuk
mendapatkan gambaran hasil belajar kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning dan kelompok siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Tes disusun sesuai dengan
Penelitian ini dilakukan pada kelas eksperimen I dan eksperimen II. Kedua kelas
sampel diberikan perlakuan selama periode waktu tertentu, kemudian sampel tersebut
diberikan tes pada variabel terikat dan ditentukan apakah ada perbedaan antara kedua
kelas sampel tersebut. Karena berpedoman pada silabus yang digunakan pada kelas
eksperimen I dan eksperimen II, maka penelitian ini dilakukan selama 1 kali pertemuan.
3. Penyebaran Angket
Angket yang digunakan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket. Berdasarkan kajian teori
tentang motivasi belajar siswa, angket disusun dari beberapa indikator yang dapat
F. Instrumen Penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif berbentuk esai
Problem Based Learning. Instrumen tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan
dieksperimenkan. Sedangkan untuk motivasi belajar digunakan angket yang disusun dalam
skala Likert dengan alternatif jawaban untuk pernyataan positif, selalu (SL) diberi skor 4,
sering (SR) dengan skor 3, kadang-kadang (KD) dengan skor 2 dan tidak pernah (TP) dengan
skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, selalu (SL) yang diberi skor 1, Sering (SR)
dengan skor 2, kadang-kadang (KD) dengan skor 3 dan tidak pernah (TP) dengan skor 4.
a. Penyusunan Instrumen
Dalam instrumen hasil belajar, kisi-kisi dibuat berdasarkan kompetensi dasar yang
ditetapkan, kemudian dipelajari materi pokok yang disajikan untuk mencapai kompetensi
penilaian. Untuk instrumen motivasi belajar, kisi-kisi dibuat berdasarkan skala Linkert.
Indikator motivasi belajar dijabarkan berdasarkan teori motivasi belajar. Kuesioner ini
terdiri dari 30 butir pernyataan yang harus direspon siswa. Masing-masing pernyataan
dilengkapi dengan jawaban yaitu selalu (SR), sering (SR), kadang-kadang (KK), dan
tidak pernah (TP). Pernyataan disusun dalam bentuk pernyataan positif dan negatif untuk
setiap indikator. Kisi-kisi untuk mengukur motivasi belajar dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar
Variabel Indikator Nomor Butir Pernyataan Jumla
h
Positif Negatif
Motivas Minat belajar 1,2,4,6,8,9,1 17,23,24,25,26,28,29 14
i 2
Belajar Perhatian 3,5,13 20,21,27 6
belajar
Konsentrasi 7,10,15 18,19 5
belajar
Ketekunan 4,14 16,22,30 5
belajar
Jumlah 15 15 30
b. Ujicoba Instrumen
Validitas dari tes dan angket diselidiki dengan meminta pendapat ahli terhadap butir soal
yang dibuat. Dari pendapat ahli diketahui bahwa tes tersebut harus diperbaiki, baik
kalimat soal, distraktor dan lain-lain, demikian juga angket yang dibuat, setelah
diperbaiki dilakukan ujicoba. Validitas tes yang dicari yakni validitas empiris, tingkat
kesukaran, daya beda tes, keberfungsian distraktor masing-masing item tes. Sedangkan
untuk motivasi belajar, validitas yang dicari adalah validitas empiris dari masing-masing
item angket. Reliabilitas tes motivasi belajar dicari untuk menentukan konsistensi dari
dan andal.
1. Motivasi belajar
n ∑ xy−( ∑ x )( ∑ y )
r xy =
2 2
√ {n ∑ x −(∑ x ) }{n ∑ y −(∑ y ) }
2 2
∑ σ 12
r 11 =
( n
( n−1 ) )( 1−
σ
1
2 )
Keterangan:
itemnya. Untuk mendapatkan item yang baik, dilakukan dengan analisis item
meliputi:
1) Daya Beda
membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Rumus
yang digunakan;
B A BB
D= − =P A −P B
J A JB (Suharsimi Arikunto, 1999, 213)
Keterangan:
D = Daya Beda
BA
B B= =
JA Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
BB
P A= =
JB Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
adalah:
2) Tingkat Kesukaran
mudah atau sukar. Rumus yang digunakan untuk mencari indeks kesukaran:
B
P=
JS (Suharsimi Arikunto, 1999: 208)
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
3) Keberfungsian Distraktor
2− pq
k s ∑
r11
= ( )(
k−1 s2 )
r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item
K = Banyak item
menjadi kelompok siswa bagian atas (dengan motivasi belajar tinggi) dan kelompok siswa
bagian bawah (dengan motivasi belajar rendah). Teknik yang digunakan untuk menganalisis
data guna melihat pengaruh Model pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based
Learning terhadap hasil belajar adalah dengan uji-t dan analisis varian. Sebelum pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yakni uji normalitas data dan
homogenitas varians populasi. Uji normalitas data digunakan uji Kolmogorov Smirnov
sedangkan homogenitas data digunakan uji homogenitas varians dengan uji F (Sudjana,
1996: 249).
s
12
s
F=¿ ¿ 22 ; dengan α = 0,05
Semua pengujian analisis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Untuk keperluan
1. H0:µB 1 =µB 2
HI:µB 1 >µB 2
2. H0:µA 1 A 2 =µA 1 A 2
HI:µA 1 A 2 >µA 1 A 2
3. Hasil perhitungan untuk pengujian hipotesis ketiga akan dianalisis dengan ANOVA
dengan uji F