Hiperhidrosis merupakan kondisi dimana mengalami keringat berlebihan yang dapat bersifat
fokal maupun general. Menurut Hipokrates dalam bahasa Yunani, hidroa berarti berkeringat,
yang dalam bahasa Latin dan Inggris disebut sudamina. Kedua terminologi tersebut digunakan
pada era modern yaitu hydrosis dan fungsi sudomotor
EPIDEMIOLOGI
Hiperhidrosis dapat terjadi pada pria dan wanita diantara usia 18-54 tahun dan mulai
dapat terjadi pada masa anak-anak atau remaja. Jika hliperhidrosis ideopatic terjadi pada anak-
anak area yang paling sering ditemui adalah pada bagian telapak tangan, dimana hiperhidrosis
axila sering terjadi pada remaja.
Prevalensi dari jumlah rata-rata hiperhidrosis berkisar 20/0-40/0 diseluruh dunia. Di
Amerika jumlah dari salah satu penelitian prevalensinya berkisar 2,9% dengan 50% dari
kelompok ini yang memiliki hiperhidrosis axila. Kontribusi komponen genetik yang diberikan
dari keluarga yang positifhiperhidrosis primer pada pasien adalah 30% sampai 65 %
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala hiperhidrosis meliputi :
- Terlihat sering berkeringat, bahkan tergolong berlebihan, sehingga dapat terlihat melalui
pakaian yang basah
- Keringat berlebihan mengganggu di kaki, ketiak, kepala atau wajah
- Tetesan keringat pada telapak tangan atau telapak kaki bersifat lebih Lengket
DIAGNOSIS
Pasien dengan hiperhidrosis primer dengan keluhan yang berlebihan (paling sering
bilateral) berkeringat pada aksila, telapak tangan, telapak kaki atau wajah. Diagnosis
hiperhidrosis idiopatik primer dibuat berdasarkan kriteria menurut Homberger et al. Dengan
anamnesis yang tepat dan pemeriksaan klinis sudah cukup untuk mendiagnosis, tanpa perlu tes
tambahan. Tes yodium kecil digunakan untuk zona lokasi keringat berlebihan dan evaluation
pengobatan. Penyebab sekunder, misalnya neuropati, dapat di diagnosis dengan melakukan test
termogulasi keringat. Gravimetri adalah alat kuantitatif untuk mengukur berkeringat, yang
paling berguna dalam uji klinis untuk menilai hasil pengobatan dengan objektif. Kriteria untuk
berkeringat berlebihan tergantung pada lokasi dan jenis kelamin. Satu studi mendefinisikan rata-
rata keringat 50-100 mg/5 menit tiap axilla yang dibutuhkan untuk diagnosis hyperhidrosis
axilla.
Kriteria diagnosis hiperhidrosis primer menurut homberger et al keringat selalu muncul
setidaknya selama minimal 6 bulan tanpa penyebab yang jelas, selain itu selalu diikuti dari 2
atau lebih karakterberikut,
1. Bilateral dan relatif simetris
2. Mempengaruhi aktifitas keseharian pasien
3. Frekuensi lebih dari satu kali seminggu
4. Onset hiperhdmsis kurang dari umur 25 tahun
5. Riyawat keluarga
6. Tilak ada berkeringat malam
PENATALAKSANAAN
Non Bedah
A. Garam Aluminium
Fungsi dari Aluminium chloride hexahydrate yaitu menghambat saluran epidermal kelenjar
ekrin, merangsang atrofi dan vakuolisasi sel-sel sekretori kelenjar dan juga menginduksi nekrosis
sel-sel epidermal pada saluran kelenjar. Dosis awal diberi 10 sampai 12 %, kemudian dapat
ditingatkan sampai 35 % yang dilarutkan dalam ethyl alcohol atau 2-4 % gel asam salisilat. Gel
asam salisilat bersifat dapat meningkatkan absorbsi aluminium chloride hexahydrate pada kulit
yang hiperkeratotik karena bersifat keratolitik. Selain itu gel asam salisilat juga berfungsi sebagai
anti perspirant untuk menjaga kadar hidrasi kulit tetap normal. Efek samping utama dari
Aluminium chloride hexahydrate berupa reaksi panas dan nyeri pada kulit. Tetapi dengan
penggunaan bersama-sama dengan hidrokortison lokal 1 % dapat meredakan nyeri. Kerugian
menggunakan obat ini yaitu memiliki durasi yang pendek dalam pengobatan, pasien yang telah
diobati dengan garam aluminium akan kembali ke kondisi semula setelah 1 minggu seperti
belum diobati
B. Antikolinergik topikal
Antikolinergik topikal paling sering digunakan pada pengobatan hiperhidrosis kraniofasial.
Pengobatan ini dilakukan dengan mengoleskan 2% glycopyrronium topikal pada satu sisi wajah.
Tetapi efek dari pengobatan dengan antikolinergik topikal hanya dapat bertahan selama 1
sampaihari.
C. Iontophoresis
Tap water iontophoresis merupakan pengobatan yang efektif dalam menginhibisi sekresi
keringat namun sampai sekarang berdasarkan penelitian dari Hoorens I dkk menjelaskan bahwa
mekanisme dari TWI ini belum sepenuhnya diketahui atau belum jelas. Pengobatan
menggunakan TWI ini dilakukan dengan telapak tangan atau telapak kaki diletakkan pada
nampan kecil yang diisi air keran dengan arus 15 sampai 20 mA. Sesi ini dilakukan selama 20
sampai 30 menit dalam 3 sampai 4 kali setiap minggunya. Setelah itu, dilakukan terapi
pemeliharaan yang terdiri dari satu sesi per minggu atau bahkan per bulan yang lebih efektif.
Efek samping utama dari pengobatan ini yaitu eritema, sensasi terbakar dan vesikel pada tangan
dan kaki yang bersifat sementara. Bila pengobatan topikal gagal, dapat mempertimbangkan
pengobatan menggunakan Iontophoresis. Pengobatan ini merupakan pengobatan yang aman,
efektif dan efisien bagi pasien dengan hiperhidrosis palmar dan plantar
BTX-A bekerja dengan mengurangi sekresi keringat. Seperti yang sudah diketahui, aktivitas
saraf dari sekresi kelenjar keringat ekrin diatur oleh asetilkolin, sementara itu BTX-A bekerja
dengan merusak polipeptida yang diperlukan untuk eksositosis asetilkolin. Namun, dapat
menyebabkan efek yang merugikan bagi motorik tangan. Indeks kekuatan cubitan akan
berkurang setelah pengobatan BTX-A dan dari 77% pasien yang diobati dengan BTX-A
mengalami kelemahan tangan. Tetapi, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kekuatan
cengkraman (diukur dalam dinamometer hidrolik). Beberapa penelitian telah menunjukan
efektifitas BTX-A dalam pengobatan hiperhidrosis aksilaris. Pengobatan ini dilakukan dengan
cara menginjeksi 200 unit dysport. Namun hanya dapat bertahan sekitar 4 sampai 17 bulan.
Kekurangan dari BTX-A ini memiliki biaya yang mahal. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu
sakit kepala, mialgia, gatal dan peningkatan kompensasi berkeringat pada wajah yang terlihat
pada 5% pasien hiperhidrosis aksilaris. The Canadian Hyperhidrosis Advisory Committe
merekomendasikan suntikan BTX-A sebagai pilihan pengobatan bagi hiperhidrosis aksilaris,
palmar, plantar dan kraniofasial
F. Antikolinergik sistemik
Antikolinergik sistemik bekerja dengan memblokir reseptor muskarinik secara kompetitif yang
berada didekat kelenjar keringat ekrin sehingga menghambat pengeluaran keringat. Dalam
penjelasan RCT bahwa untuk hiperhidrosis aksilaris digunakan methanthelinum bromida
(vagantin) dalam dosis 50 mg 2 kali sehari. Sebuah studi retrospektif melaporkan bahwa
pengobatan yang efektif untuk 75% pasien hiperhidrosis lokal dan generalisata dengan
glycopyronium bromida 2 mg 2-3 kali sehari selama 4 tahun. Namun, efek samping seperti mulut
kering terdapat pada 79% pasien sehingga menyebabkan pasien dropout dari pengobatan.
Berdasarkan Canadian Hyperhidrosis Advisory Committe, antikolinergik sistemik hanya
diberikan pada pasien yang pengobatan non-pembedahan lainnya gagal.
Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan tersedia untuk pasien hiperhidrosis yang gagal merespon terapi pengobatan
sebelumnya. Prosedur ini meliputi .
1. Ekslsi jaringan : melibatkan eksisi kelenjar keringat ketiak, biasanya permanen dan
memiliki efektivitas 50-90%. Efek sampingnya termasuk infeksi, pendarahan,
penyembuhannya agak lama, dan hipertrofi.
2. Laser : sudah dilakukan sejak 2009 di inggris, prosedur ini melibatkan penghacuran
kelenjar keringat yang dihancurkan oleh laser. Prosedur ini efektif pada pasien
hiperdrosis axila. Efek sampingnya dapat menyebabkan infeksi, dan membutuhkan waktu
2-3 minggu untuk sembuh.
3. Endoscopic sympathectomi transthoracic : mellbatkan penghancuran ganglia simpatis
yang menyebabkan kelenjar keringat dapat memproduksi keringat berlebihan melalui
eksisi. Hal ini efektif untuk axila, telapak tangan, hiperhidrosis wajah dengan resiko
kambuh kembali. Hal ini dapat menyebabkan kompensasi hiperhidrosis dan
ketidakpuasan pasien, infeksi Iuka, komplikasi neuropati, dan serangan jantung.
DAFTAR PUSTAKA