PERDAGANGAN
DALAM NEGERI
Deputi Bidang Statistik
Distribusi dan Jasa
collected ??
❑ Government ??
❑ Stakeholders or Data Users ??
❑ Academic Purpose ??
5
Government (G)
• Pola Penjualan Produksi • Peta Wilayah Penjualan Produksi • Trade and Transport Margin (TTM)
• Pola Distribusi Perdagangan • Peta Wilayah Distribusi
Perdagangan
Definisi Perdagangan
Perdagangan Besar
1. Perdagangan Besar Dalam Negeri
2. Perdagangan Besar Ekspor
3. Perdagangan Besar Impor
Perdagangan Eceran
1. Pedagang Eceran di Toko/Kios, termasuk di toko modern seperti
hypermarket, supermarket, mini market, department store, dan sejenisnya.
2. Pedagang Eceran Kaki Lima di Los, Koridor/ Emperan Toko.
3. Pedagang Eceran Keliling
9
Kriteria UMKM
UU RI Nomor 20 Tahun 2008
Usaha • Hasil Penjualan per
Mikro thn Max Rp. 300 Jt
Industri
Menengah
• TK 20 – 99 Orang
Usaha
• >Rp. 2,5 M – Rp. 50 M
Menengah
Industri
Besar
• TK > 100 Orang
Usaha
Besar
• Rp. > 50 M
Mini Swalayan/
Hypermarket Supermarket
Mini Market
•adalah sarana/tempat usaha •adalah sarana/tempat usaha •adalah sarana/tempat usaha
untuk melakukan penjualan untuk melakukan penjualan untuk melakukan penjualan
barang-barang kebutuhan barang-barang kebutuhan barang-barang kebutuhan sehari-
rumahtangga termasuk sembilan rumahtangga termasuk hari secara eceran dan langsung
bahan pokok secara eceran kebutuhan sembako secara kepada konsumen akhir dengan
langsung kepada konsumen akhir. eceran dan langsung kepada cara swalayan yang luas lantai
•Didalamnya terdiri dari pasar konsumen akhir dengan cara usahanya paling besar 200 m2.
swalayan, toko serba ada yang swalayan yang luas lantainya •Contoh: Alfa Mart, Indomaret, dan
menyatu dalam satu bangunan maksimal 4.000 m2. lain-lain.
dan pengelolaannya dilakukan •Contoh: Hero Supermarket, Tip
secara tunggal serta memiliki luas Top, dan lain-lain.
lantai usahanya lebih dari 4.000
m2 dan paling besar (maksimal)
8.000 m2.
•Contoh: Hypermart, Carrefour,
Giant, The Club Store, dan lain-
lain.
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor : 11/M-DAG/ PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan
Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan atau Jasa
Kegiatan Rutin
SENSUS EKONOMI
Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi
Survei Triwulanan Kegiatan Usaha (STKU) Perdagangan
Survei Usaha Terintegrasi (SUSI) utk Perusahaan Non Direktori
dan Usaha Rumah Tangga, digunakan sbg pendekatan UKM.
SUSI 2006 integrasi dgn SE06
Kegiatan Ad Hoc
SEKTOR PERDAGANGAN
DALAM SENSUS EKONOMI
Perdagangan dalam Sensus Ekonomi
❑ Kategori G: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
❑ Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu
penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang
mengiringi penjualan barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun
eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan.
❑ Perdagangan besar adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun
barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada
pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan
barang, baik perorangan maupun perusahaan.
❑ Bentuk utama kegiatan ini mencakup pedagang atau saudagar perdagangan besar, yaitu pedagang
perdagangan besar yang mendapatkan hak atas barang-barang yang dijualnya, seperti pedagang grosir,
pemborong, distributor, eksportir, importir, asosiasi koperasi, kantor penjualan dan kantor cabang
penjualan (tetapi bukan toko pengecer) yang dikelola oleh unit-unit perusahaan industri maupun
pertambangan, terpisah dari lokasi industri atau penambangan dengan tujuan untuk memasarkan hasil,
dengan demikian tidak hanya menerima pesanan yang harus dipenuhi melalui pengapalan langsung dari
lokasi industri maupun penambangan.
❑ Termasuk juga broker barang dagangan, pedagang komisi dan agen serta pedagang pengumpul, pembeli
dan asosiasi koperasi yang diikutsertakan dalam pemasaran hasil-hasil pertanian.
❑ Pedagang besar seringkali secara fisik mengumpulkan, menyortir dan memisahkan kualitas barang dalam
ukuran besar, membongkar dari ukuran besar dan mengepak ulang menjadi ukuran yang lebih kecil,
misalnya produk farmasi, menyimpan, mendinginkan, mengantar dan memasang barang-barang, terlibat
dalam promosi penjualan untuk pelanggannya dan perancangan label.
Perdagangan Eceran
❑ Waralaba (franchise) adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan
usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang
dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh
pihak lain (Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 53/M-DAG/PER/8/2012 tentang
Penyelenggaraan Waralaba).
➢ Pemberi Waralaba (franchisor) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak
untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada Penerima Waralaba.
➢ Penerima Waralaba (franchisee) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh
Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi
Waralaba.
❑ Konsinyasi adalah penitipan barang dagangan kepada agen atau orang untuk dijualkan
dengan pembayaran kemudian; jual titip.
❑ Konvensional adalah sistem pengelolaan usaha/perusahaan secara tradisional atau selain
waralaba, multi level marketing, dan konsinyasi.
Pengeluaran
❑ Pendapatan sektor perdagangan adalah nilai penjualan dari usaha perdagangan yaitu seluruh
nilai barang dagangan yang terjual (omset).
Contoh:
Pak Daeng pedagang kaki lima di Jalan Losari, rata-rata mampu menjual 4 potong baju
seharga @ Rp50.000 dan celana panjang 3 potong seharga @ Rp75.000/hari nya.
Maka isian Rincian 23.a (nilai penjualan selama 1 bulan) adalah:
[(4 X Rp 50.000) X 30] + [(3 X Rp 75.000) X 30] = Rp 6.000.000 + Rp 6.750.000 = Rp
12.750.000
Isian Rincian 23.b (nilai penjualan selama 1 tahun) adalah:
Rp 12.750.000 X 12 = Rp 153.000.000
Pendapatan SE16_Listing
❑ Pendapatan jasa reparasi mobil dan sepeda motor adalah pendapatan dari jasa perbaikan/reparasi yang diberikan.
Contoh:
Andi Motor adalah usaha reparasi sepeda motor. Tarif reparasi pada usaha tersebut bervariasi tergantung pada tingkat
kesulitan reparasinya. Tarif tambal ban Rp. 8.000,- per ban (lubang), tarif service ringan @ Rp. 35.000,-; tarif
ganti oli @ Rp. 40.000,-; tarif ganti ban dalam @ Rp. 40.000,-; tarif ganti ban luar @ Rp. 120.000,-. Secara
rata-rata setiap bulan, usaha tersebut melayani tambal ban sebanyak 300 kali, service ringan 5 kali, ganti
oli 10 kali, ganti ban dalam 25 kali dan ganti ban luar 3 kali.
Maka pendapatan usaha tersebut selama 1 bulan adalah:
Tambal Ban = 300 x Rp. 8.000,- = Rp. 2.400.000,-
Service ringan = 5 x Rp. 35.000,- = Rp. 175.000,-
Ganti oli = 10 x Rp. 40.000,- = Rp. 400.000,-
Ganti ban dalam = 25 x Rp. 40.000,- = Rp. 1.000.000,-
Ganti ban luar = 3 x Rp. 120.000 = Rp. 360.000,-
Total = Rp. 4.335.000,-
Dan pengisian pendapatan usaha selama 1 tahun adalah:
Rp. 4.335.000,- x 12 = Rp 52.020.000
Pendapatan SE16_UMK
Pendapatan SE16_UMB
Pendapatan SE16_UMB
Persediaan awal tahun 2016 (stok awal) adalah posisi nilai barang pada awal tahun.
Pembelian neto merupakan pembelian barang dagangan selama tahun 2016.
▪ Retur pembelian disebut juga pengurangan harga adalah pengembalian barang yang
telah dibeli kepada penjual karena cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari
pembeli.
▪ Potongan harga merupakan potongan yang diterima pembeli.
Persediaan akhir tahun 2016 (stok akhir) adalah posisi nilai barang pada akhir tahun
Nilai barang dagangan yang digunakan sendiri atau diberikan kepada pihak lain
▪ Contoh: barang yang diberikan kepada pekerja sebagai kompensasi dalam bentuk natura
Beban Pokok Pendapatan
UD. Ali Sejahtera, yang usahanya bergerak dibidang pedagang furniture di salah satu
pusat perbelanjaan, pada awal 2016 mempunyai persediaan furniture senilai
Rp10.000.000,- sepanjang bulan Maret sd Oktober 2016 UD. Ali Sejahtera membeli
kain sebagai persediaan dari pengrajin furniture sebesar Rp 480.000.000,-
Ketika dilakukan penghitungan fisik furniturenya, saldo akhir persediaan furniture
diketahui hanya tersisa sketsel seharga Rp 3.000.000 saja. Berapa Beban Pokok
Pendapatannya?
Beban Pokok Pendapatan
= Persediaan Awal + Pembelian bersih – Persediaan Akhir
= Rp 10.000.000 + Rp 480.000.000 - Rp 3.000.000
= Rp 487.000.000
Pendapatan SE16_UMB
CV. Abadi merupakan distributor cabai merah. Pada tahun 2016, perusahaan tersebut berhasil
menjual cabai merah sebanyak 500 ton dengan harga per Kg cabai merah Rp.40.000,-. Pada awal
tahun, perusahaan masih memiliki stok cabai merah sebanyak 10 ton. Pembelian pada tahun
tersebut mencapai 550 ton dengan harga per KG Rp30.000,-. Harga beli tahun 2016 sama dengan
harga beli tahun sebelumnya. Banyaknya cabai yang rusak (busuk) selama tahun 2016 adalah 5
ton. Selain menjual cabai merah milik sendiri, perusahaan juga menjual cabai merah milik
perusahaan lain dengan mendapatkan komisi sebesar Rp.50.000.000,- pada tahun 2016. Dengan
asumsi tidak ada barang yang digunakan sendiri, maka pengisian untuk rincian 601.o adalah:
Penjualan = 500 ton x 1.000 Kg x Rp40.000,- = Rp.20.000.000.000,-
Persedian awal tahun 2016 = 10 ton x 1.000 Kg x Rp30.000,- = Rp. 300.000.000,-
Pembelian neto = 550 ton x 1.000 Kg x Rp30.000,- = Rp. 16.500.000.000,-
Persediaan akhir tahun 2016 = (10 + 550 – 500) ton x 1.000 Kg x Rp30.000,- = Rp. 1.800.000.000,-
Beban pokok pembelian = Persedian awal + pembelian neto – persedian akhir
= Rp. 300.000.000,- + Rp. 16.500.000.000,- - Rp. 1.800.000.000,- = Rp. 15.000.000.000,-
Nilai barang yang rusak = 5 ton x 1.000 Kg x Rp30.000,- = Rp. 150.000.000,-
Komisi penjualan barang konsinyasi neto = Rp.50.000.000,-
Output sektor perdagangan
Skala Usaha
Lapangan Usaha
UMK UMB Jumlah
B. Pertambangan dan Penggalian 170.150 2.532 172.682
C. Industri Pengolahan 4.373.821 42.468 4.416.289
D. Pengadaan Listrik, Gas/Uap Air Panas, dan Udara Dingin 30.639 3.294 33.933
E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur
92.391 2.439 94.830
Ulang Sampah, dan Kegiatan Remediasi
F. Konstruksi 227.564 30.718 258.282
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan
12.151.822 180.839 12.332.661
Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
H. Pengangkutan dan Pergudangan 1.302.162 32.123 1.334.285
I. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 4.445.519 20.703 4.466.222
J. Informasi dan Komunikasi 630.448 15.250 645.698
K. Aktivitas Keuangan dan Asuransi 94.205 56.200 150.405
L. Real Estat 386.795 7.483 394.278
M,N. Jasa Perusahaan 358.178 27.291 385.469
P. Pendidikan 607.283 12.664 619.947
Q. Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial 239.236 4.680 243.916
R,S,U Jasa Lainnya 1.153.436 8.668 1.162.104
Jumlah 26.263.649 447.352 26.711.001
Sumber: Data Sensus Ekonomi 2016 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Hasil Sensus Ekonomi
Jumlah Tenaga Kerja Usaha/Perusahaan menurut Skala Usaha dan Lapangan Usaha,
Indonesia 2016
Skala Usaha
Lapangan Usaha
UMK UMB Jumlah
B. Pertambangan dan Penggalian 532.109 403.644 935.753
C. Industri Pengolahan 9.351.705 6.648.202 15.999.907
D. Pengadaan Listrik, Gas/Uap Air Panas, dan Udara Dingin 61.466 135.076 196.542
Sumber: Data Sensus Ekonomi 2016 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN
BEBERAPA KOMODITI (POLDIS)
Pola distribusi barang kebutuhan masyarakat saat ini diduga
masih bermasalah. Hal ini terlihat dari masih adanya
perbedaan harga barang kebutuhan masyarakat, khususnya
kebutuhan pokok antar wilayah yang masih relatif tinggi.
Selain itu ketersediaan barang kebutuhan yang tidak cukup
pada saat dibutuhkan dan kurang tersedianya alternatif pilihan,
rasa kepuasan yang belum merata antara produsen, lembaga-
lembaga usaha perdagangan (dalam tataniaga) dan
konsumen juga menjadi masalah dalam distribusi barang.
Selama ini BPS sudah lama meneliti tentang data harga barang/komoditi, tetapi
data tentang distribusinya belum ada yg meneliti. Utk itu BPS sejak tahun 2009 telah
melakukan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi.
Data distribusi perdagangan sangat penting utk dijadikan acuan berbagai hal
diantaranya utk mengetahui kenapa tiba-tiba suatu barang menghilang dari
pasaran, kenapa harga barang di suatu tempat mahal. Bagaimana pola
distribusinya?
Survei ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan
gambaran pola distribusi perdagangan DN dan dapat dibangun sistem pola
distribusi perdagangan yang lebih baik
Survei ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data tentang pola distribusi
perdagangan komoditas-komoditas strategis yang lebih baik sebagai upaya untuk
menjawab permasalahan rantai distribusi perdagangan
Cakupan Responden: Usaha perdagangan skala menengah, besar, dan
usaha kecil yang memiliki omset > Rp 500 juta
Unit Observasi: Establishment (perusahaan perdagangan menengah, besar,
dan kecil baik sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang
grosir, eksportir, importir, maupun pengecer)
Pengumpulan Data: Wawancara Langsung
Untuk produsen beras didekati melalui industri penggilingan padi.
Tujuan Survei Poldis
Tahun 2009: 16 Komoditi (Ban mobil, ban sepeda motor, tepung terigu, beras, minyak
goreng, gula pasir, garam, kedelai, cabe merah, bawang merah, ikan segar, daging sapi,
daging ayam ras, pupuk, besi beton, dan semen (sampel:12.490)
Tahun 2010: 5 Komoditi (Jagung, telur ayam ras, rokok kretek, susu bubuk dan LPG (sampel
sedikit = 3.471)
Tahun 2011: 15 Komoditi (industri kopi bubuk,tahu/tempe, dan ikan olahan/awetan), petani
jeruk, papaya, pisang, semangka, kentang, kubis/kol, tomat, dan ketimun
Tahun 2012: 8 Komoditi (mobil baru dan bekas, sepeda motor baru dan bekas, pakaian
dewasa, pakaian anak, kain batik dan kain tenun)
Tahun 2013: 8 Komoditi (daging sapi lokal/impor, beras premium/medium, gula pasir,
kedelai lokal/impor )
Tahun 2014: 4 komoditi (garam; minyak goreng; tepung terigu; susu bubuk)
Tahun 2015: 6 komoditi (Beras Premium; Beras medium, cabai merah, bawang merah,
jagung pipilan, daging ayam ras)
Cakupan Komoditi
Rokok Kretek filter dan non filter (Gudang Garam, Dji Sam
Soe, Bentoel)
LPG 3 Kg, 12 Kg
Unit Usaha/Sampel
▪ Perusahaan Perdagangan
➢ Perdagangan Besar dan Perdagangan Eceran Skala Kecil,
Menengah dan Besar (Sumber SE06): distributor,
subdistributor, agen, sub agen, grosir, eksportir, importir,
pedagang eceran
▪ Usaha Produsen:
➢ Perusahaan/usaha industri pengolahan
Kerangka Sampel sebelum SE2016
Kerangka sampel yang dibentuk ada dua, yaitu kerangka sampel pedagang dan
kerangka sampel produsen.
Untuk produsen cabai merah dan bawang merah tidak dibentuk kerangka sampel
tetapi langsung dipilih secara purposive dengan kriteria memiliki luas panen terluas.
Untuk produsen beras, daging sapi, dan daging ayam ras, kerangka sampel berasal
dari data pengolahan L2 Sensus Ekonomi 2016 kategori C, yaitu Industri Penggilingan
Padi dan Penyosohan Beras, Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging
Bukan Unggas, dan Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging Unggas
dengan skala usaha besar, menengah, dan kecil.
Sedangkan pembentukan kerangka sampel pedagang berasal SE2016 kategori G,
yaitu perusahaan perdagangan hasil pengolahan L2 Sensus Ekonomi 2016 dengan
skala usaha besar, menengah, dan kecil
Metode pemilihan sampel
1. Distributor
2. Sub distributor
3. Agen
4. Sub agen
5. Pedagang grosir
6. Pedagang Pengepul
7. Eksportir
8. Importir
9. Pedagang eceran
KUESIONER
Produsen
Kuesioner
56
Produsen
Kuesioner
57
Produsen
58
Kuesioner
Pedagang
59
Kuesioner
Pedagang
60
Kuesioner
Pedagang
61
Kuesioner
Pedagang
Indikator yang Dihasilkan
PENJUALAN PRODUKSI
Konsep
▪ Memasarkan/menjual komoditi hasil produksi ke lembaga usaha perdagangan
(distributor, agen, grosir, pedagang pengumpul, pedagang eceran).
Kegunaan
▪ Untuk melihat pola penjualan produksi komoditi yang dihasilkan oleh produsen ke
lembaga usaha perdagangan dan ke suatu wilayah penjualan/distribusi
perdagangan
Interpretasi
▪ Rantai penjualan produksi yang pendek menunjukan distribusi suatu komoditas dari wilayah
tersebut baik,
▪ Rantai distribusinya panjang menyebabkan beban konsumen semakin tinggi.
Indikator yang Dihasilkan
DISTRIBUSI PERDAGANGAN
Konsep
Rantai distribusi suatu barang mulai dari produsen hingga konsumen.
Kegunaan
Untuk melihat pola distribusi perdagangan komoditi antar pelaku usaha
perdagangan dan antar wilayah perdagangan.
Interpretasi
Rantai distribusi perdagangan yang pendek menunjukkan distribusi suatu
komoditas dari wilayah tersebut baik, sedang jika rantai distribusinya panjang
menyebabkan beban konsumen semakin tinggi.
64
Relationships - Prices
Workshop neraca pendapatan nasional untuk negara-negara Asia anggota Islamic Conferance By Devi Manraj IMF Regional statistics
advisor
DEFINISI MARGIN PERDAGANGAN
▪ Rata-rata rasio MPP beras terbesar berada di Papua Barat yaitu 19,82 persen dan terkecil di Aceh yaitu 4,14%.
▪ Sebanyak 12 provinsi memiliki rata-rata rasio MPP diatas Indonesia (10,57%)
Survei Usaha Terintegrasi (SUSI)
81
Tujuan:
Menyediakan data tentang keadaan ekonomi mutakhir yang terinci menurut kategori
lapangan usaha (tidak termasuk lapangan usaha pertanian, regional, nasional).
Tersedianya data jumlah perusahaan dan tenaga kerja untuk usaha tidak berbadan
hukum.
Unit Observasi:
➢ Usaha tidak berbadan hukum untuk seluruh lapangan usaha kecuali pertanian