Laporan Praktikum Acara 1 Mikro
Laporan Praktikum Acara 1 Mikro
MIKROBIOLOGI
Disusun oleh :
Kelompok VIIIA
PENDAHULUAN
dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu alat elektrik, alat gelas, dan alat non gelas
dan keramik.
digital, inkubator, autoklaf, oven, laminar air flow, dan timbangan analitik. Alat
gelas contohnya gelas ukur, cawan petri, labu erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur,
gelas beker, pembakar bunsen, tabung reaksi, dan batang l. Alat non gelas dan
mikropipet, jarum inokulum, spatula, dan cawan porselen. Bahan yang digunakan
adalah YEMA CR, YEMA BTB, dan PDA. Pengenalan alat dan media juga
bertujuan agar kta dapat menggunakannya sesuai fungsi dan prosedurnya dan
meminimalisir kesalahan untuk mendapatkan hasil praktikum yang baik dan benar.
Tujuan praktikum acara pengenalan alat dan media untuk mengamati apa
saja alat-alat dan media yang digunakan pada saat praktikum. Manfaaat acara
TINJAUAN PUSTAKA
hot place stirer, laminar air flow, timbangan analitik, dan oven. Mikroskop cahaya
berfungsi untuk mengamati mikroba yang berukuran kecil agar lebih jelas
mikroskop cahaya yang sudah digital dengan menggunakan kamera dan langsung
terhubung pada komputer. Prinsip kerja mikroskop cahaya adalah obyek yang akan
diamati diletakkan pada meja preparat dan diamati dengan mengendalikan fokus
dan jarak pengamatan dengan memutar sekrup-sekrup yang ada pada mikroskop
atau dapat juga menggunakan mikroskop digital yang langsung terhubung oleh
kamera dengan cara yang sama (Raya dkk., 2013). Autoklaf merupakan alat yang
digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum (Djais dan Theodorea, 2019). Prinsip kerja autoklat sama seperti
media perbanyakan atau strerilisasi basah dengan suhu dan waktu yang telah
menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu terkontrol (Syakri dan Putra,
2017). Prinsip inkubator adalah memanaskan mikroba degan suhu tertentu di dalam
dengan prinsip kerja seperti oven agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnnya
(Mujipradhana dkk., 2018). Hot plate stirer dan stirer bar merupakan alat elektrik
berputar (Habibah dkk., 2013). Prinsip kerja hot plate stirer dan stirer bar adalah
pengaturan suhu terlebih dahulu baru menyalakan untuk besaran perputaran stirer
Air Flow bekerja secara aseptis artinya menjaga sterilisasi ketika menangani
pengkulturan mikroba agar tidak terjadi kontaminasi (Sridevi dkk., 2013). Prinsip
kerja LAF adalah dengan sinar UV yang digunakan untuk menjaga kesterilan
mikroba yang akan diuji agar tidak terkontaminsi dengan mikroba lainnya
digunakan untuk praktikum (Hamid dan Mustafa, 2013). Prinsip kerja timbangan
analitik adalah seperti pada umumnya timbangan digita biasa tetapi timbangan
analitik ini mempunyai ketelitian yang sangat sensitif dengan apapun termasuk
udara, maka pada timbanagan analitik terdapat penutupnya (Sari dan Astuti, 2016).
Oven merupakan alat yang biasa digunakan untuk memasak tetapi oven juga dapat
digunakan untuk sterilisasi kering untuk alat dan bahan praktikum (Latupau dan
Suliasih, 2018). Prinsip kerja dari oven adalah memanaskan benda yang di
dalamnya agar tetap steril dengan pemanasan suhu tertentu dan waktu yang
mendukung jalannya praktikum yaitu labu erlemenyer, pipet tetes, cawan petri,
pipet ukur, tabung reaksi, batang L, pembakar bunsen, gelas ukur (Rakhman, dkk.,
2017). Gelas ukur merupakan gelas yang bentuknya lonjong ke atas dan diluarnya
terdapat ukuran volume atau cairan. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume
cairan yang akan digunakan dalam praktikum dengan prinsip kerja melihat
meniskus cekungan cairan yang akan digunakan (Sari dan Saputri, 2017). Bentuk
dari cawan petri yaitu berbentuk bulat dan mempunyai tutup yang lebih besar dari
mikroorganisme dengan media agar (Pratama dkk., 2016). Prinsip kerja cawan petri
adalah alat yang terbuat dari kaca agar dapat menahan suhu panas pada saat
kerucut yang biasa digunkan untuk menampung larutan. Labu erlenmeyer berfungsi
untuk menampung larutan, bahan, atau cairan serta meracik dan menghomogenkan
bahan bahan komposisi media dengan prinsip kerja memasukkan bahan atau cairan
ke dalam labu erlemenyer dan ditutup atau disumbat (Yunita dkk., 2016). Pipet tetes
merupakan alat yang kecil dengan bentuk lonjong yang dibagian atasnya terdapat
karet atau bulb. Pipet tetes berfungsi untuk memindahkan larutan dengan skala yang
kecil dengan prinsip kerjanya memasukkan pipet sampai dasar wadah gelas
kemudian menekan karet sampai larutan terambil dan mengeluarkan pipet tetes
dengan posisi tegak lurus (Novalia dkk., 2015). Bentuk pipet ukur lebih besar
dibandingkan dengan pipet tetes yang memiliki volume tertentu. Pipet ukur
prinsip kerja menyedot larutan dengan bantuan bulb sampai volume yang
Gelas beker terbuat dari kaca yang bentuknya seperti gelas pada umumnya
digunakan untuk menampung lautan seperti akuades, alkohol, dll. Gelas beker
berfungsi sebagai preparasi media dan penampung larutan dengan prinsip kerja
menuangkan atau memasukkan cairan atau padatan ke dalam gelas (Juwita dkk.,
2012). Pembakar bunen atau dapat disebut juga spirtus yaitu dgunakan untuk
pemanasan ataupun sterilisasi alat seperti jarum ose. Pembakar bunsen berfungsi
untuk sterilisasi pijar dengan prinsip kerja menyalakan api dan digunakan untuk
strelisasi pijar contohnya jarum ose sampai pijar (Misna dan Diana, 2016).
maupun sebagai wadah untuk larutan ataupun cairan. Tabung reaksi berfungsi
untuk uji biokimia atau menumbuhkan mikroba (Hartutik, 2012). Prinsip kerja dari
tabung reaksi adalah tabung reaksi yang biasa digunakan untuk tempat
terbuat dari kaca yang biasanya harus disterilkan terlebih dahulu (Kharisma dan
Manan, 2012). Salah satu alat untuk meyebarkan atau meratakan mikroba adalah
batang l. Batang l berfungsi sebagai alat untuk meratakan cairan dan bakteri pada
agar atau media (Surjowardojo dkk., 2016). Prinsip kerja batang l dengan cara
meratakan mikroba diatas biakan atau media dengan zig zag (Rizky dkk., 2019).
senyawa yang menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang
indikator memberikan suatu keterangan terhadap larutan bersifat asam, basa, atau
netral dengan cara meneteskan larutan pada kertas ph yang akan terjadi perubahan
merupakan alat yang berbentuk seperti sendok tetapi dengan ujung yang kecil dan
lebih tipis. Spatula yaitu alat yang digunakan untuk mengambil bahan yang akan
digunakan dengan bentuk seperti sendok kecil. (Fajarin dkk., 2015). Prinsip kerja
spatula yaitu dengan mengambil atau memindahkan padatan ke media lain (Yunita
dkk., 2016).
cairan yang bervolume kecil (Ratri dkk., 2009). Prinsip kerja mikropipet dengan
volume yang kecil dengan satu kali pemakaian (Hidayatussalihin dkk., 2019). Salah
satu bahan yang terbuat dari adukan pasir yang berfungsi untuk menghaluskan
bahan adalah mortar. Mortar dan penumbuk adalah adukan yang terdiri dari pasir,
bahan perekat dan air sehingga sifatnya kuat dan tidak mudah pecah saat digunakan
untuk menghaluskan bahan (Maryoto, 2009). Prinsip kerja mortar adalah dnegan
ke media baru. Jarum Inokulum atau jarum Ose digunakan untuk memindahkan
biakan untuk ditanam di media baru (Ngajow dkk., 2013). Prinsip kerja jarum ose
adalah dengan mesterilkan jarum ose pada pembakar bunsen sampai ujung
memerah ditunggu sampai agak dingin kemudian digoreskan pada media (Ashari
dkk., 2014). Kegunaan pinset salah satunya untuk alat bantu pengambilan mikroba.
Pinset adalah jenis alat penjepit yang memiliki banyak kegunaan salah satunya
adalah untuk mengambil mikroba pada suatu media (Cahyo dkk., 2017). Prinsip
kerja dari pinset yaitu pengambilan dengan pencapitan untuk mengambil dengan
digunakan untuk wadah sterilisasi dalam vollume kecil. Alat selanjutnya adalah
cawan porselen merupakan cawan yang terbuat dari porselen dan biasa digunakan
sebagai wadah dari bahan yang tidak mudah menguap, seperti garam dapur, gula
dan sejenisnya (Zuhra dkk., 2012). Prinsip kerja cawan porselen adalah sebagai
wadah bahan yang terbuat dari bahan keramik yang akan digunakan untuk sterilisasi
pada praktikum ini menggunakan 2 jenis yaitu YEMA CR dan YEMA BTB. Fungsi
YEMA CR dan YEMA BTB adalah sebagai media isolasi mikroorganisme dalam
bentuk bakteri. Komposisi media dari YEMA CR dan YEMA BTB sama hanya
yang membedakan adalah Congo red dan Brome Thymol Blue. Kompisisi media
YEMA yaitu K2HPO4, MgSO4.7H2O, Nacl, mannitol, ektrak khamir, agar, akuades.
K2HPO4 merupakan senyawa kimi anorganik yang biasa digunakan untuk zat
MgSO4.7H2O berfungsi untuk menyerap sisa-sisa air pada media yang akan
digunakan untuk praktikum (Fitriadi dan Putri, 2016). Fungsi NaCl yang biasa
digunakan untuk membubuh mikroba lain yang tidak digunakan. NaCl berfungsi
sebagai pembunuh mikroba selain mikroba yang akan diinakulasi pada media
berlebih pada media tumbuh (Roostika dkk., 2016). Ekstrak khamir merupakan
senyawa organik sebagai sumber energi yang tidak membutuhkan cahaya matahari.
Ekstrak khamir berfungsi sebagai nutrisi atau makanan dari mikroba tersebut
mikroba (Marfuah dkk., 2018). Akuades merupakan air biasa pada umumnya yang
tidak berasa, bau ataupun berwarna. Aquades yang berfungsi untuk melarutkan
semua bahan untuk pembuatan media YEMA (Astriyani dkk., 2017). Komposisi
yang membedakan pada kedua YEMA tersebut adalah Congo Red dan Brome
Thymol Blue, Congo Red berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui tumbuh
atau tidaknya mikroba dengan adanya perubahan warna putih susu (Sembiring,
2019), sedangkan untuk Brome Thymol Blue juga merupakan indikator untuk
mengetahui apakah bakteri tumbuh atau tidaknya tetapi perbedaannya pada warna
Potato dextrose agar atau sering disebut PDA merupakan slah satu media
infuse kentang dan dextrose (Mirani dkk., 2016). PDA adalah Potato Dexstose Agar
yang merupakan media tumbuh untuk fungi atau jamur. Komposisi pada PDA yaitu
(karbohidrat), vitamin dan energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi
(Wantini dan Oktavia, 2018), selain itu komponen agar berfungsi untuk
melarutkan semua bahan untuk pembuatan media PDA (Astriyani dkk., 2017).
cepat, hifa banyak, rapat, dan menumpuk karena nutrisi pada medium PDA yang
lengkap (Pratiwi dkk., 2016). Fungi dalam berkembang biak memerlukan media
yang mengandung nutrisi dan bahan organik yang bisa mendukung pertumbuhan.
Media PDA memiliki kandungan dextrose dan karbohidrat yang cukup untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi fungi dan juga berperan dalam proses metabolisme
\
BAB III
Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan adalah pengenalan alat dan jenis media saat
praktikum mikrobiologi terdiri dari alat dan bahan. Bahan yang digunakan adalah
K2HPO4, MgSO4.7H2O, Nacl, mannitol, ektrak khamir, agar, akuades dan PDA
serta alat-alat baik alat elektrik (mikroskop cahaya, autoklaf, inkubator, hot plat
stirer dan stirer bar, laminar air flow, timbangan analitik), alat gelas (gelas ukur,
cawan petri, labu erlenmeyer, pipet tetes, tabung reaksi), dan alat non gelas (mortar
cawan porselen). Alat yang digunakan adalah berupa kamera dan alat tulis. Media
untuk perkembagan mikroba rhizobium dengan ciri ciri terdapat warna putih susu
yang menandakan adanya bakteri yang tumbuh. YEMA BTB yang berfungsi juga
sama dengan YEMA CR yaitu media perkembangan bakteri rhizobium dengan ciri
ciri terdapat warna kekuningan yang menunjukkan terdapat mikroba. PDA
3.2. Metode
dari masing masing kelompok dengan pembagian masing masing ke praktikan lain,
selanjutnya dilakukan sesi tanya jawab apabila dalam penjelasan ada yang kurang
dibedakan menjadi tiga yaitu, alat elektrik, alat gelas, dan alat non gelas. Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum salah satunya adalah alat elektrik. Macam-macam
alat elektrik yaitu mikroskop cahaya, autoklaf, inkubator, hot place stirer, laminar
air flow, timbangan analitik, dan oven. Mikroskop cahaya merupakan alat elektrik
yang digunakan untuk mengamati mikroba yang berukuran kecil. Hal ini sesuai
cahaya digunakan untuk melihat obyek obyek kecil yang tidak terlihat oleh mata
cahaya yang sudah digital dengan menggunakan kamera dan langsung terhubung
pada komputer. Prinsip kerja mikroskop cahaya adalah obyek yang akan diamati
diletakkan pada meja preparat dan diamati dengan mengendalikan fokus dan jarak
pengamatan dengan memutar sekrup-sekrup yang ada pada mikroskop. Hal ini
sesuai dengan pendapat Raya, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa prinsip kerja
mikrokop cahaya dengan meletakkan obyek yang diamati pada kaca preparat ke
meja mikroskop dan diamati dengan mengendalikan sekrup dan kedua mata
berbentuk seperti panci yang berfungsi untuk mensterilkan bahan atau media. Hal
ini sesuai dengan pendapat Djais dan Theodora (2019) yang menyatakan bahwa
autoklaf merupakan alat sterilisasi basah atau dapat dikatan sebagai alat untuk
sterilisasi media seperti YEMA CR, YEMA BTB, dan PDA. Prinsip kerja autoklat
sama seperti panci untuk menanak bandeng presto tetapi dengan alat yang lebih
modern dengan tekanan 2 atm pada suhu 121° C dan umunya memerlukan waktu
15 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Novalia, dkk. (2019) yang menyatakan
bahwa prinsip kerja autoklaf sama seperti untuk menanak bandeng presto dengan
untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu terkontrol. Hal ini sesuai
dnegan pendapat Syakri dan Putra (2017) yang menyatakan bahwa inkubator
merupakan alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu dan waktu
yang telah dikontrol. Prinsip inkubator adalah memanaskan mikroba degan suhu
tertentu di dalam dengan prinsip kerja seperti oven. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mujipradhana, dkk. (2018) yang menyatakan bahwa prinsip kerja inkubator sam
dengan oven yang digunakan agar bakteri tidak terkontaminasi oleh bakteri lain
dengan suhu tertentu. Hot plat stirer dan stirer bar, berfungsi untuk
menghomogenkan larutan dari stirer bar yang berputar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Habibah, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa inkubator adalah alat
untuk menghomogenkan larutan dengan cara pengadukan. Prinsip kerja hot plate
stirer dan stirer bar adalah pengaturan suhu terlebih dahulu baru menyalakan untuk
besaran perputaran stirer bar dengan menggunakan bantuan magnetic stirrer untuk
menghomogenkan media perbanyakan pada hot plate stirrer. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sukawaty, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa prinsip kerja hot plate
stirer dan stirer bar adalah dengan menyalakan alat dan diatur suhunya dan
pengkulturan mikroba agar tidak terjadi kontaminasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sridevi, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa LAF digunakan untuk
LAF adalah dengan sinar UV yang digunakan untuk menjaga kestreliran mikroba
yang akan diuji agar tidak terkontaminsi dengan mikroba lainnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Harjanto dan Raharjo (2019) yang menyatakan bahwa LAF
mensterilkan mikroba.
digunakan untuk praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamid dan Mustafa
(2013) bahwa timbangan analitik adalah alat untuk menimbang bahan yang akan
digunakan dalam praktikum dengan ketelitian yang tinggi. Prinsip kerja timbangan
analitik adalah seperti pada umumnya timbangan digital biasa tetapi timbangan
analitik ini mempunyai ketelitian yang sangat sensitif dengan apapun termasuk
udara, maka pada timbanagan analitik terdapat penutupnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sari dan Astuti (2016) yang menyatakan bahwa prinsip kerja timbangan
analitik sama seperti timbangan biasa tetapi bedanya timbangan analitik
mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi. Oven merupakan alat yang biasa dipakai
dan berfungsi sebagai sterilisasi kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Latupau
dan Suliasih (2018) yang menyatakan bahwa oven merupakan alat sterilisasi kering
yang mensterilkan alat alat seperti cawan petri, pipet tetes, cawan porselen. Prinsip
kerja dari oven adalah memanaskan benda yang di dalamnya agar tetap steril
dengan pemanasan suhu tertentu dan waktu yang digunakan untuk pengovenan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Subandi (2015) yang menyatakan bahwa prinsip kerja
oven yaitu dengan memanaskan dengan suhu tertentu pada ruangan di dalmnya
dipakai ketika praktikum biologi yaitu labu erlemenyer, pipet tetes, cawan petri,
pipet ukur, tabung reaksi, batang L, pembakar bunsen, gelas ukur Rakhman, dkk
(2017). Cawan petri merupakan alat yang terbuat dari kaca dengan bentuk lingkar
yang berfungsi untuk membiakkan atau kultivasi mikroorganisme. Hal ini sesuai
dnegan pendapat Pratama, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa cawan petri
cawan petri yaitu dapat menahan suhu panas pada saat sterilisasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tyanjani dan Yunanta (2014) yang menyatakan bahwa prinsip
kerja cawan petri adalah cawan petri yang teruat dari kaca agar dapat menahan suhu
panas pada saat disterilkan ataupun sebagai wadah media. Gelas ukur merupakan
gelas yang bentuknya lonjong keatas dan diluarnya terdpat ukuran volume atau
cairan. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume cairan yang akan digunakan
dalam praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Sari dan Saputri (2017) yang
menyatakan bahwa gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume cairan dengan
prinsip kerja melihat batas meniskus cekungan cairan yang akan digunakan.
kerucut yang biasanya digunakan untuk menampung larutan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yunita dkk. (2016) yang menyatakan bahwa labu erlenmeyer berfungsi
untuk menampung larutan, bahan, atau cairan serta meracik dan menghomogenkan
bahan bahan komposisi media dengan prinsip kerja memasukkan atau menuangkan
cairan melalui mulut labu erlenmeyer yang kemudian ditutup atau disumbat. Pipet
tetes merupakan alat berbentuk lonjong yang diatasya terdpat karet atau bulb. Hal
ini sesuai dengan pendapat Novalia, dkk. (2015) yang enyatakan bahwa pipet tetes
berfungsi untuk memindahkan larutan dengan skala yang kecil dengan prinsip kerja
memasukkan pipet tetes samapi dasar wadah kemudian menekan karet sampai
larutan terambil dan mengeluarkan pipet tetes dengan posisi tegak. Bentuk pipet
ukur lebih besar dibandingkan dnegan bentuk pipet tetes yang berfungsi mengambil
larutan dengan ukuran tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Udiyana, dkk.
(2015) yang menyatakan bahwa pipet ukur berfungsi untuk memindahakan larutan
dengan skala volume tertentu dengan prinsip kerja menyedot larutan dengan
tetpai mempunyai ukuran volume yang biasa digunakan untuk menampung cairan.
Hal ini sesuai degan pendapat Jueita, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa gelas
beker berfungsi sebagai preparasi media dan penampung latutan dengan prinsip
kerja menuangkan atau memasukkan cairan maupun padatan memalui mulut gelas
beker. Pembakar bunsen atau biasa disebut dengan spirtus yang berfungsi untuk
pemanasan atau sterilisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Misna dan Diana (2016)
yang menyatakan bahwa pembakar bunsen berfungsi untuk sterilisasi pijar dengan
prinsip kerja menyalakan api dengan bantuan korek api untuk sterilisasi pijar pada
jarum ose.
maupun sebagai wadah larutan atau cairan. Hal ini sesuai dengan pendapat sesuai
dengan pendapat Hartutik (2012) bahwa tabung reaksi berfungsi untuk uji biokimia
reaksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kharisma dan Manan (2012) yang
menyatakan bahwa prinsip kerja tabung reaksi adalah dengan menuangkan cairan
ke dalam tabung rekasi dan biasanya tabung reaksi juga disterilisasi terlebih dahulu.
Batang L merpakan salah satu alat yang berfungsi sebagai meratakan cairan dan
bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Surjowardojo, dkk (2016) yang menyatakan
bahwa batang L berfungsi sebagai alat untuk meratakan cairan dan bakteri dalam
suatu media. Prinsip kerja batang L yaitu dengan menggoreskan ke media. Hal ini
sesuai dengan pendapat Rizky, dkk. (2019) yang menyatakan bahwa prinsip kerja
batang L adalah meratakan cairan atau mikroba dengan arah zig zag pada suatu
media.
gelas dan keramik adalah ph indikator, mortar dan penumbuk, spatula, mikropipet,
jarum ose, pinset, dan cawan porselen. pH indikator universal adalah adalah
indikator yang digunakan untuk mengetahui pH suatu larutan. hal ini sesuai dengan
pendapat Indira (2015) bahwa pH indikator universal berisi larutan dari beberapa
senyawa yang menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang
pH antara 1-14 untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Prinsip kerja
pH indikator yaitu dengan memberi suatu keterangan apakah sifat larutan tersebut
asam, basa, atau netral. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukaromah, dkk. (2010)
dicocokkan pada pH indikator apakah larutan tersebut bersifat asam, basa, ataupun
netral.
mengambil atau mengurangi bahan untuk ditimbang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fajarin, dkk (2015) yeng menyatakan bahwa spatula yaitu alat yang
digunakan untuk mengambil bahan yang akan digunakan untuk praktikum. Spatula
mempunyai dua sisi dengan kegunaan masing masing yaitu satu sisi untuk
mengambil bahan sedangkan yang satu sisi untuk mengurangi bahan jika kelebihan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yunita, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa spaula
sama dengan pipet –pipet lainnya yaitu berfungsi untuk memindahkan larutan
dengan volume yang kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Ratri, dkk (2009) yang
cairan yang bervolume kecil. Prinsip kerja mikropipet yaitu dengan satu kli
pemakaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayatussalihin, dkk. (2019) yang
ke dalam wadah yang berisi larutan dengan kapaitas volume yang kecil dengan satu
kali pemakaian.
Mortar dan penumbuk merupakan alat yang terbuat dari adukan pasir dan
bahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryoto (2009) bahwa mortar dan
penumbuk terbuat dari pasir, bahan perekat dan air sehingga sifatnya kuat dan tidak
mudah pecah saat digunakan untuk menghaluskan bahan. Prinsip kerja dari mortar
yaitu bahan diletakkan di mortar kemudian ditumbuk. Hal ini sesuai dengan
pendapat Febriyanti, dkk. (2015) yang menyatakan bahwa cara penggunaan mortar
ditumbuk dengan penumbuk. Jarum Inokulum atau jarum Ose merupakan alat non
gelas yang digunakan untuk memindahkan biakan untuk ditanam di media baru.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ngajow, dkk (2013) yang menyatakan bahwa jarum
ose atau inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Prinsip kerja jarum inokulum dengan cara memanaskan terlebih
dahulu diatas api bunsen baru kemudian digunakan untuk mengambil biakan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Ashari, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa cara
penggunaan jarum ose dengan cara dipanaskan terlebih dahulu sampai ujung
mengambik biakan untuk dipindahkan ke media baru. Pinset adalah jenis alat
penjepit yang memiliki banyak kegunaan salah satunya adalah untuk mengambil
mikroba pada suatu media. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyo, dkk (2017) yang
menjepitnya. Prinsip kerja pinset yaitu dengan mengambil benda dengan cara
dijepit. Hal ini sesuai dengan pendapat Barus, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa
cara penggunaan pinset yaitu dengan cara mengambil benda dengan dijepit dengan
sedikit penekanan. Alat selanjutnya adalah cawan porselen yang biasa digunakan
untuk wadah atau tempat bahan yang akan disterilisasi ke dalam oven contohnya
seperti tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Zuhra, dkk (2012) bahwa cawan
porselen merupakan cawan yang terbuat dari porselen dan biasa digunakan sebagai
wadah dari bahan yang tidak mudah menguap, seperti garam dapur, gula dan
sejenisnya. Prinsip kerja cawan porselen yaitu dengan cawan yang digunakan untuk
wadah media untuk sterilisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Geanteresa dan
pada praktikum ini menggunakan 2 jenis yaitu YEMA CR DAN YEMA BTB.
Fungsi YEMA CR dan YEMA BTB adalah sebagai media isolasi mikroorganisme
dalam bentuk bakteri. Komposisi media dari YEMA CR dan YEMA BTB sama
hanya yang membedakan adalah Congo red dan Brome Thymol Blue. Kompisisi
media YEMA yaitu K2HPO4 berfungsi sebagai larutan penyangga. Hal ini sesuai
menyesuaikan pH. MgSO4.7H2O berfungsi untuk menyerap sisa sisa air yang masih
terdapat pada mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitriadi dan Putri (2016)
yang menyatakan bahwa MgSO4.7H2O berfungsi sebagai penyerap air pada media
isolasi.
sebagai pembunuh mikroba selain mikroba yang akan diinakulasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Amalia, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa NaCl merupakan
selain mikroba yang akan diisolasi. Mannitol merupakan senyawa yang berfungsi
untuk menurunkan tekanan tanah yang berlebih pada media tumbuh. Hal ini sesuai
dengan pendapat Roostika, dkk (2016) yang menyatakan bahwa mannitol berfungsi
mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Saskiawan, dkk. (2017) yang menyatakan
bahwa ekstrak khamir merupakan nutrisi atau makanan bagi mikroba. Agar adalah
salah satu komposisi yang berfungsi untuk memadatkan media tumbuh mikroba.
Hal ini sesuai dengan pendapat Marfuah, dkk. (2018) bahwa agar berfungsi untuk
pada umumnya seperti air biasa tidak mengandung unsur-unsur lainnya yang
berfungsi untuk melarutkan semua bahan untuk pembuatan media YEMA. Hal ini
sesuai dengan pendapat Astriyani, dkk. (2017) yang menyatakan bahwa aquades
Red dan Brome Thymol Blue, Congo Red berfungsi sebagai indikator untuk
mengetahui tumbuh atau tidaknya mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sembring (2019) yang menyatakan bahwa Congo Red sebagai indikator untuk
mengetahui tumbuh atau tidaknya mikroba dengan adanya perubahan warna putih
susu. Brome Thymol Blue merupakan indikator untuk mengetahui apakah bakteri
tumbuh atau tidaknya pada suatu media dengn perubahan warna. Hal ini sesuai
terdapat perubahan warna kekuningan pada YEMA BTB yang menunjukkan bahwa
Potato dextrose agar atau sering disebut PDA merupakan slah satu media
infuse kentang dan dextrose. Hal ini sesuai dengan pendapat Mirani, dkk (2016)
bahwa PDA terbuat dari 4 komposisi yaitu kentang, dextrosa, agar, dan aquades.
sebagai sumber gula dan energi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wantini dan
Oktavia (2018) yang benyatakan bahwa dextrose merupakn sumber gula dan energi
pada media PDA. Komponen agar berfungsi untuk memadatkan medium PDA. Hal
ini sesuai dengan pendapat Marfuah, dkk. (2018) yang menyatakan bahwa agar
bahan untuk pembuatan media PDA. Hal ini sesuai dengan pendapat Astriyani, dkk
PDA adalah Potato Dexstose Agar yang merupakan media tumbuh untuk fungi atau
jamur. Hal ini sesuai dengan pendapat Indriati, dkk (2010) yang menytakan bahwa
5.1. Simpulan
berbagai alat, bahan, dan media penyebaran yang akan digunakan untuk praktikum
mikrobiologi selanjutnya, serta dapat mengetahui cara penggunaan dan fungsi dari
masing-masing alat. Terdapat 3 jenis alat yaitu alat elektrik, alat gelas, dan alat non
gelas. Media perbanyakan yang dibuat adalah YEMA CR, YEMA BTB dan PDA.
5.2. Saran
Saran yang diberikan untuk praktikum pengenalan alat dan bahan yaitu
Afid, S. N. 2016. Potensi sluidge biogas dari feses sapi potong sebagai sumber
bakteri anaerob penghasil gas metana. J. Students. 5 (3) : 1 - 8.
Amalia, A., R. D. Dwiyanti, dan H. Haitami. 2016. Daya hambat NaCl terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus. J. Medical Laboratory Technology. 2
(2) : 42 - 45.
Ashari, C., R. A. Tumbal, dan M. E. F. Kolopita. 2014. Diagnosa penyakit bakterial
pada ikan nila (oreoatiomis miloatiaus) yang dibudidaya pada jaring tankap
di danau fendano. J. Budidaya perairan. 2 (2) : 24 - 30.
Astriyani, W., P. Surjowardojo, dan T. E. Susilorini. 2017. Daya hambat ekstrak
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa L.) dengan pelarut ethanol dan
aquades terhadap bakteri Staphylococcus Aureus penyebab mastitis pada
sapi perah. J. of Tropical Animal Production. 18 (2) : 8 - 13.
Barus, W. N. U., H. Sitorus, dan I. Lesmana. 2013. Uji efektivitas antibakteri
ekstrak daun kamboja (Plumiera rubra) pada konsentrasi yang berbeda
terhadap pertumbuhan Aeromonas hydrophila secara in vitro. J.
Aquacoastmarine. 1(1) : 1 – 7.
Cahyo, F. A. D., H. Setiawan, dan S. Sirajuddin. 2017. Strategi diversifikasi produk
pisau pada industri kreatif dengan pendekatan Quality Function Deployment
(QFD). J. Teknik Industri Untirta. 4 (2) : 1 - 7.
Djais, A. A., dan C. F. Theodorea.2019. The effect of presto cooker as an alternative
sterilizer device for standard dental equipment. J. of indonesian dental
association. 1 (2) : 41 - 47.
Fajarin, R., H. Purwaningsih, Baqiya, M. A., dan R. H. Warit. 2015. Pengaruh
temperatur sintering terhadap sifat ferroelektrik dan dielektrik PbTiO3
DOPING ZnO dengan metode mechanical alloying. J. Mekanika. 14 (1) :
13 - 20.
Fatmariza, M., N. Inayati, dan Rohmi, R. Rohmi. 2019. Tingkat kepadatan media
nutrient agar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. J.
Analis Medika Biosains. 4 (2) : 69 - 73.
Febriyanti, L. E., M. Martosudiro, dan T. Hadiastono. 2015. Pengaruh plant growth
promoting rhizobacteria terhadap infeksi peanut stripe virus (PStV),
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea
L.) varietas gajah. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3 (1) : 84 - 92.
Fitriadi, B. R., dan A. C. Putri. 2016. Penentuan residu pestisida deltametrinan λ-
sihalotrin pada lada (Piper nigrum L.) menggunakan metode
QuEChERS. J. of Chemical Science. 5 (2) : 92 - 97.
Geantaresa, E., dan F. T. Supriyanti. 2010. Pemanfaatan ekstrak kasar papain
sebagai koagulan pada pembuatan keju Cottage menggunakan bakteri. J
Sains dan Teknologi Kimia. 1 (1) : 38 - 43.
Habibah, R., D. Y. Nasution, dan Y. Muis 2013. Penentuan berat molekul dan
derajat polimerisasi α–selulosa yang berasal dari alang-alang (Imperata
cylindrica) dengan metode viskositas. J. Saintia Kimia. 1 (2) : 1 - 6.
Hamid, A., danA. Mustafa. 2018. Aspek reproduksi ikan sikuda (Lethrinus ornatus)
hasil tangkapan di perairan Teluk Luar Kendari yang didaratkan di
Kecamatan Abeli Kota Kendari. J. Manajemen Sumber Daya Perairan. 2 (4)
: 317 - 325.
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang : UB Press.
Hidayatussalihin, H., E. Nurhayati, dan E. Suwandi. 2019. Perbedaan presisi
pemipetan sampel menggunakan pipet sahli dan mikropipet pada
pemeriksaan hemoglobin metode cyanmethemoglobin. J. Laboratorium
Khatulistiwa. 2 (1) : 21 - 25.
Indira, C. 2015. Pembuatan indikator asam basa karamunting. J. Kaunia. 11 (1) :
1 - 10.
Indriati, N., N. Priyanto, dan R. Triwibowo. 2010. Penggunaan Dichloran Rose
Bengal Chloramponicol agar (DRBC) sebagai media tumbuh kapang pada
produk perikanan. J. Pascapanen dan bioteteknologi kelautan dan
perikanan. 5 (2) : 117 – 122.
Juvitasari, P. M., H. A. Melati, dan I. Lestari. 2012. Pengetahuan alat praktikum
kimia dan kemampuan psikomotorik siswa MAN 1 Pontianak. J.
Pendidikan Kimia. 2 (1): 1– 13.
Kharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan bakteri vibrio sp. pada air
pembesaran udang vannamei (Litopenaeusvannamei) sebagai deteksi dini
serangan penyakit vibriosis. J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4 (2): 129
- 134.
Latupapua, H. J. D., dan S. Suliasih. 2018. Daya pacu mikroba pelarut fosfat dan
penambat nitrogen pada tanaman jagung. J. Biologi Indonesia. 3 (2) :
99 - 107.
Marfuah, I., E. N. Dewi, dan L. Rianingsih. 2018. Kajian potensi ekstrak anggur
laut (Caulerpa racemosa) sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. J. Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. 7 (1) : 7 - 14.
Maryoto, A. 2009. Pengaruh penggunaan high volume fly asli pada kuat tekan
mortar. J. Teknik sipil dan perencaan. 10 (2) : 103 - 114.
Mirani, E. D., dan R. Suryantini. 2016. Uji pertumbuhan fusarium sp pembentuk
gubal gaharu (Aquilaria Malaccensis) pada varian media tumbuh dan suhu.
J. Hutan Lestari. 4 (4) : 446 - 452.
Misna dan K. Diana. 2016. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit bawang merah
(Allium cepa L.) terhadap bakteri staphylococcus aureus. J. Of pharmacy.
2 (2): 138-144.
Mukaromah, U., S. H. Susetyorini, dan S. Aminah. 2010. Kadar vitamin c, mutu
fisik, ph dan mutu organ oleptik sirup rosella (Hibiscus sabdariffa, L)
berdasarkan cara ekstraksi. J. Pangan dan Gizi. 1 (1): 43 - 51.
Ngajow, M., J. Abidjulu, dan V. S. Kamu. 2013. Pengaruh anti bakteri ekstrak kulit
batang matoa (pomesia pinnata) terhadap bakteri staphylococcus aures
secara in vito. J. Mipa. 2 (2) : 128 - 132.
Novalia, R., .Fadiawati, dan I. Rosilawati. 2015 .Pengembangan instrument
asesmen kinerja pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
J. pendidikan dan pembelajaran kimia. 4 (2): 568 - 580.
Pratama, D. G. A. Y., I. G. A. G. Bawa, I. W. G. Gunawan. Isolasi dan identifikasi
senyawa minyak atsiri dari tumbuhan sembukan (Paederia foetida L.)
dengan metode kromatografi gas-spektroskopi massa (gc-ms). J. Kimia.
10 (1) : 149 - 154.
Pratiwi, N. W., Juliantari, E., & Napsiyah, L. K. (2016). Identifikasi jamur
penyebab penyakit pascapanen pada beberapa komoditas bahan
pangan. Jurnal Riau Biologia, 1(1) : 86 – 94.
Rakhman, K. A., A. R. Saraha, N. Sugrah. 2017. Pengembangan video penggunaan
alat gelas laboratorium kimia. J. Inovasi Pendidikan IPA. 3 (2) : 161 - 171
Ratri, M. I., P. R. Sarjono, dan A. L. Aminin. 2009. Studi filogeni dan uji potensi
bioremediasi serta enzim termostabil ekstraseluler isolat Geobacillus sp.
dari sumber air panas Gedong Songo. J. Kimia Sains dan Aplikasi. 12 (2) :
31 - 39.
Rizky, V. A., S. Siregar, V. Kridsianilo, dan J. P. Sinurat. 2019. Perbedaan teknik
penanaman terhadap hasil jumlah koloni bakteri escherchia coli pada suhu
inkubasi 36 c. J. Farmasimed. 1 (1) : 24 – 26.
Roostika, I., R. Purnamaningsih, dan A. V. Noviati. 2016. Pengaruh sumber karbon
dan kondisi inkubasi terhadap pertumbuhan kultur in vitro Purwoceng
(Pimpinella pruatjan Molk). J. AgroBiogen. 4 (2) : 65 - 69.
Saputri, R., A. Syauqi, dan H. Santoso. 2019. Penambahan nutrisi pottato dextrose
agar pada pembuatan starter mikroorganisme jamur dengan bahan baku
tepung beras. J. Biosantropis. 4 (2) : 40 – 45.
Sari, I. N., dan D. F. Saputri. 2017. Analisis kesalahan menggunakan alat ukur pada
mahasiswa program studi pendidikan fisika IKIP PGRI Pontianak. J.
Pendidikan. 14(2) : 237-248.
Saskiawan, I., M. Munir, dan S. S. Achmadi. 2017. Optimasi produksi serta analisis
aktivitas antioksidan dan antimikroba senyawa eksopolisakarida dari jamur
tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada media cair. J. Berita Biologi. 15 (2) :
133 - 140.
Sembiring, A. 2019. Isolasi dan uji aktivitas bakteri penghasil selulase asal tanah
kandang sapi. J. Penelitian Sains dan Pendidikan. 8 (1) : 21 - 28.
Sridevi, V., , M. Raghuram, dan D. Ravisankar 2018. Isolation and screening of
heavy metal resistant microorganisms from industrial soil. J. of Pure and
Applied Microbiology. 12 (3) : 1667 - 1674.
Syakri, S., dan D. N. Putra. 2017. Formulasi dan uji aktivitas sirup sari buah sawo
manilla (Manilkara zapota Linn) terhadap beebrapa mikroba penyebab
diare. J. Farmasi UIN Alauddin Makassar. 5 (2) : 72 - 83.
Taurisia, P. P., M. W. Proborini, dan I. Nuhantoro. 2015. Pengaruh media terhadap
pertumbuhan dan biomassa cendawan Alternaria alternata (Fries)
Keissler. J. Biologi. 19 (1): 30 - 33.
Tyanjani, E. F., dan Y. Yunianta. 2014. Pembuatan dekstrin dari pati sagu
(Metroxylon sagus Rottb) dengan β–amilase terhadap sifat fisiko kimia. J.
Pangan dan Agroindustri. 3 (3) : 1119 – 1127.
Udiyana, F., Hairida, dan R. P. Sartika. 2015. Analisis keterampilan menggunakan
dan merangkai alat praktikum melalui self dan peer asessment pada
mahasiswa. J. Pendidikan dan pembelajaran. 4 (12) : 1 – 11.
Wantini, S., dan A. Octavia. 2018. Perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus pada media PDA (Potato Dextrose Agar) dan media aternatif dari
singkong (Manihot esculenta Crantz). J. Analis Kesehatan. 6 (2) : 625 - 631.
Wicaksono, D., R. R. Isnanto, dan O. D. Nurhayati. 2014. Perancangan perangkat
lunak untuk analisis tingkat fokus pada citra mikroskop digital
menggunakan proses ekstraksi ciri. J. Teknologi dan sistem komputer. 2 (1)
: 16 - 22.
Widianingsih, M., dan A. M. De jesus. 2018. Isolasi Escherichia Coli dari urine
pasien infeksi saluran kemih di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. J. Al-
Kauniyah. 11 (2) : 99 - 108.
Yunita, W., Cahyono, E., & Wijayati, N. (2016). Pengembangan kit stoikiometri
untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui pembelajaran
scientific approach. J. of Innovative Science Education. 5 (1): 63 - 72.
Zuhra, Z., S. Sofyana, dan C. Erlina. 2012. Pengaruh kondisi operasi alat pengering
semprot terhadap kualitas susu bubuk jagung. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan. 9 (1) : 36 - 44.
LAMPIRAN
Mikroskop cahaya
Autoklaf
Inkubator
Timbangan analitik
Oven
Gelas ukur
Cawan petri
3. Untuk menampung larutan,
bahan, atau cairan, serta
meracik dan menghomogenkan
bahan-bahan komposiis media
Labu erlenmeyer
Pipet tetes
Pipet ukur
Gelas beker
Tabung reaksi
Batang L
1. Untuk menghaluskan,
menghancurkan, menumbuk
bahan
Ph indikator universal
3. Untuk mengambil benda
dengan menjepitnya
Pinset
Mikropipet
Jarum inokulum
Spatula