Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

Disusun oleh :

Kelompok VIIIA

Putri Nurul Khusnaini (23020219120005)


Margaretha Silvania Siadari (23020219120011)
Nhunhung Chusmitaningrum (23020219130038)
Rey Wally Bintang Ramadhan (23020219130083)
Chabi Burrohman (23020219130110)
Fahrizal Nur (23020219140076)
Wisnu Adhi Pamungkas (23020219140107)
Sari Retnowati (23020219140129)

PROGRAM STUDI S1 AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
ACARA 1

PENGENALAN ALAT DAN MEDIA


BAB 1

PENDAHULUAN

Pengenalan alat praktikum dan media penyebaran merupakan salah satu

acra praktikum yang sangat berguna untuk praktikum ke depannya. Tersedianya

alat praktikum akan memudahkan berjalannya kelancaran praktikum. Terdapat

banyak alat-alat yang digunakan saat praktikum mikrobiologi. Alat-alat dalam

dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu alat elektrik, alat gelas, dan alat non gelas

dan keramik.

Alat elektrik contohnya seperti mikroskop cahaya ataupun mikroskop

digital, inkubator, autoklaf, oven, laminar air flow, dan timbangan analitik. Alat

gelas contohnya gelas ukur, cawan petri, labu erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur,

gelas beker, pembakar bunsen, tabung reaksi, dan batang l. Alat non gelas dan

keramik contohnya mortar dan penumbuk, ph indikator universal, pinset,

mikropipet, jarum inokulum, spatula, dan cawan porselen. Bahan yang digunakan

adalah YEMA CR, YEMA BTB, dan PDA. Pengenalan alat dan media juga

bertujuan agar kta dapat menggunakannya sesuai fungsi dan prosedurnya dan

meminimalisir kesalahan untuk mendapatkan hasil praktikum yang baik dan benar.

Tujuan praktikum acara pengenalan alat dan media untuk mengamati apa

saja alat-alat dan media yang digunakan pada saat praktikum. Manfaaat acara

pengenalan alat dan media adalah mampu mengetahui, menggunakan,

mengoperasikan alat-alat dan media sesuai dengan fungsi dan prosedurnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alat-alat Laboratorium

2.1.1. Alat elektrik

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum salah satunya adalah alat

elektrik. Macam-macam alat elektrik yaitu mikroskop cahaya, autoklaf, inkubator,

hot place stirer, laminar air flow, timbangan analitik, dan oven. Mikroskop cahaya

berfungsi untuk mengamati mikroba yang berukuran kecil agar lebih jelas

(Wicaksono dkk., 2014). Mikroskop cahaya yang terdapat di laboratorium adalah

mikroskop cahaya yang sudah digital dengan menggunakan kamera dan langsung

terhubung pada komputer. Prinsip kerja mikroskop cahaya adalah obyek yang akan

diamati diletakkan pada meja preparat dan diamati dengan mengendalikan fokus

dan jarak pengamatan dengan memutar sekrup-sekrup yang ada pada mikroskop

atau dapat juga menggunakan mikroskop digital yang langsung terhubung oleh

kamera dengan cara yang sama (Raya dkk., 2013). Autoklaf merupakan alat yang

digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan

dalam praktikum (Djais dan Theodorea, 2019). Prinsip kerja autoklat sama seperti

panci untuk menanak bandeng presto, autoklaf digunakan untuk menstrerilisasi

media perbanyakan atau strerilisasi basah dengan suhu dan waktu yang telah

ditentukan (Novalia dkk., 2019).


Inkubator adalah salah satu alat elektrik yang berfungsi untuk

menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu terkontrol (Syakri dan Putra,

2017). Prinsip inkubator adalah memanaskan mikroba degan suhu tertentu di dalam

dengan prinsip kerja seperti oven agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnnya

(Mujipradhana dkk., 2018). Hot plate stirer dan stirer bar merupakan alat elektrik

yang menggunakan magnet dalam menghomogenkan suatu larutan dengan cara

berputar (Habibah dkk., 2013). Prinsip kerja hot plate stirer dan stirer bar adalah

pengaturan suhu terlebih dahulu baru menyalakan untuk besaran perputaran stirer

bar untuk menghomogenkan media perbanyakan (Sukawaty dkk., 2016). Laminar

Air Flow bekerja secara aseptis artinya menjaga sterilisasi ketika menangani

pengkulturan mikroba agar tidak terjadi kontaminasi (Sridevi dkk., 2013). Prinsip

kerja LAF adalah dengan sinar UV yang digunakan untuk menjaga kesterilan

mikroba yang akan diuji agar tidak terkontaminsi dengan mikroba lainnya

(Harjanto dan Raharjo, 2019).

Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang bahan yang akan

digunakan untuk praktikum (Hamid dan Mustafa, 2013). Prinsip kerja timbangan

analitik adalah seperti pada umumnya timbangan digita biasa tetapi timbangan

analitik ini mempunyai ketelitian yang sangat sensitif dengan apapun termasuk

udara, maka pada timbanagan analitik terdapat penutupnya (Sari dan Astuti, 2016).

Oven merupakan alat yang biasa digunakan untuk memasak tetapi oven juga dapat

digunakan untuk sterilisasi kering untuk alat dan bahan praktikum (Latupau dan

Suliasih, 2018). Prinsip kerja dari oven adalah memanaskan benda yang di
dalamnya agar tetap steril dengan pemanasan suhu tertentu dan waktu yang

digunakan untuk pengovenan (Subandi, 2015).

2.1.2. Alat gelas

Alat gelas yang terdapat pada laboratorium yang digunakan untuk

mendukung jalannya praktikum yaitu labu erlemenyer, pipet tetes, cawan petri,

pipet ukur, tabung reaksi, batang L, pembakar bunsen, gelas ukur (Rakhman, dkk.,

2017). Gelas ukur merupakan gelas yang bentuknya lonjong ke atas dan diluarnya

terdapat ukuran volume atau cairan. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume

cairan yang akan digunakan dalam praktikum dengan prinsip kerja melihat

meniskus cekungan cairan yang akan digunakan (Sari dan Saputri, 2017). Bentuk

dari cawan petri yaitu berbentuk bulat dan mempunyai tutup yang lebih besar dari

wadahnya. Cawan petri berfungsi untuk membiakkan atau kultivasi

mikroorganisme dengan media agar (Pratama dkk., 2016). Prinsip kerja cawan petri

adalah alat yang terbuat dari kaca agar dapat menahan suhu panas pada saat

sterilisasi (Tyanjani dan Yunanta, 2014).

Labu erlenmeyer memiliki bentuk bawah yang melembung dan atasnya

kerucut yang biasa digunkan untuk menampung larutan. Labu erlenmeyer berfungsi

untuk menampung larutan, bahan, atau cairan serta meracik dan menghomogenkan

bahan bahan komposisi media dengan prinsip kerja memasukkan bahan atau cairan

ke dalam labu erlemenyer dan ditutup atau disumbat (Yunita dkk., 2016). Pipet tetes

merupakan alat yang kecil dengan bentuk lonjong yang dibagian atasnya terdapat
karet atau bulb. Pipet tetes berfungsi untuk memindahkan larutan dengan skala yang

kecil dengan prinsip kerjanya memasukkan pipet sampai dasar wadah gelas

kemudian menekan karet sampai larutan terambil dan mengeluarkan pipet tetes

dengan posisi tegak lurus (Novalia dkk., 2015). Bentuk pipet ukur lebih besar

dibandingkan dengan pipet tetes yang memiliki volume tertentu. Pipet ukur

berfungsi untuk memindahakan larutan dengan skala volume tertentu dengan

prinsip kerja menyedot larutan dengan bantuan bulb sampai volume yang

diinginkan (Udiyana dkk., 2015).

Gelas beker terbuat dari kaca yang bentuknya seperti gelas pada umumnya

digunakan untuk menampung lautan seperti akuades, alkohol, dll. Gelas beker

berfungsi sebagai preparasi media dan penampung larutan dengan prinsip kerja

menuangkan atau memasukkan cairan atau padatan ke dalam gelas (Juwita dkk.,

2012). Pembakar bunen atau dapat disebut juga spirtus yaitu dgunakan untuk

pemanasan ataupun sterilisasi alat seperti jarum ose. Pembakar bunsen berfungsi

untuk sterilisasi pijar dengan prinsip kerja menyalakan api dan digunakan untuk

strelisasi pijar contohnya jarum ose sampai pijar (Misna dan Diana, 2016).

Fungsi tabung reaksi biasa digunakan untuk menumbuhkan bakteri

maupun sebagai wadah untuk larutan ataupun cairan. Tabung reaksi berfungsi

untuk uji biokimia atau menumbuhkan mikroba (Hartutik, 2012). Prinsip kerja dari

tabung reaksi adalah tabung reaksi yang biasa digunakan untuk tempat

menumbuhkan mikroba dengan cara menuangkan cairan ke dalam tabung yang

terbuat dari kaca yang biasanya harus disterilkan terlebih dahulu (Kharisma dan

Manan, 2012). Salah satu alat untuk meyebarkan atau meratakan mikroba adalah
batang l. Batang l berfungsi sebagai alat untuk meratakan cairan dan bakteri pada

agar atau media (Surjowardojo dkk., 2016). Prinsip kerja batang l dengan cara

meratakan mikroba diatas biakan atau media dengan zig zag (Rizky dkk., 2019).

2.1.3. Alat non gelas dan keramik

pH indikator universal adalah indikator pH berisi larutan dari beberapa

senyawa yang menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang

pH antara 1-14 untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Penentuan pH

pada larutan menggunakan ph indikator universal (Indira, 2015). Prinsip kerja ph

indikator memberikan suatu keterangan terhadap larutan bersifat asam, basa, atau

netral dengan cara meneteskan larutan pada kertas ph yang akan terjadi perubahan

warna dan dicocokan pada ph indicator (Mukaromah dkk., 2010). Spatula

merupakan alat yang berbentuk seperti sendok tetapi dengan ujung yang kecil dan

lebih tipis. Spatula yaitu alat yang digunakan untuk mengambil bahan yang akan

digunakan dengan bentuk seperti sendok kecil. (Fajarin dkk., 2015). Prinsip kerja

spatula yaitu dengan mengambil atau memindahkan padatan ke media lain (Yunita

dkk., 2016).

Fungsi mikropipet pada umunya sama dengan pipet-pipet lainnya untuk

memindahkan cairan. Mikropipet adalah alat untuk mentransfer atau memindahkan

cairan yang bervolume kecil (Ratri dkk., 2009). Prinsip kerja mikropipet dengan

cara memasukkan mikropipet kedalam larutan untuk mengambil larutan dengan

volume yang kecil dengan satu kali pemakaian (Hidayatussalihin dkk., 2019). Salah
satu bahan yang terbuat dari adukan pasir yang berfungsi untuk menghaluskan

bahan adalah mortar. Mortar dan penumbuk adalah adukan yang terdiri dari pasir,

bahan perekat dan air sehingga sifatnya kuat dan tidak mudah pecah saat digunakan

untuk menghaluskan bahan (Maryoto, 2009). Prinsip kerja mortar adalah dnegan

meletakkan bahan yang akan dihaluskan kemudian ditumbuk dengan mortar

(Febriyanti dkk., 2015).

Fungsi jarum inokulum memiliki keterkaitan dengan pemindahan mikroba

ke media baru. Jarum Inokulum atau jarum Ose digunakan untuk memindahkan

biakan untuk ditanam di media baru (Ngajow dkk., 2013). Prinsip kerja jarum ose

adalah dengan mesterilkan jarum ose pada pembakar bunsen sampai ujung

memerah ditunggu sampai agak dingin kemudian digoreskan pada media (Ashari

dkk., 2014). Kegunaan pinset salah satunya untuk alat bantu pengambilan mikroba.

Pinset adalah jenis alat penjepit yang memiliki banyak kegunaan salah satunya

adalah untuk mengambil mikroba pada suatu media (Cahyo dkk., 2017). Prinsip

kerja dari pinset yaitu pengambilan dengan pencapitan untuk mengambil dengan

sedikit penekanan (Barus dkk., 2013).

Cawan porselen adalah cawan yang berukulan kecil yang biasanya

digunakan untuk wadah sterilisasi dalam vollume kecil. Alat selanjutnya adalah

cawan porselen merupakan cawan yang terbuat dari porselen dan biasa digunakan

sebagai wadah dari bahan yang tidak mudah menguap, seperti garam dapur, gula

dan sejenisnya (Zuhra dkk., 2012). Prinsip kerja cawan porselen adalah sebagai

wadah bahan yang terbuat dari bahan keramik yang akan digunakan untuk sterilisasi

dalam oven (Geantaresa dan Supriyanti, 2010).


2.2. Media Perbanyakan

2.2.1. Media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) CR dan BTB

Media yang digunakan sebagai perbanyakan YEMA dan PDA. YEMA

pada praktikum ini menggunakan 2 jenis yaitu YEMA CR dan YEMA BTB. Fungsi

YEMA CR dan YEMA BTB adalah sebagai media isolasi mikroorganisme dalam

bentuk bakteri. Komposisi media dari YEMA CR dan YEMA BTB sama hanya

yang membedakan adalah Congo red dan Brome Thymol Blue. Kompisisi media

YEMA yaitu K2HPO4, MgSO4.7H2O, Nacl, mannitol, ektrak khamir, agar, akuades.

K2HPO4 merupakan senyawa kimi anorganik yang biasa digunakan untuk zat

penyangga. K2HPO4 berfungsi sebagai larutan penyangga (Afif, 2016).

MgSO4.7H2O atau disebut dengan magnesium sulfat yang merupakan komposisi

dalam media YEMA yang mengandung magnesium, sulfur, dan oksigen.

MgSO4.7H2O berfungsi untuk menyerap sisa-sisa air pada media yang akan

digunakan untuk praktikum (Fitriadi dan Putri, 2016). Fungsi NaCl yang biasa

digunakan untuk membubuh mikroba lain yang tidak digunakan. NaCl berfungsi

sebagai pembunuh mikroba selain mikroba yang akan diinakulasi pada media

(Amalia dkk., 2016).

Komposisi pada YEMA yang biasa digunakan dalam menurunkan tekanan

adalah mannitol. Mannitol berfungsi untuk menurunkan tekanan tanah yang

berlebih pada media tumbuh (Roostika dkk., 2016). Ekstrak khamir merupakan
senyawa organik sebagai sumber energi yang tidak membutuhkan cahaya matahari.

Ekstrak khamir berfungsi sebagai nutrisi atau makanan dari mikroba tersebut

(Saskiawan dkk., 2017).

Agar merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk

memadatkan media. Agar yang berfungsi untuk memadatkan media tumbuh

mikroba (Marfuah dkk., 2018). Akuades merupakan air biasa pada umumnya yang

tidak berasa, bau ataupun berwarna. Aquades yang berfungsi untuk melarutkan

semua bahan untuk pembuatan media YEMA (Astriyani dkk., 2017). Komposisi

yang membedakan pada kedua YEMA tersebut adalah Congo Red dan Brome

Thymol Blue, Congo Red berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui tumbuh

atau tidaknya mikroba dengan adanya perubahan warna putih susu (Sembiring,

2019), sedangkan untuk Brome Thymol Blue juga merupakan indikator untuk

mengetahui apakah bakteri tumbuh atau tidaknya tetapi perbedaannya pada warna

yang menjadi kekuningan(Widianingsih dan De jesus, 2018).

2.2.2. Media Potato Dextrose Agar (PDA)

Potato dextrose agar atau sering disebut PDA merupakan slah satu media

perbanyakan mikroorganisme yang paling sering digunakan yang terbuat dari

infuse kentang dan dextrose (Mirani dkk., 2016). PDA adalah Potato Dexstose Agar

yang merupakan media tumbuh untuk fungi atau jamur. Komposisi pada PDA yaitu

kentang, dextros, agar, dan aquades. Kentang merupakan sumber karbon

(karbohidrat), vitamin dan energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi
(Wantini dan Oktavia, 2018), selain itu komponen agar berfungsi untuk

memadatkan medium PDA (Fatmariza dkk., 2019). Akuades berfungsi untuk

melarutkan semua bahan untuk pembuatan media PDA (Astriyani dkk., 2017).

Potato dextrose agar merupakan media yang sangat cocok untuk

pengembangbiakan jamur secara cepat. PDA membuat pertumbuhan jamur sangat

cepat, hifa banyak, rapat, dan menumpuk karena nutrisi pada medium PDA yang

lengkap (Pratiwi dkk., 2016). Fungi dalam berkembang biak memerlukan media

yang mengandung nutrisi dan bahan organik yang bisa mendukung pertumbuhan.

Media PDA memiliki kandungan dextrose dan karbohidrat yang cukup untuk

pemenuhan kebutuhan nutrisi fungi dan juga berperan dalam proses metabolisme

jamur (Taurisia dkk., 2015).

\
BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Mikrobiologi dilaksanakan pada tanggal 18 September 2019 di

Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman serta Laboratorium Ekologi dan

Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Semarang.

3.1. Materi

Materi yang digunakan adalah pengenalan alat dan jenis media saat

praktikum mikrobiologi terdiri dari alat dan bahan. Bahan yang digunakan adalah

K2HPO4, MgSO4.7H2O, Nacl, mannitol, ektrak khamir, agar, akuades dan PDA

serta alat-alat baik alat elektrik (mikroskop cahaya, autoklaf, inkubator, hot plat

stirer dan stirer bar, laminar air flow, timbangan analitik), alat gelas (gelas ukur,

cawan petri, labu erlenmeyer, pipet tetes, tabung reaksi), dan alat non gelas (mortar

dan penumbuk, ph indikator universal, pinset, mikropipet, jarum ose, spatula,

cawan porselen). Alat yang digunakan adalah berupa kamera dan alat tulis. Media

perbanyakan yang digunakan adalah YEMA CR yang berfungsi sebagai media

untuk perkembagan mikroba rhizobium dengan ciri ciri terdapat warna putih susu

yang menandakan adanya bakteri yang tumbuh. YEMA BTB yang berfungsi juga

sama dengan YEMA CR yaitu media perkembangan bakteri rhizobium dengan ciri
ciri terdapat warna kekuningan yang menunjukkan terdapat mikroba. PDA

berfungsi sebagai media perkembangan fungi atau jamur.

3.2. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum adalah penjelasan atau presentasi

dari masing masing kelompok dengan pembagian masing masing ke praktikan lain,

selanjutnya dilakukan sesi tanya jawab apabila dalam penjelasan ada yang kurang

jelas degan mencatatnya dan mendokumentasikan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Alat-alat Laboratorium

4.1.1. Alat elektrik

Berdasarkan praktikum mikrobiologi mengenai pengenalan alat dan

pembuatan media kita dapat mengetahui alat-alat di laboratorium dan cara

pembuatan media. Alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum tersebut

dibedakan menjadi tiga yaitu, alat elektrik, alat gelas, dan alat non gelas. Alat-alat

yang digunakan dalam praktikum salah satunya adalah alat elektrik. Macam-macam

alat elektrik yaitu mikroskop cahaya, autoklaf, inkubator, hot place stirer, laminar

air flow, timbangan analitik, dan oven. Mikroskop cahaya merupakan alat elektrik

yang digunakan untuk mengamati mikroba yang berukuran kecil. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wicaksono, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa mikroskop

cahaya digunakan untuk melihat obyek obyek kecil yang tidak terlihat oleh mata

dengan jelas. Mikroskop cahaya yang terdapat di laboratorium adalah mikroskop

cahaya yang sudah digital dengan menggunakan kamera dan langsung terhubung

pada komputer. Prinsip kerja mikroskop cahaya adalah obyek yang akan diamati

diletakkan pada meja preparat dan diamati dengan mengendalikan fokus dan jarak

pengamatan dengan memutar sekrup-sekrup yang ada pada mikroskop. Hal ini

sesuai dengan pendapat Raya, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa prinsip kerja

mikrokop cahaya dengan meletakkan obyek yang diamati pada kaca preparat ke
meja mikroskop dan diamati dengan mengendalikan sekrup dan kedua mata

ataupun langsung tersambung oleh kamera. Autoklaf merupakan alat yang

berbentuk seperti panci yang berfungsi untuk mensterilkan bahan atau media. Hal

ini sesuai dengan pendapat Djais dan Theodora (2019) yang menyatakan bahwa

autoklaf merupakan alat sterilisasi basah atau dapat dikatan sebagai alat untuk

sterilisasi media seperti YEMA CR, YEMA BTB, dan PDA. Prinsip kerja autoklat

sama seperti panci untuk menanak bandeng presto tetapi dengan alat yang lebih

modern dengan tekanan 2 atm pada suhu 121° C dan umunya memerlukan waktu

15 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Novalia, dkk. (2019) yang menyatakan

bahwa prinsip kerja autoklaf sama seperti untuk menanak bandeng presto dengan

waktu dan suhu tertentu.

Inkubator merupakan alat yang berbentuk seperrti oven yang berfungsi

untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu terkontrol. Hal ini sesuai

dnegan pendapat Syakri dan Putra (2017) yang menyatakan bahwa inkubator

merupakan alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu dan waktu

yang telah dikontrol. Prinsip inkubator adalah memanaskan mikroba degan suhu

tertentu di dalam dengan prinsip kerja seperti oven. Hal ini sesuai dengan pendapat

Mujipradhana, dkk. (2018) yang menyatakan bahwa prinsip kerja inkubator sam

dengan oven yang digunakan agar bakteri tidak terkontaminasi oleh bakteri lain

dengan suhu tertentu. Hot plat stirer dan stirer bar, berfungsi untuk

menghomogenkan larutan dari stirer bar yang berputar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Habibah, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa inkubator adalah alat

untuk menghomogenkan larutan dengan cara pengadukan. Prinsip kerja hot plate
stirer dan stirer bar adalah pengaturan suhu terlebih dahulu baru menyalakan untuk

besaran perputaran stirer bar dengan menggunakan bantuan magnetic stirrer untuk

menghomogenkan media perbanyakan pada hot plate stirrer. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sukawaty, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa prinsip kerja hot plate

stirer dan stirer bar adalah dengan menyalakan alat dan diatur suhunya dan

dimasukkan magnet lalu berputar untuk menghomogenkan larutan. Laminar Air

Flow bekerja secara aseptis, artinya menjaga sterilisasi ketika menangani

pengkulturan mikroba agar tidak terjadi kontaminasi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sridevi, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa LAF digunakan untuk

menghindari kontaminasi mikroba lain pada pengkulturan mikroba. Prinsip kerja

LAF adalah dengan sinar UV yang digunakan untuk menjaga kestreliran mikroba

yang akan diuji agar tidak terkontaminsi dengan mikroba lainnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Harjanto dan Raharjo (2019) yang menyatakan bahwa LAF

mempunyai prinsip kerja dengan bantuan sinar UV yang digunkan untuk

mensterilkan mikroba.

Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang bahan yang akan

digunakan untuk praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamid dan Mustafa

(2013) bahwa timbangan analitik adalah alat untuk menimbang bahan yang akan

digunakan dalam praktikum dengan ketelitian yang tinggi. Prinsip kerja timbangan

analitik adalah seperti pada umumnya timbangan digital biasa tetapi timbangan

analitik ini mempunyai ketelitian yang sangat sensitif dengan apapun termasuk

udara, maka pada timbanagan analitik terdapat penutupnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sari dan Astuti (2016) yang menyatakan bahwa prinsip kerja timbangan
analitik sama seperti timbangan biasa tetapi bedanya timbangan analitik

mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi. Oven merupakan alat yang biasa dipakai

dan berfungsi sebagai sterilisasi kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Latupau

dan Suliasih (2018) yang menyatakan bahwa oven merupakan alat sterilisasi kering

yang mensterilkan alat alat seperti cawan petri, pipet tetes, cawan porselen. Prinsip

kerja dari oven adalah memanaskan benda yang di dalamnya agar tetap steril

dengan pemanasan suhu tertentu dan waktu yang digunakan untuk pengovenan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Subandi (2015) yang menyatakan bahwa prinsip kerja

oven yaitu dengan memanaskan dengan suhu tertentu pada ruangan di dalmnya

untuk mensterilisasikan alat-alat.

4.1.2. Alat gelas

Berdasrkan praktikum yang dilakukan macam macam alat gelas yang

dipakai ketika praktikum biologi yaitu labu erlemenyer, pipet tetes, cawan petri,

pipet ukur, tabung reaksi, batang L, pembakar bunsen, gelas ukur Rakhman, dkk

(2017). Cawan petri merupakan alat yang terbuat dari kaca dengan bentuk lingkar

yang berfungsi untuk membiakkan atau kultivasi mikroorganisme. Hal ini sesuai

dnegan pendapat Pratama, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa cawan petri

digunakan untuk membiakkan mikrorganisme dengan media agar. Prinsip kerja

cawan petri yaitu dapat menahan suhu panas pada saat sterilisasi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Tyanjani dan Yunanta (2014) yang menyatakan bahwa prinsip

kerja cawan petri adalah cawan petri yang teruat dari kaca agar dapat menahan suhu
panas pada saat disterilkan ataupun sebagai wadah media. Gelas ukur merupakan

gelas yang bentuknya lonjong keatas dan diluarnya terdpat ukuran volume atau

cairan. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume cairan yang akan digunakan

dalam praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Sari dan Saputri (2017) yang

menyatakan bahwa gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume cairan dengan

prinsip kerja melihat batas meniskus cekungan cairan yang akan digunakan.

Labu erlenmeyer memiliki bentuk bawah yang melembung dan atas

kerucut yang biasanya digunakan untuk menampung larutan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yunita dkk. (2016) yang menyatakan bahwa labu erlenmeyer berfungsi

untuk menampung larutan, bahan, atau cairan serta meracik dan menghomogenkan

bahan bahan komposisi media dengan prinsip kerja memasukkan atau menuangkan

cairan melalui mulut labu erlenmeyer yang kemudian ditutup atau disumbat. Pipet

tetes merupakan alat berbentuk lonjong yang diatasya terdpat karet atau bulb. Hal

ini sesuai dengan pendapat Novalia, dkk. (2015) yang enyatakan bahwa pipet tetes

berfungsi untuk memindahkan larutan dengan skala yang kecil dengan prinsip kerja

memasukkan pipet tetes samapi dasar wadah kemudian menekan karet sampai

larutan terambil dan mengeluarkan pipet tetes dengan posisi tegak. Bentuk pipet

ukur lebih besar dibandingkan dnegan bentuk pipet tetes yang berfungsi mengambil

larutan dengan ukuran tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Udiyana, dkk.

(2015) yang menyatakan bahwa pipet ukur berfungsi untuk memindahakan larutan

dengan skala volume tertentu dengan prinsip kerja menyedot larutan dengan

bantuan bulb sampai volume yang diinginkan.


Gelas beker terbuat dari kaca yang bentuknya seperti gelas pada umumnya

tetpai mempunyai ukuran volume yang biasa digunakan untuk menampung cairan.

Hal ini sesuai degan pendapat Jueita, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa gelas

beker berfungsi sebagai preparasi media dan penampung latutan dengan prinsip

kerja menuangkan atau memasukkan cairan maupun padatan memalui mulut gelas

beker. Pembakar bunsen atau biasa disebut dengan spirtus yang berfungsi untuk

pemanasan atau sterilisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Misna dan Diana (2016)

yang menyatakan bahwa pembakar bunsen berfungsi untuk sterilisasi pijar dengan

prinsip kerja menyalakan api dengan bantuan korek api untuk sterilisasi pijar pada

jarum ose.

Fungsi tabung reaksi biasanya digunakan untuk menumbuhkan bakteri

maupun sebagai wadah larutan atau cairan. Hal ini sesuai dengan pendapat sesuai

dengan pendapat Hartutik (2012) bahwa tabung reaksi berfungsi untuk uji biokimia

atau menumbuhkan mikroba. Prinsip kerja tabung reaksi sebagai wadah

perkembangbiakan mikroba dengan cara menuangkan mikroba ke dalam tabung

reaksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kharisma dan Manan (2012) yang

menyatakan bahwa prinsip kerja tabung reaksi adalah dengan menuangkan cairan

ke dalam tabung rekasi dan biasanya tabung reaksi juga disterilisasi terlebih dahulu.

Batang L merpakan salah satu alat yang berfungsi sebagai meratakan cairan dan

bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Surjowardojo, dkk (2016) yang menyatakan

bahwa batang L berfungsi sebagai alat untuk meratakan cairan dan bakteri dalam

suatu media. Prinsip kerja batang L yaitu dengan menggoreskan ke media. Hal ini

sesuai dengan pendapat Rizky, dkk. (2019) yang menyatakan bahwa prinsip kerja
batang L adalah meratakan cairan atau mikroba dengan arah zig zag pada suatu

media.

4.1.3. Alat non gelas dan keramik

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukakn macam-macam alat non

gelas dan keramik adalah ph indikator, mortar dan penumbuk, spatula, mikropipet,

jarum ose, pinset, dan cawan porselen. pH indikator universal adalah adalah

indikator yang digunakan untuk mengetahui pH suatu larutan. hal ini sesuai dengan

pendapat Indira (2015) bahwa pH indikator universal berisi larutan dari beberapa

senyawa yang menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang

pH antara 1-14 untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Prinsip kerja

pH indikator yaitu dengan memberi suatu keterangan apakah sifat larutan tersebut

asam, basa, atau netral. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukaromah, dkk. (2010)

yang menyatakan bahwa ph indikator mempunyai prinsip kerja dengan cara

meneteskan larutan pada pH indikator kemudian diamati perubahan warnanya dan

dicocokkan pada pH indikator apakah larutan tersebut bersifat asam, basa, ataupun

netral.

Alat selanjutnya adalah spatula merupakan alat yang digunakan untuk

mengambil atau mengurangi bahan untuk ditimbang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Fajarin, dkk (2015) yeng menyatakan bahwa spatula yaitu alat yang

digunakan untuk mengambil bahan yang akan digunakan untuk praktikum. Spatula

mempunyai dua sisi dengan kegunaan masing masing yaitu satu sisi untuk
mengambil bahan sedangkan yang satu sisi untuk mengurangi bahan jika kelebihan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Yunita, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa spaula

memmpunyai prinsip kerja mengambil atau mengurangi bahan yang akan

dipindahkan ke media yang lain. Mikropipet umumnya mempunyai fungsi yang

sama dengan pipet –pipet lainnya yaitu berfungsi untuk memindahkan larutan

dengan volume yang kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Ratri, dkk (2009) yang

menyatakan bahwa mikropipet adalah alat untuk mentransfer atau memindahkan

cairan yang bervolume kecil. Prinsip kerja mikropipet yaitu dengan satu kli

pemakaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayatussalihin, dkk. (2019) yang

menyatakan bahwa prinsip kerja mikropipet dengan cara memasukkan mikropipet

ke dalam wadah yang berisi larutan dengan kapaitas volume yang kecil dengan satu

kali pemakaian.

Mortar dan penumbuk merupakan alat yang terbuat dari adukan pasir dan

semen yang biasa digunakan untuk menghaluskan, menghancurkan, menumbuk

bahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryoto (2009) bahwa mortar dan

penumbuk terbuat dari pasir, bahan perekat dan air sehingga sifatnya kuat dan tidak

mudah pecah saat digunakan untuk menghaluskan bahan. Prinsip kerja dari mortar

yaitu bahan diletakkan di mortar kemudian ditumbuk. Hal ini sesuai dengan

pendapat Febriyanti, dkk. (2015) yang menyatakan bahwa cara penggunaan mortar

dengan meletakkan bahan yang akan dihaluskan ke dalam mortar kemudian

ditumbuk dengan penumbuk. Jarum Inokulum atau jarum Ose merupakan alat non

gelas yang digunakan untuk memindahkan biakan untuk ditanam di media baru.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ngajow, dkk (2013) yang menyatakan bahwa jarum
ose atau inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan dari suatu tempat ke

tempat yang lain. Prinsip kerja jarum inokulum dengan cara memanaskan terlebih

dahulu diatas api bunsen baru kemudian digunakan untuk mengambil biakan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Ashari, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa cara

penggunaan jarum ose dengan cara dipanaskan terlebih dahulu sampai ujung

memerah dan ditunggu dingin sebentar kemudian baru digunakan untuk

mengambik biakan untuk dipindahkan ke media baru. Pinset adalah jenis alat

penjepit yang memiliki banyak kegunaan salah satunya adalah untuk mengambil

mikroba pada suatu media. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyo, dkk (2017) yang

menyatakan bahwa pinset digunakan untuk mengambil benda dengan cara

menjepitnya. Prinsip kerja pinset yaitu dengan mengambil benda dengan cara

dijepit. Hal ini sesuai dengan pendapat Barus, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa

cara penggunaan pinset yaitu dengan cara mengambil benda dengan dijepit dengan

sedikit penekanan. Alat selanjutnya adalah cawan porselen yang biasa digunakan

untuk wadah atau tempat bahan yang akan disterilisasi ke dalam oven contohnya

seperti tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Zuhra, dkk (2012) bahwa cawan

porselen merupakan cawan yang terbuat dari porselen dan biasa digunakan sebagai

wadah dari bahan yang tidak mudah menguap, seperti garam dapur, gula dan

sejenisnya. Prinsip kerja cawan porselen yaitu dengan cawan yang digunakan untuk

wadah media untuk sterilisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Geanteresa dan

Supriyanti (2010) yang menyatakan bahwa penggunaan cawan porselen dengan

cara sebagai wadah media seperti tanah untuk disterilisasikan di oven.


4.2. Media Perbanyakan

Media yang digunakan sebagai perbanyakan YEMA dan PDA. YEMA

pada praktikum ini menggunakan 2 jenis yaitu YEMA CR DAN YEMA BTB.

Fungsi YEMA CR dan YEMA BTB adalah sebagai media isolasi mikroorganisme

dalam bentuk bakteri. Komposisi media dari YEMA CR dan YEMA BTB sama

hanya yang membedakan adalah Congo red dan Brome Thymol Blue. Kompisisi

media YEMA yaitu K2HPO4 berfungsi sebagai larutan penyangga. Hal ini sesuai

dengan pendapat Afif (2016) yang menyatakan bahwa K2HPO4 merupakan

komposisi yang digunakan sebagai larutan penyangga pada YEMA untuk

menyesuaikan pH. MgSO4.7H2O berfungsi untuk menyerap sisa sisa air yang masih

terdapat pada mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitriadi dan Putri (2016)

yang menyatakan bahwa MgSO4.7H2O berfungsi sebagai penyerap air pada media

yang menjadikan berkurangnya mikroba-mikroba lain selain mikroba yang akan di

isolasi.

NaCl merupakan senyawa anorganik berupa padatan yang berfungsi

sebagai pembunuh mikroba selain mikroba yang akan diinakulasi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Amalia, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa NaCl merupakan

komposisi bahan yang berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroba

selain mikroba yang akan diisolasi. Mannitol merupakan senyawa yang berfungsi

untuk menurunkan tekanan tanah yang berlebih pada media tumbuh. Hal ini sesuai

dengan pendapat Roostika, dkk (2016) yang menyatakan bahwa mannitol berfungsi

sebagai menurunkan tekanan yang berlebihan pada media tumbuh.


Ekstrak khamir merupakan sumber energi yang berfungsi sebagai nutrisi

mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Saskiawan, dkk. (2017) yang menyatakan

bahwa ekstrak khamir merupakan nutrisi atau makanan bagi mikroba. Agar adalah

salah satu komposisi yang berfungsi untuk memadatkan media tumbuh mikroba.

Hal ini sesuai dengan pendapat Marfuah, dkk. (2018) bahwa agar berfungsi untuk

memadatkan media untuk pertumbuhan mikroba. Aquades merupakan air yang

pada umumnya seperti air biasa tidak mengandung unsur-unsur lainnya yang

berfungsi untuk melarutkan semua bahan untuk pembuatan media YEMA. Hal ini

sesuai dengan pendapat Astriyani, dkk. (2017) yang menyatakan bahwa aquades

merupakan pelarut dalam senyawa.

Komposisi yang membedakan pada kedua YEMA tersebut adalah Congo

Red dan Brome Thymol Blue, Congo Red berfungsi sebagai indikator untuk

mengetahui tumbuh atau tidaknya mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sembring (2019) yang menyatakan bahwa Congo Red sebagai indikator untuk

mengetahui tumbuh atau tidaknya mikroba dengan adanya perubahan warna putih

susu. Brome Thymol Blue merupakan indikator untuk mengetahui apakah bakteri

tumbuh atau tidaknya pada suatu media dengn perubahan warna. Hal ini sesuai

dengan pendapat Widianingsih dan De jesus (2018) yang menyatakan bahwa

terdapat perubahan warna kekuningan pada YEMA BTB yang menunjukkan bahwa

terdapat bakteri yang tumbuh di dalamnya.

Potato dextrose agar atau sering disebut PDA merupakan slah satu media

perbanyakan mikroorganisme yang paling sering digunakan yang terbuat dari

infuse kentang dan dextrose. Hal ini sesuai dengan pendapat Mirani, dkk (2016)
bahwa PDA terbuat dari 4 komposisi yaitu kentang, dextrosa, agar, dan aquades.

Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi, dextrose

sebagai sumber gula dan energi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wantini dan

Oktavia (2018) yang benyatakan bahwa dextrose merupakn sumber gula dan energi

pada media PDA. Komponen agar berfungsi untuk memadatkan medium PDA. Hal

ini sesuai dengan pendapat Marfuah, dkk. (2018) yang menyatakan bahwa agar

berfungsi untuk memadatkan media. Akuades berfungsi untuk melarutkan semua

bahan untuk pembuatan media PDA. Hal ini sesuai dengan pendapat Astriyani, dkk

(2017) byang menyatakan bahwa aquades digunakan untuk melarutkan senyawa.

PDA adalah Potato Dexstose Agar yang merupakan media tumbuh untuk fungi atau

jamur. Hal ini sesuai dengan pendapat Indriati, dkk (2010) yang menytakan bahwa

PDA memiliki fungsi sebagai media untuk pertumbuhan kapang.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan kita dapat mengetahui

berbagai alat, bahan, dan media penyebaran yang akan digunakan untuk praktikum

mikrobiologi selanjutnya, serta dapat mengetahui cara penggunaan dan fungsi dari

masing-masing alat. Terdapat 3 jenis alat yaitu alat elektrik, alat gelas, dan alat non

gelas. Media perbanyakan yang dibuat adalah YEMA CR, YEMA BTB dan PDA.

5.2. Saran

Saran yang diberikan untuk praktikum pengenalan alat dan bahan yaitu

diharapkan pada waktu berjalannya praktikum dapat mengefisiensikan waktu, dan

pada saat dijelaskan oleh praktikan lain sebaiknya memperhatikan.


DAFTAR PUSTAKA

Afid, S. N. 2016. Potensi sluidge biogas dari feses sapi potong sebagai sumber
bakteri anaerob penghasil gas metana. J. Students. 5 (3) : 1 - 8.
Amalia, A., R. D. Dwiyanti, dan H. Haitami. 2016. Daya hambat NaCl terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus. J. Medical Laboratory Technology. 2
(2) : 42 - 45.
Ashari, C., R. A. Tumbal, dan M. E. F. Kolopita. 2014. Diagnosa penyakit bakterial
pada ikan nila (oreoatiomis miloatiaus) yang dibudidaya pada jaring tankap
di danau fendano. J. Budidaya perairan. 2 (2) : 24 - 30.
Astriyani, W., P. Surjowardojo, dan T. E. Susilorini. 2017. Daya hambat ekstrak
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa L.) dengan pelarut ethanol dan
aquades terhadap bakteri Staphylococcus Aureus penyebab mastitis pada
sapi perah. J. of Tropical Animal Production. 18 (2) : 8 - 13.
Barus, W. N. U., H. Sitorus, dan I. Lesmana. 2013. Uji efektivitas antibakteri
ekstrak daun kamboja (Plumiera rubra) pada konsentrasi yang berbeda
terhadap pertumbuhan Aeromonas hydrophila secara in vitro. J.
Aquacoastmarine. 1(1) : 1 – 7.
Cahyo, F. A. D., H. Setiawan, dan S. Sirajuddin. 2017. Strategi diversifikasi produk
pisau pada industri kreatif dengan pendekatan Quality Function Deployment
(QFD). J. Teknik Industri Untirta. 4 (2) : 1 - 7.
Djais, A. A., dan C. F. Theodorea.2019. The effect of presto cooker as an alternative
sterilizer device for standard dental equipment. J. of indonesian dental
association. 1 (2) : 41 - 47.
Fajarin, R., H. Purwaningsih, Baqiya, M. A., dan R. H. Warit. 2015. Pengaruh
temperatur sintering terhadap sifat ferroelektrik dan dielektrik PbTiO3
DOPING ZnO dengan metode mechanical alloying. J. Mekanika. 14 (1) :
13 - 20.
Fatmariza, M., N. Inayati, dan Rohmi, R. Rohmi. 2019. Tingkat kepadatan media
nutrient agar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. J.
Analis Medika Biosains. 4 (2) : 69 - 73.
Febriyanti, L. E., M. Martosudiro, dan T. Hadiastono. 2015. Pengaruh plant growth
promoting rhizobacteria terhadap infeksi peanut stripe virus (PStV),
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea
L.) varietas gajah. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3 (1) : 84 - 92.
Fitriadi, B. R., dan A. C. Putri. 2016. Penentuan residu pestisida deltametrinan λ-
sihalotrin pada lada (Piper nigrum L.) menggunakan metode
QuEChERS. J. of Chemical Science. 5 (2) : 92 - 97.
Geantaresa, E., dan F. T. Supriyanti. 2010. Pemanfaatan ekstrak kasar papain
sebagai koagulan pada pembuatan keju Cottage menggunakan bakteri. J
Sains dan Teknologi Kimia. 1 (1) : 38 - 43.
Habibah, R., D. Y. Nasution, dan Y. Muis 2013. Penentuan berat molekul dan
derajat polimerisasi α–selulosa yang berasal dari alang-alang (Imperata
cylindrica) dengan metode viskositas. J. Saintia Kimia. 1 (2) : 1 - 6.
Hamid, A., danA. Mustafa. 2018. Aspek reproduksi ikan sikuda (Lethrinus ornatus)
hasil tangkapan di perairan Teluk Luar Kendari yang didaratkan di
Kecamatan Abeli Kota Kendari. J. Manajemen Sumber Daya Perairan. 2 (4)
: 317 - 325.
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang : UB Press.
Hidayatussalihin, H., E. Nurhayati, dan E. Suwandi. 2019. Perbedaan presisi
pemipetan sampel menggunakan pipet sahli dan mikropipet pada
pemeriksaan hemoglobin metode cyanmethemoglobin. J. Laboratorium
Khatulistiwa. 2 (1) : 21 - 25.
Indira, C. 2015. Pembuatan indikator asam basa karamunting. J. Kaunia. 11 (1) :
1 - 10.
Indriati, N., N. Priyanto, dan R. Triwibowo. 2010. Penggunaan Dichloran Rose
Bengal Chloramponicol agar (DRBC) sebagai media tumbuh kapang pada
produk perikanan. J. Pascapanen dan bioteteknologi kelautan dan
perikanan. 5 (2) : 117 – 122.
Juvitasari, P. M., H. A. Melati, dan I. Lestari. 2012. Pengetahuan alat praktikum
kimia dan kemampuan psikomotorik siswa MAN 1 Pontianak. J.
Pendidikan Kimia. 2 (1): 1– 13.
Kharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan bakteri vibrio sp. pada air
pembesaran udang vannamei (Litopenaeusvannamei) sebagai deteksi dini
serangan penyakit vibriosis. J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4 (2): 129
- 134.
Latupapua, H. J. D., dan S. Suliasih. 2018. Daya pacu mikroba pelarut fosfat dan
penambat nitrogen pada tanaman jagung. J. Biologi Indonesia. 3 (2) :
99 - 107.
Marfuah, I., E. N. Dewi, dan L. Rianingsih. 2018. Kajian potensi ekstrak anggur
laut (Caulerpa racemosa) sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. J. Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. 7 (1) : 7 - 14.
Maryoto, A. 2009. Pengaruh penggunaan high volume fly asli pada kuat tekan
mortar. J. Teknik sipil dan perencaan. 10 (2) : 103 - 114.
Mirani, E. D., dan R. Suryantini. 2016. Uji pertumbuhan fusarium sp pembentuk
gubal gaharu (Aquilaria Malaccensis) pada varian media tumbuh dan suhu.
J. Hutan Lestari. 4 (4) : 446 - 452.
Misna dan K. Diana. 2016. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit bawang merah
(Allium cepa L.) terhadap bakteri staphylococcus aureus. J. Of pharmacy.
2 (2): 138-144.
Mukaromah, U., S. H. Susetyorini, dan S. Aminah. 2010. Kadar vitamin c, mutu
fisik, ph dan mutu organ oleptik sirup rosella (Hibiscus sabdariffa, L)
berdasarkan cara ekstraksi. J. Pangan dan Gizi. 1 (1): 43 - 51.
Ngajow, M., J. Abidjulu, dan V. S. Kamu. 2013. Pengaruh anti bakteri ekstrak kulit
batang matoa (pomesia pinnata) terhadap bakteri staphylococcus aures
secara in vito. J. Mipa. 2 (2) : 128 - 132.
Novalia, R., .Fadiawati, dan I. Rosilawati. 2015 .Pengembangan instrument
asesmen kinerja pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
J. pendidikan dan pembelajaran kimia. 4 (2): 568 - 580.
Pratama, D. G. A. Y., I. G. A. G. Bawa, I. W. G. Gunawan. Isolasi dan identifikasi
senyawa minyak atsiri dari tumbuhan sembukan (Paederia foetida L.)
dengan metode kromatografi gas-spektroskopi massa (gc-ms). J. Kimia.
10 (1) : 149 - 154.
Pratiwi, N. W., Juliantari, E., & Napsiyah, L. K. (2016). Identifikasi jamur
penyebab penyakit pascapanen pada beberapa komoditas bahan
pangan. Jurnal Riau Biologia, 1(1) : 86 – 94.
Rakhman, K. A., A. R. Saraha, N. Sugrah. 2017. Pengembangan video penggunaan
alat gelas laboratorium kimia. J. Inovasi Pendidikan IPA. 3 (2) : 161 - 171
Ratri, M. I., P. R. Sarjono, dan A. L. Aminin. 2009. Studi filogeni dan uji potensi
bioremediasi serta enzim termostabil ekstraseluler isolat Geobacillus sp.
dari sumber air panas Gedong Songo. J. Kimia Sains dan Aplikasi. 12 (2) :
31 - 39.
Rizky, V. A., S. Siregar, V. Kridsianilo, dan J. P. Sinurat. 2019. Perbedaan teknik
penanaman terhadap hasil jumlah koloni bakteri escherchia coli pada suhu
inkubasi 36 c. J. Farmasimed. 1 (1) : 24 – 26.
Roostika, I., R. Purnamaningsih, dan A. V. Noviati. 2016. Pengaruh sumber karbon
dan kondisi inkubasi terhadap pertumbuhan kultur in vitro Purwoceng
(Pimpinella pruatjan Molk). J. AgroBiogen. 4 (2) : 65 - 69.
Saputri, R., A. Syauqi, dan H. Santoso. 2019. Penambahan nutrisi pottato dextrose
agar pada pembuatan starter mikroorganisme jamur dengan bahan baku
tepung beras. J. Biosantropis. 4 (2) : 40 – 45.
Sari, I. N., dan D. F. Saputri. 2017. Analisis kesalahan menggunakan alat ukur pada
mahasiswa program studi pendidikan fisika IKIP PGRI Pontianak. J.
Pendidikan. 14(2) : 237-248.
Saskiawan, I., M. Munir, dan S. S. Achmadi. 2017. Optimasi produksi serta analisis
aktivitas antioksidan dan antimikroba senyawa eksopolisakarida dari jamur
tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada media cair. J. Berita Biologi. 15 (2) :
133 - 140.
Sembiring, A. 2019. Isolasi dan uji aktivitas bakteri penghasil selulase asal tanah
kandang sapi. J. Penelitian Sains dan Pendidikan. 8 (1) : 21 - 28.
Sridevi, V., , M. Raghuram, dan D. Ravisankar 2018. Isolation and screening of
heavy metal resistant microorganisms from industrial soil. J. of Pure and
Applied Microbiology. 12 (3) : 1667 - 1674.
Syakri, S., dan D. N. Putra. 2017. Formulasi dan uji aktivitas sirup sari buah sawo
manilla (Manilkara zapota Linn) terhadap beebrapa mikroba penyebab
diare. J. Farmasi UIN Alauddin Makassar. 5 (2) : 72 - 83.
Taurisia, P. P., M. W. Proborini, dan I. Nuhantoro. 2015. Pengaruh media terhadap
pertumbuhan dan biomassa cendawan Alternaria alternata (Fries)
Keissler. J. Biologi. 19 (1): 30 - 33.
Tyanjani, E. F., dan Y. Yunianta. 2014. Pembuatan dekstrin dari pati sagu
(Metroxylon sagus Rottb) dengan β–amilase terhadap sifat fisiko kimia. J.
Pangan dan Agroindustri. 3 (3) : 1119 – 1127.
Udiyana, F., Hairida, dan R. P. Sartika. 2015. Analisis keterampilan menggunakan
dan merangkai alat praktikum melalui self dan peer asessment pada
mahasiswa. J. Pendidikan dan pembelajaran. 4 (12) : 1 – 11.
Wantini, S., dan A. Octavia. 2018. Perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dan media aternatif dari
singkong (Manihot esculenta Crantz). J. Analis Kesehatan. 6 (2) : 625 - 631.
Wicaksono, D., R. R. Isnanto, dan O. D. Nurhayati. 2014. Perancangan perangkat
lunak untuk analisis tingkat fokus pada citra mikroskop digital
menggunakan proses ekstraksi ciri. J. Teknologi dan sistem komputer. 2 (1)
: 16 - 22.
Widianingsih, M., dan A. M. De jesus. 2018. Isolasi Escherichia Coli dari urine
pasien infeksi saluran kemih di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. J. Al-
Kauniyah. 11 (2) : 99 - 108.
Yunita, W., Cahyono, E., & Wijayati, N. (2016). Pengembangan kit stoikiometri
untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui pembelajaran
scientific approach. J. of Innovative Science Education. 5 (1): 63 - 72.
Zuhra, Z., S. Sofyana, dan C. Erlina. 2012. Pengaruh kondisi operasi alat pengering
semprot terhadap kualitas susu bubuk jagung. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan. 9 (1) : 36 - 44.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat elektrik


No Gambar Fungsi

1. Untuk mengamati sel, bakteri,


dan mikroorganisme

Mikroskop cahaya

2. Untuk mensterilkan berbagai


macam alat dan bahan

Autoklaf

3. Untuk menginkubasi atau


memeram mikroba

Inkubator

4. Untuk menjaga sterilisasi


dalam pengkulturan
mikroorganisme

Laminar air flow


5. Untuk menimbang bahan yang
akan digunakan

Timbangan analitik

6. Unruk sterilisasi kering

Oven

Lampiran 2. Alat gelas


No Gambar Fungsi

1. Untuk mengukur volume


cairan

Gelas ukur

2. Untuk membiakkan atau


kutivasi mikroorganisme

Cawan petri
3. Untuk menampung larutan,
bahan, atau cairan, serta
meracik dan menghomogenkan
bahan-bahan komposiis media

Labu erlenmeyer

4. Untuk memindahkan larutan


atau dapat digunakan utuk
mengambil larutan dalam
jumlah kecil

Pipet tetes

5. Untuk memindahkan larutan


dengan volume tertentu

Pipet ukur

6. Untuk preparaasi media,


penampung larutan

Gelas beker

7. Untuk sterilisasi pijar


Pembakar bunsen

8. Untuk uji biokimia dan


menumbuhkan mikroba

Tabung reaksi

9. Untuk meratakan cairan dan


bakteri pada agar atau media

Batang L

Lampiran 3. Alat non gelas dan keramik


No Gambar Fungsi

1. Untuk menghaluskan,
menghancurkan, menumbuk
bahan

Mortar dan penumbuk

2. Untuk mengukur ph suatu


larutan

Ph indikator universal
3. Untuk mengambil benda
dengan menjepitnya

Pinset

4. Untuk mengambil volume


llarutan yang kecil

Mikropipet

5. Untuk memindahkan media ke


media baru

Jarum inokulum

6. Untuk mengambil baha untuk


ditimbang

Spatula

7. Untuk wadah bahan yang akan


disterilisasi
Cawan porselen

Anda mungkin juga menyukai