Anda di halaman 1dari 3

Latar belakang

m
kesimpulan, dan saran
Distilasi Minyak Atsiri
Distilasi Uap-Jahe
 Disiapkan alat dan bahan
 Jahe segar dibersihkan dan diiris tipis-tipis
 Ditimbang bahan 100 gram
 Dibuat NaCl 10% sebanyak 500 ml
 Jahe segar dimasukkan dalam labu distilasi (1 L)
 Larutan NaCl dimasukkan dalam labu distilasi (1 L) yang dihubungkan di bawah labu
berisi jahe segar tadi
 Dilakukan ekstraksi distilasi uap dengan cara menguapkan minyak atsiri dengan
larutan NaCl yang dididihkan di bawahnya
 Uap akan menuju ke kondensor yang dingin (terdapat air dingin yang bersikulasi)
 Kemudian minyak atsiri akan terpisah dengan air di corong pengumpul
 Diamati karakteristik minyak (jumlah dan warna)
Distilasi Air-Cengkeh
 Disiapkan alat dan bahan
 Bubuk cengkeh ditimbang sebanyak 100 gram
 Cengkeh bubuk dimasukkan dalam labu destilasi (1 L)
 Larutan NaCl dimasukkan dalam labu destilasi (1 L) yang berisi bubuk cengkeh tadi
 Labu berisi bahan dan larutan NaCl dikocok hingga rata
 Dilakukan ekstraksi destilasi air dengan cara memanaskan larutan NaCl bersama
bahan pada seperangkat alat destilator
 Uap akan menuju ke kondensor yang dingin (terdapat air dingin yang bersikulasi)
 Kemudian minyak atsiri akan terpisah dengan air di corong pengumpul
 Diamati karakteristik minyak (jumlah dan warna)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ekstraksi Metode Destilasi
Bahan Perlakuan Bobot Bahan Lama Destilasi Minyak yang Warna
Dihasilkan

Jahe segar Destilasi 100 g 1 jam 20 menit + Kuning


kuning uap kecokelatan
besar
Cengkeh Destilasi 100 g 1 jam 15 menit ++ Kuning
bubuk air

Keterangan Minyak yang Dihasilkan


_ = Tidak ada
+ = Sedikit
++ = Banyak
+++ = Sangat banyak
Hasil dan Pembahasan
Larutan NaCl dibuat dengan menimbang NaCl 10% sebanyak 50 gram kemudian
dilarutkan dengan 500 ml aquades. Pada distilasi uap maupun destilasi air keduanya
menggunakan NaCl dalam proses penyulingan minyak atsiri. Menurut Sudibyo dkk. (1990)
penggunaan NaCl dan garam lainnya pada proses distilasi dapat meningkatkan rendemen atau
jumlah minyak atsiri yang dihasilkan. Adanya garam pada air distilasi yang terionisasi
menjadi ion + dan – (misalnya NaCl terionisasi menjadi Na + dan Cl-) akan menyebabkan titik
didih larutan distilasi meningkat sehingga komponen-komponen minyak atsiri yang bertitik
didih tinggi akan terdistilasi dan jumlah minyak atsiri yang dihasilkan juga meningkat. Kedua
distilasi ini dapat disebut sebagai distilasi saline extractive yang merupakan metode distilasi
yang menggunakan garam dan pelarut sebagai separating agent untuk meningkatkan
kemurnian produk (Erawati, 2008). Selain itu, air juga digunakan di dalam dua proses
distilasi. Penggunaan air sebagai pelarut berperan melarutkan solute dengan baik dan
memiliki viskositas yang rendah sehingga dapat disirkulasikan dengan baik (Cahyati dkk.,
2016).
Sebelum proses distilasi, jahe segar diris tipis-tipis dan dimasukkan ke dalam labu
distilasi. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pengeluaran minyak atsiri saat proses
distilasi melalui terbukanya jaringan (dinding-dinding sel) tanaman sehingga mudah
ditembus oleh uap dan menghasilkan jumlah ekstrak minyak yang lebih tinggi (Nugraheni
dkk., 2016). Distilasi jahe dilakukan dengan tidak mencampurkan jahe tersebut dengan
pelarut, melainkan jahe dimasukkan ke dalam labu distilasi dan pelarut dimasukkan ke dalam
labu distilasi lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nugraheni dkk. (2016) yang
menyatakan bahwa antara air dan tanaman tidak diuapkan secara bersama-sama; air akan
diuapkan terlebih dahulu melalui proses pemanasan. Uap hasil pemanasan air setelah
mencapai keseimbangan tekanan tertentu akan masuk ke dalam jaringan tanaman dan
mendesak komponen minyak atsiri ke permukaan sehingga minyak atsiri tersebut akan ikut
menguap bersama uap air menuju kondensor. Penguapan air dan tanaman terjadi pada suhu
yang lebih rendah dari titik didihnya (prinsip distilasi uap). Uap yang terbentuk akan
diembunkan membentuk 2 cairan, yaitu air dan minyak atsiri tanaman (Jayanuddin, 2011).
Minyak atsiri yang dihasilkan ialah berwarna kuning kecoklatan. Hasil warna minyak atsiri
kurang sesuai dengan SNI 06-1312 (1998) yang berwarna kuning. Warna coklat pada minyak
atsiri jahe yang dihasilkan terbentuk dikarenakan minyak atsiri tersebut mengalami proses
oksidasi akibat suhu yang tinggi sehingga terjadi penurunan kecerahan pada minyak yang
dihasilkan (Effendi dan Widjanarko, 2014).
Distilasi cengkeh bubuk dilakukan dengan menguapkan campuran larutan NaCl (hasil
pelarutan NaCl dengan air) dan cengkeh tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rassem
et al. (2016) bahwa penguapan minyak atsiri dengan cara memanaskan campuran bahan
tanaman dan air atau pelarut lainnya yang diikuti dengan pencairan uap di dalam kondensor
merupakan mekanisme dari distilasi jenis hydrodistilasi (distilasi air) yang prinsip kerjanya
didasarkan pada isotropik distilasi. Minyak atsiri yang dihasilkan ialah berwarna kuning
sesuai dengan SNI 06-2387 (2006) yaitu dapat berwarna kuning hingga coklat tua jika
cengkeh bubuk dibuat dari daun cengkeh maupun sesuai dengan SNI 06-4267 (1996) yang
warnanya tidak berwarna hingga kuning muda jika cengkeh bubuk dibuat dari bunga
cengkeh.
Berdasarkan jumlah minyak atsiri yang dihasilkan, minyak atsiri cengkeh bubuk
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan minyak atsiri jahe. Hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan distilasi uap dapat menghasilkan rendemen lebih
banyak dibandingkan dengan menggunakan distilasi air (Santoso dkk., 2014). Perbedaan
tersebut terjadi karena minyak atsiri jahe mengalami proses oksidasi yang menyebabkan
mutu, dalam hal ini jumlah dan warnanya menurun.

Pustaka
Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 06-1312. Minyak Jahe. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta.
_____. 2006. SNI 06-2387. Minyak Daun Cengkih. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
_____. 1996. SNI 06-4267. Minyak Bunga Cengkih. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Cahyati, S., Kurniasih, Y., dan Khery, Y. 2016. Efisiensi Isolasi Minyak Atsiri Dari Kulit
Jeruk dengan Metode Destilasi Air-Uap Ditinjau Dari Perbandingan Bahan Baku dan
Pelarut yang Digunakan. Hydrogen: Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia 4(2), 103-110.
Effendi, V.P., dan Widjanarko, S.B. 2014. Distilasi dan Karakterisasi Minyak Atsiri Rimpang
Jeringau (Acorus calamus) dengan Kajian Lama Waktu Distilasi dan Rasio Bahan:
Pelarut. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2(2), 1-8.
Erawati, E. 2008. Pengaruh Refluk Rasio dan Suhu Pemasukan CaCl 2 Terhadap Kemurnian
Etanol dengan Pelarut Acetonitrile. Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang
Teknik Kimia dan Tekstil, 22-26.
Jayanuddin. 2011. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cengkeh Dari Proses Penyulingan
Uap. Jurnal Teknik Kimia Indonesia 10(1), 37-42.
Nugraheni, K.S., Khasanah, L.U., Utami, R., dan Ananditho, B.K. 2016. Pengaruh Perlakuan
Pendahuluan dan Variasi Metode Destilasi Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri
Daun Kayu Manis (C. Burmanii). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian 9(2), 51-64.
Rassem, H.H.A., Nour, A.H., and Yunus, R.M. 2016. Techniques For Extraction of Essential
Oils From Plants: A Review. Autralian Journal of Basic and Applied Sciences 10(16),
117-127.
Santoso, J., Lystyoarti, F.M.H.F.A., dan Nilatari, L.L. 2014. Ekstraksi Minyak Atsiri dari
Daun dan Batang Cengkeh dengan Metode Hydro-distillation dan Steam-hydro
Distillation untuk Meningkatkan Nilai Tanaman Cengkeh dan Menentukan Proses
Ekstraksi Terbaik. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Program Kreativitas
Mahasiswa-Penelitian 2014. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Jakarta.
Sudibyo, A., Suprapto dan Yusiana, S. 1990. Pengaruh Pemberian Natrium Klorida dan
Barium Klorida Dalam Penyulingan Terhadap Kuantitas dan Kualitas Minyak Jintan
(Cuminum cyminum L.). Warta IHP/J.of Agro-based Industry 7(1), 16-22.

Anda mungkin juga menyukai