Anda di halaman 1dari 82

STATISTIK

PERDAGANGAN
DALAM NEGERI
Deputi Bidang Statistik
Distribusi dan Jasa

Direktorat Statistik Keuangan,


Direktorat Statistik Distribusi Direktorat Statistik Harga
TI dan Pariwisata

1. Statistik Harga Konsumen


1. Statistik Perdagangan (HK)
1. Statistik Keuangan
Dalam Negeri 2. Statistik Harga
2. Statistik Pariwisata Perdagangan Besar (HPB)
2. Statistik Impor 3. Statistik Harga Produsen
3. Statistik Komunikasi &
3. Statistik Ekspor (HP)
Teknologi Informatika 4. Statistik Harga Pedesaan
4. Statistik Transportasi (HPd)
▪ Salah satu sektor dalam menyusun PDB Sektoral yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi
▪ Memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara
▪ Meningkatkan output dunia
▪ Menyajikan akses ke sumber-sumber yang langka dan pasar-pasar internasional
▪ Sektor perdagangan merupakan sektor nomor tiga terbesar setelah sektor industri
pengolahan dan sektor pertanian yang memberikan share terhadap perekonomian
Indonesia.
▪ Hal ini tercermin pada kontribusi PDB kategori perdagangan yang menempati urutan
ketiga tahun 2020:
▪ Kontribusi Industri Pengolahan 19,88 persen
▪ Kontribusi Pertanian 13,70 persen
▪ Kontribusi Perdagangan 12,93 persen
Why Domestic Trade Data to be 4

collected ??

❑ Government ??
❑ Stakeholders or Data Users ??
❑ Academic Purpose ??
5

Government (G)

Kementerian Kementerian Badan Ketahanan


BPS
Perdagangan Perdagangan Pangan

• Bahan utk • Monitoring • Bahan utk • Mendapatkan


Penyusunan Ketersediaan Penyusunan data margin
Kebijakan Tata Pasokan Model perdagangan
Niaga dari (Supply) Bahan Pemantauan untuk
suatu komoditi Makanan dan Distribusi penghitungan
(misal beras) Komoditi lain Pangan PDB sector
• Bahan yang (komoditi perdagangan
penyusunan distribusinya cabai merah
sistem pola sering dan bawang
distribusi bermasalah merah)
perdagangan
yang lebih baik
6

Stakeholders or Data Users

• Pola Penjualan Produksi • Peta Wilayah Penjualan Produksi • Trade and Transport Margin (TTM)
• Pola Distribusi Perdagangan • Peta Wilayah Distribusi
Perdagangan
Definisi Perdagangan

 Perdagangan adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan


teknis) barang baru maupun bekas yang meliputi penjualan mobil dan
sepeda motor, serta penjualan eceran bahan bakar kendaraan,
perdagangan besar dalam negeri, perdagangan eceran,
perdagangan ekspor, dan perdagangan impor.
 Perdagangan Eceran adalah kegiatan penjualan yang pada umumnya
dalam partai kecil oleh toko, toko serba ada (toserba), kios, tempat
penjualan melalui pesanan, penjaja dan penjual keliling, perusahaan
konsumen, tempat pelelangan, dan sebagainya kepada masyarakat
umum untuk penggunaan atau konsumsi perorangan atau
rumahtangga
Cakupan

Perdagangan Besar
1. Perdagangan Besar Dalam Negeri
2. Perdagangan Besar Ekspor
3. Perdagangan Besar Impor
Perdagangan Eceran
1. Pedagang Eceran di Toko/Kios, termasuk di toko modern seperti
hypermarket, supermarket, mini market, department store, dan sejenisnya.
2. Pedagang Eceran Kaki Lima di Los, Koridor/ Emperan Toko.
3. Pedagang Eceran Keliling
9
Kriteria UMKM
UU RI Nomor 20 Tahun 2008
Usaha • Hasil Penjualan per
Mikro thn Max Rp. 300 Jt
Industri
Menengah
• TK 20 – 99 Orang

Usaha Kecil • >Rp 300 Jt – Rp 2.5 M

Usaha
• >Rp. 2,5 M – Rp. 50 M
Menengah
Industri
Besar
• TK > 100 Orang
Usaha
Besar
• Rp. > 50 M

Perdagangan menurut omset Industri Menurut Jumlah


Tenaga Kerja
PERDAGANGAN BESAR

Perdagangan Besar Pedagang Besar Ekspor Pedagang Besar Impor


Dalam Negeri (Eksportir) (Importir)
•kegiatan penjualan kembali yang •setiap orang perseorangan atau •perusahaan atau perorangan
pada umumnya dalam partai badan usaha baik yang yang melakukan kegiatan impor
besar kepada pedagang eceran, berbentuk badan hukum maupun atau memasukkan barang ke
perusahaan industri, kantor, rumah bukan badan hukum yang dalam Daerah Pabean Republik
sakit, rumah makan akomodasi, didirikan dan berkedudukan ata Indonesia yang meliputi wilayah
atau kepada pedagang besar melakukan kegiatan (ekspor) darat, perairan dan ruang udara
lainnya, atau kegiatan sebagai dalam wilayah hukum NKRI, baik di atasnya, serta tempat-tempat
agen/distributor atau perantara sendiri maupun secara bersama- tertentu di zona ekonomi eksklusif
dalam pembelian/penjualan sama melalui perjanjian dan landas kontinen. Importir yang
barang dagangan dari/kepada menyelenggarakan kegiatan dicakup pada penelitian ini
orang atau perusahaan sejenis di usaha dalam bidang ekonomi adalah yang memiliki Angka
dalam negeri yang mendapat pengakuan Pengenal Importir Umum/API-U.
sebagai eksportir terdaftar dari
Menteri Perdagangan melalui
Dirjen Perdagangan Luar Negeri
PERDAGANGAN ECERAN

Mini Swalayan/
Hypermarket Supermarket
Mini Market
•adalah sarana/tempat usaha •adalah sarana/tempat usaha •adalah sarana/tempat usaha
untuk melakukan penjualan untuk melakukan penjualan untuk melakukan penjualan
barang-barang kebutuhan barang-barang kebutuhan barang-barang kebutuhan sehari-
rumahtangga termasuk sembilan rumahtangga termasuk hari secara eceran dan langsung
bahan pokok secara eceran kebutuhan sembako secara kepada konsumen akhir dengan
langsung kepada konsumen akhir. eceran dan langsung kepada cara swalayan yang luas lantai
•Didalamnya terdiri dari pasar konsumen akhir dengan cara usahanya paling besar 200 m2.
swalayan, toko serba ada yang swalayan yang luas lantainya •Contoh: Alfa Mart, Indomaret, dan
menyatu dalam satu bangunan maksimal 4.000 m2. lain-lain.
dan pengelolaannya dilakukan •Contoh: Hero Supermarket, Tip
secara tunggal serta memiliki luas Top, dan lain-lain.
lantai usahanya lebih dari 4.000
m2 dan paling besar (maksimal)
8.000 m2.
•Contoh: Hypermart, Carrefour,
Giant, The Club Store, dan lain-
lain.
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor : 11/M-DAG/ PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan
Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan atau Jasa

Distributor adalah perusahaan perdagangan


nasional yang bertindak untuk dan atas
namanya sendiri berdasarkan perjanjian yang
melakukan pembelian, penyimpanan, Agen adalah perusahaan perdagangan
penjualan serta pemasaran barang dan/atau nasional yang bertindak sebagai perantara
jasa yang dimiliki/dikuasai. untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan
Sub Distributor adalah perusahaan perjanjian untuk melakukan pemasaran tanpa Prinsipal adalah perorangan atau badan
perdagangan nasional yang bertindak melakukan pemindahan hak atas fisik barang usaha yang berbentuk badan hukum atau
sebagai perantara untuk dan atas namanya dan atau jasa yang dimiliki/dikuasai oleh bukan badan hukum di luar negeri atau di
sendiri berdasarkan penunjukan atau prinsipal yang menunjuknya. dalam negeri yang menunjuk agen atau
perjanjian dari distributor atau distributor Sub Agen adalah perusahaan perdagangan distributor untuk melakukan penjualan barang
tunggal untuk melakukan pemasaran nasional yang bertindak sebagai perantara dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai.
untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan Perkulakan (Grosir), adalah perorangan atau
penunjukan atau perjanjian dari agen atau badan usaha yang membeli dalam partai
agen tunggal untuk melakukan pemasaran. besar berbagai macam barang dari berbagai
pihak dan menjual dalam partai besar
barang tersebut sampai kepada Sub
Distributor dan/atau Pedagang Eceran
Pedagang pengumpul adalah pedagang
yang umumnya membeli komoditi dari petani
dan setelah terkumpul dengan volume
tertentu dijual ke produsen atau pedagang
lain.
13
Pengumpulan Data

 Kegiatan Rutin
 SENSUS EKONOMI
 Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi
 Survei Triwulanan Kegiatan Usaha (STKU) Perdagangan
 Survei Usaha Terintegrasi (SUSI) utk Perusahaan Non Direktori
dan Usaha Rumah Tangga, digunakan sbg pendekatan UKM.
SUSI 2006 integrasi dgn SE06
 Kegiatan Ad Hoc
SEKTOR PERDAGANGAN
DALAM SENSUS EKONOMI
Perdagangan dalam Sensus Ekonomi

❑ Kategori G: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
❑ Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu
penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang
mengiringi penjualan barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun
eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan.

❑ Kategori ini juga mencakup reparasi mobil dan sepeda motor.


❑ Penjualan tanpa perubahan teknis juga mengikutkan kegiatan yang terkait dengan perdagangan, seperti
penyortiran, pemisahan kualitas dan penyusunan barang, pencampuran, pembotolan, pengepakan,
pembongkaran dari ukuran besar dan pengepakan ulang menjadi ukuran yang lebih kecil, penggudangan,
baik dengan pendingin maupun tidak, pembersihan dan pengeringan hasil pertanian, pemotongan
lembaran kayu atau logam.
Perdagangan Besar

❑ Perdagangan besar adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun
barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada
pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan
barang, baik perorangan maupun perusahaan.

❑ Bentuk utama kegiatan ini mencakup pedagang atau saudagar perdagangan besar, yaitu pedagang
perdagangan besar yang mendapatkan hak atas barang-barang yang dijualnya, seperti pedagang grosir,
pemborong, distributor, eksportir, importir, asosiasi koperasi, kantor penjualan dan kantor cabang
penjualan (tetapi bukan toko pengecer) yang dikelola oleh unit-unit perusahaan industri maupun
pertambangan, terpisah dari lokasi industri atau penambangan dengan tujuan untuk memasarkan hasil,
dengan demikian tidak hanya menerima pesanan yang harus dipenuhi melalui pengapalan langsung dari
lokasi industri maupun penambangan.

❑ Termasuk juga broker barang dagangan, pedagang komisi dan agen serta pedagang pengumpul, pembeli
dan asosiasi koperasi yang diikutsertakan dalam pemasaran hasil-hasil pertanian.

❑ Pedagang besar seringkali secara fisik mengumpulkan, menyortir dan memisahkan kualitas barang dalam
ukuran besar, membongkar dari ukuran besar dan mengepak ulang menjadi ukuran yang lebih kecil,
misalnya produk farmasi, menyimpan, mendinginkan, mengantar dan memasang barang-barang, terlibat
dalam promosi penjualan untuk pelanggannya dan perancangan label.
Perdagangan Eceran

❑ Perdagangan eceran adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik


barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi
atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement
store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling,
koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain.
❑ Pada umumnya pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang
jualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer bertindak sebagai agen, dan menjual
atas dasar konsinyasi atau komisi.
Waralaba (franchise) dalam SE 2016

❑ Waralaba (franchise) adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan
usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang
dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh
pihak lain (Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 53/M-DAG/PER/8/2012 tentang
Penyelenggaraan Waralaba).
➢ Pemberi Waralaba (franchisor) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak
untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada Penerima Waralaba.
➢ Penerima Waralaba (franchisee) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh
Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi
Waralaba.

❑ Konsinyasi adalah penitipan barang dagangan kepada agen atau orang untuk dijualkan
dengan pembayaran kemudian; jual titip.
❑ Konvensional adalah sistem pengelolaan usaha/perusahaan secara tradisional atau selain
waralaba, multi level marketing, dan konsinyasi.
Pengeluaran

 Total Pengeluaran = Pengeluaran Umum + Pengeluaran Khusus + Pengeluaran Non Operasional


 Pengeluaran umum merupakan biaya yang umum digunakan untuk keperluan usaha/perusahaan
▪ Bahan bakar dan pelumas, listrik, air, internet, telepon, ATK,
▪ Kemasan, bahan pembungkus, dan pengepakan,
▪ Administrasi bank dan perantara keuangan,
▪ Angkutan, pengiriman/ekspedisi, pergudangan, pos dan jasa kurir
▪ Pembelian suku cadang dan pemeliharaan/perbaikan kecil barang modal,
▪ Perjalanan dinas pekerja
▪ Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
▪ Biaya penggunaan jasa pihak lain (tenaga ahli/profesi, promosi/iklan, sewa kendaraan dan mesin dengan operator, dll),
▪ Biaya pemulihan dan tata lingkungan
▪ Sewa bangunan, kendaraan dan mesin (tanpa operator), peralatan dan alat perlengkapan
Pengeluaran

 Total Pengeluaran = Pengeluaran Umum + Pengeluaran Khusus + Pengeluaran Non Operasional


 Pengeluaran khusus sektor perdagangan adalah biaya pembelian barang dagangan yang terjual
untuk usaha perdagangan
 Pengeluaran Non Operasional terdiri dari:
▪ Dividen/laba yang dibagikan,
▪ bunga yang dibayarkan,
▪ premi asuransi kerugian yang dibayarkan,
▪ pembayaran sewa lahan,
▪ pengeluaran lainnya (sumbangan, CSR, denda, dan transfer lainnya)
Biaya Transportasi Penjualan Barang
Dagangan

 Bila pembeli mengangkut sendiri, besarnya biaya angkut penjualan barang


dagangan tidak perlu diperkirakan.
 Bila penjualan barang dagangan diangkut dengan kendaraan milik
perusahaan/usaha maka masukkan ke pengeluaran bahan bakar
 Bila penjualan barang dagangan menggunakan angkutan pihak lain maka
masukkan ke pengeluaran angkutan
Pendapatan SE16_Listing

❑ Pendapatan sektor perdagangan adalah nilai penjualan dari usaha perdagangan yaitu seluruh
nilai barang dagangan yang terjual (omset).
Contoh:
Pak Daeng pedagang kaki lima di Jalan Losari, rata-rata mampu menjual 4 potong baju
seharga @ Rp50.000 dan celana panjang 3 potong seharga @ Rp75.000/hari nya.
Maka isian Rincian 23.a (nilai penjualan selama 1 bulan) adalah:
[(4 X Rp 50.000) X 30] + [(3 X Rp 75.000) X 30] = Rp 6.000.000 + Rp 6.750.000 = Rp
12.750.000
Isian Rincian 23.b (nilai penjualan selama 1 tahun) adalah:
Rp 12.750.000 X 12 = Rp 153.000.000
Pendapatan SE16_Listing

❑ Pendapatan jasa reparasi mobil dan sepeda motor adalah pendapatan dari jasa perbaikan/reparasi yang diberikan.
Contoh:
Andi Motor adalah usaha reparasi sepeda motor. Tarif reparasi pada usaha tersebut bervariasi tergantung pada tingkat
kesulitan reparasinya. Tarif tambal ban Rp. 8.000,- per ban (lubang), tarif service ringan @ Rp. 35.000,-; tarif
ganti oli @ Rp. 40.000,-; tarif ganti ban dalam @ Rp. 40.000,-; tarif ganti ban luar @ Rp. 120.000,-. Secara
rata-rata setiap bulan, usaha tersebut melayani tambal ban sebanyak 300 kali, service ringan 5 kali, ganti
oli 10 kali, ganti ban dalam 25 kali dan ganti ban luar 3 kali.
Maka pendapatan usaha tersebut selama 1 bulan adalah:
Tambal Ban = 300 x Rp. 8.000,- = Rp. 2.400.000,-
Service ringan = 5 x Rp. 35.000,- = Rp. 175.000,-
Ganti oli = 10 x Rp. 40.000,- = Rp. 400.000,-
Ganti ban dalam = 25 x Rp. 40.000,- = Rp. 1.000.000,-
Ganti ban luar = 3 x Rp. 120.000 = Rp. 360.000,-
Total = Rp. 4.335.000,-
Dan pengisian pendapatan usaha selama 1 tahun adalah:
Rp. 4.335.000,- x 12 = Rp 52.020.000
Pendapatan SE16_UMK
Pendapatan SE16_UMB
Pendapatan SE16_UMB

 Persediaan awal tahun 2016 (stok awal) adalah posisi nilai barang pada awal tahun.
 Pembelian neto merupakan pembelian barang dagangan selama tahun 2016.
▪ Retur pembelian disebut juga pengurangan harga adalah pengembalian barang yang
telah dibeli kepada penjual karena cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari
pembeli.
▪ Potongan harga merupakan potongan yang diterima pembeli.
 Persediaan akhir tahun 2016 (stok akhir) adalah posisi nilai barang pada akhir tahun
 Nilai barang dagangan yang digunakan sendiri atau diberikan kepada pihak lain
▪ Contoh: barang yang diberikan kepada pekerja sebagai kompensasi dalam bentuk natura
Beban Pokok Pendapatan

UD. Ali Sejahtera, yang usahanya bergerak dibidang pedagang furniture di salah satu
pusat perbelanjaan, pada awal 2016 mempunyai persediaan furniture senilai
Rp10.000.000,- sepanjang bulan Maret sd Oktober 2016 UD. Ali Sejahtera membeli
kain sebagai persediaan dari pengrajin furniture sebesar Rp 480.000.000,-
Ketika dilakukan penghitungan fisik furniturenya, saldo akhir persediaan furniture
diketahui hanya tersisa sketsel seharga Rp 3.000.000 saja. Berapa Beban Pokok
Pendapatannya?
Beban Pokok Pendapatan
= Persediaan Awal + Pembelian bersih – Persediaan Akhir
= Rp 10.000.000 + Rp 480.000.000 - Rp 3.000.000
= Rp 487.000.000
Pendapatan SE16_UMB

CV. Abadi merupakan distributor cabai merah. Pada tahun 2016, perusahaan tersebut berhasil
menjual cabai merah sebanyak 500 ton dengan harga per Kg cabai merah Rp.40.000,-. Pada awal
tahun, perusahaan masih memiliki stok cabai merah sebanyak 10 ton. Pembelian pada tahun
tersebut mencapai 550 ton dengan harga per KG Rp30.000,-. Harga beli tahun 2016 sama dengan
harga beli tahun sebelumnya. Banyaknya cabai yang rusak (busuk) selama tahun 2016 adalah 5
ton. Selain menjual cabai merah milik sendiri, perusahaan juga menjual cabai merah milik
perusahaan lain dengan mendapatkan komisi sebesar Rp.50.000.000,- pada tahun 2016. Dengan
asumsi tidak ada barang yang digunakan sendiri, maka pengisian untuk rincian 601.o adalah:
Penjualan = 500 ton x 1.000 Kg x Rp40.000,- = Rp.20.000.000.000,-
Persedian awal tahun 2016 = 10 ton x 1.000 Kg x Rp30.000,- = Rp. 300.000.000,-
Pembelian neto = 550 ton x 1.000 Kg x Rp30.000,- = Rp. 16.500.000.000,-
Persediaan akhir tahun 2016 = (10 + 550 – 500) ton x 1.000 Kg x Rp30.000,- = Rp. 1.800.000.000,-
Beban pokok pembelian = Persedian awal + pembelian neto – persedian akhir
= Rp. 300.000.000,- + Rp. 16.500.000.000,- - Rp. 1.800.000.000,- = Rp. 15.000.000.000,-
Nilai barang yang rusak = 5 ton x 1.000 Kg x Rp30.000,- = Rp. 150.000.000,-
Komisi penjualan barang konsinyasi neto = Rp.50.000.000,-
Output sektor perdagangan

Jadi output sektor perdagangan adalah:


 Nilai penjualan dikurangi nilai pembelian barang yang terjual
 Komisi penjualan barang konsinyasi neto
▪ Komisi adalah imbalan (uang) atau persentase tertentu yang dibayarkan
karena jasa yang diberikan dalam jual beli barang dagangan
 Nilai barang dagangan yang digunakan sendiri atau diberikan
kepada pihak lain
 Pendapatan jasa reparasi mobil dan motor
Sektor Perdagangan dalam KBLI
(Kategori G)
Golongan
Golongan Uraian
Pokok
45 Perdagangan, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
451 Perdagangan Mobil
452 Reparasi Mobil
453 Perdagangan suku cadang dan aksesori mobil
454 Reparasi dan Perawatan sepeda Motor
46 Perdagangan Besar
463 Perdagangan besar makanan, minuman dan tembakau
47 Perdagangan Eceran
471 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang di Toko
472 Perdagangan Eceran Khusus Makanan, Minuman Dan Tembakau di Toko
473 Perdagangan Eceran Khusus Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
478 Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar
479 Perdagangan Eceran Keliling
Penulisan Jenis Lapangan Usaha 33
Kate Judul Deskripsi Key points Contoh Penulisan
gori Kategori Singkat lapangan usaha
G Perdagangan Beli dan menjual • Perdagangan + besar/ eceran + • Perdagangan
besar dan barang yang sama mobil/ motor/ suku cadangnya + eceran suku cadang
eceran, reparasi tanpa perubahan baru/ bekas sepeda motor
dan perawatan bentuk, (berwujud • Reparasi dan perawatan + (Kode (45406)
mobil dan barang bukan jasa) mobil/ motor • Perdagangan
sepeda motor • Perdagangan atas dasar balas eceran pakaian di
jasa/ kontrak + besar/ eceran + toko (Kode 47711) Tulis selengkap-
jenis barang • Perdagangan lengkapnya
• Perdagangan besar + sebutkan eceran berbagai
komoditasnya secara jelas macam bahan
• Perdagangan eceran + sebutkan makanan
komoditasnya secara jelas+ kebutuhan pokok
lokasi (di toko/ kaki lima/ los di toko (Kode
pasar) 47111)
• Perdagangan eceran + berbagai • Perdagangan
macam barang + utamanya eceran sepatu
makanan, minuman dan secara online
tembakau/ bukan + lokasi (di melalui instagram
supermarket/ minimarket/ (Kode 47912)
lainnya)
• Perdagangan eceran + selain di
toko, kaki lima dan los pasar
(misal melalui pemesanan pos
dan internet dan tempat lainnya)
+ jenis komoditas
Hasil Sensus Ekonomi
Jumlah Usaha/Perusahaan menurut Skala Usaha dan Lapangan Usaha,
Indonesia 2016

Skala Usaha
Lapangan Usaha
UMK UMB Jumlah
B. Pertambangan dan Penggalian 170.150 2.532 172.682
C. Industri Pengolahan 4.373.821 42.468 4.416.289
D. Pengadaan Listrik, Gas/Uap Air Panas, dan Udara Dingin 30.639 3.294 33.933
E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur
92.391 2.439 94.830
Ulang Sampah, dan Kegiatan Remediasi
F. Konstruksi 227.564 30.718 258.282
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan
12.151.822 180.839 12.332.661
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
H. Pengangkutan dan Pergudangan 1.302.162 32.123 1.334.285
I. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 4.445.519 20.703 4.466.222
J. Informasi dan Komunikasi 630.448 15.250 645.698
K. Aktivitas Keuangan dan Asuransi 94.205 56.200 150.405
L. Real Estat 386.795 7.483 394.278
M,N. Jasa Perusahaan 358.178 27.291 385.469
P. Pendidikan 607.283 12.664 619.947
Q. Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial 239.236 4.680 243.916
R,S,U Jasa Lainnya 1.153.436 8.668 1.162.104
Jumlah 26.263.649 447.352 26.711.001

Sumber: Data Sensus Ekonomi 2016 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Hasil Sensus Ekonomi
Jumlah Tenaga Kerja Usaha/Perusahaan menurut Skala Usaha dan Lapangan Usaha,
Indonesia 2016

Skala Usaha
Lapangan Usaha
UMK UMB Jumlah
B. Pertambangan dan Penggalian 532.109 403.644 935.753
C. Industri Pengolahan 9.351.705 6.648.202 15.999.907
D. Pengadaan Listrik, Gas/Uap Air Panas, dan Udara Dingin 61.466 135.076 196.542

E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang


168.332 79.853 248.185
Sampah, dan Kegiatan Remediasi
F. Konstruksi 2.041.813 1.790.619 3.832.432
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil
20.009.990 2.359.409 22.369.399
dan Sepeda Motor
H. Pengangkutan dan Pergudangan 1.740.528 727.717 2.468.245

I. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 7.804.667 612.937 8.417.604


J. Informasi dan Komunikasi 938.714 247.358 1.186.072
K. Aktivitas Keuangan dan Asuransi 550.067 1.170.489 1.720.556
L. Real Estat 591.879 165.816 757.695
M,N. Jasa Perusahaan 935.307 815.973 1.751.280
P. Pendidikan 5.787.702 654.439 6.442.141
Q. Aktivitas Kesehatan Manusia Dan Aktivitas Sosial 905.070 652.415 1.557.485
R,S,U. Jasa Lainnya 2.222.175 214.995 2.437.170
Jumlah 53.641.524 16.678.942 70.320.466

Sumber: Data Sensus Ekonomi 2016 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN
BEBERAPA KOMODITI (POLDIS)
 Pola distribusi barang kebutuhan masyarakat saat ini diduga
masih bermasalah. Hal ini terlihat dari masih adanya
perbedaan harga barang kebutuhan masyarakat, khususnya
kebutuhan pokok antar wilayah yang masih relatif tinggi.
 Selain itu ketersediaan barang kebutuhan yang tidak cukup
pada saat dibutuhkan dan kurang tersedianya alternatif pilihan,
rasa kepuasan yang belum merata antara produsen, lembaga-
lembaga usaha perdagangan (dalam tataniaga) dan
konsumen juga menjadi masalah dalam distribusi barang.
 Selama ini BPS sudah lama meneliti tentang data harga barang/komoditi, tetapi
data tentang distribusinya belum ada yg meneliti. Utk itu BPS sejak tahun 2009 telah
melakukan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi.
 Data distribusi perdagangan sangat penting utk dijadikan acuan berbagai hal
diantaranya utk mengetahui kenapa tiba-tiba suatu barang menghilang dari
pasaran, kenapa harga barang di suatu tempat mahal. Bagaimana pola
distribusinya?
 Survei ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan
gambaran pola distribusi perdagangan DN dan dapat dibangun sistem pola
distribusi perdagangan yang lebih baik
 Survei ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data tentang pola distribusi
perdagangan komoditas-komoditas strategis yang lebih baik sebagai upaya untuk
menjawab permasalahan rantai distribusi perdagangan
 Cakupan Responden: Usaha perdagangan skala menengah, besar, dan
usaha kecil yang memiliki omset > Rp 500 juta
 Unit Observasi: Establishment (perusahaan perdagangan menengah, besar,
dan kecil baik sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang
grosir, eksportir, importir, maupun pengecer)
 Pengumpulan Data: Wawancara Langsung
 Untuk produsen beras didekati melalui industri penggilingan padi.
Tujuan Survei Poldis

1. Mendapatkan Pola Penjualan Produksi.


2. Mendapatkan Peta Wilayah Penjualan Produksi.
3. Mendapatkan Pola Distribusi Perdagangan.
4. Mendapatkan Peta Wilayah Distribusi Perdagangan.
5. Memperoleh data tentang margin perdagangan dan
pengangkutan (Trade and Transport Margin/TTM)
mulai tingkat pedagang besar sampai dengan
pedagang eceran.
 Survei Pola Distribusi Perdagangan
▪ Survei dilaksanakan setiap tahun, sejak 2009
 Penentuan Cakupan Wilayah Kab/Kota Survei Poldis 2010
▪ Pedagang: Ibu Kota Provinsi (Termasuk Kota SBH)
▪ Petani Jagung: Daerah Sentra Produksi (Dilihat dari Luas Panen).
▪ Peternak Telur Ayam Ras: Daerah Sentra Produksi Telur Ayam Ras.
Cakupan Provinsi

 Tahun 2009: 15 Provinsi (59 Kab/Kota)


 Tahun 2010: 33 Provinsi di 88 Kab/Kota
 Tahun 2011: 33 Provinsi di 103 Kab/Kota
 Tahun 2012: seluruh propinsi atau159 kab/kota (33 ibukota propinsi dan 126
kab/kota potensi komoditi terpilih, sudah termasuk 65 kab/kota SBH)
 Tahun 2013: seluruh propinsi atau159 kab/kota
 Tahun 2014: 133 kabupaten/kota yang ada di 33 provinsi
 Tahun 2015: 152 kabupaten/kota yang ada di 34 provinsi
 Tahun 2016: 116 kabupaten/kota di 34 provinsi
 Tahun 2017: 254 kabupaten/kota (34 ibukota provinsi + 220 kabupaten/kota
potensi komoditi terpilih)
Cakupan Komoditi

 Tahun 2009: 16 Komoditi (Ban mobil, ban sepeda motor, tepung terigu, beras, minyak
goreng, gula pasir, garam, kedelai, cabe merah, bawang merah, ikan segar, daging sapi,
daging ayam ras, pupuk, besi beton, dan semen (sampel:12.490)
 Tahun 2010: 5 Komoditi (Jagung, telur ayam ras, rokok kretek, susu bubuk dan LPG (sampel
sedikit = 3.471)
 Tahun 2011: 15 Komoditi (industri kopi bubuk,tahu/tempe, dan ikan olahan/awetan), petani
jeruk, papaya, pisang, semangka, kentang, kubis/kol, tomat, dan ketimun
 Tahun 2012: 8 Komoditi (mobil baru dan bekas, sepeda motor baru dan bekas, pakaian
dewasa, pakaian anak, kain batik dan kain tenun)
 Tahun 2013: 8 Komoditi (daging sapi lokal/impor, beras premium/medium, gula pasir,
kedelai lokal/impor )
 Tahun 2014: 4 komoditi (garam; minyak goreng; tepung terigu; susu bubuk)
 Tahun 2015: 6 komoditi (Beras Premium; Beras medium, cabai merah, bawang merah,
jagung pipilan, daging ayam ras)
Cakupan Komoditi

 Tahun 2016: minyak goreng, gula pasir, telur, beras


 Tahun 2018: gula pasir, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah,
beras, minyak goreng, cabai merah
 Tahun 2019: daging sapi, gula pasir, bawang merah, minyak goreng, daging ayam
ras, telur ayam ras, cabai merah, beras
 Tahun 2020: daging ayam ras, beras, cabai merah, bawang merah.
Penentuan Komoditi

 Penentuan komoditi dalam survei ini adalah komoditi strategis,


yaitu komoditi-komoditi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Komoditi yang dalam SBH paling banyak dikonsumsi
 Komoditi yang dalam pembentukan inflasi cukup berperan
 Komoditi yang dalam pembentukan PDB mempunyai kontribusi cukup besar
 Komoditi yang mempunyai dampak cukup besar terhadap kebutuhan
masyarakat
Contoh Kualitas Komoditi Terpilih

Jenis Komoditi Kualitas/Merk


Telur ayam ras Baik
Jagung Pipilan
Susu Bubuk instan, dalam dus/ kotak 400 gram merek
Dancow, Bendera, dan Indomilk

Rokok Kretek filter dan non filter (Gudang Garam, Dji Sam
Soe, Bentoel)

LPG 3 Kg, 12 Kg
Unit Usaha/Sampel

▪ Perusahaan Perdagangan
➢ Perdagangan Besar dan Perdagangan Eceran Skala Kecil,
Menengah dan Besar (Sumber SE06): distributor,
subdistributor, agen, sub agen, grosir, eksportir, importir,
pedagang eceran
▪ Usaha Produsen:
➢ Perusahaan/usaha industri pengolahan
Kerangka Sampel sebelum SE2016

 Perusahaan menengah dan besar dari sensus sampel SE06-UMB.G


 Perusahaan kecil dari sensus sampel SE06-UMK dengan omset > 500 juta
 Direktori Perusahaan Perdagangan dari Asosiasi
 Direktori Perusahaan Ekspor Impor
 Perusahaan Perdagangan dari Internet
 Responden HPB
Kerangka Sampel Setelah SE2016

 Kerangka sampel yang dibentuk ada dua, yaitu kerangka sampel pedagang dan
kerangka sampel produsen.
 Untuk produsen cabai merah dan bawang merah tidak dibentuk kerangka sampel
tetapi langsung dipilih secara purposive dengan kriteria memiliki luas panen terluas.
 Untuk produsen beras, daging sapi, dan daging ayam ras, kerangka sampel berasal
dari data pengolahan L2 Sensus Ekonomi 2016 kategori C, yaitu Industri Penggilingan
Padi dan Penyosohan Beras, Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging
Bukan Unggas, dan Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging Unggas
dengan skala usaha besar, menengah, dan kecil.
 Sedangkan pembentukan kerangka sampel pedagang berasal SE2016 kategori G,
yaitu perusahaan perdagangan hasil pengolahan L2 Sensus Ekonomi 2016 dengan
skala usaha besar, menengah, dan kecil
Metode pemilihan sampel

 Metode pemilihan sampel dilakukan dengan memperhatikan komoditi utama


yang diperdagangkan berdasarkan komoditi terpilih.
 Untuk perusahaan yang bersumber dari SE-UMB, seluruhnya diambil sebagai
perusahaan sampel, sedangkan sisanya dipilih secara sistematik pada setiap
komoditi. Jika jumlah perusahaan/usaha dalam kerangka sampel tidak
mencukupi, maka seluruh perusahaan/usaha akan dicacah.
 Sedangkan sampel industri pengolahan dipilih dari kerangka sampel industri
pengolahan secara systematic sampling
Alokasi Sampel

 Alokasi Sampel per Komoditi menurut Kabupaten/Kota dilakukan dengan


mempertimbangkan distribusi dari fungsi kelembagaan dan kualitas/merk/jenis dari
setiap komoditi dalam 1 provinsi. Sehingga secara umum semua kualitas bisa
terwakili untuk semua fungsi kelembagaan.
 Untuk menjaga agar sampel komoditi di pedagang eceran tersebar secara
proporsional, maka perlu dilakukan alokasi sampel untuk menentukan berapa jumlah
perusahaan yang harus dicacah untuk suatu komoditi.
 Tahapan pengalokasian sampel menurut komoditi untuk pedagang eceran adalah
sebagai berikut: Dari kerangka sampel dialokasikan sampel perusahaan yang
memperdagangkan komoditi tertentu dengan jenis yang telah ditentukan.
Kemudian di alokasikan menurut distribusi fungsi kelembagaan dalam 1 provinsi.
Metode Pengumpulan Data

 Pengumpulan data dari perusahaan/usaha/pengusaha


terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka antara
pencacah dengan responden
 Jika sampel perusahaan/usaha terpilih tidak ditemukan pada
saat pengumpulan data di lapangan, maka sampel tersebut
akan diganti dengan cara purposive tetapi tetap pada kriteria
yang sesuai dengan sampel yang digantikan.
Fungsi perusahaan/usaha dalam
lembaga usaha perdagangan

1. Distributor
2. Sub distributor
3. Agen
4. Sub agen
5. Pedagang grosir
6. Pedagang Pengepul
7. Eksportir
8. Importir
9. Pedagang eceran
KUESIONER

▪ Kuesioner VPDP-PRODUSEN untuk responden produsen


▪ Kuesioner VPDP-PEDAGANG untuk responden pedagang
Kuesioner
55

Produsen
Kuesioner
56

Produsen
Kuesioner
57

Produsen
58

Kuesioner
Pedagang
59

Kuesioner
Pedagang
60

Kuesioner
Pedagang
61

Kuesioner
Pedagang
Indikator yang Dihasilkan

PENJUALAN PRODUKSI
 Konsep
▪ Memasarkan/menjual komoditi hasil produksi ke lembaga usaha perdagangan
(distributor, agen, grosir, pedagang pengumpul, pedagang eceran).
 Kegunaan
▪ Untuk melihat pola penjualan produksi komoditi yang dihasilkan oleh produsen ke
lembaga usaha perdagangan dan ke suatu wilayah penjualan/distribusi
perdagangan
 Interpretasi
▪ Rantai penjualan produksi yang pendek menunjukan distribusi suatu komoditas dari wilayah
tersebut baik,
▪ Rantai distribusinya panjang menyebabkan beban konsumen semakin tinggi.
Indikator yang Dihasilkan

DISTRIBUSI PERDAGANGAN
 Konsep
 Rantai distribusi suatu barang mulai dari produsen hingga konsumen.
 Kegunaan
 Untuk melihat pola distribusi perdagangan komoditi antar pelaku usaha
perdagangan dan antar wilayah perdagangan.
 Interpretasi
 Rantai distribusi perdagangan yang pendek menunjukkan distribusi suatu
komoditas dari wilayah tersebut baik, sedang jika rantai distribusinya panjang
menyebabkan beban konsumen semakin tinggi.
64

 Rantai utama distribusi perdagangan beras di Indonesia adalah sebagai


berikut:
Survei Triwulanan Kegiatan Usaha (STKU)
Perdagangan
 STKU pertama kali dilaksanakan pada tahun 1987 dan cakupannya hanya di Jawa.
▪ Tahun 1988 cakupannya bertambah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Selanjutnya tahun 1990 bertambah 10 provinsi lagi, dan pada tahun 1994/1995 STKU sudah
dilaksanakan di seluruh provinsi (27 provinsi).
 Informasi yang dicakup adalah jumlah pekerja, upah dan gaji, indikator produksi,
pendapatan/penjualan, dan pendapatan lainnya.
 Tahun 1996/1997 tergabung pada Sensus Ekonomi 1996.
 Tahun 1998 survei STKU ini digantikan dengan Survei Usaha Terintegrasi (SUSI) sampai
tahun 2005.
 Tahun 2011 dilaksanakan kembali STKU namun hanya untuk sektor Perdagangan, dan
dilakukan pula pada tahun 2012
 Tahun 2013 pelaksanaan STKU Perdagangan terintegrasi dengan STKU Transportasi dan
Pergudangan, STKU Komunikasi dan Teknologi Informasi, STKU Lembaga Keuangan Bukan
Bank, dan STKU Keuangan Pemerintah Daerah.
 Mengingat kebutuhan akan data perdagangan triwulanan sudah mendesak dan sangat
diperlukan, sehingga dengan periode triwulanan ini, memungkinkan informasi kegiatan
usaha di sektor perdagangan akan lebih cepat tersedia dan gejolak kegiatannya dapat
diamati secara lebih rinci
 STKU Perdagangan 2011, 2012
 STKU Terintegrasi 2013, 2014, 2015, 2017
 STKU Terintegrasi 2015 terdiri dari: lembaga keuangan bukan bank, pemerintah daerah,
perdagangan, transportasi dan KTI. Sampel pada sektor lembaga keuangan dari 620
establishment pada tahun 2014 menjadi 625 establishment.
 STKU Terintegrasi 2017 terdiri dari sektor perdagangan, pengangkutan dan pergudangan,
informasi, aktivitas keuangan dan asuransi, aktivitas administrasi pemerintah (G, H, J, K, O)
 STKU Terintegrasi 2018 terdiri dari sektor perdagangan, pengangkutan dan pergudangan,
informasi, aktivitas keuangan dan asuransi, aktivitas administrasi pemerintah (G, H, J, K, O)
Tujuan:
 untuk memperoleh data mengenai perkembangan margin perdagangan dan
pengangkutan yang akan digunakan dalam penyusunan PDB/PDRB sub sektor
perdagangan triwulanan dan memperoleh informasi lainnya yang terkait
dengan kegiatan perdagangan.
Cakupan Responden:
 Perusahaan perdagangan besar dan eceran yang berskala menengah dan
besar dengan menggunakan besaran Omset sebagai penentu skala usaha
Unit Observasi: Establishment
Variabel yang Dikumpulkan

 Nilai Penjualan Barang Dagangan (Omset): seluruh nilai penjualan barang


dagangan, tidak termasuk barang konsinyasi.
 Nilai Pembelian Barang Dagangan yang Terjual: seluruh nilai pembelian dari
barang dagangan yang terjual termasuk biaya pengangkutan dan tidak
termasuk barang konsinyasi.
 Pendapatan dari Fee/Komisi Barang Konsinyasi: pendapatan dari fee/komisi
barang konsinyasi yang diterima.
 Jumlah Pekerja: seluruh pekerja yang biasanya terlibat dalam kegiatan di
perusahaan ini. Pekerja yang diisikan disini adalah total seluruh pekerja yang
terlibat dalam kegiatan usaha perdagangan baik yang mendapatkan
upah/gaji maupun yang tidak mendapat upah/gaji.
Indikator yang dihasilkan STKU

INDEKS NILAI PENJUALAN


 Nilai/hasil penjualan barang dagangan yang terjual, tidak termasuk
barang konsinyasi
 Memperoleh informasi perkembangan/trend nilai penjualan setiap
triwulannya sebagai pendukung penyusunan PDB.
 Angka indeks lebih dari 100 menunjukkan terjadinya pertumbuhan positif
dari nilai penjualan
Indikator yang dihasilkan STKU

INDEKS NILAI PEMBELIAN BARANG DAGANGAN YANG TERJUAL


 Uang yang dikeluarkan oleh perusahaan/usaha untuk membeli barang
dagangan yang terjual.
 Memperoleh informasi perkembangan/trend nilai pembelian setiap
triwulannya sebagai pendukung penyusunan PDB.
 Angka indeks lebih dari 100 menunjukkan terjadinya pertumbuhan positif
dari nilai pembelian
Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)
Trade and Transport Margin (TTM)
Proses Pembentukan Harga
Valuation of transactions
74
 Basic prices are prices before taxes on products are added and subsidies on products
are subtracted.
 Producers’ prices include, in addition to basic prices, taxes less subsidies on products
other than value added type taxes including non-deductible VAT.
 Purchasers’ prices are the amounts paid by the purchasers, include, in addition to
producer’s prices, trade and transport margins excluding the deductible part of value
added type taxes.

Relationships - Prices

Amount receivable by the producer


from the purchaser for a unit of a good
or service produced as output minus
any tax payable, and plus any subsidy
receivable, by the producer as a
consequence of its production or sale.
Analisis

 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) adalah kompensasi pedagang


sebagai penyalur barang yang merupakan selisih antara nilai penjualan dengan nilai
pembelian.
 Margin inilah yang merupakan ukuran besarnya output dari kegiatan perdagangan
Kapan biaya transportasi diperlakukan
sebagai margin transportasi?

▪ Marjin transportasi meliputi biaya transport yang dibayar secara


terpisah oleh pembeli untuk mengambil pesanan pada waktu dan
tempat yang ditentukan.(SNA 15.28)
▪ Jika tidak dibayar secara terpisah, biaya transport bisa termasuk
sebagai bagian dari harga dasar barang, marjin atas grosir atau
sebagai pengeluaran atas pembeli.
▪ Marjin perdagangan (perdagangan grosir or retail) diberlakukan hanya
apabila ada jasa distribusi yang disediakan oleh pedagang melalui
pembelian dan penjualan kembali produk.
▪ Marjin perdagangan tidak diberlakukan untuk penjualan lansung oleh
produser, walaupun penjualan dilakukan langsung ke rumah tangga.

Workshop neraca pendapatan nasional untuk negara-negara Asia anggota Islamic Conferance By Devi Manraj IMF Regional statistics
advisor
DEFINISI MARGIN PERDAGANGAN

 Marjin perdagangan didefinisikan sebagai perbedaan antara


harga penjualan atas barang untuk dijual kembali dan harga
yang harus dibayar oleh distributor untuk mengganti barang
pada saat terjual.

 Margin perdagangan adalah nilai output dari distributor. Sama


seperti produser lainnya, nilai tambah diperoleh dengan
mengurangkan nilai konsumsi antara.
 Secara luas, marjin perdagangan dihitung dengan cara:
▪ Penjualan
▪ Dikurangi pembelian barang untuk dijual kembali
▪ Ditambah perubahan atas inventori untuk dijual kembali.
Catatan:Pembelian barang untuk dijual kembali harus mengecualikan biaya
transportasi yang ditagihkan secara terpisah kepada distributor; seperti biaya
transport yang harus ditampilkan sebagai nilai konsumsi antara distributor.
(SNA 6.112)

 Marjin perdagangan adalah bagian dari perbedaan antara


harga dasar barang dan nilai atas harga pembeli.
Rasio Margin Perdagangan

 Selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian dibagi dengan


harga produsen/pembelian
 Semakin besar nilai rasio margin perdagangan, menunjukkan bahwa
semakin besar margin/output perdagangannya
Rata-Rata Rasio Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) 80
Komoditas Beras

▪ Rata-rata rasio MPP beras terbesar berada di Papua Barat yaitu 19,82 persen dan terkecil di Aceh yaitu 4,14%.
▪ Sebanyak 12 provinsi memiliki rata-rata rasio MPP diatas Indonesia (10,57%)
Survei Usaha Terintegrasi (SUSI)
81

2005 & 2007

Tujuan:
 Menyediakan data tentang keadaan ekonomi mutakhir yang terinci menurut kategori
lapangan usaha (tidak termasuk lapangan usaha pertanian, regional, nasional).
 Tersedianya data jumlah perusahaan dan tenaga kerja untuk usaha tidak berbadan
hukum.

Unit Observasi:
➢ Usaha tidak berbadan hukum untuk seluruh lapangan usaha kecuali pertanian

Anda mungkin juga menyukai